Anda di halaman 1dari 20

AKAR-AKAR NASIONALISME DI INDONESIA

A. Berkembangnya Kesadaran Nasional

Pergerakan Nasional adalah berbagai gerakan atau aksi yang dilakukan dalam bentuk
organisasi modern menuju ke arah yang lebih baik dalam kehidupan masyarakat Indonesia
(1908-1945).

Adapun faktor-faktor pendorong gerakan nasional ada dua, yaitu dari dalam dan luar negeri
:
a. Faktor dari dalam negeri
1. Penderitaan rakyat yang terus menerus sebagai akibat penjajahan menimbulkan
keinginan untuk berjuang melepaskan penjajahan.
2. Politik etis, melahirkan golongan terpelajar yang berpikir tentang ide-ide demokrasi dan
membangkitkan kesadaran akan nasib bangsanya sehingga golongan ini kemudian
membentuk suatu kekuatan sosial untuk menuntut kesejahteraan dan kemerdekaan
nasional.
3. karena sebagian rakyat menganut agama Islam, maka timbul pengertian perang suci
(jihad) bahwa Indonesia adalah Islam sedangkan Belanda sebagai bangsa kafir

b. Faktor dari luar negeri


1. Kemenangan Jepang dalam perang Rusia pada tahun 1904-1905. Kemenangan ini telah
mendorong kebangkitan bangsa-bangsa Asia termasuk Indonesia. Pada tahun 1904-1905
timbul perang antara Jepang dan Rusia. Dalam perang itu ternyata Jepang lebih unggul
dan mampu mengalahkan Rusia yang besar. Kemenangan Jepang atas Rusia ini telah
menghapuskan anggapan bahwa bangsa Barat yang berkulit putih tidak mungkin dapat
dikalahkan oleh bangsa yang berkulit kuning. Sejak peristiwa kemenangan itu, bangsa-
bangsa Asia dan Afrika bangkit dan penuh percaya diri untuk mencoba mengikuti langkah
Jepang mengalahkan kulit putih yang berkuasa. Dengan belajar dari bangsa Jepang kaum
terpelajar mencoba memperbaiki kelemahan-kelemahan bangsanya. Setelah “samurai”
(ksatria-ksatria) Jepang menyadari ketidakmampuannya melawan meriam Amerika yang
didemonstrasikan Commodore Perry tahun 1854, mulailah bangsa Jepang merubah taktik
perlawanannya. Mereka mendatangkan ahli teknik bangsa Barat ke negerinya untuk
diteladani keterampilannya. Mereka mengirimkan mahasiswa-mahasiswa Jepang ke Eropa
untuk belajar..
2. Adanya gerakan nasional di negara-negara lain misalnya Gerakan Nasional di India,
Philipina dan China

B. Latar Belakang Lahirnya Golongan Terpelajar


Abad ke-19 merupakan keuntungan bagi pemerintah kolonial Belanda. Politik Eksploitasi
melalui Tanam Paksa menghasilkan keuntungan tak terkira. Keuntungan yang diperoleh
oleh Belanda tersebut antara lain :
1. Dapat melunasi utang negara
2. membuat jalan-jalan kereta api, gedung-gedung, serta
3. membangun pusat perindustrian.

Tetapi akibat yang ditimbulkan bagi rakyat Indonesia berbanding terbalik dengan keadaan
Belanda, yaitu penderitaan rakyat yang tak terkira hebatnya. Itu sebabnya kritik pedas
terhadap sistem tanam paksa gencar terlontar sehingga secara berangsur-angsur tanam
paksa dihapuskan. Pada masa itu tuntutan di Eropa mengharuskan sistem tanam paksa
diubah ke sistem yang lebih liberal (bebas), yaitu Politik Pintu Terbuka, tetapi prakteknya di
Hindia Belanda tetap sama yaitu berlangsungnya eksploitasi tanah jajahan.
Perkembangan perusahaan perkebunan menuntut perluasan tanah. Bukan saja tanah
kosong tetapi tanah pesawahan rakyat pun diubah menjadi tanah perkebunan, sehingga
tanah-tanah petani di Pulau Jawa semakin sempit. Politik Liberal menekankan harus
adanya perlindungan pada rakyat tetapi keuntungan perusahaan banyak mengandalkan
pada upah buruh yang rendah. Hal ini tentu saja menyebabkan rakyat tetap menderita.
Karena semua inilah, Partai Liberal yang menguasai Parlemen Belanda menuntut adanya
suatu perubahan dalam sistem pemerintahan di Hindia-Belanda, yaitu perubahan yang
dapat membawa peningkatan peradaban rakyat pribumi.
Berhasilnya tuntutan mereka mengakibatkan dijalankannya Politik Etis (Politik Hutang
Budi). Mereka beranggapan bahwa bertahun-tahun pemerintah kolonial Belanda mengeruk
keuntungan dari kekayaan, waktu dan tenaga pribumi. Semua itu anggaplah sebagai
hutang Belanda kepada bangsa Indonesia. Perubahan ini tidak terlepas dari tulisan Conrad
Theodor Van Deventer dalam majalah De Gids yang berjudul Eean Eereschuld atau Debt
Of Honour (Hutang Kehormatan) tahun 1899 yang telah merintis diterapkannya Politik etis
di Indonesia. Hutang kehormatan itu dapat dibayar Belanda melalui perubahan-perubahan
hidup serta budaya yang dapat meningkatkan kemakmuran rakyat pribumi, yang dilakukan
dengan 3 cara yaitu :
1. Irigasi , membangun saluran-saluran air untuk meningkatkan pertanian
2. Transmigrasi, memindahkan penduduk dari tempat padat ke tempat yang jarang
penduduknya
3. Edukasi, mendirikan sekolah-sekolah untuk memajukan rakyat Indonesia. Politik Etis
kemudian didukung “Politik Asosiasi” yang menghendaki kesatuan kerja sama yang erat
antara golongan Eropa dengan rakyat pribumi, kesatuan tentunya dalam kerangka kolonial,
sehingga kebutuhan akan tenaga-tenaga terdidik dan ahli mendorong pemerintah untuk
mendirikan Sekolah dasar, menengah dan sekolah pamongpraja.

C. Pelaksanaan Politik Etis


Ratu Wihelmina kemudian menerapkan Politik Etis ini di Indonesia, namun dalam
pelaksanaannya tetap saja rakyat Indonesia yang mengalami kerugian, hal ini disebabkan :
1. Irigasi, digunakan untuk mengairi perkebunan tebu dan tembakau milik pengusaha
Belanda.
2. Transmigrasi, ke luar Jawa khususnya Sumatra dimaksudkan unutk mempermudah
pengusaha-pengusaha luar Jawa memperoleh tenaga kerja yang murah.
3. Edukasi, kepada rakyat dibatasi untuk mengenyam pendidikan dengan adanya aturan :
a. Pendidikan Barat diberikan kepada orang-orang Eropa, keturunan dan orang-orang
pribumi dari kaum bangsawan dengan Bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar.
b. Pemberian pendidikan untuk golongan terendah disesuaikan dengan kebutuhan untuk
menghasilkan tenaga kerja murah. Tetapi bagaimanapun juga perkembangan dari hasil
Politik Etis telah menumbuhkan suatu golongan cerdik-pandai di kalangan rakyat Indonesia,
golongan inilah yang pertama kali sadar akan dirinya dan keadaan yang serba terbelakang
dari masyarakat bangsanya. Mereka bangkit menjadi suatu kekuatan sosial baru dan
berjuang untuk perbaikan nasib bangsa. Mereka tidak hanya menuntut kesejahteraan
ekonomi rakyat, tetapi juga menuntut kemerdekaan nasional.

D. PENDIDIKAN MASA KOLONIAL


Pendidikan kolonial adalah pendidikan yang diorganisir oleh pemerintah Kolonial.
Penyelenggaraan pendidikan itu seiring dengan kepentingan pemerintahan itu sendiri,
berupa kebutuhan akan pegawai terdidik dan terampil, baik di kantor atau perkebunan.
Karena kepentingan itu pada mulanya pendidikan tidak merata untuk semua orang.
Terdapat perbedaan antara anak keturunan Eropa dan anak bumi putera. Pelaksanaan
pendidikan bagi bangsa Indonesia diselenggarakan pemerintah Belanda dengan ciri-ciri
khusus sebagai berikut:
a. Gradualisme (berangsur-angsur, lambat dan bertahap) dalam penyediaan pendidikan
b. Sistem Dualisme dalam pendidikan yang mendiskriminasikan pendidikan bagi anak
Belanda dan pendidikan untuk bumi putera.
c. Pendidikan dilaksanakan dengan keterbatasan tujuan, yakni menghasilkan pegawai
administrasi
d. Perencanaan pendidikan yang sistematis untuk pendidikan anak bumiputera sama sekali
tidak ada.

Masing-masing sekolah berdiri sendiri tanpa hubungan organis antara satu dan yang lain
serta tanpa jalan untuk melanjutkannya. Peraturan pendidikan :
1. pendidikan Barat diberikan kepada penduduk pribumi dengan bahasa belanda sebagai
bahasa pengantar
2. pemberian pendidikan untuk penduduk golongan rendah disesuaikan dengan
kebutuhan.
- Pendidikan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang bermutu cukup tinggi
untuk industri, ekonomi dan pemerintahan
- pendidikan diarahkan untuk menghasilkan tenaga ahli tingkat rendahan yang berupah
murah.

D. Peranan golongan Terpelajar/Cendekiawan


Timbulnya golongan terpelajar merupakan salah satu faktor pendorong dalam Pergerakan Nasional.
Golongan inilah yang pertama kali menyadari akan keterbelakangan bangsanya. Mereka dapat melihat
kepincangan-kepincangan sistem pemerintahan Kolonial Belanda. Sebab merekalah yang mulai mempelajari sejarah
budaya bangsa dan menemukan kesalahan bangsanya dalam menghadapi Belanda., yaitu :
a. Tak adanya semangat persatuan. Perjuangan dimasa lalu bersifat lokal, masing-masing daerah.
b. Tujuan mereka berjuang tidak jelas, untuk apa mereka berjuang tidak terarah.
c. Terlalu terpusat pada seorang pemimpin yang kharismatis dan dianggap oleh pengikutnya mempunyai kesaktian.
d. Perjuangan tidak terorganisir, tanpa organisasi
e. Kebanyak menggunakan senjata tradisional seperti pedang, tombak dan panah.

Itulah beberapa sifat perjuangan kita dimasa lalu dalam menghadapi kekuatan penjajah, selalu
diselesaikan dengan cara militer, tanpa arah, tanpa organsai sehingga bagi Belanda amat mudah untuk
mengatasinya. Dengan adanya Politik Etis yang telah melahirkan golongan terpelajar, dan melalui kepeloporan
golongan cendekiawan inilah, kesadaran bangsa Indonesia kemudian tumbuh, sehingga dimulailah era baru dalam
perkembangan Sejarah Indonesia, yaitu “Era Kebangkitan Nasional” .
Peranan golongan ini antara lain:
1. pelopor gerakan nasional Indonesia melalui organisasi kebangsaan modern
2. Menumbuhkan semangat nasionalisme
3. mendidik dan menyadarkan bangsa melalui organisasi pendidikan.
Di bawah kepemimpinan kaum terpelajar, sebagai elite baru di Indonesia, bangkitlah keinginan untuk
berorganisasi, maka lahirlah Budi Utomo sebagai organisasi perjuangan yang modern yang disusul oleh organisasi
lainnya, seperti di bawah ini :

ORGANISASI-ORGANISASI PERGERAKAN NASIONAL

1. Awal pergerakan National (1908-1912)


a. Budi Utomo
Didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 di Jakarta oleh beberapa mahasiswa STOVIA di bawah pimpinan
Sutomo. Pada dasarnya tujuan dari BU ini adalah untuk Memajukan pendidikan dan kebudayaan Jawa. Budi Utomo
merupakan organisasi modern pertama yang menjadi pelopor Pergerakan Nasional Indonesia karena memiliki
pemimpin, dasar, tujuan organisasi yang jelas dan keanggotaannya diatur secara modern.
Kongres I di Yogyakarta tanggal 3-5 Oktober 1908 dihadiri oleh anggota BU dari cabang Jakarta, Bogor,
Bandung, Magelang, Yogyakarta, Surabaya dan Probolinggo. menghasilkan keputusan :
1. BU tidak akan mengadakan kegiatan politik.
2. kegiatan organisasi terutama bergerak
3. Ruang gerak BU terbatas di daerah Jawa dan Madura. Pada
Kongres I ini, berhasil pula menyusun struktur organissi dengan Ketua R.T Tirtokusumo (Bupati Karanganyar) dan
pusat kegiatan ditetapkan di Yogyakarta.

b. Sarekat Islam

Pada mulanya Sarekat Islam adalah sebuah perkumpulan yang memiliki corak keagamaan, bernama Sarekat
Dagang Islam (SDI) yang didirikan (10 September 1911) oleh H. Samanhudi di Solo. Faktor yang melatarbelakangi
didirikannya SDI adalah :
1. Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berrdagang
2. membantu menyelesaikan masalah anggotanya
3. memajukan pendidikan dan kesejahteraan rakyat
4. memperbaiki pendapat-pendapat yang keliru mengenai ajaran agama islam
5. membina anggotanya untuk menurut perintah agama Islam
Dalam Kongres di Surabaya atas usul H.O.S Tjokroaminoto, SDI berubah menjadi SI. Perubahan ini sesuai dengan
tuntutan kebutuhan saat itu, sehingga organisasi ini menjadi lebih terbuka, sebelumnya keanggotaan terdiri dari
para pedagang Islam, maka kini lebih luas lagi yaitu bagi semua masyarakat dari berbagai profesi yang
beragama Islam.
Periode 1917-1920 kecepatan tumbuhnya SI sangat pesat sehingga SI merupakan organisasi massa pertama di
Indonesia yang sangat terasa pengaruhya di dalam politiik Indonesia.

c. Indische partij

Indische partij Tokohnya adalah “Tiga serangkai”, E.F.E Douwers Dekker, Dr. Suwardi Suryaningrat, Dr. Tjipto
Mangunkusumo di bandung pada tanggal 25 Desember 1912.

Tujuan IP antara lain : mempertebal kecintaan terhadap Indonesia, memperbaiki keadaan ekonomi bangsa
Indonesia terutama memperkuat mereka yang ekonominya lemah, mewujudkan kemerdekaan Indonesia
Tujuan dan program IP disebarluaskan melalui propaganda dalam kampanye dan surat kabar, karena dengan
tegas memperjuangkan Indonesia merdeka, pemerintah colonial membatasi gerak-gerik IP. Pada tahun 1913, IP
dinyatakan sebagai partai terlarang. Larangan tersebut dilatarbelakangi oleh tulisan Suwardi Suryaningrat berjudul
Als Ik een nederlandica was (jika Saya seorang Belanda) sebagai reaksi terhadap peringatan 100 tahun
kemerdekaan Belanda dari penjajahan Prancis. Secara tajam tulisan itu menyindir tindakan pemerintah colonial
yang mewajibkan bangsa Indonesia merayakan kemerdekaan bangsa yang menjajahnya.Sebagai tindak lanjut
larangan IP, tiga serangkai ditangkap dan diasingkan ke Belanda.

2. Masa radikal /non Kooperatif (1918-1930)


a. Perhimpunan Indonesia
Tujuan didirikannya untuk Memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, dasar perjuangannya self Help
(berdikari) dan Non Mendicancy (tidak meinta-minta)
Perhimpunan Indonesia berasal dari organisasi pelajar Indonesia bernama Indische Vereeniging. Organisasi
ini didrikan pada tahun 1908 sebagai forum komunikasi diantara pelajar Indonesia yang merantau di luar negeri
atas prakarsa Sutan Kasayangan dan Noto Subroto
Pada tahun 1925 namanya diganti menjadi Perhimpunan Indonesia. Tokohnya adalah Muhamad Hatta,
Ahmad Subarjo, Mr. Ali Sastroamidjojo, Mr. Abdul Majid, R. Sosrokartono
Dalam menyebarluaskan cita-citanya disampaikan melalui Majalah Indonesia Merdeka. Kegiatan PI dilakukan
sebagai berikut :
1. mempropaganda cita-cita dan tujuannya kepada para pemuda dan tanah air Indonesia
2. bekerja sama dengan bangsa-bangsa terjajah di Negara-negara lain dengan cara melakukan hal sebagai berikut ;
1. 1926 mengirim utusan yang dipimpin Drs. Moh Hatta untuk menghadiri Liga Demokrasi untuk Perdamaian di
Paris.
2. Menjadi anggota Liga Penentang Imperialisme dan penindasan Kolonial tahun 1927.

b. Partai Nasional Indonesia

(Logo Partai Nasional Indonesia


sumber gambar :https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Nasional_Indonesia)

Tokohnya adalah Ir. Sokarno berdiri di Bandung 4 Juli 1927. tujuannya adalah mencapai Indonesia merdeka
yang dilakukan atas usaha sendiri. Anggota PNI sekitar 10.000 orang. PNI dapat menggabungkan partai-partai
yang ada pada saat itu ke dalam Pemufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI)
yang terbentuk pada bulan Desember 1927.
(Tokoh Pendiri PNI
sumber gambar :https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Nasional_Indonesia)

Adanya gabungan partai ini mempermudah jalan para pemuda Indonesia untuk mengikrarkan Sumpah Pemuda
28 Oktober 1928.Belanda khawatir akan perkembangan PNI sehingga pada tanggal 29 Desember 1929 Belanda
menangkap Ir. Soekarno dan kawa-kawan.
c. Partai Komunis Indonesia

Benih PKI adalah Indische Social democratische Vereeniging (ISDV) didirikan tahun 1914 oleh Sneivleit dan
semaun. Dasarnya adalah komunis. Tahun 1920 ISDV diganti menjadi PKI. Usaha mencari massa dengan menyusup
ke organisasi lain seperti sarekat islam.Tahun 1926 PKI memberontak dan para pemimpinnya dibuang ke Tanah
Merah dan Digul (Irian Barat).

3. Masa Moderat
a. Partai Indonesia Raya
Tokoh pendirinya adalah dr. Soetomo. Berdiri di solo tanggal 26 desember 1935. tujuannya mencapai
Indonesia raya dengan cara memperkokoh kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia, menjalankan aksi politik untuk
mencapai pemerintahan demokrastis, memajukan ekonomi dan social masyarakat Indonesia. Merupakan gabungan
Budi Utomo dengan persatuan bangsa Indonesia.

b. Gerakan Rakyat Indonesia


Tokohnya adalah Drs. A. K. Gani, Mr sartono, Mr Muhammad Yamin, Mr. Amir Syarifudin, R Wilopo. Berdiri di
Jakarta tanggal 24 Mei 1937. Tujuannya sdalah mencapai Indonesia merdeka, memperkokoh ekonomi Indonesia,
mengangkat kesejahteraan kaum buruh dan memberi bantuan bagi kaum pengangguran.

c. Gabungan Politik Indonesia


Tokohnya adalah Moh. Husni Thamrin, Amir Syarifudin. Berdiri di Jakarta tanggal 21 Mei 1933. Tujuannya
adalah menuntut kepada pemerintah Belanda agar Indonesia berparlemen. Pada tanggal 15 Juli 1936 partai-
partai politik melakukan aksi bersama yang menyuarakan tuntutan kepada Belanda melalui Petisi Sutarjo. Isi petisi
adalah menuntut agar Indonesia diberi pemerintahan sendiri. Permintaan ini ditolak oleh pemerintah Belanda.

Sumpah Pemuda
Organisasi-pemuda yang betul-betul dipimpin dan diurus oleh Pemuda adalah Tri Koro Dharmo, didirikan
tanggal 7 Maret 1915. Tri Koro Dharmo merupakan organisasi pelajar sekolah menengah yang berasal dari Jawa,
Madura, Sunda, Bali dan Lombok. Pada tahun 1918 diganti namanya menjadi Jong Java.
Pesatnya perkembangan Organisasi pemuda menyebabkan munculnya ide persatuan dan peningkatan
kesadaran untuk mendirikan hanya satu organisasi pemuda Indonesia. Kongres Pemuda II pada tanggal 27028
oktober 1928 diadakan di Jakarta, menghasilkan Ikrar Sumpah Pemuda. Dalam konres ini lagu Indonesia raya
karya Wage Rudolf Supratman untuk pertama kali dinyanyikan di muka umum dan bendera Merah Putih
dikibarkan.

Peranan Wanita
Masa Pergerakan Nasional sudah ada tokoh wanita yang berjuang khusus untuk meningkatkan derajat
wanita Indonesia agar sejajar dengan kaum pria dan turut mendukung perjuangan rakyat Indonesia dalam
mencapai kemerdekaan. Pergerakan wanita Indonesi diawali oleh Raden ajeng kartini.

Pergerakannya bersifat social, yaitu berusaha memperjuangkan derajat kaum wanita agara sejajar
dengan kaum pria. Ide-ide kartini tertuang dalam surat-suratnya kepada teman-temannya yang terhimpun dalm
buku “habis gelap terbitlah terang”.
Tokoh lain yang melanjutkan cita-cita Kartini adalah Dewi Sartika yang mendirikan sekolah wanita
Keutamaan Istri tahun 1904 di Bandung.

Peranan Pers
Pers merupakan salah satu alat perjuangan organisai pergerakan nasional. Selama penjajahan Belanda, peranan
pers tidak bisa dilepaskan dalam pergerakan nasional. Bagi organisasi pergerakan media massa cetak berperan
bagi penyebaran gagasan dan asas perjuangan organisasi kepada masyarakat.

LAHIRNYA NASIONALISME DI
INDONESIA
Diposting pada 26/07/2011oleh Mustaqim
A. FAKTOR PENDORONG LAHIRNYA NASIONALISME INDONESIA

Kata nasionalisme berasal dari kata Nation yang berati bangsa. Dalam bahasa Latin,
kata Bangsa berati lahir kembali, suku kemudian bangsa. Bangsa adalah kumpulan
manusia yang mendiami wilayah tertentu dan memiliki hasrat untuk bersatu karena
memiliki persamaan nasib, cita-cita dan kepentingan bersama. Menurut Han Kohn
adalah suatu paham yang menempatkan kesetiaan tertinggi individu harus diserakan
kepada negara dan bangsa. Bangkitnya nasionalisme Indonesia didukung oleh faktor
intern dan ekstern.

1. Faktor Intern
Faktor-faktor intern yang menyebabkan lahir dan berkembangnya nasionalisme
Indonesia adalah sebagai berikut.

Sebuah. Kejayaan Bangsa Indonesia sebelum kedatangan Bangsa Barat


Sebelum kedatangan bangsa Barat, di wilayah Nusantara sudah tiba kerajaan-kerajaan
besar, seperti Sriwijaya, Mataram dan Majapahit. Kejayaan masa lampau yang menjadi
sumber inspirasi untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan.
b. Penderitaan Rakyat melalui Pengerukan Kekayaan
Politik Drainase politik mencapai puncaknya sistem tanam diterapkan yang diterapkan
dengan sistem ekonomi liberal.
c. Adanya Diskriminasi Rasial
Diskriminasi merupakan hal menonjol yang diterapkan oleh pemerintah kolonial
Belanda dalam kehidupan sosial pada awal abad ke-20. Dalam bidang pemerintahan,
tidak semua kepemimpinan tersedia untuk kaum pribumi.
d. Munculnya Golongan Terpelajar
Pada awal ke-20, pendidikan mendapatkan perhatian yang lebih baik dari pemerintah
kolonial. Hal itu sesuai dengan diterapkannya politik etis. Melalui penguasaan bahasa di
sekolah-sekolah modern, mereka dapat membahas berbagai ide-ide dan paham-paham
baru yang berkembang di Barat, seperti gagasan tentang HAM, liberalisme,
nasionalisme, dan demokrasi.

2. Faktor Ekstern
Lahir dan berkembangnya nasionalisme Indonesia juga didukung oleh faktor-faktor
ekstern, antara lain berikut ini.
Sebuah. Kemenangan Jepang melawan Rusia (1904-1905)
Kemenangan Jepang dalam Perang Rusia-Jepang telah berhasil mengguncangkan
dunia. Kemenangan Jepang ini berhasil menggugah kesadaran bangsa-bangsa Asia dan
Afrika untuk melawan penjajahan bangsa-bangsa kulit putih.
b. Kebangkitan Nasionalisme Negara-Negara Asia-Afrika
Kebangkitan nasional bangsa-bangsa Asia-Afrika memberikan dorongan kuat bagi
bangsa Indonesia untuk bangkit melawan penindasan pemerintahan kolonial. Revolusi
Tiongkok (1911) dan pementukan partai Kuomintang oleh Sun Yan Set yang berhasil
membuat Cina sebagai negara mereka pada tahun (1912).
c. Masuknya Paham-Paham Baru
Paham-paham baru seperti liberalisme, demokrasi dan nasionalisme muncul setelah
terjadi Revolusi Amerika dan Revolusi Perancis. Hubungan antara Asia dan Eropa
menyebabkan paham-paham yang menyebar dari Eropa ke Asia, termasuk ke
Indonesia.
B. ORGANISASI-ORGANISASI PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA
1. Boedi Oetomo
Dengan semangat meningkatkan semangat masyarakat, Mas Ngabehi Wahidin Soediro
Husodo, seorang doktor jawa dan termasuk seorang priayi, tahun 1906-1907 melakukan
kempanye di kalangan priayi di Pulau Jawa.
Pada akhir 1907, Wahidin bertemu dengan Soetomo, pelajar STOVIA di
Batavia. Pertemuan tersebut berhasil mendorong didirikannya organisasi yang diberi
nama Boedi Oetomo pada hari rabu tanggal 20 Mei 1908 di Batavia. Soetomo kemudian
ditunjuk sebagai ketuanya. Tanggal berdirinya Boedi Oetomo hingga saat ini diperingati
sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

2. Sarekat Islam
Pada akhir 1911, Haji Samanhudi di Solo menghimpun para pengusaha batik di sebuah
organisasi yang bercorak agama dan ekonomi, yaitu Sarekat Dagang Islam (SDI).
Setahun kemudian pada bulan November 1912 nama SDI diganti menjadi Sarekat Islam
( SI ) dengan ketuanya Haji Oemar Said Cokroaminoto, sedangkan Samanhudi sebagai
ketua kehormatan. Ubah nama tersebut agar Agar partisipasinya menjadi luas, bukan
hanya dari kalangan pedagang. Ketika dilihat dari anggaran awal, tujuan pendirian
Sarekat Islam adalah sebagai berikut.
A. Mengembangkan jiwa dagang.
B. bantuan bantuan kepada anggota-anggota yang kesulitan.
C. Memajukan lanjutan dan semua.
D. Menentang pendapat-pendapat yang keliru tentang agama Islam.
Aktivitas SI lebih mengutamakan politik tidak dibuat oleh sebagian besar
anggotanya. Mereka meminta SI memperhatikan masalah keagamaan. Dalam kondisi
itu, SI memutuskan untuk bekerja sama dengan pemerintahan kolonial dan berganti
nama menjadi Partai Sarikat Islam. Sehubungan dengan meluasnya semangat
persatuan dan Sumpah Pemuda , nama tersebut diubah menjadi Partai Sarikat Islam
Indonesia (PSII) pada tahun 1930 dengan ketuanya Haji Agus Salim .
3. Indische Partij
Indische Partij berdiri di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912. Organisasi ini juga
bertindak sebagai pengganti Indische Bond. Sebagai organisasi kaum Indonesia dan
Eropa yang didirikan pada tahun 1898. Tokoh ketiga pendiri Indische Partij dikenal
dengan Tiga Serangkai, yaitu Douwes Dekker (Danudirdja Setiabudi), dr. Cipto
Mangunkusumo , dan Suwardi Suryaningrat ( Ki Hajar Dewantara ). Indische Partij
merupakan gerakan nasional yang bergerak politik murni dengan semangat
nasionalisme modern.
Indische Partij berdiri atas dasar nasionalisme yang luas menuju kemerdekaan
Indonesia. Indonesia dianggap sebagai Rumah Nasional bagi semua orang, baik
penduduk bumi maupun negara Belanda, Cina, dan Arab, yang mengakui Indonesia
sebagai tanah air dan kebangsaannya. Paham ini pada waktu yang dikenal sebagai
Indisch Nasionalisme, yang selanjutnya melalui perhimpunan Indonesia dan PNI,
diubah menjadi Indonesische Nationalisme atau Nasional Indonesia. Hal yang
dimaksud dengan Partis Indische sebagai partai politik pertama di Indonesia.
4. Perhimpunan Indonesia
Perhimpunan Indonesia didirikan pada tahun 1908 oleh orang-orang Indonesia yang
berada di Belanda, antara lain Sutan Kasayangan dan RN Noto Suroto. Mula-mula
organisasi itu bernama Indische Vereeniging. Akan tetapi sejak berakhirnya Perang
Dunia I perasaan anti kolonialisme dan imperialisme di antara pemimpin-pemimpin
Indische Vereeniging semakin unggul.
Pada tahun 1922, Indische Vereeniging berubah menjadi Indonesische
Vereeniging. Sejak tahun 1925, selain nama dalam bahasa Belanda juga digunakan
dalam bahasa Indonesia , yaitu Perhimpunan Indonesia. Oleh karena itu, semakin tegas
bahwa PI bergerak dalam bidang politik.
Dalam pergerakan nasional di Indonesia, gerakan PI cukup besar. Beberapa organisasi
pergerakan nasional mulai terinspirasi oleh PI, seperti Perhimpunan Pelajar-Pelajar
Indonesia (PPPI) tahun 1926, Partai Nasional Indonesia (PNI) tahun 1927, dan Jong
Indonesia (Pemuda Indonesia) tahun 1927.
5. Partai Komunis Indonesia
Ketika Sosial Democratische Arbeiderspartij (SDAP) di Belanda pada tahun 1918
mengumumkan dirinya menjadi Partai Komunis Belanda (CPN), para anggota ISDV
dari golongan Eropa berusaha mencari jalan itu. Oleh karena itu, pada tanggal 23 Mei
1920 diubah lagi menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Di dalam susunan pengurus
baru terbentuk ter antara semaun sebagai ketua, Darsono sebagai wakil ketua, Bergsma
sebagai sekretaris, Dekker sebagai bendahara, serta Baars dan Sugono sebagai anggota
pengurus. PKI tumbuh menjadi partai politik dengah jumlah yang sangat besar. Akan
tetapi karena jumlah anggotanya intinya kecil, partai itu kurang bisa mengatur dan
menerapkan disiplin kepada anggotanya.
Setelah berhasil menempatkan dirinya sebagai partai besar, PKI merasa telah berhasil
untuk melakukan pemberontakan pada tahun 1926. Hampir sepuluh tahun kemudian,
Komitern mengirimkan seorang tokoh komunis kembali ke Indonesia. Tokoh ini adalah
Musso yang pada bulan April 1935 mendarat di Surabaya. Dengan bantuan Joko
Sujono, Pamuji, dan Achmad Sumadi, ia membentuk yang diberi nama PKI
Ilegal. Kegiatan utama kaum komunis kemudian disalurkan melalui Gerakan Rakyat
Indonesia (Gerindo) dengan tokoh yang mendukung Amir Syarifudin.
6. Partai Nasional Indonesia
Partai Nasional Indonesia (PNI) dibentuk di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927 dengan
tokoh-tokohnya Ir. Soekarno, Iskaq, Budiarto, Cipto Mangunkusumo, Tilaar, Soedjadi,
dan Soenaryo. Dalam pengurus besar PNI, Ir. Soekarno ditunjuk sebagai ketua, Iskaq
sebagai sekretaris / bendahara, dan Dr. Samsi sebagai komisaris. Sementara itu di
dalam perekrutan anggota yang memilih sebagai mantan anggota PKI tidak diminta
menjadi anggota PNI, juga pegawai negeri yang memfasilitasi pengumpulan mata
pemerintah kolonial. Ada dua macam cara yang dilakukan oleh PNI untuk memperbaiki
diri dan pengaruhnya di dalam masyarakat, yaitu:
a. Usaha ke dalam: Usaha menuju lingkungan itu sendiri, antara lain menyelenggarakan
kursus-kursus, mendirikan sekolah-sekolah dan bank-bank.
b. Usaha ke luar: Dengan memeperkuat opini publik terhadap tujuan PNI, antara lain
melalui rapat-rapat umum dan penerbitan surat kabar Benteng Priangan di Bandung
dan Persatuan Indonesia di Batavia.
Peningkatan rapat rapat-rapat umum di cabang-cabang sejak bulan Mei 1929
menimbulkan suasana yang tegang. Pemerintah kolonial Belanda lebih banyak
melakukan pengawasan terhadap kegiatan-PNI yang mempertimbangkan keamanan
dan ketertiban. Sering kali polisi menunda pidato karena dianggap telah menghasut
rakyat.
Akhirnya pemerintah Hindia Belanda beranggapan tiba tiba untuk melakukan tindakan
terhadap PNI. Sebaliknya Gubernur Jenderal de Graef mendapat tekanan dari Belanda
yang tergabung dalam Vanderlansche Club untuk memastikan karena mereka
berkeyakinan dan PNI melanjutkan upaya PKI.

C. Upaya-Upaya Menggalang Persatuan


1. Pembentukan Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan
Indonesia (PPPKI)
Di sini para pemimpin pergerakan politik muncul untuk membentuk gabungan (fusi)
dari partai-partai politik yang ada. Tujuannya untuk menguatkan dan mempersatukan
tindakan-tindakan yang dilakukan pemerintah kolonial. Usaha itu dirintis oleh Sarekat
Islam, Muhammadiyah, Jong Islamiten Bond, Pasundan, Persatuan Minahasa, Sarekat
Ambon dan Sarekat Madura. Pada bulan September 1926 berhasil dibentuk Komite
Persatuan Indonesia. Akan tetapi, usaha tersebut tidak berhasil dengan baik sehingga
tidak satu pun organisasi gabungan (fusi) yang dihasilkan.
Pada tanggal 17-18 Desember 1927 diadakan sidang di Bandung yang dihadiri oleh
wakil-wakil dari PNI, Algemeene Studieclub, PSI (Partai sarekat Islam), Boedi Oetomo,
Pasundan, Sarekat Sumatra, Kaum Betawi, dan Indinesische studieclib. Sidang tersebut
memutuskan untuk membentuk (PPPKI) dengan tujuan sebagai berikut.

Sebagai suatu alat organisasi yang tetap dari federasi itu, membentuklah dewan
pertimbangan yang terdiri atas seorang ketua, sekretaris, bendahara, dan wakil partai-
partai yang bergabung. Soetomo dari Studieclub sebagai Ketua Majelis Pertimbangan
dan Ir. Anwari dari PNI sebagai sekretaris.
2. Gerakan Pemuda
1. Gerakan Pemuda Kedaerahan
Trikoro Dharmo merupakan organisasi pemuda kedaerahaan pertama di
Indonesia. Trikoro Dharmo didirikan di Gedung Stovia pada tanggal 7 Maret 1915 oleh
pemuda-pemuda Jawa, seperti Satiman, Kadarman, Sumardi, Jaksodipuro
(Wongsonegoro), Sarwono, dan Mawardi. Trikoro Dharmo yang berarti tiga tujuan
mulia, yaitu Sakti, Budi dan Bhakti.
Kenggotaan Trikoro Dharmo pada mulanya hanya terbatas pada kalangan pemuda dari
Jawa dan Madura. Akan tetapi, diperluas dengan semboyannya Jawa Raya yang
diperluas Jawa, Sunda, Bali, dan Lombok. Pada tanggal 9 Desember 1917 di Jakarta
berdiri organisasi Jong Sumatranen Bond. Tokoh-tokoh nasional yang pernah menjadi
anggota Jong Sumatranen Bond, antara lain Moh.Hatta, Moh.Yamin, M. Tasil, Bahder
Djohan, dan Abu Hanifah. Jong Minahasa berdiri pada tanggal 5 Januari 1918 di
Manado dengan tokohnya AJHWKawilarang dan V.Adam. Jong Celebes dengan tokoh-
tokohnya Arnold Monomutu, Waworuntu, dan Magdalena Mokoginta. Jong Ambon
berdiri pada tanggal 1 Juni 1923 di Jakarta.
Dengan semangat kedaerahaannya itu, pada kongres Trikoro Dharmo di Solo tanggal 12
Juni 1918 nama trikoro Dharmo diubah menjadi Jong Java. Kegiatan Jong Java masih
tetap bergerak dalam bidang sosial budaya. Pada Mei 1922 di Solo dan kongres luar
biasa Desember 1922 ditetapkan bahwa Jong Java tidak akan mencampuri masalah
politik. Anggota Jong Java hanya diperbolehkan terjun dalam dunia politik setelah
mereka tamat belajar.
2. Kongres Pemuda Indonesia
1. Kongres Pemuda I
Peruntungan untuk bersatu seperti yang didengung-dengungkan oleh Perhimpunan
Indonesia (PI) dan Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) telah berhasil dalam
sanubari pemuda-pemuda Indonesia. Untuk itu, pada tanggal 30 April-2 Mei 1926 di
Jakarta diadakan kongres pemuda Indonesia yang pertama.
Dalam kongres itu dilakukan beberapa kali pidato tentang pentingnya Indonesia
bersatu. Disampaikan pula tentang upaya-upaya meyakinkan rasa persatuan yang harus
tumbuh di atas kepentingan golongan, bangsa dan agama. Selanjutnya juga dibicarakan
tentang topik bahasa dan kesusastraan Indonesia kelak dikemudian hari.
Para mahasiswa Jakarta dalam kongres tersebut juga membahas tentang upaya
mempersatukan perkumpulan-perkumpulan pemuda menjadi satu badan gabumgan
(fusi). Meskipun pembicaraan tentang fusi tidak membuahkan hasil yang memuaskan,
kongres itu telah memenuhi cita-cita Indonesia bersatu.
2. Kongres Pemuda II
Kongres Pemuda II diadakan dua tahun setelah Kongres Pemuda Indonesia pertama,
disetujui pada tanggal 27-28 Oktober 1928. Kongres itu dihadiri oleh wakil-wakil dari
perkumpulan-perkumpulan pemuda kompilasi yang berbeda Pemuda Sumatera,
Pemuda Indonesia, Jong Bataksche Bond, Sekar Rukun, Pemuda Kaum Betawi, Jong
Islamiten Bond, Jong Java, Jong Ambon dan Jong Celebes. PPPI yang memimpin
kongres ini sengaja mengalihkan kongres saat pindah fusi organisasi-organisasi
pemuda.
Susunan panitia Kongres Pemuda II yang sudah terbentuk sejak bulan Juni 1928 adalah
sebagai berikut.
Ketua: Sugondo Joyopuspito dari PPPI
Wakil ketua: Joko Marsaid dari Jong Java
Sekretaris: Moh. Yamin dari Jong Sumatranen Bond
Bendahara: Amir Syarifuddin dari Jong Bataksche Bond
Pembantu I: Johan Moh. Cai Dari Jong Islamiten Obligasi
Pembantu II: Koco Sungkono Dari Pemuda Indonesia
Pembantu III: Senduk Dari Jong Cilebes
Pembantu IV: J. Leimena Dari Jong Ambon
Pembantu V: Rohyani Dari Pemuda Kaum Betawi
Kongres Pemuda II dilaksanakan selama doa hari, 27-28 Oktober 1928 persidangan
yang dilaksanakan sebanyak tiga kali dalam pembahasan persatuan dan kebangsaan
Indonesia, pendidikan, serta pergerakan kepanduan. Kongres tersebut berhasil
mengambil keputusan yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda sebagai berikut.

Rumusan ini dibuat oleh sekretaris panitia, Moh. Yamin dan dibacakan oleh ketua
kongres, Sugondo Joyopuspito, secara resmi di depan kongres. Selanjutnya
diperdengarkan lagu Indonesia Raya yang diciptakan dan dibawakan oleh WR
Supratman dengan gesekan biola. Peristiwa bersejarah itu merupakan hasil kerja keras
para pemuda pelajar Indonesia. Dengan tiga butir sumpah Pemuda itu, setiap
organisasi pemuda kedaerahi konsekuen meleburkan diri ke dalam satu wadah yang
telah disepakati bersama, yaitu Indonesia Muda.
D. Berkembangnya Taktik Moderat dan Kooperatif dalam Perkembangan Nasional
Berkembangnya Kemajuan moderat dan Kooperatif dalam pergerakan nasional
Indonesia dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut:
1. Krisis ekonomi (malaise) yang terjadi sejak tahun 1921 dan berulang pada akhir tahun
1929. Sebaliknya, pada awal tahun 1930-an krisis ekonomi tidak kunjung reda.
2. Kebijakan keras pemerintahan Gubernur Jenderal de Jonge menyebabkan
pergerakan kaum, terutama golongan nonkooperatif, sangat berpengaruh. Setiap
gerakan yang radikal atau revolusioner akan ditindas dengan alasan pemerintah
kolonial yang bertanggung jawab atas kondisi di Hindia Belanda.
3. Pada tahun 1930-an, gerakan nasional yang berkembang di Eropa menyaksikan
perkembangan paham fasisme dan Naziisme mengenai perkembangan kedudukan
negara demokrasi. Demikian pula Jepang sebagai negara di Asia telah melakukan
ekspansinya ke wilayah Pasifik sehingga ada yang mendekati kaum nasionalis dengan
penguasa kolonial, yaitu mempertahankan demokrasi melawan bahaya
fasisme. Kesadaran itu muncul pertama kali di Perhatian Perhimpunan Indonesia yang
sebelumnya telah melakukan perlawanan kooperatif.
Sebuah. Partindo (1931)
Pada kongres luar biasa PNI di Batavia tanggal 25 April 1931 diambil keputusan untuk
membubarkan PNI. Pembubaran ini yang menjadi pertentangan di kalangan
pendukung PNI. Sartono dan pendukungnya membentuk Partai Indonesia (Partindo)
pada tanggal 30 April 1931.

Asas dan tujuan serta garis-garis perjuangan PNI masih diteruskan oleh
Partindo. Selanjutnya dilakukan berusaha menghimpun kembali anggota-anggota PNI
yang tercerai-jadi pada tahun 1931 berhasih membuat 12 cabang. Kemudian
berkembang menjadi 24 cabang dengan anggota sebanyak 7.000 orang.
Penangkapan kembali Ir. Soekarno pada tanggal 1 Agustus 1933 melisensi
Partindo. Bung Karno diasingkan ke Ende, Flores, pada tahun 1934. karena alasan
kesehatan, Bung Karno pindah ke Bengkulu pada tahun 1938 dan pada tahun 1942
dipindahkan kepadang karena dianggap serbuan Jepang ke Indonesia. Tanpa
Ir. Soekarno, Partindo memperbaiki kemunduran. Partindo keluar dari PPPKI agar
PPPKI tidak terhalang gerak karena ada larangan untuk mengadakan rapat. Dalam
kesulitan yang sulit itu, untuk yang kedua kalinya Sartono membubarkan Partindo juga
tanpa dukungan penuh dari anggotanya.
b. PNI Baru (1931)
Pada bulan Desember 1931, membentuk Pendidikan Nasional Indonesia (PNI
Baru). Mula-mula Sutan Syahir dipilih sebagai ketuanya. Moh. Hatta kemudian terpilih
sebagai ketua pada tahun 1932 setelah kembali dari Belanda. Organisasi-organisasi
tersebut tetap sama-sama menggunakan perjuangan non-kooperatif untuk mencapai
kemerdekaan politik. Perbedaan antara PNI Baru dengan Partindo adalah sebagai
berikut:
- PPPKI oleh PNI Baru dianggap sebagai "persatean" bukan persatuan karena anggota-
anggotanya memiliki ideologi yang berbeda-beda. Sementara itu, Partindo menganggap
PPPKI bisa menjadi wadah persatuan yang kuat dari mereka berjuang sendiri-sendiri.
- Dalam upaya mencapai kemerdekaan, PNI Baru lebih mengutamakan pendidikan
politik dan sosial. Partindo lebih mengandalkan organisasi masa depan dengan aksi-
aksi masa depan untuk mencapai kemerdekaan.
Pada tahun 1933, PNI Baru telah memiliki 65 cabang. Untuk mempersiapkan
masyarakat dalam mencapai kemerdekaan, PNI Baru melakukan kegiatan penerangan
untuk rakyat dan penyuluhan koperasi. Kegiatan-Kegiatan PNI Baru tersebut ditambah
dengan sikapnya yang non-kooperatif dipertimbangkan oleh pemerintah
kolonialnya. Oleh karena itu, pada bulan Februari 1934 Bung Hatta, Sutan Syahir,
Maskun, Burhanuddin, Murwoto, dan Bondan ditangkap pemerintah kolonial. Bung
Hatta diasingkan ke hulu Sungai Digul, Papua. Kemudian dipindahkan ke Banda Neira
pada tahun 1936 dan akhirnya ke Sukabumi pada tahun 1942. Dengan demikian, hanya
partai-partai yang memilih kooperatif saja yang dibiarkan hidup oleh pemerintah
kolonial Belanda.
c. Parindra (1935)
Pada bulan Desember 1935 di Solo diadakan kongres yang menghasilkan penggabungan
Boedi Oetomo dengan Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) dan membuat Partai
Indonesia Raya (Parindra). R. Soetomo terpilih sebagai ketua Parindra dengan
Surabaya sebagai pusatnya. Tujuannya adalah mencapai Indonesia raya dan
mulia. Tokoh-tokoh Terkenal Parindra lainnya adalah Moh. Husni Thamrin dan Sukarjo
Wiryopranoto.
Parindra berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan cara mendirikan Rukun
Tani, membentuk serikat pekerja, mengadu Swadesi, dan mendirikan Bank Nasional
Indonesia. Perjuangan Parindra dalam Volksraad berlangsung sampai akhir penjajahan
Belanda. Dalam hal ini kegigihan terkenal Moh. Husni Thamrin dengan membuat
Fraksi Nasional dan GAPI yang berhasil mengatur pemerintah kolonial melakukan
beberapa perubahan, seperti menggunakan bahasa Indonesia dalam memihak
Volksraad dan mengganti istilah Inlander menjadi Indonesier.
d. Gerindo
Setelah Partindo dibubarkan pada tahun 1936, banyak anggotanya kalah
perebutan. Sementara itu, Parindra yang menganggap kooperatif dianggap kurang
sesuai. Oleh karena itu, pada bulan Mei 1937 di Jakarta dibentuk Gerakan Rakyat
Indonesia (Gerindo). Tokoh-tokohnya yang terkenal adalah AKGani, Moh. Yamin, Amir
Syarifuddin, Sarino Mangunsarkoro, Nyono, Prawoto, Sartono, dan Wilopo.
Gerindo mendukung mencapai Indonesia merdeka, tetapi dengan asas-asas yang
kooperatif. Dalam bidang politik, Gerindo meminta perwakilan yang bertanggung jawab
kepada rakyat dalam bidang ekonomi yang menuntut Penasihat Ekonomi Rakyat
Indonesia (Peri) yang mengumpulkan modal dengan kekuatan buruh dan tani
berdasarkan asas nasional-demokrasi-koperasi. Dalam bidang sosial. Oleh karena itu,
Gerindo menerima anggota dari kalangan orang Indo, peranakan Cina, dan Arab.
e. Petisi Sutardjo
Pada tanggal 15 Juli 1936, Sutardjo Kartohadikusumo selaku Persatuan Pegawai
Bestuur (PPB) di dalam Volkstraad meminta usul yang kemudian dikenal dengan petisi
Sutardjo. Petisi ini memberikan permintaan kepada pemerintah kolonial agar
diselenggarakan musyawarah antara wakil-wakil Indonesia dan Belanda untuk
perubahan rencana waktu 10 tahun mendatang, yaitu pemberian status otonom kepada
rakyat Indonesia yang tetap dalam lingkungan kerajaan Belanda.
Sebelum Indonesia dapat berdiri sendiri, Sutardjo diminta untuk mengambil langkah-
langkah untuk memperbaiki Indonesia, antara lain sebagai berikut:
a. Volksraad dibuat menyerupai yang
b. Direktur departemen diberi tanggung jawab
c. Dibentuk Dewan Kerajaan (rijksraad) sebagai badan tertinggi antara Belanda dan
Indonesia yang anggota anggotanya merupakan wakil-wakil kedua pihak
. Penduduk Indonesia adalah orang-orang yang dilahirkan, asal-usul dan cita-citanya
memihak Indonesia.
Petisi itu juga ditandatangani oleh IJ Kasimo, Sam Ratulangi, Datuk Tumenggung dan
Kwo Kwat Tiong. Sebagian besar dari partai-partai dan tokoh-tokoh pergerakan juga
mendukung Petisi Sutardjo. Setelah mendapatkan persetujuan dari anggota Volksraad,
petisi kemudian dikirimkan kepada pemerintah kerajaan dan Parlemen Belanda.
Golongan yang tidak setuju adalah Golongan konservatif dan para pengusaha
perkebunan, termasuk kelompok Vanderlandche Club (VC) menganggap petisi terlalu
prematur dan menganggap itu ekonomi dan sosial Hindia Belanda (Indonesia) tidak
cukup untuk dapat digunakan sendiri. Selain itu dipermasalahkan pula tentang dapat
memenangkannya kesatuan wilayah Nusantara di dalam lingkungan Pax Nederlandica
karena pada persetujuan kondisi politik Hindia Belanda belum mantap.
Pada tanggal 16 November 1938, pemerintah Belanda memberikan jawaban atas petisi
yang menolak dengan alasan-alasan berikut.
- Perkembangan politik Indonesia belum cukup matang untuk membuatnya sendiri
terlalu dini.
- Dipertanyakan juga tentang kependudukan golongan minoritas dalam struktur politik
yang baru nanti.
- Tuntutan otonomi dilihat sebagai hal yang tidak alamiah karena pertumbuhan
ekonomi, sosial dan politik belum memadai.
Meskipun petisi tersebut ditolak, pemerintah kolonial mulai melakukan perubahan
pemerintah pada tahun 1938. Pemerintah membentuk provinsi-provinsi di luar Jawa
dengan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat, sedangkan Dewan Provinsi
mengizinkan rumah tangga daerah.
f. Perjuangan GAPI “Indonesia Berparlemen”
Penolakan petisi Sutardjo mendorong gerakan menuju kesatuan nasional, dan aksi
untuk menentukan nasib sendiri. Gerakan itu kemudian menjelma menjadi Gabungan
Politik Indonesia (GAPI). Pembentukan GAPI dipelopori oleh MH Thamrin dari
Parindra.
Program pelaksanaan GAPI mulai terwujud dalam rapatnya pada tanggal 4 Juli 1939.
Dalam rapat itu diputuskan untuk penyelenggaraan Kongres Rakyat Indonesia yang
akan memperjuangkan hasil negosiasi itu sendiri serta persatuan dan kesatuan
Indonesia. Namun, sebelum aksi dapat dilancarkan dalam skala besar, pada tanggal 9
Septamber 1939 terdengar kabar bahwa Perang Dunia II telah berkobar. Oleh karena
itu, dalam pengumuman pada tanggal 19 September 1939, GAPI menyerukan agar
dalam keadaan penuh bahaya dapat dibina dalam hubungan kerja yang sama dengan
yang dilakukan di Belanda dan Indonesia.
Aksi pertama GAPI diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 1 Oktober 1939. Pada
pertengahan Desember 1939 diselenggarakan rapat umum di beberapa tempat. Dengan
semboyan “Indonesia Berparlemen” dalam setiap aksinya, GAPI yang meminta
pemerintah membuat persetujuan yang dipilih dan dari rakyat sebagai yang menerima
Volksraad dan dengan pemerimtahan yang bertanggung jawab kepada yang
dimaksud. Untuk itu, kepala-kepala departemen harus diganti menteri-menteri yang
bertanggung jawab atas persetujuan.
Pernyataan pemerintah kolonial Belanda dikeluarkan pada tanggal 10 Februari 1940
melalui menteri jajahan Welter yang mengumumkan pembangunan di bidang jasmani
dan rohani akan meminta pertanggungjawaban di bidang ketatanegaraan. Sudah
barang tentu saja hak-hak ketatanegaraan meminta tanggung jawab dari para
pemimpin. Tanggung jawab ini hanya dapat dipikul yang disetujui rakyat. Selama
pemerintah Belanda bertanggung jawab atas kebijakan politik di Hindia Belanda, tidak
mungkin harus disetujui Indonesia.
Tentu saja yang menentangnya menimbulkan kekecewaan, tetapi GAPI masih
mempertahankan perjuangannya. Dalam rapat tanggal 23 Februari 1940, GAPI
meminta pertemuan Panitia Parlemen Indonesia sebagai tindak lanjut aksi Indonesia
Berparlemen. Akan tetapi, kesempatan bergerak untuk GAPI sudah tidak ada lagi. Pada
awal Mei 1940, Belanda diduduki oleh Jerman sehingga Perang Dunia II telah berkobar
di Negeri Belanda. Meskipun negerinya sudah diduduki oleh Jerman, tetapi Belanda
tidak mau mundur setapak pun dari bumi Indonesia.
Sikap pemerintah Belanda yang konservatif itu tidak mengurangi loyalitas rakyat
Indonesia terhadap Belanda, bahkan ada yang meminta umum untuk bekerja sama
dalam perang itu. Sebagai ketidakseimbangan dari kesetiaan bangsa Indonesia tersebut,
Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer menjanjikan perubahan dalam
berbagai segi kehidupan masyarakat. Akan tetapi, akan membahas tentang perubahan
yang harus dilakukan untuk menyelesaikan perang. Pada tanggal 10 Mei 1941 di
pidatonya, Ratu Wilhelmina menyatakan kesediaannya untuk membahas tentang
ketatanegaraan Belanda terhadap perubahan yang menentukan penempatan kursi
berseberangan dengan struktur Kerajaan Belanda. Akan tetapi, masalah itu pun ditunda
hingga Perang Dunia II selesai.
Usulan pembentukan milisi pribumi yang didasarkan pada warga negara untuk
mempertahankan negerinya juga ditolak oleh pemerintah kolonial dengan alasan
modern yang lebih membutuhkan angkatan perang yang profesional. Sikap terpilih itu
diperlihatkan Belanda pada saat dilontarkan Piagam Atlantik (Piagam Atlantik) oleh
Perdana Menteri Inggris Woodrow Wilson dan Presiden Amerika Serikat FD Roosevelt
yang menjamin hak setiap bangsa untuk memilh bentuk pemerintahannya sendiri.

Satu-satunya hasil dari berbagai gerakan melalui Dewan Rakyat adalah pembentukan
Komisi Vismen (Commissie-Visman) pada bulan Maret 1941. Komisi ini membahas
tentang tujuan, cita-cita, dan juga yang terkait dengan golongan masyarakat yang
membutuhkan perbaikan. Mulai diumumkan pada bulan Desember 1941 yang
menyatakan populasi sangat puas dengan pemerintah Belanda.

Anda mungkin juga menyukai