Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori


Untuk memenuhi kehidupan, manusia tidak hanya bergantung pada makanan yang berasal
dari darat saja, akan tetapi juga bergantung pada makanan yang berasal dari air. Tanaman yang
berada di dalam air, dengan bantuan sinar matahari melakukan fotosintesis yang menghasilkan
oksigen. Oksigen yang dihasilkan dari fotosintesis ini akan larut di dalam air. Selain dari itu
oksigen yang ada di udara dapat juga masuk kedalam air melalui proses difusi, yang secara lambat
menembus permukaan air. Konsentrasi oksigen yang terlarut di dalam air tergantung pada tingkat
kejenuhan air itu sendiri. Kejenuhan dapat disebabkan oleh koloidal yang melayang di dalam air
maupun oleh jumlah larutan limbah yang terlarut dalam air. Tekanan udara dapat pula
mempengaruhi kelarutan oksigen di dalam air karena tekanan udara mempengaruhi kecepatan
difusi oksigen dari udara di dalam air.
Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar, kandungan oksigennya sangat rendah.
Hal itu karena oksigen yang terlarut di dalam air diserap oleh mikroorganisme untuk memecah atau
mendegradasi bahan buangan organic sehingga menjadi bahan yang mudah menguap (yang
ditandai dengan bau busuk). Selain dari itu, bahan buangan organic juga dapat bereaksi dengan
oksigen yang terlarut di dalam air, mengikuti reaksi oksidasi biasa. Makin banyak bahan buangan
organic yang ada di dalam air, makin sedikit sisa kandungan oksigen yang terlarut didalamnya.
Bahan buangan organic biasanya berasal dari industri kertas, industri penyamakan kulit, industri
pengolahan bahan makanan (seperti industri pemotongan daging, industri pengalengan ikan,
industri pembekuan udang, industri roti, industri susu, industri keju dan mentega), bahan buangan
limbah rumah tangga, bahan buangan limbah pertanian, kotoran hewan dan kotoran manusia dan
lain sebagainya.
Dengan melihat kandungan oksigen yang terlarut di dalam air, dapat ditentukan seberapa jauh
pencemaran air lingkungan telah terjadi. Cara yang ditempuh untuk maksud tersebut adalah dengan
uji:
1. COD, kepanjangan dari Chemical Oxygen Demand, atau kebutuhan oksigen kimia, untuk

II-1
BAB II Tinjauan Pustaka

reaksi oksidasi terhadap bahan buangan di dalam air.


2. BOD, kepanjangan dari Biological Oxygen Demand, atau kebutuhan oksigen biologis untuk
memecah bahan buangan di dalam air oleh mikroorganisme.
Melalui kedua cara tersebut dapat ditentukan tingkat pencemaran air lingkungan (Wisnu, 1995).
II.1.1 COD (Chemical Oxygen Demand)
COD (Chemical Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah oksigen yang
diperlukan agar bahan buangan di dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia. Dalam hal ini
bahan buangan organic akan dioksidasi oleh Kalium Bikromat menjadi gas CO2 dan H2O serta
jumlah ion kromat. Kalium Bikromat atau K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing
agent). Oksidasi terhadap bahan buangan organic akan mengikuti reaksi berikut ini :

CaHbOc + Cr2O72- + H+ Katalisator CO2 + H2O + Cr3+

Reaksi tersebut perlu pemanasan dan juga penambahan katalisator perak sulfat (Ag2SO4)
untuk mempercepat reaksi. Apabila dalam bahan buangan organic diperkirakan ada unsure klorida
yang dapat mengganggu reaksi, maka perlu ditambahkan merkuri sulfat untuk menghilangkan
gangguan tersebut. Klorida akan mengganggu, karena akan ikut teroksidasi oleh kalium bikromat
sesuai dengan reaksi berikut ini :
6 Cl- + Cr2O72- + 14 H+ 3 Cl2 + 2 Cr3+ + 7 H2O
Apabila dalam larutan air lingkungan terdapat klorida, maka oksigen yang diperlukan pada
reaksi tersebut tidak menggambarkan pada keadaan sebenarnya. Seberapa jauh tingkat pencemaran
oleh bahan buangan tidak dapat diketahui secara benar. Penambahan merkuri sulfat adalah untuk
mengikat ion klor menjadi ion klorida mengikuti reaksi berikut ini :
Hg2+ + 2 Cl- HgCl2
Warna larutan air lingkungan yang mengandung bahan buangan organic sebelum reaksi
oksidasi adalah kuning. Setelah reaksi oksidasi selesai, maka akan berubah menjadi hijau. Jumlah
oksigen yang diperlukan untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan organic sama dengan
jumlah kalium bikromat yang dipakai pada reaksi tersebut diatas. Makin banyak kalium bikromat
pada reaksi oksidasi, maka makin banyak oksigen yang diperlukan. Ini berarti bahwa air
lingkungan banyak tercemar oleh limbah bahan buangan organic. Dengan demikian seberapa jauh
tingkat pencemaran air lingkungan dapat ditentukan(Wisnu, 1995).
Program Studi DIII Teknik Kimia FV-ITS
Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah
II-2
BAB II Tinjauan Pustaka

Penetapan COD gunanya untuk mengukur banyaknya oksigen setara dengan bahan organik
dalam sampel air, yang mudah dioksidasi oleh senyawa kimia oksidator kuat. COD adalah
banyaknya oksidator kuat yang diperlukan untuk mengoksidasi zat organik dalam air, dihitung
sebagai mg/l O2. Dalam studi kualitas air parameter COD sangat penting sekali karena parameter
ini juga merupakan salah satu indikator pencemaran air. Penentuan kadar COD bermanfaat untuk
menentukan sistem pengolahan limbah. Air yang tercemar, misalnya oleh limbah domestik ataupun
limbah industri pada umumnya mempunyai nilai COD yang tinggi, sebaliknya air yang tidak
tercemar mempunyai COD yang rendah (Yandy, 2013).
Chemical Oxygen Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia adalah jumlah oksigen
(mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi atau menguraikan senyawa/materi organik (secara
kimia) yang ada dalam 1L sampel air, di mana pengoksidasi K2Cr2O7 (kalium dikromat sebagai
oksidator yang umum dipakai) digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent). Parameter
COD menunjukkan jumlah senyawa organik dalam air yang dapat dioksidasi secara kimia ataupun
melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air.
Analisa COD berbeda dengan analisa BOD namun perbandingan antara angka COD dengan
angka BOD dapat ditetapkan. Perbandingan rata-rata angka BOD5/COD untuk beberapa jenis air :
 Air buangan domestik (penduduk) : 0,4-0,6
 Air buangan domestik setelah pengendapan primer : 0,6
 Air buangan domestik setelah pengolahan secara biologis : 0,2
 Air sungai : 0,1
Angka perbandingan yang lebih rendah dari yang seharusnya, misalnya untuk air buangan
penduduk (domestik). Tidak semua zat-zat organis dalam air buangan maupun air permukaan dapat
dioksidasikan melalui tes COD atau BOD. Zat organis yang biodegradable (dapat
dicerna/diuraikan), misalnya protein dan gula dapat dioksidasikan melalui tes COD dan BOD.
Selulosa hanya dapat dioksidasikan melalui tes COD. N organis yang biodegradable, misalnya
protein dapat dioksidasikan melalui tes COD dan BOD. N organis yang non-biodegradable,
misalnya NO2-, Fe2+, S2-, Mn3+ hanya dapat dioksidasikan melalui tes COD. NH4 bebas (nitrifikasi)
hanya dapat dioksidasikan melalui tes BOD mulai setelah 4 hari, dan dapat dicegah dengan
pembubuhan inhibitor. Hidrokarbon aromatik dan rantai hanya dapat dioksidasikan melalui tes
COD saja karena adanya katalisator Ag2SO4 (Taher, 2012).
Program Studi DIII Teknik Kimia FV-ITS
Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah
II-3
BAB II Tinjauan Pustaka

Theoretical Oxygen Demand (ThOD) atau kebutuhan oksigen teoretis adalah kebutuhan
oksigen untuk mengoksidasikan zat organis dalam air yang dihitung secara teoretis. Jumlah
oksigen tersebut dapat dihitung bila komposisi zat organis terlarut telah diketahui dan dianggap
semua C, H, dan N habis teroksidasi menjadi CO2, H2O, dan NO3-. Untuk masing-masing jenis air
(air sungai, air buangan penduduk, air limbah industri) terdapat perbandingan angka ThOD, COD,
dan BOD tertentu (Taher, 2012).
COD adalah banyaknya jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan bahan-bahan
organic dalam perairan. Secara linear, terdapat hubungan antara COD dan BOD. Apabila nilai BOD
tinggi, yang berarti terdapat indikasi penggunaan oksigen untuk mengurai bahan-bahan organic,
maka kadar COD juga akan tinggi (Effendi, 2003). Menurut Perda Jatim No.2/2008, kadar COD
yang diperbolehkan berada di dalam perairan kelas II adalah 25.0 mg/L. Apabila berada diatas
ambang batas tersebut, maka perairan dapat dikategorikan tercemar dan tidak layak dipergunakan
(Taher, 2012).
COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk
mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air (Boyd, 1990). Hal ini karena bahan
organik yang ada sengaja diurai secara kimia dengan menggunakan oksidator kuat kalium bikromat
pada kondisi asam dan panas dengan katalisator perak sulfat (Boyd, 1990; Metcalf & Eddy, 1991),
sehingga segala macam bahan organik, baik yang mudah urai maupun yang kompleks dan sulit
urai, akan teroksidasi. Dengan demikian, selisih nilai antara COD dan BOD memberikan gambaran
besarnya bahan organik yang sulit urai yang ada di perairan. Bisa saja nilai BOD sama dengan
COD, tetapi BOD tidak bisa lebih besar dari COD. Jadi COD menggambarkan jumlah total bahan
organik yang ada (Pranata, 2012).
II.1.2 BOD atau Biochemical Oxygen Demand
BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang menunjukkan
jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai
atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik (Umaly dan Cuvin, 1988; Metcalf &
Eddy, 1991). Bahan organik yang terdekomposisi dalam BOD adalah bahan organik yang siap
terdekomposisi. BOD sebagai suatu ukuran jumlah oksigen yang digunakan oleh populasi mikroba
yang terkandung dalam perairan sebagai respon terhadap masuknya bahan organik yang dapat
diurai.Walaupun nilai BOD menyatakan jumlah oksigen, tetapi untuk mudahnya dapat juga

Program Studi DIII Teknik Kimia FV-ITS


Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah
II-4
BAB II Tinjauan Pustaka

diartikan sebagai gambaran jumlah bahan organik mudah urai (biodegradable organics) yang ada
di perairan (Pranata, 2012).
II.1.3 Metode pengukuran BOD dan COD
Prinsip pengukuran BOD pada dasarnya cukup sederhana, yaitu mengukur kandungan
oksigen terlarut awal (DOi) dari sampel segera setelah pengambilan contoh, kemudian mengukur
kandungan oksigen terlarut pada sampel yang telah diinkubasi selama 5 hari pada kondisi gelap
dan suhu tetap (20 oC) yang sering disebut dengan DO5. Selisih DOi dan DO5 (DOi – DO5)
merupakan nilai BOD yang dinyatakan dalam miligram oksigen per liter (mg/L). Pengukuran
oksigen dapat dilakukan secara analitik dengan cara titrasi (metode Winkler,iodometri) atau dengan
menggunakan alat yang disebut DO meter yang dilengkapi dengan probe khusus. Jadi pada
prinsipnya dalam kondisi gelap, agar tidak terjadi proses fotosintesis yang menghasilkan oksigen,
dan dalam suhu yang tetap selama lima hari, diharapkan hanya terjadi proses dekomposisi oleh
mikroorganime, sehingga yang terjadi hanyalah penggunaan oksigen, dan oksigen tersisa ditera
sebagai DO5. Yang penting diperhatikan dalam hal ini adalah mengupayakan agar masih ada
oksigen tersisa pada pengamatan hari kelima sehingga DO5 tidak nol. Bila DO5 nol maka nilai
BOD tidak dapat ditentukan (Pranata, 2012).
Pada prakteknya, pengukuran BOD memerlukan kecermatan tertentu mengingat kondisi
sampel atau perairan yang sangat bervariasi, sehingga kemungkinan diperlukan penetralan pH,
pengenceran, aerasi, atau penambahan populasi bakteri. Pengenceran dan/atau aerasi diperlukan
agar masih cukup tersisa oksigen pada hari kelima. Karena melibatkan mikroorganisme (bakteri)
sebagai pengurai bahan organik, maka analisis BOD memang cukup memerlukan waktu. Oksidasi
biokimia adalah proses yang lambat. Dalam waktu 20 hari, oksidasi bahanorganik karbon mencapai
95 – 99 %, dan dalam waktu 5 hari sekitar 60 – 70 % bahan organik telah terdekomposisi (Metcalf
& Eddy, 1991). Lima hari inkubasi adalah kesepakatan umum dalam penentuan BOD. Bisa saja
BOD ditentukan dengan menggunakan waktu inkubasi yang berbeda, asalkan dengan menyebutkan
lama waktu tersebut dalam nilai yang dilaporkan agar tidak salah dalam interpretasi atau
memperbandingkan. Temperatur 20oC dalam inkubasi juga merupakan temperatur standard.
Temperatur perairan tropik umumnya berkisar antara 25 – 30 oC, dengan temperature inkubasi
yang relatif lebih rendah bisa jadi aktivitas bakteri pengurai juga lebih rendah dan tidak optimal
sebagaimana yang diharapkan. Ini adalah salah satu kelemahan lain BOD selain waktu penentuan
Program Studi DIII Teknik Kimia FV-ITS
Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah
II-5
BAB II Tinjauan Pustaka

yang lama tersebut. Metode pengukuran COD sedikit lebih kompleks, karena
menggunakanperalatan khusus reflux, penggunaan asam pekat, pemanasan, dan titrasi (Pranata,
2012).
II.1.4 Hambatan penentuan nilai COD
Kadar klorida (Cl-) sampai 2000 mg/lt dalam sampel dapat mengganggu bekerjanya
katalisator Ag2SO4, dan pada keadaan tertentu turut teroksidasi oleh dikromat, sesuai dengan
reaksi dibawah ini:
6 Cl- + Cr2O72 + 14 H+ 3 Cl2 + 2 Cr3+ + 7 H2O
Gangguan ini dihilangkan dengan penambahan merkuri sulfat (HgSO4) pada sampel, sebelum
penambahan reagen lainnya. Ion merkuri bergabung dengan ion klorida membentuk merkuri
klorida, sesuai dengan reaksi dibawah
ini:
Hg2+ + 2Cl- Hg Cl2
Dengan adanya ion Hg2+ ini, konsentrasi ion Cl- menjadi sangat kecil dan tidak mengganggu
oksidasi zat organis dalam tes COD.
Nitrit (NO2-) juga teroksidasi menjadi nitrat (NO3-). 1 mg NO2 – N ~ 1,1 mg COD. Kalau
konsentrasi NO2 – N > 2 mg/liter, maka harus ada penambahan 10 mg asam sulfat per mg NO2 –
N baik dalam sampel maupun dalam blanko.
 Kelebihan Penentuan nilai COD
1) Analisa COD hanya memakan waktu kurang lebih 3 jam, sedangkan analisa BOD
memerlukan 5 hari.
2) Untuk menganalisa COD antara 50-800 mg/l, tidak dibutuhkan pengenceran sample sedang
pada umumnya analisa BOD selalu membutuhkan pengenceran.
3) Ketelitian dan ketepatan tes COD adalah 2 sampel 3 kali lebih tinggi dari tes BOD.
4) Gangguan dari zat bersifat racun terhadap mikroorganisme pada tes BOD, tidak menjadi
soal pada tes COD.
 Kekurangan Penentuan Nilai COD
Penentuan nilai COD hanya merupakan suatu analisa yang menggunakan suatu reaksi
oksidasi kimia yang menirukan oksidasi biologis (yang sebenarnya terjadi di alam), sehingga
merupakan suatu pendekatan saja. Karena hal tersebut diatas maka tes COD tidak dapat
Program Studi DIII Teknik Kimia FV-ITS
Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah
II-6
BAB II Tinjauan Pustaka

membedakan antara zat-zat yang sebenarnya tidak teroksidasi (inert) dan zat-zat yang teroksidasi
secara biologis.
Theorytical Oxygen Demand (ThOD) atau kebutuhan oksigen teoritis adalah kebutuhan
oksigen untuk mengoksidasikan zat organis dalam air yang dihitung secara teoritis. Jumlah oksigen
tersebut dihitung bila komposisi zat organik terlarut telah diketahui dan dianggap semua C, H, dan
N habis teroksidasi menjadi CO2, H2O dan NO3- (Alaerts, 1987).
Uji COD juga digunakan secara luas sebagai suatu ukuran kekuatan pencemaran dari air
limbah domestik maupun sampah industri.
Oksigen yang dipakai = nilai permanganat
Hal ini dapat dianggap sebagai bentuk khusus uji COD dengan mana ia sebagian besar telah
digantikan. Uji coba selama tiga menit menentukan kebutuhan langsung oksigen dari contoh
disebebkan oleh zat anorganik yang dapat dioksidasi maupun zat organik yang telah dioksidasi
oleh potassium permanganat. Uji coba ini dengan cepat menunjukkan kebutuhan langsung oksigen
yang disebabkan oleh zat-zat anorganik yang dapat dioksidasi seperti nitrit, sulfida, sulfit dan
sebagainya, maupun oleh zat-zat organik yang dapat dioksidasi dengan mudah. Daya guna daripada
uji coba selama tiga menit ini akan menunjukkan adanya zat-zat yang mudah dioksidasi. Sampah-
sampah yang berisi garam-garam dan mengandung zat besi, nitrit sulfida, sulfit, thiosulfat, phenol,
formaldehyde memberikan nilai-nilai permanganat selama tiga menit yang inten (Mahida, 1983).

Program Studi DIII Teknik Kimia FV-ITS


Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah
II-7

Anda mungkin juga menyukai