Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Anak merupakan individu tersendiri yang bertumbuh dan berkembang
secara unik dan tidak dapat diulang setelah usianya bertambah. Menurut UU No. 4
tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, yang dimaksud anak adalah seseorang
yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah menikah. Saat ini yang
disebut anak bukan lagi yang berumur 21 tahun, tetapi berumur 18 tahun, seperti
yang ditulis Hurlock (1980) masa dewasa dini dimulai umur 18 tahun.
Meskipun demikian, anak masih dikelompokkan lagi menjadi tiga sesuai
dengan kelompok usia, yaitu: usia 2-5 tahun disebut usia prasekolah; usia 6-12
tahun sisebut usia sekolah; dan usia 13-18 tahun disebut usia remaja. Anak usia
sekolah dapat disebut sebagai akhir dari masa kanak-kanak sejak usia 6 tahun atau
masuk sekolah dasar kelas satu, ditandai oleh kondisi yang sangat mempengaruhi
penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial anak.
Selama pertengahan tahun masa kanak-kanak ini, dasar-dasar untuk peran
dewasa dalam pekerjaan, rekreasi, dan interaksi sosial terbentuk. Langkah
perkembangan selama anak mengembangkan kompetensi dalam ketrampilan fisik,
kognitif, dan psikososial. Selama masa ini anak menjadi lebih baiak dalam
berbagai hal; misalnya, mereka dapat berlari lebih cepat dan lebih jauh sesuai
perkembangan kecakapan dan daya tahannya.
Sekolah dan rumah mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
membutuhkan penyesuaian dengan orang tua dan anak, anak harus belajar
menghadapi peraturan dan harapan yang dituntut oleh sekolah dan teman sebaya.
Orang tua harus membiarkan anak-anak membuat keputusan menerima tanggung
jawab dan belajar dari pengalaman kehidupan.Saat anak melalui penyesuaian ini,
perawat membantu meningkatkan kesehatannya. Hal ini dilakukan dengan
membantu orang tua dan anak mengidentifikasi stresor potensial dan merancang
intervensi untuk meminimalkan stres dan respons stres anak. Intervensi
melibatkan orang tua, anak dan guru untuk mencapai keberhasilan yang
maksimal.

1
Anak usia sekolah usia 6-12 tahun menuntut kebutuhan hidup yang
menantang. Perubahan perkembangan sangat beragam dan memiliki rentang
seluruh area pertumbuhan dan perkembangan kemampuan fisik, psikososial,
kognitif, dan moral di kembangkan, diperluas, disaring, dan di sinkronisasikan,
sehingga individu dapat menjadi anggota masyarakat yang di terima dan
produktif. Anak usia sekolah harus mengatasi perubahan dalam seluruh area
perkembangan, misalnya mereka harus bekerja dan bermain secara kooperatif
dalam kelompok besar anak-anak dari berbagai latar belakang budaya. Anak usia
sekolah harus memenuhi tantangan perkembangan ketrampilan kognitif yang
meningkatkan pemikiran dan memungkinkan mereka untuk belajar menulis dan
memanipulasi angka.
Sekolah atau pengalaman pendidikan memperluas dunia anak dan
merupakan transisi dari kehidupan yang secara relative bebas bermain ke
kehidupan dengan bermain, belajar, dan bekerja yang terstruktur. Sekolah dan
rumah mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan membutuhkan
penyesuaian dengan orang tua dan anak, Anak harus belajar menghadapi
peraturan dan harapan yang di tuntut oleh sekolah dan teman sebaya.

1.2. Rumusan masalah


1. Apa konsep dasar keluarga?
2. Apa konsep anak usia sekolah?
3. Bagaimana konsep asuahan keperawatan kelurga dengan anak usia
sekolah?
4. Bagaimana asuhan keperawatan keluarga dengan anak usia sekolah?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui tentang konsep dasar keluarga
2. Mengetahui tentang konsep anak usia sekolah
3. Memahami konsep asuahan keperawatan kelurga dengan anak usia
sekolah?
4. Menjelaskan dan memahami asuhan keperawatan keluarga dengan anak
usia sekolah?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Konsep Keluarga


A. Pengertian
Keluarga adalah unit terkecil masyarakat, terdiri dari suami istri dan
anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. (UU. No 10, 1992).
keluarga adalah kumpulan dua orang / lebih hidup bersama dengan keterikatan
aturan dan emosional, dan setiap individu punya peran masing-masing (Friedman
1998). Whall (1986) dalam analisis konsep tentang keluarga sebagai unit yang
perlu dirawat, ia mendefinisikan keluarga sebagai kelompok yang
mengidentifikasikan diri dengan anggotanya yang terdiri dari dua individu atau
lebih yang asosiasinya dicirikan oleh istilah-istilah khusus, yang boleh jadi tidak
diikat oleh hubungan darah atau hukum, tapi yang berfungsi sedemikian rupa
sehingga mereka menganggap diri mereka sebagai sebuah keluarga.
Dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
dua orang / lebih, memiliki ikatan perkawinan dan pertalian darah, hidup dalam
satu rumah tangga, berinteraksi, punya peran masing-masing dan
mempertahankan suatu budaya.
B. Ciri-ciri keluarga
Ciri-ciri keluarga, antara lain sebagai berikut :
Diikat tali perkawinan, ada hubungan darah, ada ikatan batin, tanggung
jawab masing–masing, ada pengambil keputusan, kerjasama diantara anggota
keluarga , interaksi, dan tinggal dalam suatu rumah.
C. Struktur keluarga
Struktur keluarga (ikatan darah) :
1. Patrilineal, keluarga sedarah terdiri sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu berasal dari jalur ayah.
2. Matrilineal, keluarga sedarah terdiri sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi , dimana hubungan itu berasal dari jalur ibu.
3. Matrilokal, suami istri tinggal pada keluarga sedarah istri.

3
4. Patrilokal, suami istri tinggal pada keluarga sedarah suami 5.
keluarga kawinan, hubungan. Suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga dan sanak saudara baik dari pihak suami dan
istri.
Ciri-ciri struktur keluarga :
1. Terorganisasi, bergantung satu sama lain
2. Ada keterbatasan
3. Perbedaan dan kekhususan, peran dan fungsi masing-masing.
D. Kelompok keluarga di Indonesia berdasarkan sosial ekonomi dan
kebutuhan dasar.
1. PRASEJATERA, belum dapat memenuhi kebutuhan dasar minimal:
pengajaran agama, sandang, papan, pangan, kesehatan atau keluarga
belum dapat memenuhi salah satu / lebih indikator KS tahap I.
2. KELUARGA SEJAHTERA (KS I) telah dapat memenuhi
kebutuhan dasar secara minimal, tetapi belum dapat sosial
psikologis, pendidikan, KB, interaksi lingkungan. Indikator : ibadah
sesuai agama, makan 2 kali sehari, pakaian berbeda tiap keperluan,
lantai bukan tanah, kesehatan : anak sakit, ber-KB, dibawa kesarana
kesehatan
3. KELUARGA SEJAHTERA II Indikator : belum dapat menabung,
ibadah (anggota keluarga ) sesuai agama, makan 2 kali sehari, pakaian
berbeda, lantai bukan tanah, kesehatan (idem), daging/ telur minimal 1
kali seminggu, Pakaian baru setahun sekali, Luas lantai 8m2 per orang,
Sehat 3 bulan terakhir, Anggota yang berumur 15 tahun keatas punya
penghasilan tetap, Umur 10, 60 tahun dapat baca tulis, Umur 7-15
tahun bersekolah, Anak hidup 2/lebih, keluarga PUS saat ini
berkontrasepsi.
4. KELUARGA SEJAHTERA III Indikator : belum berkontribusi pada
masyarakat, ibadah sesuai agama, pakaian berbeda tiap keperluan, lantai
bukan tanah, kesehatan idem, anggota melaksanakan ibadah, daging /
telur seminggu sekali, memperoleh pakaian baru dalam satu tahun

4
terakhir, luas lantai 8 m2 perorang, anggota keluarga sehat dalam 3
bulan terakhir.
5. KS TAHAP III PLUS, dapat memenuhi seluruh kebutuhannya:
dasar, sosial, pengembangan, kontribusi pada masyarakat, indikator
KS III + (ditambah), memberikan sumbangan.
E. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif dan koping keluarga memberikan kenyamanan
emosional anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas
dan mempertahankan saat terjadi stress.
2. Fungsi sosialisasi keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan,
nilai, sikap, dan mekanisme koping, memberikan feedback, dan
memberikan petunjuk dalam pemecahan masalah.
3. Fungsi reproduksi keluarga melahirkan anak, menumbuh-
kembangkan anak dan meneruskan keturunan.
4. Fungsi ekonomi keluarga memberikan finansial untuk anggota
keluarga nya dan kepentingan di masyarakat
5. Fungsi fisik, keluarga memberikan keamanan, kenyamanan
lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan
istirahat termasuk untuk penyembuhan dari sakit.
F. Tugas perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah
1. Membantu sosialisasi anak dengan lingkungan luar
2. Mempertahankan keintiman pasangan
3. Memenuhi kebutuhan yang meningkat
G. Masalah keperawatan kesehatan keluarga
1. Bahaya fisik
2. Penyakit
3. Kegemukan
4. Kecelakaan
5. Kecanggungan
6. Kesederhanaan
7. Bahaya Psikologis
8. Bahaya dalam konsep diri

5
9. Bahaya moral
10. Bahaya yang menyangkut minat
11. Bahaya dalam penggolongan peran seks
12. Bahaya dalam perkembangan kepribadian
13. Bahaya hubungan keluarga

2.2 Konsep Anak Usia Sekolah


A. Pengertian
Anak usia sekolah merupakan suatu periode yang dimulai saat anak
masuk sekolah dasar sekitar usia 6 tahun sampai menunjukan tanda akhir masa
kanak-kanak yaitu 12 tahun. Langkah perkembangan selama anak
mengembangkan kompetensi dalam ketrampilan fisik, kognitif, dan psikososial.
Selama masa ini anak menjadi lebih baik dalam berbagai hal, misalnya mereka
dapat berlari dengan cepat dan lebih jauh sesuai perkembangan kecakapan dan
daya tahannya.
B. Perkembangan usia sekolah
1. Perkembangan biologis
Saat umur 6-12 tahun, pertumbuhan rata-rata 5 cm pertahun untuk
tinggi badan dan meningkat 2-3 kg pertahun untuk berat badan.
Selama usia tersebut, anak laki-laki dan perempuan memiliki
perbedaan ukuran tubuh. Anak laki-laki cenderung kurus dan tinggi,
anak perempuan cenderung gemuk. Pada usia ini, pembentukan
jaringan lebih cepat perkembangannya daripada otot.
2. Perkembangan psikososial
Menurut freud, perkembangan psikoseksualnya digolongkan dalam
fase laten, yaitu ketika anak berada dalam fase Oedipus yang terjadi
pada masa prasekolah dan mencintai seseorang. Dalam tahap ini,
anak cenderung membina hubungan yang erat dan akrap dengan
teman sebaya, juga banyak bertanya tentang gambar seks yang
dilihat dan dieksploitasi sendiri melalui media. Menurut Erickson,
perkembangan psikoseksualnya berada dalam tahap industri vs
inverior. Dalam tahap ini, anak mampu melakukan atau menguasai

6
keterampilan yang bersifst teknologi dan social, memiliki keinginan
untuk mandiri, dan berupaya menyelesaikan tugas, inilah yang
merupakan tahap industri. Bla tugas tersebut tidak dapat dilakukan,
anak akan menjadi inferior. Tahap ini sangat dipengaruhi factor
intrinsik (motivasi, kemampuan, tanggungjawab yang dimiliki,
kebebasan yang dimiliki, interaksi dengan lingkungan, dan teman
sebaya ) dan factor ekstrinsik (penghargaan yang didapat, stimulus,
dan keterlibatan orang lain).
3. Temperamen
Sifat temperamental yang dialami sebelumnya merupakan factor
terpenting dalam perilakunya pada masa ini. Pola perilakunya
menunjukkan anak muda bereaksi terhadap situasi yang baru. Pada
usia ini, sifat temperamental ini sering muncul sehingga peran orang
tua dan guru sangat besar untuk mengendalikannnya. Yang perlu
dilakukan orang tua dan guru adalah bersabar, menciptakan situasi
baru agar tidak bosan, menjadi figure dalam sehari-hari, selalu
memberikan harapan, dan mengurangi ketergantungannya dengan
cara memberikan pengertian.
4. Perkembangan kognitif
Menurut peaget, usian ini berada dalam tahap operasional konkrit,
yaitu anak mengekspresikan apa yang dilakukan dengan verbal dan
simbol. Selama periode ini kemampuan anak belajar konseptual
mulai meningkat dengan pesat dan memiliki kemampuan belajar dari
benda, situasi, dan pengalaman yang dijumpai. Kemampuan anak
yang dimiliki dalam tahap opersional konkrit :
a) Konservasi, menyukai sesuatu yang didapat dipelajari secara
konkrit bukan magis.
b) Klasifikasi, mulai belajar mengelompokkan, menyusun, dan
menguruntukan.
c) Kombinasi, mulai mencoba belajar dengan angka dan huruf
sesuai dengan keinginannya yang dihubungkan dengan
pengalaman yang diperoleh sebelumnya.

7
5. Perkembangan moral
Masa akhir kanak-kanak, perkembangan moralnya dikatagorikan
oleh kohlbherg berda dalam tahap konvesional. Pada tahap ini, anak
mulai belajar peraturan-peraturan yang berlaku, menerim peraturan,
dan merasa bersalah bila tidak sesuai dengan aturan yang telah
diterimanya. Anak mencoba bersikap konsekuen. Ornag tua perlu
memberikan suatu imbalan atau hukuman terhadap perilaku anak.
6. Perkembangan spiritual
Anak usia sekolah menginginkan segala sesuatunya adalah konkrit
atau nyata dari pada belajar tentang “God”. Mereka mulai tertarik
terhadap surag dan neraka sehingga cenderung melakukan atau
mematuhi peraturan, karena takut bila masuk neraka. Anak mulai
belajar tentang alam nyata dan sulit memahami simbol-simbol
supranatural sehingga konsep-konsep religius perlu disajiakan secara
konkrit atau nyata dan juga mencoba menghubungkan fenomena
yang terjadi dengan logika.
7. Perkembangan bahasa
Pada usia ini terjadi penambahan kosakata umum yang berasal dari
berbagai pelajaran di sekolah, bacaan, pembicaraan, dan media.
Kesalahan pengucapan mengalami penurunan karena selama
mencari pengalaman anak telah mendengar pengucapan yang benar
sehingga mampu mengucapkannya dengan benar. Pembentukan
kalimatnya teratur dan tidak terpotong-potong setelah usia 9 tahun.
Untuk meningkatkan pengertian terhadap bahasa, anak perlu diberi
kesempatan mendengarkan radio dan menonton televise untuk
meningkatkan konsentrasi dan pengertian. Juga perlu dilibatkan
dalam pembicaraan sosial sehingga egosenrisnya sedikit hilang.
Pembicaraan yang dilakukan dalam tahap ini lebih terkendalai dan
terseleksi, karena anak menggunakan pembicaraan sebagai alat
komunikasi.

8
8. Perkembangan sosial
Akhir masa kanak-kanak sering disebut usia berkelompok, yanag
ditandai dengan adanya minat terahadap aktivitas teman-teman dan
meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota
kelompok. Wujud dari aktivitas ini banyak orang menyebut sebagai
geng anak, tetapi berbeda tujuannya dengan geng remaja. Tujuan
dari geng anak-anak diantaranya memperoleh kesenangan dalam
bermain.
9. Perkembangan seksual
Masa ini anak mulai belajar tentang seksualnya dari teman-taman
telebih guru dan pelajaran di sekolah. Anak mulai berupaya
menyesuaikan penampilan, pakaian,l dan bahkan gerk gerik sesuai
dengan peran seksnya. Kecenderungan pada usia ini, anak
mengembangkan minat-mionat yang sesuai denga dirinya. Disini,
peran orang tua sangat penting untukl mempersiapkan anak
menjelang pubertas.
10. Perkembangan konsep diri
Perkembangan konsep diri sangat dipengaruhi oleh mutu hubungan
dengan orang tua, saudara dan sanak keluarga lain. Saat usia ini,
anak-anak membentuk konsep diri ideal, seperti dalm tokoh-tokoh
sejarah, cerita khayalan, sandiwara, film, dan tokoh nasional atau
dunia yang dikagumi, untuk membangun ego idea, yang menurut
Van den Daele berfungsi sebagai standar perilaku umum yang
diinternalisasi. Pada usia ini pula, anak pada umumnya mencari
identitas diri agar diterima kelompoknya karena takut kehilangan
dukungan dari kelompok.
11. Bermain
Bermain dianggap sangat penting untuk perkembangan fisik dan
fisiologis karena serlama bermain anak mengembangkan berbagai
keterampilan social sehingga memungkinkannya untuk meniokmati
keanggotaan kelompok dalam masyarakat anak-anak.Bentuk
permainan yang sering diminati pada usia ini :

9
a. Bermain konstruktif membuat sesuatu hanya untuk bersenang-
senang saja tanpa memikirkan manfaatnya, seperti menggambar,
melukis, dan membentuk sesuatu.
b. Menjelajah : ingin bermain jauh dari lingkungan rumah.
c. mengumpulkan : benda-benda yang menarik perhatian dan
minatnya, membawa benda ke rumah, menyimpan dalam laci,
dan tidak memperlihatkan koleksinya dalam laci.
d. Permainan dan olahraga: cenderung ingin memainkan
permainan anak besar ( bola basket dan sepak bola ) dan senang
pada permainan yang bersaing.
e. Hiburan : anak ingin maluangkan waktu untuk membaca,
mendengar radio, menonton, atau melamun.
Keluarga dengan usia sekolah merupakan salah satu tahap yang mesti
dilalui dan merupakan masa-masa yang sibuk bagi orang tuanya dan banyaknya
keinginan yang dilakukan oleh anak-anak. Pada tahap ini tugas perkembangan
keluarga, yaitu :
1. Mensosialisasikan anak dengan lingkungannya, termasuk
keberhasilan dalam belajar dan kebutuhan kelompok dengan teman
sebayanya.
2. Mempertahankan hubungan perkawinan yang harmonis.
3. memenuhi kebutuhan kesehatan anggota keluarga (Friedman. 1998).
C. Masalah Anak Usia Sekolah
Masalah-masalah yang sering terjadi pada anak usia sekolah meliputi
bahaya fisik dan psikologis.
a. Bahaya fisik
1. Penyakit
2. Kegemukan
3. Kecelakaan
4. Kecanggungan
5. Kesederhanaan
b. Bahaya Psikologis
1. Bahaya dalam berbicara

10
2. Bahaya emosi
3. Bahaya bermain
4. Bahaya dalam konsep diri
5. Bahaya moral
6. Bahaya yang menyangkut minat
7. Bahaya dalam penggolongan peran seks
8. Bahaya dalam perkembangan kepribadian
9. Bahaya hubungan keluarga

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
Pengkajian yang berhubungan dengan anak usia sekolah
1. Identitas anak
2. Riwayat kehamilan dan persalinan
3. Riwayat kesehatan bayi sampai saat ini
4. Kebiasaan saat ini (pola perilaku dan kegiatan sehari-hari)
5. Pertumbuhan dan prekembangannya saat ini (termasuk kemampuan
yang telah dicapai)
6. Pemeriksaan fisik
Lengkapi dengan pengkajian fokus
1. Bagaimana karakteristik teman bermain
2. Bagaimana lingkungan bermain
3. Berapa lama anak menghabiskan waktunya disekolah
4. Bagaimana stimulasi terhadap tumbuh kembang anak dan adakah
sarana yang dimilikinya
5. Bagaimana temperamen anak saat ini
6. Bagaiman pola anak jika menginginkan sesuatu barang
7. Bagaimana pola orang tua menghadapi permintaan anak
8. Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini
9. Kegiatan apa yang diikuti anak selain di sekolah
10. Sudahkah memperoleh imiunisasi ulangan selama disekolah

11
11. Pernahkah mendapat kecelakaan selama disekolah atau dirumah saat
bermain
12. Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa ini
13. Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah dan apa jenisnya
14. Bagaimana pola anak memanfaatkan waktu luangnya
15. Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul terdapat dua sifat, yaitu :
a. Berhubungan dengan anak, dengan tujuan agar anak dapat tumbuh
dan berkembang secara optimal sesuai usia anak
b. Berhubungan dengan keluarga, dengan etiologi berpedoman pada
lima tugas keluarga yang bertujuan agar keluarga memahami dan
memfasilitasi perkembangan anak.
Masalah yang dapat digunakan dalam merumuskan diagnosa
keperawatan pada keluarga dengan anak usia sekolah yaitu :
a. Masalah aktual/risiko
1. Gangguan pemenuhan nutrisi: lebih atau kurang dari kebutuhan
tubuh
2. Menarik diri dari lingkungan sosial
3. Ketidakberdayaan mengerjakan tugas sekolah
4. Mudah dan Sering marah
5. Menurunnya atau berkurangnya minat terhadap tugas sekolah
yang dibebankan
6. Berontak/menentang terhadap peraturan keluarga
7. Keengganan melakukan kewajiban agama
8. Ketidakmampuan berkomunikasi secara verbal
9. Gangguan komunikasi verbal
10. Gangguan pemenuhan kebersihan diri (akibat banyak waktu
yang digunakan untuk bermain)
11. Nyeri (akut/kronis)
12. Trauma atai cedera pada sistem integumen dan gerak

12
b. Potensial atau sejahtera
1. Meningkatnya kemandirian anak
2. Peningkatan daya tahan tubuh
3. Hubungan dalam keluarga yang harmonis
4. Terpenuhinya kebutuhan anak sesuai tugas perkembangannya
5. Pemeliharaan kesehatan yang optimal
C. Perencanaan
1. Aktual
Perubahan hubungan keluarga yang berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anak yang sakit
Tujuan :
Hubungan keluarga meningkat menjadi harmonis dengan dukungan
yang adekuat
Intervensi :
a. Diskusikan tentang tugas keluarga
b. Diskusikan bahaya jika hubungan keluarga tidak harmonis saat
anggota keluarga sakit
c. Kaji sumber dukungan keluarga yang ada disekitar keluarga
d. Ajarkan anggota keluarga memberikan dukungan terhadap
upaya pertolongan yang telah dilakukan
e. Ajarkan cara merawat anak dirumah
f. Rujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai kemampuan keluarga
2. Risiko/risiko tinggi
Risiko tinggi hubungan keluarga tidak harmonis berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah yang terjadi
pada anaknya
Tujuan :
Ketidakharmonisan keluarga menurun
Intervensi :
1. Diskusikan faktor penyebab ketidak harmonisan keluarga
2. Diskusikan tentang tugas perkembangan keluarga
3. Diskusikan tentang tugas perkembangan anak yang harus dijalani

13
4. Diskusikan cara mengatasi masalah yang terjadi pada anak
5. Diskusikan tentang alternatif mengurangi atau menyelesaikan
masalah
6. Ajarkan cara mengurangi atau menyelesaikan masalah
7. Beri pujian bila keluarga dapat mengenali penyebab atau mampu
membaut alternatif
3. Potensial atau sejahtera
Meningkatnya hubungan yang harmonis antar anggota keluarga
Tujuan :
Hubungan yang harmonis.dapat dipertahankan
Intervensi :
1. Anjurkan untuk mempertahankan pola komunikasi terbuka pada
keluarga
2. Diskusikan cara-cara penyelesaian masalah dan beri pujian atas
kemampuannya
3. Bantu keluarga mengenali kebutuhan anggota keluarga (anak usia
sekolah)
4. Diskusikan cara memenuhi kebutuhan anggota keluarga tanpa
menimbulkan masalah
D. Evaluasi
Evaluasi didasarakan pada tujuan yang hendak dicapai mengacu pada
kriteria hasil yang telah ditetapkan. Perawat selalu memberi kesempatan
pada keluarga untuk menilai keberhasilannya kemudian arahkan sesuai
dengan tugas perkembangan keluarga dibidang kesehatan.

14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
ANAK USIA SEKOLAH
3.1 PENGKAJIAN
A. Identitas Keluarga
1. Identitas Kepala Keluarga
a. Nama KK : Tn. N
b. Tempat/tgl.lahir : Sampang, 16 juli 19971
c. Umur : 48
d. Pendidikan : Tidak sekolah
e. Pekerjaan : Wiraswasta
f. Alamat : Jln. Rajawali II Sampang.
2. Komposisi Keluarga
No Nama Jenis Hub Umur Pendidikan Pekerjaan Status kesehatan
kelamin dengan
klg
1. Tn. N L Suami 48 Tidak Wiraswata Sehat(tidak mempuyai
sekolah penyakit)
2. Ny. T P Istri 47 SMA Jual tahu+ibu Sehat (mempuyai riwayat
rumah tangga DM)
3. An. I P Anak 24 SMA Ibu rumah Sehat(tidak mempuyai
tangga penyakit)
4. An. I P Anak 22 KULIAH - Sehat(tidak mempuyai
penyakit)
5 An. E L Anak 17 SMA - Sehat(tidak mempuyai
penyakit)
6. An. A L Anak 12 SD - Sehat(tidak mempuyai
penyakit)
Catatan : bila mempunyai anak balita, tuliskan status immunisasinya pada status
kesehatannya

15
3. Genogram

Keterangan :

: Laki-laki : Meninggal : Pasien

: Perempuan : Meninggal

: Anggota RT

4. Tipe Keluarga
a. Jenis type keluarga: keluarga inti yaitu ayah, ibu dan anak
b. Masalah Yang terjadi dengan type tersebut: tidak ada masalah
5. Suku bangsa
a. Asal suku bangsa: Madura
b. Budaya yang berhubungan dengan kesehatan: mengkonsumsi
jamu tradisional.
6. Agama dan kepercayaan: islam
7. Status Sosial Ekonomi:
a. Anggota keluarga yang mencari nafkah: suami
b. Penghasilan : > Rp. 1.000.000
c. Upaya lain : bekerja serabutan
d. Harta benda yang dimiliki (perabot, transportasi, Dll):
mempuyai sepeda motor supra-x dan rumah, lemari, kulkas,
kompor dan TV.
e. Kebutuhan yang dikeluarkan:
Kebutuhan sehari hari dan biaya sekolah, kuliah, kosan
anaknya ang ke dua.

16
8. Aktifitas Rekeasi Keluarga
Kalau ada waktu luang, biasanya keluarga mengisi waktu dengan
nonton TV.
B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini : keluarga mengatakan
bahwa setelah menikah di berikan anak 4, anak pertama perempuan
usia 23 tahun sudah menikah dan mempuyai anak 2, pada anak
kedua perempuan umur 21 tahun (kuliah di universitas kanjuruan
malang), anak ke tiga laki-laki usia 17 tahun sekolah di sman 3
sampang. Pada anak terakhir yaitu laki- laki usia 12 tahun sekolah
dasar kelas 5 SD.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : Pada anak
yang terakhir usia 12 tahun, masih belum di bisa tinggal sendiri di
rumah.
3. Riwayat kesehatan keluarga inti : Keluarga mengatakan ibu
mempyunyai riwayat diabetes militus, dan pada kesehatan dari
masing- masing anggota keluarga tidak begitu parah, contohnya saat
terkena panas, batuk pilek dan itu cuman di kompres kalau tidak
sembuh keluarga membawa ke dokter terdekat.
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya : keluarga mengatakan
bahwa ibu kandung dari ibunya mempuyai riwayat diabetes militus,
dan pada ibu dari ayah kandungnya tidak mempuyai riwayat
penyakit keturunan atau menular.
C. Keadaan Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
 Luas rumah………20 x 10……..mm2
 Bentuk rumah : permanent / tidak
 Kepemilikan : Milik Sendiri
 Komposisi ruangan : 4 ruangan(1 musholla, 3 kamar) dengan
komposisi pembuatannya batu batu.
 Jumlah ventilasi dan pintu : 3 pintu dan 8 jendela
 Pemanfaatan ruangan: 3 kamar tidur,1 musholla, 1 toilet

17
 Septic tank: tidak ada
 Sumber air dan air minum: galon, sumur dan PDAM
 Kamar madi: jamban
 Limbah RT: Tidak ada
 Jarak sumber air dengan tempat pembuangan sampah : > 8 Meter
 Denah rumah :

Ruang tamu

Kamar 1

Ruang keluarga

Kamar 2

Kamar 3 musholla Toilet

Dapur Gudang

2. Karakteristik Tetangga dan Komunitas


 Kebiasaan : Berkumpul bersama tetangga sekitar, kalau
ada kerja bakti kepala keluarga bergotong royong buat daerah di
tempat itu.

18
 Aturan / kesepakatan penduduk setempat : kalau ada orang
meninggal atau kerja bakti tidak perlu di umumkan tapi langsung
berkumpul untuk melakukan kegiatan itu
 Budaya yang mempengaruhi kesehatan : membuang sampah di
sawah atau bukan tempatnya.
3. Mobilitas Geografis Keluarga (di tentukan dengan kebiasaan
keluarga berpindah tempat )
 Tempat tinggal keluarga mulai menikah? Bersama orang tua
perempuan
 Pernahkah pindah rumah, jika ya kemana? tidak
 Tempat tinggal saat ini ? rumah sendiri di jln. Rajawali II
Sampang
4. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan masyarakat
 Kegiatan yang rutin dilaksanakan didaerah tersebut? Pengajian
perempuan, istigosah jumatan laki-laki
5. System pendukung keluarga
 Apakah keluarga tergolong JPS / Jamkesmas / BPJS? tidak
 Apakah keluarga tergolong anggota JPS / Jamkesmas / BPJS?
tidak
D. Struktur Keluarga
1. Struktur dan Peran
1. Ayah: berperan mencari nafkah, dan juga kadang-kadang
mengerjakan pekerjaan rumah serta menentukan keputusan
dalam setiap masalah.
2. Ibu: berperan menjadi ibu rumah tangga ataupun mencari nafkah
serta mendukung semua keputusan dari suami.
3. Anak: berperan sebagai anak dan mahasiswa megikuti aturan
yang ada.
2. Nilai atau Norma Keluarga
 Agama: islam
 Aturan yang ada dalam keluarga: sekolah yang rajin, serta kalau
jam 10 malam tidak pulang maka orang tua mencarinya.

19
 Bagaimana pelaksanaan dari aturan tersebut: biasanya anak
kadang kadang tidak mematuhi aturan yang sudah ada.
3. Pola Komunikasi Keluarga
 Bagaimana komunikasi dalam keluarga: komunikasi baik lancar.
 Bahasa yang digunakan: bahasa madura
 Adakah hambatan dalam komunikasi: tidak
4. Struktur Kekuatan Keluarga
 Jenis kekuatan yang dilakukan untuk mengubah prilaku: pada
kepala keluarga.
 Cara yang dilakukan untuk mengambil keputusan dalam
keluarga? bermuyawarah
 Kekuatan yang dimiliki keluarga Bagaimana pelaksanaan peran
oleh masing-masing anggota keluarga: baik
 Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi
orang lain untuk mengubah perilaku: cukup baik
E. Fungsi Keluarga
1. fungsi Afeksi :
keluarga mengatakan bahwa dalam keluarganya saling menghormati
dan saling menyayagi satu sama lain. Dan tidak pernah mempuyai
peraaan yang buruk pada anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi :
Keluarga biasanya setiap menonton tv saling berinteraksi satu sama
lain, Keluarga selalu mengajarkan pada anak cara menghargai orang
yang lebih tua dari dia, seperti cara memanggil kakak, paman, bibi,
tante, dan teman sebayanya. Baik di lingkungan tempat tinggal
maupun di sekolah
3. Fungsi perawatan Keluarga ( merujuk pada 5 tugas keluarga )
 Kemampuan keluarga mengenal masalah: keluarga mengatakan
tidak begitu mengerti tentang kesehatan.
 Kemampuan keluarga melakukan mengambil keputusan:
keluarga mampu mengambil sebuah keputusan

20
 Kemampuan keluarga melakukan perawatan : Keluarga tidak
mampu melakukan perawatan kalau seandainya ada yang sakit
 Kemampuan keluarga memanfaatkan lingkungan : keluarga
tidak mampu memanfaatkan lingkungan sekitar.
 Kemampuan keluarga dalam penggunaan pelayanan kesehatan:
keluarga mengatakan tidak tau tentang bagaimana melakukan
untuk ke pelayanan kesehatan.
4. Fungsi Reproduksi :
 Jumlah anak: 4
 metode yang di gunakan dalam upaya mengendalikan jumlah
anggota keluarga: mengunakan pel kb 1 bulanan
5. Fungsi ekonomi :
 Upaya memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan :
keluarga mampu memenuhi terseut.
 Pemanfaatkan sumber yang ada di masyarakat: mengambil air
sumur jika PDAM mati
F. Stress dan Koping
1. Stress jangka pendek dan jangka panjang :
 Stress jangka pendek/ringan : Orang tua selalu waspada supaya
tidak bermain dengan teman yang salah.
 Strss jangka panjang/berat : Keluarga ingin memasukkan
anaknya ke pondok pesantren, tetapi keluarga masih
mengumpulkan biaya dan sambil menunggu anaknya lulus.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor : Keluarga
selalu berantisipasi dan bertanya setiap anak mau keluar khususnya
pada kesehatan anaknya.
3. Strategi Koping yang digunakan : orang tua selalu mengingatkan
untuk mengaji dan sekolahkan madrasah
4. Strategi adaptasi disfungsional : ortu selalu mengingatkan anaknya
supaya tidak bermain dengan anak yang perilakunya tidak baik.

21
G. Keluarga dengan anak sekolah
1. Bagaimana karakteristik teman bermain: cukup baik
2. Bagaimana lingkungan bermain: baik
3. Berapa lama anak menghabiskan waktunya disekolah: 6 jam
4. Bagaimana stimulasi terhadap tumbuh kembang anak dan adakah
sarana yang dimilikinya: stimululasinya ada, sarananya tidak ada
5. Bagaimana temperamen anak saat ini: labil
6. Bagaiman pola anak jika menginginkan sesuatu barang:membicarakan
sampai dapat
7. Bagaimana pola orang tua menghadapi permintaan anak: mendiamkan
anak tersebut atau menjajikan kapan tpy bukan hari ini.
8. Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini: baik
9. Kegiatan apa yang diikuti anak selain di sekolah: estrakulekuler
pramuka, pencak silat, dan pernah mengikuti lomba
10. Sudahkah memperoleh imiunisasi ulangan selama disekolah: Sudah
11. Pernahkah mendapat kecelakaan selama disekolah atau dirumah saat
bermain: pernah (jatuh dari sepeda, terkena beling)
12. Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa ini:
tidak cuman penyakit biasa seperti panas, batuk, pilek
13. Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah dan apa jenisnya:
tidak ada
14. Bagaimana pola anak memanfaatkan waktu luangnya kadang kadang
bermain kadang-kadang belajar
15. Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga: tugasnya belajar
mencari ilmu. Fungsinya berjalan dengan baik.
H. Pemeriksaan Kesehatan tiap Anggota Keluarga
Pemeriksaan Tn. N Ny. T An. A
TD: 130/90 mmhg TD: 110/80 mmhg TD: 100/90 mmhg
S: 36 OC, N: 96 S: 36 OC, N: 90 x/m S: 36 OC, N: 88
TTV
x/m RR: 22 x/ m x/m
RR: 24 x/ m RR: 18 x/ m
Tidak ada Tidak ada Tidak ada

22
Rambut kotoran,lesi, kotoran,lesi, kotoran,lesi,
benjolan benjolan benjolan
Reflek normal, Reflek normal, Reflek normal,
tidak buram, buram, konjungtiva tidak buram,
Mata konjungtiva merah muda. Mata konjungtiva
merah muda. kabur merah muda.
Tidak ada Tidak ada kotoran, Tidak ada
kotoran, reaksi reaksi hidung kotoran, reaksi
Hidung
hidung normal normal hidung normal
Gigi berlubang , Gigi berlubang , Gigi lengkap ,
Gigi & tidak ada kotoran tidak ada kotoran tidak ada kotoran
Mulut
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran kelenjar pembesaran
kelenjar tiroid,tidak ada kelenjar
Leher
tiroid,tidak ada penjolan tiroid,tidak ada
penjolan penjolan
Tidak ada Tidak ada penjolan, Tidak ada
penjolan, tidak tidak ada reaksi otot penjolan, tidak
Thorax ada reaksi otot bantu nafas ada reaksi otot
bantu nafas bantu nafas
Tidak ada lesi, Tidak ada lesi, Tidak ada lesi,
Abdomen benjolan benjolan benjolan
Otot gerak Otot terasa nyeri, Otot gerak
normal panas, tidak ada normal
Extremitas
luka
Tidak ada lesi, Tidak ada lesi, Tidak ada lesi,
Integritas benjolan, benjolan, benjolan,

I. Harapan Keluarga :
Perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang
ada

23
1. Terhadap masalah kesehatannya; semoga selalu dijauhkan dari segala
penyakit apapun, dan tetap sehat, Keluarga memandang masalah
sebagai sesuatu yang wajar dalam sebuah rumah tangga, namun dalam
kesehatan anak, keluarga sangat memperhatikan hal tersebut.
Keluarga mengerti perubahan kesehatan anak misalnya anak panas
tinggi.
2. Terhadap petugas kesehatan yang ada: semoga tetap dilingungi oleh
allah swt, dan bisa membantu kita untuk menjaga kesehatan agar
terhindar dari penyakit.

Sampang, 08 November 2018


Perawat

(.........................................)

24
J. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. Ds : b/d ketidakmampuan Ketidakefektifan
 keluarga mengatakan tidak begitu keluarga untuk penatalaksanaan
mengerti membawa ke aturan
 keluarga mengatakan tidak tau pelayanan kesehatan teraupeutik atau
tentang bagaimana melakukan serta ketidaktahuan pengobatan
untuk ke pelayanan kesehatan. tentang masalah keluarga.
Do: kesehatan.
 keluarga tidak begitu mengerti
tetang masalah kesehatan
 Keluarga tidak mampu
melakukan perawatan kalau
seandainya ada anggota keluarga
yang sakit
 Keluarga tidak tau tentang
bagaimana datang ke pelayanan
kesehatan

2. Ds: b/d ketidaktauan Resiko terhadap

 keluarga mengatakan tidak begitu keluarga dalam penularan

mengerti tentang kesehatan. masalah kesehatan penyakit

 keluarga mengatakan bahwa ibu keluarga

kandung dari ibunya mempuyai


riwayat diabetes militus,
Do:
 pemeriksaan mata Reflek
normal, buram, konjungtiva
merah muda. Mata kabur
 anak pernah mengalami (jatuh
dari sepeda, terkena beling)

25
K. Masalah Keperawatan
a. Teknik Skoring
No. Kriteria Skor Perhitungan Pembenaran
Sifat Masalah (Bobot 1) 2 2/3x1=2/3 Keluarga tidak tau masalah itu
Skala : 3 = Actual
2 = Risiko
1 = Sejahtera
Kemungkinan masalah 1 1/2x2=1 Ketidaktahuan keluarga dalam
dapt diubah ( bobot 2) mengenal masalah yang adaa
Skala : 2 = Mudah
1 = Sebagian
0 = Tidak
dapat
Potensial masalah untuk 2 2/3x1=2/3 Keluarga dapat mencegah msalah itu
mencegah (bobot 1 )
Skala : 3 = Tinggi
2 = Cukup
1 = Rendah
Menonjol masalah 2 2/2x1=2/2 Anak saat bermain sering terkena
(bobot 1) beling.
Skala : 2 = Berat, segera
ditangani
1 = Tidak perlu
segera
ditangani
0 = Tidak
dirasakan
Total 2 6/6

26
No. Kriteria Skor Total Pembenaran
2. Sifat Masalah (Bobot 1) 2 2/3x1=2/3 Keluarga tidak tau masalah itu
Skala : 3 = Actual
2 = Risiko
1 = Sejahtera
Kemungkinan masalah 2 2/2/2= 2 Ketidaktahuan keluarga dalam
dapt diubah ( bobot 2) mengenal masalah yang adaa
Skala : 2 = Mudah
1 = Sebagian
0 = Tidak
dapat
Potensial masalah untuk 1 1/3x1=1/3 Keluarga dapat mencegah msalah itu
mencegah (bobot 1 )
Skala : 3 = Tinggi
2 = Cukup
1 = Rendah
Menonjol masalah 0 0/2x1=0 Anak saat bermain sering terkena
(bobot 1) beling.
Skala : 2 = Berat, segera
ditangani
1 = Tidak perlu
segera
ditangani
0 = Tidak
dirasakan
Total 2 3/6

b. Diagnosan Keperawatan prioritas


1. Ketidakefektifan penatalaksanaan aturan teraupeutik atau
pengobatan keluarga b/d ketidakmampuan keluarga untuk
membawa ke pelayanan kesehatan serta ketidaktahuan tentang
masalah kesehatan.

27
2. Resiko terhadap penularan penyakit b/d ketidaktauan keluarga
dalam masalah kesehatan keluarga

L. PERENCANAA

Tujuan Kriteria Rencana


No Diagnosa Standrat
Umum Khusus hasil Intervensi
1. Ketidakefektifan Setealah a. Membantu -keluarga Melakukan -mengnjurkan
penatalaksanaan dilakukan memahmi mampu pemberian keluarga
aturan asuhan masalah mengenal He pada tentang cara
teraupeutik atau keperawatan kesehatan masalah keluarga mendeteksi
pengobatan selama 1x 24 b. Membsntu kesehatan untuk masalah
keluarga b/d jam keluarga keluarga -keluarga mengenal kesehatan
ketidakmampuan dapat memelihara dapat masalah terutama infeksi
keluarga untuk memahami lingkungan mengenali kesehatan -menganjurkan
membawa ke dan mampu sekitar masalah keluarga
pelayanan mengenal c. Meningkatk kesehatan tentang
kesehatan serta masalah an keuarga -keluarga pertolongan
ketidaktahuan kesehatan. untuk dapat pertama untuk
tentang masalah Dan menggunaka menjaga perawatan luka
kesehatan. pelayanan n pelayanan kesehatan
kesehatan kesehatan lingkungan
denga
baik,dan
tepat

28
M. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Dignosa Tanggal/ Implementasi Catatan perkembangan Ttd
jam
Ketidakefektifan 8 november  mengnjurkan S: keluarga mengatakan
penatalaksanaan 2018/ 14:00 keluarga tentang pentingnya mengenal
aturan cara mendeteksi masalah kesehatan
teraupeutik atau masalah kesehatan O: keluarga mampu
pengobatan terutama infeksi mengenal masalah
keluarga b/d  menganjurkan kesehatan, keluarga dapat
ketidakmampuan keluarga tentang menjaga lingkungan
keluarga untuk pertolongan A: masalah teratasi
membawa ke pertama untuk sebagian
pelayanan perawatan luka P: intervensi dihentikan
kesehatan serta
ketidaktahuan
tentang masalah
kesehatan.

29
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Anak usia sekolah dapat disebut sebagai akhir dari masa kanak-kanak sejak
usia 6 tahun atau masuk sekolah dasar kelas satu, ditandai oleh kondisi yang
sangat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial anak. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini ialah mensosialisasikan anak-anak,
termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan
teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan dan
memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
Adapun pengkajian yang dilakukan pada keluarga dengan anak usia sekolah
adalah meliputi: Identitas, riwayat dan tahap perkembangan keluarga, lingkungan,
Struktur keluarga, fungsi keluarga, penyebab masalah keluarga dan koping yang
dilakukan keluarga, identitas anak, riwayat kehamilan sampai kelahiran, riwayat
kesehatan bayi sampai saat ini, kebiasaan saat ini (pola perilaku dan kegiatan
sehari-hari), pertumbuhan dan perkembangannya saat ini (termasuk kemampuan
yang telah dicapai), dan pemeriksaan fisik

4.2 Saan
Bagi mahasiswa, diharapkan sebagai perawat nantinya bisa mengaplikasikan
ilmu ini atau menerapkannya dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga
dengan baik dan benar.

30
DAFTAR PUSTAKA

Duvall, Evelyn Millis & Miller, Brent C. 1985. Marriage and Family
Development (Sixth Edition).New York: Harper & Row
Muscary, ME, (2001), Panduan Belajar Keperawatan Pediatric, Edisi 3,
(Alfrina Hany, SKp, Penerjemah) Jakarta: EGC.
Anonim. (2007). Family centered care. diakses tanggal 7 September 2007 dari
http://www.familycenteredcare.org
Bissel C, “Family-Centered Care” oleh as retrieved on 12 Jul 2007 02:22:57
GMT.http://communitygateway.org/faq/fcc.htm
Friedman, MM, (1998), Keperawatan Keluarga; Teori dan Praktik; Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

31
Dokumentasi

32

Anda mungkin juga menyukai