Anda di halaman 1dari 12

TUGAS UAS

KOMPETENSI BUDAYA DALAM BEKERJA DI BIDANG NARKOBA

Disusun untuk memenuhi tugas sekaligus pengganti nilai Ujian Akhir Semester mata kuliah
Pekerjaan Sosial Dalam Masyarakat Multikultur

Dosen:
Dra. Yeane Ellen Merry Tungga, MSW

Oleh :
SINDY FATIKASARI
NRP : 17.04.141
Kelas 2/I

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN PEKERJAAN SOSIAL


SEKOLAH TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL
BANDUNG
2018
Kompetensi Pekerja Sosial Spesialis Narkotika, menururt Peraturan Menteri Sosial No.12
tahun 2017
i. Pengetahuan
i. teori dan praktek pekerjaan sosial mengenai farmakologi, adiksi, asesmen konteks
penyalahgunaan narkotika, intervensi /manajemen pemulihan, keluarga, korban
penyalahgunaan narkotika, dan/atau pencegahan kekambuhan;
ii. aplikasi pendekatan, teknik-teknik pekerjaan sosial tingkat lanjut, proses pertolongan
pekerjaan sosial untuk melaksanakan asesmen, intervensi pertolongan terhadap
penyalahgunaan narkotika, keluarga, komunitas/masyarakat, dan/atau advokasi sosial;
iii. pengelolaan sumber daya di lingkungan sosial yang dimiliki keluarga, masyarakat, dan
pemerintah untuk intervensi pekerjaan sosial pada masalah-masalah penyalahgunaan
narkotika;
iv. aplikasi prinsip, nilai dan etika pekerjaan sosial untuk bekerja dengan korban
penyalahgunaan narkotika, keluarga, komunitas, masyarakat dan/atau pihak-pihak
terkait;
v. pengembangan intervensi pekerjaan sosial bagi korban penyalahgunaan narkotika,
keluarga, komunitas, masyarakat dan/atau kebijakan mengenai pencegahan, rehabilitasi
dan pembinaan lanjut; dan
vi. evaluasi intervensi bagi korban penyalahgunaan narkotika, keluarga, komunitas,
masyarakat, dan/atau kebijakan mengenai pencegahan, rehabilitasi, dan pembinaan
lanjut.
ii. Keterampilan Umum
i. bekerja di bidang spesialisasi Pekerja Sosial dengan narkotika, serta memiliki
kompetensi kerja yang setara dengan standar kompetensi spesialisasi pekerjaan sosial
yang berlaku secara nasional/internasional;
ii. membuat keputusan yang independen dalam menjalankan spesialisasi pekerjaan sosial
dengan narkotika berdasarkan pemikiran logis, kritis, sistematis, kreatif, dan
komprehensif;
iii. menyusun laporan hasil studi berupa tesis yang dipublikasikan pada jurnal ilmiah yang
terakreditasi, berdasarkan metoda dan kode etik profesi yang diakui oleh asosiasi profesi
pekerjaan sosial pada tingkat nasional/internasional;
iv. mengomunikasikan hasil kajian, kritik, apresiasi, argumen, atau karya inovasi yang
bermanfaat bagi pengembangan praktik pekerjaan sosial dengan narkotika, yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan etika profesi, kepada masyarakat umum
melalui berbagai bentuk media;
v. melakukan evaluasi secara kritis terhadap hasil kerja dan keputusan yang dibuat dalam
melaksanakan praktik pekerjaan sosial dengan narkotika baik oleh diri sendiri, sejawat,
dan/atau sistem institusi;
vi. meningkatkan keahlian spesialisasi pada bidang pekerjaan sosial narkotika, melalui
pelatihan dan pengalaman kerja dengan mempertimbangkan kemutakhiran bidang
spesialisasi di tingkat nasional/internasional;
vii. meningkatkan mutu sumber daya untuk mengembangkan program strategis intervensi
pekerjaan sosial dengan individu, keluarga, kelompok, organisasi, masyarakat, dan/atau
advokasi kebijakan dalam penanganan masalah penyalahgunaan narkotika;
viii. memimpin suatu tim kerja untuk memecahkan masalah baik pada bidang spesialisasi,
maupun masalah yang lebih luas;
ix. bekerja sama dengan profesional lain dalam menyelesaikan masalah pekerjaan yang
kompleks dalam bidang pekerjaan sosial dengan narkotika;
x. mengembangkan dan memelihara jaringan kerja dengan masyarakat profesional yang
terkait dengan penanganan masalah penyalahgunaan narkotika;
xi. bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang spesialisasi pekerjaan sosial dengan
narkotika sesuai dengan kode etik pekerjaan sosial;
xii. meningkatkan kapasitas pembelajaran secara mandiri dan tim yang berada di bawah
tanggungjawabnya;
xiii. berkontribusi dalam evaluasi atau pengembangan kebijakan nasional mengenai
narkotika dalam rangka peningkatan mutu pendidikan spesialisasi atau pengembangan
kebijakan nasional pada bidang praktik pekerjaan sosial dengan narkotika; dan
xiv. mendokumentasikan, menyimpan, mengaudit, mengamankan, dan menemukan kembali
data dan informasi untuk keperluan pengembangan praktik pekerjaan sosial dengan
narkotika.
iii. Keterampilan Khusus
i. merancang dan mengembangkan praktik pekerjaan sosial bagi korban penyalahgunaan
narkotika, keluarga, komunitas, masyarakat dan/atau advokasi kebijakan dalam sistem
pencegahan, rehabilitasi, dan pembinaan lanjut secara mandiri dan kelompok serta
memenuhi kaidah dan syarat praktik pekerjaan sosial dengan narkotika;
ii. menyusun alternatif solusi rancangan praktik pekerjaan sosial dengan narkotika, dalam
upaya pencegahan, rehabilitasi, dan pembinaan lanjut;
iii. menyusun dokumen praktik pekerjaan sosial dengan narkotika yang meliputi dokumen
asesmen, dokumen rencana intervensi, dokumen pelaksanaan intervensi serta dokumen
evaluasi dan terminasi;
iv. bekerjasama dengan klien dan disiplin ilmu lain dalam proses asesmen, perencanaan dan
pelaksanaan intervensi, evaluasi serta terminasi dalam praktik pekerjaan sosial dengan
narkotika; dan
v. menerapkan nilai dan etika pekerjaan sosial dalam melakukan intervensi bagi korban
penyalahgunaan narkotika, keluarga, komunitas/masyarakat dalam upaya pencegahan,
rehabilitasi, dan pembinaan lanjut.
iv. Sikap
i. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius;
ii. menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama,
moral, dan etika;
iii. berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara,
dan kemajuan peradaban berdasarkan Pancasila;
iv. berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki nasionalisme
serta rasa tanggungjawab pada negara dan bangsa;
v. menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan, serta
pendapat atau temuan orisinal orang lain;
vi. bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap masyarakat dan
lingkungan;
vii. taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara;
viii. menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik;
ix. menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang spesialis narkotika
secara mandiri; dan
x. menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan kewirausahaan.

CONTOH KASUS
PENYALAHGUNAAN NARKOBA YANG TERJADI DI INDONESIA

Contoh kasus yang saya angkat yaitu datang dari artis Indonesia Tio Pakusadewa. Artis peran Tio
Pakusadewa kembali terjerat kasus narkoba pada tanggal 19 Desember 2017, menurut kabar yang
di dapat, para aparat Kepolisian Polda Metro menangkap Tio di kediamannya dikawasan Ampera,
Jakarta Selatan dengan barang bukti tiga klip sabu dan alat penghisab sabu. Tio mengaku sudah
sekitar sepuluh tahun menjadi pecandu, dan sempat menceritakan masalah ketergantungan narkoba
yang dialaminya. Dan menurut informasi yang didapat masalah yang membuat Tio Pakusadewo
menggunakan Narkoba mengenai beberapa alasan yang pertama karena untuk menghindari rasa
sakit akibat kecelakaan motor yang terjadi sebelumnya yang menyebabkan kakinya harus
menggunakan pen itu yang membuat kadang dia merasakan sakit , sehingga dia menghindari rasa
sakit tersebut dengan menggunakan narkoba. Alasan kedua yaitu sering gelisah, merupakan efek
yang dia rasakan jika tidak menggunakan barang haram tersebut. Tio Pakusadewo sempat berada
di Rumah Sakit Ketergantungan Obat-obatan (RSKO) Selapa Polri, Jakarta Selatan untuk
menjalani rehabilitasi. Sebab dari hasil penilaian Badan Narkotika Nasional (BNN), Tio sudah
menjadi pemadat selama satu dasawarsa. Selain itu, alasan polisi memindahkan penahanan Tio
karena dia sempat sakau beberapa kali saat mendekam di ruang tahanan Direktorat Reserse
Narkoba Polda Metro Jaya. Alhasil actor senior itu dijerat dengan Pasal 114 ayat 1 subsider Pasal
112 ayat 1 subsider pasal 127 ayat 1 huruf A Undang-Undang RI Nomor 35 tahun 2009 tentang
Narkotika.
STANDARDS FOR CULTURAL COMPETENCE IN SOCIAL WORK PRACTICE

(Standar untuk Kompetensi Budaya dalam Praktek Pekerjaan Sosial)

Kompetensi adalah keterampilan, pengetahuan, sikap dasar serta nilai yang


dicerminkan ke dalam kebiasaan berpikir dan bertindak yang sifatnya berkembang,
dinamis, kontinyu (terus menerus) serta dapat di raih setiap waktu. Kebiasaan berpikir serta
bertindak dengan konstan, konsisten dan dilakukan secara terus-menerus akan membuat
seseorang menjadi kompeten. Kompetensi adalah kemampuan yang ada pada diri
seseorang untuk menunjukkan dan mengaplikasikan keterampilannya tersebut di dalam
kehidupan nyata. Dalam kaitannya dengan profesi pekerjaan sosial, makan standar
kompetensi yang harus dimiliki meliputi pengetahuan, nilai, dan keterampilan pekerjaan
sosial dalam praktek pekerjaan sosial dan atau penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

I. Kompetensi cultural adalah kompetensi yang dimiliki oleh seseorang ( baik secara
pribadi, berkelompok, organisasi atau dalam etnik dan ras) untuk meningkatkan
kapasitas, keterampilan, pengetahuan, yang berkaitan dengan kebutuhan utama dari
orang-orang lain yang berbeda kebudayaannya. Kompetensi cultural merupakan suatu
perilaku yang kongruen, sikap, struktur, juga kebijakan yang datang bersamaan atau
menghasilkan kerjasama dalam situasi lintas budaya.

Jadi menurut saya kompetensi cultural dari seseorang individu tergantung pada
institusi sosial, organisasi, kelompok kerja, dan tempat individu berada (secara fisik
maupun sosial). Semua factor itu membentuk sebuah sistem yang mempengaruhi
kompetensi cultural individu yang efektif.

Sedangkan kompetensi cultural yang berkaitan dengan praktek pekerjaan sosial


yaitu bagaimana kita meningkatkan keterampilan dan mampu menyesuaikan diri dalam
bekerja dengan masyarakat yang memiliki beragam budaya yang berbeda, kita harus
mampu menempatkan diri kita sesuai dengan lingkungan dimana kita berada nanti.
Kompetensi cultural berkaitan dengan suatu keadaan dan kesiapan individu sehingga
kapasitasnya dapat berfungsi efektif dalam situasi perbedaan budaya
Komponen kompetensi cultural yang menurut saya sesuai dengan kasus yang saya
angkat diatas yaitu sebagai berikut :
1. Pengetahuan (knowledge)
Dalam bekerja dengan klien atau individu korban penyalahgunaan Narkoba
yang berasal dari budaya berbeda-beda, pekerja sosial perlu memiliki
pengetahuan yang luas, bagaiaman mengetahui dan menyikapi tentang diri
setiap klien yang memiliki sifat dan karakter serta budaya yang berbeda-beda
baik klien sebagai individu, ataupun pengaruh yang diberikan oleh klien
tersebut terhadap kelompok maupun masyarakat dimana dia tinggal. Disamping
itu, berdasarkan kasus diatas pekerja sosial juga harus memiliki pengetahuan
bagaimana mengetahui apa yang menjadi factor dan alasan artis Tio
Pakusadewo menjadi korban penyalahgunaan narkoba. Apakah di pengaruhi
oleh lingkungan sosial Tio atau yang berkaitan dengan kebudayaan yang
dimiliki Tio sendiri yang memandang bahwa menggunakan narkoba dapat
membuat dia menjadi lebih tenang dan bahagia. Pekerja sosial perlu
pengetahuan juga bagaimana mengaplikasikan prinsip, nilai dan etika pekerjaan
sosial untuk bekerja tidak hanya dengan Tio sebagai korban penyalahgunaan
narkoba saja melainkan juga untuk keluarga, komunitas, masyarakat dimana
Tio tinggal, serta perlu pengembangan intervensi pekerjaan sosial bagi korban
penyalahgunaan narkotika, keluarga, komunitas, masyarakat dan/atau
kebijakan mengenai pencegahan, rehabilitasi dan pembinaan lanjut.

2. Keterampilan (skill)

Keterampilan Pekerja Sosial terkait dengan kasus Penyalahgunaan Narkoba


yang dihadapi Tio Pakusadewo, berkaitan dengan bagaimana kita sebagai
Pekerja Sosial sebagai suatu profesi perlu keterampilan yang beragam dalam
menanganinya terkait latar belakang budaya yang berbeda, mungkin Tio
menggunakan narkoba karena budaya dia untuk dapat merasa senang selalu.
Jadi perlu juga cara-cara berbeda merancang dan mengembangkan praktik
pekerjaan sosial bagi Tio atau kita bisa berperan sebagai advocator dalam
kebijakan terkait sistem pencegahan, rehabilitasi, dan pembinaan lanjut untuk
Tio. Kita sebagai Pekerja Sosial juga perlu menyusun alternatif solusi
rancangan praktik pekerjaan sosial mengenai bekerja sama dengan disiplin ilmu
lain dalam membantu proses penanganan nya sesuai permasalahan yang di
hadapi.

3. Etika, perilaku, dan sikap Pekerja Sosial agar dapat Beradaptasi


Standar perilaku atau sikap yang dipercayai telah menyatu dalam diri seorang
pekerja sosial, melalui kemampuan pekerja sosial yang harus mampu
beradaptasi dengan lingkungan dimana pekerja sosial bekerja. Dalam bekerja
dengan klien seperti kasus di atas dari latar belakang kebudayaan yang berbeda,
pekerja sosial perlu menjaga dan mengontrol etika yang telah dimiliki seorang
pekerja sosial agar dapat diterima oleh korban atau oleh keluarga korban
sendiri. Etika pekerja sosial juga berkaitan dengan Batasan, hubungan, prinsip,
privasi, harapan, serta pengambilan keputusan dalam konteks lintas budaya.
Apalagi yang pekerja sosial tangani adalah korban penyalahgunaan Narkoba,
tentu perlu sikap atau nilai-nilai tersendiri terkait menyikapi para korban
penyalahgunaan narkoba yang bisa dibilang perilaku dan tindakan mereka
agresif apalagi ketika dia mengalami yang Namanya sakau.

4. Bahasa
Pekerja sosial yang bekerja dengan individu yang tidak hanya dari satu
kebudayaan perlu meningkatkan, mengembangkan atau dapat memahami
bahasan atau cara komunikasi orang-orang yang berbeda budaya dengan kita.
Karena bahasa merupakan jembatan kita untuk dapat memahami suatu
komunikasi antar kita dengan individu dari berbagai latar belakang yang
berbeda.
II. Andaikan saya menjadi Pekerja Sosial Profesional komponen yang ingin saya tata dan
saya ubah pertama adalah sikap (attitude) saya terdahulu. Karena, menurut saya sikap
dan perilaku yang baik dalam suatu kegiatan profesional sangatlah penting dan menjadi
nilai plus minus bagi setiap individu. Mengapa saya mengatakan seperti itu? Karena
seringkali kita lupa untuk menjaga sikap saat berada di lingkungan yang mungkin
bukan lingkungan biasa kita tinggal.

Sebagai seorang Pekerja Sosial, kita juga harus mempunyai sikap (attitude)
yang baik karena dalam menangani kasus seperti kasus Tio di atas, telah kita
ketahui kita tidak hanya bekerja di daerah kita sendiri, melainkan akan bekerja juga
di daerah orang lain yang sebelumnya belum pernah kita temui dan mungkin
memiliki kebiasaan dan adat istiadat yang berbeda dari kita. Oleh sebab itu saya
ingin merubah sikap saya yang mungkin sebelumnya tidak bisa diteima oleh orang
lain agar dapat diterima dengan baik. Jika saya bekerja dengan korban
penyalahgunaan narkoba seperti Tio yang budayanya mungkin berbeda dengan
saya dalam hal cara dia berinteraksi dengan lingkungannya, saya lebih dahulu
memahami, bahkan berusaha mengetahui apa factor yang membuat Tio menjadi
seperti sekarang pasti ada hal-hal yang mempengaruhinya

Kemudian andaikan saya menjadi Pekerja Sosial dalam menangani kasus Tio Pakusadewo
komponen yang ingin saya kembangkan selanjutnya yaitu keterampilan (skill) yang saya
miliki. Karena, menurut saya menjadi seorang pekerja sosial sangat membutuhkan
keterampilan khusus yang sangat membantu dalam menyelesaikan kasus/masalah seperti
yang dihadapi Tio. Berfokus dalam bidang penanganan Korban Penyalahgunaan Narkoba
keterampilan yang perlu di kembangkan adalah kebijakan mengenai pencegahan,
rehabilitasi, mengapa danlam bidang pencegahan dan rehabilitasi? Karena kasus narkoba
berbeda dengan kasus-kasus sosial lainnya, apalagi yang menjadi korbannya adalah
individu itu sendiri yang telah mengalami ketergantungan seperti Tio Pakusadewo yang
telah lama menggunakan Narkoba untuk menghilangkan rasa sakit, menghilangkan rasa
gelisah dia agar tetap senang setiap hari. Untuk itu saya ingin meningkatkan keterampilan
saya dalam tahap penyembuhan melalui proses rehabilitasi dimana dalam proses
rehabilitasi itu, Tio sebagai Korban mendapat pertolongan berubah penyembuhan agar
tidak mengalami ketergantungan dan dapat mencegah terjadinya sakau yang mungkin akan
terjadi setelah dia tidak menggunakan narkoba saat proses rehabilitasi. Di dalam proses
rehabilitasi juga mungkin dapat menggunakan terapi yang mungkin membantu Tio agar
dia tidak mengalami ketergantungan lagi seperti salah satu terapi kelompok yang biasa
disebut “Therapeutic Community”. Dimana terapi ini bekerja dengan bantuan lingkungan
sekitar korban , tujuannya agar korban dapat kembali diterima di masyarakat dan
mendorong korban kearah pertumbuhan pribadi dan mengenal diri mereka sendiri dari segi
emosional, intelektual, spiritual, perilaku dan keterampilan. Karena terapi ini percaya
bahwa manusia bisa berubah dari pembelajaran melalui teguran dan aksi, pengertian serta
saling membagikan pengalaman antar sesame korban di dalam proses rehabilitasi nantinya.

III. Langkah-langkah serta kelemahan yang kita miliki dan cara menghadapinya apabila
kita menjadi Pekerja Sosial yang mempunyai kompetensi Cultural.

a. Langkah-langkah
Pekerja sosial merupakan suatu profesi pertolongan yang membantu individu,
keluarga, kelompok maupun masyarakat dalam memecahkan masalah agar
dapat berfungsi sosial kembali. Pekerja sosial merupakan profesi yang tidak
mudah, selain memiliki kelebihan juga memiliki kekurangan yang masih harus
dilatih. Telah kita ketahui bahwa pekerja sosial tidak hanya bekerja dengan
individu tetapi juga dengan masyarakat luas yang memiliki budaya
beranekaragam, oleh sebab itu langkah yang efektif agar mempunyai
kompetensi yang baik untuk pekerja sosial yang pertama adalah memahami dan
menanamkan prinsip-prinsip pekerjaan sosial. Salah satunya Non-judgemental
yang berarti bahwa kita sebagai pekerja sosial nantinya dalam menangani
masalah suatu individu tidak boleh menghakimi atau menilai bahwa budayanya
tersebut lebih rendah atau lebih unggul di banding budaya individu yang lain,
karena memiliki kebiasaan atau kebudaan yang berbeda, karena pada dasarnya
setiap kebudayaan itu unik dan memiliki kebiasaan serta cara pandang yang
berbeda. Oleh sebab itu, kita tidak bisa menuntut mereka agar bisa sama seperti
budaya yang lain. Kita sebagai pekerja sosial harus dapat menghormati serta
menghargai apapun kebiasaan dari suatu kebudayaan. Langkah yang kedua
yaitu bekerja dengan menamankan kode etik yang dimiliki profesi pekerja
sosial , dimana nantinya jika bekerja di lingkungan yang memiliki kebudayaan
yang berbeda kita dapat memahami budaya yang ada pada lingkungan tersebut
agar nantinya dapat menjaga sikap dan etika kita serta mampu beradaptasi
dengan lingkungan baru kita agar dapat diterima oleh lingkungan baru tersebut.

b. Kelemahan yang ada pada diri saya dan cara mengatasinya.


1. Saya sebagai individu yang sering lupa dalam mengingat sesuatu, ini
salah satu kelemahan yang saya miliki namun jika saya tidak berusahan
menanganinya saya yakin dapat berdampak buruk pada diri saya sendiri
kedepannya. Oleh sebab itu, cara saya mengatasinya dengan mencatat
informasi atau berbagai hal yang saya dapat di buku atau bahkan
dokumen yang ada di handphone milik saya.
2. Saya sebagai individu yang kurang percaya diri apalagi berbicara di
depan umum untuk menyampaikan pendapat, dalam hal kecil saja saat
presentasi di depan dosen dan teman teman kelas kadang ada rasa
minder karena berfikir bahwa teman lain lebih mampu daripada saya.
Namun saya berusaha merubah pemahaman tersebut agar bisa berubah
lebih percaya diri lagi dengan cara meminta pendapat atau saran dengan
teman dekat saya agar saya mengetahui apa kekurangan dan kelebihan
yang saya miliki dan mampu mengoreksinya serta meminta dukungan
motivasi juga dari sahabat atau bahkan orang tua.
3. Belum bisa mengontrol emosi dengan baik, merupakan salah satu
kelemahan terbesar saya kadang saya suka cepat sedih kadang saya suka
marah. Namun menurut say ajika hal ini terus dibiarkan akan
berdampak negative untuk say ajika nanti saya bekerja dengan
masyarakat luas. Oleh sebab itu saya mencoba mulai mengontrol emosi
saya dengan cara selalu berfikit positif dan harus lebih matang dalam
mengambil keputusan.

Anda mungkin juga menyukai