Kuliah 9 - Tanin
(1) 2R, 3S-Flavan-3-ol (2) 2R, 3R-Flavan-3-ol (3) 2S, 3R-Flavan-3-ol (4) 2S, 3S-Flavan-3-ol
(+)-Afzelechin R1,R2=H (-)-Epiafzelechin R1,R2=H (-)-Afzelechin R1,R2=H (+)-Epiafzelechin R1,R2=H
(+)-Catechin R1=OH, R2=H (-)-Epicatechin R1=OH, R2=H (-)-Catechin R1=OH, R2=H (+)-Epicatechin R1=OH, R2=H
(+)-Gallocatechin R1,R2=OH (-)-Epigallocatechin R1,R2=OH (-)-Gallocatechin R1,R2=OH (+)-Epigallocatechin R1,R2=OH
Tanin terkondensasi secara biosintesis dapat dianggap
terbentuk dengan cara kondensasi katekin tunggal
(galokatekin) yang membentuk senyawa dimer dan kemudian
oligomer yang lebih tinggi.
Proantosianidin merupakan nama lain dari tanin
terkondensasi karena jika direaksikan dengan asam panas,
beberapa ikatan karbon penghubung satuan terputus dan
dibebaskanlah monomer antosianidin (Harborne, 1987).
Sifat Tanin Katekin
Bila dipanaskan menghasilkan cathecol
Bila dididihkan dengan HCl phlobaphenes warna merah yang
tidak larut
Membentuk warna hijau dengan FeCl3
Membentuk endapan dengan Bromine
Klasifikasi Tanin
2. Tanin terhidrolisis adalah
turunan dari asam galat
(3,4,5-trihidroksi asam
benzoat).
Asam galat adalah hasil
esterifikasi menjadi tiol dan
galoil dapat selanjutnya
diesterifikasi atau secara
oksidatif berikatan
menghasilkan tanin
terhidrolisis yang lebih
komplek
Tanin terhidrolisis adalah pecahnya karbohidrat dan asam
fenolik oleh asam lemah atau basa lemah (Hagerman, 1998).