Oleh :
NURA VERIYAL
106101003348
PEMINATAN GIZI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431H/2010 M
i
LEMBAR PERNYATAAN
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata satu di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)
Nura Veriyal
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, 17 Desember 2010
Analisis Pola Asuh Gizi Ibu Terhadap Balita Kurang Energi Protein (KEP) yang
Mendapat PMT-P di Puskesmas Pagedangan Kabupaten Tangerang Tahun 2010
ABSTRAK
Kekurangan gizi pada balita baik akut maupun kronis, dapat dipastikan
mempengaruhi daya tahan tubuh, pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif balita,
yang pada gilirannya memberikan kontribusi pada meningkatnya kematian dan kesakitan
balita, serta menurunnya prestasi akademik dan produktivitas sumber daya manusia di
masa mendatang. Pola asuh anak yang tidak memadai merupakan faktor penting dalam
menyebabkan masalah gizi kurang pada balita. Pola asuh gizi merupakan bagian dari
pola asuh anak, yang dapat dilihat dari perilaku ibu dalam mengasuh anaknya terutama
dalam hal pemberian makan dan pemeliharaan kesehatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola asuh gizi ibu yang meliputi
perilaku pemberian makan dan pemeliharaan kesehatan pada balita KEP yang mendapat
PMT-P di Puskesmas Pagedangan Kabupaten Tangerang tahun 2010, yang dilakukan
pada bulan Agustus - November tahun 2010. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan strategi penelitian studi kasus (case study). Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan cara wawancara mendalam mengenai pengetahuan, sikap, dan praktik
ibu balita dalam hal perilaku pemberian makan dan pemeliharaan kesehatan balita, dan
observasi terhadap praktik pemberian makan dan praktik pemeliharaan kesehatan.
Informan utama dalam penelitian ini adalah ibu balita KEP yang mendapat PMT-P di
Puskesmas Pagedangan Kabupaten Tangerang tahun 2010.
Perilaku ibu balita KEP penerima PMT-P dalam hal pemberian makan secara
umum termasuk buruk, karena sebagian besar ibu balita KEP penerima PMT-P memiliki
pengetahuan, sikap dan praktik pemberian makan yang buruk. Namun meskipun
demikian, sebagian besar ibu balita KEP penerima PMT-P memiliki pengetahuan yang
baik dalam hal penyiapan atau pengolahan makanan, frekuensi pemberian makan, dan
pemberian ASI kepada balita, selain itu mereka juga memiliki sikap yang baik terhadap
komposisi dan porsi makanan, penyiapan makanan, frekuensi pemberian makan, dan
pemberian ASI, serta memiliki praktik yang baik dalam hal pengolahan dan
penyimpanan makanan, waktu pemberian makan, pemberian ASI dan pantangan
makanan.
iii
Perilaku ibu balita KEP penerima PMT-P dalam hal pemeliharaan kesehatan
balita secara umum termasuk buruk, karena sebagian besar ibu balita KEP penerima
PMT-P memiliki pengetahuan dan praktik pemeliharaan kesehatan yang buruk terhadap
balitanya. Namun meskipun demikian, sebagian besar ibu balita KEP penerima PMT-P
memiliki sikap yang baik terhadap semua aspek pemeliharaan kesehatan balita. Selain
itu, mereka juga memiliki pengetahuan yang baik mengenai pencegahan dan pengobatan
penyakit infeksi dan cara pemeliharaan kesehatan balita, serta praktik yang baik dalam
hal pengobatan penyakit dan pemantauan status gizi balita.
Pola asuh gizi atau perilaku ibu balita KEP penerima PMT-P yang buruk dalam
hal pemberian makan dan pemeliharaan kesehatan, merupakan penyebab balita
menderita KEP dan tidak mengalami peningkatan status gizi. Perilaku ibu balita KEP
penerima PMT-P yang buruk, mungkin disebabkan oleh kurangnya arahan dari petugas
kesehatan atau kurangnya pemahaman dan kesadaran mereka untuk mematuhi aturan
petugas kesehatan, serta kurangnnya fasilitas sarana dan prasarana yang dapat
menunjang praktik pemberian makan dan pemeliharaan kesehatan yang baik bagi balita.
Sebagian besar ibu balita KEP penerima PMT-P yang mengalami peningkatan
status gizi ternyata memiliki pola asuh gizi yang lebih baik dibandingkan dengan ibu
balita KEP penerima PMT-P yang tidak mengalami peningkatan status gizi. Faktor-
faktor yang dominan dalam menaikkan status gizi adalah pemberian makanan utama dan
makanan tambahan dengan porsi dan frekuensi yang cukup, serta mengandung kalori
tinggi, tidak membiarkan balita jajan, dan selalu memberikan obat sesuai anjuran
petugas kesehatan ketika balita sakit dan memberikan suplemen vitamin.
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada petugas puskesmas sebaiknya
melakukan konseling pemberian makan dengan menggunakan contoh menu makanan
yang dilengkapi dengan komposisi, porsi, frekuensi dan cara penyajiannya, serta mudah
dipahami oleh ibu balita, dan kegiatan konseling lebih ditingkatkan lagi terutama dalam
hal pemberian makan dan pemeliharaan kesehatan. Disarankan kepada instansi
pemerintah, sebaiknya melakukan peningkatan akses masyarakat terhadap air bersih,
penyediaan jamban sehat dan tempat pengolahan sampah terpadu. Dan disarankan
kepada ibu balita KEP dan keluarga, sebaiknya memberikan makanan dengan komposisi
yang beragam dan porsi yang lebih besar, menambah frekuensi makan, mengurangi
kebiasaan jajan balita, dan menyajikan makanan yang menarik dan bervariasi, serta
menjaga kebersihan balita, diri sendiri dan lingkungan sekitar balita, dan mematuhi
arahan dan petunjuk petugas kesehatan dalam usaha pemberian makan maupun
pemeliharaan kesehatan balita.
iv
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH
Undergraduate Thesis, 17 December 2010
The Pattern of Maternal Nutrition Care Analysis for Children Under Five Years
Old with Protein Energy Malnutrition who Received PMT-P in Puskesmas
Pagedangan Tangerang at 2010
ABSTRACT
Malnutrition among children under five both acute and chronic, can certainly
affect the immune system, physical growth and cognitive development of infants those
in turn contribute to increased mortality and morbidity in children under five years old,
and decreased academic achievement and productivity of human resources in the future.
The pattern of inadequate child care is an important factor in causing the problem of
malnutrition. Parenting nutrition is part of the pattern of child care, which can be seen
from the behavior of mothers in caring their children, especially in terms of feeding and
health maintenance.
This study aims to determine the pattern of maternal nutrition care, including
feeding behavior and health maintenance in children under five years old with Protein
Energy Malnutrition who received PMT-P in Puskesmas Pagedangan Tangerang at
2010, was conducted in August - November of 2010. This study used a qualitative
approach with case study research strategy. Techniques of data collection was done by
in-depth interview about the knowledge, attitudes, and practices of mothers in feeding
behavior and health maintenance, and observation of feeding practices and health
maintenance practices. Key informants in this study were mothers of children under five
years old with Protein Energy Malnutrition who received PMT-P in Puskesmas
Pagedangan Tangerang at 2010.
Maternal behavior of children under five years old with Protein Energy
Malnutrition who received PMT-P in terms of feeding behavior in general was bad,
because most of them have the knowledge, attitudes and practices in terms of feeding
behavior which included bad. But even so, most of them have good knowledge in terms
of preparation or processing of food, feeding frequency, and breastfeeding for infants,
other than that they also have a good attitude on the composition and amount of food,
food preparation, frequency of feeding, and breastfeeding, as well as having good
practice in terms of processing and storage of food, feeding time, breastfeeding and
dietary restrictions.
Maternal behavior of children under five years old with Protein Energy
Malnutrition who received PMT-P in terms of child health maintenance in general was
bad, because most of them have the knowledge and practices in terms of child health
maintenance which included bad. But even so, most of them have a good attitude
v
towards all aspects of child health maintenance. In addition, they also have good
knowledge about the prevention and treatment of infectious diseases and child health
maintenance ways, and good practice in terms of disease treatment and monitoring of
nutritional status of children.
The bad pattern of parenting nutrition or the bad maternal behavior in terms of
feeding behavior and health maintenance is the cause of children under five years old
who received PMT-P are suffering Protein Energy Malnutrition and not increased
nutritional status. The bad behavior of mothers may be caused by a lack of referrals from
health workers or lack of understanding and awareness of them to comply with the rules
of health workers, as well lack of facilities and infrastructure that can support the good
practices in terms of feeding behavior and health maintenance for children under five
years old.
Most of the mothers of children under five years old with Protein Energy
Malnutrition who received PMT-P who have increased nutritional status appeared to
have the pattern of nutrition care better than the mothers of children under five years old
with Protein Energy Malnutrition who received PMT-P who have not increased
nutritional status. The dominant factors in improving the nutritional status is feeding of
the main meal and additional food by enough in portion and frequency, and high in
calories, do not let children snack, and always giving the drug as recommended by
health officials when a child is sick, and provide vitamin supplements.
Based on the research, recommended to the staff of puskesmas, feeding
counseling should be done by using a sample food menu that comes with the
composition, the portion, the frequency and manner of presentation, and easily
understood by the mother of a children under five years old, and counseling activities
further enhanced, especially in terms of feeding and maintenance health. Recommended
to local government, should be improving community access to clean water, provision of
healthy latrine, and integrated waste processing site. And recommended to the mother
and family who have children under five years old with malnutrition should be given
food with varying composition and a larger portion, add the frequency of meals,
reducing habits of snacks, and presents an interesting and varied food, and keep hygiene
for children, yourself and the environment, and comply to the direction and guidance of
health workers in the business of feeding and child health care.
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Mengetahui
vii
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
Mengetahui,
Penguji I
Penguji II
Febrianti, M.Si
Penguji III
viii
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Identitas Diri
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Riwayat Pendidikan
2003 – 2006 SMA Yuppentek 1 Tangerang (Kelas III bidang studi IPA)
ix
LEMBAR PERSEMBAHAN
“Niscaya Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kamu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujaadalah: 11)
Niat tidaklah cukup; kita harus melakukannya… ( Johann Wolfgang von Goethe)
Skripsi ini mengajariku banyak hal, kesabaran, ketekunan, kerja keras, kejujuran, dan
sisi lain dari kehidupan yang tak pernah ku sadari sebelumnya ada di sekelilingku….
x
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan limpahan
rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Analisis Pola Asuh Gizi Ibu Terhadap Balita Kurang Energi Protein (KEP) yang
Shalawat serta salam penulis mohonkan ke hadirat Allah SWT, semoga selalu dialirkan
kepada nabi dan rasul akhir zaman, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, segenap
Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
1. Orang tuaku tercinta atas segala doa, nasihat, perjuangan, pengorbanan serta
2. Bapak Prof. DR (HC) dr. MK Tajudin S.And, selaku Dekan Fakultas Kedokteran
3. Bapak Yuli Prapanca Satar, MARS, selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan para dosen program studi
4. Ibu Minsarnawati, SKM, M.Kes, dan Ibu Febrianti, M.Si, selaku pembimbing
5. Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, khususnya staf seksi gizi sub bagian
kesehatan keluarga.
xi
6. Staf Puskesmas Pagedangan, khususnya staf yang bertugas dalam program
pemberian PMT-P. Terimakasih atas segala kesempatan, bantuan dan ilmu yang
7. Para Ibu balita penerima PMT-P beserta keluarga, terimakasih atas kesediaannya
banyak sekali pelajaran dan hikmah untukku. Semoga anak-anak ibu kelak menjadi
9. Sahabat-sahabatku Eka, Nur, Yeni dan sahabat satu bimbingan yang lain.
Terimakasih atas doa, semangat dan bantuannya selama ini. Bersama kalian
10. Sahabat-sahabatku Ine, Neneng, Rena, Aulia, Nawang, Afni dan indah. Terimakasih
atas saran, doa dan dukungannya, sampai kapanpun kalian tetap sahabatku.
12. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat penulis
Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih kurang dari sempurna, sehingga
sangat diharapkan saran dan kritikanya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………………. ii
ABSTRAK………………………………………………………………………... iii
ABSTRACT……………………………………………………………………..... v
LEMBAR PERSEMBAHAN……………………………………………………. x
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………….. xx
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………... 1
xiii
1.5 Manfaat Penelitian……………………………..…………………….. 10
2.1 Perilaku………………………………………………………………. 12
2.1.1 Pengertian……………………………………………………... 12
Pengobatan……………………………………………………. 38
xiv
2.5 Status Gizi Balita…………………………………………………….. 48
2.6.1 Marasmus..…………………………………………………….. 53
2.6.2 Kwashiorkor…….…………………………………………….. 54
2.6.3 Marasmik-Kwashiorkor……………………………………….. 55
HIPOTESIS…………………………………………………………… 64
3.3 Hipotesis……………………………………………………………… 76
xv
BAB IV METODE PENELITIAN YANG DIGUNAKAN…………..……….. 78
BAB V HASIL........................................................................................................ 85
2009............................................................................................ 85
xvi
5.3.5 Gambaran Pengetahuan Pemeliharaan Kesehatan Balita........... 154
6.10 Faktor-Faktor yang Dominan dalam Menaikkan Status Gizi Balita.... 240
LAMPIRAN…………..………………………………………………………….. xxviii
xvii
DAFTAR TABEL
xviii
DAFTAR BAGAN
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 4 : Pedoman wawancara mendalam bagi ibu dari balita KEP yang mendapat
Lampiran 5 : Pedoman wawancara mendalam bagi keluarga dari balita KEP yang
2010
Lampiran 8 : Matriks hasil wawancara mendalam dengan informan utama ibu balita
2010
Lampiran 10: Matriks hasil wawancara mendalam dengan informan pendukung staf
xx
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Dina S dan Maria Poppy, Herlianty, 2003, Menjaga Kesehatan Bayi dan Balita,
Almatsier, Sunita, 2004, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Cetakan ke Empat, PT. Gramedia
Anonim, 2008, Status Gizi, Persagi Cabang Kapuas Kalteng, November 2008, [online]
<http://forbetterhealth.wordpress.com>.
<http://wimamadiun.com/>.
Arisman, 2002, Gizi Dalam Daur Kehidupan, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Palembang.
Baum, Frans, 1998, The New Public Health an Australian Perspective , Oxford
<http://teorikuliah.blogspot.com/>.
CORE, 2003, Buku Panduan Pemulihan yang berkesinambungan Bagi Anak Malnutrisi,
xxi
Depkes RI, 2002, Pemantauan Pertumbuhan Anak, Direktorat Bina Gizi Masyarakat,
, 2007, Buku Saku Rumah Tangga Sehat dengan PHBS, Pusat Promosi
, 2009, Pedoman Penanganan dan Pelacakan Balita Gizi Buruk, Direktorat Bina
Jakarta.
Harsiki, Trinabasilih, 2003, Hubungan Pola Asuh Anak dan Faktor Lain Dengan
Propinsi Sumatera Barat Tahun 2002, Tesis Program Pasca Sarjana FKM UI,
Depok.
Herawati, M.I. Tri Hadiah, 1999, Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Bagi Balita
Sidoarjo Tahun 1998, Tesis Program Pasca Sarjana FKM UI, Depok.
Husin, Cut Ruhana, 2008, Hubungan Pola Asuh Anak dengan Status Gizi Balita Umur
Jahari, A.B. dan Sandjaya, dkk, 2000, Status Gizi Balita di Indonesia Sebelum dan
Selama Krisis (Analisis Data Antropometri Susenas 1989 s/d 1999), Jakarta,
xxii
Jelliffe and Jelliffe, 1989, Community Nutritional Assessment. Oxford University Press,
New York.
Kartasapoetra dan Marsetyo, 2003, Ilmu Gizi (Korelasi Gizi, Kesehatan dan
Karyadi, Lies Darwin, 1985, Pengaruh Pola Asuh Makan Terhadap Kesulitan Makan
Anak Bawah Tiga Tahun (BATITA). Tesis Fakultas Pasca Sarjana IPB, Bogor.
Khomsan, Ali, 2000, Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi, Jurusan Gizi Masyarakat
Khomsan, Ali dan Yayuk Farida, Baliwati. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar
Swadaya. Depok.
Khomsan, Ali, Faisal Anwar, dkk, 2007a, Studi Implementasi Program Gizi:
, dkk, 2007b, Studi Peningkatan Pengetahuan Gizi Ibu dan Kader Posyandu
Kodariyah, Witri, 2010, Gambaran Faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Makan Pada
Anak Usia Prasekolah (1-3 Tahun) di Wilayah Kerja Puskesmas Bogor Timur
Kota Bogor Tahun 2009. Skripsi FKIK KESMAS UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
xxiii
Latief, abdul, dkk, 2002, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak I, Bagian Ilmu Kesehatan
Maulana, Mirza, 2008, Anak Autis: Mendidik Anak Autis dan Gangguan Mental Lain
Maulana, Heri D.J. 2009, Promosi Kesehatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Moehji, Sjahmien, 1988, Pemeliharaan Gizi Bayi dan Balita, Penerbit Bhratara Karya
Aksara, Jakarta.
, 2008, Bayi Sehat dan Cerdas Melalui Gizi dan Makanan Pilihan: Panduan
Rosadakarya, Bandung.
Moersintowarti, dkk, 2002, Tumbuh Kembang Anak dan Remaja, Ikatan Dokter Anak
Nency Y dan Arifin MT, 2005, Gizi Buruk Ancaman Generasi yang Hilang, Inovasi
2010]; <www.inovasi.online.com>
Cipta, Jakarta.
xxiv
, 2004, Metodologi Penelitian Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
, 2005, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Pudjiadi, Solihin, 2005, Ilmu Gizi Klinis Pada Anak, Edisi Keempat, Balai Penerbit
FKUI, Jakarta.
Rosmana, Dadang, 2003, Hubungan Pola Asuh Gizi dengan Status Gizi Anak Usia 6-24
Bulan di Kabupaten Serang Propinsi Banten Tahun 2003, Tesis, Program Pasca
Santoso, Soegeng dan Ranti, Anne Lies, 1999, Kesehatan Dan Gizi. PT. Rineka Cipta,
Jakarta.
Sarmin dan Rachmawaty Fitri, 2009, Cara Mendeteksi Gizi Buruk Pada Balita. al-
<http://almawaddah.wordpress.com/>.
Satoto, 1997, Fitrah dan Tumbuh Kembang Anak, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru
Sayogyo, 1994, Pembangunan Daerah dan Masyarakat NTT, Yayasan Obor Indonesia,
Jakarta.
Sediaoetama, Acmad Djaeni, 2008, Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid I,
, 2009, Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid II, Cetakan ke Enam, Dian
Rakyat, Jakarta.
Soekirman, 1994, Masalah Gizi Dalam Pembangunan Jangka Panjang Kedua, Agenda
xxv
, 2000, Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat, Ditjen
Soenardi. T, 2000, Makanan untuk Tumbuh Kembang Bayi, PT. Gramedia Pustaka
<http://repository.usu.ac.id/>
Surabaya.
Suhardjo, 2003, Berbagai Cara Pendidikan Gizi, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Suherman, Roji, 2007, Pengetahuan dan Sikap 12 IBU Balita Gizi Buruk yang
Gizi Balita Di Wilayah Puskesmas Grogol Depok, Tesis, Program Pasca Sarjana
Kompotindo, Jakarta.
Supariasa, I.D.N, dkk, 2002, Penilaian Status Gizi, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Widjaja, M.C, 2007, Gizi Tepat Untuk Perkembangan Otak dan Kesehatan Balita,
Agromedia Pustaka.
Yunarto, Heri, 2004, Karakteristik Balita Dan Keluarga Yang Berhubungan Dengan
Perubahan Status Gizi Pada Balita Gizi Buruk Penerima PMT-P Di Kabupaten
xxvi
Yuniarti, 2010, Analisis Pola Makan dan Aktifitas Fisik Siswa-Siswi Gizi Lebih Di SMA
Balita Gizi Buruk Di Klinik Gizi Puslitbang Gizi Dan Makanan Bogor Tahun
xxvii
xxviii
1
BAB I
PENDAHULUAN
kurang ialah perilaku yang kurang benar di kalangan masyarakat dalam memilih
anak. Memberikan makanan (feeding) dan perawatan anak (caring) yang benar
mencapai status gizi yang baik melalui pola asuh yang dilakukan ibu kepada
Pola asuh anak yang tidak memadai merupakan faktor yang penting dalam
menyediakan waktu, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan
berkembang dengan sebaik-baiknya baik fisik, mental, dan sosial, berupa sikap dan
perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal kedekatannya dengan anak, memberikan
makan, merawat kebersihan, dan memberi kasih sayang (Zeitlin, 2000 dalam
Rosmana, 2003). Sedangkan pola asuh anak menurut Sayogyo (1994) adalah
praktek pengasuhan yang diterapkan kepada anak balita yang berkaitan dengan
dalam Rosmana (2000), pola asuh gizi merupakan bagian dari pola asuh anak yaitu
perilaku pengasuhan mencakup empat aspek yaitu (1) perilaku pengasuhan dalam
pengasuhan dalam psiko sosial, (4) perilaku pengasuhan dalam kesehatan. Dengan
ini berpengaruh terhadap jumlah hari sakit dan status gizi balita, serta pada
gilirannya akan menjadi faktor penting dan menentukan dalam tumbuh kembang
anak balita.
Menurut Sunarti (2000), pola asuh anak berhubungan dengan keadaan ibu
pengetahuan, dan keterampilan tentang pengasuhan anak yang baik, peran dalam
keluarga atau masyarakat dan sebagainya dari si ibu dan pengasuh anak.
Selanjutnya menurut Suhardjo (2003), sikap dan pengetahuan gizi ibu dibutuhkan
untuk memperbaiki pola makan anak agar kecukupan gizi anak terpenuhi, dan
dengan cara ini mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pengetahuan
gizi ibu yang dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari memiliki pengaruh yang
Dari studi positive deviance yang dilakukan Nency (2005), diketahui bahwa
pola pengasuhan anak berpengaruh pada timbulnya gizi buruk. Anak yang diasuh
ibunya sendiri dengan kasih sayang, apalagi ibunya berpendidikan, mengerti soal
ternyata anaknya lebih sehat (Nency, 2005). Pernyataan tersebut didukung oleh
hasil penelitian yang dilakukan oleh Harsiki (2003) yang menunjukkan bahwa ada
hubungan yang sangat bermakna antara pola asuh anak dengan keadaan gizi anak
batita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin kurang pola asuh anak
semakin besar kemungkinan memberikan dampak terjadi KEP pada anak batita
sebesar 2,568 kali dibandingkan pola asuh anak yang cukup. Selain itu penelitian
bermakna antara pola asuh gizi dengan status gizi anak usia 6-24 bulan.
Kekurangan gizi pada anak baik akut maupun kronis, dapat dipastikan
anak yang pada gilirannya memberikan kontribusi pada meningkatnya kematian dan
kesakitan anak serta menurunnya prestasi akademik dan produktivitas sumber daya
(2001), kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan
mental (kemampuan berfikir). Otak mencapai bentuk maksimal pada usia dua
tahun, kekurangan gizi pada usia ini dapat berakibat terganggunya fungsi otak
satu penyakit gangguan gizi yang penting bagi Indonesia maupun banyak negara
yang sedang berkembang di Asia, Afrika, Amerika Tengah dan Amerika Selatan.
Pada penyakit KEP ditemukan berbagai macam keadaan patologis disebabkan oleh
kekurangan tersebut timbul keadaan KEP pada derajat yang sangat ringan sampai
Timbulnya masalah gizi pada anak terkait dengan beberapa faktor baik
secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Kodyat (2001) faktor yang
langsung mempengaruhi status gizi adalah konsumsi makanan dan penyakit infeksi,
dan faktor tidak langsung yang mempengaruhi status gizi adalah faktor ekonomi,
sosial politik, budaya dan kepercayaan, faktor fisik dan lingkungan sosial juga
tingkat pendidikan.
gizi buruk dan gizi kurang menurut indikator BB/U di Indonesia yaitu gizi buruk
sebesar 5,4% dan gizi kurang sebesar 13,0%. Untuk Provinsi Banten prevalensi gizi
buruk yaitu sebesar 4,4% dan gizi kurang 12,2%. Sedangkan untuk Kabupaten
Tangerang prevalensi gizi buruk yaitu sebesar 2,6% dan gizi kurang sebesar 10,3%.
Kabupaten Tangerang pada bulan Juni 2010, diketahui bahwa jumlah kasus balita
gizi buruk pada tahun 2009 yaitu sebesar 0,79% (65 balita) dan balita gizi kurang
sebesar 9,21% (761 balita). Sedangkan berdasarkan bulan penimbangan balita bulan
Februari tahun 2010 diketahui bahwa jumlah kasus balita gizi buruk meningkat
menjadi 0,84% (71 balita), namun jumlah balita gizi kurang menurun menjadi
Adapun upaya penanggulangan gizi buruk pada balita yang dilakukan oleh
pemerintah antara lain melalui program PMT-P balita gizi buruk. Menurut Depkes
rawan seperti keluarga miskin, yang memenuhi syarat gizi dan dalam jangka waktu
tertentu, bila tidak disertai penyakit kronis diharapkan dapat memperbaiki status
gizi balita. Program ini ternyata dapat menurunkan angka gizi buruk dari 8,1% pada
tahun 1999 menjadi 6,3% pada tahun 2001 (Depkes RI, 2003 dalam Suherman,
2007).
PMT yang diberikan kepada balita umur 6 – 36 bulan dengan jumlah energi 128
tahun 1990 menunjukkan bahwa PMT yang diberikan kepada balita umur 6-36
bulan dengan jumlah energi 363 – 458 kalori selama 36 bulan, menghasilkan
perbedaan pertambahan berat badan selama mengikuti program PMT sebesar 476
gram. Sementara itu penelitian di Jamaika tahun 1991 menunjukkan bahwa PMT
yang diberikan kepada balita umur 9 – 24 bulan dengan jumlah energi 343 kalori
mengikuti program PMT sebesar 380 gram (WHO (1998) dalam Hasanudin
Kabupaten Siduarjo tahun 1998 menunjukkan bahwa PMT yang diberikan kepada
balita KEP dengan jumlah energi 275 kkal, protein 48 gram selama 58 hari,
6
pada balita dilakukan antara lain melalui pemberian makanan tambahan pemulihan
(PMT-P) kepada balita yang menderita gizi buruk dan gizi kurang (Dinkes
wawancara yang dilakukan peneliti dengan bagian pengolah data seksi gizi sub
2010, diketahui bahwa program PMT yang telah dilaksanakan didapat dari dana
APBD I dan II Provinsi Banten, yaitu berupa pemberian biskuit sebanyak 76.000
roll atau 45 roll biskuit/anak, susu sebanyak 30.600 kotak atau 18 kotak/anak dan
bubur susu sebanyak 22.895 kotak atau 45 sachet per anak untuk usia 6-11 bulan.
Dengan kandungan energi untuk susu sebanyak 205,2 kalori dan untuk biskuit
sebanyak 343,5 kalori, sedangkan kandungan protein untuk susu sebanyak 9,84
gram dan untuk biskuit sebanyak 5,118 gram. Program PMT dilaksanakan di semua
dilakukan selama 90 hari dengan sasaran balita gizi buruk dan gizi kurang, jika
sasaran tidak mengalami peningkatan status gizi maka program diteruskan selama
gizi balita penerima PMT-P sebanyak 50% dari sasaran dan peningkatan berat
masalah KEP (gizi buruk dan gizi kurang) pada balita yang ada di wilayah kerja
evaluasi PMT-P Balita KEP pada tahun 2009 yang diolah pada saat studi
pendahuluan, didapatkan hasil hanya 1,9% balita gizi buruk yang berubah status
menjadi gizi baik, hanya 3,8% balita gizi kurang yang berubah status menjadi gizi
baik, dan 38,5% balita gizi buruk yang berubah status menjadi gizi kurang.
Sedangkan balita yang tetap berstatus gizi buruk sebelum dan sesudah pemberian
PMT-P sebesar 13,5% dan balita yang tetap berstatus gizi kurang sebelum dan
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa program PMT-P yang dijalankan
memberikan hasil yang kurang memuaskan karena hanya 44,2% balita KEP
penerima PMT-P yang mengalami peningkatan status gizi dan sisanya yaitu sebesar
55,8% balita KEP penerima PMT-P tidak mengalami perubahan status gizi. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa hasil yang didapat masih dibawah harapan Dinkes
peningkatan status gizi. Karena status gizi balita dipengaruhi langsung oleh asupan
makanan dan keadaan kesehatan balita, dimana hal tersebut tergantung pada pola
asuh anak terutama pola asuh gizi yang dilakukan oleh ibu, maka berdasarkan hal
tersebut peneliti terdorong untuk mengetahui gambaran mendalam pola asuh gizi
yang dilakukan oleh ibu dalam pemberian makan dan pemeliharaan kesehatan pada
8
tahun 2010.
gizi dan dalam jangka waktu tertentu, bila tidak disertai penyakit kronis diharapkan
Berdasarkan data tren evaluasi PMT-P Balita KEP2 pada tahun 2009 di
gizi buruk yang berubah status menjadi gizi baik, 3,8% balita gizi kurang yang
berubah status menjadi gizi baik, dan 38,5% balita gizi buruk yang berubah status
menjadi gizi kurang. Sedangkan balita yang tetap berstatus gizi buruk sebelum dan
sesudah pemberian PMT-P sebesar 13,5% dan balita yang tetap berstatus gizi
kurang sebelum dan sesudah pemberian PMT-P sebesar 42,3%. Dari data tersebut
dapat diketahui bahwa program PMT-P yang dijalankan memberikan hasil yang
kurang memuaskan karena hanya 44,2% balita KEP penerima PMT-P yang
mengalami peningkatan status gizi, sedangkan sisanya yaitu sebesar 55,8% balita
Puskesmas, 2009).
1
Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) adalah suatu program gizi dengan cara pemberian
zat gizi berupa makanan dan memiliki tujuan memperbaiki keadaan gizi balita yang menderita gizi
kurang (undernutrition) khususnya balita dari keluarga miskin.
2
Kurang Energi Protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi
energi protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG).
9
pada upaya yang dilakukan dalam penanganan balita KEP dengan PMT-P. Karena
status gizi balita dipengaruhi langsung oleh asupan makanan dan keadaan kesehatan
balita, dimana hal tersebut tergantung pada pola asuh anak terutama pola asuh gizi
yang dilakukan oleh ibu, maka berdasarkan hal tersebut peneliti terdorong untuk
mengetahui gambaran pola asuh gizi yang dilakukan oleh ibu dalam pemberian
Bagaimana pola asuh gizi ibu yang meliputi perilaku ibu dalam pemberian makan
Mengetahui gambaran pola asuh gizi ibu terhadap balita KEP yang mendapat
3. Mengetahui penyebab KEP pada balita khususnya pada balita KEP yang
2010.
1. Memberikan pengetahuan mengenai pola asuh gizi ibu balita KEP yang
2010.
Penelitian yang berjudul Analisis Pola Asuh Gizi Ibu terhadap Balita KEP
2010 ini bertujuan melakukan analisis mendalam mengenai pola asuh gizi ibu yang
meliputi perilaku pemberian makan dan pemeliharaan kesehatan pada balita KEP
2010. Penelitian ini dilakukan dengan melihat gambaran pengetahuan, sikap, dan
praktik ibu dalam pemberian makan dan pemeliharaan kesehatan anak. Penelitian
ini dilakukan oleh mahasiswa Peminatan Gizi Program Studi Kesehatan Masyarakat
kualitatif dan strategi penelitian studi kasus3 (case study). Teknik pengumpulan data
2010.
3
Studi kasus adalah penelitian yang dilakukan terhadap suatu ‘obyek’ yang disebut sebagai ‘kasus’, yang
dilakukan secara seutuhnya, menyeluruh dan mendalam dengan menggunakan berbagai macam sumber
data.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku
2.1.1 Pengertian
semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung
maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Sedangkan menurut Lewit
atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih
terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat
diamati secara jelas oleh orang lain. Misalnya: seorang ibu hamil tahu
atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
(orang mulai mencoba perilaku baru), dan adoption (orang telah berperilaku
penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini
didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku
tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu
14
tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung
lama.
perilaku manusia itu ke dalam tiga ranah atau domain yakni: kognitif
(kognitif), rasa (afektif), dan karsa (psikomotor), atau peri cipta, peri rasa, dan
1. Pengetahuan
manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang
dimilikinya.
evaluasi.
2. Sikap
itu melibatkan pikiran perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain.
tentang apa yang dirasakan, senang atau tidak senang terhadap suatu obyek.
lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas,
(Notoatmodjo, 2005:52).
jawab (responsible).
lepas dari pengaruh interaksi dengan orang lain (eksternal), selain mahluk
dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu
a. Persepsi (perception)
Hal ini berarti dapat melakukan sesuatu sesuai urutan yang benar dan
c. Mekanisme (mechanism)
d. Adopsi (adoption)
Adalah suatu praktik atau tindakan yang telah berkembang dengan baik.
menyediakan waktu, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan
berkembang dengan sebaik-baiknya baik fisik, mental, dan sosial, berupa sikap dan
perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal kedekatannya dengan anak, memberikan
makan, merawat kebersihan, dan memberi kasih sayang (Zeitlin, 2000 dalam
Rosmana, 2003). Sedangkan pola asuh anak menurut Sayogyo (1993) adalah praktek
pengasuhan yang diterapkan kepada anak balita yang berkaitan dengan makanan
bahwa perilaku pengasuhan mencakup empat aspek yaitu (1) perilaku pengasuhan
dalam pemberian makanan, (2) perilaku pengasuhan dalam higiene, (3) perilaku
pengasuhan dalam psiko sosial, (4) perilaku pengasuhan dalam kesehatan. Dengan
ini berpengaruh terhadap jumlah hari sakit dan status gizi balita, serta pada
gilirannya akan menjadi faktor penting dan menentukan dalam tumbuh kembang
anak balita.
pada anak meliputi kebutuhan akan nutrisi yang adekuat dan seimbang, perawatan
kesehatan dasar, pakaian, perumahan, higiene diri dan sanitasi lingkungan, dan
Pola asuh gizi merupakan bagian dari pola asuh anak yaitu praktik di rumah
tangga yang diwujudkan dengan tersedianya pangan dan perawatan kesehatan serta
Aspek kunci dalam pola asuh gizi meliputi perawatan dan perlindungan bagi ibu,
rumah dan pola pencarian pelayanan kesehatan (Zeitlin, 2000 dalam Rosmana,
2003:15).
Pola makan dan kebiasaan makan antar satu keluarga dengan keluarga
lainnya berbeda. Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan tempat tinggal,
beli, kebiasaan hidup dan makan keluarga. Perbedaan pola makan yang terjadi
sebenarnya lebih banyak ditentukan oleh orang tua yang meneruskan nilai-nilai
keluarga dan masyarakat dimana mereka tinggal. Dalam hal ini, memang ibu yang
lebih sering memegang peranan. Ibu akan menyajikan makanan yang diyakininya
pengetahuan yang didapatnya mengenai pemberian makanan yang baik bagi anak
(Maulana, 2008).
Pola asuh anak merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi status
gizi balita. Hasil penelitian Harsiki (2003) menunjukkan ada hubungan yang sangat
bermakna antara pola asuh anak dengan keadaan gizi anak batita. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa semakin kurang pola asuh anak semakin besar kemungkinan
memberikan dampak terjadi KEP pada anak batita sebesar 2,568 kali dibandingkan
20
pola asuh anak yang cukup. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Rosmana (2003)
yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara pola asuh gizi dengan
balita berusia diatas 6 bulan yang meliputi kebiasaan baik yang berhubungan dengan
makan, makanan tambahan ASI, pemberian makan secara aktif dan selama sakit,
makan anak adalah menyiapkan makanan dalam jumlah dan mutu yang baik,
memberi makan anak dengan sabar dalam suasana yang ceria terutama saat anak
kehilangan nafsu makan. Dukungan dasar yang dibutuhkan untuk menjadi pengasuh
Anak balita belum mampu mengurus dirinya sendiri dengan baik, terutama
dalam hal makanan. Pada umumnya anak-anak yang masih kecil (balita) mendapat
makanannya secara dijatah oleh ibunya dan tidak memilih serta mengambil sendiri
yang diberikan. Zat gizi yang diperlukan oleh anak-anak dan anggota keluarga
yang masih muda, pada umumnya lebih tinggi dari kebutuhan orang dewasa,
bila dinyatakan dalam satuan berat badan, tetapi kalau dinyatakan dalam
kwantum zat makanan yang lebih kecil pula, dibandingkan dengan kwantum
terlihat adanya (a) makanan pokok, (b) lauk-pauk, (c) sayuran dan (d) buah
cuci mulut. Adanya empat kelompok makanan ini disebut EMPAT SEHAT
hidangan. Hidangan untuk anak-anak (bayi, balita, remaja) dan ibu hamil atau
yang masih belum mendapat makanan padat belum dapat diberikan telur
(Sediaoetama, 2009:10).
(2008:11), yaitu:
1. Sumber Tenaga: 3-4 piring nasi masing-masing 100 gram atau roti
gelas sehari.
3. Sumber zat pengatur: 2-3 porsi sayur dan buah. Gunakan sayur dan buah-
=100 gram).
mahluk hidup. Energi dan protein mempunyai fungsi yang sangat luas dan
kegiatan fisik, tetapi juga untuk pergerakan organ tubuh. Asupan (intake) zat
gizi dalam jumlah yang seimbang mutlak dibutuhkan pada berbagai tahap
tumbuh kembang manusia, khususnya anak balita. Karena itu asupan yang
dan kesehatan.
zat-zat gizi esensial untuk kesehatan dan pertumbuhan. Bila syarat pemberian
makanan tidak terpenuhi, baik kurang atau lebih dari yang dibutuhkan sesuai
dengan umur, jenis kelamin dan kondisi tertentu seperti banyaknya aktifitas,
suhu lingkungan, dan lain-lain, maka akan terjadi keadaan malnutisi. Jadi
(Soekirman, 1994).
23
sebesar 110 kilo kalori per hari akan menyebabkan penambahan atau
disebabkan karena kelebihan atau kekurangan energi sebesar 100 kilo kalori
sehari.
Apabila anak usia 2-3 tahun setiap makan dapat menghabiskan antara
75-100 gram beras (nasi sebanyak 1 gelas minum yang diisi agak padat)
makan anak akan menerima masukan kalori sekitar 900 kalori setiap hari
dan protein pada anak-anak usia 1-5 tahun diberbagai daerah memang
1988:80).
lemak dan protein yang ada didalam bahan makanan. Senada dengan hal
berasal dari zat gizi yang merupakan sumber utama, ialah karbohidrat, lemak,
dan protein. Energi yang diperlukan ini dinyatakan dalam satuan kalori.
terdapat dalam bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hanya
24
hasil olahannya seperti bihun, mie, roti, tepung-tepungan, selai, sirup dan
unsur-unsur Carbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O), yang mempunyai
sifat dapat larut dalam zat-zat pelarut tertentu (zat pelarut lemak), seperti
menganjurkan bahwa dalam energi yang diperlukan tubuh di dapat dari 25-
kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai, jagung dan sebagainya), mentega,
margarine dan lemak hewan (lemak daging dan ayam), kacang-kacangan, biji-
bijian, daging dan ayam gemuk, krim, susu, keju dan kunig telur, serta
Protein merupakan zat gizi yang sangat penting karena yang paling
sel yang mati dan aus terpakai sebagai protein struktural. Selain itu badan-
25
melawan berbagai mikroba dan zat toksik lain yang datang dari luar dan
metabolisme dalam bentuk enzim dan hormone dan merupakan sumber utama
dalam jumlah maupun mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan, dan
kerang. Sumber protein nabati adalah kacang kedelai dan hasilnya, seperti
didapur, sehingga menjadi hidangan yang bercita rasa lezat. Hal ini akan
dan merebus. Panas ini mengubah sifat-sifat kimia dari makanan yang
makanan yaitu:
26
3. Mengubah berbagai zat gizi secara positif dan negatif. Pengaruh positif
menjadi sukar atau tidak dapat dicerna oleh tubuh. Sebagai contoh
makanan, bahan makanan menjadi lebih mudah dicerna dan zat-zat makanan
menjadi tersedia untuk diserap dan dipergunakan oleh tubuh. Tetapi mengolah
larut didalam air pencuci, sehingga hilang terbuang dan beberapa lagi dapat
bahan makanan terdiri atas membuang bagian yang tidak dapat dimakan,
sebenarnya untuk membuat hidangan. Pada umumnya bagian yang tidak dapat
dimakan, hanya sedikit saja mengandung zat-zat gizi yang berguna, sehingga
27
tidak terlalu merugikan. Cara penanganan bahan makanan yang tidak betul,
cara menangani dan memasak makanan yang umum dikerjakan oleh para ibu
rumah tangga, ternyata cukup baik, dan tidak terlalu banyak zat gizi yang ikut
mendapat perhatian khusus. Makanan yang kurang bersih dan sudah tercemar
dapat menyebabkan diare atau cacingan pada anak. Begitu juga dengan si
pembuat makanan dan peralatan yang dipakai seperti sendok, mangkok gelas,
1. Simpan makanan dalam keadaan bersih, hindari pencemaran dari debu dan
binatang.
puas, sehingga meningkatkan selera dan gairah untuk makan. Hidangan harus
timbul selera dan nafsu makan (Sediaoetama, 2008:12). Senada dengan hal
selera makan anak, baik penampilan, tekstur, warna, aroma, besar porsi, dan
pemilihan alat makan yang menarik (Febry dan Marendra, 2008 dalam
Kodariah, 2010:53).
makanan yang sebelumnya tidak disenangi. Karena itu, tidak salah jika
makanan anak diberi warna atau bentuk khusus yang menarik perhatian anak
zat gizi juga harus memperhatikan variasi menu makanan agar anak tidak
bosan, Sebaliknya, dibuat siklus menu tujuh atau sepuluh hari (Febry dan
Frekuensi makan dikatakan baik bila frekuensi makan setiap harinya tiga kali
makanan utama atau dua kali makanan utama dengan satu kali makanan
29
selingan, dan dinilai kurang bila frekuensi makan setiap harinya dua kali
Menginjak usia sembilan bulan bayi telah mempunyai gigi dan mulai
pandai mengunyah kepingan makanan orang dewasa. Pada saat itu ia makan
(mungkin) empat sampai lima kali sehari. Anak usia dua tahun memerlukan
sesuai dengan kebiasaan makan keluarga dengan demikian anak diberi makan
selingan sehingga dapat menambah masukan kalori dan zat gizi yang lain.
pemberian makan yang tidak tepat seperti pada saat anak sedang mengantuk,
atau belum merasa lapar akan membuat anak tidak menikmati makanannya.
Oleh karena itu, penerapan jadwal makan disertai dengan kondisi anak pada
Makanan yang dianjurkan terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk, buah, dan
tambahan susu 2 kali sehari, yaitu 250 ml setiap kali minum. Waktu makan
yaitu pada pagi, siang, dan malam. Sedangkan waktu makan untuk makanan
Jenis jumlah dan frekuensi makan pada bayi dan anak balita,
Tabel 2.1
Pengukuran Makanan Balita
Air susu ibu merupakan makanan yang ideal untuk bayi terutama
membangun dan penyediaan energi dalam susunan yang belum berfungsi baik
pada bayi yang baru lahir, serta menghasilkan pertumbuhan fisik yang
lebih kuning dan lebih kental, dan dinamakan kolostrum. Walaupun kolostrum
dianggap produk basi, melainkan susu yang bernilai gizi baik sekali.
zat anti infeksi, hingga baik sekali bagi bayi pada hari-hari pertama setelah
dilahirkan.
bertambahnya umur pada suatu saat bayi yang sedang bertumbuh cepat
memerlukan sehari-harinya energi dan zat-zat gizi yang melebihi jumlah yang
didapati dari ASI saja. Bayi harus mendapat makanan tambahan disamping
ASI jika kebutuhannya sudah melampaui jumlah yang didapati dari ASI. Pada
Jika produksi ASI cukup, maka pertumbuhan bayi untuk 4-5 bulan
pertama akan memuaskan, pada umur 5-6 bulan berat badan bayi akan
menjadi dua kali lipat daripada berat badan lahir. Maka sampai umur 4-5
bulan tidak perlu memberi makanan tambahan pada bayi tersebut, terkecuali
1
Eksim atopic adalah penyakit radang kulit umum yang sering telah mulai diderita sejak masa kanak-
kanak
2
Lactational infertility adalah keadaan di mana seseorang tidak dapat hamil karena menyusui.
32
sedikit jus buah seperti tomat, jeruk, pisang dan sebagainya. Setelah berumur
empat atau lima bulan bayi harus dapat makanan tambahan berupa makanan
padat berupa bubur susu, nasi tim. Pada bayi yang bertumbuh terlalu cepat,
maka dimulainya makanan padat dapat diundurkan sampai umur 6-7 bulan
pertumbuhan bayi yang demikian pesat disatu sisi dan kualitas ASI yang tidak
lagi dapat mencukupi disisi lain, maka dipandang perlu adanya pemberian
perhatian adalah bahwa ASI merupakan makanan utama bagi balita sehingga
diberikan MP-ASI, pemberian ASI harus terus diberikan sampai batas waktu
enam bulan, karena pencernaan bayi sebelum usia enam bulan belum
terlalu cepat, lagi pula kekebalan terhadap bakteri masih kecil dan bisa
tercemar melalui alat makan dan cara pengolahan yang kurang higienis.
Usia penyapihan yang terlalu dini pada bayi merupakan salah satu
penyebab terjadinya gizi kurang pada bayi. Begitu pula sebaliknya, usia
penyapihan yang terlalu lama tanpa diimbangi pemberian makanan yang tepat,
33
jenis, bentuk dan waktunya dapat mengakibatkan timbulnya masalah gizi pada
anak balita yang dapat berlanjut menjadi lebih berat. Keadaan demikian
energi pada usia penyapihan. Keadaan gizi buruk pada anak balita akan
frekuensi makan dari dua kali manjadi tiga kali atau memberikan makanan
selingan yang cukup antara dua waktu makan. Makanan selingan atau
perhatian. Para orang tua menganggap setelah anaknya makan pada jam
makan yang sudah ditentukan, anak sudah cukup mendapat makanan. Dalam
hal ini volume makanan yang dapat dihabiskan oleh anak kurang diperhatikan.
Pola makanan keluarga di daerah pedesaan atau pada keluarga dari kelompok
makan dua kali sehari, yaitu pada waktu pagi sebelum berangkat bekerja dan
pada sore hari setelah pulang dari tempat bekerja. Antara kedua waktu makan
keluarga. Makanan jajanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan dan gizi
34
akan mengancam kesehatan anak. Nafsu makan anak berkurang dan jika
2. Dengan terlalu sering jajan, maka anak akan kenyang. Akibatnya anak
tidak mau makan nasi, atau jika mau, jumlah yang dihabiskan hanya
sedikit sekali.
4. Jika sering kali keinginan anak untuk jajan tidak dipenuhi, maka anak
5. Dari segi pendidikan, kebiasaan jajan ini tidak dapat dianggap baik, lebih-
lebih jika anak hanya diberikan uang dan membeli sendiri makanan itu.
1. Pengetahuan
makanan dalam keluarga pada umumnya dikoordinir oleh ibu. Ibu yang
sehingga akan lebih banyak informasi zat gizi yang dapat diserapnya.
Dengan demikian akan semakin baik ibu tersebut memilih bahan makanan
yang lebih baik bila tidak disertai dengan pengetahuan gizi yang baik.
2. Sikap
sebaliknya, sehingga individu dapat mempunyai sikap suka atau tidak suka
terhadap makanan.
Selain itu menurut hasil penelitian Tan (1970) dalam Khomsan dkk
dan pantangan yang berlaku pada bayi, anak, perempuan, wanita hamil dan
hanya bersifat merugikan saja. Makanan yang dilarang itu, jika dilihat dari
3. Praktek
praktek konsumsi ini dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan
sebagai informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dimakan seseorang
37
atau kelompok orang (keluarga atau rumah tangga) pada waktu tertentu
Timbulnya gizi kurang bukan saja karena makanan yang kurang tetapi juga
karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang cukup baik tetapi sering
diserang diare atau demam, akhirnya dapat menderita gizi kurang. Sebaliknya anak
yang makan tidak cukup baik maka daya tahan tubuhnya (imunitas) dapat melemah,
sehingga mudah diserang penyakit infeksi, kurang nafsu makan dan akhirnya mudah
terkena gizi kurang (Soekirman, 2000). Sehingga disini terlihat interaksi antara
konsumsi makanan yang kurang dan infeksi merupakan dua hal yang saling
mempengaruhi.
kesehatan dasar yang tidak memadai, dan pola asuh anak yang tidak memadai
kesehatan dasar terutama imunisasi, penanganan diare, tindakan cepat pada balita
yang tidak naik berat badan, pendidikan, penyuluhan kesehatan dan gizi, dukungan
38
anak, dimana sanitasi yang kurang baik akan memberikan dampak terhadap
kesehatan yang berakibat akan timbulnya penyakit infeksi yang akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak yang akan menimbulkan kasus kurang gizi
(Soetjiningsih, 1998:8).
berkaitan dengan pertumbuhan, morbiditas dan mortalitas anak. Imunisasi pada anak
membantu kekebalan tubuh anak dalam melawan atau bertahan terhadap penyakit
penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan atau sering disebut perilaku
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh
aspek pola asuh yang dapat mempengaruhi status gizi anak. Praktek
meliputi pengobatan penyakit pada anak apabila si anak menderita sakit dan
sakit dan tindakan pencegahan terhadap penyakit sehingga anak tidak sampai
terkena suatu penyakit. Praktik perawatan kesehatan anak yang baik dapat
imunisasi, kebersihan diri anak dan lingkungan dimana anak berada, serta
upaya ibu dalam hal mencari pengobatan terhadap anak apabila sakit ibu
dilakukan dengan upaya perilaku hidup sehat dan bersih (PHBS). PHBS
kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan – kegiatan kesehatan dan
40
melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam
(Notoatmodjo, 2003b;118).
lingkungan anak harus benar diperhatikan agar tidak merusak kesehatan. Hal-
hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan rumah dan lingkungan adalah
kamar mandi dan WC, dan halaman rumah. Untuk kebersihan, baik
penyakit kulit dan saluran pencernaan seperti diare, cacingan dan lain-lain.
saluran pencernaan, serta penyakit akibat nyamuk. Oleh karena itu penting
infeksi dan penyakit, maka rumah dan anak-anak harus diamankan dari
seperti mual dan diare. Tunjukkan dan ajak balita dengan lembut untuk
sebelum dicuci, setelah buang air besar biasakan cuci tangan dengan
sabun, dan saat bermain dengan hewan peliharaannya (Triton, 2006 dalam
Husin, 2008:20).
atau tinja ke jamban, kotoran binatang harus dibuang jauh dari rumah,
dengan sabun sesudah buang air besar, sebelum menyentuh makanan dan
kotoran untuk masuk ke makanan atau mulut. Mencuci tangan juga dapat
4. Pakailah air bersih dari sumber air bersih yang aman dan sehat. Tempat air
harus ditutup agar air tetap bersih dan dikuras 1 minggu sekali.
5. Air minum harus dimasak sampai mendidih, buah dan sayuran harus
limbah yang aman dan sehat untuk membantu dalam pencegahan penyakit.
8. Asap dari dapur di rumah harus dapat keluar dengan baik dan hindari
yang sehat terkait dengan keadaan yang bersih, rapih dan teratur. Oleh karena
itu anak perlu dilatih untuk mengembangkan sifat-sifat sehat sebagai berikut:
(a) mandi 2 kali sehari (b) cuci tangan sebelum dan sesudah makan (c)
menyikat gigi sebelum tidur (d) membuang sampah pada tempatnya (e) buang
perilaku.
1. Pengetahuan
arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Masih
memelihara kesehatan.
dikelompokkan menjadi:
sebagainya.
komponen kesehatan.
2. Sikap
hal yang merusak. Melalui pendidikan baik formal maupun nonformal akan
atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut. Oleh sebab
kesehatan, yakni:
cara mengatasinya.
sebagainya.
pendapat terhadap apa yang diketahui atau pendapat terhadap apa yang
air besar, makanan yang disajikan ibu dalam keluarga untuk mengamati
Sedangkan menurut Supariasa dkk (2002:18) status gizi adalah ekspresi dari
dipengaruhi oleh kandungan zat gizi dalam makanan; ada tidaknya program
dengan hal itu, Paryanto (1996) yang dikutip Anonim (2008) mengatakan
bahwa faktor yang mempengaruhi status gizi adalah faktor langsung seperti
asupan makan dan penyakit infeksi. Latar belakang terjadinya faktor tersebut
Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh
secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila
tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Status gizi
lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan,
oleh keluarga atau oleh individu bergantung pada jumlah dan jenis pangan
secara perorangan. Hal ini bergantung pula pada pendapatan, agama, adat
Seperti terlihat pada bagan 2.1 dibawah ini, menurut UNICEF (1998)
dalam Husin (2008:38) akar masalah gizi adalah terjadi krisis ekonomi, politik
kurang gizi adalah tidak cukup persediaan pangan akibat krisis ekonomi dan
rendahnya daya beli masyarakat, pola asuh anak yang tidak memadai akibat
berdampak terhadap pola konsumsi dan penyakit infeksi yang secara langsung
Bagan 2.1
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
STATUS GIZI
Penyebab
Asupan Gizi Infeksi Penyakit
langsung
salah satu penyakit gangguan gizi yang penting bagi Indonesia maupun banyak
negara yang sedang berkembang di Asia, Afrika, Amerika Tengah dan Amerika
Selatan. Pada KEP ditemukan berbagai macam keadaan patologis disebabkan oleh
52
kekurangan tersebut timbul keadaan KEP pada derajat yang sangat ringan sampai
berat. Sedangkan menurut Jelliffe (1989), KEP adalah keadaan kurang gizi pada
anak yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan
sehari-hari secara terus menerus. Senada dengan itu menurut Supariasa dkk
(2002:18), KEP adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya
konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit
tertentu.
Sedangkan menurut Sarmin dan Fitri (2009), gizi buruk adalah suatu kondisi
di mana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status
nutrisinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa
protein, karbohidrat dan kalori. Di Indonesia, kasus KEP (Kurang Energi Protein)
adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita.
Keadaan gizi kurang tingkat berat pada masa bayi dan balita ditandai dengan
dua macam sindrom yang jelas yaitu kwashiorkor, karena kurang konsumsi protein
dan marasmus karena kurang konsumsi energi dan protein. Kwasiorkor umumnya
terjadi pada anak-anak antara umur 1-3 tahun, biasanya setelah anak lepas dari susu
ibu (disapih). Sedangkan Marasmus banyak terjadi pada bayi dibawah usia 1 tahun,
2003:8).
terganggu. Pada orang dewasa ditandai dengan menurunnya berat badan dan
53
tingkat konsumsi makanan yang rendah. Studi yang dilakukan oleh Hermana (1983)
dalam Herawati (1999:15), menunjukkan bahwa tingkat konsumsi energi dan protein
balita KEP sebelum penelitian sekitar 480 kkal (2000 kj) dan 13,8 gram protein.
Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang bisa dijumpai pada anak
adalah berupa kondisi badan yang tampak kurus. Sedangkan gejala klinis KEP
berat/gizi buruk secara garis besar bisa dibedakan menjadi tiga tipe: marasmus,
2.6.1 Marasmus
gizi buruk yaitu tampak sangat kurus, iga gambang, perut cekung, wajah
seperti orang tua dan kulit keriput. Sedangkan menurut Arisman (2002:102),
kulit.
5. Jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai
celana longgar).
2.6.2 Kwashiorkor
gizi buruk yaitu edema-minimal di kedua punggung kaki, wajah bulat dan
3. Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut
6. Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri
atau duduk.
55
7. Terdapat kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan
dermatosis).
2.6.3 Marasmik-Kwashiorkor
pada balita gizi buruk yaitu gabungan marasmik dan kwashiorkor. Menurut
yang disertai dengan edema, dengan tanda dan gejala khas kwashiorkor dan
tanpa lesi kulit, pengecilan otot, dan pengurangan lemak bawah kulit seperti
muncul secara bersamaan dan didominasi oleh kekurangan protein yang parah
(Arisman, 2002:105).
telah lama dikenal dalam bentuk intervensi untuk mengatasi masalah gizi
program berupa kegiatan yang secara tidak langsung dapat mengatasi akar
pelayanan kesehatan dan gizi (Depkes RI, 1997 dalam Yunarto, 2003:21).
gizi pada anak golongan rawan gizi yang menderita kurang gizi, dan diberikan
dengan kriteria anak balita yang tiga kali berturut-turut tidak naik
timbangannya serta yang berat badannya pada KMS terletak dibawah garis
program lebih besar. Diutamakan bahan makanan sumber kalori dan protein
(Anonim, 2009).
57
menurunnya status gizi, terutama pada kelompok bayi, balita, dan ibu hamil
bayi, balita, ibu hamil, ibu nifas yang menderita KEK (Depkes RI, 1999 dalam
Yunarto, 2003:22).
Lebih lanjut lagi dijelaskan oleh Jahari, dkk (2000) jika tidak
dilakukan upaya khusus selama terjadinya krisis, maka masalah gizi akan
cadangan zat gizi yang ada didalam tubuhnya. Sehingga pemecahan jaringan
gizi kurang bahkan gizi buruk. Oleh karena itu, program PMT merupakan cara
yang efektif untuk meningkatkan status gizi anak sesuai dengan tujuan utama
program ini. Tujuan lain yang ingin dicapai adalah untuk mencegah semakin
memburuknya status gizi anak, dan untuk memfasilitasi program KIE bagi
orang tua dan anak. Pelaksanaan program PMT ini dapat menjadi media
itu sendiri, sehingga ibu bisa berpartisipasi dalam kegiatan PMT ini.
(1983) disebutkan bahwa usia 4-36 bulan anak rawan menderita gizi buruk
dan infeksi. Untuk itu agar program PMT dapat memberikan efek yang terbaik
bagi kesehatan dan gizi, maka dilakukan bagi keluarga miskin di Indonesia,
58
1. PMT Penyuluhan
khususnya untuk meningkatkan keadaan gizi anak balita, ibu hamil dan ibu
cara pemberian makanan anak balita, ibu hamil dan ibu menyusui dan
dapat diberikan setiap hari tetapi harus secara periodik (bertahap) dan dapat
kepada semua anak balita, ibu hamil trismester III dan ibu menyusui yang
usaha penyuluhan mengenai makanan bayi dan balita. Apabila kegiatan ini
2. PMT Pemulihan
suatu kegiatan yang nyata merupakan salah satu bentuk kegiatan pemberian
zat gizi berupa makanan ke keluarga dalam rangka program UPGK dan
menderita kurang gizi yaitu anak balita terutama anak dibawah tiga tahun,
ibu hamil dan menyusui. Kegiatan ini diberikan setiap hari sampai keadaan
terbagi dalam dua bentuk PMT yaitu PMT pabrikan (susu instan, biskuit,
makanan hasil olahan pabrik) dan PMT lokal (makanan olahan sendiri
dengan bahan makanan yang dibeli di pasar atau bahan makanan hasil
60
(Arisman, 2002).
1. Usia 6 – 11 bulan, dengan komposisi zat gizi energi 360 – 430 kalori dan
2. Usia 12 – 32 bulan, dengan komposisi zat gizi energi 360 – 430 kalori,
mineral.
61
dan balita dari keluarga miskin memperoleh PMT, ibu hamil dan ibu nifas dari
keluarga miskin memperoleh PMT dan 80% sasaran penerima PMT naik berat
Ada dua model penyelenggaraan PMT yaitu Pos Pemulihan Gizi atau
feedings centers, dan Ibu Asuh/Penjaja Makanan atau disebut juga home
bila jumlah sasarannya diketahui dengan jelas dan hanya sedikit. Kegiatan
posyandu buka satu kali sebulan sehingga ibu asuh atau penjaja makanan
menerima uang sebulan sekali dari bidan desa. Namun ibu sasaran mengambil
PMT setiap hari untuk dibawa pulang ke rumah (Depkes RI, 1999; Walker,
dapat terjadi seperti PMT dibagi atau dikonsumsi oleh anggota keluarga
lainnya, PMT dijual atau ditukar (Mora, 1983 dalam Yunarto, 2004:26).
kedelai atau tempe yang tinggi kalori dan protein terhadap 60 anak balita
peningkatan berat badan anak setelah diberi makanan tambahan, yaitu antara
cara dimakan di tempat dengan cara dibawa pulang (dimasak dirumah). PMT
dengan cara dimakan di tempat lebih efektif dibandingkan dengan cara dibawa
pulang, walaupun kurang menguntungkan, ditinjau dari segi biaya, waktu dan
mengandung kalori 2407 – 2461 kJ (575,8 kkal – 631,8 kkal) dan protein 16,8
– 17,8 gram, dapat meningkatkan berat badan balita 0,52 kg dan tinggi badan
2,9 cm.
peningkatan proporsi status gizi baik, yaitu berturut-turut sebesar 20%, 27%,
dan 23,3%. Kelemahan dari penelitian ini adalah pengukuran status gizi balita
63
bahwa PMT pada balita usia 6 – 60 bulan dengan kandungan kalori sekitar
400 kkal per hari dalam bentuk makanan lokal selama tiga bulan, dapat
memberikan dampak positif jangka panjang khususnya pada anak dalam tahap
ada perbedaan pengaruh PMT terhadap status gizi balita sesuai dengan
umurnya. Setiap PMT pada anak 0 – 1 tahun sebesar 100 kkal per hari dapat
Dampak pada anak umur 2 tahun berupa kenaikan tinggi badan 5 mm dan
berat badan 250 gram, dan untuk anak umur 3 tahun hanya berdampak pada
tinggi badan tanpa kenaikan berat badan. Tetapi terhadap anak empat tahun
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL, DEFINISI ISTILAH DAN HIPOTESIS
Seperti landasan teoritis yang telah dijelaskan dalam tinjauan pustaka, dapat
diketahui bahwa akar masalah gizi menurut UNICEF (1998) dalam Husin (2008:38),
adalah terjadi krisis ekonomi, politik dan sosial dalam masyarakat, sehingga
langsung menyebabkan kurang gizi adalah tidak cukup persediaan pangan akibat
krisis ekonomi dan rendahnya daya beli masyarakat, pola asuh anak yang tidak
memadai akibat dari rendahnya pengetahuan, pendidikan orang tua dan buruknya
sanitasi lingkungan dan akses pelayanan kesehatan dasar masih sulit sehingga
berdampak terhadap pola konsumsi dan penyakit infeksi yang secara langsung
menyediakan waktu, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan
berkembang dengan sebaik-baiknya baik fisik, mental, dan social, berupa sikap dan
perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal kedekatannya dengan anak, memberikan
makan, merawat kebersihan, dan memberi kasih sayang (Zeitlin, 2000 dalam
Rosmana, 2003). Sedangkan pola asuh anak menurut Sayogyo (1993) adalah praktek
65
atau perilaku pengasuhan yang diterapkan kepada anak balita yang berkaitan dengan
Pola asuh gizi merupakan bagian dari pola asuh anak yaitu praktik di rumah
tangga yang diwujudkan dengan tersedianya pangan dan perawatan kesehatan serta
Aspek kunci dalam pola asuh gizi meliputi perawatan dan perlindungan bagi ibu,
rumah dan pola pencarian pelayanan kesehatan (Zeitlin, 2000 dalam Rosmana,
2003:15).
diterapkan kepada anak balita yang berkaitan dengan makanan balita dan
pemberian makan balita adalah cara pemberian makan sehari-hari terhadap balita
berusia diatas 6 bulan yang meliputi kebiasaan baik yang berhubungan dengan
makan, makanan tambahan ASI, pemberian makan secara aktif dan selama sakit,
penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan atau sering disebut perilaku
manusia itu ke dalam tiga ranah atau domain yakni: kognitif (cognitive), afektif
Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni menjadi
tiga tingkat ranah perilaku yaitu pengetahuan, sikap dan praktik (tindakan).
(Notoatmodjo, 2005).
perilaku yaitu pengetahuan, sikap dan praktik oleh karena itu untuk mengukur
dalam Notoatmodjo (2005), dan Notoatmodjo (2005) yang telah dijelaskan diatas,
maka terbentuklah kerangka konseptual seperti bagan 3.1 yang digunakan sebagai
Bagan 3.1
Kerangka Konseptual Pola Asuh Gizi
Tabel 3.1
Definisi Istilah
Cara
Domain
No Definisi Istilah Pengambilan Alat Ukur Hasil Ukur Sasaran
Penelitian
Data
1. Pengetahuan Pemahaman ibu balita Wawancara Pedoman Mengetahui atau tidak Ibu balita
Pemberian tentang komposisi dan mendalam wawancara mengetahui tentang komposisi KEP
Makan porsi makanan balita, mendalam dan porsi makanan ideal untuk penerima
cara pengolahan dan balita, cara penyiapan atau PMT-P yang
penyajian makanan pengolahan dan penyajian mengalami
balita, frekuensi makanan yang tepat, frekuensi maupun tidak
pemberian makan, dan waktu yang ideal dalam mengalami
praktik pemberian pemberian makan balita, praktik peningkatan
ASI dan MP-ASI, dan pemberian ASI dan MP-ASI status gizi.
pemberian makanan yang ideal bagi balita,
tambahan. pengertian dan waktu yang
tepat dalam pemberian makanan
tambahan, dan makanan jajanan
yang baik untuk balita.
Tabel 3.1
Definisi Istilah (lanjutan)
Cara
Domain
No Definisi Istilah Pengambilan Alat Ukur Hasil Ukur Sasaran
Penelitian
Data
2. Sikap Gambaran penilaian Wawancara Pedoman Sikap baik atau buruk terhadap Ibu balita KEP
terhadap atau pendapat ibu mendalam wawancara komposisi makanan bergizi bagi penerima
pemberian balita terhadap mendalam balita dan pemberian porsi PMT-P yang
makan komposisi dan porsi makanan yang ideal dan sesuai mengalami
makanan yang ideal dengan usia balita, pengolahan maupun tidak
bagi balita, atau penyiapan makanan sehat mengalami
pentingnya dan penyajian makanan yang peningkatan
pengolahan makanan menarik bagi balita, tempat status gizi.
yang sehat dan penyimpanan makanan yang
penyajian makanan tertutup dan bersih, penggunaan
yang menarik baik alat masak dan alat makan yang
dari segi tampilan bersih, pentingnya frekuensi
maupun rasa, dan waktu yang tepat dalam
pentingnya frekuensi pemberian makan balita,
makan yang ideal, pentingnya pemberian ASI
pentingnya eksklusif bagi balita, dan
pemberian ASI dan manfaat pemberian makanan
manfaat pemberian tambahan, kesukaan jajan balita
makanan tambahan. dan kepercayaan terhadap
pantangan makanan.
Tabel 3.1
Definisi Istilah (lanjutan)
Cara
Domain
No Definisi Istilah Pengambilan Alat Ukur Hasil Ukur Sasaran
Penelitian
Data
3. Praktik Praktik atau apa Wawancara Pedoman Ada atau tidaknya a. Ibu balita KEP
pemberian yang dilakukan ibu mendalam dan wawancara komposisi dan porsi penerima PMT-P yang
makan balita dalam usaha observasi mendalam makanan yang ideal mengalami maupun
tidak mengalami
pemberian makan dan pada makanan balita,
peningkatan status gizi.
kepada balita, pedoman pengolahan atau b. Keluarga balita KEP
meliputi komposisi observasi penyiapan makanan penerima PMT-P yang
dan porsi makanan yang memperhatikan mengalami maupun
balita, cara aspek higiene dan tidak mengalami
pengolahan dan rasa, penyajian peningkatan status gizi
penyajian makanan yang dan turut serta dalam
pengasuhan balita.
makanan balita, menarik, frekuensi dan
c. Staf Puskesmas
frekuensi makan, waktu pemberian Pagedangan yang
praktik pemberian makan yang ideal, terlibat langsung dalam
ASI dan MP-ASI, praktik pemberian ASI program pemberian
dan usaha dan MP-ASI yang PMT-P.
pemberian ideal, dan usaha
makanan pemberian makanan
tambahan kepada tambahan.
balita.
Tabel 3.1
Definisi Istilah (lanjutan)
Cara
Domain
No Definisi Istilah Pengambilan Alat Ukur Hasil Ukur Sasaran
Penelitian
Data
4. Pengetahuan Pemahaman ibu balita tentang Wawancara Pedoman Mengetahui atau tidak Ibu balita
pemeliharaan (1) penyakit infeksi yang mendalam wawancara mengetahui tentang (1) penyakit KEP
kesehatan meliputi jenis, penyebab, akibat, mendalam infeksi yang meliputi jenis, penerima
balita gejala, cara penularan, penyebab, akibat, gejala, cara PMT-P yang
pencegahan dan pengobatan penularan, pencegahan dan mengalami
penyakit infeksi pada balita; (2) pengobatan penyakit infeksi pada maupun tidak
cara pemeliharaan kesehatan balita; (2) cara pemeliharaan mengalami
balita yang meliputi pengetahuan kesehatan balita yang meliputi peningkatan
tentang cara meningkatkan dan cara meningkatkan dan status gizi.
memantau status gizi balita, memantau status gizi balita,
dampak KEP pada balita, dampak KEP pada balita,
manfaat imunisasi pada balita, manfaat imunisasi pada balita,
dan perilaku hidup bersih dan dan perilaku hidup bersih dan
sehat; (3) kebersihan lingkungan sehat; (3) kebersihan lingkungan
yang meliputi pengetahuan berupa bangunan rumah sehat,
tentang sanitasi lingkungan kebutuhan ruangan (tempat
berupa bangunan rumah, bermain-main balita), pergantian
kebutuhan ruangan (tempat udara dan sinar matahari yang
bermain-main balita), pergantian baik, cara pembuangan sampah
udara, sinar matahari, dan SPAL yang sehat.
pembuangan sampah dan SPAL.
Tabel 3.1
Definisi Istilah (lanjutan)
5. Sikap Gambaran penilaian atau Wawancara Pedoman Sikap baik atau buruk terhadap Ibu balita
terhadap pendapat ibu balita terhadap (1) mendalam wawancara (1) sakit dan penyakit yang KEP
pemeliharaan sakit dan penyakit yang meliputi mendalam meliputi bahaya penyakit infeksi penerima
kesehatan bahaya penyakit infeksi dan dan pentingnya pencegahan dan PMT-P yang
balita pentingnya pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi mengalami
pengobatan penyakit infeksi pada pada balita; (2) pemeliharaan maupun tidak
balita; (2) pemeliharaan kesehatan kesehatan balita yang meliputi mengalami
balita yang meliputi pentingnya pentingnya peningkatan status peningkatan
peningkatan status gizi, imunisasi, gizi, imunisasi, dan perilaku status gizi.
dan perilaku hidup bersih dan hidup bersih dan sehat pada
sehat pada balita; (3) kebersihan balita; (3) kebersihan lingkungan
lingkungan meliputi pentingnya meliputi pentingnya penyediaan
penyediaan ruang bermain bagi ruang bermain bagi balita,
balita, penggunaan air bersih, penggunaan air bersih,
pertukaran udara dan pertukaran udara dan
pencahayaan rumah yang sehat pencahayaan rumah yang sehat
pembuangan limbah dan sampah pembuangan limbah dan sampah
yang sehat, dan penyediaan WC yang sehat, dan penyediaan WC
atau kamar mandi didalam rumah. atau kamar mandi didalam
rumah.
Tabel 3.1
Definisi Istilah (lanjutan)
6. Praktik Apa yang dilakukan ibu dalam Wawancara Pedoman Ada atau tidaknya usaha a. Ibu balita KEP
pemeliharaan usaha (1) pencegahan dan mendalam, wawancara dalam (1) pencegahan dan penerima PMT-P
kesehatan pengobatan penyakit infeksi observasi dan mendalam, pengobatan penyakit infeksi yang mengalami
maupun tidak
balita pada balita; (2) pemeliharaan studi dokumen pedoman pada balita; (2)
mengalami
kesehatan balita yang meliputi observasi pemeliharaan kesehatan peningkatan status
upaya meningkatkan dan dan data balita yang meliputi upaya gizi.
memantau keadaan gizi, rekam meningkatkan dan b. Keluarga balita
pemberian imunisasi dan medik memantau keadaan gizi, KEP penerima
menjaga kebersihan balita; (3) balita pemberian imunisasi dan PMT-P yang
menjaga kebersihan menjaga kebersihan balita; mengalami maupun
tidak mengalami
lingkungan meliputi (3) menjaga kebersihan
peningkatan status
lingkungan bermain balita, lingkungan meliputi gizi dan turut serta
penggunaan air bersih, cara lingkungan bermain balita, dalam pengasuhan
pembuangan sampah dan penggunaan air bersih, cara balita.
limbah rumah tangga, usaha pembuangan sampah dan c. Staf Puskesmas
mengatur pertukaran udara dan limbah rumah tangga, usaha Pagedangan yang
pencahayaan rumah, dan usaha mengatur pertukaran udara terlibat langsung
dalam program
menjaga kebersihan rumah dan dan pencahayaan rumah, pemberian PMT-P.
lingkungan sekitar. dan usaha menjaga
kebersihan rumah dan
lingkungan sekitar.
Tabel 3.1
Definisi Istilah (lanjutan)
7. Perilaku Pengetahuan, Wawancara Pedoman Perilaku baik atau a. Ibu balita KEP penerima PMT-P
Pemberian sikap, dan mendalam, wawancara buruk yang dilihat yang mengalami maupun tidak
Makan praktik/tindakan observasi. mendalam dari segi mengalami peningkatan status gizi.
b. Keluarga balita KEP penerima PMT-
ibu dalam upaya dan pengetahuan, sikap,
P yang mengalami maupun tidak
pemberian makan pedoman dan mengalami peningkatan status gizi
pada balita. observasi praktik/tindakan ibu dan turut serta dalam pengasuhan
dalam upaya balita.
pemberian makan c. Staf Puskesmas Pagedangan yang
pada balita. terlibat langsung dalam program
pemberian PMT-P.
8. Perilaku Pengetahuan, Wawancara Pedoman Perilaku baik atau a. Ibu balita KEP penerima PMT-P
Pemeliharaan sikap, dan mendalam, wawancara buruk yang dilihat yang mengalami maupun tidak
Kesehatan praktik/tindakan observasi dan mendalam, dari segi mengalami peningkatan status gizi.
b. Keluarga balita KEP penerima PMT-
balita ibu dalam upaya studi pedoman pengetahuan, sikap,
P yang mengalami maupun tidak
pemeliharaan dokumen observasi dan mengalami peningkatan status gizi
kesehatan balita. dan data praktik/tindakan ibu dan turut serta dalam pengasuhan
rekam dalam upaya balita.
medik pemeliharaan c. Staff Puskesmas Pagedangan yang
kesehatan balita. terlibat langsung dalam program
pemberian PMT-P.
Tabel 3.1
Definisi Istilah (lanjutan)
9. Status Gizi Keadaan kesehatan Studi dokumen Dokumen atau Peningkatan status gizi, Balita KEP
Balita tubuh balita yang hasil data hasil tidak ada perubahan status penerima PMT-P.
diakibatkan oleh pengukuran pengukuran gizi, atau penurunan status
konsumsi, penyerapan penimbangan penimbangan gizi yang dialami balita
dan penggunaan zat-zat balita selama balita selama setelah pemberian PMT-P.
gizi makanan yang program PMT-P program PMT-P
diukur berdasarkan di Puskesmas. di Puskesmas.
indikator BB/U.
76
3.3 Hipotesis
1. Pengetahuan yang buruk mengenai komposisi dan porsi makanan balita, penyiapan dan
penyajian makanan, frekuensi pemberian makan, pemberian ASI dan MP-ASI, dan
2. Sikap yang buruk terhadap pemberian makanan dengan komposisi dan porsi makanan
yang ideal, penyiapan dan penyajian makanan yang sehat dan menarik, frekuensi
pemberian makan yang cukup, pemberian ASI eksklusif, dan pemberian makanan
3. Praktik yang buruk dalam hal komposisi dan porsi makanan, penyiapan dan penyajian
makanan, frekuensi pemberian makan, pemberian ASI dan MP-ASI, dan pemberian
4. Pengetahuan yang buruk mengenai penyakit infeksi pada balita, cara pemeliharaan
5. Sikap yang buruk terhadap penyakit infeksi pada balita, cara pemeliharaan kesehatan
buruk.
6. Praktik yang buruk dalam hal usaha pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi pada
balita, pemeliharaan kesehatan dan gizi balita, dan menjaga kebersihan lingkungan
7. Pengetahuan, sikap, dan praktik yang buruk dapat menyebabkan perilaku pemberian
8. Perilaku pemberian makan dan pemeliharaan kesehatan yang buruk menyebabkan pola
9. Pola asuh gizi yang buruk dapat menyebabkan KEP pada balita.
10. Perilaku pemberian makan dan pemeliharaan kesehatan yang baik dapat menyebabkan
11. Faktor-faktor penyebab KEP pada balita adalah pola asuh gizi (perilaku pemberian
makan dan perilaku pemeliharaan kesehatan) yang buruk, yang meliputi pemberian
makanan dengan komposisi dan porsi yang tidak mencukupi, pengolahan dan penyajian
makanan yang tidak baik, frekuensi pemberian makan yang kurang, tidak diberikan ASI
dan MP-ASI yang cukup, dan pemberian makanan tambahan yang kurang, serta tidak
ada atau kurangnya upaya pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi, cara
BAB IV
METODE PENELITIAN YANG DIGUNAKAN
studi kasus (case study) tentang pola asuh gizi ibu terhadap balita KEP yang
mendalam dan observasi. Menurut Bogdan dan Taylor (1975) dalam Moleong
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati. Pendekatan kualitatif diarahkan pada latar dan individu tersebut secara
holistik (utuh) serta untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang
penelitian dimana data yang didapatkan didasarkan pada fenomena, gejala, fakta,
ibu beserta balitanya yang menderita KEP (balita gizi buruk dan gizi kurang) datang
komposisi makanan terdiri dari sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan
79
mineral dengan kandungan zat gizi energi 360 – 430 kkal dan protein 9 – 11 gram.
Selain itu diadakan konseling gizi kepada ibu balita, penimbangan balita dan
pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat
informan yang sudah diketahui sebelumnya (Baum, 1998). Infoman dalam penelitian
1. Informan Utama
Informan utama merupakan objek utama dalam penelitian ini, yaitu ibu balita
KEP (gizi buruk dan gizi kurang) yang mendapat PMT-P (Pemberian Makanan
a. Ibu dari balita KEP yang mengalami peningkatan status gizi atau mengalami
kenaikan berat badan dan telah mengikuti program PMT-P selama minimal
tiga bulan.
b. Ibu dari balita KEP yang tidak mengalami perubahan status gizi; atau ibu dari
balita KEP yang mengalami penurunan status gizi/penurunan berat badan dan
2. Informan Pendukung
a. Keluarga balita KEP yang mendapat PMT-P yang turut serta dalam
PMT-P.
2. Pedoman observasi
3. Alat perekam
4. Buku catatan
5. Alat tulis.
dimana hubungan peneliti dengan informan perlu akrab (Loftland, 1984 ) dengan
masing teknik:
81
1. Wawancara mendalam
2. Observasi
Dalam penelitian ini observasi meliputi melihat dan mencatat jumlah dan taraf
(Notoatmodjo, 2004).
3. Studi Dokumen
berhubungan dengan pola asuh gizi ibu dan program PMT-P di Puskesmas
Pagedangan.
interaktif ini terdiri dari tiga komponen utama, yaitu reduksi data, penyajian data dan
82
1. Reduksi data
pengabstraksian dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis
pemisahan data, mempertegas data, membuang hal yang tidak penting dan
2. Penyajian data
Merupakan suatu kegiatan dengan adanya penyajian bagi data kualitatif dalam
bentuk kolom, tabel, maupun deskripsi. Susunan penyajian data yang baik dan
3. Penarikan kesimpulan
awal yang belum siap digunakan dalam analisis), setelah data tersebut direduksi
dan disajikan.
83
Bagan 4.1
Model Analisis Interaktif
Pengumpulan
Data
Reduksi Penyajian
Data Data
Penarikan
Kesimpulan
Sumber : Milles dan Hubberman, 1992.
Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang valid maka dilakukan
mencari sumber data dari dua jenis informan, yaitu informan utama dan informan
pengumpulan data, yaitu dengan metode wawancara, observasi dan studi dokumen.
84
Tabel 4.1
Sumber dan Metode Pengambilan Data
BAB V
HASIL
wilayah 4.802,16 km2 dengan jarak desa paling jauh ke ibukota Tangerang
Desa Lengkong Kulon, Desa Cihuni, Desa Medang, Desa Cijantra, Desa
Cicalengka, Desa Situ Gadung, Desa Kadu Sirung, Desa Jatake, Desa Malang
Nengah dan Desa Karang Tengah. Sebelah utara berbatasan dengan Desa
Nangka Kecamatan Legok, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Cisauk
Kecamatan Cisauk.
83.052 jiwa, jumlah penduduk miskin sebanyak 31.154 jiwa dan jumlah
kepala keluarga sebanyak 16.925 jiwa. Sedangkan jumlah balita yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Pagedangan pada tahun 2009 yaitu sebanyak 8.263
jiwa, dengan jumlah balita gizi buruk sebanyak 65 jiwa, balita gizi kurang
86
sebanyak 761 jiwa, balita gizi baik sebanyak 7.358 jiwa dan balita gizi lebih
yaitu sebesar 12,08%, SLTP/MTs sebesar 11,2 %, SD/MI sebesar 10,4% dan
2009).
2009 - 2010
1. Tujuan Umum
tambahan.
2. Tujuan Khusus
3. Sasaran
1
BB/U adalah indeks antropometri yang merupakan rasio dari pengukuran berat badan terhadap umur.
87
Komposisi gizi yang diberikan yaitu energi 360 – 430 kkal dan
protein 9 – 11 gram dengan jenis makanan untuk gizi buruk berupa bubur
formula 75 (F75)3 yang terdiri dari susu krim, gula pasir, tepung beras, dan
minyak goreng, sedangkan untuk balita gizi buruk dan gizi kurang
5. Deskripsi Kegiatan
peningkatan status gizi terdiri dari tiga informan. Ketiga informan tersebut
merupakan ibu dari balita gizi buruk dan gizi kurang yang mengalami
peningkatan status gizi, mengikuti program PMT-P minimal tiga bulan dan
2
BB/TB adalah indeks antropometri yang merupakan rasio dari pengukuran berat badan terhadap
pengukuran tinggi badan.
3
Formula 75 adalah formula makanan khusus yang diberikan kepada balita penderita KEP yang bertujuan
untuk meningkatkan asupan zat gizinya khususnya kalori dan protein.
88
informan utama ibu dari balita yang mengalami peningkatan status gizi:
Tabel 5.1
Karakteristik Ibu dari Balita yang Mengalami Peningkatan Status Gizi
yang Mendapat PMT-P di Puskesmas Pagedangan Kabupaten
Tangerang Tahun 2010
Karakteristik B E S
Umur 36 tahun 36 tahun 37 tahun
Umur nikah 16 tahun 16 tahun 15 tahun
Pendidikan Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SD
Pekerjaan Ibu Rumah Ibu Rumah Ibu Rumah
Tangga Tangga Tangga
Pekerjaan suami Tidak Petugas Wiraswasta
mempunyai keamanan
pekerjaaan
Pendapatan - Rp. 500.000 ± Rp. 650.000
keluarga/bulan
Jumlah anggota 6 orang 7 orang 7 orang
keluarga dalam
serumah
Jumlah balita 1 orang 2 balita 1 balita
dalam Keluarga
Karakteristik Balita Penerima PMT-P
Umur Balita 11 bulan 43 bulan 13 bulan
Anak ke 4 4 5
Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki Laki-laki
Balita
BB Lahir Balita 4 kg 3,3 kg 3 kg
Status gizi balita Gizi buruk Gizi buruk Gizi kurang
bulan ke 1 dan menjadi gizi menjadi gizi menjadi gizi
bulan ke 3 kurang kurang baik
Pertambahan 1,1 kg 1,5 kg 2,1 kg
BB
Riwayat Batuk, demam, Batuk, flu, Batuk, dan
Penyakit Infeksi dan penyakit demam dan demam
kulit penyakit kulit.
Sumber: Data Primer.
89
SD, pekerjaan ibu rumah tangga, memiliki suami yang tidak mempunyai
keluarga dalam satu rumah, dan memiliki satu orang balita dalam keluarga.
menjadi berstatus gizi kurang dengan pertambahan berat badan sekitar 1,1
kg, dan memiliki riwayat penyakit infeksi berupa batuk, demam, dan
penyakit kulit
500.000 per bulan, memiliki tujuh anggota keluarga dalam satu rumah, dan
empat dari lima bersaudara, berjenis kelamin laki-laki, memiliki berat lahir
3,3 kg, mengalami perubahan status gizi dari sebelumnya berstatus gizi
sekitar 1,5 kg, dan memiliki riwayat penyakit infeksi berupa batuk, flu,
tahun, pendidikan tamat SD, pekerjaan ibu rumah tangga, pekerjaan suami
tujuh anggota keluarga dalam satu rumah, dan memiliki satu orang balita
gizi dari sebelumnya berstatus gizi kurang menjadi berstatus gizi baik
dengan pertambahan berat badan sekitar 2,1 kg, dan memiliki riwayat
tersebut merupakan ibu dari balita gizi buruk dan gizi kurang yang
satu informan lainnya merupakan ibu dari balita penerima PMT-P yang
utama ibu dari balita yang tidak mengalami peningkatan status gizi.
Tabel 5.2
Karakteristik Ibu dari Balita yang Tidak Mengalami Peningkatan
Status Gizi yang Mendapat PMT-P di Puskesmas Pagedangan
Kabupaten Tangerang Tahun 2010
Karakteristik SK N Ai SM
Umur 28 tahun 23 tahun 40 tahun 40 tahun
Umur nikah 18 tahun 20 tahun 15 tahun 20 tahun
Pendidikan Tamat SD Tamat SD Tidak tamat Tamat SMA
SD
Pekerjaan Ibu Rumah Ibu Rumah Ibu Rumah Ibu Rumah
Tangga Tangga Tangga/ Tangga/
Petani Wiraswasta
Pekerjaan suami Buruh Buruh Petani Petugas
keamanan
Pendapatan ± Rp. ± Rp. ± Rp. ± Rp.
keluarga/bulan 500.000 400.000 300.000 1.500.000
Jumlah anggota 5 orang 7 orang 7 orang 5 orang
keluarga dalam
serumah
Jumlah balita 1 orang 1 balita 2 balita 1 balita
dalam Keluarga
Karakteristik Balita Penerima PMT-P
Umur Balita 11 bulan 18 bulan 60 bulan 24 bulan
Anak ke 3 1 12 6
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan
Balita
BB Lahir Balita 3,8 kg 3 kg 3 kg 3,5 kg
Status gizi balita Gizi kurang Gizi kurang Gizi kurang Gizi kurang
bulan ke 1 dan menjadi gizi menjadi gizi menjadi gizi menjadi gizi
bulan ke 3 kurang kurang kurang buruk
Pertambahan 0,7 kg 0,8 kg 0,5 kg -0,6 kg
BB (berkurang
0,6 kg)
Riwayat Batuk, Batuk, flu, Demam, Batuk,
Penyakit Infeksi demam, flu, demam dan batuk dan demam, dan
dan diare penyakit muntah. flu.
kulit.
Sumber: Data Primer.
92
pekerjaan ibu rumah tangga, memiliki suami yang bekerja sebagai buruh,
keluarga dalam satu rumah, dan memiliki satu orang balita dalam keluarga.
tiga bersaudara, berjenis kelamin laki-laki, memiliki berat lahir 3,8 kg,
tidak mengalami perubahan status gizi yaitu tetap berstatus gizi kurang
sekitar 0,7 kg, dan memiliki riwayat penyakit infeksi berupa batuk, demam,
pendidikan tamat SD, pekerjaan ibu rumah tangga, memiliki suami yang
memiliki tujuh anggota keluarga dalam satu rumah, dan memiliki satu
3 kg, tidak mengalami perubahan status gizi yaitu tetap berstatus gizi
badan sekitar 0,8 kg, dan memiliki riwayat penyakit infeksi berupa batuk,
umur 15 tahun, pendidikan tidak tamat SD, pekerjaan ibu rumah tangga dan
keluarga ± 300.000 per bulan, memiliki tujuh anggota keluarga dalam satu
rumah, dan memiliki dua orang balita dalam keluarga. Karakteristik balita
status gizi yaitu tetap berstatus gizi kurang selama tiga bulan pemberian
PMT-P dengan pertambahan berat badan sekitar 0,5 kg, dan memiliki
tahun, pendidikan tamat SMA, pekerjaan ibu rumah tangga dan wiraswasta,
keluarga dalam satu rumah, dan memiliki satu orang balita dalam keluarga.
enam bersaudara, berjenis kelamin perempuan, memiliki berat lahir 3,5 kg,
kurang menjadi berstatus gizi buruk dengan penurunan berat badan sekitar
0,6 kg, dan memiliki riwayat penyakit infeksi berupa batuk, demam, dan
flu.
94
peningkatan status gizi terdiri dari tiga informan. Ketiga informan tersebut
Tabel 5.3
Karakteristik Keluarga dari Balita Penerima PMT-P yang Mengalami
Peningkatan Status Gizi di Puskesmas Pagedangan Kabupaten
Tangerang Tahun 2010
penerima PMT-P.
95
SMP, tidak memiliki pekerjaan dan memiliki hubungan sebagai kakak dari
peningkatan status gizi terdiri dari empat informan. Tiga dari empat
balita penerima PMT-P yang tidak mengalami perubahan status gizi selama
Tabel 5.4
Karakteristik Keluarga dari Balita Penerima PMT-P yang Tidak
Mengalami Peningkatan Status Gizi di Puskesmas Pagedangan
Kabupaten Tangerang Tahun 2010
pendidikan tamat SD, memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dan
dalam program pemberian PMT-P kepada balita gizi buruk dan gizi kurang
Tabel 5.5
Karakteristik Staf Puskesmas yang Terlibat Langsung dalam Program
PMT-P di Puskesmas Pagedangan Kabupaten Tangerang Tahun 2010
Karakteristik Y SM P
Umur 33 tahun 30 tahun 39 tahun
Pendidikan S1 Gizi Dokter D1 Kebidanan
Masyarakat
Jabatan Tenaga Dokter umum Staf pemegang
Pelaksana Gizi BP Anak program anak
Lama Bekerja 1 tahun 2 tahun 17 tahun
Sumber: Data Primer.
Hasil penelitian terdiri dari perilaku informan utama dalam pemberian makan
yang dibedakan menjadi pengetahuan, sikap dan praktiknya dalam pemberian makan
pada balita dan perilaku informan utama dalam pemeliharaan kesehatan yang
dengan informan utama, baik dari kelompok informan yang memiliki balita yang
mengalami peningkatan status gizi selama tiga bulan pemberian PMT-P maupun
kelompok informan yang memiliki balita yang tidak mengalami peningkatan status
pemeliharaan kesehatan yang didapat dari informan utama, maka dilakukan cross
cek data dengan cara wawancara mendalam dengan informan keluarga yang ikut
serta dalam pengasuhan balita dan staf Puskesmas Pagedangan yang terlibat
99
langsung dalam program PMT-P. Serta dengan cara observasi yang dilakukan rata-
rata lebih dari dua kali di rumah informan utama maupun di Puskesmas Pagedangan
karena terdapat intensitas pertemuan setiap kamis. Selain itu dilakukan cross cek
data antar informasi yang didapat dari informan utama dengan catatan rekam medik
adalah pengetahuan informan utama dalam hal pemberian makan untuk balita
yang meliputi komposisi dan porsi makanan yang tepat untuk balita, cara
pemberian makan ideal untuk balita, pemberian ASI (Air susu ibu) dan
pengetahuan tentang komposisi makanan bergizi bagi balita, zat gizi dalam
makanan, jenis atau sumber makanan bergizi, dan porsi makanan ideal bagi
utama, baik dari kelompok yang mengalami peningkatan status gizi maupun
yang tercakup dalam empat sehat lima sempurna atau yang terdiri dari
enam informan yang lain tidak mengetahui komposisi makanan bergizi yang
“Opat sehat lima sempurna tea, susu bayem kangkung, tempe tahu,
endok, telur, kacang ijo, bubur sangu”
(“Empat sehat, lima sempurna itu, susu, bayam, kangkung, tempe,
tahu, telur, kacang hijau, bubur nasi, buah-buahan”) (Informan E)
“Enggak tahu” (Informan B)
“Teu nyaho”
(“Tidak tahu”) (Informan SK).
dan susu. Sedangkan untuk sumber zat gizi lain seperti energi, karbohidrat,
dua informan yang menjawab sumber energi adalah nasi dan susu. Satu
informan menjawab sumber karbohidrat adalah nasi, kentang, roti dan mie,
tiga informan menjawab sumber protein adalah lauk pauk seperti ayam dan
Berikut kutipannya:
balitanya mengalami peningkatan status gizi lebih besar dari pada porsi
gizi menjawab porsi makanan pokok adalah dua centong nasi atau
tempe atau sebutir telur. Sedangkan menurut dua informan yang balitanya
secentong nasi atau sepiring kecil, dan lauk sedikit saja sebagai
(“Ya sebaiknya dua centong setengah kalo untuk anak, jika dia mau,
tempe paling sepotong itu neng,”) (Informan E).
“Setengah mangkok sampe samangkok, atuh telorna sahiji”
(“Setengah mangkok sampai satu mangkok, ya telurnya satu”)
(Informan S).
“Sapiring letik, sacentong heeh, lauk mah paling geh saeutik tea”
(“Sepiring kecil, secentong ya, lauk tu paling juga sedikit itu”)
(Informan SK).
“Satu piring kecil satu porsi” (Informan SM).
peningkatan status gizi, cara penyiapan dan pengolahan makanan yang baik
adalah bahan makanan dimasak sampai matang, dengan cara dikukus dan
direbus untuk bahan makanan seperti beras, digoreng untuk bahan makanan
sejenis lauk, dan direbus atau ditumis untuk bahan makanan sejenis sayuran.
menarik, dan dibedakan rasanya seperti tidak terlalu asin. Sedangkan dua
sebaiknya tampilan makanan berupa nasi dan lauk pauknya saja. Berikut
kutipannya:
seringnya pemberian makan yang ideal kepada balita, serta waktu yang tepat
pemberian makan yang ideal kepada balita adalah tiga kali dalam sehari.
Berikut kutipannya:
“Tiga kali kalo lagi ada, pagi, dhuhur, sama sore, kalo uda nangis
aja dia mah suka lapar, kalo malem gak suka dikasi” (Informan B).
“Tilu kali”
(“Tiga kali”) (Informan SK).
“Bagusnamah tilu kali”
(“Sebaiknya tiga kali”) (Informan N).
informan adalah saat balita lapar atau meminta makanan, saat balita bangun
atau mau tidur dan saat balita bermain. Selain itu menurut salah satu
105
balita diberikan makanan sesuai dengan jam makan atau teratur setiap
“Anu bagusnamah berang saeutik atuh jam delapan, trus jam dua
belas trus sosorean paling geh jam tilu, anu teratur kitu barang
daharna”
(“Sebaiknya siang sedikit jam delapan, kemudian jam 12, kemudian
sore jam tiga, yang teratur gitu makannya”) (Informan S).
“Ker lapar, ker manehna hayangen, menta emam kitu, atuh
manehnamah kudu sambari ulin bae daharna, ja te sambari ulin
mah te daeken”
(“Saat lapar, saat dia mau makan, minta makan gitu, ya dia mah
harus sambil main aja makannya, karena jika tidak sambil main
anaknya tidak mau”) (Informan E).
“Waktu anu bagusna atuh jam delapan atuh, sarapan, pagi-pagi,
siang sore, kadang malem sambari ulin ja lamun te sambari ulin
mah hararese”
(“Waktu yang baik ya jam delapan gitu, sarapan, pagi-pagi, siang
sore, kadang malem sambil main soalnya kalo gak sambil makan
susah”) (Informan SK).
4. Pemberian ASI
penelitian ini adalah praktik pemberian ASI yang ideal bagi balita, meliputi
“Timimiti lahir geh sok dibere ASI ku bidan geh sok dititah dibere
ASI, ceunageh can putih geh neng dibere ASI bae, koneng geh”
(“Dari sejak lahir juga suka dikasi ASI, sama Bidan juga suka
disuruh dikasi ASI, katanya belum putih juga neng dikasi ASI aja,
meskipun kuning”) (Informan E).
“Bagusna mentes lahir langsung dibere bae”
(“Sebaiknya sesudah lahir langsung dikasi aja”) (Informan SK).
“Kalo udah tiga hari aja baru dikasi susu, kalo udah diurut kan suka
banyak air susunya sudah tiga hari baru keluar baru dikasi, sebelum
itu mah kan gak ada airnya makanya gak dikasi” (Informan B).
besar informan adalah sampai balita berumur dua tahun, meskipun demikian
terdapat dua informan yang menjawab sampai balita berumur satu setengah
setelah balita dilahirkan, sejak balita berumur satu minggu dan lain-lain.
107
Dan jenis MP-ASI yang sebaiknya diberikan untuk balita, menurut seluruh
informan adalah pisang, bubur bayi instan, nasi tim, bubur nasi, dan lain-
“Ges genep bulan nyah, dibere iye bubur bayi instan “X”, sapuluh
bulan bae karak dibere tim”
(“Saat enam bulan ya, dikasi bubur bayi instan “X”, sepuluh bulan
aja baru dikasi tim”) (Informan E).
“Oh setelah enam bulan, bubur bayi instan apa aja” (Informan
SM).
“Bagusnamah enam bulan karak dibere, bubur bayi instan “X”
(“Sebaiknya enam bulan baru diberi, bubur bayi instan “X””)
(Informan SK).
“Karak lahir dibere kan cau ambon, tilu bulan geh ges dibere kitu,
dibere bubur bayi instan “X””
(“Saat lahir dikasi pisang ambon, tiga bulan juga dikasi bubur bayi
instan “X””) (Informan N).
pemberian makanan tambahan, dan makanan jajanan yang baik untuk balita.
dua informan dari kelompok yang tidak mengalami peningkatan status gizi,
yang lain menjawab sebelum atau sesudah makan, ketika balita meminta
“Selain sangu, dibere tambahan barang dahar naon bae neng, kos
biskuit, roti, samentana anak, tipeting, laju hudang hees geh sok
menta”
(“Selain nasi, dikasi tambahan makanan apa aja, seperti biskuit,
roti, roti, semintanya anak, waktu malam, terus bangun tidur juga
suka minta”) (Informan E).
“Makanan tambahan atuh selain sangu bae, bagusnamah isuk-isuk,
meunteus dahar geh hayi hayangen mah dibere”
(“Makanan tambahan ya selain nasi aja, sebaiknya pagi-pagi,
sesudah makan juga kalo mau dikasi”) (Informan N).
“Pemberian makanan tambahan teh salain ASI atau salain nasi, kue,
diberena isuk-isuk bae kitu atuh hudang sare, dohor kitu, diselang
waktu dahar bae leh”)
(“Pemberian makanan tambahan itu selain ASI atau selain nasi,
kue, dikasinya pagi-pagi aja gitu ya bangun tidur, dzhuhur gitu,
diselang waktu makan aja lah”) (Informan SK).
“Apa ya, hehe, setelah makan, sebelum makan sore, sela waktu
makan ya” (Informan SM).
seperti biskuit, roti, susu, dan buah-buahan. Selain itu dua informan dari
yang baik adalah makanan yang bergizi dan bersih. Dan satu informan dari
jajanan yang baik adalah makanan yang diolah sendiri di rumah. Berikut
kutipannya:
“Nu bagusna ja kos roti, laju anu bagusnamah si ti imah jajanan teh
anu ngagoreng pisang kitu”
(“Yang bagus ya kaya roti, terus yang bagus si jajanan itu dari
rumah kaya menggoreng pisang gitu”) (Informan SK).
109
“Itu paling susu kotak, dia suka beli susu kotak, yang bagus kaya
biskuit ya” (Informan SM).
“Paling makanan yang bergizi kali ya” (Informan B).
“Jajanan nu bagus jeung budak paling geh biskuit meureun, barang
daharna anu kudu bersih kitu, anu teratur kitu barang daharna”
(“Jajanan yang baik untuk anak mungkin biskuit kali, makanan yang
harus bersih gitu, yang teratur makannya”) (Informan S).
pendapat informan utama dalam hal perilaku pemberian makan untuk balita,
yang meliputi komposisi dan porsi makanan yang ideal, pentingnya cara
pengolahan makanan sehat dan penyajian makanan yang menarik dari segi
balita, dan pemberian porsi makanan yang ideal dan sesuai dengan usia
balita.
balita tidak mudah sakit atau meningkatkan daya tahan tubuhnya, balita
asupan zat gizi seperti protein, vitamin, dan mineral. Berikut kutipannya:
“Penting, biar anak gak kena penyakit, bermanfaat, biar anak sehat,
biar kuat, biar pinter, ya cerdas” (Informan B).
“Penting, bermanfaat, ejeung mempertambah pertumbuhan bayi
atuh kos kitu bae, umpamana jadi kuat, supaya nambah vitamin,
protein, mineral, atuh lamun te salah mah lah”
(“Penting, bermanfaat, untuk mempertambah pertumbuhan bayi
kaya gitu aja, seperti jadi kuat, supaya nambah vitamin, protein,
mineral, ya kalo gak salah mah lah”) (Informan S).
“Penting, ya bermanfaat, untuk menjaga daya tahan tubuh”
(Informan SM).
dengan porsi yang ideal dan sesuai dengan usia balita merupakan hal yang
peningkatan status gizi menjawab, supaya balita tidak lapar, menangis dan
jajan terus, dan salah satu informan menambahkan, sebaiknya porsi yang
sebaiknya porsi yang diberikan tidak terlalu banyak, atau sesuai dengan
“Penting, keuna ulah laparen neng, ulah ceurik bae, ulah keuna
jajan bae”
(“Penting, supaya tidak lapar neng, tidak nangis aja, tidak jajan
terus”) (Informan E).
“Atuh sebenernamah lamun loba teuing teh te bagus nyah, atuh
bagusnamah tiga kali setengah mangkok, setengah mangkuk”
111
(“Ya sebenarnya kalo terlalu banyak juga gak bagus yah, sebaiknya
tiga kali setengah mangkuk, atau setengah mangkuk”) (Informan S).
“Atuh hayi loba teuing mah meureun heunteu bagus, sa etana nyana
bae meureun, ja hayi loba teuing mah nyana engapen, penting si”
(“Ya kalo terlalu banyak mah mungkin tidak bagus, sekenyangnya
dia aja kali, kalo terlalu banyak mah dia juga sesak, penting si”)
(Informan A).
“Penting, karena iye, ulah jajan warung kitu soalna kan jajan ka
warung mah jore ka budak”
(“Penting, karena ini, tidak jajan warung gitu soalnya kan jajan ke
warung itu gak bagus buat anak”) (Informan N).
baik dalam segi tampilan maupun rasa, tempat penyimpanan makanan yang
tertutup dan bersih, dan penggunaan alat masak dan alat makan yang bersih.
merupakan hal yang penting dalam pemberian makan yang baik untuk
banyak vitamin dan supaya balita suka makan. Selain itu penyajian makanan
yang menarik baik dari segi tampilan maupu rasa menurut informan dapat
112
hal yang penting dalam pemberian makan untuk balita, karena menurut
kutipannya:
tempat yang tertutup dan bersih serta penggunaan peralatan masak dan
makan yang bersih merupakan hal yang penting, karena menurut mereka hal
“Penting, yang bagusnyah kan ditutup biar gak kejatohan apa gitu,
biar bersih” (Informan B).
“Penting, atuh pan abeh ulah kena debu kitu, karagagan naon kitu,
penting atuh ja lamun kotor mah urang nageh te betah nempona”
(“Penting, ya kan supaya ulah kena debu gitu, kejatohan apa gitu,
penting dong, ya kalo kotor tuh kan kita juga gak betah ngeliatnya”)
(Informan A).
“Penting yah, seharusnya kan tertutup gitu lemarinya terus ada
lubangnya buat pertukaran udara, penting dong, ya untuk menjaga
kesehatan” (Informan SM).
penelitian ini, adalah pendapat informan utama dalam hal frekuensi atau
seringnya pemberian makan yang ideal bagi balita, serta pendapat informan
utama dalam hal waktu yang tepat dalam pemberian makan untuk balita.
dalam sehari merupakan hal yang penting dalam usaha meningkatkan status
gizi balita. Ketika ditanya alasannya, mereka menjawab supaya balita tidak
lapar, tidak jajan terus, tidak sakit dan menjadi kuat. Begitu pula ketika
ditanya apakah penting pemberian makan dilakukan pada waktu yang tepat,
seluruh informan menjawab hal tersebut merupakan hal yang penting supaya
“Penting, yah takut dia laper gitu biasa dikasi makan, iya udah
rutin, kalo gak dikasi makan suka ngeliatin aja, lapar kali ya, udah
biasa dikasi makan, kalo dikasi jajan juga suka gak mau, dikasi
makan aja” (Informan B).
114
“Penting atuh, abeh ulah keuna jajan bae lah, keuna dahar pan
kurang hayi jajan bae mah, penting, soalna ja te sambari ulin mah te
daeken”
(“Penting dong, supaya tidak jajan terus lah, makan jadi berkurang
kalo jajan terus mah, penting, soalnya kalo gak sambil main mah
gak mau”) (Informan E).
“Penting atuh, atuh abeh ulah gering, abeh kuat, hehe, abeh
sebehen heeh”
(“Penting dong, supaya tidak sakit, supaya kuat, hehe, supaya
kenyang ya”) (Informan A).
4. Pemberian ASI
ini adalah pendapat informan utama dalam hal pemberian ASI, dan
pemberian ASI saja sampai balita menginjak usia enam bulan atau
bahwa pemberian ASI kepada balita merupakan hal yang penting. Ketika
sehat. Namun meskipun demikian, satu informan baik dari kelompok yang
mengaku tidak memberikan ASI pada balitanya karena ASI informan tidak
4
ASI eksklusif adalah ASI eksklusif adalah Asi Eksklusif adalah pemberian Air Susu Ibu saja kepada bayi
umur 0 – 6 bulan tanpa diberikan makanan atau minuman tambahan selain obat untuk terapi (pengobatan
penyakit).
115
Selain itu sebagian besar informan setuju jika balita hanya diberikan
ASI saja sampai usia enam bulan, atau pemberian ASI eksklusif. Karena
menurut mereka hal tersebut dapat menyebabkan balita sehat dan terhindar
status gizi menyatakan tidak setuju jika balita hanya diberikan ASI saja
sampai usia enam bulan, karena menurut mereka sebaiknya balita diberi
makanan pendamping ASI sebelum berusia enam bulan, yaitu mulai usia
(“Tidak tahu ya, umur dua bulan gitu tiga bulan sudah diberi
makan”) (Informan S).
merupakan hal yang penting dan baik untuk dilakukan. Ketika ditanya
lapar, tidak jajan terus, dan dapat menambah pertumbuhan dan mempercepat
menyebabkan balita sehat, dan karena balita menyukai PMT yang diberikan.
Berikut kutipannya:
“Bagus neng hayi aya mah, barang dahar naon bae geh bagus,
setuju jasa neng dibere ti puskesmas, malah mah atoh jasa, ja nyana
mah lamun ges peting teh kudu aya biskuit bae, lamun eweh teh
ceurik, jejeritan kitu”
(“Bagus neng kalo ada tuh, makanan apa juga bagus, setuju banget
neng dikasi dari puskesmas, malah seneng banget, dia mah kalo
udah malem itu harus ada biskuit aja, kalo gak ada tuh nangis,
teriak gitu”) (Informan E).
117
mengaku bahwa balita mereka tidak suka jajan, karena informan tidak
pernah membiarkan balitanya jajan atau tidak memiliki uang untuk membeli
“Heunteu can dibere jajan, selain dibere bubur, lamun ningali mah
sok hayang bae, batur ker dahar sok hayang, tapina heunteu dibere”
(“Tidak belum dikasi jajan, selain dikasi bubur, kalo ngeliat suka
mau juga, orang lagi makan suka mau, tapi gak dikasi”) (Informan
S).
“Gak pernah jajan, uang dari mana, takutnya ada tukang dagang
apa aja dipanggilin, takut kebiasaan” (Informan B).
“Ensok, dibere tapina te sering doang, atuh ngawarung kie”
(“Suka, dikasi tapinya gak sering doang, kan punya warung gini”)
(Informan N).
“Suka, itu bapaknya kalo nangis dikasi aja, dari pada nangis
mending diturutin gitu, kaya permen dimakanin” (Informan SM).
118
sehat terus dan tidak sakit meskipun balita suka jajan. Sedangkan mayoritas
informan yang balitanya tidak suka jajan dan mengalami peningkatan status
penyakit pada balita, seperti coklat, jajanan bakso dan minuman dingin.
Berikut kutipannya:
119
“Percaya, pantanganna ulah jajan ulah emam es, tapi lamun cek
kolot bahela mah percaya te percaya, ja ayenamah geus percaya ka
bidan-bidan lah, ayenamah dibere bae”
(“Percaya, pantangan jangan jajan, makan es, tapi kalo kata orang
dulu percaya gak percaya, karena sekarang udah percaya ke bidan-
bidan lah, sekarang dikasi aja”) (Informan E).
“Percaya manehna te menang ngadahar coklat, ciki kitu”
(“Percaya dia tidak boleh makan coklat, ciki gitu”) (Informan A).
“Gak, cuma suka dibilangin si ikan, pisang, pepaya, kata orang dulu
gak boleh, ya padahal itu bagus, kan vitamin” (Informan SM).
adalah praktik informan utama dalam usaha pemberian makan kepada balita,
yang meliputi komposisi dan porsi makanan yang diberikan, cara penyiapan
dan penyajian makanan, frekuensi makan, praktik pemberian ASI, dan usaha
dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan dengan informan utama, juga
langsung dalam program PMT-P, serta dari hasil observasi terhadap praktik
ini adalah komposisi dan porsi makanan yang diberikan informan utama
utama dari dua kelompok, dapat diketahui bahwa komposisi makanan yang
mengaku memberikan makanan utama berupa nasi dengan satu macam lauk
saja, seperti telur, ikan, tempe, tahu, atau abon sapi, atau hanya nasi dengan
kuah sayur saja, seperti kuah sayur sop, bayam, kangkung atau toge. Selain
itu sebagian besar informan juga lebih sering memberikan makanan utama
hanya berupa nasi ditambah garam atau kecap, dan terdapat beberapa
tersebut hanya memberikan nasi dengan kuah sayur asam, sop, atau bayam.
beragam atau sama dengan makanan keluarga, yaitu terdiri dari nasi,
ditambah tempe atau tahu, telur dan sayuran seperti toge, kangkung, dan
bayam.
terdapat dua informan yang terkadang memberikan buah berupa jeruk, apel
121
atau pisang satu sampai dua kali dalam seminggu. Dan untuk konsumsi
susu, hanya dua informan utama dari kelompok yang balitanya mengalami
balitanya mengalami peningkatan status gizi, ternyata lebih besar dari pada
status gizi, rata-rata memberikan makanan pokok berupa nasi, tim atau
bubur yaitu minimal 100 gram tim yang setara dengan 50 gram nasi, atau
bubur setengah mangkuk sekitar 300 gram yang setara dengan 75 gram nasi,
dan maksimal memberikan nasi sebanyak lima sendok makan penuh atau
sekitar 100 gram nasi, seluruh informan mengaku selalu memberikan bubur,
nasi atau tim dalam porsi yang sama meskipun olahannya berbeda.
Sedangkan porsi makanan pokok yang diberikan tiga dari empat informan
terdapat satu informan yang sering memberikan nasi sebanyak satu centong
butir atau sekitar 60 gram, dan satu informan yang lain mengaku selalu
memberikan lauk seperti telur sebanyak setengah butir atau sekitar 30 gram,
ditambah tahu atau tempe sebanyak satu potong atau sekitar 25 gram.
122
status gizi, mengaku memberikan lauk seperti telur dan ikan sedikit sekali
atau hanya sebagai pelengkap, dan jarang dimakan oleh balita, namun dua
satu buah jeruk sekitar 100 gram atau pisang sekitar 50 gram. Dan untuk
peningkatan status gizi dan berusia dibawah dua tahun, mengatakan selalu
memberikan susu formula sebanyak dua botol kecil atau sekitar 100 ml,
yang diberikan enam kali dalam sehari sebagai pengganti ASI, sedangkan
satu informan yang memiliki balita berusia 3,5 tahun mengaku selalu
memberikan susu kental manis satu gelas belimbing atau sekitar 250 ml,
kadang beli apel sama jeruk kalo ada, seminggu sekali mungkin”
(Informan A).
“Ya nasi setengah centong, itu juga abisnya cuma tiga suap, dua
suap habis, sama kuah sayur aja, bubur juga habisnya ya gitu aja
dua suap, tiga suap sudah” (Informan SM).
Dari hasil observasi yang dilakukan sebanyak dua kali dalam dua
waktu makan yang berbeda, didapatkan hasil yang hampir sama dengan
memberikan bubur bayi instan “X” sebanyak 3 sendok makan atau satu
nasi tim dicampur garam sebanyak tiga sendok makan atau sekitar 100 gram
yang setara dengan 50 gram nasi pada observasi yang kedua. Kemudian
gram ditambah kecap dan parutan wortel dan kentang pada observasi yang
pertama, dan memberikan nasi saja tanpa lauk sekitar setengah mangkuk
atau lima sendok makan atau sekitar 100 gram pada observasi yang kedua.
observasi yang pertama, dan memberikan nasi sebanyak satu centong atau
sekitar 100 gram, yang ditambah dengan sayur toge dicampur tahu putih
goreng tiga sendok makan atau sekitar 30 gram, dan bakwan jagung dua
informan pertama memberikan dodol tape sekitar 10 gram dan biskuit “X”
satu keping sekitar 5 gram selama waktu makan siang pada observasi yang
pertama, dan memberikan nasi dengan kecap sekitar dua sendok makan atau
126
sekitar 10 gram ditambah setengah potong bakso kecil sekitar 20 gram pada
hanya dimakan balita sebanyak dua sendok makan atau sekitar 10 gram
ditambah abon sapi satu sedok makan atau sekitar 5 gram pada observasi
yang pertama, dan bubur beras dengan kecap yang hanya dimakan balita
sebanyak lima ujung sendok makan atau sekitar 80 gram yang setara dengan
memberikan nasi sebanyak setengah mangkuk atau satu centong atau sekitar
100 gram, ditambah tempe oreg sebanyak satu sendok makan atau sekitar 20
gram pada observasi yang pertama, dan memakan biskuit “X” sebanyak
delapan keping atau sekitar 30 gram selama waktu makan pagi pada
observasi yang kedua. Dan untuk informan terakhir, dia memberikan nasi
dengan kuah sayur asam yang hanya dimakan balita sebanyak dua ujung
sendok makan atau sekitar 10 gram pada observasi yang pertama, dan
lembar atau sekitar 20 gram pada observasi yang kedua. Menurut keterangan
selama satu hari pada umumnya sama karena mereka hanya melakukan
proses memasak satu kali dalam sehari dengan jenis bahan makanan yang
sama.
127
masak dalam pengolahan makanan, dan alat makan yang digunakan balita
disiram air panas sehingga menjadi nasi tim, bubur atau nasi. Sedangkan
untuk lauk pauk seperti telur, tahu dan tempe diolah dengan cara digoreng
menggunakan minyak kelapa sawit dan untuk sayuran seperti bayam dan
sayur sop pada umumnya diolah dengan cara direbus. Dan seluruh bahan
mengaku menyajikan makanan secara biasa saja tanpa dihias dan hanya
ditaruh dalam mangkuk dan sendok biasa. Dan mengenai rasanya, sebagian
anggota keluarga lainnya, dan selain itu menurut informan rasa yang
dominan dalam makanan balitanya adalah asin, manis atau gurih. Namun
balita dengan rasa yang berbeda jika dibandingkan dengan yang diberikan
kepada anggota keluarga lain, yaitu tidak terlalu asin jika untuk balita.
telah diolah dengan cara ditaruh di mangkuk dan diletakkan diatas meja
yang kemudian ditutup dengan penutup makanan, atau ditaruh dalam lemari
“Atuh diseduh bae, sampe ka asak bae lah, diberena di mangkok bae
pake sendok, biasa bae teu dihias-hias”
(“Ya diseduh aja, sampe matang aja lah, dikasinya di mangkok bae
pake sendok, biasa aja gak dihias-hias”) (Informan keluarga S).
“Lamun nyangu mah nyangu biasa, lamun digoreng ya digoreng,
lamun sayur asem mah di rebus atuh, dahar sorangan nyanamah”
(“Kalo masak nasi ya masak nasi biasa, kalo digoreng ya digoreng,
kalo sayur asem ya direbus dong, makan sendiri dia tuh”) (Informan
keluarga N).
“Gak tahu hehe” (Informan keluarga SM).
dikukus untuk membuat nasi atau bubur, lauk pauk seperti tempe dan tahu
untuk sayuran seperti sayur asam, toge dan kacang diolah dengan cara
direbus atau ditumis. Makanan disajikan dalam mangkuk biasa tanpa hiasan
sendiri oleh balita dengan menggunakan sendok makan biasa. Alat-alat yang
sebanyak tiga kali dalam sehari, dan salah satu informan menambahkan
bahwa frekuensi pemberian makan tiga kali sehari yang dilakukannya, baru
makanan utama sebanyak lima kali dalam sehari atau setiap dua jam sekali
makan utama sebanyak dua kali sehari, dan bahkan terkadang hanya
memberikan makan utama satu kali dalam sehari, jika balita sedang tidak
mengaku selalu memberikan makan pada waktu pagi, siang dan sore hari.
tidak mengikuti jam makan yang sama setiap harinya, karena pemberian
ketika anak meminta makan. Dan agar balitanya mau makan, dua informan
kutipannya:
“Tapi ayenamah tilu kali sapoe, lamun isuk jem opat jem genep jem
sepuluh, trus setengah dua, trus sore jem opat deui dipasihana,
lamun tos magrib manehnamah ges sare, lamun ker iye mah haliwu
kadang-kadang ti peuting geh sok menta, dipang nyeduhken bubur
bayi instan “X” dua kali geh masih keneh cerik bae, lamun ker iye
mah sampe lima kali sapoe, lobaan ker gizi buruk, ayena mungkin
ges dua minggu berkurangna, eker umur genep bulan mah ampe
umur satahun tiap dua jam sekali dipasihan dahar, daeken bae hehe
kan dibere vitamin meureunnyah”
(“Tapi sekarang tuh tiga kali sehari, kalo pagi jam empat jam enam
jam sepuluh, terus setengah dua, terus sore jam empat lagi
dikasihnya, kalo habis magrib dia tuh dah tidur, kalo dulu ini tuh
repot kadang-kadang kalo malam juga suka minta, diseduhkan
bubur bayi instan “X” dua kali juga masih nangis aja, kalo dulu
sampai lima kali sehari makannya, waktu gizi buruk, sekarang
mungkin sudah dua minggu berkurangnya, waktu umur enam bulan
sampai umur setahun tiap dua jam sekali dikasi makan, mau aja
hehe kan dikasi vitamin kali yah”) (Informan S).
“Tilu kali lamun daek, lamun te daekmah kos ayena can daeken,
lamun te daeken mah daharna paling geh sakali doang sapoe teh,
soalna iye nyanamah lobana nyusu, kadang dua kali, tilu kali,
kalobaana mah dua kali isuk jeung sore, lamun menta, soalna
ditawaran geh embungen lamun te menta mah, menta sorangan iye,
mi emam kitu ngomongna, sering dicokotken bae daharna”
(“Tiga kali kalo mau, kalo gak mau kaya sekarang belum mau, kalo
gak mau tuh makannya paling juga sekali doang sehari tuh, soalnya
ini dia tuh banyaknya menyusu, kadang dua kali, tiga kali,
keseringan tuh dua kali pagi sama sore, kalo minta, soalnya
ditawarin juga gak mau kalo gak minta tuh, minta sendiri ini, umi
makan gitu ngomongnya, sering diambilin aja makannya”)
(Informan N).
“Sehari aja kadang-kadang tiga kali, tiga kali ya begitu terus,
seringnya dua kali, jam setengah lapan kalo pagi, tapi kadang
bangun siang, kalo siang jam satu, kalo sore jam lima lebih ato jam
132
enam, seringnya jam segitu tapi gak rutin, kalo dia gak mau ya udah
aja, dipaksa kan gak mau, tapi kadang-kadang mau, sebenernya
kadang sayanya ini ngejar waktu, kan dagang ke sekolah, kalo
sambil disekolah gak pernah mau di suapin” (Informan SM).
Dari observasi yang dilakukan pada dua waktu makan yang berbeda,
memberikan makanan utama pada waktu pagi dan siang hari, serta makanan
sepanjang waktu makan siang balita. Namun pada observasi yang kedua,
waktu makan balita. Waktu pemberian makan pada umumnya pada pagi,
siang atau sore hari, dan diberikan ketika anak meminta makanan atau
4. Pemberian ASI
sebagian besar informan mengatakan bahwa ASI mereka baru keluar setelah
tiga hari melahirkan, dan salah satu diantaranya mengganti ASI dengan susu
formula.
134
memberikan ASI sampai balita berusia dua tahun, satu informan yang lain
mengaku sudah tidak memberikan ASI sejak balita berusia tiga bulan karena
balita tidak mau menyusu, dan satu informan yang balitanya tidak
dan menggantinya dengan susu formula karena ASInya tidak keluar. Selain
itu satu informan yang balitanya mengalami penurunan status gizi, mengaku
masih memberikan ASI meskipun balita sudah menginjak usia dua tahun.
informan, adalah 8-15 kali dalam sehari, bahkan bisa lebih dari itu jika
balita sering minta menyusu. Dan waktu pemberian ASI menurut seluruh
informan adalah ketika anak menangis, minta menyusu atau pada jam
selama satu bulan sebagai tambahan ASI, yang diberikan sebanyak lima
botol kecil ukuran 50 ml atau setara dengan 250 ml sehari, dan seorang
informan lain dari kelompok yang sama, mengaku sudah memberikan susu
formula ketika anak berusia tiga bulan sebagai pengganti ASI sebanyak 12
botol kecil sehari atau setara dengan 600 ml sehari dan mengatakan pernah
memberikan susu formula khusus dari rumah sakit selama dua bulan saat
anak mengalami gizi buruk. Sedangkan dua dari tiga informan yang
UHT dua sampai tiga kali seminggu sekitar kurang lebih 20 sampai 30 ml
“Waktu umur sabulan sampe dua bulan dibere ASI, laju manehna
embung, ASIna laju saat, laju diganti susu botol, susu “X”, anu
ukuran 150 gram sabungkus sapoe, ker genep bulan dibere susu
khusus “Y” sampe umur dalapan bulan kitu, dicampur jeung susu
“X” bae, lamun ayena mah susuna genep kali sapoe, kadang mah
susu “Z”, kadang mah campur jeung “X”, isuk-isuk jam genep, jam
sembilan, jam dua belas, ke jam setengah tilu, sore tah setengah
tujuh kitu, kadang-kadang peting jam setengah sepuluh ato sebelas,
atos, sakali eta dua botol, soalna botolna pan letik nyah, dua botol
sakali minum, nyeduhna atuh opat sendok susu, opat sendok
sabotol”
(“Waktu umur sebulan sampe dua bulan dikasi ASI, terus dia gak
mau, ASInya kemudian kering, kemudian diganti susu botol, susu
“X”, yang ukuran 150 gram sebungkus sehari, waktu umur enam
bulan dikasi susu khusus “Y” sampe umur delapan bulan gitu,
dikasinya dicampur sama susu “X” aja, kalo sekarang tuh susunya
enam kali sehari, kadang tuh susu “Z”, kadang tuh campur sama
susu “X”, pagi-pagi jam enam, jam sembilan, jam dua belas, terus
jam setengah tiga, sore tuh jam setengah tujuh gitu, kadang-kadang
malam jam setengah sepuluh atau setengah sebelas, sudah, sekali itu
dua botol, soalnya botol kecil kan, dua botol sekali minum, buatnya
ya empat sendok susu, empat sendok sebotol”) (Informan S).
“Kan mimiti lahir langsung dibere, eweh caian tah, ke ges tilu poe
mah aya kan caina, tapina disusukeun bae, teu dibere nanaon, ASI
bae, nepi ayena ASI bae, susu kardusan mah embungen, merena
dalapan kali meureun sapoe, ja nyusu bae, atuh nek sare, unggal
jem geh hayi kadang dibere bae”
(“Kan sejak lahir langsung dikasi, gak ada airnya tuh, terus setelah
tiga hari tuh ada kan airnya, tapi di kasi menyusu terus, gak dikasi
apa-apa, ASI aja, sampe sekarang ASI aja, susu kardus tuh pada gak
mau, dikasinya delapan kali mungkin sehari, soalnya menyusu terus,
mau tidur dikasi aja, tiap jam juga kadang dikasi”) (Informan SK).
“Kalo semua anak saya nol sampai dua tahun, setelah lahir suka
dikasi, tapi ini udah dua tahun juga belum berhenti, saya lahiran
136
juga suka langsung dikasi, selain nenen dikasi susu juga, gak tentu,
lebih sering nenen daripada susu, kalo susu kadang suka minta,
sering nenen dia tuh, suka minta aja, dikasinya setiap mau tidur,
mau nangis, kadang-kadang minta sendiri, minta nenen gitu, paling
tiap dua jam kali” (Informan SM).
MP-ASI sejak balita dilahirkan atau sejak balita berusia satu minggu. Jenis
MP-ASI yang diberikan adalah pisang, bubur bayi instan “X” atau bubur
nasi.
yang mengalami peningkatan status gizi, ternyata lebih banyak dari pada
minimal 20 gram dalam sekali makan, dan terdapat satu informan yang
selalu memberikan bubur bayi instan “X” enam bungkus sehari ukuran 120
gram sejak balita berusia enam bulan dan bertambah menjadi 12 bungkus
sehari sejak balita berusia 6-12 bulan. Sedangkan informan yang balitanya
bayi instan “X” maksimal dua atau tiga sendok makan atau sekitar 10 gram
“Keur umur dua bulan geh dibere bubur bayi “X” tapina saeutik
can loba, opat bulan seep genep bungkus sapoe, dipasihana tilu kali,
anu ketengan 2500 di warung sakali masihan, trus sampe umur
genep bulan kadie 12 bungkus sapoe, kadang dipasihan telor saeutik
dihijiken, tiap dua jam sekali dipasihan dahar”
(“Waktu umur dua bulan juga dikasi bubur bayi instan “X” tapinya
sedikit belum banyak, empat bulan habis enam bungkus sehari, yang
ketengan 2500 di warung sekali kasi makan, terus sampai umur
enam bulan kesini 12 bungkus sehari, kadang dikasi telur sedikit
disatukan, tiap dua jam sekali dikasi makan”) (Informan S).
“Engges umurna tereh lima bulan dibere bubur bayi instan “X” bae
saeutik ja te gembul, ngalemotan doang, sapoe dua kali, sabungkus
tea dibere dua kali tapina te seep, anu sarebu tea, ukuran 20 gram,
bubur teh umur dalapan bulan, bubur heulan laju karak sangu,
sembilan bulan meureun geus dibere sangu sarua bae lah keur jeung
orok lobana, lamun gues gede mah naon bae ja”
(“Sudah hampir umur lima bulan dikasi bubur bayi instan “X” aja
sedikit soalnya tidak gembul, diemutin doang, sehari dua kalo,
sebungkus itu dikasi dua kali tapi gak habis, yang seribu itu, ukuran
20 gram, bubur tuh emur delapan bulan, bubur dulu baru nasi,
sembilan bulan mungkin yang sudah dikasi nasi sama aja dengan
waktu bayi banyaknya, kalo udah gede tuh apa aja juga dikasi”)
(Informan SK).
“Karak lahir dibere kan cau ambon, cau apu, tilu bulan geh geus
dibere kitu, dibere bubur bayi instan “X”, cau ambon, lobaan ayena
sih, soalna iye nyanamah lobana nyusu, jadi kurang dahar”
(“Baru lahir juga kan pisang ambon, pisang apu, tiga bulan juga
sudah dikasi gitu, dikasi bubur bayi instan “X”, pisang ambon, lebih
banyak sekarang sih, soalnya ini dia tuh lebih banyak menyusu, jadi
kurang makan”) (Informan N).
“Heunteu dibere ASI nyana mah, nyorang meureun keur iye, paling
geh bubur bayi instan “X” tea, te nyaho berahana mah, ibu bae nu
mere, setengah mangkok meureun”
138
(“Gak dikasi ASI dia tuh, pernah mungkin waktu dulu, paling juga
bubur bayi instan “X” itu, gak tahu berapa nya, ibu aja yang ngasi,
setengah mangkuk kali”) (Informan keluarga S).
“Nyusu, atuh kumaha budak bae, ja te tentu, atuh sering, te nyaho
tanya bae ka ibuna, ker orok mah bubur bayi instan “X”, atuh
ayenamah bubur, lobaan ayena atuh”
(“Menyusu, ya gimana anak aja, gak tentu, ya sering, gak tahu tanya
aja sama ibunya, waktu bayi tuh bubur bayi instan “X”, ya sekarang
tuh bubur, lebih banyak sekarang dong”) (Informan keluarga SK).
“Iya suka nenen, nenenya pagi, kadang-kadang suka, kadang-
kadang enggak” (Informan keluarga SM).
“Ti mimiti lahir geh dibere kan cau ambon, cau apu, laju dibere
bubur bayi instan “X” nyah, tilok loba nyana mah”
(“Dari mulai lahir juga dikasi kan pisang ambon, pisang apu, terus
dikasi bubur bayi instan “X” yah, gak pernah banyak dia tuh”)
(Informan keluarga N).
hasil yang hampir sama dengan yang diceritakan informan. Yaitu sebagian
besar informan selalu memberikan ASI atau susu formula saat balita
karena balita sudah berumur diatas dua tahun dan sudah tidak diberikan
memberikan bubur bayi instan “X” yang diberikan dari puskesmas sebanyak
tiga sendok makan atau sekitar 20 gram pada salah satu observasi,
memberikan bubur bayi “X” sebanyak dua sendok makan atau setengah
makanan tambahan untuk balita, yang meliputi jenis dan waktu pemberian
diberikan puskesmas baik biskuit ataupun susu, tidak hanya dinikmati oleh
balita penerima PMT-P saja, namun juga dinikmati oleh anggota keluarga
yang lain atau bahkan oleh informan sendiri. Selain itu terdapat informan
sampai tiga keping biskuit kepada anggota keluarga yang lain dan jarang
memberikan susu dari puskesmas kepada anggota keluarga lain selain balita
penerima PMT-P.
sehari atau sekitar 100 gram. Sedangkan satu informan yang lain
setelah minum susu atau setelah makan jika balita masih lapar. Selain
tambahan berupa singkong atau roti untuk balitanya. Selain itu seluruh
informan dari kelompok ini, mengaku balitanya selalu meminum susu yang
keping biskuit dalam sehari, atau sekitar 10 sampai 30 gram, dan dua
potong lontong, bala-bala, risol, papais, dan lain-lain. Selain itu tiga
susu, sehingga susu yang diberikan dari puskesmas jarang diminum oleh
aja dikasi, kalo dari puskesmas dua kali kadang, itu juga sama
kakanya sebungkus juga gak abis, kadang tuh dikasi paling satu
paling dua gak pernah sebungkus”) (Informan SK).
“Paling biskuit tiga keping sehari, dua bungkus gitu abis satu
minggu, kan kadang-kadang suka kita kasi orang gitu, kakanya juga
suka minta, ya digigit aja, kadang suka saya celupin ke air atau
susu, kadang bakso yang kecil paling satu setengah, kadang somay
satu, paling seminggu dua kali” (Informan keluarga SM).
“Eta biskuit jeung susu doang nyelena, aya sih dua bungkus seep
sapoe, urang mah te nyaho si jarang nyele jadinya te nyaho ogeh”
(“Itu biskuit sama susu doang liatnya, ada sih dua bungkus habis
sehari, kit amah gak tahu si jarang liat jadinya gak tahu juga”)
(Informan keluarga S).
“Biskuit, dicocol di cai, buah-buahan cau atuh lamun ayamah, te
nyaho deui lah, unggal peuting nyana mah biskuit bae si”
(“Biskuit, dicelup di air, buah-buahan pisang gitu kalo ada tuh, gak
tahu lagi, tiap malam dia tuh biskuit aja si”) (Informan keluarga E).
“Biskuit doang paling geh jeung dodol meureun, sapoe beraha nyah,
atuh tergantung budak na sih, atuh kakana meureun sok ngakan, ja
urang mah can nyorang”
(“Biskuit doang paling juga sama dodol mungkin, sehari berapa
yah, ya tergantung anaknya sih, ya kakanya kali suka makan, kalo
kita mah gak pernah”) (Informan keluarga SK).
“Biskuit doang paling geh jeung dodol meureun, sapoe beraha nyah,
atuh tergantung budak na sih, atuh kakana meureun sok ngakan, ja
urang mah can nyorang”
143
balita mereka suka jajan dan karena balita tidak dalam keadaan sehat.
Sedangkan satu informan yang lain, mengaku balitanya sangat suka jajan,
karena jika tidak diberikan jajan, balita akan menangis. Jenis jajanan yang
sering dikonsumsi balita tersebut adalah ciki atau snack, permen, agar-agar,
minuman sari kelapa, wafer keju, biskuit dan lain-lain. Menurut informan
tersebut dalam satu hari balitanya biasa menghabiskan satu bungkus ciki
sekitar 20 gram, wafer isi keju sekitar 10 gram, dan empat buah agar-agar
sebesar 20 gram.
suka jajan dan terbiasa jajan sebanyak dua sampai empat kali dalam sehari.
snack ringan lainnya, sebanyak satu sampai dua bungkus setiap kali jajan
dengan frekuensi dua sampai tiga kali sehari. Sedangkan dua informan yang
lain mengaku tidak pernah memberikan jajanan seperti ciki, coklat dan
biskuit dan minuman dingin, dan dimakan balita sekitar dua keping biskuit
berupa satu potong kue, biskuit atau roti dengan frekuensi jajan tiga sampai
Berikut kutipannya:
“Paling geh sapoe tilu kali, lewih meureun hayi ker boga mah,
lamun te boga mah atuh paling geh sekali”
(“Paling juga sehari tiga kali, mungkin lebih kalo lagi punya tuh,
kalo gak punya ya paling sekali”) (Informan keluarga A).
coklat dan ciki, karena dapat menyebabkan balita batuk. Berikut kutipannya:
Berikut kutipannya:
untuk informan pertama, dan tiga sampai lima keping biskuit untuk
informan kedua dan ketiga. Dan selain itu salah satu balita diantaranya
terlihat memakan biskuit “X” dengan cara dicelup kedalam air putih.
atau sekitar 12 gram dan terlihat lebih banyak dibuang oleh balita,
sedangkan satu balita yang lain terlihat memakan biskuit sebanyak lima
balitanya selama beberapa kali observasi, namun salah satu balita dari
kelompok yang sama, terlihat jajan biskuit “X” dan jajan bakso kecil
147
terlihat memberikan biskuit “X” satu keping yang lebih banyak dibuang
balita, dan memberikan dodol tape yang disuapkan informan sebanyak dua
sebanyak satu buah dan seperempat kerupuk besar, informan ketiga terlihat
memberikan biskuit “X” dan bakso kecil sekitar lima butir. Dan informan
gram.
dalam upaya pemberian makan pada balita. yang meliputi komposisi dan porsi
balita.
hidangan yang sebaiknya diberikan kepada balita, dan tidak mengetahui zat
gizi dalam makanan. Sedangkan porsi makanan yang ideal menurut informan
yang balitanya mengalami peningkatan status gizi ternyata lebih besar dari
148
besar informan adalah bahan makanan dimasak sampai matang, dengan cara
dikukus dan direbus untuk bahan makanan seperti beras, digoreng untuk bahan
makanan sejenis lauk, dan direbus atau ditumis untuk bahan makanan sejenis
gizi, adalah sebaiknya makanan dihias atau memiliki tampilan yang menarik,
adalah tiga kali dalam sehari. Waktu pemberian makan menurut sebagian besar
informan adalah saat balita lapar atau meminta makanan, saat balita bangun
atau mau tidur dan saat balita bermain. Sedangkan waktu yang tepat
informan adalah sampai balita berumur dua tahun, meskipun demikian terdapat
dua informan yang menjawab sampai balita berumur satu setengah tahun. dan
waktu yang tepat dimulainya pemberian MP-ASI menurut tiga informan adalah
sejak balita berusia enam bulan, sedangkan empat informan yang lain
149
menjawab setelah balita dilahirkan, sejak balita berumur satu minggu, dan lain-
lain.
menurut dua informan yang balitanya tidak mengalami peningkatan status gizi,
lain menjawab sebelum atau sesudah makan, ketika balita meminta makan,
bangun tidur dan lain-lain. Sedangkan jajanan yang baik menurut sebagian
besar informan, adalah makanan seperti biskuit, roti, susu, dan buah-buahan.
bergizi, porsi yang ideal dan sesuai dengan usia balita, pengolahan makanan
yang sehat, penyajian makanan yang menarik baik dari tampilan maupun
makan minimal tiga kali dalam sehari, pemberian makan pada waktu yang
Selain itu sebagian besar informan setuju jika balita hanya diberikan
ASI saja sampai usia enam bulan, atau pemberian ASI eksklusif, dan
mengalami peningkatan status gizi menyatakan tidak setuju jika balita hanya
terdapat dua balita yang tidak suka jajan yang ternyata mengalami peningkatan
status gizi. Selain itu sebagian besar informan yang balitanya suka jajan,
balitanya tidak suka jajan dan mengalami peningkatan status gizi, menyatakan
pemberian makan yang telah dipaparkan diatas, dapat diketahui bahwa praktik
gizi, terutama dalam hal porsi, frekuensi dan pemberian makanan tambahan.
rata memberikan makanan pokok berupa nasi, tim atau bubur dengan porsi 50 -
100 gram nasi, dan terkadang memberikan telur sebanyak ½ - 1 butir atau
sekitar 30 - 60 gram, dan selalu memberikan susu formula sebanyak 100 – 250
ml dalam sekali minum. Selain itu porsi MP-ASI yang dahulu diberikan
informan adalah 20 – 120 gram bubur bayi instan “X”. Sedangkan porsi
151
biskuit dalam sehari atau sekitar 100 – 240 gram, yang diberikan sebanyak dua
sampai empat kali dalam sehari. Seluruh informan rutin memberikan makanan
utama tiga kali dalam sehari, dan salah satu informan menambahkan bahwa
utama sebanyak lima kali dalam sehari atau setiap dua jam sekali. Selain itu
sebagian besar informan tidak membiarkan balitanya jajan, dan PMT yang
status gizi rata-rata memberikan makanan pokok sebanyak dua sendok makan
atau sekitar 10 gram, dan terkadang memberikan lauk seperti telur dan ikan
sedikit sekali atau hanya sebagai pelengkap, dan jarang dimakan oleh balita,
serta jarang memberikan susu formula. Selain itu porsi MP-ASI yang dahulu
diberikan informan adalah dua atau tiga sendok makan atau sekitar 10 gram
bubur bayi instan “X” dalam sekali makan. Sedangkan porsi makanan
tambahan yang diberikan, rata-rata hanya satu sampai tiga keping biskuit
memberikan makanan utama sebanyak dua kali sehari, dan terkadang hanya
memberikan makanan utama satu kali dalam sehari, jika balita sedang tidak
mau makan atau sedang bepergian. Selain itu seluruh informan selalu
dengan frekuensi dua sampai empat kali dalam sehari. Dan PMT yang
informan baik yang balitanya mengalami peningkatan status gizi maupun yang
dengan cara dikukus dan direbus untuk bahan makanan seperti beras, digoreng
untuk bahan makanan sejenis lauk, dan direbus atau ditumis untuk bahan
sebagian besar informan utama terlihat tidak menarik, karena tidak adanya
variasi baik dari tampilan warna maupun jenis lauknya, dan makanan hanya
ditaruh dalam mangkuk dan sendok biasa, atau tidak menggunakan peralatan
balitanya dilahirkan, dan memberikan ASI sampai balita berusia dua tahun.
Sebagian besar informan utama telah memberikan MP-ASI berupa bubur bayi
instan, pisang ataupun susu formula sebelum balita berusia empat bulan,
dilahirkan atau sejak balita berusia satu minggu. Dan sebagian besar informan
makanan seperti minuman dingin, permen, coklat dan ciki ketika balita mereka
sakit.
mengikuti arahan dan petunjuk dari petugas gizi atau kesehatan, baik dari segi
yang terdiri dari campuran tepung beras, minyak dan susu, dan pemberian susu
kepada balita, dan saran untuk memberikan makanan dengan frekuensi tiga kali
sehari atau dua jam sekali. Sedangkan sebagian besar informan dari kelompok
arahan dan petunjuk yang diberikan petugas gizi atau kesehatan, dengan alasan
“Kan disuruh sama dokter itu bikin tepung beras pake susu, ya selain
dikasi susu sama biscuit dikasi tepung juga saya ikutin aja” (Informan
B).
“Ti dokter gizi kan titah dibere susu khusus “Y” ker gizi buruk laju
dibeliken, laju cek dokter geh kan titah dibere dahar tiap dua jam
sakali atuh dibere dua jam sakali ker umur genep bulan”
(“Dari dokter gizi kan disuruh dikasi susu khusus “Y” waktu gizi buruk
terus dibelikan, terus kata dokter juga kan disuruh dikasi makan tiap
dua jam sekali ya dikasi dua jam sekali waktu umur enam bulan”)
(Informan S).
“Nyorang titah nyien bubur tea sorangan tapina iye mah te daeken,
susu jeung vitamin geh diinum bae ku emakna, dipicen ja hook”
(“Pernah disuruh buat bubur itu sendiri tapina ini mah gak mau, susu
dan vitamin juga diminum aja sama ibunya, dibuang kan sayang”)
(Informan N).
154
ibu balita atau informan utama mengenai cara pemberian makan untuk balita
baik dari jumlah, variasi dan jenisnya, serta konseling tentang cara pemberian
Berikut kutipannya:
menular, atau karena tertusuk paku. Selain itu terdapat beberapa informan
yang menjawab, jika penyakit diare disebabkan oleh konsumsi es dan makan
nyamuk dan penurunan daya tahan tubuh. Dan jika penyakit TBC
“Budak mah sok bangor nyah ulina, jadina aratel laju alergi tea
neng, laju eta budak hees direndengkeun sok panas, laju lamun
tetehna batuk sok iluen batuk”
(“Anak mah suka bandel ya mainnya, jadinya gatal-gatal terus
alergi gitu, terus anak tidur bareng suka panas, terus kalo kakaknya
batuk suka ikut batuk”) (Informan E).
“Penyakit menular gara-gara keuna paku, katonjok paku, teu make
sandal, mun diare mah mencret kadang mah gara-gara minuman
atuh, ngakan es kadang geus nyah, kosna gara-gara daharna anu
medok-medokkan kitu, kos sayur-sayur anu medok kitu, cara es,
sambel, saos”
(“Penyaki menular gara-gara terkena paku, ketusuk paku, tidak
pake sandal, kalo diare itu mencret kadang gara-gara minuman,
makan es kadang yah, kayanya gara-gara makan yang bersantan
gitu, kaya sayur yang bersantan gitu, kaya es, sambal, saus”)
(Informan SK).
“Kalo campak itu ya gak tahu deh saya, kalo TBC itu hilang daya
tahan tubuh, jadi kalo digigit nyamuk demam berdarah kalo daya
tahan tubuhnya bagus ya gak kena kan, kalo TBC paling kuman ato
apa lah” (Informan SM).
Dan untuk akibat atau dampak penyakit infeksi pada balita menurut
empat informan adalah balita menjadi kurus, berat badan menurun, kurang
nafsu makan, dan susah tidur. Sedangkan tiga informan sisanya, mengaku
tidak tahu penyebab, cara penularan, maupun akibat penyakit infeksi pada
“Ehem, jadi kuru, jadi iye tea ka awak teh teu bagus”
(“Ehem, jadi kurus, jadi ke badan tuh tidak bagus”) (Informan N).
berkurang, susah tidur, alergi atau bentol-bentol, dan mencret dan muntah
“Iye mah lamun budak gering, panas bae tea budak neng, batuk bae,
laju alergi tah barentol, ceunah darah dingin gejalana keneh heeh”
(“Itu mah kalo anak sakit, panas aja budak itu neng, batuk aja, terus
alergi gitu bentol-bentol, katanya darah dingin gejalanya juga ya”)
(Informan E).
“Gejalana batuk, batuk doang meureun, okrok-okrok, lobana
ngaluarken getih pan, amun ges kadalon kitu”
(“Gejalanya batuk, batuk doang kali, uhuk-uhuk, kebanyakan
mengeluarkan darah kan, kalo yang udah parah gitu”) (Informan
A).
“Lamun diare teh sok panas, teu nyaho deui nyah, eta lamun ges
ngising sok laju di bawa bae, laju sok tiis bae, sok marangpet”
(“Kalo diare itu suka panas, tidak tahu lagi yah, itu kalo udah berak
suka langsung dibawa aja, terus suka langsung dingin aja, suka
mampet”) (Informan SK).
pada balita yaitu tidak menggunakan peralatan minum yang sama dengan
penderita penyakit infeksi, balita yang sehat tidak disatukan dengan balita
yang sakit, balita tidak dibiarkan main saat terik matahari atau saat hujan,
balita diberikan makanan sehat, tidak main ditempat yang kotor dan jauh
“Lamun ulah gering teh budakna ulah dihijikeun jeung anu gering
kitu nyah, ulah ulin papanasan, huhujanan, ju ulah ngomean taneh,
ulah ulin ka jauh-jauh kitu tah neng”
(“Biar jangan sakit itu anaknya jangan disatuin sama yang sakit
gitu, jangan main panas-panasan, hujan-hujanan, terus jangan main
tanah, jangan main ke tempat jauh-jauh gitu neng”) (Informan E).
“Supaya ulah gering kumaha atuh nyah, tuh iye bae dahar, bere
dahar, atuh jajana bae ulah, atuh ulah gupak bae, kudu dijagaan”
(“Supaya jangan sakit gimana yah, dikasi makan, jangan jajan aja,
jangan main kotor terus, harus dijaga”) (Informan SK).
pada orang pintar, atau memberikan obat yang dijual bebas dipasaran
“Atuh dipasihan obat bae kitu pake sendok, lamun atos teu bisa
diubaran di imah mah dibawa ka dokter”
(“Ya dikasi obat aja gitu pake sendok, kalo udah gak bisa diobatin
di rumah dibawa ke dokter”) (Informan S).
“Atuh ke puskesmas, dijampekeun didie mah nyah, sok dijampekeun
lamun dibawa ka bidan can cager, di pentaken cai, pentaken sareat
ka emak kolot, Alhamdulilah sok laju cager, sareatna di nyana”
(“Ya ke puskesmas, didoain disini kan yah, suka didoain kalo
dibawa ke bidan belum sembuh, dimintakan air dimintakan doa ke
nenek, Alhamdulilah suka sembuh, jalannya di dia”) (Informan N).
“Kalo belum parah saya pake cara tradisional, kaya di urut, kaya di
minuman apa gitu, kalo misalkan panas ya di tapel sama itu daun
jarak, supaya ngejaga panas kaya di balurin jahe gitu, kalo udah
parah ya dibawa ke dokter aja hehe” (Informan SM).
159
meningkatkan dan memantau status gizi balita, dampak KEP pada balita,
manfaat imunisasi pada balita, serta perilaku hidup bersih dan sehat.
menjawab cara meningkatkan dan memantau status gizi balita adalah balita
diberi makan yang banyak dan teratur, diberi vitamin dan selalu ditimbang
“Lamun hayang naik mah dipasihan vitamin bae, iye nyah supaya
nafsu makanna bertambah, makan sing teratur”
(“Kalo mau naik tuh dikasi vitamin aja, ini yag supaya nafsu
makannya bertambah, makan yang teratur”) (Informan S).
“Dibere dahar bae anu sebeh, hehe, atuh bawa bae ka puskesmas ka
posyandu atuh ditimbang”
(“Dikasi makan aja yang kenyang, hehe, bawa ke puskesmas ke
posyandu ditimbang”) (Informan SK).
Sedangkan untuk dampak KEP (gizi buruk dan gizi kurang) pada
balita, menurut mayoritas informan adalah mata balita terlihat layu, perutnya
membuncit, tidak mau makan, berat badan turun atau kurus, mengurangi
“Matana iye neng kos caleuyeun, laju beteng na buncit, urang mah
nyeeng bae di tv, jadi te daek dahar, daharnageh hese budak teh”
(“Matanya ini neng kaya layu, terus perutnya buncit, saya liat aja di
tv, jadi gak mau makan, makannya juga susah”) (Informan E).
“Iye ja budakna badanna kurang, barang daharna kurang, jadi
pikirana teh kurang cerdas budak kurang gizi mah, geus eweh deui”
160
kutipannya:
“Hayi perilaku hidup sehat dan bersih mah, imah kudu bersih,
lingkungan sagala kudu bersih, barang dahar kudu bersih, enggon
hees sagala kudu bersih neng. ka ayaana bae kos kiye, hehe”
(“Kalo perilaku hidup sehat dan bersih itu, rumah harus bersih,
lingkungan segala harus bersih, makanan harus bersih, tempat tidur
segala harus bersih neng, keadaannya saja kaya gini, hehe”)
(Informan E).
161
3. Kebersihan Lingkungan
berupa bangunan rumah sehat dan pergantian udara dan sinar matahari,
yang baik, sehingga dapat menyebabkan cahaya matahari dan udara masuk
kedalam rumah, atau rumah yang selalu rapi dan bersih. Berikut kutipannya:
didalam atau dihalaman rumah, atau ditempat yang dapat diawasi langsung
septik tank, atau saluran air yang khusus digunakan untuk pembuangan
limbah. Dan untuk tempat buang air besar atau kecil, menurut sebagian
penelitian ini yaitu pendapat informan utama dalam hal perilaku pemeliharaan
kebersihan lingkungan.
balita.
kutipannya:
Berikut kutipannya:
165
“Setuju sih, setujuna mah pan dibantu diubaran, ja di imah mah teu
aya ubarna”
(“Setuju sih, setujunya tuh kan dibantu diobatin, kan di rumah gak
ada obatnya”) (Informan E).
“Setuju, pan supaya sehat, supaya cager, lamun teu setuju mah moal
di bawa ka kesmas”
(“Setuju, kan supaya sehat, supaya sembuh, kalo gak setuju gak
akan dibawa ke puskesmas”) (Informan A).
status gizi balita, karena menurut mereka hal tersebut berguna untuk
menyebabkan balita selalu sehat dan terhindar dari penyakit. Selain itu,
badan dan status gizi, serta siklus perkembangan balita. Berikut kutipannya:
mengalami penurunan berat badan atau status gizi, karena menurut mereka
penurunan berat badan atau status gizi dapat menyebabkan balita sakit,
dan merasa kesal pada balita karena usaha dalam pemberian makan yang
“Setuju dibere imunisasi, atuh abeh sehat, abeh ulah keuna penyakit
naon kitu, hayi imunisasi mah ngajaga cacar kitu”
(“Setuju dikasi imunisasi, supaya sehat, supaya jangan terkena
penyakit gitu, kalo imunisasi mencegah cacar gitu”) (Informan
SK).
“Setuju, tapi dia mah can nyorang diimunisasi, soalna ka
puskesmas lamun menta gak boleh, soalna kan belum kuat”
(“Setuju, tapi dia tuh belum pernah diimunisasi, soalnya di
puskesmas kalo minta gak boleh, soalnya belum kuat”) (Informan
S).
“Setuju atuh, abeh ulah kena panyakit, tapi nyana mah teu
diimuniasai soalna asal rek di imunisasi geuring”
(“Setuju gitu, supaya jangan terkena penyakit, tapi dia gak di
imunisasi soalnya tiap mau di imunisasi sakit”) (Informan N).
hidup sehat dan bersih dalam pemeliharaan kesehatan balita, karena menurut
Berikut kutipannya:
3. Kebersihan Lingkungan
penggunaan air bersih, pertukaran udara dan pencahayaan rumah yang baik,
penyediaan ruang bermain bagi balita. Menurut mereka hal tersebut dapat
menyebabkan balita terhindar dari kotoran, bebas dan aman dalam bermain,
“Penting, abeh sehat, tapina sok kokotoran bae lah budak mah”
(“Penting, supaya sehat, tapi suka main kotor aja lah anak tuh”)
(Informan E).
“Butuh ruangan ulin si, supaya bebas kitu aman, lamun cara aya
mah ”
(“Butuh ruangan main si, supaya bebas gitu aman, kalo ada”)
(Informan S).
“Butuh atuh, lamun ulin diluar mah pan besi ka jalan gede kitu
bahaya pan”
(“Butuh dong, kalo main diluar tuh kan nanti ke jalan raya gitu
bahaya kan”) (Informan N).
bagi balita, karena menurut mereka penggunaan air bersih dapat membantu
169
dan pencahayaan yang baik didalam rumah, karena menurut mereka hal
Berikut kutipannya:
“Penting, abeh naon karah udara anu jore kaluar, udara anu bagus
teh arasup kitu, seger kitu”
“Penting, supaya apa tuh udara yang jelek keluar, udara yang
bagus tuh masuk gitu, segar gitu”(Informan S).
“Penting ya kalo gak kita gampang sakit, ya cahaya matahari juga
penting” (Informan SM).
limbah rumah tangga pada tempatnya, atau pada tempat yang tertutup.
Karena menurut mereka hal tersebut dapat menjaga lingkungan tetap sehat,
membuang sampah dan limbah ditempat terbuka, dan dekat dengan rumah.
Berikut kutipannya:
170
mandi didalam rumah, karena menurut mereka hal tersebut dapat membantu
Berikut kutipannya:
penelitian ini adalah apa yang dilakukan informan utama dalam usaha
balita.
diketahui bahwa jenis penyakit infeksi yang sering diderita seluruh balita,
adalah demam, batuk, dan pilek, dan beberapa balita sering mengalami
gatal-gatal, bisul dan mencret atau diare. Selain itu terdapat informan yang
yang mengaku balitanya hampir selalu demam setiap minggu dan batuk
suka panas kalo sakit, itu juga lagi sakit kemarin itu dia jadinya
kurus juga,waktu dulu mah suka mencret”) (Informan A).
“Dia suka panas, batuk ada sebulan sekali, kalo panas sering ampir
tiap minggu, kalo pilek kadang-kadang si” (Informan SM).
memberi makanan yang sehat dan kenyang, sering mencuci tangan balita,
mencuci pakaian balita, dan melarang balita main saat terik matahari atau
saat turun hujan, serta melarang balita main tanah atau main kotor dan
kutipannya:
membuat campuran minyak kelapa sawit, buah asam, dan bawang merah
173
dukun beranak untuk dipijat, dan salah satu informan diantaranya terkadang
meminta air putih yang telah didoakan ke orang pintar jika penyakit balita
belum sembuh.
suplemen vitamin yang didapat dari puskesmas sampai habis, dan selalu
status gizi, yang mengatakan bahwa balitanya tidak mau memimum obat
dalam bentuk puyer, sehingga obat dan vitamin yang diberikan sebagian
“Panas, batuk, pilek, gak tau yah ibu suka ngapain kalo sakit, paling
dibawa ke puskesmas aja” (Informan keluarga B).
“Ensok, paling geh panas, ka puskesmas bae, rutin nyana mah,
lamun ti kesmas teu cager karak menta cai dijampeken, atuh caina
diinum diboborehkeun, ensok diboborehan asem, bawang, jeung
minyak, obatna geh sok diseepken bae nyah, sapoe tilu kali”
175
(“Sering, paling juga panas, ke puskesmas aja, rutun dia tuh, kalo
dari puskesmas beluum sembuh baru minta air didoakan, airnya
diminum dioleskan, sering dioleskan asam, bawang sama minyak,
obatnya juga suka dihabiskan aja yah, sehari tiga kali”) (Informan
keluarga N).
“Ke puskesmas, kalo parah baru ke dokter, gak suka habis sih
obatnya, kalo yang sirop dia seneng, kalo yang puyer mah dia
susah” (Informan keluarga SM).
pendukung lain, yaitu dua staf Puskesmas Pagedangan yang turut serta
mengikuti program PMT-P sering menderita ISPA, diare, dan koreng atau
Pada umumnya obat dan vitamin diberikan dalam bentuk puyer, karena obat
kutipannya:
“ISPA diare yang paling banyak, soalnya kan berat badannya turun
otomatis diare, obat-obatan yang dikasi tergantung dengan
penyakitnya ya, vitaminnya itu kan ada lysinnya buat nafsu makan,
kan ada daya tahan tubuh, vitamin C, B komplek, susu” (Informan
staf puskesmas P).
“Nomor satu si ini ISPA yah, diare, koreng, koreng kan bisa aja
karena gizi buruk yah, oh ya tergantung kasusnya, sesuai diagnose,
tergantung ketersedian obatnya juga, kan kadang-kadang obatnya
susah, vitamin ya B complex, B, C, sama mineral, kadang ada
kalsiumnya juga” (Informan staf puskesmas S).
176
dan beberapa kali dipuskesmas setiap kamis, didapatkan hasil yang hampir
sama dengan yang diceritakan informan, yaitu untuk balita dari kelompok
pilek, bisul dan koreng pada dua kali kunjungannya ke puskesmas, dan
peningkatan status gizi, terlihat balita pertama menderita batuk, flu serta
muntah ketika diberi makan pada dua kali observasi, balita kedua terlihat flu
ke puskesmas, dan balita keempat terlihat demam pada salah satu observasi
dirumah informan.
sedikit, selain itu masih terdapat beberapa balita yang bermain ditempat
kotor atau main dengan temannya yang terlihat menderita penyakit infeksi,
makan.
177
ketika sakit, dan obat yang diberikan terlihat diminum oleh balita. Namun
salah satu informan yang balitanya mengalami penurunan status gizi terlihat
masih menyimpan obat dan vitamin yang didapat dari puskesmas maupun
melihat catatan rekam medik balita, didapatkan hasil yang sama dengan
adalah demam, batuk, influenza atau flu, diare dan penyakit kulit.
kebersihan balita yang terdiri dari upaya mencuci tangan sebelum makan,
dan memantau status gizi adalah dengan cara memberikan makan yang
“Dahar nu teratur eker umur genep bulan mah ampe umur satahun
tiap dua jam sekali dipasihan dahar, dibere vitamin, dibawa ka
puskesmas unggal minggu teu tinggalen dibawa bae”
(“Makan yang teratur waktu umur enam bulan tuh sampai umur
setahun tiap dua jam sekali dikasi makan, dikasi vitamin, dibawa ke
puskesmas tiap minggu gak ketinggalan dibawa aja”) (Informan S).
“Abeh naek deui berat badana dibere barang hakan anu sebeh, sok
ngahaja ku urang lamun rek nimbang dibere dahar, laju dibawa bae
ka puskesmas unggal kemis, unggal bulan dibawa ka posyandu”
(“Supaya naik berat badana dikasi makanan yang kenyang, suka
sengaja mau ditimbang dikasi makan, terus dibawa aja ke
puskesmas tiap kamis, tiap bulan dibawa ke posyandu”) (Informan
SK).
“Ya di kasi makan, di kasi susu, cuman gak mau, susah, dia mah
kaya masuknya banyak keluarnya juga banyak gitu, sering si ke
puskesmas, tapi kadang dua minggu gitu gak kesana-sana, kalo
posyandu sering, dulu kan saya kader” (Informan SM).
imunisasi karena balita sedang sakit atau dalam keadaan kurang gizi.
kutipannya:
179
menganti pakaian anaknya lebih dari empat atau lima kali sehari, karena
buang air besar atau buang air kecil, dengan menggunakan sabun dan air
bersih. Namun untuk tempat buang air besar dan kecil, tedapat satu
rumah, dan terdapat dua informan lain yang membiarkan balitanya buang air
180
yang lain mengatakan bahwa balitanya selalu buang air besar di WC yang
“Kalo lagi mandi itu suka saya cuci tanganya, kalo kotor sedikit
sama ngompol disalin, kalo lagi berak juga saya cebokin, pake
sabun colek aja, mandinya dua kali sehari kalo udah keringetan,
kalo berak dia mah suka didepan rumah aja didiriin kalo gak suka
gak ketahuan dicelana” (Informan B).
“Atuh ensok cuci tangan, kadang make sabun kadang heunteu, ker
pohoan mah heunteu, aya sapoe tilu kali mandi, isuk-isuk dohor laju
sore mandi deui kitu, kadang mah opat kali ganti pakean sapoe,
nyana mah gupak malulu kan kotor, lamun buang air besar
dicebokan make sabun, lamun buang air kecil heunteu make sabun,
eta bae di empang”
(“Ya suka cuci tangan, kadang pakai sabun kadang enggak, lagi
lupa tuh enggak, ada sehari tiga kali mandi, pagi-pagi dzuhur terus
sore mandi lagi gitu, kadang tuh empat kali ganti pakaian sehari,
dia tuh main tanah melulu kan kotor, kalo buang air besar
dicebokan pakai sabun, kalo buang air kecil enggak pakai sabun, itu
aja di empang”) (Informan N).
“Rajin dia mah, sering saya omelin kalo gak cuci tangan, kadang
pake sabun kadang enggak, mandi sering tiga kali sehari kali ya,
seneng maen air, ganti baju mah kadang tiga, empat, kadang lima,
soalnya kan pipis basah ganti, saya juga suka cuci tangan, dicebokin
gak bisa sendiri pake sabun” (Informan SM).
“Iya cuci tangan, dimandiin, dua kali kadang tiga kadang, gak tau
kalo ganti baju, eh gak pernah imunisasi” (Informan keluarga B).
181
“Cuci tangan, ibuna geh sarua bae, make sabun colek bae lah,
mandi dua kali sapoe, isuk jeung sore, saberaha kali rek diimunisasi
muriang bae awakna, eta geh kadang ku kula sok diisangan”
(“Cuci tangan, ibunya juga sama aja, pake sabun colek aja lah,
mandi dua kali sehari, pagi sama sore, beberapa kali mau
diimunisasi meriang terus anaknya, itu juga kadang sama kita suka
dicebokin”) (Informan keluarga N).
“Rajin dia mah cuci tangan, kadang pake sabun kadang enggak kali
ya, kalo mandi dia mah sering, kadang tiga kali sehari kali ya,
seneng maen air, imunisasi lengkap” (Informan keluarga SM).
pendukung lain yaitu dua staf puskesmas pagedangan yang turut serta dalam
besar informan utama rajin berkunjung ke puskesmas jika sedang ada PMT,
Berikut kutipannya:
balitanya mengalami penurunan status gizi terlihat dua sampai tiga kali tidak
nasi dan lauk-pauk. Sedangkan untuk upaya imunisasi hanya satu informan
sedangkan informan yang lain tidak dapat diobservasi karena tidak dapat
memperlihatkan KMSnya.
selain itu balita juga tidak terlihat mencuci tangan sebelum makan. Beberapa
bermain balita, penggunaan air bersih, cara pembuangan sampah dan limbah
dihalaman rumah, dan terdapat satu balita yang terbiasa bermain di lapangan
atau di tempat yang kotor seperti di kubangan air hujan, yang ternyata
sebagian besar teman bermain balita adalah kakaknya yang tinggal serumah
sama dengan penyakit yang diderita balita yaitu seperti demam, flu, batuk
sumur yang jaraknya cukup dekat dengan tempat pembuangan limbah, dan
peralatan dapur, mandi, buang air besar dan kecil, dan lain-lain. Selain itu
terbiasa buang air besar di jamban yang terletak di atas empang dibelakang
rumah, dan satu informan yang lain terbiasa buang air besar di kebun
“Dari sumur aja buat minum, masak, cuci tangan, mandi, berak,
sumurnya deket comberan si, tapi kalo BAB kan rame-rame gali
tanah aja di kebon belakang kalo dah penuh ditutup, gali lagi”
(Informan B).
“Atuh nimba ti sumur bae, deket si ka empang, jeung nginum, mandi
segala, masak, ngumbahan piring atuh”
(“Ya dari sumur aja, dekat si ke empang, buat minum, mandi segala
masak, cuci piring gitu”) (Informan E).
“Iye amun jeung nginum jeung masak mah ti imah bibi tah digigir,
lamun mandi nyeseh sagala mah ti sumur bae, rada kiruh emang”
(“Ini kalo buat minum sama masak tuh dari rumah bibi tuh
disamping, kalo mandi nyuci segala tuh disumur aja, agak keruh
emang”) (Informan N).
“Yah ini dari sumur, jaraknya ada lima meter dari saluran limbah,
yah buat minum, masak, cuci, mandi gitu aja” (Informan SM).
185
depan atau belakang rumah dengan cara dikumpulkan dan dibakar, selain itu
sebagian besar informan, mengalir kedalam saluran air yang terbuka atau
5
Septictank adalah adalah bak untuk menampung air limbah yang digelontorkan dari WC (water closet),
konstruksi septictank ada disekat dengan dinding bata dan diatasnya diberi penutup dengan pelat beton
dilengkapi penutup control dan diberi pipa hawa T dengan diameter 1 ½ “, sebagai hubungan agar ada
udara/oksigen ke dalam septictank sehingga bakteri-bakteri menjadi subur sebagai pemusnah kotoran-
kotoran atau tinja yang masuk ke dalam bak penampungannya (Bochari, 2009).
186
rumah pada pagi hari, sehingga udara segar dan cahaya matahari pagi bisa
“Lamun isuk-isuk teh buka jandela, buka hordeng neng abeh asup,
lamun sore mah jeung tibeurang ditutup, paling peting make lampu”
(“Kalo pagi-pagi tuh dibuka jendela buka hordeng neng supaya
masuk, kalo sore sama siang tuh ditutup, paling malam pakai
lampu”) (Informan E).
“Atuh urang jendela naon dibuka ja unggal isuk”
(“Ya kita jendela apa dibuka tiap pagi”) (Informan A).
seluruh informan, adalah dengan cara menyapu dan mengepel rumah setiap
hari, dan menyapu dan menyiram halaman rumah dengan air supaya tidak
“Paling ngepel nyapu tiap hari, satu hari tuh bisa berkali-kali kan
dia suka ngompol, paling kalo diluar doang tuh dua kali sehari”
(Informan B).
“Atuh disapuan, dipel, elap kaca, nyapuan luar disiram abeh ulah
ngebul, iye ramatna dibersihan”
(“Ya disapu, dipel, dielap kaca, disapu halaman disiram supaya
tidak berdebu, sarang laba-laba dibersihkan”) (Informan N).
“Disapuan, dipel atuh, iye bae can sempet, lamun hari libur tah
karak rapih-rapih”
(“Disapu, dipel dong, ini aja belum sempat, kalo hari libur baru
rapih-rapih”) (Informan SK).
187
“Kalo temennya lagi sakit juga suka maen aja, kalo buang sampah
ditempat sampah, kalo buang air besar dibelakang aja di kebon
deket tempat sampah, paling ngepel sama nyapu” (Informan
keluarga B).
“Nyapuan, ngepel, maen iye di lapangan bola, di harep imah, heeh
sok garering, titah balik si lamun gering, tapina sok te nurut, micen
sampah atuh di luar, limbah mah di empang”
(“Menyapu, mengepel, main dia tuh di lapangan bola, didepan
rumah, ya suka pada sakit, suka disuruh pulang kalo sakit, tapinya
suka gak nurut, buang sampah ya di luar, limbah tuh di empang”)
(Informan keluarga E).
“Di imah ulina, atuh buktina ayena aya di imah, atuh ka harep geh
paling geh sok dijagaan di gendong, jeung kakana bae, geringna
sarua bae, micen sampah di belakang, atuh nyapuan, ngepel,
buktina gak ada, hehe, disebut bersih ja ambalayah, hehe”
(“Di rumah mainnya, ya buktinya sekarang ada di rumah, ke depan
juga suka dijagain digendong, sama kakaknya aja, sakitnya sama
aja, buang sampah di tukang, ya disapu, dipel, buktinya gak ada,
hehe, disebut bersih tapi berantakan, hehe”) (Informan keluarga
SK).
didapatkan hasil yang hampir sama dengan yang diceritakan informan utama
bersih atau bebas dari sampah, sedangkan halaman rumah yang menjadi
tempat bermain balita terlihat kotor dan dekat dengan lokasi pembuangan
sampah. Selain itu terdapat beberapa teman bermain balita yang terlihat
188
sedang menderita flu, dan tetap bermain dengan balita. Dan sumber air
seluruh informan berasal dari sumur yang terletak cukup dekat atau kurang
dari 10 meter dari saluran limbah, tapi terlihat bening dan bersih.
hasil yang sedikit berbeda dari keterangan informan, yaitu sebagian besar
beberapa ruangan seperti ruang tengah, kamar tidur dan dapur, selain itu
jendela hanya terletak didepan rumah atau kamar tidur yang menyebabkan
udara terasa pengap dan lembab, dan sebagian besar informan menggunakan
saluran pembuangan limbah yang cukup baik yaitu saluran air yang tertutup
lantai yang terkena air kencing balita pada salah satu observasi, sebagian
besar rumah informan terlihat kurang bersih, dan terdapat informan yang
alasan takut dicuri dan juga memiliki kandang kambing yang terletak
dibelakang rumah dengan jarak yang cukup dekat dengan rumah informan.
189
ini, adalah pengetahuan, sikap, dan praktik/tindakan ibu atau informan utama
tetanus yang disebabkan terkena paku dan penyakit seperti panas, dan lebih
balita melakukan aktivitas bersama atau kontak langsung dengan orang yang
menderita penyakit menular, atau karena tertusuk paku. Sedangkan akibat atau
dampak penyakit infeksi pada balita menurut sebagian besar informan adalah
balita menjadi kurus, berat badan menurun, kurang nafsu makan, dan sulit
tidur.
pada balita yaitu tidak menggunakan peralatan minum yang sama dengan
penderita penyakit infeksi, balita yang sehat tidak disatukan dengan balita yang
sakit, balita tidak dibiarkan main saat terik matahari atau saat hujan, balita
diberikan makanan sehat, tidak main ditempat yang kotor dan jauh dari rumah,
menurut sebagian besar informan adalah dengan memberikan obat dan segera
status gizi balita adalah balita diberi makan yang banyak dan teratur, diberi
(gizi buruk dan gizi kurang) pada balita, menurut mayoritas informan adalah
mata balita terlihat layu, perutnya membuncit, tidak mau makan, berat badan
mencegah kelumpuhan, dan menyebabkan balita sehat, kuat, cerdas, dan cepat
berjalan. Dan untuk pengetahuan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat,
matahari dan udara masuk kedalam rumah, atau rumah yang selalu rapi dan
atau dihalaman rumah, atau ditempat yang dapat diawasi langsung oleh
informan.
191
atau sungai. Sedangkan dua informan yang lain mengatakan sebaiknya limbah
dibuang ke saluran air yang tertutup, seperti septictank, atau saluran air yang
khusus digunakan untuk pembuangan limbah. Dan tempat buang air besar atau
hidup sehat dan bersih, penyediaan ruang bermain bagi balita, usaha
yang baik didalam rumah, pembuangan sampah dan limbah rumah tangga pada
tempatnya. Selain itu seluruh informan juga menganggap berbahaya jika balita
menderita penyakit infeksi, mengalami penurunan berat badan atau status gizi,
minggunya, dan jenis penyakit infeksi yang sering diderita seluruh balita,
adalah demam, batuk, dan pilek, dan beberapa balita sering mengalami gatal-
adalah memberi makanan yang sehat dan kenyang, sering mencuci tangan
balita, mencuci pakaian balita, dan melarang balita main saat terik matahari
atau saat turun hujan, serta melarang balita main tanah atau main kotor dan
bermain di tempat yang tidak dapat diawasi oleh informan. Namun berdasarkan
sedikit, selain itu masih terdapat beberapa balita baik yang mengalami
peningkatan status gizi maupun yang tidak mengalami status gizi, terlihat
bermain ditempat kotor dan bermain dengan temannya yang sedang menderita
penyakit infeksi, serta terlihat sebagian besar informan dan balitanya tidak
puskesmas atau bidan terdekat ketika sakit, dan terkadang menggunakan cara
tradisional, dengan cara membuat campuran minyak kelapa sawit, buah asam,
dan bawang merah yang dioleskan di kepala balita untuk menurunkan demam,
mengalami penurunan status gizi, yang mengatakan bahwa balitanya tidak mau
memimum obat dalam bentuk puyer, sehingga obat dan suplemen vitamin yang
terlihat dua sampai tiga kali tidak datang ke puskesmas selama pemberian
peningkatan status gizi terlihat jarang memberikan makanan utama seperti nasi
dan lauk-pauk dan lebih sering memberikan makanan jajanan berupa makanan
ringan seperti ciki, astor, kerupuk, permen, biskuit, coklat, makaroni, dan
dan balita terlihat tidak mencuci tangan sebelum makan. Selain itu beberapa
194
penyakit, karena menurut mereka sebagian besar teman bermain balita adalah
Sumber air bersih yang digunakan seluruh informan berasal dari sumur
yang jaraknya cukup dekat dengan tempat pembuangan limbah, dan digunakan
mandi, buang air besar dan kecil, dan lain-lain. Seluruh informan yang
halaman depan atau belakang rumah dengan cara dikumpulkan dan dibakar.
195
BAB VI
PEMBAHASAN
dapat diketahui bahwa sebagian besar informan utama baik yang balitanya
status gizi, memiliki pengetahuan yang sama hampir di semua aspek perilaku
pemberian makan kepada balita kecuali dalam hal porsi dan penyajian makanan.
hidangan yang sebaiknya diberikan kepada balita. Meskipun demikian, terdapat satu
adalah terdiri dari makanan pokok, sayuran, buah-buahan, lauk pauk dan susu, atau
minyak, contohnya daging, coklat, susu dan mentega. Padahal sumber makanan yang
bergizi lainnya, seperti protein dan karbohidrat sangat baik untuk meningkatkan
mengenai waktu yang tepat dalam pemberian makanan tambahan dan waktu yang
tepat dimulainya pemberian MP-ASI. Karena hanya sebagian kecil informan yang
waktu makan utama, dan waktu yang tepat dimulainya pemberian MP-ASI adalah
sejak balita berusia enam bulan. Sedangkan menurut Pudjiadi (2005:53), bayi harus
jumlah yang didapat dari ASI, yang pada umumnya setelah bayi berumur empat
pendidikan informan yang sebagian besar hanya setingkat SD, dan kurangnya arahan
dari petugas kesehatan mengenai komposisi atau susunan hidangan yang sebaiknya
pengolahan makanan balita secara umum termasuk baik. Menurut mereka bahan
makanan sebaiknya dimasak sampai matang dengan cara dikukus dan direbus untuk
bahan makanan seperti beras, digoreng untuk bahan makanan sejenis lauk, dan
direbus atau ditumis untuk bahan makanan sejenis sayuran. Dengan memasak
dicerna dan zat-zat makanan menjadi tersedia untuk diserap dan dipergunakan oleh
tubuh.
197
Selain itu pengetahuan informan utama dalam hal frekuensi dan waktu
pemberian makan secara umum termasuk baik, seluruh informan utama mengetahui
bahwa frekuensi pemberian makan kepada balita adalah tiga kali dalam sehari, yang
mungkin dipengaruhi oleh budaya sebagian besar masyarakat setempat yang selalu
makan tiga kali dalam sehari. Sedangkan waktu pemberian makan menurut mereka
adalah sebaiknya saat balita lapar atau meminta makanan, saat balita bangun atau
mau tidur dan saat balita bermain. Selain itu salah satu informan utama juga
menambahkan, sebaiknya balita diberikan makanan sesuai dengan jam makan atau
teratur setiap harinya, yang ternyata balitanya mengalami peningkatan status gizi.
lamanya pemberian ASI, dan jenis MP-ASI yang sebaiknya diberikan kepada balita,
ternyata juga termasuk baik. Menurut sebagian besar informan waktu yang tepat
dimulainya pemberian ASI adalah segera setelah bayi dilahirkan, dan lamanya
pemberian ASI adalah sampai balita berusia dua tahun. Sedangkan jenis MP-ASI
yang sebaiknya diberikan kepada balita menurut informan utama adalah pisang,
bubur bayi instan, nasi tim, bubur, dan lain-lain. Pengetahuan informan utama yang
dan jajanan yang baik bagi balita secara umum termasuk baik. Menurut sebagian
besar informan utama makanan tambahan adalah makanan selain nasi, seperti
biskuit, roti, kue, singkong, buah-buahan dan lain-lain. Selain itu menurut mereka
makanan jajanan yang baik untuk balita adalah makanan seperti biskuit, roti, susu,
198
sebagai makanan yang mengandung banyak kalori dan vitamin yang baik untuk
menambah asupan zat gizi bagi balita. Selain itu beberapa dari informan juga
menambahkan makanan jajanan yang baik adalah makanan yang bergizi dan bersih,
sebagian besar informan utama yang balitanya mengalami peningkatan status gizi,
ternyata memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan informan yang
balitanya tidak mengalami peningkatan status gizi. Porsi makanan menurut informan
yang balitanya mengalami peningkatan status gizi ternyata lebih besar daripada porsi
makanan menurut informan yang balitanya tidak mengalami peningkatan status gizi.
Selain itu penyajian makanan menurut sebagian besar informan utama yang
balitanya mengalami peningkatan status gizi, adalah sebaiknya makanan dihias atau
memiliki tampilan yang menarik dan dibedakan rasanya jika untuk balita. Hal ini
makanan harus menarik, sehingga mereka yang menyantapnya akan merasa senang,
bahkan puas, sehingga meningkatkan selera dan gairah untuk makan. Hidangan
harus dapat merangsang secara menarik sebanyak mungkin panca indera, agar
informan utama mengenai pemberian makan secara umum termasuk buruk. Karena
sebagian besar informan utama tidak memiliki pengetahuan yang baik mengenai
status gizi balita. Hal tersebut dapat pula dibuktikan dengan hasil penelitian yang
mengenai porsi, komposisi, dan penyajian makanan ternyata memiliki balita yang
balita.
dapat diketahui bahwa sebagian besar informan utama secara umum menunjukkan
sikap yang buruk terhadap pemberian MP-ASI dan kebiasaan jajan balita. Namun
meskipun demikian sebagian besar informan utama menunjukkan sikap yang baik
terhadap aspek-aspek yang lain dalam pemberian makan kepada balita. Selain itu
sebagian besar informan yang balitanya mengalami peningkatan status gizi ternyata
konsep mengenai objek tertentu (Khomsan dkk, 2007b:6). Hal ini dibuktikan dengan
pengetahuan yang baik mengenai cara penyiapan atau pengolahan dan penyajian
makanan balita, frekuensi pemberian makan, waktu pemberian makan, waktu yang
200
tepat dimulainya pemberian ASI, pemberian makanan tambahan, dan porsi makanan
ideal bagi balita, ternyata secara umum menunjukkan sikap yang baik mengenai hal
tersebut.
Sikap positif informan tersebut bisa dilihat dari pendapat mereka yang
kebersihan dan penyajian makanan yang menarik merupakan hal yang penting dan
dapat menghilangkan penyakit yang ada dalam makanan dan meningkatkan nafsu
makan balita. Selain itu mereka menganggap penting pemberian makan minimal tiga
kali dalam sehari dan pemberian makan pada waktu yang tepat, karena dapat
waktu dimulainya pemberian ASI ketika balita dilahirkan, dan pemberian ASI
sampai balita berumur dua tahun termasuk ASI eksklusif1, dengan alasan dapat
menyebabkan balitanya sehat dan terhindar dari penyakit. Selain itu seluruh
informan utama juga menganggap penting pemberian makanan tambahan dan setuju
dengan pemberian PMT-P dari puskesmas, dengan alasan balita mereka menyukai
PMT-P yang diberikan, serta dapat meringankan beban informan dalam pemberian
1
ASI eksklusif adalah pemberian Air Susu Ibu saja kepada bayi umur 0 – 6 bulan tanpa diberikan makanan
atau minuman tambahan selain obat untuk terapi (pengobatan penyakit).
201
Selain itu informan utama yang memiliki pengetahuan yang buruk mengenai
waktu yang tepat dalam pemberian MP-ASI, ternyata juga menunjukkan sikap yang
buruk mengenai hal tersebut, yang bisa dilihat dari ketidaksetujuan mereka jika
balita hanya diberikan ASI saja sampai usia empat atau enam bulan.
sumber makanan yang bergizi, porsi makanan, dan waktu yang tepat dalam
mengenai hal tersebut. Hal ini bisa dilihat dari pernyataan mereka yang menganggap
penting pemberian makanan dengan komposisi makanan yang bergizi dan porsi yang
mengenai makanan jajanan yang baik untuk balita, ternyata memiliki sikap yang
secara umum buruk mengenai hal tersebut, dengan membiarkan balitanya jajan
makanan yang mengandung zat gizi rendah, seperti ciki, coklat, permen, minuman
dingin dan lain-lain, yang dijual bebas dipasaran. Selain itu informan utama juga
menyebabkan balita mereka sakit. Sikap yang buruk tersebut dimungkinkan terjadi
karena kurangnya pengetahuan informan mengenai akibat dari kebiasaan jajan balita,
dengan tidak membiarkan balita mereka jajan sembarangan, yang ternyata balitanya
mereka sakit.
informan utama secara umum menunjukkan sikap yang baik terhadap pantangan
baik menurut kepercayaan suku maupun nenek moyang, dan hanya mempercayai
pantangan makanan yang dianjurkan oleh petugas kesehatan. Hal ini dibuktikan oleh
sebagian besar informan utama yang tidak memberikan pantangan makanan apapun,
kecuali pantangan makanan yang bisa menyebabkan balita sakit seperti minuman
utama terhadap pemberian makan secara umum termasuk buruk. Karena sebagian
besar informan utama menunjukkan sikap yang buruk terhadap pemberian MP-ASI
dan kebiasaan jajan balita atau pemberian makanan tambahan. Sikap informan
terhadap hal tersebut ternyata berdampak negatif terhadap praktiknya yang pada
akhirnya berpengaruh terhadap penurunan berat badan balita. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa informan utama yang
memiliki sikap yang baik terhadap pemberian makanan tambahan ternyata memiliki
balita yang mengalami peningkatan status gizi. Namun meskipun demikian, sebagian
besar informan memiliki sikap yang baik terhadap komposisi dan porsi makanan,
203
ASI.
utama memiliki praktik yang secara umum termasuk buruk dalam hal komposisi dan
informan utama yang memiliki praktik yang secara umum baik dalam hal porsi
ternyata balitanya mengalami peningkatan status gizi. Selain itu sebagian besar
informan utama juga memiliki praktik yang baik dalam hal pengolahan makanan,
makanan dengan komposisi yang terdiri dari nasi, tim atau bubur, dengan kuah sayur
atau bumbu seperti kecap atau garam, dan jarang memberikan lauk pauk baik hewani
maupun nabati, yang bisa menyebabkan asupan nutrisi terutama protein dan lemak
kurang memenuhi kebutuhan balita. Selain itu informan utama juga jarang
memberikan sayur ataupun buah yang menyebabkan asupan vitamin dan mineral
(2009:10), dalam susunan hidangan harus terlihat adanya makanan pokok, lauk-
pauk, sayuran dan buah cuci mulut. Hidangan untuk anak-anak (bayi, balita, remaja)
dan ibu hamil atau menyusukan sebaiknya ditambahkan susu atau telur. Penambahan
204
hidangan.
memberikan makanan dengan komposisi yang terdiri dari nasi ditambah lauk pauk
dan sayuran, serta rutin memberikan susu minimal dua kali dalam sehari. Yang
peningkatan status gizi, dan memiliki pengetahuan serta sikap yang baik mengenai
yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Selain itu Sanjur (1982)
dalam Khomsan dkk (2007b:9) juga menyatakan bahwa konsumsi pangan seseorang
rata-rata hanya memberikan nasi sebanyak dua sendok makan atau sekitar 10 gram,
yang ternyata memiliki balita yang tidak mengalami peningkatan status gizi.
Sedangkan menurut Pudjiadi (2005), asupan (intake) zat gizi dalam jumlah yang
khususnya anak balita. Karena itu asupan yang kurang atau berlebih secara terus
menerus akan mengganggu pertumbuhan dan kesehatan. Selain itu menurut Suhardjo
(2003:8), kekurangan energi yang kronis pada anak-anak dapat menyebabkan anak
selanjutnya terganggu.
205
utama yang memiliki pengetahuan dan sikap yang baik, sesuai dengan anjuran
Widjaja (2007) yaitu 100 gram nasi dalam sekali makan, yang ternyata diberikan
oleh informan yang balitanya mengalami peningkatan status gizi. Namun mengingat
seluruh informan utama memiliki balita yang menderita KEP yang membutuhkan
asupan zat gizi lebih terutama kalori dan protein untuk meningkatkan status gizinya,
porsi yang diberikan tentu seharusnya lebih besar, seperti menurut anjuran Moehji
(1998:80), yang mengatakan bahwa apabila anak usia 2-3 tahun setiap makan dapat
menghabiskan antara 75-100 gram beras (nasi sebanyak satu gelas minum yang diisi
agak padat) maka anak akan menerima masukan kalori sekitar 900 kalori setiap hari
dipengaruhi oleh faktor kesulitan makan yang dialami beberapa balita yang tidak
mengalami peningkatan status gizi. Hal ini mungkin disebabkan oleh penyajian
makanan yang kurang menarik, yang bisa dilihat dari kurangnya lauk pauk dalam
makanan balita, serta kebiasaan jajan yang menyebabkan balita kenyang dan tidak
Selain itu karena sebagian besar informan utama jarang memberikan lauk,
maka dapat diasumsikan porsi lauk yang diberikan tidak sesuai dengan pedoman
makanan balita menurut Widjaja (2007), yang menganjurkan balita diberikan 4-5
porsi daging masing-masing 50 gram tempe, tahu, ikan telur atau daging ayam dalam
satu hari. Namun meskipun demikian, sebagian besar informan utama yang balitanya
mengalami peningkatan status gizi selalu memberikan susu minimal dua gelas
206
sehari, sehingga dapat diasumsikan kebutuhan protein balitanya dapat terpenuhi. Hal
penambahan susu atau telur dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas campuran
kebutuhan balita, karena sebagian besar informan utama jarang memberikan sayur
dalam makanan balitanya. Selain itu informan utama juga jarang memberikan buah,
sehingga kebutuhan zat pengatur seperti vitamin dan mineral dapat diasumsikan
tidak mencukupi kebutuhan balita. Hal ini mungkin disebabkan oleh pengetahuan
serta sikap informan utama yang secara umum termasuk buruk, yang bisa dilihat dari
anggapan mereka yang menganggap bahwa pemberian kuah sayur sudah mewakili
porsi sayuran dalam makanan balita. Namun meskipun demikian, terdapat beberapa
informan utama yang selalu memberikan suplemen vitamin dari puskesmas, yang
dapat menambah asupan vitamin untuk balita, yang ternyata hanya dilakukan oleh
makanan yang dilakukan sebagian besar informan utama juga terlihat tidak menarik,
karena tidak adanya variasi baik dari tampilan warna maupun jenis lauknya, selain
itu makanan hanya ditaruh dalam mangkuk dan sendok biasa, atau tidak
Sedangkan menurut pendapat Moehji (2008), bentuk potongan atau warna makanan
sering dapat membangkitkan sikap anak untuk menyenangi suatu makanan yang
207
sebelumnya tidak disenangi. Karena itu, tidak salah jika makanan anak diberi warna
atau bentuk khusus yang menarik perhatian anak sehingga anak mau memakannya.
meningkatkan selera makan balita. Selain itu keterbatasan bahan pangan dan
peralatan, juga dapat menjadi penghambat dalam usaha penyajian makanan yang
mengatakan sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya
tindakan perlu faktor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau sarana dan
prasarana.
Sedangkan dalam hal rasa makanan yang disajikan, sebagian besar informan
utama mengaku tidak membedakan rasa makanan balita dengan anggota keluarga
lain dan rasa yang dominan dalam makanan balita adalah asin, manis dan terkadang
gurih. Namun sebagian besar informan yang balitanya mengalami peningkatan status
gizi mengaku memberikan makanan balita dengan rasa yang berbeda dari yang
diberikan kepada anggota keluarga lain, seperti tidak terlalu asin jika dibandingkan
dengan makanan keluarga. Sedangkan menurut pendapat Febry dan Marendra (2008)
dalam Kodariah (2010:53), penyajian makanan pada anak harus diperhatikan, karena
dapat mempengaruhi selera makan anak, baik penampilan, tekstur, warna, aroma,
Selain itu menu yang disajikan terlihat kurang variatif dan selalu hampir
sama setiap harinya. Karena sebagian besar informan utama hanya menghidangkan
makanan utama berupa nasi, bubur ataupun nasi tim dengan kecap, garam, ataupun
kuah sayur. Padahal menurut Febry dan Marendra (2008) dalam Kodariyah
gizi, juga harus memperhatikan variasi menu makanan agar anak tidak bosan, dan
bervariasi dapat pula menyebabkan anak sulit menyesuaikan diri dengan makanan
baru. Hal ini terbukti dari pernyataan informan yang mengatakan anaknya kurang
nafsu makan jika menu makanannya diganti, seperti mengganti bubur dengan nasi
ataupun nasi tim, meskipun dalam kenyataannya informan tersebut memiliki balita
Selain komposisi dan porsi makanan yang kurang mencukupi dan penyajian
makanan yang kurang menarik, frekuensi pemberian makan yang dilakukan sebagian
besar informan utama juga termasuk masih kurang, karena sebagian besar informan
hanya memberikan makanan utama paling sering dua kali dalam sehari atau bahkan
satu kali jika sedang bepergian, serta jarang memberikan makanan tambahan, yang
ternyata hal tersebut dilakukan oleh informan yang balitanya tidak mengalami
peningkatan status gizi. Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya kesadaran
informan utama untuk mematuhi arahan dari petugas kesehatan tentang frekuensi
pemberian makan kepada balita, serta faktor kesulitan makan dan kesibukan
balitanya, meskipun sebagian besar informan memiliki pengetahuan dan sikap yang
Sedangkan jika dilihat dari usia sebagian besar balita yang hendak menginjak
usia dua tahun, yang sudah mempunyai gigi dan mulai pandai mengunyah
usia sembilan bulan bayi telah mempunyai gigi dan mulai pandai mengunyah
kepingan makanan orang dewasa. Pada saat itu ia makan (mungkin) empat sampai
informan utama yang balitanya mengalami peningkatan status gizi ternyata cukup
baik, karena mereka selalu memberikan makanan utama minimal tiga kali dalam
sehari dan memberikan makanan tambahan secara rutin minimal satu kali dalam
sehari, dan bahkan terdapat satu informan diantaranya, yang selalu memberikan
makan utama untuk balitanya sampai lima kali dalam sehari ketika balita mengalami
gizi buruk. Hal ini sesuai dengan pendapat Suhardjo (1990) dalam Yuniarti
(2010:43), yang mengatakan bahwa frekuensi makan dikatakan baik bila frekuensi
makan setiap harinya tiga kali makanan utama atau dua kali makanan utama dengan
satu kali makanan selingan, dan dinilai kurang bila frekuensi makan setiap harinya
Hal tersebut ditegaskan pula oleh Latief dkk (2002), yang mengatakan bahwa
jadwal makan anak adalah tiga kali makan dan diantaranya dapat diberikan makanan
buah, dan tambahan susu dua kali sehari, yaitu 250 ml setiap kali minum. Waktu
makan yaitu pada pagi, siang, dan malam. Sedangkan waktu makan untuk makanan
mencukupi dan penyajian makanan yang kurang menarik, sebagian besar informan
utama juga memiliki praktik yang secara umum masih buruk dalam hal waktu
dimulainya pemberian MP-ASI. Hal tersebut bisa dilihat dari kebiasaan sebagian
besar informan utama yang telah memberikan MP-ASI berupa bubur bayi instan,
pisang ataupun susu formula sebelum balita berusia empat bulan, bahkan beberapa
diantaranya sudah memberikan MP-ASI sejak balita dilahirkan atau sejak balita
sebaiknya pada usia enam bulan, karena pencernaan bayi sebelum usia enam bulan
belum sempurna. Bila dipaksa bisa menyebabkan pencernaan sakit karena pemberian
terlalu cepat, lagi pula kekebalan terhadap bakteri masih kecil dan bisa tercemar
Hal senada juga disampaikan oleh Pudjiadi (2005), yang mengatakan jika
produksi ASI cukup, maka pertumbuhan bayi untuk 4-5 bulan pertama akan
memuaskan, pada umur 5-6 bulan berat badan bayi akan menjadi dua kali lipat
daripada berat badan lahir. Maka sampai umur 4-5 bulan tidak perlu memberi
makanan tambahan pada bayi tersebut, terkecuali sedikit jus buah seperti tomat,
jeruk, pisang dan sebagainya. Setelah berumur empat atau lima bulan bayi harus
dapat makanan tambahan berupa makanan padat berupa bubur susu atau nasi tim.
Pada bayi yang bertumbuh terlalu cepat, maka dimulainya makanan padat dapat
211
diundurkan sampai umur enam sampai tujuh bulan untuk mencegah bayi menjadi
terlalu gemuk.
yang balitanya mengalami peningkatan status gizi ternyata lebih baik dibandingkan
dengan informan utama yang balitanya tidak mengalami peningkatan status gizi.
memberikan MP-ASI dengan porsi yang lebih besar dan lebih teratur jika
gizi. Hal ini terjadi dimungkinkan karena informan utama yang balitanya mengalami
peningkatan status gizi, selalu mengikuti petunjuk yang diberikan petugas kesehatan,
yang terbukti dari pengakuan salah satu informan utama yang mengatakan selalu
memberikan bubur bayi “X” tiga sendok makan dalam sekali makan, karena
pemberian ASI kepada balita hendaknya dilakukan secara kontinyu dalam jangka
waktu berkisar 24 bulan, namun seiring dengan pertumbuhan bayi yang demikian
pesat disatu sisi dan kualitas ASI yang tidak lagi dapat mencukupi disisi lain, maka
Pemberian MP-ASI ini hendaknya diberikan secara bertahap, namun yang perlu
mendapatkan perhatian adalah bahwa ASI merupakan makanan utama bagi balita
telah diberikan MP-ASI, pemberian ASI harus terus diberikan sampai batas waktu
pemberiannya.
212
mencukupi dan penyajian makanan yang kurang menarik, sebagian besar informan
utama juga memberikan makanan tambahan dengan porsi yang kurang, yang
ternyata dilakukan oleh informan yang balitanya tidak mengalami peningkatan status
gizi. Mereka hanya memberikan makanan tambahan satu sampai tiga keping biskuit
dalam sehari atau sekitar 10 sampai 30 gram. Meskipun demikian, terkadang mereka
memberikan kue tradisional, namun dalam jumlah sedikit. Selain itu PMT yang
diberikan dari puskesmas baik susu maupun biskuit lebih banyak dikonsumsi oleh
anggota keluarga lain dibandingkan oleh balita itu sendiri. Hal ini terjadi mungkin
peningkatan status gizi selalu memberikan makanan tambahan secara teratur, dan
dengan porsi yang cukup setiap harinya yaitu minimal 10 keping atau 100 gram
bahwa langkah yang dapat ditempuh untuk menaikkan masukan kalori pada anak-
anak usia balita adalah menambah frekuensi makan dari dua kali menjadi tiga kali
atau memberikan makanan selingan yang cukup antara dua waktu makan. Praktik
informan yang baik tersebut, mungkin dipengaruhi oleh sikap positif informan yang
yang tinggi untuk memberikan makanan tambahan secara teratur dan dengan porsi
yang cukup.
213
Selain itu sikap yang buruk terhadap kesukaan jajan balita, ternyata
sebagian besar balita terbiasa jajan dua sampai empat kali dalam sehari. Dan
sebagian besar informan utama selalu memberikan jajanan yang mengandung zat
gizi rendah dan mengandung bahan tambahan makanan yang tidak baik, seperti ciki,
astor, kerupuk, permen, coklat, makaroni, minuman dingin, dan snack-snack ringan
lainnya. Namun meskipun demikian terdapat dua informan utama yang tidak
status gizi.
Kebiasaan jajan balita mungkin juga dipengaruhi oleh kebiasaan jajan yang
dilakukan oleh saudara atau teman mereka, serta lokasi rumah balita yang
jajan makanan cenderung menjadi bagian budaya keluarga. Makanan jajanan yang
kurang memenuhi syarat kesehatan dan gizi akan mengancam kesehatan anak. Nafsu
makan anak berkurang dan jika berlangsung lama akan berpengaruh pada status gizi.
kelemahan, antara lain jajanan biasanya banyak mengandung hidrat arang dan
walaupun ada zat-zat makanan lain, tapi jumlahnya sedikit. Kemudian jika terlalu
sering jajan maka anak akan kenyang, sehingga anak tidak mau makan nasi, atau jika
mau, jumlah yang dihabiskan hanya sedikit sekali. Selain itu kebersihan dari jajanan
itu sangat diragukan. Dan jika keinginan anak untuk jajan tidak dipenuhi, maka
sering kali anak akan menangis dan menolak untuk makan. Sedangkan dari segi
214
pendidikan, kebiasaan jajan ini tidak dapat dianggap baik, lebih-lebih jika anak
dalam hal komposisi dan porsi makanan, penyajian makanan, frekuensi pemberian
informan utama memiliki praktik yang baik dalam hal pengolahan dan penyimpanan
Praktik informan yang baik dalam hal pengolahan makanan, bisa dilihat dari
praktik mereka yang selalu mengolah makanan balitanya dengan cara pemanasan,
cerna atau digestibilitas makanan terutama bahan makanan nabati, melemahkan dan
dapat menyebabkan banyaknya zat gizi dalam bahan makanan terbuang percuma.
Contohnya dalam proses memasak bahan makanan pokok seperti beras, yang
dimulai dengan mencuci, kemudian merebus, disiram air panas dan dikukus kembali,
yang memungkinkan zat gizi terbuang dalam proses pencucian maupun perebusan.
sebagian besar dari zat-zat gizi, terutama vitamin-vitamin. Beberapa jenis vitamin
215
mudah larut didalam air pencuci, sehingga hilang terbuang dan beberapa lagi dapat
rusak oleh pemanasan dan penyinaran matahari. Cara penanganan bahan makanan
yang tidak betul, akan lebih banyak menyebabkan zat-zat makanan terbuang
percuma. Selain itu menurut Santoso (1999:14), jika pengolahan makanan dilakukan
dengan cara pemanasan yang terlalu tinggi dapat berpengaruh negatif yaitu dapat
merusak sifat bahan makanan sehingga menjadi sukar atau tidak dapat dicerna oleh
Selain itu jika dilihat dari praktik sebagian besar informan utama yang selalu
menyimpan makanan balita ditempat tertutup dan bersih, serta selalu menggunakan
peralatan yang dicuci bersih sebelum digunakan, maka dapat diasumsikan proses
perhatian khusus. Makanan yang kurang bersih dan sudah tercemar dapat
menyebabkan diare atau cacingan pada anak. Begitu juga dengan si pembuat
makanan dan peralatan yang dipakai seperti sendok, mangkok, gelas, piring dan
Husin 2008).
Selain praktik pengolahan dan penyimpanan yang baik, informan utama juga
memiliki praktik pemberian ASI yang secara umum termasuk baik. Hal tersebut
dapat dilihat dari kebiasaan sebagian besar informan utama yang selalu memulai
pemberian ASI sejak balitanya dilahirkan, dan memberikan ASI sampai balita
berusia dua tahun. Namun meskipun demikian, terdapat satu informan utama yang
216
menghentikan pemberian ASI saat balita berusia tiga bulan karena balita tidak mau
menurut Pudjiadi (2005:14), ASI merupakan makanan yang ideal untuk bayi
terutama pada bulan-bulan pertama. ASI mengandung semua zat gizi untuk
membangun dan penyediaan energi dalam susunan yang belum berfungsi baik pada
bayi yang baru lahir, serta menghasilkan pertumbuhan fisik yang optimum. Lagipula
ASI memiliki berbagai zat anti infeksi, mengurangi kejadian eksim atopic2, dan
Selain itu terdapat salah satu informan utama yang memiliki kesadaran tinggi
untuk tetap memberikan ASI sejak awal kelahiran, meskipun ASI yang dihasilkan
masih berwarna kuning (kolostrum), yang ternyata dilakukan oleh informan yang
Pudjiadi (2005:18), yang mengatakan bahwa ASI pada lima hari pertama warnanya
lebih kuning dan lebih kental, dan dinamakan kolostrum. Walaupun kolostrum
berwarna lain daripada ASI yang dikeluarkan kemudian, jangan sekali-kali dianggap
produk basi, melainkan susu yang bernilai gizi baik sekali. Disamping mengandung
kadar protein tinggi, kolostrum mengandung banyak zat anti infeksi, hingga baik
2
Eksim atopic adalah adalah penyakit radang kulit umum yang sering telah mulai diderita sejak masa
kanak-kanak
3
Lactational infertility adalah keadaan di mana seseorang tidak dapat hamil karena menyusui.
217
memberikan atau berencana memberikan ASI sampai balita berusia dua tahun.
Meskipun demikian, terdapat satu informan utama yang terlihat masih memberikan
ASI walaupun balitanya sudah menginjak usia dua tahun, yang ternyata mengalami
penurunan status gizi. Hal tersebut bisa dijelaskan dengan pendapat Jahari (1988)
dalam Zulkarnaen (2008:21), yang mengatakan bahwa usia penyapihan yang terlalu
dini pada bayi merupakan salah satu penyebab terjadinya gizi kurang pada bayi.
Begitu pula sebaliknya, usia penyapihan yang terlalu lama tanpa diimbangi
pemberian makanan yang tepat, jenis, bentuk dan waktunya dapat mengakibatkan
timbulnya masalah gizi pada anak balita yang dapat berlanjut menjadi lebih berat.
kebutuhan energi pada usia penyapihan. Keadaan gizi buruk pada balita akan
Selain itu frekuensi pemberian ASI yang dilakukan informan utama kepada
balitanya secara umum juga termasuk baik, hal ini bisa dilihat dari kebiasaan
sebagian besar informan utama yang selalu memberikan ASI lebih dari enam kali
dalam sehari, dan selalu diberikan saat balita menangis, minta menyusu atau pada
jam biasa diberikan ASI. Frekuensi pemberian ASI yang dilakukan informan
tersebut, sesuai dengan frekuensi pemberian ASI yang ideal menurut Depkes RI
(2006) dalam Husin (2008:13), yaitu minimal enam kali sehari untuk balita
Selain praktik pengolahan dan pemberian ASI yang baik, sebagian besar
informan utama juga memberikan makan pada waktu yang tepat, yaitu saat balita
meminta makan dan pada waktu biasanya balita diberi makanan. Sebagaimana
waktu pemberian makan yang tidak tepat seperti pada saat anak sedang mengantuk,
atau belum merasa lapar akan membuat anak tidak menikmati makanannya. Oleh
karena itu penerapan jadwal makan disertai dengan kondisi anak pada saat makan
Selain itu, sebagian besar informan utama juga tidak memberikan pantangan
makanan yang dapat menurunkan asupan zat gizi untuk balita, yang bisa dilihat dari
pantangan makanan yang bisa menyebabkan balita sakit seperti minuman dingin,
dengan makanan, responden yakin sekali pada kepercayaan dan pantangan yang
berlaku pada bayi, anak, perempuan, wanita hamil dan menyusui. Dengan adanya
walaupun tidak berakibat fatal tetapi hanya bersifat merugikan saja. Makanan yang
dilarang itu, jika dilihat dari konteks gizi terkadang merupakan bahan makanan yang
besar informan utama mengenai pemberian makan secara umum termasuk buruk,
terutama dalam hal komposisi dan porsi makanan yang diberikan, penyajian
tambahan. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh pengetahuan dan sikap sebagian
besar informan utama yang termasuk buruk dalam hal pemberian makan. Namun
meskipun demikian, sebagian besar informan utama memiliki praktik yang baik
Selain itu terdapat beberapa informan utama yang memiliki praktik yang baik
dalam hal porsi makanan, frekuensi pemberian makan dan pemberian makanan
tambahan, yang ternyata balitanya mengalami peningkatan status gizi. Namun hal
tersebut dikhawatirkan tidak dapat berlangsung langgeng (long lasting), jika tidak
didasari oleh pengetahuan dan sikap yang baik serta kesadaran yang tinggi.
mengatakan bahwa apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui
proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka
perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku
itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran yang tinggi maka tidak akan
berlangsung lama.
220
pemberian makan sehari-hari terhadap balita yang berusia diatas enam bulan yang
meliputi kebiasaan baik yang berhubungan dengan makan, makanan tambahan ASI,
pemberian makan secara aktif dan selama sakit, frekuensi makan dan komposisi
makanan. Sedangkan perilaku pemberian makan yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah perilaku informan utama yang terdiri atas pengetahuan, sikap dan praktik
informan dalam pemberian makan, yang meliputi komposisi dan porsi makanan, cara
utama dalam hal pemberian makan secara umum termasuk buruk, karena sebagian
besar informan utama memiliki pengetahuan, sikap dan praktik pemberian makan
sebagian besar informan utama tidak memiliki pengetahuan yang baik mengenai
status gizi balita. Namun meskipun demikian, sebagian besar informan utama
memiliki pengetahuan yang secara umum baik mengenai penyiapan atau pengolahan
yang buruk terhadap pemberian MP-ASI dan kebiasaan jajan balita atau pemberian
makanan tambahan, dimana hal tersebut ternyata berdampak buruk pada praktik
terhadap penurunan berat badan balita. Namun meskipun demikian, sebagian besar
informan utama memiliki sikap yang baik terhadap komposisi dan porsi makanan,
ASI.
Selain pengetahuan dan sikap yang secara umum termasuk buruk, praktik
dikategorikan buruk, terutama dalam hal komposisi dan porsi makanan yang
badan atau bahkan mengalami penurunan berat badan meskipun sudah diberikan
memperparah KEP yang dialami balita dan menjadikan program PMT-P yang
memiliki pengetahuan, sikap dan praktik pemberian makan yang lebih baik dari yang
lain, yang ternyata balitanya mengalami peningkatan status gizi. Informan utama
tersebut memiliki pengetahuan yang baik mengenai porsi dan penyajian makanan,
222
sikap yang baik terhadap kebiasaan jajan balita, dan praktik yang baik dalam hal
Namun praktik informan utama yang baik tersebut dikhawatirkan tidak dapat
berlangsung langgeng (long lasting), jika tidak didasari oleh pengetahuan dan sikap
yang baik serta kesadaran yang tinggi dalam usaha memberikan makanan kepada
yang mengatakan bahwa apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku
melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif,
maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila
perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan
berlangsung lama.
dan sikap yang baik dalam hal pemberian makan tidak dapat menjamin terjadinya
praktik pemberian makan yang baik. Hal ini dibuktikan oleh hasil penelitian yang
pengetahuan dan sikap yang baik dalam hal penyajian makanan dan frekuensi
pemberian makan, ternyata tidak memiliki praktik yang baik mengenai hal tersebut,
terutama praktik yang dilakukan oleh informan utama yang balitanya tidak
mengalami peningkatan status gizi. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya
serta kurangnnya fasilitas sarana dan prasarana yang dapat menunjang praktik
memiliki pengetahuan dan sikap yang baik, serta kesadaran tinggi, yang terbukti
memiliki praktik pemberian makan yang baik, khususnya dalam hal komposisi dan
porsi makanan, dan praktik pemberian ASI, yang ternyata dilakukan oleh informan
dapat diketahui bahwa sebagian besar informan utama baik yang balitanya
status gizi, memiliki pengetahuan yang sama di semua aspek perilaku pemeliharaan
kesehatan balita.
sebagian besar informan tidak mengetahui jenis penyakit infeksi seperti diare, DBD,
TBC, campak dan lain-lain. Selain itu mayoritas informan utama juga lebih
mengenal penyakit menular daripada penyakit infeksi, dan hanya mengenal penyakit
infeksi sebagai penyakit akibat tertusuk paku atau benda tajam. Dan kurang
infeksi diare dan TBC4. Namun meskipun demikian, sebagian besar informan
4
TBC atau Tuberkolosis adalah penyakit infeksi karena bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat
merusak paru-paru sistem saraf sentral, tulang dan sendi.
224
ternyata memiliki pengetahuan yang cukup mengenai jenis, cara penularan, akibat,
kemudian dibakar. Sedangkan untuk limbah, sebaiknnya dibuang disaluran air yang
mengalir ke empang atau sungai. Seperti diketahui bahwa cara pembuangan sampah
dan limbah dilokasi terbuka seperti yang dikemukakan informan tersebut, dapat
menjadi tempat yang baik bagi vektor penyakit menular untuk berkembang biak,
selain itu polusi yang dihasilkan dari pembakaran sampah dapat menimbulkan
beberapa gangguan kesehatan terutama untuk balita, seperti penyakit infeksi saluran
pernafasan atau ISPA. Selain tidak mengetahui cara pembuangan sampah dan
limbah yang baik, sebagian besar informan utama juga tidak mengetahui apa yang
mengenai penyakit infeksi, kebersihan lingkungan dan perilaku hidup sehat dan
bersih, sebagian besar informan utama memiliki pengetahuan yang baik mengenai
cara pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi dan cara pemeliharaan kesehatan
balita secara umum. Hal ini mungkin disebabkan karena sebagian besar informan
utama sering mendapatkan konseling atau penyuluhan dari petugas kesehatan, atau
mendapat pengetahuan dari pengalaman tetangga dan kerabat mereka yang pernah
Selain itu sebagian besar informan utama juga memiliki pengetahuan yang
baik mengenai cara meningkatkan dan memantau status gizi balita, dan manfaat
imunisasi, yang dapat dilihat dari jawaban mereka yang menjawab cara
meningkatkan dan memantau status gizi balita adalah dengan diberi makan yang
banyak dan teratur, diberi vitamin, dan selalu menimbang anak di puskesmas atau
posyandu. Selain itu mereka juga mengetahui dampak KEP pada balita, yang
menurut mereka dapat menyebabkan mata balita terlihat layu, perutnya membuncit,
tidak mau makan, berat badan balita menjadi menurun atau kurus, mengurangi
balita. Sedangkan menurut Suhardjo (2003:8), kekurangan gizi pada semua umur
dapat menyebabkan mudahnya terkena serangan infeksi dan penyakit lainnya serta
lambatnya proses regenerasi sel tubuh. Selain itu sebagian besar informan
tubuh, mencegah kelumpuhan, dan menyebabkan balita mereka sehat dan kuat.
buruk, terutama dalam hal penyakit infeksi dan kebersihan lingkungan yang
secara umum baik mengenai pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi dan cara
baik yang balitanya mengalami peningkatan status gizi maupun yang balitanya tidak
mengalami peningkatan status gizi, menunjukkan sikap positif terhadap semua aspek
peningkatan status gizi dan imunisasi pada balita, yang bisa dilihat dari pernyataan
mereka yang menganggap penting usaha peningkatan status gizi, dan menganggap
berbahaya jika balita mengalami penurunan status gizi, yang ternyata juga
diutarakan oleh informan utama yang balitanya mengalami penurunan status gizi.
karena menurut mereka dengan melakukan hal tersebut, mereka dapat mengetahui
perkembangan berat badan, status gizi dan siklus perkembangan balita. Dan seluruh
Selain itu seluruh informan utama juga menunjukkan sikap yang baik
terhadap pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi pada balita. Hal tersebut bisa
penyakit infeksi, kebersihan lingkungan dan perilaku hidup sehat dan bersih, seluruh
Hal ini bisa dilihat dari pernyataan mereka yang menganggap bahwa
penyakit infeksi merupakan penyakit yang berbahaya bagi kesehatan balita. Selain
itu seluruh informan utama juga menganggap bahwa pembuangan sampah dan
rumah, dan usaha membuat pertukaran udara dan pencahayaan rumah menjadi baik,
merupakan hal yang penting dalam usaha menciptakan lingkungan yang sehat bagi
balita. Dan seluruh informan utama juga menganggap penting perilaku hidup bersih
utama terhadap pemeliharaan kesehatan balita secara umum termasuk baik. Karena
sebagian besar informan utama menunjukkan sikap yang baik terhadap semua aspek
dalam pemeliharaan kesehatan balita. Namun meskipun demikian, sikap baik yang
ditunjukan informan tersebut masih terbatas pada kepercayaan atau keyakinan dan
utama memiliki praktik yang buruk di hampir semua aspek pemeliharaan kesehatan
balita, seperti pencegahan penyakit infeksi, cara pemeliharaan kesehatan balita dan
kebersihan lingkungan.
sanitasi dan bersih, dan juga karena pelayanan kesehatan dasar dan pola asuh yang
dasar terutama imunisasi, penanganan diare, tindakan cepat pada balita yang tidak
naik berat badan, pendidikan, penyuluhan kesehatan dan gizi, dukungan pelayanan
Praktik yang buruk dalam hal pencegahan penyakit infeksi, bisa dilihat dari
banyaknya balita yang bermain ditempat kotor atau bermain dengan temannya yang
sedang sakit, serta kebiasaan informan maupun balitanya yang tidak mencuci tangan
sebelum makan, yang bisa meningkatkan resiko balita untuk tertular penyakit.
penyebab balita mudah terserang penyakit. Hal ini dapat dilihat dari seringnya balita
penerima PMT-P yang menderita penyakit infeksi seperti demam, batuk, dan pilek,
dan beberapa balita sering mengalami gatal-gatal, bisul dan mencret atau diare.
Selain itu terdapat balita yang sering muntah beberapa malam terakhir, yang ternyata
tidak mengalami peningkatan status gizi. Dan juga terdapat balita yang hampir selalu
229
demam setiap minggu dan batuk sebulan sekali, yang ternyata mengalami penurunan
status gizi.
Hal tersebut diatas dapat dijelaskan dengan pendapat Soekirman (2000), yang
mengatakan bahwa timbulnya gizi kurang bukan saja karena makanan yang kurang
tetapi juga karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang cukup baik tetapi
sering diserang diare atau demam, akhirnya dapat menderita gizi kurang. Sebaliknya
anak yang makan tidak cukup baik maka daya tahan tubuhnya (imunitas) dapat
melemah, sehingga mudah diserang penyakit infeksi, kurang nafsu makan dan
akhirnya mudah terkena gizi kurang. Sehingga disini terlihat interaksi antara
konsumsi makanan yang kurang dan infeksi merupakan dua hal yang saling
mempengaruhi.
terlihat jarang memberikan makan dan jarang memberikan suplemen vitamin kepada
balitanya, yang ternyata balitanya tidak mengalami peningkatan status gizi. Hal
karena beberapa informan utama yang balitanya tidak mengalami kesulitan makan,
terlihat selalu memberikan suplemen vitamin yang didapat dari puskesmas sampai
habis, yang ternyata juga mengalami peningkatan status gizi. Selain itu menurut
Selain itu sebagian besar informan utama juga mengaku tidak pernah
melakukan imunisasi kepada balitanya, karena balita sedang sakit ketika ada
Notoatmodjo (2003a), imunisasi pada anak membantu kekebalan tubuh anak dalam
Sebagian besar informan utama juga melakukan praktik yang buruk dalam
memberikan makan pada balitanya, dan terlihat tidak membasuh atau membersihkan
balita setelah buang air kecil. Selain itu berdasarkan hasil wawancara mendalam,
terdapat beberapa informan utama yang selalu membiarkan balitanya buang air besar
Kebiasaan tersebut selain dapat menyebabkan lingkungan menjadi kotor, juga dapat
demikian, seluruh informan mengatakan selalu memandikan balita minimal dua kali
lingkungan yang sehat perlu diupayakan dan dibiasakan, tetapi tidak dilakukan
sekaligus, harus perlahan-lahan dan terus menerus. Lingkungan yang sehat terkait
dengan keadaan yang bersih, rapih dan teratur. Oleh karena itu anak perlu dilatih
untuk mengembangkan sifat-sifat sehat sebagai berikut: (a) mandi dua kali sehari,
(b) cuci tangan sebelum dan sesudah makan, (c) menyikat gigi sebelum tidur, (d)
membuang sampah pada tempatnya, (e) buang air kecil dan besar pada tempatnya.
231
sebagian besar informan utama juga memiliki praktik kebersihan lingkungan yang
secara umum termasuk buruk. Hal ini bisa dilihat dari tempat atau ruang bermain
balita yang terlihat tidak baik, karena sebagian besar balita terbiasa bermain didalam
atau dihalaman rumah yang terlihat kurang bersih, ataupun bermain dekat dengan
lokasi pembuangan sampah atau lapangan yang terlihat kotor. Selain itu informan
utama juga selalu membiarkan balitanya bermain dengan temannya, meskipun salah
satu dari teman bermainnya sedang menderita penyakit infeksi. Hal ini terjadi
mungkin dikarenakan sebagian besar teman main balita adalah kakaknya yang
saluran pencernaan, serta penyakit akibat nyamuk. Oleh karena itu penting membuat
lingkungan layak untuk tumbuh kembang anak, sehingga meningkatkan rasa aman
sumber infeksi amat banyak di sekeliling balita. Oleh karena itu untuk menghindari
segala kemungkinan infeksi dan penyakit, maka rumah dan anak-anak harus
dikumpulkan dilokasi yang terbuka dan kemudian dibakar, dan sebagian besar
informan juga memiliki saluran pembuangan limbah rumah tangga yang mengalir
kedalam saluran air yang terbuka atau berbentuk empang. Kebiasaan tersebut
meningkatkan pertumbuhan vektor penyebab penyakit seperti nyamuk dan lalat yang
resiko terserang penyakit dimulai dengan menerapkan standar kebersihan yang lebih
terjamin bagi kesehatan balita, yaitu dengan menanamkan pengetahuan pada anak
balita tentang kebersihan dapur dan rumah yang bersih, sehingga dirinya terbebas
Adapun sumber air bersih yang dimiliki seluruh informan utama juga dapat
dikategorikan buruk, karena air bersih yang digunakan berasal dari sumur yang
jaraknya cukup dekat dengan tempat pembuangan limbah atau kurang dari 10 meter
dari lokasi pembuangan limbah. Selain itu sebagian besar informan utama tidak
memiliki WC didalam rumah mereka dan terbiasa buang air besar di jamban yang
Selain itu sebagian besar rumah informan utama juga memiliki sistem
pencahayaan dan pergantian udara yang tidak baik di beberapa ruangan didalam
rumah, seperti di ruang tengah, kamar tidur dan dapur, sedangkan jendela hanya
terletak didepan rumah dan di beberapa kamar tidur, yang menyebabkan udara terasa
penyebab penyakit infeksi. Dan sebagian besar informan utama juga memasak
menggunakan kayu bakar yang bisa menimbulkan polusi udara didalam rumah yang
membuka gorden dan jendela rumah setiap pagi, sehingga udara segar dan cahaya
penting dalam tumbuh kembang anak, dimana sanitasi yang kurang baik akan
infeksi yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak yang akan
penyakit infeksi, cara pemeliharaan kesehatan balita dan kebersihan lingkungan yang
dikategorikan baik. Hal ini bisa dilihat dari upaya informan utama yang selalu
balita mereka sakit, dan selalu memberikan obat sesuai dengan anjuran petugas
kesehatan.
234
menggunakan cara tradisional dengan cara membuat campuran minyak sayur, buah
asam, dan bawang merah yang dioleskan ke kepala balita yang berguna untuk
meminta air putih yang telah didoakan ke orang pintar dekat rumah jika penyakit
anak belum sembuh, hal tersebut ternyata dilakukan oleh sebagian besar informan
utama yang balitanya tidak mengalami peningkatan status gizi. Selain itu terdapat
satu informan yang jarang memberikan obat ketika balita sakit, karena balita tidak
menyukai obat dalam bentuk puyer, yang ternyata balitanya mengalami penurunan
status gizi.
Selain praktik pengobatan yang baik, sebagian besar informan utama juga
memiliki usaha pemantauan status gizi yang baik. Hal tersebut bisa dilihat dari
termasuk buruk, baik dalam hal pencegahan penyakit infeksi, cara pemeliharaan
oleh pengetahuan sebagian besar informan yang secara umum termasuk buruk dalam
praktik yang baik dalam hal pengobatan dan pemantauan status gizi balita. Hal ini
selalu pergi berobat ke puskesmas dan melakukan penimbangan balita secara rutin.
Selain itu terdapat beberapa informan utama yang memiliki praktik yang baik dalam
hal pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi, yang ternyata balitanya mengalami
dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan atau sering disebut
perilaku pemeliharaan kesehatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku
informan utama yang terdiri atas pengetahuan, sikap dan praktik informan dalam hal
lingkungan.
termasuk buruk, karena sebagian besar informan utama memiliki pengetahuan dan
pengetahuan yang baik mengenai penyakit infeksi dan kebersihan lingkungan yang
pengetahuan yang baik mengenai pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi dan
dilakukan sebagian besar informan utama juga termasuk buruk, baik dalam hal
praktik yang baik dalam hal pengobatan dan pemantauan status gizi balita. Hal ini
selalu pergi berobat ke puskesmas dan melakukan penimbangan balita secara rutin.
Selain itu beberapa informan utama terlihat selalu memberikan suplemen vitamin
yang didapat dari puskesmas sampai habis, yang ternyata balitanya mengalami
dan praktik pemeliharaan kesehatan balita yang buruk, sikap informan utama
besar informan utama menunjukkan sikap yang baik terhadap semua aspek
237
ditunjukan informan tersebut masih terbatas pada kepercayaan atau keyakinan dan
atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa
mempraktikan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Namun dari hasil
pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa pengetahuan dan sikap yang
baik dalam hal pemeliharaan kesehatan tidak dapat menjamin terjadinya praktik
pemeliharaan kesehatan yang baik. Hal ini dibuktikan oleh hasil penelitian yang
pengetahuan dan sikap yang baik mengenai pencegahan penyakit infeksi dan cara
pemeliharaan kesehatan balita, ternyata tidak memiliki praktik yang baik dalam hal
tersebut. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya pemahaman dan kesadaran
informan utama untuk mematuhi arahan petugas kesehatan, serta kurangnya fasilitas
sarana dan prasarana yang dapat menunjang praktik pemeliharaan kesehatan yang
pengetahuan dan sikap yang baik, serta kesadaran tinggi, yang memiliki praktik yang
baik dalam pemeliharaan kesehatan balita, khususnya dalam hal upaya peningkatan
238
status gizi balita yang ternyata dilakukan oleh informan yang balitanya mengalami
Pola asuh gizi adalah praktik di rumah tangga yang diwujudkan dengan
kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan anak. Pola asuh gizi dapat
dilihat dari perilaku ibu dalam mengasuh anaknya terutama dalam hal pemberian
besar informan utama tidak menerapkan pola asuh gizi yang baik kepada balitanya,
karena sebagian besar informan utama memiliki perilaku pemberian makan dan
pemeliharaan kesehatan balita yang secara umum termasuk buruk. Hal tersebut
dan kesadaran informan utama untuk mematuhi aturan petugas kesehatan, yang
mungkin juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang rendah. Selain itu
kurangnya fasilitas sarana dan prasarana yang dapat menunjang praktik pemberian
makan dan pemeliharaan kesehatan balita, mungkin juga menjadi penghambat bagi
informan utama untuk menerapkan pola asuh gizi yang baik kepada balitanya,
mengingat sebagian besar informan utama memiliki tingkat ekonomi yang rendah.
239
Pola asuh gizi yang buruk mungkin menjadi penyebab balita mengalami KEP
dan tidak mengalami peningkatan status gizi meskipun telah mengikuti program
menunjukkan bahwa semakin kurang pola asuh anak semakin besar kemungkinan
memberikan dampak terjadi KEP pada anak batita sebesar 2,568 kali dibandingkan
pola asuh anak yang cukup. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Rosmana (2003)
yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara pola asuh gizi dengan
Selain itu menurut Satoto (1997), faktor yang cukup dominan yang
menyebabkan meluasnya keadaan gizi kurang ialah perilaku yang kurang benar di
perawatan anak (caring) yang benar mencapai status gizi yang baik melalui pola
asuh yang dilakukan ibu kepada anaknya akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Pola asuh anak yang tidak memadai merupakan faktor yang
mengalami peningkatan status gizi ternyata memiliki pola asuh gizi yang lebih baik
status gizi. Hal ini bisa dilihat dari perilaku pemberian makan dan pemeliharaan
kesehatan yang baik terutama dalam hal porsi makanan utama, makanan tambahan,
dan MP-ASI, serta frekuensi pemberian makanan utama dan makanan tambahan,
kebiasaan jajan balita, pengobatan balita, dan cara menaikkan status gizi balita.
240
Selain itu, mereka juga memiliki pengetahuan yang baik mengenai porsi dan
penyajian makanan, sikap yang baik terhadap kebiasaan jajan balita, dan praktik
yang baik dalam hal porsi makanan, frekuensi pemberian makan, pemberian
makanan tambahan dan upaya pengobatan penyakit infeksi yang diderita balita.
informan utama yang balitanya mengalami peningkatan status gizi maupun yang
tidak mengalami peningkatan status gizi umumnya memiliki pengetahuan dan sikap
yang sama, yaitu sebagian besar informan utama memiliki pengetahuan yang baik
ASI, dan cara pemeliharaan kesehatan balita, dan memiliki pengetahuan yang buruk
Dan seluruh informan utama umumnya memunjukkan sikap yang baik dalam
informan utama umumnya secara umum menunjukkan sikap yang buruk terhadap
anak, terutama ditunjukkan oleh informan utama yang balitanya tidak mengalami
status gizi terlihat berbeda dan lebih baik dibandingkan dengan praktik informan
utama yang balitanya tidak mengalami peningkatan status gizi, terutama dalam hal
porsi makanan utama, makanan tambahan, dan MP-ASI, serta frekuensi pemberian
makanan utama dan makanan tambahan, kebiasaan jajan balita, pengobatan balita,
memberikan makanan utama maupun makanan tambahan dengan porsi dan frekuensi
yang lebih besar dibandingkan dengan informan utama yang balitanya tidak
peningkatan status gizi rata-rata memberikan makanan pokok berupa nasi, tim atau
bubur dengan porsi 50 - 100 gram nasi, yang sesuai dengan anjuran Widjaja (2007),
dan selalu memberikan makanan dengan frekuensi makan minimal tiga kali dalam
sehari untuk makanan utama dan dua sampai empat kali sehari untuk makanan
tambahan, yang sesuai dengan pendapat Suhardjo (1990) dalam Yuniarti (2010:43).
Selain itu kebisaaan informan yang selalu memberikan susu dengan porsi
yang cukup setiap harinya serta memberikan telur setiap minggu, dapat
meningkatkan asupan protein yang baik untuk pertumbuhan balita dan meningkatkan
daya tahan tubuh balita terhadap mikroba penyebab penyakit infeksi, sebagaimana
jaringan, menggantikan sel-sel yang mati dan aus terpakai sebagai protein struktural
dan badan-badan anti, dan berfungsi dalam mekanisme pertahanan tubuh melawan
242
berbagai mikroba dan zat toksik lain, yang datang dari luar dan masuk kedalam
Selain itu sebagian besar informan tidak membiarkan balitanya jajan dan
selalu memberikan PMT yang diberikan dari puskesmas baik susu maupun biskuit
dengan porsi yang banyak, dan selalu habis dimakan balita. Porsi dan frekuensi
makanan utama dan makanan tambahan yang cukup besar dan teratur menyebabkan
balita mendapatkan asupan zat gizi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
tubuhnya.
Selain itu komposisi makanan yang diberikan informan utama yang sebagian
besar terdiri dari makanan yang mengandung banyak kalori, seperti nasi, susu dan
biskuit, dapat menyebabkan penambahan berat badan balita, yang pada akhirnya
kelebihan atau kekurangan asupan energi sebesar 110 kilo kalori per hari akan
menyebabkan penambahan atau penurunan berat badan sebanyak 0,45 kilogram per
tahun. Sedangkan penambahan atau penurunan berat badan sebesar 5 kilogram per
tahun disebabkan karena kelebihan atau kekurangan energi sebesar 100 kilo kalori
sehari.
Selain praktik pemberian makan yang baik, informan utama yang balitanya
mengalami peningkatan status gizi juga memiliki kesadaran tinggi untuk mematuhi
arahan petugas kesehatan ketika balita mereka sakit. Hal tersebut bisa dilihat dari
utama untuk memberikan obat sesuai anjuran petugas kesehatan, serta kepatuhan
informan utama untuk memberikan suplemen vitamin secara teratur dan sampai
243
tersebut, dapat menyebabkan nafsu makan balita meningkat meskipun balita sering
peningkatan status gizi selalu memberikan makanan dengan porsi dan frekuensi yang
kurang mencukupi kebutuhan balita, yaitu rata-rata hanya sebanyak dua sendok
makan atau sekitar 10 gram nasi dengan frekuensi 1-2 kali dalam sehari. Selain itu
sebagian besar informan utama selalu membiarkan balitanya jajan makanan ringan
dan bergizi rendah, dengan frekuensi dua sampai empat kali dalam sehari. Serta
jarang memberikan PMT yang diberikan dari puskesmas baik susu maupun biskuit,
nutrisi yang memadai, sehingga lambat laun dapat mengakibatkan penurunan berat
badan yang berdampak pada penurunan status gizi, seperti yang terjadi pada salah
satu balita penerima PMT-P. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Soekirman (1994),
energi dan zat-zat gizi esensial untuk kesehatan dan pertumbuhan. Bila syarat
pemberian makanan tidak terpenuhi, baik kurang atau lebih dari yang dibutuhkan
sesuai dengan umur, jenis kelamin dan kondisi tertentu seperti banyaknya aktifitas,
Selain itu kebiasaan jajan makanan ringan yang sering dilakukan balita yang
tidak mengalami peningkatan status gizi, dapat menyebabkan balita tidak mau
balita dapat menyebabkan nafsu makan anak berkurang dan jika berlangsung lama
akan berpengaruh pada status gizi. Selain itu cara penyajian dan komposisi makanan
yang diberikan informan utama tersebut terlihat tidak menarik dan bervariasi
sehingga tidak merangsang balita untuk makan. Dan rasa makanan yang cenderung
hambar atau hanya asin karena komposisi makanan yang hanya terdiri dari nasi dan
kuah sayur ataupun garam, terlihat kurang dapat merangsang nafsu makan balita jika
dibandingkan dengan rasa jajanan balita yang cenderung gurih dan manis, yang pada
mengalami peningkatan status gizi, juga jarang memberikan suplemen vitamin yang
didapat dari puskesmas dan terdapat informan utama yang jarang memberikan obat
ketika balitanya sakit yang ternyata balitanya mengalami penurunan status gizi.
Kebiasaan informan utama tersebut menyebabkan balita sulit sembuh dari penyakit
1. Penentuan perkembangan status gizi balita didapat dari hasil penimbangan dan
diagnosa yang dilakukan oleh pihak puskesmas, sehingga peneliti tidak terlibat
2. Observasi praktik pemberian makan yang dilakukan peneliti hanya terbatas pada
dua waktu makan yang berbeda disiang hari, sehingga perilaku pemberian makan
balita dimalam hari tidak dapat di observasi, namun sebagian besar informan
balita dapat di observasi oleh peneliti, hal ini terjadi karena keterbatasan waktu
maupun karena usia balita yang bervariasi seperti praktik menyusui dimana
terdapat beberapa balita sudah tidak diberi ASI lagi oleh informan utama karena
sudah berusia diatas dua tahun, ataupun tindakan informan utama dalam
melakukan pengobatan balita karena tidak semua balita sedang menderita sakit
ketika observasi dilakukan dan sering kali informan utama terfokus pada peneliti
4. Sebagian besar praktik pengasuhan balita baik dalam hal pemberian makan
maupun pemeliharaan kesehatan dilakukan hanya oleh ibu balita atau informan
utama, dan informan keluarga atau informan pendukung terkadang kurang begitu
informan utama secara detil atau rinci. Selain itu wawancara mendalam yang
246
5. Dalam penelitian ini tidak menggunakan metode food recall 2 x 24 jam sehingga
tidak dapat mengetahui secara pasti asupan kalori dan zat gizi lain, namun hanya
dapat dilihat dari asumsi jenis dan porsi makanan yang dimakan balita.
247
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
1. Perilaku ibu balita KEP penerima PMT-P dalam hal pemberian makan secara
umum termasuk buruk, karena sebagian besar ibu balita KEP penerima PMT-P
a. Pengetahuan ibu balita KEP penerima PMT-P dalam aspek pemberian makan
secara umum termasuk buruk. Terutama dalam hal komposisi dan porsi
balita. Namun meskipun demikian, sebagian besar ibu balita KEP penerima
b. Sikap ibu balita KEP penerima PMT-P terhadap beberapa aspek pemberian
dan kebiasaan jajan balita atau pemberian makanan tambahan, yang ternyata
besar ibu balita KEP penerima PMT-P memiliki sikap yang baik terhadap
beberapa aspek pemberian makan yang lain, seperti komposisi dan porsi
248
c. Praktik ibu balita KEP penerima PMT-P dalam aspek pemberian makan
secara umum termasuk buruk. Terutama dalam hal komposisi dan porsi
demikian, sebagian besar ibu balita KEP penerima PMT-P memiliki praktik
2. Perilaku ibu balita KEP penerima PMT-P dalam hal pemeliharaan kesehatan
balita secara umum termasuk buruk, karena sebagian besar ibu balita KEP
kesehatan balita secara umum termasuk buruk, terutama dalam hal penyakit
ibu balita KEP penerima PMT-P memiliki pengetahuan yang baik mengenai
balita.
b. Sikap ibu balita KEP penerima PMT-P terhadap semua aspek dalam
demikian, sikap positif yang ditunjukan ibu balita tersebut masih terbatas pada
249
c. Praktik ibu balita KEP penerima PMT-P dalam aspek pemeliharaan kesehatan
balita secara umum termasuk buruk, baik dalam hal pencegahan penyakit
yang buruk. Namun meskipun demikian, terdapat ibu balita KEP penerima
PMT-P yang memiliki praktik yang baik dalam hal pengobatan dan
minggunya.
3. Sebagian besar ibu balita KEP penerima PMT-P tidak menerapkan pola asuh gizi
yang baik kepada balitanya, yang ditunjukkan dengan perilaku pemberian makan
dan pemeliharaan kesehatan balita yang secara umum termasuk buruk. Hal
tersebut mungkin disebabkan oleh kurangnya arahan dari petugas kesehatan atau
kesehatan, serta kurangnnya fasilitas sarana dan prasarana yang dapat menunjang
praktik pemberian makan dan pemeliharaan kesehatan yang baik bagi balita.
4. Sebagian besar ibu balita KEP penerima PMT-P yang balitanya mengalami
peningkatan status gizi ternyata memiliki pola asuh gizi yang lebih baik
dibandingkan dengan ibu balita KEP penerima PMT-P yang balitanya tidak
mengalami peningkatan status gizi. Ibu balita KEP penerima PMT-P tersebut
secara umum memiliki pengetahuan yang baik mengenai porsi dan penyajian
250
makanan, sikap yang baik terhadap kebiasaan jajan balita, dan praktik yang baik
makanan utama dan makanan tambahan dengan porsi dan frekuensi yang cukup,
serta mengandung kalori tinggi, tidak membiarkan balita jajan, dan selalu
memberikan obat sesuai anjuran petugas kesehatan ketika balita sakit dan
6. Pengetahuan dan sikap yang baik dalam hal pemberian makan dan pemeliharaan
kesehatan balita ternyata tidak dapat menjamin adanya praktik pemberian makan
dan pemeliharaan kesehatan yang baik, jika tidak didasari oleh kesadaran tinggi
dan tersedianya fasilitas sarana dan prasarana yang dapat menunjang praktik
7.2 Saran
dan lengkap dengan takaran atau porsi yang harus diberikan, serta frekuensi dan
cara yang tepat dalam menyajikan makanan untuk balita, yang mudah dimengerti
dini, akibat kebiasaan jajan terhadap asupan zat gizi balita, dan dampak dari jajan
agar lebih meningkatkan porsi dan frekuensi pemberian makan utama kepada
sehingga dapat dijadikan motivasi bagi ibu balita untuk memberikan makanan
kepada balitanya.
kader kesehatan atau bidan desa setempat agar hanya balita penerima PMT-P
sektoral agar program peningkatan status gizi tidak hanya dengan pemberian
PMT-P saja, misalnya dengan pemberian raskin, karena sebagian besar ibu balita
pemberian PMT dalam bentuk makanan yang langsung dimasak dan dimakan di
status gizi, bahaya penurunan status gizi terhadap kesehatan balita, pentingnya
imunisasi pada balita dan dilakukan sosialisasi mengenai perilaku hidup bersih
vitamin diberikan dalam bentuk sirup, karena sebagian besar balita tidak mau
peningkatan akses masyarakat terhadap air bersih, penyediaan jamban sehat, dan
9. Disarankan kepada ibu balita KEP khususnya bagi ibu yang balitanya tidak
komposisi yang beragam dan porsi yang lebih besar, serta menambah frekuensi
dengan makanan tambahan ataupun jajanan yang memiliki kandungan gizi tinggi
dan hiegienis, serta menyajikan makanan yang menarik dan bervariasi untuk
10. Disarankan kepada ibu balita KEP, sebaiknya dapat lebih menjaga kebersihan
balita, diri sendiri dan lingkungan sekitar balita, serta mematuhi arahan dan
11. Disarankan kepada keluarga ibu balita KEP, sebaiknya lebih memperhatikan dan
membantu ibu dalam mengasuh balita, terutama dalam hal pemberian makan dan
jajanan, serta dapat lebih menjaga kebersihan balita, diri sendiri dan lingkungan
sekitar balita.
metode kuantitatif dengan sampel yang besar tentang faktor-faktor penyebab KEP
MATRIKS HASIL WAWANCARA MENDALAM DENGAN INFORMAN UTAMA IBU BALITA PENERIMA PMT-P
DI PUSKESMAS PAGEDANGAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2010
Pemberian Penting, karena Penting, karena jika Penting, karena Penting, supaya Penting, supaya Penting, supaya Penting, karena
makan saat sudah rutin tidak sambil main pemberian makan anak mau makan. anak mau makan. anak mau makan. anak tidak boleh
waktu yang tepat sehingga takutnya anak tidak mau memang harus teratur. diberi makan saat
anak menjadi lapar. makan. mengangis.
Pemberian ASI Penting, supaya Penting, tidak tahu Penting, karena ASI Penting, supaya Penting, karena Penting, karena Penting, karena
tidak haus. alasannya. merupakan makanan anak sehat karena dapat menyebabkan jika selain ASI anak labih suka
lengkap untuk anak. jika selain ASI anak tahan lebih merepotkan ASI daripada
kurang bagus untuk terhadap penyakit. ibu. susu formula.
anak.
Pemberian ASI Tidak setuju, Tidak setuju, karena Setuju, supaya berat Setuju, karena Setuju, penting, Setuju, supaya Setuju, karena
eksklusif karena anak sudah anak sudah bisa badan anak naik terus. diberi MP ASI yang supaya anak kebal anak sehat. untuk
diberi MP-ASI diberi ASI sejak usia diberikan sebelum dari penyakit. menghindari
sejak usia 3 hari. 2 atau 3 bulan. usia anak 6 bulan penyakit mag.
cuma sedikit.
Pemberian Penting, supaya Bagus atau penting Penting, untuk Setuju, jika Penting, supaya Bagus, supaya Penting, karena
makanan anak tidak lapar. jika memang ada perkembangan dan makanannya bagus anak tidak jajan anak sehat. anak kecil juga
tambahan untuk makanannya. pertumbuhan bayi untuk anak. terus. membutuhkan
balita cemilan.
Pemberian PMT Setuju, supaya Sangat setuju, karena Setuju, karena dapat Setuju, karena anak Setuju, karena Setuju, karena Setuju, karena
dari Puskesmas anak jadi sehat anak menyukainya. meringankan dalam menyukainya. banyak anak yang anak anak
pemberian makan kurang gizi. menyukainya. menyukainya.
untuk anak.
Kesukaan anak Suka Suka. Suka. Suka. Namun tidak Suka, namun Suka. Suka.
terhadap PMT terlalu suka susu. jarang dimakan.
dari Puskesmas Namun tidak
terlalu suka susu.
Sikap Terhadap Pemberian Makan Balita
Domain Informan Utama
B E S SK N A SM
Kesukaan jajan Tidak pernah jajan, Sering jajan, jika anak Belum dikasi jajan. Suka Suka, karena ibu Suka, jika ada Suka, karena
anak tidak ada uang dan mau jajan selalu mempunyai warung duitnya. ayahnya suka
tidak dibiasakan diberi oleh ibu karena yang menjual menuruti kemauan
jajan anak menangis jika jajanan anak. jajan anak.
tidak dituruti
kemauannya.
Jajan Setuju, karena Tidak setuju, karena Setuju, karena jajan Tidak setuju, Setuju, tapi tidak Tidak setuju, Setuju, karena
sembarangan takut mengandung anak harus sehat. sembarangan dapat jangan sampai jangan sampai sakit. jangan sampai mungkin
dapat penyakit dan menimbulkan sakit. sakit. mengandung
menyebabkan membuat anak penyakit. pengawet,
anak sakit keracunan pewarna, dan
pemanis.
Pantangan Tidak percaya, Tidak percaya, karena Tidak percaya Tidak percaya, Jika untuk anak Percaya pada Tidak percaya
makanan dari karena itu cuma hanya percaya pantangan makanan karena tergantung tidak percaya pantangan pantangan, anak
kepercayaan dan kepercayaan orang perkataan bidan. dari orang zaman kemauan atau adanya pantangan makanan yang diberikan makan
penyakit zaman dahulu dan duhulu. kesukaan anak makanan, tapi dianjurkan dokter aopa saja.
beda dengan saja. percaya jika untuk seperti coklat dan
sekarang. ibu hamil ciki.
Praktik Pemberian Makan Balita
Domain Informan Utama
B E S SK N A SM
Komposisi - Nasi tim dicampur - Nasi, ditambah - Bubur beras instan Nasi, kuah sayur - Nasi, ketupat, - Nasi terkadang - Nasi, kuah
makanan garam, terkadang di mie rebus/ telur terkadang diberi telur sop atau bayam, ditambah abon ditambah tempe sayur, bubur
beri wortel parut, /tempe/tahu rebus, sayur bayam dan tahu dan tempe. atau kecap dan atau atau ikan nasi
namun jarang atau ditambah sayur jeruk atau nasi tim di kerupuk atau nasi asin atau sayur ditambah
Bubur bayi instan bayam atau sop. campur bayam atau ditambah kuah bayam atau nasi kecap.
“X” - Susu kental manis. wortel. sayur bayam atau dengan kecap
- Susu formula. - Nasi dicampur parutan sop dan tempe dan garam.
wortel kentang, dan atau tahu atau
kecap atau nasi tanpa bubur bayi instan
lauk. “X”.
- Susu formula.
Porsi makanan 3 sendok makan atau Setengah sampai - Bubur beras instan atau 3 sampai 4 2 atau 3 sendok - Secentong nasi, 3 sendok
dalam sekali sepiring kecil atau satu centong nasi nasi tim: setengah sendok makan makan satu (suap tempe satu makan.
makan bubur bayi instan “X” sekali makan, jika mangkuk ukuran (satu suap 1/3 1/3 sendok makan), potong atau satu (3 kali suap,
1 bungkus ukuran 20 satu centong sisa 2 sedang, sendok makan) terkadang sampai 5 sendok makan. satu suap 1/3
gram (Rp.1000) sdm lagi. Sepotong - Nasi : setengah sendok makan, abon sendok makan)
lauk, kuah sayur, mangkuk atau 5 sendok 1 sendok makan satu
susu satu gelas makan. potong tempe atau
belimbing. - Susu formula: 2 botol tahu.
kecil @ 4 takaran
sendok susu.
Cara penyiapan - Bubur bayi instan - Nasi: direbus - Bubur bayi instan dan - Bubur bayi - Nasi: direbus dan - Nasi: direbus - Nasi:
atau pengolahan di siram air panas, kemudian bubur beras instan di instan di siram dikukus. dan dikukus. direbus,
makanan - Nasi tim di rebus dikukus. siram air panas, air panas, - Tempe atau tahu: - Tempe atau dikukus.
atau dikukus - Telur: digoreng. - Nasi tim di rebus atau - Nasi: direbus digoreng. tahu: digoreng - Sayuran:
kemudian di siram - Tempe/tahu: dikukus kemudian di kemudian - Sayur an: di tumis atau ditumis. direbus.
air panas. digoreng. siram air panas. dikukus. atau rebus. - Ikan asin:
- Nasi: direbus - Sayuran: ditumis - Nasi: direbus kemudian - Lauk: - Bubur bayi instan: digoreng atau
kemudian dikukus. atau direbus. dikukus. digoreng. dimakan mentah. dipanggang.
- Telur: direbus. - Telur: direbus. - Sayuran: - Sayuran: ditumis
- Sayur bayam: - Sayur bayam: direbus. direbus. atau direbus.
direbus. - Wortel dan kentang:
- Wortel diparut. diparut.
Praktik Pemberian Makan Balita
Domain Informan Utama
B E S SK N A SM
Cara penyajian Di taruh di Di piring biasa saja Di taruh di mangkok Di taruh di piring Ditaruh di Di taruh di Ditaruh
makanan ompreng terdiri dari nasi ukuran sedang, kecil. Diberikan mangkok beserta mangkok saja, dimangkuk saja.
(dipiring kecil), ditambah lauk (tempe/ rasanya gurih atau dengan cara di sendok dan air anak mengambil Diberikan
rasanya asin saja, tahu/telur/mie rebus) manis, dan diberikan suapkan ke anak. minum. Nasi sendiri dengan cara di
dan diberikan ditambah sayur dengan cara di Nasi dengan kuah ditambah abon makanannya. Sama suapkan ke anak.
dengan cara bayam/sop, disuapin. suapkan ke anak. sayur rasanya asin sapi. Rasanya asin seperti makanan
disuapkan ke Sama seperti makanan atau gurih. atau gurih. keluarga.
anak. keluarga.
Frekuensi 3 kali sehari, 3-4 kali sehari makan - Bubur beras instan 3 kali sehari jika anak 1 – 3 kali sehari, - 3 – 5 kali sehari, 2-3 kali sehari,
makan utama, 3-4 kali susu atau nasi tim: 3-5 sedang mau makan namun lebih sering namun lebih lebih sering 2
atau jika anak kali sehari. 1-2 hari sekali. sering sehari 3 kali sehari.
menangis. - Nasi : 3 kali kali.
sehari. - Anak tidak
makan jika anak
sedang sakit.
Jam makan - Pagi: jam 6 - Pagi : bangun tidur - Pagi: jam 4, 6, 8 - Pagi : jam 8/9. - Tidak ada jam - Pagi: jam 6/9 - Pagi: jam 8.30
- Siang: sesudah jam tujuh atau 10. - Siang: jam 2 makan yang - Siang: jam 12 - Siang: jam 1
dzuhur - Siang: jam 1 - Siang: jam 11 atau - Sore: jam 5/ 5.30. pasti, semaunya - Sore: 3 - Sore: 5/6
- Sore. - Sore: jam 4/5 1.30 - Kadang-kadang anak. - Tidak selalu - Tidak selalu
Tidak - Makanan diberikan - Sore: jam 4. malam. mengikuti jam mengikuti jam
mengikuti jam sesempetnya ibu. - Tidak selalu - Tidak mengikuti makan yang makan yang
makan yang - Tidak mengikuti jam mengikuti jam jam makan yang sama setiap sama setiap
sama setiap makan yang sama makan yang sama sama setiap harinya, harinya,
harinya. setiap harinya. setiap harinya. harinya. semaunya anak. semaunya
anak.
Waktu Sejak anak Sejak anak dilahirkan. Sejak anak Sejak anak dilahirkan, Sejak anak Anak tidak diberi Sejak anak
dimulainya berusia 3 hari. dilahirkan. namun ASI baru dilahirkan, namun ASI sejak dilahirkan.
pemberian ASI keluar sejak anak ASI baru keluar dilahirkan.
berusia tiga hari. saat anak berusia
tiga hari, sebagai
gantinya anak
diberi susu
formula.
Praktik Pemberian Makan Balita
Domain Informan Utama
B E S SK N A SM
Frekuensi Sering, semaunya Sering, semaunya Hanya diberikan ASI Sering, semaunya Sering, semaunya Tidak diberikan Sering, semaunya
pemberian anak. anak dan ketika anak sampai umur 2 bulan, anak, atau anak, atau lebih dari ASI. Diber susu anak, hampir 2 jam
ASI menangis. karena anak tidak mungkin 8 atau 9 15 kali dalam sehari. formula kira-kira 8 sekali.
mau menyusu. kali sehari. botol kecil sehari
Susu formula: 6 kali semalam.
sehari.
Waktu Semaunya anak atau Dulu diberi ASI Susu Terkadang tiap Saat bangun tidur, Susu formula Saat anak minta
pemberian saat anak menangis. setiap anak menangis. formuladiberikan jam di beri ASI pagi, siang, sore, diberikan saat anak ASI, saat menangis
ASI padajam 6, 9, 12, sebelum tidur. dan malam. meminta susu atau dan sebelum tidur.
14.30, 18.30, dan saat anak
21.30 atau 22.30. menangis.
Jenis dan - Bubur bayi instan 3 - Bubur bayi instan - Bubur bayi instan, Bubur bayi instan - Pisang, bubur bayi - Pisang 1-2 buah - Bubur bayi instan.
porsi MP sendok makan sekali saat masih bayi. 2 bungkus saat 10 gram setiap instan , porsi satu hari. - Susu formula “X”
ASI makan. - Nasi tim, kemudian berumur 4-6 bulan, kali makan, sedikit karena - Nasi tim di sejak anak berusia
- Bubur yang terdiri nasi biasa 4-5 bungkus saat kemudian bubur anak kurang suka tambah garam. 6 bulan sebagai
dari campuran berumur 6-12 beras. makan. tambahan ASI.
tepung beras, susu bulan, terkadang
dan gula pasir. diberi telur rebus.
- Susu formula saat (1 bungkus= 120
anak berusia 6 bulan gram)
sebagai tambahan
ASI.
Pemberian Biskuit dan bubur bayi Biscuit setiap hari, Biskuit, bubur bayi Biskuit, tape, Roti, jagung, Singkong, jagung, Bakso 2 buah,
makanan instan. Singkong dan roti instan. singkong, kue, risol, biskuit, jeruk, apel. somay 1 buah,
tambahan kadang-kadang, dan bakwan, biskuit, dan biskuit, dan jajanan
jajanan warung jajanan warung warung seperti ciki,
(ciki/permen/agar- seperti astor, wafer dll.
agar) macaroni.
Waktu Pagi, siang sebelum Setiap malam, dan Sesudah anak diberi Disela-sela waktu Semaunya anak. Sesudah makan, Bakso dan somay
pemberian dzuhur atau sebelum sela waktu makan. susu formula pada makan, atau semaunya anak. seminggu 2 kali. Di
makanan waktu makan, kadang- pagi, siang dan sore. sebagai makanan sela-sela waktu
tambahan kadang magrib. selingan. makan dan sebelum
makan sore.
Praktik Pemberian Makan Balita
Domain Informan Utama
B E S SK N A SM
Porsi Pisang 3 kali sehari, Makanan pokok Mulai umur 1-3 bulan Bubur bayi instan Mulai lahir sampai Porsi makanan Tidak ada
makanan makin bertambah lebih banyak waktu mulai diberi MP ASI satu bungkus umur 3 bulan diberi meningkat seiring perbedaan.
balita pada umur makin banyak bayi. namun dalam jumlah kecil, lebih pisang, kemudian dengan
masa bayi makannya. sedikit, hanya susu banyak sekarang. bubur bayi “X”. Porsi pertambahan
atau usia formula,porsi makanan makanan meningkat umur, terlebih saat
lebih muda bertambah mulai umur seiring bertambahnya balita bisa makan
4–12 bulan. umur . sendiri.
Frekuensi dan Jarang jajan, Setiap hari, ciki, Tidak jajan. Jarang jajan, Suka, karena ibu 3-4 kali sehari, 2 kali sehari,pagi
jenis jajanan agar-agar, permen, namun terkadang punya warung jadi biskuit, roti isi dan sore. Biskuit,
yupi, minuman jajan es dan anak jajan terus. kacang hijau, ciki, tictac
seperti coco atau sari biskuit, tape atau (pilus), coklat,
kelapa, gorengan. permen,
Jenis PMT Biscuit, susu, sun. Biscuit, susu, sun. Biskuit, susu, sun, dan Biskuit 4 kotak Susu, biskuit, Susu, biskuit. Biskuit dan susu.
dari telur rebus 1 kali. seminggu, sun 1
puskesmas bungkus 2 kali.
Orang yang 1 kakanya suka Biscuit dimakan, Terkadang 1 kakaknya. Dua kakaknya, Ibu, bapak, kakek, 1 adiknya, 2 Kakaknya,
menikmati minta jika balita kakak, adik, ibu, dan ibunya. bibi, nenek dan anak kakaknya, ibunya, terkadang
PMT selain sedang makan, (jumlah yang (kakaknya lebih tetangga. (hampir dikasi tetangga 1
balita paling minta 3 biji. dimakan paling banyak makan semua anggota bungkus biskuit.
penerima banyak oleh balita dari pada balita keluarga sering ikut
PMT penerima PMT) penerima PMT) memakan PMT)
Jumlah PMT Kadang 3, kadang Satu hari sekitar 6 keping sekali makan, 1 sampe 3 kepeing 2-3 keping biskuit. 5 keping sekali 3 keping satu
yang dimakan enam sekali makan. sepuluh keeping 4 kali pemberian. biskuit. Balita Balita tidak terlalu makan, atau ± 10 hari. Susu ¼
balita dalam Dalam 1 hari habis 1 biskuit. Susu selalu Hanya diberikan dalam tidak suka susu suka susu yang keping sehari. botol kecil jarang
sehari bungkus (12 habis diminum 2 hari. Susu selalu formula. diberikan, sehingga Susu selalu habis diminum balita.
keping).Susu habis balita. habis diminum balita. susu diminum oleh diminum balita.
diminum balita. ibu balita.
Cara Dicelupkan ke air Dicelupkan ke air Dicelupkan ke air. Dicelupkan ke air Dicelupkan ke air Dimakan langsung Digigit biasa,
mengolah dan putih kemudian putih atau susu. putih saja. atau susu. Dimakan atau dicelupkan ke kadang-kadang
menyajikan digigit oleh anak. sendiri oleh balita. air. Susu diminum dicelupkan ke
PMT langsung. susu.
Pantangan Tidak boleh jajan Tidak ada pantangan Tidak ada pantangan Minuman dingin Tidak ada pantangan. Coklat dan ciki. Tidak ada
makanan sembarangan. makanan. makanan dan anak jikabalita sedang pantangan.
belum diberikan jajan sakit.
Pengetahuan Pemeliharaan Kesehatan Balita
Domain Informan Utama
B E S SK N A SM
Pengertian Tidak tahu Penyakit infeksi itu Penyakit infeksi itu Penyakit yang Penyakit infeksi itu Tidak tahu. Tidak tahu.
penyakit infeksi seperti terkena paku karena panas, menular melalui seperti penyakit Sedangkan
kemudian tetanus, sedangkan penyakit paku, jarum, kawat karena terkena penykit menular
penyakit menular itu menular misalkan dan penyakit paku, kawat, adalah penyakit
jika anak menderita cacar, muntaber, menular seperti sedangkan penyakit yang menular dari
penyakit seperti demam diare dan batuk pilek. cacar menular adalah orang yang
atau batuk akan menular penyakit seperti terkena penyakit
ke anak lain jika tidur cacar. seperti TBC dan
bersama. cacar.
Jenis-jenis Tidak tahu. Alergi, gatal, tidak tahu Cacar, muntaber, Cacar, diare. Cacar, sakit mata, TBC, cacar, batuk. TBC, DBD,
penyakit infeksi lagi. diare, batuk, pilek. influenza dan campak.
pada balita mencret atau diare.
Penyebab Tidak tahu Tidur bersama dan Terlalu dekat dengan Karena tertusuk Tidak tahu, lupa. Tidak tahu. - Campak: tidak
penyakit infeksi menular dari penderita penyakit dan kotoran paku dan tidak pakai tahu.
pada balita penyakit menular. karena kurang sandal. - DBD :di gigit
menjaga kebersihan. Diare: minum es nyamuk DBD
dan makanan yang dan penurunan
mengandung santan daya tahan
dan sambal. tubuh.
- TBC : kuman.
Akibat Tidak tahu. Tidak tahu. Anak menjadi kurus, Tidak tahu mungkin Anak menjadi Anak menjadi Tidak tahu.
penyakit infeksi berat badan anak anak tidak bisa tidur. kurus dan tidak kurus dan batuk
pada balita menurun, asupan bagus untuk badan terus.
makanan jadi anak.
berkurang, dan susah
tidur.
Gejala atau Mencret jika diare Panas atau demam, Panas atau demam, Jika diare gejalanya Tidak tahu. Batuk, muntah Panas.
tanda penyakit batuk, bentol-bentol. pilek dan batuk. mencret dan demam. darah.
infeksi
Cara penularan Minum dari Tidur bersama, tidak Mungkin melalui Tidak mau makan Tidak tahu, lupa. Tidak tahu. Dahak, udara,
penyakit infeksi sumber sama tahu lagi. alat-alat makanan dan suka minum es. nyamuk.
dengan orang dan minuman.
terkena penyakit.
Pengetahuan Pemeliharaan Kesehatan Balita
Domain Informan Utama
B E S SK N A SM
Pencegahan Tidak tahu, Anak yang sehat tidak Menjaga kebersihan. Diberi makan dan Jika mau makan Tidak membiarkan Diberi makanan sehat
penyakit tidak boleh disatukan dengan tidak boleh jajan anak cuci tangan anak bermain di dan menjaga
infeksi pada melakukan anak yang sakit, anak terus. terlebih dahulu, tempat kotor, dan kebersihan.
balita tindakan tidak boleh sering main ibunya tidak boleh main hujan.
pencegahan dibawah panas ceroboh, harus
jika anak matahari, ketika hujan, teliti, semangat dan
sedang sehat. main tanah, dan main menjaga
terlalu jauh dari rumah. kebersihan.
Pengobatan Tidak tahu Segera dibawa ke Diberi obat saja, dirawat Dibawa ke Di bawa ke Diberi obat Jika belum parah
penyakit puskesmas. dirumah, jika sudah parah puskesmas atau ke puskesmas jika warung terlebih dirawat secara
pada balita di bawa ke dokter. bidan tidak sembuh minta dahulu, jika tidak tradisional, jika
didoakan ke orang sembuh dibawa ke belum sembuh di
pintar. puskesmas. bawa ke dokter.
Dampak Tidak tahu, Makannya jadi kurang, Badan anak menjadi Tidak tahu Berat badan anak Tidak tahu. Menurunkan
KEP (gizi mungkin bisa mata seperti anak lesu kurus, tidak bisa tidur, menjadi berkurang, perkembangan dan
buruk dan meninggal, atau lemas, perut segalanya serba sulit. asupan makanan kecerdasan anak.
gizi kurang) badan tidak buncit. juga berkurang dan
pada balita dapat tumbuh kecerdasan anak
besar,. menurun.
Manfaat Tidak tahu, Agar tubuh anak kebal Mencegah kelumpuhan Supaya anak sehat, Mencegah terkena Meningkatkan
imunisasi belum pernah terhadap penyakit. dan terkena penyakit kuat dan cerdas. penyakit seperti kekebalan tubuh.
imunisasi. pada anak. campak.
Perilaku Belum pernah PHBS itu rumah, Tidak tahu, lupa. Seperti bersih-bersih Menjaga kebersihan Sering menjaga Tidak tahu.
hidup dengar jadi lingkungan, kamar mandi untuk pakaian dan kebersihan untuk
bersih dan tidak tahu. makanan,dan tempat mencegah demam lingkungan. menjaga
sehat tidur semua harus berdarah. kesehatan.
bersih.
Bangunan Cahaya Rumah yang bersih, Rumah yang selalu Rumah yang bersih Rumah yang bersih Rumah yang Sinar matahari dapat
rumah sehat matahari sering dibersihakan dan bersih. dan cahaya matahari dan terdapat lubang bersih dan cahaya masuk kedalam
dapat masuk matahari dapat masuk masuk ke dalam angin sehingga matahari masuk ke rumah.
kedalam kedalam rumah dan rumah. udara dapat masuk dalam rumah.
rumah. terdapat lubang angin. ke dalam rumah.
Pengetahuan Pemeliharaan Kesehatan Balita
Domain Informan Utama
B E S SK N A SM
Tempat Main didalam Dihalaman rumah. Didalam rumah. Didalam atau Didalam atau Didalam atau di Dilingkungan
bermain anak rumah. dihalaman rumah. dihalaman rumah. halaman rumah. rumah.
Pergantian Jendela harus Sebaiknya Sebaiknya jendela Pintu dan gorden Sebaiknya sinar Sebaiknya udara Terdapat lubang
udara, dibuka supaya menggunakan lampu dibuka agar cahaya harus dibuka matahari masuk segar dan sinar angin didalam
pencahayaan sinar matahari bisa atau lilin, gorden dan matahari masuk. terutama di pagi kedalam rumah, matahari dapat rumah, dan cahaya
dan masuk kedalam jendeladibuka setiap hari agar udara supaya rumah tidak masuk kedalam matahari dapat
penerangan rumah. pagi agar cahaya segar dan cahaya pengap dan gelap. rumah. masuk kedalam
rumah matahari masuk matahari masuk rumah.
kedalam rumah, jika kedalam rumah.
siang ditutup.
Manfaat air Tidak tahu. Untuk minum, mandi Agar tidak terkena Tidak tahu Menyehatkan badan Untuk minum, Tidak mudah
bersih dan memasak. bakteri penyakit dan dan menjauhkan memasak, mandi terkena penyakit,
sehat untuk diminum. dari kuman. dan berwudu. kuman dan bakteri.
Digunakan untuk
mencuci, mandi,
dan memasak.
Cara Dibuang di tempat Dibuang di tempat Buang sampah Dikumpulkan aja Dikumpulkan Di buang di ke Di taruh di kantong
membuang sampah kemudian sampah kemudian di ditempatnya dan kemudian dibakar kemudian dibakar. luar rumah atau plastic kemudian di
sampah dan di bakar, dan bakar, dan limbah limbah sebaiknya dan limbah Sebaiknya limbah tempat sampah buang ke TPS.
limbah rumah limbah sebaiknya sebaiknya dibuang ke dibuang ke empang. sebaiknya dibuang WC dibuang dan limbah Sedangkan untuk
tangga dibuang ke empang. ke empang.. kedalam tangki sebaiknya limbah rumah
empang. seperti septic tank. dibuang ke tangga ke saluran
empang. air.
Tempat buang Sebaiknya di WC Sebaiknya di WC, Di empang. Sebaiknya di WC Sebaiknya di WC Sebaiknya di Sebaiknya di WC
hajat tertutup. namun karena adanya didalam kamar tertutup. WC tertutup. tertutup.
empang ya di empang. mandi.
Kebersihan Rumah disapu dan Rumah disapu dan Rumah dan jalanan Disapu dan dipel. Membersihkan Membersihkan Membersihkan
rumah dan dipel setiap hari, dipel, dielap, dan sebaiknya dibereskan sarang laba-laba, rumah dan rumah dengan cara
halaman jika anak ngompol halaman rumah dan disapu setiap pagi. disapu dan dipel halaman rumah di sapu, di lap dan
rumah langsung dipel, disiram supaya tidak setiap hari. setiap hari. dipel.
halaman rumah berdebu.
disapu setiap hari.
Sikap terhadap Pemeliharaan Kesehatan Balita
Domain Informan Utama
B E S SK N A SM
Bahaya penyakit Berbahaya, bisa Berbahaya, karena Berbahaya, karena Berbahaya, bisa Berbahaya, bisa Berbahaya, karena Berbahaya,
infeksi pada meninggal. kasihan jika anak bisa menyebabkan cacat. menyebabkan anak bisa menularkan walaupun penyakit
balita sakit dan kelumpuhan, anak meninggal. pada yang lain. infeksi tidak
membutuhkan sering sakit dan menular. Penyakit
banyak biyaya. berbahaya untuk menular juga
saluran pernafasan berbahaya karena
dan pencernaan. bisa menularkan.
Pencegahan Penting supaya Setuju, Penting, Penting, supaya Setuju, supaya Penting, supaya anak Penting, karena Penting, karena
penyakit infeksi anak tidak sakit. supaya tidak sakit anak tidak sakit tidak merepotkan tidak sakit terus. jika anak sakit mencegah lebih
pada balita karena jika sakit terus. ibu. merepotkan ibu. baik daripada
merepotkan dan mengobati.
membuat ibu capek.
Pencarian Setuju, supaya Setuju, karena bisa Setuju, supaya anak Setuju, supaya Setuju, karena hal itu Setuju, agar anak Setuju, terutama
pengobatan ke anak sembuh dan mendapat obat jika cepat sehat kembali. anak cepat merupakan sehat. jika sudah parah,
instansi tidak sakit. dirumah tidak ada sembuh. pertolongan pertama. supaya tidak
kesehatan obatnya. terlambat.
Peningkatan Penting, supaya Penting, karena jika Bagus, karena bisa Penting, supaya Bagus, penting, Penting, supaya Penting, karena
status gizi balita anak tumbuh besar. turun berat meningkatkan anak sehat. supaya anak tidak anak sehat, dan baik untuk
badannya membuat perkembangan dan sakit dan manjadi bisa berjalan. pertumbuhan,
ibu kesal. pertumbuhan bayi. tangguh. terutama untuk
anak-anak.
Penimbangan Penting, supaya Penting, supaya tahu Penting, supaya Penting, supaya Penting, supaya tahu Penting, supaya Penting, untuk
balita tahu naek atau naik turunnya berat tahu naik dan berat badan anak kenapa anak tidak tahu berat badan mengetahui siklus
turun berat badan anak. turunnya berat naik terus. mengalami anak. perkembangan
badannya. badan anak. pertambahan berat anak.
badan.
Bahaya Tidak tahu. Bahaya, karena kalo Berbahaya, karena Berbahaya, Berbahaya, karena Berbahaya, karena Berbahaya, karena
penurunan berat turun berat jikaberat badannya karena akan anak kurang jika anak sakit menghambat
badan badannya membuat turun bisa mengakibatkan mendapatkan dapat menurunkan perkembangan
ibu kesal. menyebabkan kurang gizi. makanan dan kurang berat badannya. anak dan mudah
penurunan perhatian. terkena penyakit.
kesehatan anak.
Sikap terhadap Pemeliharaan Kesehatan Balita
Domain Informan Utama
B E S SK N A SM
Pemberian Setuju, penting, Setuju, karena bisa Setuju, karena bisa Setuju, supaya Setuju, supaya anak Setuju, jika anak Setuju, untuk
imunisasi pada supaya tidak sakit. jauh dari penyakit. menjauhkan anak anak tidak tidak terkena sedang sehat. meningkatkan
balita dari penyakit dan terserang penyakit. kekebalan tubuh.
mencegah penyakit, seperti
kelumpuhan. cacar.
Perilaku hidup Penting, seperti Setuju, karena anak Sebaiknya anak Bagus untuk Bagus, supaya Bagus, karena Setuju, supaya
bersih dan sehat sampah harus menjadi bersih. memang harus anak. keluarga menjadi menjaga terhindar dari
pada balita dibersihkan. bersih dan dijaga. sehat. kebersihan kuman.
merupakan hal
yang penting.
Buang air besar Setuju, supaya Penting, supaya Penting, tapi di Pentingm supaya Penting, tapi di Setuju, karena jika Setuju, karena
di WC atau nyaman, tidak bau tidak berantakan. empang juga sama tidak bau. empang juga sama BAB di hutan atau memang
kakus dan bersih. saja. saja. semak-semak tempatnya.
banyak ular.
Penyediaan Penting, supaya Penting supaya Butuh dan penting Butuh, supaya Penting, supaya anak Butuh, karena anak Penting, karena
ruangan bermain tidak terkena sehat dan tidak supaya anak anak sehat. main dengan aman. main dirumah dan anak bermain di
untuk anak kotoran. terkena kotoran. memiliki ruang dihalaman. rumah.
bermain yang bebas
dan aman.
Penggunaan Penting, untuk Penting, karena jika Penting, untuk Setuju, supaya Setuju, supaya bersih Setuju, supaya Penting, untuk
sumber air menghilangkan air kotor menjaa kebersihan sehat. dan sehat. sehat karena air menjaga
bersih dan menjauhkan mendatangkan dan mecegah dari kotor mengandung kebersihan.
dari penyakit. penyakit pada anak, kotoran dan kuman kuman.
seperti sakit perut. penyebab penyakit.
Pembuangan Setuju, supaya Setuju, supaya Setuju, karena jika Setuju, supaya Setuju, supaya tidak Setuju, supaya Setuju, karena
sampah dan lingkungan sehat samaphnya tidak dibuang tidak berantakan. berantakan dan sampah tidak sampah merupakan
limbah pada dan tidak banyak berantakan. sembarangan dapat menjaga kebersihan. berantakan. sumber penyakit.
tempatnya nyamuk penyebab menyebabkan
penyakit. lingkungan kotor.
Penyediaan WC Setuju, supaya Penting, supaya Penting, tapi saya Penting, karena Penting, tapi di Setuju, karena jika Setuju, karena
atau kamar nyaman, tidak bau tidak berantakan. BAB di empang. kalo di hutan atau empang juga sama BAB di hutan atau memang
mandi didalam dan bersih. kebun berbahaya. saja. semak-semak tempatnya.
rumah banyak ular.
Sikap terhadap Pemeliharaan Kesehatan Balita
Domain Informan Utama
B E S SK N A SM
Pergantian udara Penting, supaya Penting, supaya Penting supaya Setuju, karena itu Penting, supaya Setuju, karena kata Penting, karena
dan pencahayaan cahaya matahari udara segar dapat udara yang baik yang terbaik. rumah tidak pengap. dokter supaya jika tidak mudah
yang baik dapat masuk masuk dan terhindar masuk dan udara sehat. terkena penyakit.
kedalam rumah. dari penyakit. yang buruk keluar.
Menjaga Penting, untuk Penting, supaya Penting, karena Penting, supaya Penting, supaya sehat. Penting, supaya Penting, karena
kebersihan menjaga kesehatan sehat dan tidak menjaga sehat. lingkungan jika tidak bersih
rumah dan supaya lingkungan terkena penyakit. kebersihan. menjadi bersih. dapat menjadi
halaman tidak kotor. sarang penyakit.
Praktik Pemeliharaan Kesehatan Balita
Domain Informan Utama
B E S SK N A SM
Penyakit yang Batuk, pilek , Panas, batuk, gatal- Batuk 2 minggu Batuk, pilek, Koreng, panas, Batuk, panas, Panas atau demam,
diderita balita cacar, dan diare. gatal, bisul, dan sekali, panas atau mencret atau batuk, pilek, muntah, muntah, diare. pilek, dan batuk.
selama mengikuti bentol-bentol. demam. diare. dan bisulan.
program PMT-P
Cara pencegahan Tidak membiarkan Tidak membiarkan Menjaga kebersihan Diberi makan, Kalo mau makan di Diberi makan Diberi makanan
terhadap anak bermain kotor anak bermain saat saja. tidak membiarkan cuci tangan, ibu sampai kenyang, sehat dan menjaga
penyakit infeksi dan pakaian anak terik matahari dan anak bermain harus cermat dan tidak membiarkan kebersihan.
selalu di cuci hujan, bermain kotor kotor, dan anak senantiasa menjaga anak bermain di
bersih. dan bermain jauh harus selalu kebersihan. tempat kotor, dan
dari rumah. dijaga. main hujan.
Upaya imunisasi Tidak pernah Dimunisasi lengkap Belum pernah di Imunisasi Tidak diimunisasi, Tidak pernah di Imunisasi lengkap,
pada balita diimunisasi, karena di puskesmas atau imunisasi, karena lengkap, seperti karena anak sering imunisasi, karena BCG, DPT, Polio,
jika ada jadwal posyandu. jika hendak di tercantum dalam sakit jika hendak petugas kesehatan Campak, Hepatitis.
imunisasi di imunisasi menurut KMS. diimunisasi. tidak bersedia
posyandu anak pihak puskesmas karena anak sedang
sedang demam. anak belum kuat sakit jika hendak
untuk di imunisasi. dimunisasi.
Cara pengobatan Di bawa ke Dibawa ke Dibawa ke Dibawa ke bidan, Diusapkan ramuan Diberi obat warung Diurut, di temple
penyakit yang puskesmas saja. di puskesmas saja, puskesmas saja, dan puskesmas atau yang terdiri dari terlebih dahulu, daun jarak, atau jahe
diderita balita beri obat seperti diberi obat sesuai pernah diurut oleh ke dukun beranak minyak sayur, jika tidak sembuh jika panas,
yang tertulis di yang diberikan dari dukun tapi hanya 3 untuk di urut. bawang merah, dibawa ke kemudian jika
kemasan obat. puskesmas, seperti kali. Obat yang bawang putih, dan puskesmas. belum sembuh di
paracetamol, anti diberikan asem, atau di Memberikan obat bawa ke dokter atau
biotic, obat batuk diminum sesuai kompres dengan dari puskesmas puskesmas.
dan vitamin sesuai anjuran dokter mentimun atau air seuai anjuran. Memberikan obat
anjuran bidan. sampai anak hangat, jika belum sesuai anjuran, tapi
sembuh. sembuh dibawa ke anak tidak mau
bidan puskesmas. minum obat puyer.
Praktik Pemeliharaan Kesehatan Balita
Domain Informan Utama
B E S SK N A SM
Upaya dalam Anak diberi banyak Diberi makan terus, Diberi makan yang Diberi makan yg Di bawa terus ke Anak diberi obat Dikasi makan dan
meningkatkan makan, dan diberi makanan teratur, hampir tiap banyak terutama puskesmas setiap dan vitamin dari susu, namun anak
dan memantau ditimbang di tambahan secara dua jam sekali, saat balita akan minggunya. puskesmas. susah makan dan
keadaan gizi puskesmas. rutin, dan diberi vitamin, dan ditimbang, dan ditimbang di
balita sebelum ditimbang di di timbang ditimbang di puksesmas atau
dan sesudah puskesmas atau dipuskesmas setiap puskesmas atau posyandu.
program PMT posyandu. minggu. posyandu.
Cara menjaga Anak dimandikan Anak dimandikan Anak dimandikan Anak Anak dimandikan, Dimandikan Dimandikan
kebersihan balita jika tidak sedang jika sudah kotor, pake sabun. dimandikan, atau dielap kakinya, menggunakan dicebokin dengan
demam, pakai air cuci tangan sebelum dielap jika dicebokin dengan sabun dan sabun jika buang
hangat atau dingin. makan. demam, sabun colek jika dicebokin dengan air besar.
dicebokin dengan buang air besar. sabun jika buang
sabun jika buang air besar dan buang
air besar. air kecil.
Kebiasaan cuci Cuci tangan saat Cuci tangan Cuci tangan kadang Cuci tangan tidak Cuci tangan kadang Cuci tangan Cuci tangan
tangan pada mandi dan saat sebelum makan menggunakan sabun menggunakan menggunakan sabun menggunakan kadang
balita buang air besar dan menggunakan kadang tidak. sabun. kadang tidak. sabun sebelum menggunakan
kecil. sabun. makan dan sesudah sabun kadang
BAB. tidak.
Kebiasaan cuci Cuci tangan pakai Cuci tangan Cuci tangan Kadang-kadang Cuci tangan Cuci tangan, Suka cuci tangan,
tangan ibu sabun. menggunakan terkadang pake cuci tangan, tidak menggunakan sabun kadang jarang
sabun. sabun, terkadang pakai sabun jika tidak lupa dan mengunakan sabun menggunakan
tidak pake sabun. karena suka lupa. tidak tergesa-gesa. kadang tidak. sabun.
Upaya Mandi 2 kali sehari Kadang mandi 3-4 Mandi 2 kali sehari, Mandi pakai Mandi sehari 2-3 kali, 3 kali sehari, pagi, 2 kali sehari, pagi
memandikan pagi dan sore jika kali dalam sehari, pagi dan sore. sabun atau die pagi, siang, sore. siang, sore. dan sore.
balita sudah keluar karena anak sering lap 2 kali dalam Dimandikan atau
keringat. Kadang- gatal-gatal karena sehari pagi dan anak mandi sendiri.
kadang pakai sabun sering main kotor. sore.
kalau punya. Mandi jam 8 pagi
dan jam 4 sore.
Praktik Pemeliharaan Kesehatan Balita
Domain Informan Utama
B E S SK N A SM
Upaya mengganti 3-4 kali disiang 2 kali (pagi dan 4 kali sehari karena 3 – 4 kali di siang 4 kali sehari, karena 2 kali jika sedang 3 – 5 kali sehari,
pakaian balita hari karena anak sore). anak sering hari dan 3 kali di anak sering bermain sehat, dan 3-4 kali karena anak sering
suka merangkak ngompol. malam hari di tempat kotor. jika sedang sakit, buang air kecil.
atau ngompol, dan karena anak suka terutama saat sakt
1 kali pada malam ngompol. influenza.
hari.
Sumber dan Dari sumur, Dari sumur, Dari sumur, Dari sumur, Dari sumur, letaknya Dari sumur, Dari sumur,
pengunaan air letaknya dekat letaknya dekat letaknya dekat letaknya dekat dekat dengan saluran letaknya dekat letaknya dekat
bersih dengan saluran dengan saluran dengan saluran dengan saluran limbah, digunakan dengan saluran dengan saluran
limbah, digunakan limbah, digunakan limbah, digunakan limbah, untuk minum, mandi. limbah, digunakan limbah, digunakan
untuk minum untuk minum, untuk minum. digunakan untuk untuk minum, untuk mencuci,
masak, cuci tangan. mandi, mencuci dan minum, masak, memasak, mandi mandi, dan
memasak. mencuci. dan berwudu. memasak.
Lingkungan Main didalam atau Main dihalaman Main didalam atau Bermain didalam Main didalam atau di Didalam rumah, Di dalam dan
bermain balita di depan rumah rumah, sering di di depan rumah atau didepan depan rumah saja. dihalaman atau didepan rumah,
saja dan di rumah tempat kotor seperti saja. rumah saja, dirumah tetangga. dan di rumah
tetangga, yang sampah dan becek. karena balita tetangga.
penting tidak kotor Sering maen sering digendong.
dan dibawah binatang, seperti
pengawasan ibu kodok.
atau kakanya.
Penyakit yang Sama dengan Panas dan batuk. Pilek, panas, sakit Sama dengan Batuk, pilek, muntah, Panas, batuk, pilek. Kembung, panas,
biasa diderita balita, pilek, panas perut. balita, sering dan mencret. pilek.
oleh teman dan batuk. demam.
bermain balita
Tindakan ibu Dibiarkan saja. Dibiarkan saja, anak Kakaknya (teman Karena balita Biasanya teman Dibiarkan saja. Dibiarkan saja.
jika anak tidak bisa di larang. bermain balita) hanya main bermain anak tidak
bermain dengan tidak mau main dengan kakaknya mau main jika sedang
temannya yang dengan balita jika jadi jika kakaknya sakit.
sakit sedang sakit. sakit dibiarkan
saja bermain
dengan balita.
Praktik Pemeliharaan Kesehatan Balita
Domain Informan Utama
B E S SK N A SM
Cara membuang Di buang ke Dikumpulkan Dikumpulkan di Dikumpulkan Dikumpulkan Dikumpulkan di Di kumpulkan
sampah belakang rumah, didepan rumah tempat sampah di dibelakang dibelakang rumah tempat samapah didepan rumah
kemudian dibakar. kemudian dibakar. dalam rumah, rumah, kemudian kemudian dibakar. kemudian dengan
kemudian di buang dibakar. dikumpulkan di menggunakan
di belakang rumah depan rumah dan di kantong plastic
dan dibakar. bakar. kemudian di bawa
petugas ke TPS.
Cara membuang Di got atau saluran Di jamban yang Di wc yang Air limbah di Di jamban terbuka Limbah rumah Dibuang ke saluran
limbah rumah air yang terletak mengalir ke mengalir ke alirkan ke yang terletak diatas tangga mengalir ke air atau got.
tangga didepan rumah empang. empang. empang yang empang. Air limbah empang terbuka
dekat dengan terletak dari sumur atau kamar yang terletak di
sumur. dibelakang rumah mandi terbuka juga belakang rumah.
dekat tempat mengalir ke empang.
sampah.
Lokasi tempat Di belakang rumah, Di depan rumah. Di belakang rumah. Dibelakang Di belakang rumah Di depan rumah. Di kumpulkan di
pembuangan di semak-semak rumah. dekat dengan sawah depan rumah dan di
sampah dekat kolam ikan dan kandang kambing TPS yang
dan jamban. dan ayam. lokasinya jauh dari
rumah.
Lokasi tempat Buang hajat di Buang hajat di Buang hajat di Di kamar mandi Buang hajat di jamban Dibelakang rumah, Di kamar mandi
buang hajat, jamban yang digali jamban (wc jamban (wc atau WC yang (wc cemplung) diatas dekat dengan atau WC yang
mandi dan ditanah di semak- cemplung) diatas cemplung) diatas terletak didalam empang yang terletak sumur atau sumber terletak didalam
mencuci semak belakang empang yang empang yang rumah. belakang rumah dekat air dan merupakan rumah.
rumah, tanpa terletak disamping terletak dibelakang dengan sawah dan tempat
sumber air. Mandi, rumah, mandi di rumah, mandi dan sumur. Mandi, buang pemeliharaan ikan
buang air kecil, sumur yang terletak mencuci di kamar air kecil, mencuci di lele.
mencuci di sumur dibelakang rumah. mandi yang terletak sumur yang terletak di
yang terletak di didalam rumah. belakang rumah.
depan rumah.
Praktik Pemeliharaan Kesehatan Balita
Domain Informan Utama
B E S SK N A SM
Usaha dalam Kadang-kadang Membuka jendela di Membuka gorden Membuka gorden Membuka gorden dan Gorden dan jendela Membuka gorden
penggantian membuka jendela pagi hari. dan jendela di pagi dan jendela di jendela di pagi hari. dibuka setiap hari. dan jendela di pagi
udara, dari pagi sampai hari. pagi hari atau hari atau membuka
pencahayaan dan sore. membuka pintu. pintu.
penerangan
rumah
Usaha menjaga Membersihkan Membersihkan Membersihkan Membersihkan Membersihkan rumah Membersihkan Membersihkan
kebersihan rumah dengan cara rumah dengan cara rumah dengan cara rumah dengan dengan cara mengelap rumah dengan cara rumah dengan cara
rumah dan menyapu dan menyapu dan menyapu dan cara menyapu dan kaca, menyapu dan menyapu dan di sapu, di lap dan
halaman sekitar mengepel lantai 2- mengepel lantai mengepel lantai jika mengepel jika mengepel lantai, dan mengepel lantai dipel.
rumah 3 kali sehari. setiap hari, namun sempat. tidak sedang membersihkan sarang dan menyapu
Menyapu halaman anak sering main sibuk, sebagian laba-laba. halaman rumah
rumah 2 kali sehari kotor, jadi rumah besar hanya Membersihkan setiap hari.
pagi dan sore. kotor terus. Dan dilakukan pada halaman dengan cara
menyapu halaman hari libur. disapu atau disiram air
rumah setiap hari supaya tidak berdebu.
LAMPIRAN 9
MATRIKS HASIL WAWANCARA MENDALAM DENGAN INFORMAN PENDUKUNG KELUARGA IBU BALITA PENERIMA
PMT-P DI PUSKESMAS PAGEDANGAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2010
Praktik Pemberian Makan Balita
Domain Informan Pendukung (Keluarga)
MK/B WH/E I/S Mu/SK Ay/N MI/A UM/SM
Komposisi Nasi tim dan Nasi, telor, Bubur bayi Nasi, bubur Nasi ditambah Nasi ditambah kecap, Nasi ditambah
makanan biskuit tempe. instan, bubur beras. abon, atau tempe, terkadang nasi ditambah sayur asam atau
beras, susu. atau bubur beras. kangkung, bayam, sayur bayam, bubur
asem, telur, atau ikan beras.
asin.
Porsi makanan Tidak tahu, karena Sepiring kecil, Setengah Tidak tahu, 1-4 sendok Secentong kecil, ikan Sedikit.
tidak hanya sisa mangkuk atau paling juga makan. kadang-kadang 2 ekor
memperhatikan. sedikit. lebih. sedikit. kecil.
Porsi makanan Tidak tahu, karena Lebih banyak Beda jenisnya, Beda, lebih Beda, lebih Beda, lebih banyak Beda jenisnya,
balita pada tidak dulu. dulu bubur bayi banyak banyak sekarang sekarang, dulu cuma dulu bubur bayi
masa bayi atau memperhatikan. instan sekarang sekarang daripada waktu setengah centong. instan sekarang
usia lebih muda bubur beras. daripada waktu bayi. nasi.
bayi.
Cara penyiapan Direbus, dikukus. Digoreng dan Disiram air Digoreng, Digoreng, Biasa saja, digoreng dan Tidak tahu.
atau pengolahan direbus. panas. direbus. direbus. di rebus.
makanan
Cara penyajian Dimangkuk saja, Biasa saja, Dimangkuk saja Di piring biasa Dipiring diisi nasi Dimangkuk biasa saja, Tidak tahu.
makanan disuapin. disuapin. pake sendok. saja, tidak ditambah rasanya tidak dibedakan.
pernah dihias. lauknya.
Frekuensi 3 kali sehari. 3 kali sehari. Mungkin 3 kali, Tiga kali kalau 1-3 kali sehari, 3-4 kali sehari. 2-3 kali, tidak
makan makannya anaknya mau lebih sering 2 kali tentu.
sering. makan. sehari.
Jam makan Pagi, dzuhur dan Pagi, dzuhur Tidak tahu, Gak pasti. Pagi dan sore. Tidak teratur, sesuai Pagi jam 7, tidak
sore. dan sore. makannya kemauan anak. tahu lagi.
sering.
Praktik Pemberian Makan Balita
Domain Informan Pendukung (Keluarga)
MK/B WH/E I/S Mu/SK Ay/N MI/A UM/SM
Frekuensi Sering. Dulu sering diberi Tidak diberikan Sering. Sering. Tidak diberikan Sering.
pemberian ASI ASI. ASI. ASI. Saat bayi
diberikan susu
formula.
Waktu Waktu balita Pagi, sore dan Tidak diberikan Sesuai Sesuai permintaan Tidak diberikan Pagi-pagi,
pemberian ASI menangis. malam. ASI. permintaan anak. ASI. Saat bayi sesuai
anak. Diberikan susu permintaan
formula 8 kali anak.
sehari.
Jenis dan porsi Pisang, bubur bayi Bubur bayi Bubur bayi Bubur bayi Pisang, bubur bayi Pisang, bubur bayi Bubur bayi
MP-ASI instan. instan. instan setengah instan. instan. instan. instan.
mangkuk.
Pemberian Biskuit. Biskuit, buah- Biskuit, susu. Biskuit. Biskuit, jeruk, apel, Biskuit, roti, Somay, biskuit.
makanan buahan seperti singkong,ubi, talas, bacang.
tambahan pisang. kue, jajanan warung.
Keikutsertaan Pernah Tidak pernah. Pernah sekali. Tidak pernah Pernah. Pernah sekali, Tidak pernah.
memakan PMT mencicipi.
Kesukaan jajan Tidak pernah Suka. Tidak pernah Suka. Suka. Suka. Suka.
anak jajan. jajan.
Frekuensi dan Jarang jajan. Sering jajan, ciki, Tidak pernah Sering, biskuit. Sering, susu, jajanan Sering 3 kali atau Sering, Roti, es,
jenis jajanan permen, biskuit jajan. warung di rumah kadang 1 kali biskuit, ciki,
dll. ciki, astor, macaroni, sehari., biskuit, snack ringan
krupuk. roti. dll.
Jenis PMT yang Biskuit, telur. Biskuit, obat- Biskuit, susu. Biskuit. Biskuit, susu. Susu, biskuit. Biskuit.
diterima dari obatan.
puskesmas
Praktik Pemberian Makan Balita
Domain Informan Pendukung (Keluarga)
MK/B WH/E I/S Mu/SK Ay/N MI/A UM/SM
Orang yang Tidak tahu. Balita penerima Balita penerima Kakaknya. Balita penerima Balita penerima Balita penerima
menikmati PMT PMT dan kakak PMT, dua PMT, bibinya, PMT, adiknya, PMT,
dari Puskesmas perempuannya. kakaknya tapi bapaknya, ibunya, keponakannya, kakaknya.
jarang. neneknya, teman kakak-kakaknya.
bermain balita.
Jumlah PMT Tidak tahu. Tidak tahu. Dua bungkus Tidak tahu ± 6 keping satu hari, 5-6 keping biskuit Tidak tahu.
yang dimakan (24 keping) sisanya diberikan ke sekali makan, satu
balita dalam biskuit perhari. yang lain. bungkus atau 12
sehari keping dalam
sehari.
Cara mengolah Tidak tahu. Dicelupkan ke Dicelupkan ke Dicelupkan ke Dicelupkan ke air. Di makan Dimakan aja.
dan menyajikan air. air dan air. langsung, susu di
PMT disuapkan ke minum langsung.
anak.
Pantangan Tidak tahu. Tidak tahu, balita Tidak tahu. Es atau Tidak ada pantangan. Coklat, permen Tidak ada
makanan makan apa saja. minuman dan ciki. pantangan.
dingin.
Praktik Pemeliharaan Kesehatan Balita
Domain Informan Pendukung (Keluarga)
MK/B WH/E I/S Mu/SK Ay/N MI/A UM/SM
Penyakit yang Panas, batuk, Panas, batuk, Batuk, panas. Panas, batuk. Panas. Panas, batuk, Panas.
diderita balita pilek. pilek. mencret.
selama mengikuti
program PMT-P
Cara pencegahan Tidak tahu. Tidak tahu. Anak Tidak tahu. Anak selalu dijaga, tangan Anak tidak dibiarkan Anak diberi
terhadap dimandikan anak selalu dicuci dan main saat hujan dan makan yang
penyakit infeksi atau di lap, menjaga kebersihan. main dengan binatang sehat dan diberi
rumah di ternak. jamu.
sapu.
Cara pengobatan Di bawa ke Di bawa Di bawa Berobat ke Di beri ramuan minyak, Diberi obat warung Dibawa ke
penyakit yang puskesmas kepuskesmas puskesmas, bidan, asem, bawang merah, terlebih dahulu Puskesmas atau
diderita balita dan di beri obat. tidak tahu puskesmas, bawang putih di rumah, kemudian dibawa ke dokter. Diberi
Obat yang lagi. kedukun untuk kemudian di bawa ke puskesmas. obat, tapi gak
diberikan di urut. Obat puskesmas, diberi obat, pernah diminum
kadang habis yang dberikan jika belum sembuh minta jika dalam
kadang tidak. diminum sesuai di doakan dan diberi air bentuk puyer.
anjuran dokter. yang sudah didoakan
orang pintar.
Upaya dalam Dibawa ke Diberi makan Diberi makan Tidak tahu. Diberi makan dan dibawa Dibawa ke posyandu Diberi susu dan
meningkatkan puskesmas. dan dibawa ke dan dibawa ke puskesmas. dan puskesmas untuk makan.
dan memantau puskesmas. ke ditimbang dan berobat
keadaan gizi puskesmas. ke bagian gizi.
balita
Upaya imunisasi Tidak pernah Tidak tahu. Tidak tahu. Di imunisasi. Tidak diimunisasi. Tidak diimunisasi. Di imunisasi
pada balita di imunisasi. lengkap.
Cara menjaga Dimandikan Dimandikan Dimandikan. Dimandikan. Dimandikan, dicebokin Dimandikan dan Dimandikan.
kebersihan balita jika BAB atau BAK. menghilangkan kutu
rambut.
Kebiasaan cuci Tidak tahu Cuci tangan Tidak tahu. Cuci tangan Cuci tangan menggunakan Sering cuci tangan. Cuci tangan.
tangan pada menggunakan sabun cole k.
balita sabun.
Praktik Pemeliharaan Kesehatan Balita
Domain Informan Pendukung (Keluarga)
MK/B WH/E I/S Mu/SK Ay/N MI/A UM/SM
Kebiasaan cuci Tidak tahu Cuci tangan. Tidak tahu. Cuci tangan Cuci tangan menggunakan Cuci tangan. Rajin cuci tangan.
tangan ibu sabun colek.
Upaya 2 kali sehari, Mandi jika kotor, 2 kali sehari, 2 kali sehari, 2 kali sehari, pagi dan sore. Minimal 2 kali sehari, 2 kali sehari, pagi
memandikan balita terkadang 3 atau 2 kali sehari. pagi dan sore. pagi dan sore. pago dan sore. dan sore
kali
Upaya mengganti Tidak tahu. Tidak tahu. Tidak tahu. Tidak tahu. Sering ganti baju. 2-4 kali sehari. Tidak Tidak tahu.
pakaian balita teratur, tergantung
kemauan anak.
Lingkungan Di dalam atau Di halaman Di rumah dan Di dalam atau di Di halaman dan di belakang Di dalam dan di Di dalam dan di
bermain balita di halaman rumah atau di rumah halaman depan rumah. halaman rumah dan di sekitar lingkungan
depan rumah. dilapangan bola. nenek. rumah. rumah tetangga. rumah.
Penyakit yang Tidak tahu. Panas, pilek. Tidak tahu. Panas, batuk. Panas, pilek, mencret. Panas, pilek. Panas, diare.
biasa diderita oleh
teman bermain
balita
Tindakan ibu jika Dibiarkan saja. Tidak tahu, Sebaiknya Dibiarkan saja. Dibiarkan saja, terkadang Dibiarkan saja, karena Dibiarkan saja,
anak bermain kadang suka di tidak di anak yang sakit tidak mau kakaknya satu rumah. karena kakaknya
dengan temannya suruh pulang jika biarkan main. main. satu rumah.
yang sakit sedang sakit.
Cara membuang Dibuang di Di luar rumah, Di tempat Dibuang Di tong sampah di dalam Di depan rumah, Di depan rumah
sampah belakang dikumpulkan, sampah yang dibelakang rumah, kemudian di buang dikumpulkan, kemudian kemudian di bawa
rumah kemudian terletak di samping rumah, ke belakang rumah, dibakar. petugas sampah.
dikumpulkan, dibakar.. belakang dikumpulkan, terkadang digunakan
kemudian rumah, kemudian sebagai bahan bakar untuk
dibakar. dikumpulkan, dibakar. memasak.
kemudian
dibakar.
Cara membuang Dibelakang Di sungai atau Dari WC Dibuang Dibuang dibelakang rumah, Dari kamar mandi atau Dibuang di saluran
limbah rumah rumah dekat empang. mengalir ke dibelakang yang mengalir ke empang. WC mengalir ke air dan septic tank.
tangga tempat empang. rumah, yang empang.
sampah. mengalir ke
empang.
Praktik Pemeliharaan Kesehatan Balita
Domain Informan Pendukung (Keluarga)
MK/B WH/E I/S Mu/SK Ay/N MI/A UM/SM
Lokasi tempat Di kebun Di jamban di atas Di jamban di Di WC didalam Di jamban di atas empang di Di sumur dan WC Di kamar mandi
buang hajat, mandi belakang empang di atas empang di rumah. belakang rumah. didalam rumah. dan WC didalam
dan mencuci rumah. samping rumah. belakang rumah.
rumah.
Usaha dalam Tidak tahu. Jendela di buka Jendela di buka Jendela dan Jendela di buka setiap pagi. Jendela di buka setiap Jendela dan pintu
penggantian udara, setiap pagi. setiap pagi. pintu di buka pagi. di buka setiap pagi.
pencahayaan dan setiap hari.
penerangan rumah
Usaha menjaga Disapu dan Disapu dan dipel. Disapu dan Disapu, dipel Rumah disapu dan dipel, Rumah disapu dan Disapu dan dipel.
kebersihan rumah dipel. dipel. tapi jarang. halaman rumah terkadang dipel. Halaman rumah
dan halaman disiram air agar tidak disapu.
sekitar rumah berdebu.
LAMPIRAN 10
MATRIKS HASIL WAWANCARA MENDALAM DENGAN INFORMAN PENDUKUNG STAF PUSKESMAS YANG TERLIBAT
DENGAN PROGRAM PMT-P DI PUSKESMAS PAGEDANGAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2010
Domain Informan Pendukung (Staf Puskesmas)
Y SM P
Keterlibatan - Pendistribusian, evaluasi hasil - Pemeriksaan kesehatan - Penyuluhan tentang cara pemberian makanan
petugas dalam pendistribusian PMT/ - Konseling kesehatan tentang pola tambahan,
program PMT-P makan yang baik untuk anak,
tumbuh kembang anak, kebersihan
oral, cuci tangan dan perawatan
bayi di rumah jika sedang sakit.
Pengawasan yang - Ditanya di puskesmas apa yang ibu lakukan - Tidak mengawasi, pengawasan - Pengawasan dilakukan di puskesmas saja oleh
dilakukan dengan PMT yang diberikan. dilakukan oleh ahli gizi. staff gizi, dilakukan selama balita gizi buruk
mengikuti program PMT yaitu selama 90 hari.
Kegiatan yang - Penimbangan balita, pengobatan, konseling - Pemeriksaan kesehatan - Pemberian PMT
dilakukan selama tentang cara pemberian makanan, kebersihan - Konseling kesehatan - Pemeriksaan kesehatan
program PMT-P dan pola makan anak. - Penyuluhan. - Penimbangan balita
- Konseling kesehatan oleh dokter anak. - Kunjungan rumah jika ibu balita tidak datang ke
puskesmas.
Jenis PMT-P yang - Biskuit 15 roll/bulan/balita - Biskuit - Susu untuk balita gizi buruk
diberikan - Susu 16 kotak/bulan/balita. - Susu - Biskuit untuk balita gizi buruk dan gizi kurang.
Permasalahan - Ibu balita tidak datang untuk mengambil - Ketersedian obat kadang tidak - Ibunya tidak mengerti tentang pemberian
dilapangan PMT sehingga pemberian PMT menjadi mencukupi, sehingga harus makanan terbaik untuk balita karena
terputus. diberikan resep luar atau di tunda pendidikannya rendah.
- Balita tidak memakan semua PMT yang di pemberiannya jika penyakit balita - Faktor social ekonomi yang rendah.
berikan karena terkadang diberikan kepada tidak parah. - Banyaknya pengunaan makanan instan seperti
yang lain. bakso, nugget, bubur instan dan lain-lain, karena
ibu malas, yang menyebabkan anak kurang
asupan makanan bergizi terutama sayuran.
- Kurang kerjasama antar lintas sektor di tingkat
pemerintahan.
Domain Informan Pendukung (Staf Puskesmas)
Y SM P
Karakteristik - Tingkat pendidikan rendah, - Pengetahuan kurang. - Ibu balita yang datang jika disuluh
ibu balita - Kebiasaan jajan sembarangan balita. - Tingkat ekonomi rendah. trelihat nurut, tapi dalam
- Pemberian makan masih mengikuti cara - Tingkat pendidikan rendah. pelaksanaannya tidak tahu sperti
tradisional seperti pemberian pisang sebelum - Malas. apa.
usia anak 6 bulan. - Jika ibu balita memiliki kepedulian terhadap - Susah di edukasi karena lingkungan
- Tingkat ekonomi rendah sehingga ibu sulit anaknya maka mudah untuk di edukasi. masih pedesaan.
untuk disuruh mandiri. - Jarang yang memberikan ASI eksklusif.
- Menikah pada usia muda sehingga ibu kurang
mengetahui cara merawat bayi yang benar.
Frekuensi - Rajin karena ada PMT terutama susu, susu ada - Rajin jika ada PMT. - Ibu rajin dating ke Puskesmas jika
kunjungan ibu dari bulan November 2009 – Maret 2010. sedang ada PMT saja, jika tidak ada
balita ke ibu jarang datang, karena
puskesmas kesadarannya kurang.
Penyakit yang - Diare, batuk, pilek, korengan, cacingan. - Flu/ISPA - ISPA dan diare paling banyak,
paling sering - Diare - TBC anak dan Pnemonia.
diderita balita - Koreng
- Gastritis
- Anemia namun jarang.
Tindakan yang - Terus diberi PMT dan edukasi kepada ibunya. - Dilihat faktor penyebabnya terlebih dahulu - Dilakukan pemantauan terus
dilakukan jika - Di beri pengobatan. jika penyebabnya karena pola asuh ibu yang menerus melalui penimbangan.
balita tidak - Penimbangan. kurang baik maka ibu di edukasi. - Penyuluhan terhadap ibu balita di
mengalami - Kunjungan rumah. - Jika pola makannya tidak baik maka di tingkatkan.
peningkatan koreksi baik dari jumlah, variasi maupun - Jika selama tiga bulan masih gizi
berat badan jenis makanan yang diberikan. buruk maka program PMT-P
- Jika penyebabnya karena factor ekonomi diteruskan kembali selama tiga
maka diberi bantuan hanya sedikit karena ini bulan berikutnya.
kurang mendidik.
Domain Informan Pendukung (Staf Puskesmas)
Y SM P
Cara pemberian - Diutamakan untuk balita gizi buruk.
PMT-P - Aturan pemberian mengikuti petunjuk dari
Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.
- Pemberian makanan tambahan berupa biskuit
sebaiknya pada sela-sela waktu makan, dan
digunakan hanya untuk tambahan tanpa
mengurangi makanan yang biasa di konsumsi.
- Untuk susu di minum tidak terlalu dekat dengan
waktu makan, sesuai takaran dan menjaga
kebersihan botol atau peralatan yang digunakan.
Penanganan - Obat diberikan sesuai dengan diagnosa dan - Obat diberikan sesuai dengan jenis
kesehatan balita ketersediaan obat. penyakit yang diderita.
- Ubtuk balita gizi buruk dan gizi kurang diberi - Pemberian vitamin yang
vitamin C, B komplek, dan kadang-kadang mengandung lisin untuk nafsu
mineral kalsium. makan, vitamin C dan B komplek
untuk daya tahan tubuh dan
pemulihan kesehatan.
LAMPIRAN 4
“Analisis Pola Asuh Gizi Ibu terhadap Balita Kurang Energi Protein (KEP) yang
Mendapat PMT-P di Puskesmas Pagedangan Kabupaten Tangerang
Tahun 2010”
Tanggal wawancara :
Waktu wawancara : ……….. s/d …………
Karakteristik Informan
1. Nama :
2. Umur :
3. Pekerjaan :
4. Pendidikan :
5. Umur nikah :
6. Nama anak :
7. Pendidikan suami :
8. Pekerjaan suami :
9. Pendapatan keluarga :
10. Jumlah anggota keluarga :
11. Jumlah balita dalam keluarga :
12. Alamat :
Pertanyaan
1. Pengetahuan
a. Pemberian Makan
1) Apa yang ibu ketahui tentang komposisi makanan sehat untuk balita?
2) Apa yang ibu ketahui tentang makanan bergizi?
3) Zat gizi apa saja yang terdapat dalam makanan?
4) Apa saja makanan yang mengandung energi?
5) Apa saja makanan yang mengandung protein?
6) Apa saja makanan yang mengandung karbohidrat?
7) Apa saja makanan yang mengandung lemak?
8) Manfaat makanan yang bergizi untuk anak?
9) Berapa porsi makanan yang sebaiknya diberikan kepada balita setiap kali
makan? Dalam sehari?
10) Seperti apa penyiapan dan penyajian makanan yang baik untuk balita?
11) Berapa kali sebaiknya anak di beri makan? Kapan waktu yang tepat dalam
memberi makan anak?
12) Menurut ibu apa manfaat dari pemberian ASI?
13) Sejak kapan sebaiknya anak diberi ASI?
14) Berapa lama anak seharusnya diberi ASI?
15) Apa yang ibu ketahui tentang praktik pemberian ASI? Menurut ibu seperti
apa praktik menyusui yang baik?
16) Kapan sebaiknya anak di beri makanan tambahan selain ASI?
17) Makanan seperti apa yang sebaiknya diberikan kepada bayi selain ASI?
18) Apa yang ibu ketahui tentang pemberian makanan tambahan?
19) Apa manfaat pemberian makanan tambahan untuk balita?
20) Waktu (kapan) dan cara pemberian makanan tambahan?
21) Apa saja zat makanan yang terkandung dalam PMT?
22) Apa yang ibu ketahui tentang jajanan yang baik untuk balita?
b. Pemeliharaan Kesehatan Balita
1) Apa yang ibu ketahui tentang penyakit infeksi pada balita?
2) Apa saja yang termasuk dalam penyakit infeksi pada balita?
3) Apa yang ibu ketahui tentang penyebab penyakit infeksi pada balita?
4) Apa yang ibu ketahui tentang akibat penyakit infeksi pada balita?
5) Apa yang ibu ketahui tentang gejala atau tanda-tanda penyakit infeksi pada
balita?
6) Apa yang ibu ketahui tentang cara penularan penyakit infeksi?
7) Apa yang ibu ketahui tentang cara pencegahan agar anak ibu tidak sakit?
8) Apa yang ibu ketahui tentang cara pengobatan penyakit infeksi?
9) Apa yang ibu ketahui tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada balita?
10) Apa yang ibu ketahui tentang cara meningkatkan dan memantau gizi anak?
11) Apa yang ibu ketahui tentang dampak dari KEP pada balita?
12) Apa saja manfaat dari pemberian makanan yang bergizi, ASI ekslusif, dan
imunisasi pada balita?
13) Apa saja yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan lingkungan?
14) Seperti apa rumah yang sehat? Bangunan rumah yang sehat?
15) Dimana sebaiknya anak bermain?
16) Apa manfaat air bersih untuk kesehatan? Dan sebaiknya digunakakan untuk
apa?
17) Apa yang ibu ketahui tentang cara pembuangan limbah dan sampah yang
benar?
18) Seperti apa pertukaran udara yang baik dalam rumah? Apa yang harus
dilakukan agar terjadi pertukaran udara yang sehat didalam rumah?
19) Seperti apa pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat? Dan apa
manfaatnya?
20) Dimana sebaiknya anak dan keluarga buang air besar, buang air kecil dan
mandi?
21) Bagaimana cara menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar?
2. Sikap
a. Pemberian Makan
1) Bagaimana pendapat ibu tentang komposisi makanan sehat atau bergizi
untuk balita? Apakah menurut ibu penting? Mengapa?
2) Bagaimana pendapat ibu tentang pemberian makanan bergizi pada balita?
Apakah menurut ibu penting? Mengapa?
3) Apakah menurut ibu pemberian makanan bergizi pada balita itu bermanfaat?
Alasannya apa?
4) Apakah menurut ibu pemberian porsi makanan yang cukup dan sesuai usia
itu penting? Mengapa?
5) Bagaimana pendapat ibu tentang pengolahan dan penyajian makanan yang
enak dan menarik untuk balita? Apa menurut ibu penting? Mengapa?
6) Bagaimana pendapat ibu tentang frekuensi makan yang cukup untuk balita?
Apa menurut ibu penting? Kenapa?
7) Bagaimana pendapat ibu tentang pemberian ASI Eksklusif untuk balita?
Apa menurut ibu penting? Mengapa?
8) Bagaimana pendapat ibu tentang pemberian makanan tambahan untuk
balita? Apa menurut ibu penting? Mengapa?
9) Apa ibu setuju dengan pemberian PMT-P? Mengapa?
10) Apakah anak ibu menyukai pemberian PMT-P?
11) Apa anak ibu suka jajan? Apa yang akan ibu lakukan jika anak ibu ingin
jajan?
12) Apakah ibu setuju jajan sembarangan dapat menyebabkan anak sakit?
Mengapa?
13) Apakah ibu percaya pada pantangan beberapa makanan? Apa saja makanan
yang menjadi pantangan bagi anak ibu? Mengapa?
b. Pemeliharaan Kesehatan Balita
1) Bagaimana pendapat ibu tentang penyakit infeksi pada anak? Apa menurut
ibu berbahaya?
2) Bagaimana pendapat ibu tentang usaha mencegah anak untuk tidak sakit
ketika anak sehat? Apa menuru ibu penting? Kenapa?
3) Apakah ibu setuju jika anak sakit harus dibawa ke pelayanan kesehatan?
Mengapa?
4) Apa ibu setuju dengan pemberian imunisasi pada anak? Mengapa?
5) Bagaimana pendapat ibu tentang perilaku hidup sehat dan bersih pada anak?
6) Apakah menurut ibu peningkatan berat badan dan status gizi balita itu
penting? Mengapa?
7) Menurut ibu seberapa penting penimbangan balita? Alasannya?
8) Apakah menurut ibu penurunan berat badan dan satus gizi itu berbahaya
bagi kesehatan anak? Mengapa?
9) Apa ibu setuju dengan penggunaan air bersih untuk keperluan sehari-hari
(seperti minum, memasak, mencuci, mandi dll)? Apa menurut ibu penting?
Kenapa?
10) Apa ibu setuju sampah dan limbah rumah tangga harus dibuang ke
tempatnya? Tempat tertutup? Apa menurut ibu penting? Kenapa?
11) Apa ibu setuju buang hajat harus di wc atau kakus? Apa menurut ibu
penting? Kenapa?
12) Bagaimana pendapat ibu tentang pergantian udara yang baik dan cahaya
matahari dapat masuk kedalam rumah? Apa menurut ibu penting? Kenapa?
13) Bagaimana pendapat ibu tentang menjaga kebersihan rumah? Apa menurut
ibu penting? Kenapa?
“Analisis Pola Asuh Gizi Ibu terhadap Balita Kurang Energi Protein (KEP) yang
Mendapat PMT-P di Puskesmas Pagedangan Kabupaten Tangerang
Tahun 2010”
Tanggal wawancara :
Waktu wawancara : ……….. s/d …………
Karakteristik Informan
1. Nama :
2. Umur :
3. Pekerjaan :
4. Pendidikan :
5. Hubungan dengan balita :
6. Nama balita :
7. Alamat :
Pertanyaan
1. Pemberian Makan
1) Apa saja makanan yang diberikan ibu pada balita?
2) Berapa porsi makanan yang biasa diberikan ibu pada balita setiap kali makan?
3) Apakah ada perbedaan porsi makanan yang diberikan saat balita bertambah
usia?
4) Bagaimana cara ibu dalam mengolah dan menyajikan makanan untuk anak?
5) Berapa kali balita makan dalam sehari?
6) Pada jam berapa saja biasanya ibu memberi makan balita?
7) Apa ibu memberikan ASI pada balita?
8) Seberapa sering ibu menyusui anaknya? Kapan biasanya ibu menyusui
anaknya?
9) Makanan selingan apa yang biasa ibu berikan pada anak?
10) Kapan ibu memberikan makanan tambahan untuk balitanya (pemberian makan
selain makanan pokok atau nasi)?
11) Apa balita suka jajan? Berapa kali dan jajanan apa saja yang biasa dimakan oleh
anak ibu dalam sehari?
12) Apa anda turut serta dalam pemberian PMT-P pada balita?
13) Apa saja yang diterima selama program pemberian PMT-P?
14) Berapa lama pemberiannya?
15) Siapa saja yang menikmatinya? Apa anda pernah memakannya?
16) Dalam 1 hari berapa yang dimakan balita?
17) Bagaimana cara ibu balita dalam mengolah dan menyajikannya?
18) Apa ada pantangan makanan untuk anak? Apa saja makanan yang menjadi
pantangan untuk anak?
“Analisis Pola Asuh Gizi Ibu terhadap Balita Kurang Energi Protein (KEP) yang
Mendapat PMT-P di Puskesmas Pagedangan Kabupaten Tangerang
Tahun 2010”
Tanggal wawancara :
Waktu wawancara : ……….. s/d …………
Karakteristik Informan
1. Nama :
2. Umur :
3. Jabatan :
4. Pendidikan :
5. Lama bekerja :
6. Alamat :
Pertanyaan
1. Bagaimana keterlibatan petugas kesehatan dalam program pemberian PMT-P? Apa
ada pengawasan terhadap ibu balita dalam pemberian PMT-P pada balitanya?
2. Apa saja yang dilakukan dalam pelaksanaan PMT-P pada balita?
3. Apa saja jenis PMT-P yang diberikan pada balita?
4. Apa permasalahan yang biasa ditemui selama pelaksanaan program PMT-P?
5. Bagaimana karakteristik ibu balita penerima PMT-P?
6. Apakah ibu balita sering memeriksakan balitanya ke Puskesmas?
7. Apa saja penyakit yang biasa diderita balita penerima PMT-P?
8. Apa yang dilakukan jika balita yang mendapat PMT-P tidak mengalami peningkatan
berat badan?
LAMPIRAN 7
PEDOMAN OBSERVASI