Anda di halaman 1dari 30

Rencana Strategis (RENSTRA)

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung 2015 - 2019

3 ISU-ISU STRATEGIK

3.1 GAMBARAN UMUM DAERAH

3.1.1 Kondisi Geografis

Provinsi Lampung memiliki areal seluas 35.288,35 Km2 termasuk 160 pulau yang
terletak pada bagian paling ujung Tenggara Pulau Sumatera. Secara geografis Provinsi
Lampung terletak pada : 1030 40’ – 1050 50’ Bujur Timur; serta antara : 60 45’ – 30 45’
Lintang Selatan. Sebagian besar lahan di Provinsi Lampung merupakan kawasan hutan
yaitu mencapai 833.847 Ha atau 25,26%. Selain itu merupakan daerah perkebunan
(20,92%); tegalan/ladang (20,50%); daerah pertanian, dan perumahan.
Topografi Lampung dapat dibagi dalam 5 (lima) unit topografi, yakni : 1) daerah berbukit
sampai bergunung dengan kemiringan berkisar 25%, dan ketinggian rata-rata 300m di
atas permukaan laut;2) daerah berombak sampai bergelombang dengan kemiringannya
antara 8% sampai 15% dan ketinggian antara 300 m sampai 500 m dari permukaan
laut;3) daerah dataran alluvial dengan kemiringan 0% sampai 3%; 4) daerah dataran
rawa pasang surut dengan ketinggian ½ m sampai 1 m; serta 5)serta daerah river
basin.Secara administratif Provinsi Lampung terdiri dari 15 Kabupaten/Kota seperti
terlihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Luas Wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung
Jumlah Luas Wilayah
No Kabupaten/Kota Ibukota
Kecamatan (km2)
Kabupaten
1 Lampung Barat Liwa 15 2.043,17
2 Tanggamus Kota Agung 20 2.731,16
3 Lampung Selatan Kalianda 17 2.007,01
4 Lampung Tengah Gunung Sugih 28 4.789,82
5 Lampung Utara Kotabumi 23 2.725,63
6 Way Kanan Blambangan Umpu 14 3.921,63
7 Tulang Bawang Menggala 15 4.385,84
8 Lampung Timur Sukadana 24 4.337,89
9 Pesawaran Geding Tataan 7 1.173,77
10 Pringsewu Pringsewu 8 625
11 Mesuji Mesuji 7 2.184
12 Tulang Bawang Barat Panaragan jaya 8 1.201
13 Pesisir Barat Krui 11 2.907,23
Kota
14 Bandar Lampung Bandar Lampung 13 192,96
15 Metro Metro 5 61,79
Jumlah 215 35.288,09
Sumber : Lampung Dalam Angka, 2013

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung III - 1


Rencana Strategis (RENSTRA)
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung 2015 - 2019

3.1.2 Kondisi Demografis

Berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 2010, penduduk Provinsi Lampung berjumlah


7.596.115 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk Provinsi Lampung tahun 1990-2000
mencapai 0,98% dan tahun 2000-2010 meningkat menjadi 1,23%. Jumlah Penduduk
Provinsi Lampung pada Tahun 2012 menurut BPS Provinsi Lampung adalah sebesar
35.288,35 jiwa, dengan kepadatan sebesar 220 jiwa/Km2.

Dilihat dari distribusi antar Kabupaten/Kota, tiga Kabupaten yang wilayahnya saling
berdampingan yaitu Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Lampung Timur dan
Kabupaten Lampung Selatan tercatat sebagai daerah dengan penduduk terbanyak yang
masing-masing berjumlah 1.170.048 orang, 950.574 orang, dan 909.989 orang. Ini
berarti hampir 40 persen dari total penduduk Provinsi Lampung bermukim di tiga
kabupaten tersebut. Sebaran penduduk di Provinsi Lampung per Kabupaten/Kota dapat
dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Kab/Kota di Provinsi Lampung
Tahun 2012

Luas Jumlah Kepadatan


No Kabupaten/Kota
Wilayah(Km2) Penduduk Penduduk
KABUPATEN
1 Lampung Selatan 3.319,04 932.552 281
2 Lampung Utara 2.725,87 594.562 218
3 Lampung Tengah 3.802,68 1.192.958 314
4 Lampung Barat 4.950,40 427.773 85
5 Tanggamus 302,64 548.728 182
6 Tulang Bawang 3.196,32 410.725 128
7 Way Kanan 3.921,63 415.078 106
8 Lampung Timur 5.325,03 968.004 182
9 Pesawaran 2.243,51 407.475 182
10 Pringsewu 625,00 370.157 592
11 Mesuji 2.184,00 191.221 88
12 Tulang Bawang Barat 1.201,00 255.833 213
13 Pesisir Barat
KOTA
14 Bandar Lampung 192,96 902.885 4.679
15 Metro 61,79 149.361 2.417
PROVINSI LAMPUNG 35.288,35 7.767.312 220
Sumber : Lampung Dalam Angka, 2013

Berdasarkan hasil registrasidan konsolidasi Kementerian Dalam Negeri, jumlah


penduduk Provinsi Lampung tahun 2013 sebanyak 9.499.116 jiwa.Secara rinci jumlah
penduduk Provinsi Lampung tahun 2013 hasil registrasidan konsolidasi Kementerian
Dalam Negeri disajikan pada Tabel 3.3.

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung III - 2


Rencana Strategis (RENSTRA)
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung 2015 - 2019

Tabel 3.3 Rekapitulasi Data Kependudukan Provinsi Lampung Per Kabupaten/Kota dan Jenis
Kelamin Semester II Tahun 2013

Laki-Laki Perempuan Jumlah


No Kabupaten/Kota
(Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)
KABUPATEN
1. Lampung Selatan 648.639 607.745 1.256.384
3. Lampung Utara 453.840 422.329 876.169
2. Lampung Tengah 746.856 696.708 1.443.564
4. Lampung Barat 235.285 213.190 448.475
6. Tanggamus 327.284 303.733 631.017
5. Tulang Bawang 214.770 200.539 415.309
8. Way Kanan 241.963 226.709 468.672
7. Lampung Timur 566.910 532.387 1.099.297
9. Pesawaran 278.417 256.429 534.846
10. Pringsewu 232.729 217.723 450.452
11. Mesuji 158.070 142.780 300.850
12. Tulang Bawang Barat 128.095 121.125 249.220
13. Pesisir Barat
KOTA
14. Bandar Lampung 606.714 556.861 1.163.575
15. Metro 81.796 79.490 161.286
JUMLAH 4.921.368 4.577.748 9.499.116
Sumber : Data hasil konsolidasi dari Ditjen Adminduk dan Catatan Sipil Kementerian Dalam Negeri RI ke
Biro Tata Pemerintahan Umum Setdaprov. Lampung

Dengan luas wilayah Provinsi Lampung sekitar 35.288,35 kilometer persegi yang
didiami oleh 7.767.312 orang pada tahun 2012, maka tingkat kepadatan penduduk
Provinsi Lampungadalah sebanyak 220 orang per kilometer persegi. Dari 15
kabupaten/kota di Provinsi Lampung kepadatan penduduk wilayah perkotaan jauh lebih
padat dibandingkan wilayah kabupaten. Bandar Lampung memiliki kepadatan 4.679
jiwa/km2 dan Metro 2.417 jiwa/km2. Sedangkan wilayah kabupaten, Pringsewu
merupakan kabupaten terpadat dengan 592 jiwa/km2 karena Pringsewu merupakan
kabupaten dengan wilayah terkecil hanya 1,77% dari luas Provinsi Lampung.
Kabupaten terpadat selanjutnya adalah Lampung Tengah dengan jumlah 314 jiwa/km 2,
disusul Lampung Selatan dengan jumlah 281 jiwa/km2.

Perkembangan laju pertumbuhan penduduk Provinsi Lampung mengalami penurunan


selama 30 tahun mulai 1971-2000, dan mengalami kenaikkan lagi pada periode 2000-
2010. Hal ini signifikan dan sebanding dengan perkembangan pertumbuhan penduduk
nasional dan regional (Sumatera) sebagaimana disajikan pada Gambar 3.1.

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung III - 3


Rencana Strategis (RENSTRA)
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung 2015 - 2019

Gambar 3.1 Pertumbuhan Penduduk Lampung, Sumatera dan Indonesia Tahun 1971-2010

7
6 5.77
5
3.55 Indonesia
4 3.04 Sumatera
3 2.31 2.38 Lampung
2.67 1.9
2 1.98 1.49
1.49
1 1.17 1.24
0
1971-1980 1980-1990 1990-2000 2000-2010

Sumber :www.bps.go.id

Ditinjau pada masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Lampung, Kabupaten Tulang


Bawang merupakan daerah dengan laju pertumbuhan penduduk tercepat selama kurun
waktu tahun 2000-2010. Sedangkan kabupaten dengan laju pertumbuhan penduduk
terlambat selama kurun waktu tahun 2000-2010 adalah Kabupaten Pringsewu.
Perkembangan laju pertumbuhan penduduk Provinsi Lampung berdasarkan wilayah
kabupaten/kota tahun 2000-2010 disajikan pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Lampung per Kabupaten/Kota Tahun 2000-
2010

Pringsewu 0.55
Lampung Timur 0.78
Lampung Utara 0.83
Lampung Tengah 1
Tulang Bawang Barat 1.17
Mesuji 1.17
Lampung Barat 1.22
Lampung 1.23
Pesawaran 1.29
Lampung Selatan 1.35
Way Kanan 1.4
Tanggamus 1.41
Bandar Lampung 1.59
Metro 1.95
Tulang Bawang 2.61

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3

Sumber :www.bps.go.id

3.2 KONDISI EKONOMI DAERAH

Indikator utama untuk mengetahui peningkatan pembangunan ekonomi wilayah


(daerah) adalah dengan melihat pertumbuhan ekonominya. Pada lima tahun terakhir
(2009-2013) rata-rata pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung sebesar 6,01 persen
pertahun. Selengkapnya pertumbuhan sektoral ekonomi Lampung dalam kurun2009-
2013dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung III - 4


Rencana Strategis (RENSTRA)
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung 2015 - 2019

Tabel 3.4 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Provinsi Lampung, 2009-2013 (Persen)

No Sektor 2009 2010 2011 2012 2013


1 Pertanian 2,63 1,07 4,96 4,20 3,59
2 Pertambangan/Penggalian -9,21 -3,38 13,48 2,28 10,66
3 Industri Pengolahan 5,88 6,11 4,88 4,39 7,56
4 Listrik/Gas/AirBersih 2,84 10,41 9,86 10,51 10,05
5 Konstruksi 4,87 3,71 7,77 5,82 2,50
6 Perdagangan/Hotel/Restoran 7,00 4,78 5,50 5,59 4,70
7 Transportasi/Komunikasi 11,47 15,42 12,98 13,63 7,83
8 Keu/Persewaan/Jasa Perbankan 12,91 26,88 7,48 12,44 9,48
9 Jasa-jasa 5,59 5,59 8,24 9,42 9,39
PDRB 5,26 5,88 6,43 6,53 5,97
Sumber : BPS Lampung dan Statistik Perekonomian Lampung Bappeda, 2013

Laju pertumbuhan tertinggi terjadi di tahun 2012 (6,53 persen), sedang yang terendah
terjadi di tahun 2009 (5,26 persen).Laju pertumbuhan ekonomi Lampung terus
meningkat selama tiga tahun berturut-turut (2010-2012), dan mengalami penurun
kembali pada tahun 2013. Penurunan merupakan dampak penurunan ekonomi
nasionalakibat krisis ekonomi global. Berikut grafik perkembangan laju pertumbuhan
ekonomi Provinsi Lampung seperti terlihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung 2009-2013

6.43 6.53
5.88 5.97
5.26

2009 2010 2011 2012 2013


Sumber :www.bps.go.iddan www.bi.go.id

Pertumbuhan ekonomi provinsi-provinsi di Pulau Sumatera pada tahun 2013 juga


mengalami fluktuasi, dan Provinsi Lampung masih lebih baik dibanding Aceh, Riau dan
Kep Riau, seperti terlihat pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Sumatera Tahun 2013

10 7.88
8 6.01 6.13 6.18 6.21 5.98 5.29 5.97
6 4.18
4 2.61
2
0

Sumber : Indikator Makro Provinsi Lampung, Bappeda 2014

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung III - 5


Rencana Strategis (RENSTRA)
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung 2015 - 2019

3.3 POTENSI PARIWISATA LAMPUNG

Provinsi Lampung sering disebut sebagai miniatur Indonesia, karena banyak


bermukimnya transmigran dan para pendatang, dari berbagai suku, agama dan
ras.Provinsi Lampung memiliki posisi yang strategis karena wilayahnya terletak di ujung
Pulau Sumatera bagian Selatan, yang merupakan pintu gerbang menuju Pulau
Sumatera dari arah Pulau Jawa.

Provinsi Lampung memang tidak masuk dalam 10 tujuan (destinasi) wisata unggulan
yang ditetapkan pemerintah. Namun, sebagai gerbang Sumatera, Provinsi Lampung
menjadi daerah alternatif terdekat bagi mereka yang ingin menghilangkan kejenuhan
dan keluar dari 'kebisingan' akibat padatnya Pulau Jawa.

Mengingat tingginya mobilitas warga yang datang dan pergi melewati Selat Sunda yang
menjadi penghubung Lampung di Sumatera dan Banten di Pulau Jawa, sebenarnya
potensi wisata Provinsi Lampung tak kalah menarik dibandingkan dengan daerah tujuan
wisata lainnya di Indonesia, termasuk Bali dan Lombok. Potensi pariwisata Lampung
lengkap mulai dari wisata alam, wisata bahari, wisata budaya, wisata sejarah, wisata
religi hingga agrowisata yang tersebar di 15 kabupaten/kota.

Gambar 3.5 Peta Pariwisata Provinsi Lampung

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung III - 6


Rencana Strategis (RENSTRA)
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung 2015 - 2019

1. Kota Bandar Lampung 37. Danau Ranau


2. Pantai Pasir Putih 38. Desa Wana (arsitektur dan budaya
3. Pantai Mutun dan Pulau Tangkil tradisional)
4. Balai Budidaya Laut Lampung 39. Way Besai (rafting)
5. Wisata Pulau Teluk Lampung 40. Rest Area
(Kelagian, Pahawang, Tanjung 41. Situs Purbakala Kebon Tebu
Putus, Balak, Loh) Purawiwitan
6. Teluk Kiluan 42. Bendungan Way Rarem
7. Pantai Pegadung 43. Air Terjun Putri Malu
8. Grand Elty Krakatoa 44. Air Terjun Curup Gangsa
9. Way Belerang 45. Danau Tirta Gangga
10. Makam Radin Intan II 46. Menggala Kota Budaya
11. Pantai Wartawan (Mata Air Panas 47. Bekri (Pabrik pengolahan sawit
Bumi) tertua di Indonesia)
12. Pulau Sebesi (Pulau berpenduduk 48. Pabrik dan Perkebunan Nanas
terdekat dengan Krakatau dan terbesar di Asia Tenggara
fasilitas wisata) 49. Cakat Nyenyek (sungai dan sentra
13. Kepulauan Gunung Berapi produk olahan ikan)
Krakatau 50. Way Panas Bumi Natar
14. Menara Siger
15. Desa Wana Melinting (arsitektur
dan budaya tradisional)
16. Taman Purbakala Pugung Raharjo
17. Pusat Konservasi Gajah Way
Kambas
18. Resort Way Kanan, Suaka Badak
Sumatera
19. Balai Benih Induk Holtikultura
20. Museum Transmigrasi
21. Goa Maria
22. Dataran Tinggi Gisting
23. Air Terjun Way Lalaan
24. Pantai Terbaya
25. Bendungan Batu Tegi
26. Rhino Camp Sukaraja Atas
27. Ekowisata Pemerihan
28. TNWC Tambling (Suaka Harimau
Sumatera)
29. Muara Tembulih (Penangkaran
Penyu)
30. Pantai Tanjung Setia (surfing
camp)
31. Pantai Labuhan Jukung
32. Pulau Pisang
33. Pugung Tampak (surfing)
34. Lembah Suoh Geothermal
35. Kubu Perahu
36. Air Terjun Sepapa

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung III - 7


Rencana Strategis (RENSTRA)
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung 2015 - 2019

Daya tarik wisata Lampung ada yang bersifat tangible (berwujud), seperti daya tarik
wisata pantai, museum, maupun intangible (tidak berwujud), seperti sejarah, budaya
masyarakat tradisional, maupunevents (peristiwa pariwisata).Berikut disajikan potensi
daya tarik wisata Lampung dilihat dari aspek sejarah, aspek sosial budaya masyarakat,
sektor-sektor lain yang terkait, serta potensi daya tarik wisata kabupaten/kota di Provinsi
Lampung.

1. Sejarah Lampung Sebagai Daya Tarik Wisata

Provinsi Lampung lahir pada tanggal 18 Maret 1964 dengan ditetapkannya Peraturan
Pemerintah No. 03 Tahun 1964 yang kemudian menjadi UU No. 14 Tahun 1964.
Sebelum itu Provinsi Lampung merupakan Keresidenan yang tergabung dengan
Provinsi Sumatera Selatan. Keresidenan Lampung ditingkatkan menjadi Provinsi
Lampung dengan ibukotanya Tanjung Karang-Teluk Betung. Selanjutnya berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1983 Kotamadya Daerah Tingkat II Tanjung
Karang-Teluk Betung diganti menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Bandar Lampung
terhitung sejak tanggal 17 Juni 1983 dan tahun 1999 berubah menjadi Kota Bandar
Lampung.

Lampung memiliki corak warna kebudayaan tersendiri yang menambah khasanah adat
budaya Nusantara.Lampung memiliki suatu kota tua yang merupakan bagian dari
Kerajaan Sriwijaya yaitu Kota Tulang Bawang. Kota ini menjadi saksi sejarah kekuatan
Kerajaan Sriwijaya pada masa puncak kejayaannya. Selain itu dialek yang di gunakan
dalam Bahasa Lampung memiliki banyak perbedaan pada setiap daerahnya. Ini terjadi
karena adanya proses akulturasi bahasa karena faktor geografi dan masuknya suku lain
di daerah Lampung.

Lampung hanya memiliki satu museum pusat yaitu


Museum Lampung. Di dalamnya terdapat koleksi
berupa peninggalan nenek moyang masyarakat
Lampung, seperti : guci-guci, piring keramik yang
berasal dari Cina ini menandakan bahwa
peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya masih ada
Museum Lampung sampai saat ini. Selain itu terdapat pula alat-alat
peninggalan purbakala yang di temukan di Desa Punggung Raharjo Kabupaten
Lampung Barat, seperti kapak persegi pada zaman megalithic.

Di museum ini terdapat Bola Besi yang di gunakan sebagai pembuka lahan untuk
transmigrasi di wilayah Lampung Timur, Raman Utara dan Purbolinggo Kabupaten
Lampung Timur, Seputih Banyak serta Seputih Raman padatahun 1953-1956.

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung III - 8


Rencana Strategis (RENSTRA)
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung 2015 - 2019

Selain menyimpan koleksi-koleksi pada masa zaman prasejarah dan masa sejarah,
museum ini juga menyajikan kebudayaan Lampung yaitu dengan diadakannya
pertunjukan tari tradisional.Tari yang di pertunjukan yaitu tarisembah yang merupakan
tarian selamat datang bagi para tamu yang datang ke museum ini. Lokasi museum ini
berada di Jalan Tengku Umar Tanjung Karang.

Lampung hanya memiliki satu Situs Purbakala pada Zaman Megalitikum. Pada masa
itu manusia sudah mengenal suatu kepercayaan terbukti dengan adanya tiang-tiang
batu yang disebut Menhir di dalam Situs Arkeologi Pugung yang terdapat di Desa
Pugung Raharjo Kabupaten Lampung Barat.

Gambar 3.6 Situs Arkeologi, Punden Berundak di Pugung Rahardjo, Lampung Timur (Kiri)
Menhir, Desa Puramekar, Lampung Barat (Kanan)

Di dalam Situs Arkeologi Pugung terdapat benteng Trenched Primitif, yang hampir
mengelilingi lokasinya. Benteng ini merupakan peninggalan prasejarah dan peninggalan
masa Buddha Hindu. Selain itu terdapat bangunan megah berundak yang di sebut
Punden Berundak yang dipercaya pada bagian paling atas membuat manusia dekat
dengan roh nenek moyang.

Dalam sejarah kebudayaan dan perdagangan di Nusantara, Tulang Bawang


digambarkan merupakan salah satu kerajaan tertua di Indonesia. Ahli sejarah Dr. J. W.
Naarding memperkirakan pusat kerajaan ini terletak di Hulu Way Tulang Bawang
(antara Menggala dan Pagardewa) ±20 km dari pusat Kota Menggala.

Gambar 3.7

Gambar 3.8 Kota Tua (kiri), Rumah Tua di Desa Kenali Lampung Barat (Kanan)

Seiring dengan makin berkembangnya Kerajaan Sriwijaya, nama dan kebesaran Tulang
Bawang sedikit demi sedikit semakin pudar. Sehingga sulit sekali mendapatkan catatan
sejarah mengenai perkembangan kerajaan ini.Sesudah Proklamasi Kemerdekaan

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung III - 9


Rencana Strategis (RENSTRA)
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung 2015 - 2019

Republik Indonesia, saat Lampung ditetapkan sebagai wilayah Propinsi Sumatera


Selatan, Tulang Bawang dijadikan kota tua di Provinsi Lampung.Sementara itu di
Provinsi Lampung juga terdapat Kampung Tua di Sukau, Liwa, Kembahang, Batu Brak,
Kenali, Ranau dan Krui di Kabupaten Lampung Barat.

Lampung memiliki beberapa situs ziarah,


diantaranya Masjid Al-Anwar.Masjid tertua di
Provinsi Lampung ini didirikan pada tahun 1839.
Masjid ini menjadi saksi sejarah dimana pada saat
itu Krakatau meletus dengan hebatnya pada tahun
1883. Uniknya bangunan masjid ini tidak seluruhnya
Masjid Al-Anwar rubuh akibat getaran pada bumi ketika Krakatau
meletus. Pada tahun 1888 Masjid ini di renovasi. Masjid ini memiliki dua buah meriam
peninggalan Portugis.

Masjid Al-Yaqin merupakan masjid tertua kedua


di Lampung. Masjid ini dibangun oleh pendatang
dari Bengkulu pada tahun 1883.

Pada masa kolonial Belanda pernah mengalami


kerusakan pada bagian depan masjid akan tetapi
sudah direnovasi dengan mempertahankan
Masjid Al-Yaqin
bentuk aslinya.

Vihara Thay Hin Bio digunakan untuk memohon


perlindungan pada Kuan Im Pho Sat yang Maha
Pengasih dan Penyayang. Vihara yang di bangun
atas keinginan masyarakat Tionghoa Lampung ini
dibangun pada tahun 1896.

Sementara Gereja yang di bangun pada masa


Vihara Thay Hin Bio
Kolonial Belanda terletak di Jalan Imam Bonjol dekat
Pasar Bambu Kuning, Tanjung Karang. Gereja ini telah mengalami renovasi tanpa
mengubah bentuk asli bangunan ini.

2. Sosial dan Budaya Lampung Sebagai Daya Tarik Wisata

Saat ini tradisi yang masih dilestarikan


masyarakat Lampung yaitu Krakatau
Fest. Tradisi ini sudah ada sejak
Krakatau meletus tahun 1883.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk
Festival Krakatau

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung III - 10


Rencana Strategis (RENSTRA)
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung 2015 - 2019

keselamatan masyarakat Lampung agar Krakatau tidak meletus dengan goncangan


yang besarlagi.

Tradisi budaya ini di kembangkan oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi
Lampung sebagai bentuk kegiatan yang diadakan setahun sekali. Festival Krakatau
diadakan untuk merayakan pulau vulkanik dengan nama yang sama. Selama festival,
atraksi wisata budaya yang disajikan seperti Karnaval Tuping (Lampung Mask
Carnivals), prosesi gajah dan berbagai macam pertunjukan tari dari Lampung dan kota-
kota sekitarnya. Puncak acara ini adalah perjalanan pulau vulkanik itu sendiri
(KepulauanKrakatau) untuk menyaksikan eksotisme Gunung Krakatau dari dekat.

Provinsi Lampung juga memiliki Arsitektur


tradisional sebagai Rumah Adat.Rumah Kampung
Ulok Gading merupakan rumah khusus untuk
pemuka adat Lampung yang berbentuk panggung.
rumah ini memiliki ruangan khusus untuk
menyimpan benda pusaka.
Rumah Adat
Rumah adat lainnya adalah Rumah Kampung
Kedamaian, merupakan salah satu rumah peninggalan dari pemuka adat Lampung
yang fungsinya sebagai tempat pertemuan para pemuka adat untuk mengadakan
musyawarah serta merupakan rumah masyarakat Lampung yang bukan merupakan
pemuka adat. Arsitektur rumah ini yaitu rumah panggung dengan atap yang terbuat dari
anyaman ilalang dan bangunan ini terbuat dari kayu yang sangat kuat.

Rumah ini berbentuk Limas.Arsitektur rumah panggung dipilih karena dapat


menghindari gangguan binatang buas dan tahan bencana gempa, banjir dan tanah
longsor.

Dalam seni pertunjukan, Lampung memiliki seni


pertunjukan yang lengkap, seperti : Musik, Tari
Tradisional, Theatre, dan Sastra.Lampung memiliki
beraneka ragam musik tradisional yang masih
bertahan sampai saat ini seperti Klasik Lampung.
Jenis musik ini biasanya diiringi oleh alat musik
gambus dan gitar akustik. Penggunaan alat musik
gambus pada musik tradisional Lampung
merupakan adanya pengaruh dari masuknya Islam
Lampung. Adapun lagu tradisional masyarakat
Lampung yaitu Sang Bumi Ruwa Jurai dan Pang Li
Pandang.

Tari Singeh Pengunten Jenis tarian tradisional masyarakat Lampung yang

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung III - 11


Rencana Strategis (RENSTRA)
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung 2015 - 2019

terkenal adalah Tari Sembah dan Tari Melinting. Nama tari sembah sudah berubah
nama menjadi tari Singeh Pengunten. Ritual tari Singeh Pengunten biasanya
dipersembahkan untuk penyambutan dan penghormatan bagi tamu yang datang. Tarian
ini biasa ditampilkan pada saat pembukaan pesta pernikahan dengan adat Lampung.
Ciri khas pada tarian Lampung seorang penari memakai kuku panjang yang terbuat dari
emas atau tembaga.

Seni teater yang ada di Lampung digelar tiap tahun untuk event-event seperti
pertunjukan, lomba, workshop dan diskusi.Tempat yang sering digunakan adalah
Gedung Teater Tertutup Taman Budaya Lampung, Auditorium RRI, GSG UNILA,
Academic Centre STAIN Metro, Gedung PKM Unila, Aula FKIP Unila, Pasar Seni
Enggal.Dari sisi kerajinan rakyat, Lampung memiliki seni plastis dari kerajinan Kain
Tapis dan Batik Lampung.Kain Tapis merupakan kerajinan tradisional yang sangat
terkenal yang di miliki Lampung dan merupakan penanda tingkat sosial masyarakat
Lampung. Kain Tapis biasa digunakan dalamacara-acara adat dan acara pernikahan.
Sentra penjual kain tapis dapat dijumpai di PasarBambu Kuning, Tanjung Karang,
Bandar Lampung.Tapis Lampung adalah hasil tenun benang kapas dengan motif,
benang perak atau benang emas dan menjadi kain khas Suku Lampung.Jenis tenun ini
biasanya digunakan pada bagian pinggang ke bawah berbentuk sarung yang terbuat
dari benang kapas dengan motif seperti motif alam, flora dan fauna yang disulam
dengan benang emas dan benang perak.Sementara itu kerajinan batik di Lampung yaitu
Sebage mempunyai ragam khas dan corak warna dengan berbagai variasi Motif. Bahan
dasar yang dipergunakan adalah Sutera dan Katun.

3. Sektor Lain Sebagai Daya Tarik Wisata

Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang dapat memanfaatkan


potensi sektor lain, terutama sektor-sektor yang “ramah lingkungan”.

Gambar 3.9 Wisata Agro. Perkebunan Lada di Lampung Utara (kiri), Atraksi Panjat Pohon
Damar di Krui, Lampung Barat

Potensi pertanian, termasuk di dalamnyatanaman pangan, perkebunan, peternakan,


dan perikanan, dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata agro. Potensi daya tarik
wisata agro di Lampung sangat besar. Saat ini, beberapa potensi pertanian sudah

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung III - 12


Rencana Strategis (RENSTRA)
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung 2015 - 2019

dikembangkan ke arah wisata agro, seperti pabrik pengolahan singkong yang


memproduksi tepung tapioka. Salah satu pabrik yang menarik itu dimiliki PT. Bumi
Tapioka Jaya di Kampung Karta Udik, Menggala Kabupaten Tulang Bawang.Wisata
agro dapat menjadi tujuan wisata utama di Lampung pada masa yang akan datang.

3.4 KAWASAN WISATA UNGGULAN

Merujuk pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Lampung tahun 2010-
2030, Kawasan pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau
memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting
dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya,
pemberdayaan sumberdaya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan
keamanan.

Kawasan Wisata Unggulan Provinsi Lampung yang terbentuk memilikicakupan wilayah


yang berbeda luasannya dengan batas ’imajiner’ kabupaten/kota yang berada dalam
cakupannya. Dengan demikian suatu KWU memilikifaktor pengikat kawasan yang dapat
bersifat fisik (geomorfologi), seperti jalur jalan dan jalur pantai, maupun non-fisik yang
bersifat pengaruh suatu budaya.

Setiap KWU memiliki sumberdaya wisata utama/kegiatan yang telah berkembang, atau
sumber daya wisata lain maupun kegiatan wisata lain yang diusulkan untuk
dikembangkan, serta potensi pasar wisatawaneksisting dan yang akan menjadi sasaran
pasar, baik dilihat dari daerah asal wisatawan, maupun karakteristik wisatawannya.
Sumberdaya wisata utama suatu KWU nantinya menjadi tema produk wisata utama
yang akan diunggulkan dari KWU tersebut, dan akan terkait dengan segmen pasar
wisatawan yang menjadi sasaran.Penyebaran wilayah KWU Provinsi Lampung
selengkapnya disajikan pada berikut :

Gambar 3.10 Peta Penyebaran Wilayah Kawasan Wisata Unggulan di Provinsi Lampung

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung III - 13


Rencana Strategis (RENSTRA)
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung 2015 - 2019

3.4.1 Kawasan Wisata Unggulan Kota Bandar Lampung

Merupakan kawasan wisata dijalur lintas Barat yang mencakup Gedungtataan-Rantau


Tijang-Kota Agung–Wonosobo–Sangga-Bengkunat – Biha–Krui-Simpang Gunung
Kemala-Pugung Tampak-batas Provinsi Bengkulu. Kawasan ini memiliki dominasi
karakteristik wilayah perkotaan dan industri, dengan kegiatan perdagangan dan jasa,
industri, dan bisnis yang cukup dominan.Daya tarik wisata yang ditawarkan kawasan ini
pun berkembang ke arah wisata bisnis di perkotaan dengan daya tarik wisata belanja,
rekreasi buatan, wisata pendidikan, serta wisata industri dan bisnis yang terkait dengan
keberadaan kawasan Kota Bandar Lampung.

Gambar 3.11 Peta Wilayah Kawasan Wisata Unggulan Kota Bandar Lampungdi Provinsi
Lampung

Lokasinya yang dekat dengan DKI Jakarta dengan aksesibilitas yang cukup baik dan
sarana prasarana perkotaan yang relatif lengkap menjadikan kawasan ini sangat
potensial bagi wisnus maupun wisman dari DKI Jakarta dan sekitarnya dan atau yang
melintasi kawasan ini.Selain itu, jumlah penduduk di kawasan ini dan kawasan
sekitarnya yang sangat besar merupakan potensi pasar yang perlu diraih.

Dari segi perkembangan wilayah, kawasan ini sebenarnya sudah sangat berkembang
sebagai kawasan perkotaan.Namun tingkat perkembangan pariwisata di kawasan ini
belum setara dengan tingkat perkembangan wilayahnya.Wisatawan memang sudah
berkunjung ke kawasan ini khususnya untuk maksud bisnis dan bahkan
sarana/prasarana penunjang sudah tidak menjadi masalah lagi. Namun pengemasan
produk wisata dirasakan masih kurang dapat bersaing dengan kawasan wisata lain di
sekitarnya sehingga diperlukan upaya-upaya untuk memunculkan keunikan daya tarik
yang dimiliki yang dikemas sesuai dengan karakter wilayah perkotaan serta segmen
pasar wisatawan yang dituju.

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung III - 14


Rencana Strategis (RENSTRA)
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung 2015 - 2019

3.4.2 Kawasan Wisata Unggulan Krui dan Tanjung Setia

Pantai Tanjung Setia terletak di Desa Tanjung


Setia, Kecamatan Pesisir Selatan, dan berjarak
sekitar 52 km dari Kota Liwa ke arah
Krui.Perpaduan nuansa biru laut dan biru langit
dapat kita lihat di pantai ini.Temperatur udara
rata-rata di kawasan pantai ini sekitar 29°C -
33°C. Kegiatan wisata yang bisa dilakukan di
sini antara lain berenang, menyelam, piknik, Tanjung Setia

mengumpulkan kerang, berselancar, berperahu dan bersepeda menyusuri pantai.

Gambar 3.12 Peta Wilayah Kawasan Wisata Unggulan Krui dan Tanjung Setia di Provinsi
Lampung

Pantai ini menghadap langsung ke Samudera Hindia dan selama bulan tertentu yaitu
April dan Oktober, ketinggian ombak mencapai 2 - 4 meter dengan panjang sekitar 200
m. Pada musim seperti ini banyak wisatawan mancanegara yang khusus datang untuk
berselancar. Tersedia cottage yang disediakan khusus untuk para surfer.Tempat ini
terletak di Krui Kabupaten Lampung Barat, dapat dijangkau dengan perjalanan darat
sejauh 273 km dari Bandar Lampung.

3.4.3 Kawasan Wisata Unggulan Taman Nasional Way Kambas

Way Kambas merupakan Suaka alam


dataran rendah dengan luas - 1300 km,
dapat dicapai 2 (dua) jam berkendaraan
dari kota Bandar Lampung melintasi daerah

Way Kambas
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung III - 15
Rencana Strategis (RENSTRA)
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung 2015 - 2019

perkebunan Bergen dan Situs Purbakala Pugung Raharjo, perkebunan lada serta
perkampungan asli Lampung.

Taman Nasional Way Kambas adalah rumah bagi sekitar 350 gajah Sumatera
(Elepahas maximus sumatrensis)yang merupakan sub-spesies dari gajah Asia dan
hanya terdapat di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Gajah-gajah di tempat ini tidak
berada dalam kehidupan liar yang sebenarnya karena mereka semua berada dalam
program pelatihan gajah.

Gajah-gajah yang masih liar dijinakkan dan dilatih di Pusat Pelatihan Gajah Way
Kambas. Pusat pelatihan ini didirikan untuk mengatasi masalah gajah liar yang
kehidupannya terdesak karena habitatnya digunakan untuk ladang pertanian.

Di pusat pelatihan gajah, hewan bertubuh besar yang dilindungi ini dilatih untuk dapat
tampil dalam suatu pertunjukan seperti sepak bola gajah yang cukup populer di
kalangan wisatawan lokal. Para wisatawan juga dapat berkeliling dengan menunggang
gajah dan menyaksikan pertunjukan oleh para gajah.

Gambar 3.13 Peta Wilayah Kawasan Wisata Unggulan Taman Nasional WayKambas di
Provinsi Lampung

Resort Way Kanan adalah termasuk dalam wilayah Taman Nasional Way Kambas
dengan lokasi 13 km dari pintu gerbang. Di sepanjang jalan menuju Way Kanan,
pengunjung yang beruntung dapat melihat satwaliar yang berkeliaran atau melintas di
jalan.

Way Kanan adalah surga bagi pencinta alam dikarenakan flora dan faunanya dan
kawasan ini juga merupakan lokasi Sumatran Rhino sanctuary yaitu proyek penelitian

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung III - 16


Rencana Strategis (RENSTRA)
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung 2015 - 2019

pembangunan populasi badak Sumatra di habitat aslinya setara penelitian populasi


harimau Sumatera. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah trekking di hutan rimba atau
berperahu motor di Sungai untuk mengamati flora dan fauna dengan dibantu petugas.

Pusat latihan Gajah terletak di Desa Karangsari atau 8 (delapan) Km dari Plang Ijo,
yaitu Pintu Gerbang Taman Nasional Way Kambas dengan jalan aspal yang juga
merupakan batas wilayah taman Nasional dengan perladangan Penduduk desa.

Arena pertunjukan gajah menampilkan pertunjukan menarik seperti gajah berjoget,


berdiri di tonggak, melangkahi orang, dan lain-lain.Kegiatan yang dapat dilakukan
diantaranya safari gajah, foto hunting, naik kereta gajah dll. Fasilitas yang tersedia yaitu
: Mushola, Parkir, Pesanggrahan, arena atraksi, kios cinderamata, dan lain-lain.

3.4.4 Kawasan Wisata Unggulan Teluk Kiluan

Teluk Kiluan terletak di


KabupatenTanggamus
merupakan sebuah teluk
yang banyak menyimpan
potensi wisata bahari. Tidak
Teluk Kiluan
jauh dari sana terdapat pantai
berpasir putih tempat penyu-penyu bertelur dan bukit-bukit batu karang. Teluk ini
merupakan jalur lintasan lumba-lumba berada, mulai dari gugusan Cengkalik ke arah
Selatan sampai ke Cuku Kementara.

Gambar 3.14 Peta Wilayah Kawasan Wisata Unggulan Teluk Kiluan di Provinsi Lampung

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung III - 17


Rencana Strategis (RENSTRA)
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung 2015 - 2019

Selain itu terdapat Pulau Kiluan, di sekitar pulau merupakan tempat ideal bagi aktivitas
wisata air seperti menyelam, snorkling, memancing, berselancar dan berperahu untuk
melihat lumba-lumba.Suasana kehidupan masyarakat yang masih tradisional dengan
perpaduan budaya Bali, Lampung dan Jawa.Akses menuju ke Kiluan dapat ditempuh
dengan 2 (dua) jam perjalanan darat dari Bandar Lampung dengan menyusuri pesisir
pantai, sawah, perkebunan, perkampungan dengan rumah-rumah tradisional dan
perbukitan.

3.4.5 Kawasan Wisata Unggulan Gunung Krakatau dan Pulau Sebesi

Kepulauan Krakatau terletak di Selat


Sunda termasuk dalam wilayah
Kabupaten Lampung Selatan, mempunyai
daya tarik yang unik baik bagi Wisatawan
Nusantara maupun Mancanegara,
khususnya bagi peneliti, karena Pulau ini
merupakan laboratorium alam bagi Gunung Krakatau
berbagai disiplin ilmu (Geologi, Konservasi, Biologi dan Vulkanologi). Disamping itu,
aktivitas Anak Krakatau, sunset pada sore hari merupakan panorama alam yang sangat
menarik untuk disaksikan. Gunung Anak Krakatau muncul dari permukaan laut pada
tahun 1927 dan sampai dengan bulan Agustus 2008 ketinggian Anak Krakatau telah
mencapai lebih kurang 417 meter. Ketinggiannya terus bertambah beberapa meter
setiap tahun. Selain itu di kepulauan ini dapat di jumpai tempat yang menarik untuk
berenang, menyelam dan kegiatan wisata bahari lainnya.

Transportasi Menuju Kepulauan Krakatau, dari Bandar Lampung (melalui terminal Bus
Rajabasa atau terminal Panjang) menggunakan Bus jurusan Kalianda Kabupaten
Lampung Selatan (45 menit), kemudian dilanjutkan dengan angkutan umum menuju
desa Canti (10 menit). Atau jika anda dari pelabuhan Bakauheni menggunakan Bus
jurusan Kota Kalianda (45 menit), di lanjutkan dengan angkutan umum menuju Desa
Canti. Dari Dermaga Desa Canti menggunakan kapal motor rakyat yang dapat kita sewa
ke Kepulauan Krakata/Gunung Krakatau dalam waktu sekitar 150 menit atau kapal
cepat dalam waktu sekitar 90 menit.

Pulau Sebesi terletak di Teluk Lampung dan dekat


dengan Gunung Krakatau (Pulau Rakata) tepatnya
posisi 05°55°37.43”-05°58’44.48” LS dan
105°27’30.50”-105°30’47.54” BT. Pulau Sebesi
termasuk dalam wilayan Desa Tejang Pulau Sebesi
Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung
Selatan. Desa tejang Pulau Sebesi terbagi menjadi
Pulau Sebesi

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung III - 18


Rencana Strategis (RENSTRA)
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung 2015 - 2019

4 dusun yaitu : Dusun I Bangunan, Dusun II Inpres, Dusun III Regahan Lada dan Dusun
IV Segenom. Luas wilayah adalah 2325,25 Ha, dengan panjang pantai 19,55 Km.
Sebagian besar wilayah Pulau Sebesi tersusun dari endapan gunung api muda dan
daratan perbukitan. Bukit tertinggi mencapai 884 meter dari permukaan laut yang
berbentuk kerucut dengan 3 (tiga) puncak.

Gambar 3.15 Peta Wilayah Kawasan Wisata Unggulan Gunung Krakatau dan Pulau Sebesi di
Provinsi Lampung

Akses menuju pulau Sebesi melalui Pelabuhan Canti yang ada di Kalianda Lampung
Selatan. Satu-satunya moda transportasi yang digunakan adalah menggunakan perahu
motor. mengingat penumpang hanya terbatas dan mayoritas adalah penduduk Pulau
Sebesi yang keluar pulau untuk keperluan tertentu ke Kalianda Jadwal pemberangkatan
hanya satu kali setiap hari. Perahu motor berangkat dari Pulau Sebesipada pagi hari
(antara jam 07.00 s.d. jam 08.00 WIB) dan kembali pada jam 13.00 s.d. 14.00 WIB.
Keadaan ini menyulitkan bagi penumpang umum (non penduduk Pulau Sebesi) atau
wisatawan untuk ke mengunjungi Sebesi.

Isu yang lain yang akan dapat menghambat pengembangan Pulau Sebesi menjadi
kawasan ekowisata adalah Konflik status kepemilikan tanah di Pulau Sebesi. Konflik
kepemilikan tanah antara warga dan pemilik tanah Pulau Sebesi dan Pemerintah
Kabupaten Lampung Selatan.Konflik ini berkembang menjadi permasalahan yang
meresahkan warga masyarakat Desa Tejang Pulau Sebesi. Hal ini juga dimanfaatkan
oleh pihak-pihak yang ingin mengambil keuntungan pribadi dengan menyebarkan isu
bahwa tanah dan pekarangan rumah warga akan diambil oleh Pemerintah Daerah.
Bahkan beberapa warga masyarakat sudah ada yang telah menyetorkan sejumlah uang
kepada oknum perangkat desa yang menjanjikan akan dibuat sertifikat hak milik tanah.

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung III - 19


Rencana Strategis (RENSTRA)
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung 2015 - 2019

3.4.6 Kawasan Wisata Unggulan Bakauheni dan Menara Siger

Merupakan icon Lampung dan sebagai titik nol


jalan lintas Sumatera (pintu gerbang Pulau
Sumatera). Dengan bentuk architecture crawn
yang indah berwarna kuning, menara ini dapat
dilihat dari jauh ketika kapal akan berlabuh di
Pelabuhan Bakauheni baik pagi maupun malam
Menara Siger hari dengan lampu sorot dan sekaligus dijadikan
menara lampu oleh kapal-kapal yang akan merapat di Pelabuhan. Di puncak
menara,terdapat payung tiga warna (putih-kuning-merah) sebagai simbol tatanan sosial
masyarakat Lampung. Menara yang mengusung adat budaya Lampung dan sekaligus
landmark dari kawasan Bakauheni ini menyimpan prasasti kayu are sebagai simbol
pohon kehidupan bagi masyarakat Lampung. Hal tersebut menjadikan Menara Siger
sebagai mahkota budaya kehidupan masyarakat.

Gambar 3.16 Peta Wilayah Kawasan Wisata Unggulan Bakauheni dan Menara Siger di
Provinsi Lampung

Menara Siger sebagai landmark/simbol penanda bagi Provinsi Lampung yang


mencerminkan identitas Lampung sebagai Provinsi Gerbang Selatan dan Titik Nol-nya
Pulau Sumatera. Dibangun di atas bukit dekat Pelabuhan Bakauheni yang sangat
strategis sebagai tempat transit dan wisata. Dengan mengadaptasi bentuk khas
tradisional Lampung diambil dari bentuk Mahkota Siger yang dikenakan oleh wanita
Lampung pada upacara-upacara adat dan merupakan suatu simbol kehormatan, simbol
budaya Lampung dan sering diaplikasikan pada bangunan, monumen serta ragam hias.
Disamping bentuk dasar Mahkota Siger, desain ini juga memasukkan bentuk asli
tradisional Lampung lainnya yaitu paguk di bagian kiri kanan menara sebagai

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung III - 20


Rencana Strategis (RENSTRA)
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung 2015 - 2019

perlambang perahu. Pada puncak menara terdapat payung merah, kuning, putih
sebagai simbol hirarki kebangsawanan. Dimensi Menara Siger : Tinggi 32 meter,
panjang 50 meter, lebar 10 meter, lantai 5 tingkat. Ruang dalam difungsikan sebagai
Pusat Informasi Budaya dan Pariwisata Lampung serta kegiatan keagamaan.

3.4.7 Kawasan Wisata Unggulan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan


merupakan Taman Nasional terbesar ke-3 di
Pulau Sumatera, dengan luas358.800 Ha,
membentang dari ujung Selatan Provinsi
Lampung bagian Barat hingga bagian Selatan
Provinsi Bengkulu. Di ujung Selatan Taman
Nasional ini terdapat Danau Menjukut yang Taman Nasional Bukit Barisan

dipisahkan dengan laut hanya oleh pasir pantai selebar puluhan meter. Sementara
bagian Tenggara, Selatan dan Barat Taman Nasional ini dikelilingi oleh lautan yaitu
perairan Teluk Semangka, Tanjung China dan Samudera Indonesia.

Gambar 3.17 Peta Wilayah Kawasan Wisata Unggulan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
di Provinsi Lampung

Taman Nasional Bukit Barisan II (TNBBS-II) merupakan kawasan hutan lindung yang
dihuni oleh satwa langka yang dilindungi oleh pemerintah seperti : gajah, harimau,
badak, kerbau hutan, burung, dan sebagainya. Kecuali itu kawasan ini juga ditumbuhi
oleh flora yang sangat langka misalnya bunga bangkai dan berbagai macam anggrek.
TNBBS-II di ujung Selatan Pulau Sumatera yang sebagian wilayahnya merupakan

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung III - 21


Rencana Strategis (RENSTRA)
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung 2015 - 2019

wilayah territorial Kabupaten Tanggamus. Lokasi TNBBS-II sangat tepat untuk


pengembangan kegiatan wisata buru, yaitu ekowisata maupun kegiatan penelitian
habitat dan fauna yang ada. Lokasi bunga bangkai terletak di perbatasan Wilayah
Kabupaten Tanggamus dengan Wilayah Kabupaten Lampung Barat. Untuk mencapai
lokasi habitat tanaman bunga bangkai, dapat digunakan dengan kendaraan
umum/pribadi dari Kota Agung dengan waktu tempuh selama ± 50 menit perjalanan dan
jarak tempuh ± 40 km.

3.5 FASILITAS PENDUKUNG KEPARIWISATAAN LAMPUNG

Jumlah hotel berbintang di Provinsi Lampung terus bertambah dan pada tahun 2013
menjadi 10 hotel dengan jumlah kamar bervariasi, yaitu :

Tabel 3.5 Jumlah Hotel Berbintang di Provinsi Lampung Tahun 2013

Jumlah Tempat
Nama Hotel Class Jumlah Kamar
Tidur
Sheraton Lampung ***** 110 146
Novotel Lampung **** 221 360
Marcopolo *** 101 168
Sahid Bandar Lampung *** 93 125
Emersia **** 122 119
Grand Anugerah *** 82 127
Bukit Randu **** 72 103
Widara Asri ** 39 50
Bumi Kedaton Resort ** 8 16
Arinas * 44 67
Jumlah 892 1.271
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung, 2013

Sedangkan jumlah hotel klas melati/non klasifikasi tersebar hampir di seluruh


kabupaten/kota se-Provinsi Lampung dapat dilihat pada Gambar 3.17 berikut.

80 71
70
60
50
40 30
30 21 17 17
20 10 9 12 9 7 10
5 1 2
10
0

Gambar 3.18 Grafik Jumlah Hotel Klas Melati/Non Klasifikasi di Kabupaten/Kota Provinsi
Lampung Tahun 2013

Sumber :Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung, 2013

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung III - 22


Rencana Strategis (RENSTRA)
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung 2015 - 2019

Untuk menuju daerah tujuan wisata di Provinsi Lampung, para wisatawan juga tidak
akan menemui kesulitan, karena banyak biro perjalanan wisata yang menyediakan
sarana transportasi ke tempat/obyek wisata yang tersebar di seluruh kabupaten/kota se-
Provinsi Lampung, yaitu :

Tabel 3.6 Jumlah Biro Perjalanan Wisata dan Travel di Provinsi Lampung, Tahun 2013

No Nama Kota/Kabupaten Jumlah


1 Bandar Lampung 75
2 Metro 19
3 Pesawaran 1
4 Tanggamus 7
5 Lampung Barat 11
6 Lampung Utara 3
7 Lampung Tengah 8
8 Pringsewu 3
9 Tulang Bawang Barat 1
10 Pesisir Barat 2
Sumber :Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung, 2013

3.6 PERKEMBANGAN EKONOMI KREATIF

Era globalisasi dan konektivitas mengubah cara bertukar informasi, berdagang, dan
konsumsi dari produk-produk budaya dan teknologi dari berbagai tempat di dunia. Dunia
menjadi tempat yang sangat dinamis dan kompleks sehingga kreativitas dan
pengetahuan menjadi suatu aset yang tak ternilai dalam kompetisi dan pengembangan
ekonomi. Ekonomi Kreatif adalah sebuah konsep yang menempatkan kreativitas dan
pengetahuan sebagai aset utama dalam menggerakkan ekonomi. Konsep ini telah
memicu ketertarikan berbagai negara untuk melakukan kajian seputar Ekonomi Kreatif
dan menjadikan Ekonomi Kreatif model utama pengembangan ekonomi.

Istilah “Ekonomi Kreatif” mulai dikenal secara global sejak munculnya buku “The
Creative Economy : How People Make Money from Ideas” (2001) oleh John Howkins.
Howkins menyadari lahirnya gelombang ekonomi baru berbasis kreativitas setelah
melihat pada tahun 1997 Amerika Serikat menghasilkan produk-produk Hak Kekayaan
Intelektual (HKI) senilai 414 Miliar Dollar yang menjadikan HKI ekspor nomor 1 Amerika
Serikat. Howkins dengan ringkas mendefinisikan Ekonomi Kreatif, yaitu :“The creation
of value as a result of idea”.

Dalam sebuah wawancara oleh Donna Ghelfi dari World Intellectual Property
Organization (WIPO) di tahun 2005, John Howkins secara sederhana menjelaskan
Ekonomi Kreatif yang disarikan sebagai berikut “Kegiatan ekonomi dalam
masyarakat yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menghasilkan
ide, tidak hanya melakukan hal-hal yang rutin dan berulang. Karena bagi

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung III - 23


Rencana Strategis (RENSTRA)
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung 2015 - 2019

masyarakat ini, menghasilkan ide merupakan hal yang harus dilakukan untuk
kemajuan.”

Studi Ekonomi Kreatif terbaru yang dilakukan United Nations Conference on Trade and
Development (UNCTAD) pada tahun 2010 mendefinisikan Ekonomi Kreatif sebagai “An
evolving conceptbased on creative assets potentially generating economic
growth and development.”

Dengan penjabaran lebih lanjut sebagai berikut :

1. Mendorong peningkatan pendapatan, penciptaan pekerjaan, dan pendapatan


ekspor sekaligus mempromosikan kepedulian sosial, keragaman budaya, dan
pengembangan manusia.

2. Menyertakan aspek sosial, budaya, dan ekonomi dalampengembanganteknologi,


Hak Kekayaan Intelektual, dan pariwisata.

3. Kumpulan aktivitas ekonomi berbasiskan pengetahuan dengan dimensi


pengembangan dan keterhubungan lintas sektoral pada level ekonomi mikro dan
makro secara keseluruhan.

4. Suatu pilihan strategi pengembangan yangmembutuhkan tindakan lintas


kementerian dan kebijakan yang inovatif dan multidisiplin.

5. Di jantung Ekonomi Kreatif terdapat Industri Kreatif.

Di Indonesia, dalam Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional 2009-2015


(2008) Ekonomi Kreatif didefinisikan sebagai berikut “Era baru ekonomi setelah
ekonomi pertanian, ekonomi industri, dan ekonomi informasi, yang
mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan
pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi utama dalam
kegiatan ekonominya.”

Ekonomi kreatif sering dilihat sebagai sebuah konsep yang memayungi konsep lain
yang juga menjadi populer di awal abad ke-21 ini, yaitu Industri Kreatif. Tercatat istilah
“Industri Kreatif” sudah muncul pada tahun 1994 dalam Laporan “Creative Nation” yang
dikeluarkan Australia. Namun istilah ini benar-benar mulai terangkat pada tahun 1997
ketika Department of Culture, Media, and Sport (DCMS) United Kingdom mendirikan
Creative Industries Task Force. Definisi Industri Kreatif menurut DCMS Creative
Industries Task Force (1998) :

“Creative Industries as those industries which have their origin in individual


creativity, skill & talent, and which have a potential for wealth and job creation
through the generation and exploitation of intellectual property and content.”

Definisi Industri Kreatif di Indonesia seperti yang tertulis dalam Cetak Biru
Pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional 2009-2015 (2008) adalah :“Industri yang

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung III - 24


Rencana Strategis (RENSTRA)
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung 2015 - 2019

berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan serta bakat individu untuk


menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan
pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.“

Dapat disimpulkan bahwa Ekonomi Kreatif dalam hubungannya dengan Industri Kreatif
adalah kegiatan ekonomi yang mencakup industri dengan kreativitas sumber daya
manusia sebagai aset utama untuk menciptakan nilai tambah ekonomi.

Hasil Studi kerjasama Bappeda Provinsi Lampung dan LPM Universitas Lampung
Tahun 2012 telah mengidentifikasi produk-produk unggulan ekonomi kreatif yaitu :

Tabel 3.7 Hasil Identifikasi Produk-Produk Unggulan Ekonomi Kreatif di Provinsi Lampung
Tahun 2012

Bobot
Peringkat Sub sektor
Gabungan
1 Kerajinan 0,988
2 Periklanan 0,881
3 Fesyen 0,876
4 Penerbitan dan Percetakan 0,845
5 Arsitektur 0,835
6 Desain 0,806
7 Video, Film dan Fotografi 0,793
8 Layanan Komputer dan Peranti Lunak 0,781
9 Musik 0,778
10 Pasar Barang Seni 0,726
11 Seni Pertunjukan 0,703
12 Televisi dan Radio 0,681
13 Permainan Interaktif 0,658
14 Riset dan Pengembangan 0,649
15 Kuliner 0,648
Sumber : Hasil Studi LPM Unila, 2012

Sub Sektor Kerajinan merupakan sub sektor yang paling potensial jika dibandingkan
dengan 13 sub sektor lainnya ditinjau dari seluruh kriteria yang dipilih/digunakan dengan
bobot sebesar 0,988. Tingginya bobot nilai pada sub sektor kerajinan tersebut
ditentukan oleh hampir keseluruhan kriteria kecuali teknologi dan modal. Kriteria modal,
walaupun pada penilaian prioritas kriteria merupakan kriteria dengan bobot tertinggi,
namun untuk sub sektor kerajinan faktor modal merupakan kriteria dengan prioritas ke-
10, sedangkan yang menjadi prioritas utamanya adalah ketersediaan pasar. Kondisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa sub sektor unggulan atau sub sektor ekonomi kreatif
yang paling potensial untuk dikembangkan di Provinsi Lampung adalah sub sektor
kerajinan dengan dukungan ketersediaan akses pasar yang potensial.

Pada Tabel di bawah ini juga diuraikan kabupaten/kota penghasil cenderamata yang
menarik minat wisatawan yaitu :

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung III - 25


Rencana Strategis (RENSTRA)
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung 2015 - 2019

Tabel 3.8 Daftar Usaha Cenderamata di Provinsi Lampung, Tahun 2013

No Kab/Kota Jenis Industri Jumlah


Kerajinan 12
1 Bandar Lampung
Makanan/Minuman 2
Kerajinan 12
2 Metro
Makanan 1
3 Lampung Selatan Kerajinan 15
4 Way Kanan Kerajinan 9
Kerajinan 20
5 Lampung Barat
Makanan/Minuman 12
6 Lampung Utara Kerajinan 3
7 Tanggamus Kerajinan 8
Keajinan 14
8 Mesuji
Makanan 20
Sumber :Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung, 2013

3.7 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS

Berdasarkantugas dan fungsi Dinas pariwisata dan Ekonomi Kreatif Propinsi lampung,
permasalahan yang dapat diidentifikasi antara lain :

1. Belum maksimalnya tata kelola pelayanan perkantoran yang tertib administrasi

2. Kurangnya kapasitas sumber daya aparatur

3. Kurangnya sarana dan prasarana promosi serta kegiatan promosi dan pemasaran
pariwisata di dalam dan luar negeri

4. Belum terwujudnya ekonomi kreatif berbasis media, desain, dan Iptek yang bernilai
tambah, berdaya saing, dan berkelanjutan

5. Kurangnya kajian kebijakan yang efektif di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

3.8 TELAAHAN VISI, MISI DAN PROGRAM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA
DAERAH TERPILIH

Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Propinsi Lampung


2014-2019, terdapat beberapa hal penting yang perlu dicermati dalam memasuki
tahapan III dari RPJPD Provinsi Lampung, yaitu :

1. Mengembangkan kemajuan daerah dan meningkatkan pemerataan kualitas dan


kesejahteraan antar wilayah;

2. Dinamika ekonomi yang atraktif dimantapkan dengan memperluas jangkauan


jaringan kerja kegiatan ekonomi dalam skala Nasional dan Internasional.

3. Pengembangan pengetahuan dan taknologi pada upaya optimalisasi


pendayagunaan potensi sumber daya dan infrastruktur.

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung III - 26


Rencana Strategis (RENSTRA)
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung 2015 - 2019

Oleh karenanya penting sekali menjadikan visi pembangunan Provinsi Lampung


menjadi visi bersama (shared vision). Dengan mendasarkan modal dasar Provinsi
Lampung, tantangan yang dihadapi dalam 5 (lima) tahun ke depan, dan mengacu pada
visi pembangunan jangka panjangIndonesia Tahun 2005-2025 dan visi pembangunan
jangka panjang Provinsi LampungTahun 2005-2025, maka visi dalam RPJMD Provinsi
Lampung Tahun 2014-2019adalah :

“LAMPUNG MAJU DAN SEJAHTERA 2019”

Maju mempunyai konotasi modern atau industrialized. Kemajuan mencakup domain


perekonomian, sains dan teknologi, pendidikan, dan civilization (politik dan hukum).
Perekonomian yang maju umumnya berbasis industri, perdagangan, dan jasa, didukung
oleh infrastruktur yang mantap dan memadai. Proses produksi didukung oleh penerapan
sains dan teknologi yang kental. Tingkat pendapatan masyarakat tinggi dengan
pembagian yang lebih adil dan merata. Menjadi wilayah makmur mempunyai pengertian
Provinsi Lampung menjadi daerah dengan kinerja ekonomi tinggi.
Desa/Kampung/Pekon tertinggal yang ada di Lampung memiliki porsi relatif besardari
jumlah penduduk yang ada. Pengangguran yang tinggi mencapai tiga persen dari
jumlah penduduk. Kondisi ini paradok dengan potensi atau kekayaan wilayah yang
dimiliki oleh Provinsi Lampung dan kedekatan dengan pusat ekonomi nasional DKI
Jakarta yang dapat ditempuh dalam waktu 25-40 menit melalui pesawat udara dan
enam jam dengan moda transportasi darat dan laut. Kondisi ini menjadi motivasi untuk
mencapai visi menjadi provinsi maju dengan merancang strategi pembangunan yang
memungkinkan untuk terjadi pertumbuhan ekonomi tinggi yang konsisten dan persisten.
Masyarakat Lampung akan memanfatkan secara optimal segala bentuk peluang dan
kesempatan pada wilayah lain di Indonesia bahkan di luar negeri untuk kemajuan demi
terwujudnya masyakarat yang makmur.

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebagai salah satu SKPD Pemerintah Propinsi
Lampung harus mengambil peran sebagai pendukung terwujudnya visi pembangunan
Provinsi Lampung. Upaya mendukung pencapaian visi propinsi tersebut harus
dituangkan dalam rencana pengembangan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang
merupakan sektor jasa. Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif harus memiliki
perencanaan lima tahun kedepan yang berorientasi kepada terwujudnya pariwisata dan
ekonomi kreatif yang maju dan berdaya saing. Sektor pariwisata dan ekonomi kreatif
harus mampu menjadi sektor unggulan yang berkontribusi besar terhadap PDRB dan
perekonomian lampung secara umum.

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung III - 27


Rencana Strategis (RENSTRA)
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung 2015 - 2019

3.9 TELAAH RTRW PROVINSI

Dalam Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi Lampung telah ditetapkan pola pemanfaatan ruang yaitu Kawasan Andalan,
Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya.

Kawasan andalan adalah bagian dari kawasan budidaya, baik di ruang darat
maupunruang laut yang yang pengembangannya diarahkan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut dan kawasan di sekitarnya.

Khusus mengenai Kawasan Budidaya, arahan pola ruang untuk kegiatan budidaya
mencakup arahan pemanfaatan kawasan hutan, kawasan pertanian, serta kawasan
non-pertanian. Salah satu kawasan budidaya non pertanian adalah Kawasan
Pariwisata. Pengembangan pariwisata Provinsi Lampung diarahkan pada
pengembangan pariwisata alam (ekowisata) dan wisata bahari untuk mendukung
pelestarian lingkungan, khususnya di Taman Nasional Way Kambas, Taman Nasional
Bukit Barisan Selatan, Wisata Terpadu Lombok- Ranau dan Gunung Betung. Wisata
bahari sebagai obyek wisata yang potensial diarahkan di sekitar Teluk Lampung, mulai
dari Kalianda hingga Padang Cermin, serta kawasan Kepulauan Krakatau sebagai
kawasan yang potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata bahari berskala
internasional. Wisata buatan (man made) diarahkan ke Taman Wisata Bumi Kedaton
dan Bakauheni dan sekitarnya (Tugu Siger).

3.10 PENENTUAN ISU-ISU STRATEGIS

Beberapa isu strategis terkait dengan pengembangan pariwisata antara lain :

1. Rendahnya Kualitas Produk Pariwisata

Isu rendahnya kualitas produk pariwisata sebenarnya secara implisit merupakan


gabungan dari isu-isu strategis lain karena keberhasilan produk pariwisata
ditentukan oleh beragam aspek. Selain daya tarik yang bernilai tinggi dan
keunikan, suatu produk wisata harus didukung pengelolaan dan iklim
pengembangan yang baik. Daya tarik yang dinilai menjadi kekuatan Lampung
adalah daya tarik lingkungan alam yang dikedepankan sebagai pantai, sungai,
gunung, rimba, seni dan budaya

2. Kurang Maksimalnya Pemasaran Pariwisata Provinsi Lampung.

Untuk peningkatan kualitas pemasaran pariwisata, sebaiknya menggunakan


strategi BAS (Branding, Advertising, dan Selling) yang menyelaraskan kegiatan
pemasaran pariwisata yang lebih efektif.

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung III - 28


Rencana Strategis (RENSTRA)
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung 2015 - 2019

3. Kurangnya Peningkatan Aspek Sosial Ekonomi dari Pengembangan Pariwisata di


Provinsi Lampung.

Isu ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas manusia dan kualitas hidup
masyarakat melalui pengembangan pariwisata. Sumberdaya manusia yang
dilibatkan dalam pengembangan pariwisata harus memiliki keterampilan tinggi
untuk meningkatkan daya saing. Selain itu pariwisata harus dapat memberikan
manfaat sosial selain ekonomi.

4. Pengembangan ekonomi kreatif dalam rangka mendukung pariwisata

Sedangkan beberapa isu strategis dalam pengembangan ekonomi kreatif di Provinsi


Lampung yaitu :

a. Kurangnya Daya Tarik Industri

Rendahnya daya tarik industri kreatif dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
sulitnya akses pembiayaan dari lembaga keuangan, rendahnya apresiasi oleh
masyarakat, kurangnya sarana dan prasarana, serta rendahnya dukungan
kebijakan pemerintah. Kondisi tersebut selain merupakan permasalahan pada
tingkat nasional juga terjadi di Provinsi Lampung.

b. Keberadaan Posisi Dominan

Posisi dominan merupakan hal yang lumrah dalam struktur industri. Namun posisi
dominan sangat rentan untuk disalah gunakan, sehingga membawa dampak
persaingan tidak sehat pada industri. Subsektor penerbitan dan percetakan,
televisi, film, merupakan contoh adanya posisi dominan pada industri kreatif.
Kondisi tersebut terjadi pada tingkat nasional, dan diduga akan terjadi di Provinsi
Lampung.

c. Belum Ada Usaha Best Practice Untuk Industri Kreatif

Umumnya, model bisnis usaha-usaha kreatif di Indonesia belum sampai pada


tingkat kematangan yang tinggi. Bahkan di beberapa subsektor, belum ditemukan
best practice. Kondisi ini antara lain disebabkan pesatnya perkembangan teknologi
serta kebijakan dan tata kelola industri yang belum matang. Kondisi tersebut selain
merupakan permasalahan pada tingkat nasional juga terjadi di Provinsi
Lampung.Di Provinsi Lampung terdapat pelaku usaha pada sub sektor Layanan
Komputer dan Peranti Lunak yang dapat dijadikan best practice bagi model usaha
kreatif di Provinsi Lampung, yaitu Aztechsoft Int. Dengan fokus usaha pada
pengembangan accounting software “ACOSYS”. Kini Aztechsoft Int telah memiliki
21 cabang yang tersebar diseluruh Indonesia, seperti : Pulau Jawa, Pulau
Sumatera, Aceh, Riau, Makasar dan masih banyak lainnya. Pada tahun 2013

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung III - 29


Rencana Strategis (RENSTRA)
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung 2015 - 2019

Aztechsoft Int mentargetkan Go Internasional dengan produk AcosysAccounting


Software telah memiliki seri ke 4.

d. Risiko Usaha Tinggi

Industri kreatif banyak menghasilkan produk kreatif yang sifatnya intangible dan
sebagian memerlukan biaya tinggi pada prosesnya. Karenanya, industri kreatif
selalu dipandang sebagai industri yang berisiko tinggi. Contohnya di industri film,
musik, dan permainan interaktif. Akibatnya mengimpor film lebih menarik dibanding
memproduksi sendiri. Di Provinsi Lampung kondisi tersebut saat ini belum
teridentifikasi, akan tertapi hal tersebut merupakan potensi permasalahan bagi
wirausaha sektor industri kreatif yang akan menjajakan karyanya di Provinsi
Lampung.

5. Kurang Optimalnya Koordinasi Penyelenggaraan Pengembangan Pariwisata Antar


Pemangku Kepentingan (Stakeholders).

Pengembangan dan pengelolaan pariwisata Provinsi Lampung yang terkoordinir


dengan baik dinilai akan menjadi lingkungan yang kondusif bagi iklim investasi
pariwisata.Agar tercapai suatu koordinasi yang baik, perlu diperhatikan aspek
hukum yang dapat mengikat pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan
pariwisata.

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung III - 30

Anda mungkin juga menyukai