Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hukum Bisnis muncul karena ritme perekonomian yang sehat dapat lahir melalui kegiatan
bisnis, perdagangan, maupun usaha yang beriklim sehat. Kegiatan ekonomi yang sehat tentu
saja mempunyai aturan yang menjamin terselenggaranya sebuah bisnis, perdagangan,
maupun usaha yang sehat. Aturan dalam hukum bisnis diperlukan karena para pihak yang
terlibat membutuhkan sebuah alat resmi, bukan hanya itikad baik ataupun janji semata.
Hukum bisnis juga diperlukan sebagai upaya menanggulangi manakala salah satu pihak
melakukan wanprestasi atau tidak memenuhi kewajiban ataupun melanggar kewajibannya.

Hukum bisnis mempunyai tujuan sebagai :

1. Penjamin berfungsinya keamanan mekanisme pasar yang efektif dan efisien.

2. Pelindung berbagai jenis usaha, khususnya Usaha Kecil Menengah (UKM).

3. Pembantu perbaikan sistem keuangan dan juga sistem perbankan di Indonesia.

4. Pemberi perlindungan bagi para pelaku ekonomi dan pelaku bisnis.

5. Perwujudan dari sebuah bisnis yang aman dan juga adil untuk seluruh pelaku usaha.

Sumber hukum bisnis juga berkaitan dengan dasar terbentuknya hukum bisnis. Sumber
hukum bisnis sendiri meliputi :

1. Asas kontrak perjanjian yang dilakukan oleh para pihak, sehingga masing-masing
pihak patuh pada kesepakatan.

2. Asas kebebasan berkontrak dimana para pelaku usaha dapat membuat dan
menentukan sendiri isi perjanjian yang disepakati.

Sedangkan menurut perundang-undangan, sumber hukum bisnis meliputi :

1
1. Hukum Perdata yang tertuang dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata
(KUHPerdata).

2. Hukum Publik yang tercantum dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)
atau Pidana Ekonomi.

3. Hukum Dagang yang tercantum dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang


(KUHD), dan

4. Peraturan lainnya diluar KUHPerdata, KUHP, dan KUHD.

2
1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang diambil yaitu:

1. Hukum Perjanjian kredit


2. Isi Perjanjian Kredit
3. Fungsi Kredit
4. Unsur-Unsur Kredit
5. Tujuan & Unsur Kredit
6. Prinsip/Syarat Kredit
7. Pengertian Kredit
8. Jaminan Kredit (Jaminan Perorangan, Kebendaan, Finducia)

1.3 Tujuan Makalah

Dengan adanya makalah ini, para mahasiswa diharapkan dapat mengetahui :

1. Mengetahui Hukum Perjanjian kredit


2. Mengetahui Isi Perjanjian Kredit
3. Mengetahui Fungsi Kredit
4. Mengetahui Unsur-Unsur Kredit
5. Mengetahui Tujuan & Unsur Kredit
6. Mengetahui Prinsip/Syarat Kredit
7. Mengetahui Pengertian Kredit
8. Mengetahui Jaminan Kredit (Jaminan Perorangan, Kebendaan, Finducia)

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PERJANJIAN KREDIT

Berdasarkan Pasal 1754 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata) terdapat


istilah perjanjian pinjam-meminjam, yang dinyatakan sebagai berikut:

Pinjam-meminjam adalah perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan pihak yang lain
suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat
bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan
keadaan yang sama pula.

Perjanjian Kredit adalah perjanjian pendahuluan dari penyerahan uang.


Perjanjian pendahuluan ini merupakan hasil permufakatan antara pemberi dan penerima
pinjaman mengenai hubungan-hubungan hukum antar keduanya. Oleh karena itu, pengertian
perjanjian kredit tidak terbatas pada apa yang telah dijelaskan diatas akan tetapi lebih luas lagi
penafsirannya. Perjanjian kredit dapat juga disebut perjanjian pokok (prinsipil) uang bersifat riil.
Sebagai perjanjian prinsipiil, maka perjanjian jaminan, jaminannya adalah assesoirnya.

Ada dan berakhirnya perjanjian jaminan bergantung pada perjanjian poko. Arti riil ialah
bahwa terjadinya perjanjian kredit ditentukan oleh penyerahan uang oleh bank kepada nasabah
debitor.

Sehingga dapat dikatakan juga perjanjian kredit merupakan perjanjian baku, dengan
disana sini diadakan penyesuaian seperlunya.

Biasanya pihak bank telah mempunyai draft tersendiri, dimana para pihak dapat mengisi
data pribadi dan data tentang pinjaman uang diambil, sedangkan jangka waktu dan bentuknya
sudah dicetak secara baku. Apabila debitur menerima semua ketentuan dan persyaratan uang
ditentukan oleh bank, maka debitur berkewajiban untuk menandatangani perjanjian kredit
tersebut.

apabila debitur menolak, maka debitur tidak perlu untuk menandatangani perjanjian
kredit tersebut. Selanjutnya untuk dapat terjadinya suatu perjanjian, maka ada beberapa syarat
4
ung harus dipenuhi salah satunya adalah sepakat, sehingga dengan ditandatanganinya perjanjian
kredit tersebut berarti berlakulah perjanjian kredit antara kreditur dan debitur.

2.1.1 ISI PERJANJIAN KREDIT

Pada praktek isi perjanjian kredit berbeda-beda antara satu bank dengan bank lainnya,disesuaikan
dengan kebutuhan masing-masing. Perjanjian kredit tersebut dapat mengacu pada ketentuan-
ketentuan dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata), dapat pula berdasarkan atas
kesepakatan bersama, akan tetapi untuk aturan-aturan yang memaksa harus sesuai dengan ketentuan
yang tercantum dalam KUHPerdata.

Hal-hal yang dicantumkan dalam perjanjian kredit meliputi definisi serta istilah-istilah yang akan
digunakan dalam perjanjian. Jumlah dan batas "aktu pinjaman, pembayaran kembali pinjaman
(repayment ), hak si peminjam dan dendanya apabila debitur lalai membayar bunga, terakhir
dicantumkan berbagai klausula seperti hukum yang berlaku untuk perjanjian tersebut.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 KREDIT

Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau badan usaha untuk
meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya kembali dalam jangka waktu yang ditentukan.
Menurut UU. No. 10 Tahun 1998, pengertian kredit adalah suatu penyediaan uang atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kepsekatan pinjam-meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga."

Pengertian Kredit menurut Para Ahli- Berikut beberapa pendapat para ahli yang telah
menyumpangkan pemikiran dalam mendefinisikan arti kredit antara lain sebagai berikut..

5
 Brymont P.Kent: Pengertian kredit menurut pendapat Brymont P. Kent adalah hak
untuk menerima pembayaran atau kewajiban melakukan pembayaran pada waktu diminta
atau pada waktu yang akan datang, karena penyerahan barang-barang pada waktu
sekarang.

 Rolling G. Thomas: Menurutnya, pengertian kredit adalah kepercayaan si peminjam


untuk membayar sejumlah uang pada masa yang akan datang.

 Firdaus dan Ariyanti: Pengertian kredit menurut firdaus dan ariyanti yang mendefinisikan arti
kredit adalah suatu reputasi yang dimiliki seseorang yang memungkinkan ia bisa memperoleh
uang, barang-barang atau tenaga kerja, dengan jalan menukarkan dengan suatu perjanjian untuk
membayarnya disuatu waktu yang akan datang.

 Muljono: Menurut Muljono, pengertian kredit adalah kemampun untuk menjalankan


pembelian atau melaksanakan suatu pinjaman dengan perjanjian untuk membayar di
waktu yang telah ditentukan.

 Dr. Al-Amin Ahmad: Menurutnya, pengertian kredit adalah membayar hutang yang
dilakukan secara berangsur-angsur pada tempi yang ditetapkan atau ditentukan.

3.1.1 FUNGSI KREDIT

Kredit di awal perkembangan fungsinya untuk merangsang kedua belah pihak untuk saling
menolong dengan tujuan pencapaian kebutuhan, baik itu dalam bidang usaha atau kebutuhan
sehari-hari. Kredit dapat memenuhi fungsinya jika secara sosial ekonomis baik bagi debitur,
kreditur, atau masyarakat membawa pengaruh yang lebih baik. Dari manfaat yang nyata dan juga
manfaat yang diharapkan, maka kredit dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan memiliki fungsi
:

 Meningkatkan daya guna uang

 Meningkatkan kegairahan berusaha

 Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

 Merupakan salah satu alat stabiltias perekonomian


6
 Meningkatkan hubungan internasional

 Meningkatkan daya guna dan juga peredaran barang

 Meningkatkan pemerataan pendapatan

 Sebagai motivator dan dinamisator kegiatan perdagangan dan perekonomian

 Memperbesar modal dari perusahaan

 Dapat meningkatkan IPC (income per capita) masyarakat

 Mengubah cara berfikir dan tindakan masyarakat agar bernilai ekonomis

3.1 .2 UNSUR-UNSUR KREDIT

Unsur-unsur yang terdapat dalam pemberian pada fasilitas kredit adalah sebagai berikut:

1. Kepercayaan
Keyakinan adalah suatu keyakinan terhadap pemberi kredit untuk diberikan benar-benar
diterima kembali di masa yang akan datang sesuai dalam jangka waktu kredit. Bank
memberikan kepercayaan atas dasar melandasi mengapa suatu kredit dapat berani di
kucurkan.
2. Kesepatakan
Kesepakatan dalam suatu perjanjian yang setiap pihak (si pemberi kredit kepada si
penerima kredit) menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. Kesepakatan
berada dalam suatu akad kredit dan ditandatangani oleh kedua belah pihak sebelum kredit
dikucurkan.
3. Jangka Waktu
Dari jangka waktu yang telah disepakati bersama mengenai dari pemberian kredit oleh
pihak bank dan pelunasan kredit oleh pihak nasabah debitur.
4. Risiko
Dalam menghindari resiko buruk dalam perjanjian kredit, sebelumnya telah dilakukan
perjanjian pengikatakan angunan atau jaminan yang dibebankan kepada pihak nasabah
debitur atau peminjam.

7
5. Prestasi
Prestasi merupakan objek yang berupa bunga atua imbalan yang telah disepakati oleh
bank dan nasabah debitur.

3.1.3 TUJUAN KREDIT - Hadirnya kredit dan dengan berbagai macam fungsinya. Tujuan
kredit adalah sebagai berikut..

 Mendapatkan pendapatan bank pada hasil bunga kredit yang diterima

 Memproduktifkan dan memanfaatkan dana-dana yang ada

 Menjalankan pada kegiatan operasionak bank

 Menambah modal kerja di perusahaan

 Mempercepat lalu lintas pembayaran

 Meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan dari masyarakat.

3.1.4 PRINSIP-PRINSIP/SYARAT KREDIT

Dalam mendapatkan kredit, terdapat macam-macam prosedur yang harus dilewati


yang ditentukan oleh bank atau lembaga keuangan agar berjalan dengan baik dan
sehat terdapat sebutan 6 C yaitu:

1. Character (kepribadian/watak): Kepribadian adalah sifat atau watak pribadi dari


debitur untuk mendapatkan kredit, seperti kejujuran, sikap motivasi usaha, dan lain
sebagainya.
2. Capacity (kemampuan): Kemampuan adalah kemampuan modal yang dimiliki untuk
memenuhi kewajiba tepat pada waktunya, khususnya dalam likuiditas, rentabilitas,
solvabilitas, dan soliditasnya.
3. Capital (modal): Modal adalah kemampuan debitur dalam melaksanakan kegiatan usaha
atau menggunakan kredit dan mengembalikannya.
4. Collateral (jaminan): Jaminan adalah jaminan yang harus disediakan untuk pertanggung
jaaban jika debitur tidak dapat melunasi utangnya.

8
5. Condition of Economic (kondisi ekonomi): Kondisi ekonomi adalah keadaan ekonomi
suatu negara secara menyeluruh dan memberikan dampak kebijakan pemerintah di
bidang moneter, terutama berhubungan dengan kredit perbankan
6. Constrain (batasan atau hambatan): Batasan atau hambatan adalah penilaian debitur
yang dipengaruhi oleh hambatan yang tidak memungkinkan seseorang untuk usaha di
suatu tempat.

terdapat juga prinsip-prinsip kredit yang dikenal dengan 4 P antara lain sebagai
berikut;

1. Personality: Personality adalah penilaian bank mengenai kepribadian peminjam,


misalnya riwayat hidup, hobinya, keadaan keluarga (istri atau anak), social standing
(pergaulan di masyarakat serta bagaimana masyarakat mengenai diri si peminjam dan
sebagainya.
2. Purpose: Purpose adalah bank menilai peminjam mencari dana mengenai tujuan atau
keperluan dalam penggunaan kredit, dan apakah tujuan dari penggunaan kredit itu sesuai
dengan line of business kredit bak bersangkutan.
3. Payment: Payment adalah untuk mengetahui kemampuan dari debitur mengenai
pengembalian pinjaman yang diperoleh dari prospek kelancaran penjualan dan
pendapatan sehingga diperkirakan kemampuan pengembalian pinjaman dapat ditinjau
waktu jumlahnya.
4. Prospect: Prospect adalah harapan usaha di maa yang akan datang dari calon debitur.

9
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 JAMINAN KREDIT

Jaminan kredit adalah hak dan kekuasaan atas barang jaminan yang diserahkan oleh debitur
kepada pihak bank guna menjamin pelunasan utangnya apabila kredit yang diterimanya tidak
dapat dilunasi sesuai waktu yang diperjanjikan dalam perjanjian kredit atau adendumnya.

Jaminan dapat dibedakan sebagai berikut:

4.1.1 (A). JAMINAN PERORANGAN (personal guarantee) adalah suatu perjanjian


penanggungan utang di mana pihak ketiga mengikatkan diri untuk memenuhi kewajiban debitur
dalam hal debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada bank/wanprestasi.

Unsur-Unsur dalam Jaminan Perorangan


Unsur jaminan perorangan, yaitu:
1. mempunyai hubungan langsung pada orang tertentu;
2. hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu; dan
3. terhadap harta kekayaan deitur umumnya.

4.1.2 CIRI/SIFAT JAMINAN PERSEORANGAN

Ciri-Ciri/Sifat Perjanjian Penanggungan ada beberapa, yaitu:


1. Merupakan jaminan yang bersifat perorangan, yaitu adanya pihak ketiga (badan hukum) yang
menjamin pemenuhan prestasi manakala debiturnya wanprestasi. Pada jaminan yg bersifat
perorangan dmk pemenuhan prestasi hanya dapat dipertahankan terhadap orang-orang tertentu,
yaitu Debitur atau penanggungnya.
2. Bersifat accesoir, yakni perjanjian yang mengikuti perjanjian pokoknya. Perjanjian penanggungan
akan batal demi hukum atau hapus jika perjanjian pokok juga batal demi hukum atau hapus.

10
3. Untuk perjanjian yang dapat dibatalkan, perjanjian accesoirnya tidak ikut batal meskipun
perjanjian pokoknya dibatalkan. misalnya Perjanjian Pokok dibuat oleh orang yang tidak cakap,
sehingga dapat dibatalkan dan bila hal ini terjadi mk perjanjian penanggungannya dianggap tetap
sah.
4. Bersifat sepihak dimana hanya penanggung yg hrs melaksanakan kewajiban. Tetapi adakalanya
kreditur menawarkan suatu prestasi sehingga pihak ketiga mau menjadi penanggung dan dlm
keadaan demikian perjanjian bersifat timbal balik.
5. Besarnya penanggungan tidak akan melebihi besarnya prestasi/perutangan pokoknya tetapi boleh
lebih kecil. Jika penanggung lebih besar maka yang dianggap sah hanya yang sebesar utang
pokok (Psl 1822 BW).

4.1.3 JENIS JAMINAN PERORANGAN


1. jaminan penanggungan (borgtocht) adalah kesanggupan pihak ketiga untuk menjamin debitur.
2. jaminan garansi (bank garansi) (Pasal 1316 KUH Perdata), yaitu bertanggung jawab guna
kepentingan pihak ketiga.
3. Jaminan Perusahaan.

4.1.1 (B). JAMINAN yang bersifat KEBENDAAN adalah jaminan yang berupa hak mutlak
atas sesuatu benda, yang mempunyai ciri-ciri mempunyai hubungan langsung atas benda
tertentu dari debitur, dapat dipertahankan terhadap siapa pun, selalu mengikuti bendanya dan
dapat diperalihkan (contoh: hipotik, hak tanggungan, gadai, dan lain-lain).

Jaminan Kebendaan ada 2 (dua) yaitu :

1. Benda Bergerak, lembaga jaminannya adalah : Gadai, Fidusia

2. Benda Tidak Bergerak lembaga jaminannya : Hypotik dan hak tanggungan

Perjanjian kebendaan dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu :

1. Perjanjian Pokok adalah Perjanjian antara debitur dan kreditur yang berdiri sendiri tanpa
bergantung pada adanya perjanjian. Contoh : perjanjian kredit bank

11
2. Perjanjian tambahan (accesoir) adalah Perjanjian antara debitur dan kreditur yang
diadakan sebagai perjanjian tambahan dari pada perjanjian Pokok. Contoh : perjanjian
pembebanan jaminan, seperti perjanjian gadai, tanggungan dan fidusia.

4.1.2 DASAR HUKUM

Jaminan kebendaan diatur dalam Buku II KUH Perdata serta Undang-undang lainnya,
dengan bentuk, yaitu:

1. Gadai diatur dalam KUH Perdata Buku II Bab XX Pasal 1150-1161, yaitu suatu hak
yang diperoleh seorang kreditur atas suatu barang bergerak yang diserahkan oleh
debitur untuk mengambil pelunasan dan barang tersebut dengan mendahulukan kreditur
dari kreditur lain.

2. Hak tanggungan; UU No.4/1996, yaitu jaminan yang dibebankan hak atas tanah, berikut
atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan suatu ketentuan dengan tanah untuk
pelunasan hutang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan pada kreditur
terhadap kreditu lain.

3. Fiducia, UU No.42/1999, yaitu hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud
maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak
dibebani hak tanggungan sebagai agunan bagi pelunasan hutang tertentu yang
memberikan kedudukan utama terhadap kreditur lain.

4.1.1 C. JAMINAN FIDUSIA

Pengertian jaminan fiducia menurut Undang-undang Fiducia NO 42 TAHUN 1999:

“ Fidusia dalam bahasa Indonesia disebut juga dengan istilah “penyerahan hak milik
secara kepercayaan”. Dalam terminologi Belandanya sering disebut dengan istilah
lengkapnya berupa Fiduciare Eigendoms Overdracht (FEO), sedangkan dalam bahasa
Inggrisnya secara lengkap sering disebut istilah Fiduciary Transfer of Ownership.
Sedangkan pengertian fidusia berdasarkan Pasal 1 angka 1 UUF adalah pengalihan hak

12
kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang
hak kepemilikannya dialihkan tetap dalam penguasaan pemilik benda.

Dasar hukum jaminan fidusia. Apabila kita mengkaji perkembangan yuris prudensi
dan peraturan perundang-undangan, yang menjadi dasar hukum berlakunya fidusia, dapat
disajikan berikut ini. Arrest Hoge Raad 1929, tertanggal 25 Januari 1929 tentang
Bierbrouwerij Arrest (negeri Belanda); Arrest Hoggerechtshof 18 Agustus 1932 tentang
BPM-Clynet Arrest (Indonesia); dan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang
Jaminan Fidusia.

4.1.2 LATAR BELAKANG TIMBULNYA LEMBAGA FIDUSIA

Latar belakang timbulnya lembaga fidusia, sebagaimana dipaparkan oleh para ahli adalah karena
ketentuan undang-undang yang mengatur tentang lembaga pand (gadai) mengandung banyak
kekurangan, tidak memenuhi kebutuhan masyarakat dan tidak dapat mengikuti perkembangan
masayarakat (Sri Soedewi Masjhoen Sofwan, 1977: 15-116). Hambatan itu meliputi :

1. Adanya asas inbezitstelling

Asas ini menyaratkan bahwa kekuasaan atas bendanya harus pindah/berada pada pemegang
gadai, sebagaimana yang diatur dalam pasal 1152 KUHPerdata.

2. Gadai atas surat-surat piutang

3. Gadai kurang memuaskan, karena ketiadaan kepastian berkedudukan sabagai kreditur


terkuat, sebagaimana tampak dalam hal membagi hasil eksekusi, kreditur lain, yaitu
pemegang hak privilage dapat berkedudukan lebih tinggi daripada pemegang gadai.

4. Fidusia merupakan alas hak untuk perpindahan hak milik sebagaimana yang dimaksud
dalam pasal 639 BW (Pasal 584 KUHPerdata).

5. Kemungkinan perpindahan hak tersebut semata-mata hanya dimaksudkan sebagai


pemberi jaminan, tanpa penyerahan nyata dari barangnya, dan perpindahan hak demikian

13
tidak memberikan semua akibat-akibat hukum sebagaimana yang berlaku pada
perpindahan hak milik yang normal

Obyek jaminan Fidusia : Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang
Jaminan Fidusia, maka yang menjadi objek jaminan fidusia adalah benda bergerak yang terdiri
dari benda dalam persediaan (inventory), benda dagangan, piutang, peralatan mesin, dan
kendaraan bermotor. Tetapi dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang
Jaminan Fidusia, maka objek jaminan fidusia diberikan pengertian yang luas. Berdasarkan
undang-undang ini, objek jaminan fidusia dibagi 2 macam, yaitu: benda bergerak, baik yang
berujud maupun tidak berujud; dan benda tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak
dibebani hak tanggungan.

Subyek Jaminan Fidusia : PEMBERI dan PENERIMA fidusia. PEMBERI fidusia adalah orang
perorangan atau korporasi pemilik benda yang menjadi objek jaminan fidusia, sedangkan
PENERIMA fidusia adalah orang perorangan atau korporasi yang mempunyai piutang yang
pembayarannya dijamin dengan jaminan fidusia.

4.1.3 HAPUSNYA JAMINAN FIDUSIA

Yang dimaksud jaminan fidusia adalah tidak berlakunya lagi jaminan fidusia. Ada tiga sebab
hapusnya jaminan fidusia, yaitu :

1. Hapusnya hutang yang dijamin dengan fidusia. Yang dimaksud hapusnya utang adalah
antara lain karena pelunasan dan bukti hapusnya hutang berupa keterangan yang dibuat
kreditur;

2. Pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh penerima fidusia; atau

3. Musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Musnahnya benda jaminan
fidusia tidak menghapuskan klaim asuransi (Pasal 25 UU No. 42 tahun 1999).

14
PENUTUPAN

KESIMPULAN

Ketentuan yang terdapat dalam KUH perdata dan KUH Dagang mengatur sepenuhnya atau
berkaitan dengan penjaminan utang. Disamping itu terdapat pula undang-undang tersendiri yaitu
UU No. 4 Tahun 1996 dan UU No. 42 Tahun 1999 yang masing-masing khusus mengatur
tentang lembaga jaminan dalam rangka penjaminan utang.

Pasal 1131 KUH Perdata mengatur tentang kedudukan harta pihak peminjam, yaitu bahwa
harta pihak peminjam adalah sepenuhnya merupakan jaminan (tanggungan) atas utangnya.
Ketentuan pasal 1131 KUH Perdata merupakan salah satu ketentuan pokok dalam hukum
jaminan, yaitu mengatur tentang kedudukan harta pihak yang berutang (pihak peminjam) atas
perikatan utangnya. Berdasarkan ketentuan pasal 1131 KUH Perdata pihak pemberi pinjaman
akan dapat menuntut pelunasan utang pihak peminjam dari semua harta yang bersangkutan,
termasuk harta yang masih akan dimilikinya di kemudian hari. Pihak pemberi pinjaman
mempunyai hak untuk menuntut pelunasan utang dari harta yang akan diperoleh oleh pihak
peminjam di kemudian hari.

Ketentuan Pasal 1132 KUH Perdata dapat disimpulkan bahwa kedudukan pihak pemberi
pinjaman dapat dibedakan atas dua golongan, yaitu (1) yang mempunyai kedudukan berimbang
sesuai dengan piutang masing-masing, dan (2) yang mempunyai kedudukan didahulukan dari
pihak pemberi pinjaman yang lain berdasarkan suatu peraturan perundang-undangan.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://erindaryansyah.wordpress.com/2011/11/01/perbedaan-jaminan-kebendaan-dan-
jaminan-perorangan/

http://hukumjaminanuniversitasnasional.blogspot.com/2014/12/hukum-jaminan-
pengertian-objek-dan.html

http://lawfile.blogspot.com/2011/12/catatan-rangkuman-hukum-jaminan.html

https://kuliahade.wordpress.com/2010/06/18/hukum-perdata-hak-kebendaan-yang-
bersifat-jaminan/

16

Anda mungkin juga menyukai