Anda di halaman 1dari 10

RENCANA PENELITIAN

JUDUL MANAJEMEN KASUS DAN KUALITAS HIDUP


ORANG DENGAN HIV/AIDS di KOTA SURABAYA

LATAR BELEKANG Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency


Syndrome (AIDS) merupakan pandemi yang sedang dialami oleh seluruh
negara di dunia. Setiap tahun secara kumulatif jumlah orang yang
terkena HIV/AIDS terus mengalami peningkatan. Infeksi baru
HIV/AIDS tahun 2006 sebanyak 4,3 juta orang (Word Health
Organization-United Nations Programme on HIV/AIDS [WHO-
UNAIDS], 2006). Saat ini, terdapat sekitar 33 juta orang yang hidup
dengan HIV di seluruh dunia. Lima belas juta dari mereka adalah
perempuan dan 2,5 juta adalah anak usia kurang dari 15 tahun
(WHO/UNAIDS, 2007)
Indonesia juga menghadapai masalah terus meningkatnya
jumlah penderita HIV/AIDS yang terdeteksi. Komisi Penanggulangan
AIDS Nasional melaporkan, sampai dengan 31 Desember 2008, kasus
AIDS di Indonesia mencapai 16110. Meskipun epidemi HIV dan AIDS
pertama kali di Indonesia masih terdeteksi pada populasi yang beresiko
tinggi terpapar HIV seperti pekerja seks, pengguna narkoba suntik, dan
homoseksual namun saat ini infeksi sudah menyebar ke populasi umum
baik di perkotaan maupun pedesaan. Sebagai kota metropolis kedua
setelah Jakarta, Surabaya menduduki peringkat tertinggi kasus HIV dan
AIDS di Jawa Timur. Sampai dengan 31 Desember 2008, Komisi
Penanggulagan AIDS Nasional melaporkan terdapat 809 kasus AIDS di
Surabaya.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa perkembangan gejala
atau stadium penyakit dapat menurunkan kualitas hidup seseorang,
namun pesatnya perkembangan pengobatan anti retroviral (ARV) telah
berhasil memperbaiki prognosis seseorang yang terinfeksi HIV (Vidrine
et al, 2005). Dengan adanya perkembangan perawatan medis HIV dan
peningkatan persediaan pengobatan antiretroviral, orang yang terinfeksi
dapat hidup lebih lama. Hal ini menjadikan kualits hidup ODHA penting
mendapat perhatian baik oleh pasien maupun petugas pelayanan
kesehatan dan sosial (Solomon et. al, 2008).
Kualitas hidup merupakan konsepsi multidimensi yang secara
umum didefinisikan sebagai penilaian subyektif seseorang terhadap
fungsi dan kesejahteraannya (Solomon et. al, 2009). World Health
Organization (WHO), (1995) memberikan pengertian yang
komprehensif tentang kualitas hidup yaitu, persepsi individu terhadap
posisi hidupnya dalam konteks budaya dan sistem nilai yang berlaku di
mana dia hidup yang terkait dengan tujuan, harapan, standar dan
perhatiannya. Konsep yang luas ini dipengaruhi oleh kesehatan fisik
individu, kondisi psikologis, tingkat ketergantungan, hubungan sosial
dan hubungan dengan lingungannya di masa depan. Kualitas hidup
meliputi konsep kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan dan
domain lainnya seperti lingkungan, keluarga dan pekerjaan. Dengan kata
lain, kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan merupakan tingkat
keadaan fisik, emosi dan kesejahteraan sosial yang dipengaruhi oleh
kondisi penyakit atau perawatan (Khanna dan Tsevat, 2007).
HIV dan AIDS adalah infeksi kronik yang berimplikasi pada
manifestasi medis dan sosial yang sangat luas. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa ODHA menanggung beribu-ribu kebutuhan sosial
yang sering tidak terpenuhi. Lagipula secara tidak seimbang, HIV sangat
mempengaruhi populasi yang rentan yang mempunyai keterbatasan
mengakses pelayanan medis dan sosial, konsekuensinya mereka sulit
menerima perawatan lebih dini yang dibutuhkan penyakitnya. Dalam
kondisi seperti ini, jaringan sosial dan dukungan sosial sangat
dibutuhkan ODHA. Heaney dan Israel dalam Glanz et. al (ed). 2008
mengajukan sebuah model konseptual hubungan jaringan sosial dan
dukungan sosial dengan kesehatan melalui 5 jalur yaitu (1) jaringan
sosial dan dukungan sosial secara langsung mempengaruhi kesehatan
fisik, mental dan sosial, (2) dan (4) jaringan sosial dan dukungan sosial
mempengaruhi sumberdaya coping individu dan sumberdaya komunitas
dan kemudian mempengaruhi kesehatan fisik, mental dan sosial, (3)
dukungan sosial dan jaringan sosial mempengaruhi frekuensi dan durasi
paparan stressor pada individu yang pada akhirnya mempengaruhi
kesehatan fisik, mental dan sosial dan (5) dukungan sosial dan jaringan
sosial berpotensi mempengaruhi perilaku individu yang berpengaruh
pada kesehatan fisik, mental dan sosial. Dengan paparan teori tersebut,
menjadi jelas bahwa manajemen kasus menjadi startegi untuk
meningkatkan akses perawatan dan kesehatan ODHA (Cunningham et.
al, 2008).
Selain status penyakit, berat penyakit dan jumlah gejala yang
diketahui sangat kuat berhubungan dengan status fungsional dan kualitas
hidup, masih terdapat faktor lain yang secara signifikan turut
mempengaruhi kualitas hidup yaitu status sosial ekonomi dan perilaku.
(Vidrine et. al, 2005). Meskipun Blalock et al, (2002) masih meragukan
pengaruh faktor status sosial ekonomi berdasarkan bukti hasil
penelitiannya yang tidak menemukan bahwa ODHA yang bekerja
mempunyai fungsi sosial lebih baik daripada yang tidak bekerja. Namun
Liu et. al (2006) memperkuat pendapat sebelumnya dengan temuan
penelitiannya yang menyatakan usia, status sosial ekonomi, jenis
kelamin, perilaku seksual dan minum alkohol signifikan menjadi
prediktor kualitas hidup ODHA.
Holzemer et al, 1998 menunjukkan bahwa ODHA perempuan
mempunyai kualitas hidup lebih tinggi daripada ODHA laki-laki. Hasil
penelitian Mayo, 1999 tidak membuktikan adanya perbedaan kualitas
hidup pada ODHA laki-laki dan perempuan. Temuan tersebut
menunjukkan bahwa masih terdapat faktor lain yang mempengaruhi
kualitas hidup ODHA. Sebagaimana ditunjukkan berbagai penelitian
terdahulu yang membuktikan bahwa umur dan ras juga mempengaruhi
kualitas hidup ODHA (Cederfjall et al, 2001). Selain itu kualitas hidup
ODHA juga ditentukan oleh kepuasan terhadap dukungan sosial, derajat
keputusasaan dan coping style. Dengan meningkatnya dukungan sosial,
penurunan derajat keputusasaan dan coping yang efektif akan
meningkatkan kualitas hidup ODHA (Swindells et al, 1999).
Pengukuran kualitas hidup ODHA menggunakan instrumen
khusus telah banyak dilakukan di negara maju. Namun masih sedikit
pengukuran dilakukan di negara berkembang termasuk Indonesia.
Meskipun beberapa penelitian menunjukkan manajemen kasus
memberikan keuntungan pada perawatan HIV, namun sangat sedikit
yang meneliti keterkaitan manajemen kasus dengan peningkatan
kesehatan fisik dan mental ODHA. Dengan kata lain belum banyak
penelitian tentang pengukuran kualitas hidup ODHA dengan mengaitkan
peran manajer kasus. Oleh karena gaya hidup, norma sosial, praktik
budaya dan sistem kepercayaan pada setiap populasi berbeda, maka
penelitian menguji hubungan manajemen kasus dengan kualitas hidup
ODHA di Surabaya sangat penting dilakukan karena menghasilkan
struktur model yang berguna dalam memahami berbagai faktor yang
mempengaruhi kualitas hidup ODHA sehingga dapat ditemukan strategi
intervensi yang tepat.

MASALAH HIV dan AIDS merupakan infeksi kronik yang mempunyai implikasi
PENELITIAN manifestasi medis dan sosial yang sangat luas. Orang yang terinfeksi
HIV menghadapi membutuhkan pelayanan medis dan sosial yang
berbeda-beda diantara individu dalam jangka waktu yang lama yang
sering tidak terpenuhi. Lagipula, HIV, secara tidak seimbang
mempengaruhi populasi yang rentan yang mempunyai keterbatasan
mengakses pelayanan medis dan sosial sehingga konsekuensinya mereka
sulit menerima perawatan dini yang dibutuhkan penyakit yang diderita.
Dengan alasan ini, manajemen kasus sebagai salah satu bentuk
dukungan sosial menjadi startegi untuk meningkatkan akses perawatan,
pembiayaan dan kesehatan ODHA. Beberapa penelitian menunjukkan,
manajemen kasus dapat membantu meningkatkan pelayanan penting
yang dibutuhkan ODHA. Dengan demikian, manajemen kasus
mempunyai kontribusi terhadap kualitas hidup ODHA.
Tingginya kasus HIV di Surabaya direspon oleh Pemerintah
Kota Surabaya dan elemen masyarakat yang peduli dengan
permasalahan HIV dan AIDS dengan menyediakan pelayanan VCT dan
manajemen kasus baik bersifat mandiri maupun terintegrasi dengan
pelayanan lainnya. Berdasarkan paparan tersebut, maka perrmasalahan
penelitian dirumuskan sebagai berikut : “Apakah pelayanan manajemen
kasus mempunyai keterkaitan dengan kualitas hidup ODHA di
Surabaya?”.

TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Umum Menganalisis hubungan pelayanan manajemen kasus dengan kualitas
hidup ODHA di Surabaya.
Tujuan Khusus 1. Mengetahui pelaksanaan pelayanan manajemen kasus ODHA di
Surabaya berdasarkan perspektif manajer kasus dan ODHA
2. Mengidentifikasi kualitas hidup ODHA di Surabaya secara total dan
berdasarkan domain (kondisi fisik, kondisi psikis, hubungan sosial,
dan lingkungan).
3. Menganalisis hubungan pelayanan manajemen kasus dengan
kualitas hidup ODHA di Surabaya secara total dan berdasarkan
domain
4. Menganalisis hubungan faktor sosial demografi yang meliputi
umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan sumber infeksi;
faktor medis yang meliputi jumlah CD4, tahap infeksi dan
pengobatan ARV, dan faktor keterlibatan dalam kelompok
dukungan sebaya dengan kualitas hidup ODHA di Surabaya.

Literatur Review:  Boerma JT, Weir SS, Integrating Demographic and Epidemiological
Approach to Research on HIV/AIDS: The Proximate-Determinants
Framework, The Journal of Infectious Disease , (2005), 191(Suppl):S81-7

 Cunningham, W. E., Wong. M., Hays, R. D., Case Management and Health
Related Quality of Life Outcomes in a National Sample of Person with
HIV/AIDS. Journal of The National Medical Association ; (2008) ; 10 (7)
840-7

 Liu. C., Johnson. L., Ostrow. D., Silvestre. A., Vischer. B., Jacobson. L.P.,
Predictor for Lower Quality of Life in the HAART Era Among HIV-Infected
Men, J Acquir Immune Defic Syndr (2006);42:470-477

 Solomon, S., Batavia, A., Venkatesh K.K., Brown, L., Verma, P., Cecelia, A.
J., Daly, C., Mahendra, V.S., Cheng, N., Kumarasamy, N., Mayer, K.H., A-
Longitudinal Quality-of-Life Study of HIV-Invected Persons in South India :
The Case for Comprehensive Clinical Care and Support Services, Aids
Education and Prevention, (2009), 21(2), 104-112

 Vidrine DJ, Amick III BC, Gritz ER, Arduino RC, Assessing a conceptual
framework of health-related quality of life in a HIV/AIDS population, Quality
of Life Research , (2005) 14:923-933

 Wig. N., Lekshmi. R., Pal. H., Ahuja. V., Mittal. C.H., Agarwal. S.K., The
Impact of HIV/AIDS on The Quality of Life : A Cross Sectional Study in
North India. (2006), Indian J Med Sci : 60 (1) 3-12
KERANGKA TEORI

Kerangka Terori

Jaringan sosial dan


dukungan sosial
 Menajer kasus
 Kelompok
dukungan sebaya
 Keluarga
 Teman
 Pasangan

stressor

Sumberdaya coping Organisasi dan


individu sumberdaya komunitas
 Kemampuan  Pemberdayaan
problem solving komunitas
 Akses pada kontak dan  Kompetensi komunitas
informasi baru
 Pengendalian perasaan

KUALITAS HIDUP ODHA Perilaku Sehat


 Dimensi fisik  Faktor-faktor perilaku
 Dimensi Psikis  Praktik pencegahan
 Dimensi Hubungan sosial  Perilaku sakit
 Dimensi Lingkungan

Karakteristik Indikator Medis ODHA


demografi dan  Antiretroviral terapi
Status Sosial  Jumlah CD4+ limfosit
Ekonomi  Viral Load
 Umur  Tahap infeksi
 Jenis kelamin  Infeksi oportunistik
 Pendidikan
 Pekerjaan
 Pendapatan
 Ras /etnis
 Status perkawinan
 Sumber penularan
 Keyakinan /agama
Sumber: modifikasi dari Heaney dan Israel (2008), Vidrine et. al (2005), Liu et. al (2006),
Chunningham et. al (2008), Solomon et. al (2009) dan Wig et. al (2006)
Kerangka Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen


Pelayanan Manajemen Kasus Kualitas Hidup Orang Dengan HIV
dan AIDS

Variabel Konfounding Variabel Luar


(Karakteristik Sosial Demografi)  Manifestasi klinis
 Umur  Jumlah CD4
 Jenis kelamin  Pengobatan HIV
 Pendidikan
Hipotesis Penelitian Kuantitas pel ayanan manajemen ka  Partisipasi pada
sus mempengaruhi Kelompok
kualitas hidup Ora ng
 Pekerjaan Dukungan Sebaya
 Sumber penularan Dengan HIV dan AIDS (ODHA) di Surabaya

Metode Penelitian
Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat observasional dengan rancang bangun cross-secsional
dan pendekatan utamanya adalah penelitian kuantitatif yang dilengkapi data
kualitatif terutama untuk mengungkap pelaksanaan pelayanan manajemen
kasus berdasarkan perspektif provider dan klien.
Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah manajer kasus dan orang yang
dinyatakan HIV+ berdasarkan hasil pemeriksaan darah dengan metode
rapid test (dipstick) di 7 pelayanan VCT di Surabaya pada tahun2006-2008.
Tujuh pelayanan VCT di Surabaya adalah sebagai berikut ; RSUD Dr.
Soetomo, RSUD Dr. Soewandhi, RSU Dr. Ramelan, Yayasan Hotline
Surabaya, Puskesmas Perak Timur, Puskesmas Putat Jaya, dan Puskesmas
Dupak.
Sampel (inkusi, Kriteria inklusi sampel dalam penelitian adalah berusia ≥18 tahun,
ekslusi, dan unit tinggal di Surabaya, memberikan persetujuan dengan manandatangani
analisa) informed consent adapun kriteria eksklusinya adalah reponden hamil,
mengalami active psychiatris disorders dan menjalani paliative care untuk
beratnya penyakit atau tahap akhir AIDS.
Sampling dan Perkiraan Besar Sampel
Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan teknik stratifikasi
random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak berdasarkan strata
tempat pelayanan VCT dengan mempertimbangkan alokasi proporsional.
Adapun perkiraan besar sampel ditentukan dengan rumus (Lemeshow et.al
1997) sebagai berikut :
L
z1   NhPh(1  Ph)  / Wh
h 1
n 2

N 2d 2
Definisi Operasional Variabel
Jenis Variabel Nama Variabel Definisi Operasional Skala Pengukuran &
Kategori
Variabel Dependen Kualitas Hidup Orang Rata-rata skor pengukuran kualitas Rasio/interval
Dengan HIV dan hidup secara total dan berdasarkan
AIDS domain (fisik, psikologis, hubungan
sosial dan lingkungan) menggunakan
WHOQOL SF-26
Variabel Independen Pelayanan Kontak/komunikasi antara ODHA Nominal
Manajemen Kasus dengan manajer kasus (pekerja  Ya
sosial, perawat, staf organisasi  Tidak
peduli AIDS, staf organisasi
pelayanan sosial atau orang lain)
yang ditetapkan untuk membantu
mendapatkan dan melanjutkan
perawatan dalam waktu 6 bulan
terakhir
Variabel Umur Jumlah tahun hidup ODHA sejak Rasio
Konfounding dilahirkan sampai ulang tahun
terakhir
Jenis kelamin Pembedaan karakteristik ODHA Nominal
berdasarkan sistem reproduksi yang  laki-laki
dimiliki  perempuan
Pendidikan Jenjang pendidikan terakhir yang Ordinal
ditempuh ODHA  Tidak taman
pendidikan
dasar
 Tamat
pendidikan
dasar
 Tamat
pendidikan
menengah
pertama
 Tamat
pendidikan
menenga atas
 Tamat
pendidikan
tinggi
Pekerjaan Kegiatan ODHA baik berupa jasa Nominal
atau membuat barang yang bisa  Tidak bekerja
menghasilkan uang sebagai sumber  Bekerja
penghidupan
Sumber penularan Perilaku hidup ODHA yang Nominal
dinyatakan sebagai penyebab  Heteroseksual
terinfeksi HIV  Homoseksual
 Pengguna
narkoba suntik
 Tranfusi darah
Variabel Luar Manifestasi Klinis Gejala yang dirasakan ODHA yang Ordinal
muncul terkait dengan infeksi HIV,  Asymptomatic
terdiri 3 tahap 1) asymptomatic,  Moderate
jikatanpa gejala atau tanpa infeksi symptomatic
oportunistik, 2) moderate  Advance
symptomatic, jika muncul TB-paru, symptomatic
kandida pada mulut, herpes zoster,
infeksi tinea pada kulit, papular
pruritic eruptions, dan 3) advance
symptomatic, jika muncul TB –
diluar paru, cryptococcal meningitis,
toxoplasmosis, cytomegalovirus,
esophageal candidiasis,
cryptosporodial diarrhe, dan
pneumocystis jeroveci pneumonia.
Indikator biologis Jumlah lymfosit CD4+ terakhir yang Ordinal
tercatat dalam rekam medis ODHA  < 200
 200-499
 ≥500
Pengobatan HIV Konsumasi obat antiretroviral berupa Nominal
kombinasi nucleoside reverse  Ya
transcriptase inhibitors (NRTI,  Tidak
seperti ; zidovudine dan lamivudine)
dan protease inhibitors (PIs, seperti ;
nelfanivir) atau kombinasi PIs dan
nonnucleoside reverse transcriptase
inhibitor (NNRTI,
seperti;delavirdine) setiap waktu
yang ditentukan selama 6 bulan
terakhir
Partisipasi kelompok Keterlibatan ODHA sebagai Nominal
dukungan sebaya pengurus atau anggota pada  Ya
organisasi kelompok dukungan  Tidak
sebaya dalam 6 bulan terkahir

Instrumen (Alat Ukur) dan Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mendapatkan
Cara Pengukuran data karakteristik sosial demografi dan keterlibatan pada kelompok
dukungan sebaya dan catatan medis untuk mendapatkan informasi
manifestasi klinis dan indikator biologis. Pengukuran kualitas hidup
menggunakan instrumen World Health Organization – Quality of Life
Sort Form-26 (WHOQOL SF-26).
Rencana Pengumpulan Data
Data dikumpulkan teridiri atas data primer dan sekunder. Data
primer diperoleh dengan metode wawancara terstruktur untuk
mendapatkan informasi variabel kualitas hidup, karakteristik
demografi, pengobatan HIV dan partisipasi kelompok sebaya.
Sedangkan data sekunder yang teridri atas variabel manifestasi klinik
dan indikator biologis diperoleh dari catatan medis. Disamping itu
dilakukan pengumpulan data kualitatif untuk mendapatkan informasi
pelayanan manajemen kasus dari manajer kasus dan ODHA yang
diperoleh dengan metode Focus Group Discussion dan In-depth
Interview
Rencana Pengolahan Data Data kuantitatif yang telah terkumpul diolah dengan STATA 9.00 dan
dianalisis secara bivariabel dan multivariabel. Analisis bivariabel
dilakukan untuk menganalisis hubungan masing-masing variabel
independen utama, variabel konfounding dan varibel luar dengan
kualitas hidup ODHA berdasarkan domain menggunakan chi-square
test (jika data nominal dan ordinal) dan independent t-test(jika data
interval atau rasio). Secra multivariabel, data akan dianalisis
menggunakan multiple regression test.
Adapun data kualitatif yang telah dikumpulkan dianalisis
keabsahannya dengan metode triangulasi yaitu memanfaatkan sesuatu
yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding data. Selanjutnya dilakukan reduksi data, penyajian dan
verifikasi data. Kemudian dilakukan penafsiran data dengan
pendekatan komparatif yaitu membandingkan kejadian yang aplikatif
dengan semua kategori, melakukan integrasi pada kawasan,
pembatasan teori dan penulisan teori atau yang disebut dengan
kesimpulan hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA Blalock AC, McDaniel JS, Farber EW, (2002) Effect of employment on
quality of life and psychological functioning in patients with
HIV/AIDS, Psychosomatics 43:400-404

Boerma JT, Weir SS, (2005), Integrating Demographic and Epidemiological


Approach to Research on HIV/AIDS: The Proximate-
Determinants Framework, The Journal of Infectious Disease ,
191(Suppl):S81-7

Cederfjall, C., Langius-Eklof, A., Lidman, K., & Wredling, R. (2001). Gender
differences in perceived health-related quality of life among
patients with HIV infection. AIDS Patient Care and STDs, 15(1),
31-39.

Cunningham, W. E., Wong. M., Hays, R. D., (2008). Case Management and
Health Related Quality of Life Outcomes in a National Sample of
Person with HIV/AIDS. Journal of The National Medical
Association ;10 (7) 840-7

Glanz. K., Rimer. B.K., Viswanath. K, 2008, Health Behavior and Health
Education ; Theory, Research and Practice (4 th edition) : San
Francisco, John Wiley & Sons

Holzemer, W. L., Spicer, J. G., Wilson, H. S., Kemppainen, J. K., &


Coleman, C. (1998). Validation of the quality of life scale: Living
with HIV. Journal of Advanced Nursing, 28(3), 622-630.

Khanna, D., Tsevat, J., 2007, Health-Related Quality of Life – An


Introduction, Am J Manag Care ; 13:S218-S223

Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, 2008, Data AIDS Indonesia,


Jakarta, KPAN

Lemeshow. S., Hosmer. D. W., Klar. J., Lwangga. S., 1997, Besar Sampel
dalam Penelitian Kesehatan : Yogyakarta, Gadjah Mada
University Press

Mayo MR, 2002, Gender Difference in Quality of Life in Person Infected with
HIV ; Peoria, Illinois.

Solomon, S., Venkatesh K.K., Brown, L., Verma, P., Cecelia, A. J., Daly, C.,
Mahendra, V.S., Cheng, N., Kumarasamy, N., Mayer, K.H.,
2008, Gender-Related Differences in Quality of Life Domains of
Person Living with HIV/HIV in South India in the Era Prior to
Greater Access to Antiretroviral Therapy, Aids Patents Care ; 22
(12), 999-1005.
Solomon, S., Batavia, A., Venkatesh K.K., Brown, L., Verma, P., Cecelia, A.
J., Daly, C., Mahendra, V.S., Cheng, N., Kumarasamy, N.,
Mayer, K.H., 2009, A-Longitudinal Quality-of-Life Study of
HIV-Invected Persons in South India : The Case for
Comprehensive Clinical Care and Support Services, Aids
Education and Prevention, 21(2), 104-112

Swindells, S., Mohr, J., Justis, J. C., Berman, S., Squier, C., Wagener, M. M.,
& Singh, N. (1999). Quality of life in patients with human
immunodeficiency virus infection: Impact of social support,
coping style and hopelessness. International Journal of STD &
AIDS, 10, 383-391.

Vidrine DJ, Amick III BC, Gritz ER, Arduino RC, (2005) Assessing a
conceptual framework of health-related quality of life in a
HIV/AIDS population, Quality of Life Research 14:923-933

WHO, UNAIDS. (2006) AIDS Epidemic Update.

WHO/UNAIDS 2007 AIDS Epidemic Update ,


http://www.data.unaids.org/pub/EPISlide/2007/2007 epiupdate
en.pdf

WHO, 1995, The World Health Organization Quality of Life assessment


(WHOQOL): position paper from the World Health
Organization. Soc Sci Med. 1995;41:1403-1409

Anda mungkin juga menyukai