Anda di halaman 1dari 10

RESUME GENETIKA

Bukti Prinsip Transformasi, Struktur DNA dan RNA

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Genetika 1

yang dibina oleh Bapak Prof. Dr.agr. Mohamad Amin, M.Si

Oleh kelompok 4 offering I :

Arief Hidayatullah (170342615535)


Nadilah Nur Anggraeni (170342615521)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Januari 2019
A. Bukti Prinsip Transformasi adalah DNA

Avery, MacLeod, dan McCarty menunjukkan bahwa jika DNA yang sangat murni dari
tipe IIIS pneumococci hadir dengan tipe IIS pneumococci ditransformasi menjadi tipe IIIS. DNA
mengandung beberapa molekul protein dan kontaminasi ini mungkin bertangung jawab untuk
transformasi yang diamati.

Avery, MacLeod, dan McCarty membuktikan bahwa DNA adalah prinsip transformasi
yang melibatkan penggunaan enzim (protein yang mengkatalisis reaksi metabolik spesifik) yang
mendegradasi DNA, RNA atau protein. Dalam percobaan lain, DNA yang sangat murni dari sel
tipe IIIS diperlakukan dengan :

(1) Deoxyribonuclease (“DNase,” yang mendegradasi DNA)


(2) Ribonuclease (”Rnase,” yang mendegradasi RNA)
(3) Protease (yang mendegradasi protein)

dan lalu diuji kemampuannya dengan mentransformasi sel tipe IIR ke sel tipe IIIS. Hanya DNase
yang memiliki efek pada aktivitas transformasi persiapan DNA, itu benar – benar menghilangkan
semua aktivitas transformasi.

Gambar 1. Bukti Avery, MacLeod, dan McCarty bahwa "prinsip transformasi" adalah DNA.

(Sumber: Snustad & Simmons, 2012: 195)


Transformsi dari pneumococci tipe IIR ke tipe IIIS dapat ditunjukkan dengan
menggunakan DNA yang sangat murni dari sel tipe IIIS serta menggunakan sel tipe IIIS yang
terbunuh dengan panas. Bukti bahwa aktivnya adalah DNA dan bukan sejumlah kecil RNA atau
protein yang terkontaminasi dicapai dengan memperlakukan DNA yang dimurnikan dengan
enzim DNase, RNase, dan Trypsin (Protease), yang sangat spesifik mendegradasi DNA, RNA,
dan protein masing – masing secara aktiv. Perlakuan dengan RNase atau protease tidak
berpengaruh pada kemampuan persiapan DNA yang dimurnikan untuk mengubah sel tipe IIR
menjadi tipe IIS. Perlakuan DNase menghancurkan aktivitas transformasi dari persiapan DNA.

Avery dan rekan kerjanya mendapati bahwa informasi genetik pada pneumococcus di
tunjukkan dalam DNA. Sekarang diketahui bahwa segmen dari DNA pada kromosom
pneumococcus membawa informasi genetik spesifik sintesis dari kapsul tipe III yang secara fisik
terintegrasi ke dalam kromosom sel penerima IIR dengan proses rekombinasi spesifik yang
terjadi selama transformasi.

B. Percobaan Griffith’s

Gambar 2. Penemuan Griffith tentang transformasi dalam Streptococcus pneumoniae. (Sumber:


Snustad & Simmons, 2012: 174)

Demonstrasi Griffth’s dari transformasi pada pneumococcus. Ketika terbunuh dengan


panas dienkapsulasi (S ditunjukkan untuk formasi koloni halus) pneumococci tipe III diinjeksi ke
tikus, pneumonia tikus tidak berkembang. Demikian pula, ketika tidak dienkapsulasi
(ditunjukkan untuk formasi koloni kasar) sel tipe II diinjeksikan ke tikus, tikus tidak
menunjukkan efek sakit. Injeksi pada pneumococci tipe III hidup hasilnya adalah pneumonia
parah dan kematian dari beberapa tikus, yang mengherankan adalah injeksi dari sel tipe IIIS
terbunuh (ganas jika hidup) bersama dengan sel tipe IIR hidup (tidak ganas) menyebabkan
kematian dari beberapa tikus.

Gambar 3. Fenotip koloni dari dua strain Streptococcus pneumoniae dipelajari oleh
Griffith pada tahun 1928. (Sumber: Snustad & Simmons, 2012: 174)

C. Percobaan Harshey – Chase

Harshey – Chase menunjukkan eksperimen bahwa informasi genetik dari virus bakteri
tertentu (bacteriophage T2) hadir dalam DNA nya. Virus adalah organisme hidup terkecil;
mereka hidup, dalam arti bahwa reproduksi mereka dikendalikan oleh informasi genetik yang
disimpan dalam asam nukleat melalui proses yang sama seperti pada organisme seluler. Virus
adalah parasit aselular yang hanya dapat bereproduksi dalam sel inang yang sesuai. Keseluruhan
reproduksi mereka tergantung pada mesin metabolisme (ribosom, sistem penghasil energi, dan
komponen lainnya) dari inang. Virus sangat berguna dalam mempelajari banyak proses genetik
karena strukturnya yang sederhana dan komposisi kimianya (banyak mengandung hanya protein
dan asam nukleat) dan reproduksi yang sangat cepat (15 hingga 20 menit untuk beberapa virus
bakteri dalam kondisi optimal).
Bacteriophage T2, basil yang menginfeksi usus pada umumnya adalah Escherichia coli,
terdiri dari sekitar 50 persen DNA dan sekitar 50 persen protein. Ketika Hershey dan Chase
menunjukkan bahwa DNA partikel virus memasuki sel, sedangkan sebagian besar protein virus
tetap teradsorpsi ke bagian luar sel, implikasinya adalah bahwa informasi genetik yang
diperlukan untuk reproduksi virus ada dalam DNA. Dasar dari percobaan Hershey-Chase adalah
bahwa DNA mengandung fosfor tetapi tidak ada sulfur, sedangkan protein mengandung sulfur
tetapi hampir tidak ada fosfor. Dengan demikian, Hershey dan Chase mampu memberi label
secara spesifik baik (1) DNA fag dengan pertumbuhan dalam media yang mengandung isotop
radioaktif fosfor, 32P, sebagai pengganti isotop normal, 31P, atau (2) mantel protein fag dengan
pertumbuhan dalam media yang mengandung belerang radioaktif, 35S, menggantikan isotop
normal, 32S.

Gambar 4. Demonstrasi Hershey dan Chase bahwa informasi genetik bakteriofag T2 berada
dalam DNA-nya. (Sumber: Snustad & Simmons, 2012: 196)
Ketika partikel fag T2 berlabel 35S dicampur dengan sel E.coli selama beberapa menit
dan sel yang terinfeksi fag kemudian dikenakan kekuatan geser dalam Waring blender, sebagian
besar radioaktivitas (dan dengan demikian protein) dapat dihilangkan dari sel tanpa
mempengaruhi produksi fag progeni. Ketika partikel T2 di mana DNA diberi label dengan
menggunakan 32P, pada dasarnya, semua radioaktivitas ditemukan di dalam sel, artinya DNA
tidak dapat dihilangkan dengan gaya geser dalam blender. Mantel fag yang dihilangkan dari sel
yang terinfeksi oleh setrifugasi kecepatan rendah yang mana pellet (sedimen) sel akan tertinggal
meninggalkan partikel fag. Hasil ini menunjukkan bahwa DNA virus memasuki sel inang,
sedangkan mantel protein tetap berada di luar sel. Karena virus progeni diproduksi di dalam sel,
hasil Hershey dan Chase menunjukkan bahwa informasi genetik yang mengarahkan sintesis
molekul DNA dan mantel protein dari progeni virus harus ada dalam DNA induk. Selain itu,
partikel progeni terbukti mengandung sebagian 32P, tetapi tidak ada 35S fag induk.

Ada masalah pada pembuktian Hershey dan Chase karena percobaannya tidak
memberikan bukti yang jelas bahwa materi genetik fag T2 adalah DNA. Jumlah signifikan dari
35
S (dan dengan demikian protein) ditemukan diinjeksikan ke dalam sel inang dengan DNA. Jadi
dapat diperdebatkan bahwa fraksi kecil protein fag ini mengandung informasi genetik. Baru-baru
ini, ilmuwan mengembangkan prosedur dimana protoplas (sel dengan dinding dihilangkan) dari
E. coli dapat terinfeksi dengan DNA fag murni. Fag progeni infektif normal diproduksi dalam
percobaan ini, yang disebut eksperimen transfeksi, membuktikan bahwa bahan genetik virus
bakteri tersebut adalah DNA.

D. Percobaan Fraenkel-Conrad dan B. Singer

Pada sel baik prokariotik maupun eukariotik, seluruh informasi genetik sel tersebut tersimpan
dalam DNA (Deoxyribonucleic Acid) atau Asam Deoksiribonukleat (ADN), sedangkan pada sel
umumnya RNA berperan dalam proses sintesis protein. Seiring dengan berjalannya waktu,
penelitian lebih lanjut menemukan banyak jenis virus baru. Virus yang ukurannya lebih kecil
daripada virus pada umumnya diketahui hanya memiliki kapsid protein dan juga RNA, tidak
ditemukan DNA dalam selubung protein virus tersebut. Karena hanya memiliki RNA maka virus
ini dikenal sebagai virus RNA. Ketika itu, pernyataan bahwa asam nukleat baik DNA maupun
RNA berperan dalam menyimpan informasi genetik masih diragukan. Sebagian dari peneliti masih
yakin bahwa proteinlah yang membawa informasi genetik. Salah satu dari eksperimen pertama
yang menyatakan bahwa RNA juga menyimpan materi genetik seperti pada DNA dilakukan oleh
Fraenkel-Conrat dan B.Singer yang dikenal sebagai eksperimen rekonstitusi (penyusunan
kembali) yang kemudian dipublikasikan pada tahun 1957. Pada eksperimen tersebut digunakan
virus RNA yaitu Tobacco Mosaic Virus (TMV) yang memiliki struktur sederhana yaitu satu rantai
RNA yang diselubungi oleh unit-unit protein kapsid. Strain TMV dapat diidentifikasi dari
perbedaan komposisi kimia dasar pada selubung protein/kapsidnya.

Fraenkel-Conrat dan B.Singer menggunakan serangkaian reaksi kimia sehingga mampu


memisahkan antara RNA pada TMV dengan selubung proteinnya. Reaksi ini bersifat reversible
yang artinya dengan keadaan tertentu, akan terjadi reaksi dimana RNA akan kembali diselubungi
oleh selubung proteinnya. Fraenkel-Conrat dan Singer menggunakan 2 strain TMV yang kemudian
masing-masing strain dipisahkan antara RNA dan selubung proteinnya kemudian dilakukan proses
rekonstitusi dimana RNA virus strain A akan diselubungi protein kapsid virus strain B, begitu juga
sebaliknya dan menghasilkan virus yang tetap bersifat infektif. Virus hasil rekonstitusi tersebut
kemudian diinfeksikan ke daun tembakau dan dibiarkan hingga mengalami proses perbanyakan.
Setelah itu contoh virus hasil perbanyakan di daun tembakau diambil sampelnya dan diuji. Dari
hasil uji tersebut ternyata diketahui bahwa virus yang diambil dari taun tembakau tersebut ternyata
secara fenotip dan genotip identik dengan strain asal RNA virus tersebut. Dengan demikian maka
diketahui bahwa informasi genetik pada TMV tersimpan pada RNA, bukan pada proteinnya.

E. DNA dan RNA sebagai materi genetik

Sebelum dilakukan penelitian yang mendalam, pendapat ilmuan mengenai pewarisan sifat
terbagi menjadi dua. Satu pendapat mengatakan bahwa materi genetik tersimpan dalam asam
nukleat (DNA dan RNA), dan pendapat lainnya mengatakan bahwa materi genetik tersimpan
dalam protein. Hal ini terjadi karena kromosom memiliki 2 makromolekul utama penyusun yaitu
asam nukleat dan protein histon. Asam nukleat dibagi lagi menjadi 2 yaitu DNA
(Deoxyribonucleic Acid) dan RNA (Ribonucleic Acid). Nama deoxyribosa pada DNA mengacu
pada struktur gula pentosa yang kekurangan 1 atom oksigen pada atom C nomor 5, sedangkan
ribosa pada RNA juga mengacu pada struktur gula pentosa yang dimilikinya. Secara umum
struktur DNA dan RNA hampir sama yaitu terdiri dari 3 komponen utama yaitu gugus fosfat, gula
pentosa (gula deoxyribosa pada DNA dan gula ribosa pada RNA), dan juga asam nukleat. Terdapat
4 macam asam nukleat yang terdapat pada DNA dan RNA masing-masing tergolong dalam 2
golongan yaitu purin (adenin dan guanin) dan pirimidin (cytosine, timin, dan urasil). Keberadaan
asam nukleat ini yang memungkinkan penyimpanan informasi genetik pada DNA dan RNA.

Secara struktural, DNA umumnya memiliki formasi heliks ganda yang terdiri atas rantai
panjang nukleotida. DNA digunakan sebagai media penyimpanan informasi genetik di seluruh
organisme kecuali virus RNA, oleh karena itu secara umum DNA akan ditemukan di kromosom.
Sedangkan RNA umumnya memiliki formasi heliks tunggal yang terdiri atas rantai nukleotida dan
umumnya berperan dalam sintesis protein karena RNA juga terdapat di sitoplasma dimana secara
kualitas dan kuantitas RNA beragam di setiap sel dalam organisme terebut, berbeda halnya dengan
DNA yang umumnya jumlahnya konstan di setiap sel dalam organisme tersebut. DNA secara
umum ditemukan dalam B form yaitu rantai DNA tersebut memiliki rata-rata 10,4 pasangan
nukleotida dalam 360o dan idealnya berada di lingkungan dengan kadar garam yang rendah.
Apabila DNA berada di kondisi yang kurang optimal seperti berada di lingkungan yang kering
atau kadar garam tinggi, maka DNA akan berubah menjadi A form dengan rata-rata 11 pasangan
nukleotida dalam 360o. DNA baik A form maupun B form terpuntir ke kanan, apabila rantai DNA
tersebut terpuntir ke kiri maka dikenal sebagai Z form.

QUESTION AND ANSWER

Question 1 (Nadilah Nur Anggraeni):

1. Apa yang menyebabkan percobaan Hershey dan Chase dikatan tidak memberikan bukti
yang jelas bahwa fag T2 adalah DNA?

Answer :

Penyebabnya adalah jumlah signifikan dari 35S yang ditemukan dan diinjeksi ke dalam sel inang.

Question 2 (Nadilah Nur Anggraeni):

2. Bagaimana prinsip yang digunakan oleh Griffith’s pada percobaanya?

Answer :

Salah satu kemampuan dari materi genetik adalah mengendalikan fenotipe. Dalam
percobaan Griffith, strain bakteri memiliki beberapa fenotipe. Tipe R tidak hanya tidak
mematikan, dan mereka memiliki penampilan kasar (R). Tipe S berbeda dari tipe R, mereka
mematikan dan memiliki morfologi yang halus. Tipe S memiliki kapsul polisakarida yang
kurang dalam tipe R. Setiap jenis kapsul dibedakan menggunakan antibodi; kapsul tipe II
berbeda secara antigen dari tipe III. Transformasi dari tipe II ke tipe III dan konversi tipe R ke S
adalah perubahan fenotipi yang berbeda. Karena itu jika sifat kimia dari prinsip transformasi
dapat ditentukan, maka akan diketahui sifat materi genetik.

Question 3 (Arief Hidayatullah) :

3. Pada eksperimen Fraenkel-Conrat, dibentuk virus TMV “campuran” dengan


menggabungkan RNA satu strain virus TMV yang kemudian diselubungi oleh selubung
protein strain virus TMV yang lain melalui serangkaian proses kimiawi yang kemudian
diinfeksikan ke daun tembakau. Kemudian diketahui bahwa keturunan dari virus ini selalu
memiliki fenotip dan genotip yang identik dengan strain induk asal dari mana RNA
diambil. Mengapa demikian?
Answer :
Dalam eksperimen Fraenkel-Conrat, keturunan dari virus TMV yang diambil dari daun
tembakau yang diujicobakan selalu memiliki fenotip dan genotip yang identik dengan strain induk
asal dari mana RNA diperoleh. Fenomena tersebut menjelaskan bahwa informasi genetik yang
diperlukan untuk membentuk virus TMV baru tersimpan dalam RNA, bukan dalam protein yang
menyelubungi virus tersebut. Sehingga walaupun protein diperoleh dari strain virus TMV yang
berbeda, hal tersebur tidak akan mempengaruhi pembentukan protein pada keturunan virus.
Kesimpulan dari eksperimen Fraenkel-Conrat adalah informasi genetik virus TMV tersimpan
dalam RNA, bukan pada protein yang menyelubunginya.
Question 4 (Arief Hidayatullah):
4. Kromosom tersusun atas dua tipe makromolekul yaitu protein dan juga asam nukleat. Asam
nukleat terbagi menjadi 2 jenis yaitu DNA dan RNA. Mengapa DNA dan RNA merupakan
materi genetik sedangkan protein tidak?

Answer:

DNA dan RNA merupakan materi genetik karena memenuhi 2 syarat yaitu memiliki fungsi
genotip (replikasi) dan fungsi fenotip (ekspresi gen). Fungsi genotip mengharuskan materi genetik
mampu menyimpan materi genetik dan meneruskannya dari generasi ke generasi. DNA utamanya
memenuhi fungsi tersebut karena terletak di kromosom dan memiliki susunan basa nitrogen yang
mampu mengkodekan informasi genetik, selain itu komposisi DNA dalam seluruh sel dalam satu
organisme selalu identik, berbeda dengan protein yang tidak mampu menyimpan materi genetik
serta jumlahnya yang berbeda-beda di setiap selnya. Fungsi fenotip mengharuskan materi genetik
untuk mempu mengontrol perkembangan fenotip organisme tersebut di semua tingkatan. DNA
dan RNA memiliki kemampuan tersebut karena mampu mengekspresikan gen yang tersimpan,
sedangkan protein tidak bisa. Selain itu juga protein sendiri juga merupakan produk dari sintesis
yang melibatkan ekpresi gen pada DNA dan RNA.

DAFTAR RUJUKAN
Snustad, D.P & Simmons, M.J. 2012. Principles of Genetics 6th Edition. United States of Amerika:
John Wiley & Sons, Inc.

Anda mungkin juga menyukai