Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Pendidikan tingkat Sekolah Dasar merupakan lembaga pendidikan dasar
merupakan syarat atau keharusan bagi setiap peserta didik untuk mengikuti
pendidikan sembilan tahun. Dengan ditetapkannya program wajib sembilan
tahun oleh pemerintah, maka pendidikan dasar berperan sebagai pendidikan
dasar yang wajib diikuti karena menjadi persyaratan pendidikan minimal bagi
peserta didik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Inti dari proses pendidikan secara keseluruhan, guru yang berkompeten
memiliki peranan utama dalam menumbuhkan minat belajar kepada peserta
didiknya. Dengan demikian peserta didiknya dapat mencapai hasil belajar yang
sebaik-baiknya sesuai dengan tujuan yang telah digariskan dalam proses
belajar mengajar. Namun kenyataan yang dihadapi tidak selalu dapat terealisasi
sepenuhnya. Banyak peserta didik yang menunjukkan belum tercapainya
prestasi belajar sebagaimana yang diharapkan oleh guru khususnya pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Menurut Uzer Usman Peranan kompetensi guru adalah “terciptanya
serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam situasi
tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan
perkembangan anak didik (siswa) yang menjadi tujuannya”1.
Guru yang mempunyai kompetensi sebagai pendidik adalah guru yang
sudah teruji baik secara teoritis maupun praktis, karena uji kompetensi guru
dapat digunakan untuk mengembangkan standar kompetensi profesional guru
dalam kaitannya dengan pembangunan pendidikan.
E. Mulyasa menjelaskan bahwa: “Kegiatan pembelajaran dan hasil
belajar peserta didik tidak saja ditentukan oleh manajemen sekolah, kurikulm,
sarana dan prasarana pembelajaran, tetapi sebagian besar ditentukan oleh guru.
Oleh karena itu kompetensi guru akan mendorong terciptanya kegiatan dan
hasil belajar yang optimal karena guru yang teruji kompetensinya lebih mampu

1
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung, PT Remaja Rosda Karya, 2003), hal. 4

1
menciptakan suasana pembelajran yang kondusif, kreatif, efektif dan
menyenangkan sehingga mampu mengembangkan potensi seluruh peserta
didik secara optimal pula.”2
Proses Belajar Mengajar (PBM) merupakan suatu proses yang
mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal
balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
tertentu”3.
Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan
syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Interaksi dalam
peristiwa pembelajaran mempunyai arti langsung lebih luas, tidak sekedar
hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam
hal ini bukan hanya menyampaikan pesan berupa materi pelajaran, melainkan
penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar. PBM
mempunyai makna dan pengertian yang lebih luas dari pada pengertian
mengajar. “Dalam PBM tersirat adanya satu kesatuan kegiatan yang tidak
terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Antara kedua
ini terjalin interaksi yang saling menunjang, peran guru sebagai profesi dan
proses belajar mengajar meliputi sebagai pendidik, pengajar dan
pembimbing”4.
Guru sebagai pengajar adalah bertugas memberikan pengajaran di dalam
sekolah, ia menyampaikan pelajaran agar siswa memahami dengan baik semua
pengetahuan yang telah disampaikan itu, selain itu ia juga berusaha agar terjadi
perubahan sikap, keterampilan, kebiasaan, hubungan sosial, apresiasi dan
sebagainya melalui pengajaran yang diberikannya
Menurut Samsul Nizar Guru adalah pendidik. Dalam operasionalnya,
mendidik merupakan rangkaian proses mengajar, memberikan dorongan,
memuji, mengajar, memberi contoh, membiasakan dan lain sebagainya”5.

2
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembalajaran yang Profesional, (Bandung:
PT Remaja Rodakarya, 2009), Cet. Ke 8, hal. 190
3
Muh. Uzer Usman, Op. Cit, hal. 6
4
Ibid
5
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta, Ciputat Press, 2002), hal. 43

2
Peran guru sebagai pembimbing “guru lebih suka kalau mendapat
kesempatan menghadapi sekumpulan murid-murid di dalam interaksi belajar
mengajar, ia memberi dorongan dan mengeluarkan semangat menggiring
mereka, sehingga mereka dapat melepaskan diri dari ketergantungannya
kepada orang lain dengan tenaganya sendiri”6.
Sedangkan menurut Oemar Hamalik “guru adalah Sebagai pembimbing,
diartikan bahwa guru memberikan petunjuk pemberitahuan, motivasi dorongan
tugas atau usaha tanpa paksaan”7.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas bahwa guru mempunyai sejumlah
peranan yang harus dilaksanakan dalam rangka melaksanakan tugas-tugasnya
untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu memberi bantuan dengan
menunjukkan jalan untuk memecahkan masalah, memperbaiki kesalahan yang
dilakukan siswa, memberi dorongan dan motivasi belajar. Sehingga
pengorganisasian belajar yang dilakukan dapat berpengaruh terhadap anak
didik yang nantinya dapat menghasilkan suatu hasil belajar yang baik.
Dalam proses pembelajaran minat sangat berperan penting dalam rangka
meningkatkan aktivitas belajar anak. Dengan adanya minat kita akan lebih
bersemangat dalam belajar, karena belajar itu merupakan aktivitas atau
serangkaian kegiatan baik itu dilakukan individu maupun kelompok untuk
memperoleh hasil belajar yang baik sehingga apabila dalam kegiatan
pembelajaran seorang siswa tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan
maka perlu diteliti penyebabnya.
Salah satu faktor dalam diri seseorang yang mempengaruhi belajar adalah
minat. Minat adalah rasa tertarik yang ditunjukkan oleh individu atau seseorang
kepada suatu objek.
Menurut Slameto Minat adalah “suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan
pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya
adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu
diluar dirinya semakin kuat atau dekat hubungan antara diri sendiri dengan

6
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta, Bumi Aksara, 2002), hal.
266
7
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar,( Jakarta, Bumi Aksara, 2004), hal. 43,

3
sesuatu diluar dirinya maka semakin besar minat yang tumbuh di dalam
dirinya”.8
Sedangkan menurut Sardiman “Minat timbul bila siswa tertarik pada
sesuatu yang akan dicapai, dipelajari dan bermakna bagi dirinya. Minat tidak
timbul tiba-tiba atau spontan melainkan timbul akibat dari partisipasi,
pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar”9.
Minat timbul karena adanya informasi atau pengetahuan tentang suatu
pelajaran, benda atau situasi tertentu. Jadi ketekunan dan keuletan belajar oleh
anak akan sangat ditentukan oleh minat belajarnya anak itu sendiri. Tidak
adanya minat anak terhadap suatu pelajaran akan menimbulkan kesulitan
belajar.
Dari beberapa pendapat sebagaimana terungkap di atas dapat diambil
keimpulan bahwa minat adalah rasa suka, rasa ketertarikan dan rasa senang
terhadap suatu hal atau aktivitas yang timbul dari diri seseorang dengan
kesadarannya sendiri pada waktu dan situasi tertentu, dengan demikian minat
merupakan tujuan yang penting dalam seorang guru dan orang tua mendidik
anak-anaknya untuk mencapai hasil belajar yang baik. Dengan adanya minat
belajar yang tinggi dari siswa terhadap pelajaran dan didukung dengan
motivasi yang kuat maka siswa akan dapat belajar dengan baik.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa faktor-faktor tersebut
sangat mempengaruhi minat belajar seorang siswa karena dengan terpenuhi
faktor tersebut siswa akan lebih bersemangat untuk mengikuti proses belajar
mengajar.

B. BATASAN MASALAH
Untuk menghindari kemungkinan meluasnya masalah yang akan diteliti,
maka penulis membatasi permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Adapun
pembatasan masalah yang penulis maksud adalah sebagai berikut:

8
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta, Renika Cipta, 2003), hal.
180
9
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2007),
hal. 76

4
1. Kompetensi guru dalam meningkatkan minat belajar Pendidikan Agama
Islam.
2. Minat belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
3. Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik Sekolah
Didik Sekolah dasar Negeri Nomor 02 Tanjung Iman Kecamatan
Blambangan Pagar kabupaten Lampung Utara Tahun Pelajaran 2018/2019.

C. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas maka dapat
dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah. ”Adakah
Peranan kompetensi guru yang signifikan terhadap terhadap minat belajar
Pendidikan Agama Islam peserta didik Sekolah Dasar Negeri Nomor 02
Tanjung Iman Kecamatan Blambangan Pagar Kabupaten Lampung Utara
Tahun Pelajaran 2018/2019?”

D. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN


1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui seberapa besar peranan kompetensi guru terhadap
minat belajar Pendidikan Agama Islam peserta didik Sekolah Dasar
Negeri Nomor 02 Tanjung Iman Kecamatan Blambangan Pagar
Kabupaten Lampung Utara Tahun Pelajaran 2018/2019?”.
b. Untuk mengetahui minat belajar yang telah dimiliki oleh peserta didik
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
2. Kegunaan Penelitian
a. Diharaapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan minat belajar
Pendidikan Agama Islam dalam rangka meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan.
b. Bagi guru, termotivasi bahwa kompetensi guru sangat berpengaruh
dalam rangka meningkatkan minat belajar peserta didik sehingga
tujuan belajar Pendidikan Agama Islam tercapai dengan baik.
c. Bagi peserta didik, setiap individu menyadari betapa pentingnya
Pendidikan Agma Islam dalam pembentukan pribadi muslim.

5
BAB II
LANDASAN TEORI

A. PENGARUH KOMPETENSI GURU


1. Pengertian Kompetensi Guru
Kompetensi guru adalah kecakapan atau kemampuan seorang guru
yang kreatif, profesional, dan menyenangkan dalam menjalankan tugas dan
fungsinya. Sariman menjelaskan bahwa:
”Kompetensi guru adalah kemampuan maupun kecakapan yang
dimiliki oleh seorang guru dalam penguasaan bahan, mengelola program
belajar mengajar, mengelola kelas, menggunakan media/sumber,
menguasai landasan kependidikan, mengelola interaksi belajar mengajar,
menilai prestasi peserta didik untuk kepentingan pengajaran, mengenal
fungsi dan program layanan bmbingan dan konseling, mengenal dan
menyelenggarakan administrasi sekolah, serta memahami prinsip-prinsip
dan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.”10
Guru adalah perencana dan pelaksana sistem pendidikan untuk
mencapai tujuan yang diharapkan”11. guru juga diartikan seseorang yang
memiliki kemampuan dan pengalaman yang dapat memudahkan dalam
pelaksanaan peranannya membimbing muridnya”12.
Dari beberapa pendapat sebagaimana terungkap di atas dapat
dipahami bahwa kompetensi guru adalah sorang tenaga pendidikan yang
telah teruji kompetensinya minimal secara nasional serta memiliki
kemampuan serta kecakapan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, di
samping itu guru adalah sebagai perencana dan pelaksana sekaligus sebagai
penggerak yang memberikan pengajaran kepada anak didik sehingga dapat
membantu tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan.

Guru merupakan salah satu unsur di bidang pendidikan, yang


berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga

10
Sardiman, Interaksi Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Ed. 1, Cet. Ke 19,
hal. 164
11
Departemen Agama RI., Pedoman Guru Agama SD, (Jakarta, Directorat Jendral Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam, 1993), hal. 34
12
Zakiah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta, Bumi Aksara, 1996), hal.266

6
pendidik atau pembimbing sesuai dengan tuntutan masyarakat yang
semakin berkembang. Dengan demikian juga, guru tidak semata-mata
hanya sebagai pengajar tetapi juga sebagai pendidik sekaligurs sebagai
pembimbing yang mengarahkan dan menuntun peserta didik sehingga
timbul minat belajar yang kuat dari dalam diri mereka dalam pencapaian
tujuan belajar. Di dalam kegiatan mengelola interaksi belajar mengajar guru
paling tidk harus memiliki dua modal dasar, yaitu kemampuan mendesain
program dan kererampilan dalam mengomunikasikan program tersebut
kepada peserta didik. Kedua modal tersebut terumuskan dalam sepuluh
kompetensi guru.

2. Sepuluh Kompetensi Guru


Dalam pendidikan guru dikenal adanya pendidikan guru
berdasarkan kompetensinya kemudian diklasifikasikan. Untuk program S1
salah stunya dikenal adanya sepuluh kompetensi uru yaitu sebagai berikut:
a. Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum, menguasai bahan
pengayaan/bidang studi;
b. Mengelola program belajar mengajar yaitu mampu merumuskan tujuan
pembelajaran, mengenal dan dapat menggunakan proses interuksional
yang tepat;
c. Mengelola kelas, yakni mengkondisikan keadaan kelas yang nyaman
tenang ;
d. Menggunakan dan memilih media serta sumber belajar yang tepat;
e. Menguasai landasan-landasan kependidikan yang berdasarkan
Pancasila sebagai landasan idiil dan UUD 1945 sebagai landasan
konstitusional (bab XIII Pasal 31 : tiap-tiap warga Negara berhak
mendapat pengajaran);
f. Mengelola interaksi belajar mengajar antara guru dan peserta didik
dalam rangka transfer of knowledge dan transfer of values;
g. Menilai restasi peserta didik untuk kepentingan pengajaran;
h. Mengenal dan melaksanakan fungsi program bimbingan dan konseling’
i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah;
j. Memahami prinsip-pripsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan
guna keperluan pengajaran.13

13
Sardiman, Op. Cit, 163

7
3. Pengertian Guru
Guru adalah ”setiap orang yang bertugas dan berwewenang dalam
dunia pendidikan dan pengajaran pada lembaga pendidikan”14.
Sedangkan menurut undang-undang tentang guru dan dosen pasal 1
ayat 1 tahun 2005 guru adalah ”pendidikan profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”15.
Guru secara etimologis adalah ”orang yang pekerjaannya (mata
pencahariannya) profesinya mengajar”16.
Guru adalah orang yang mempunyai peran menyampaikan ilmu
pengetahuan di dalam lingkungan pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa guru adalah
seseorang yang memiliki kemampuan dan pengalaman dalam membimbing
peserta didiknya dalam usaha pembentukan manusia yang selalu berpotensi.
Guru tidak hanya semata-mata hanya sebagai pengajar tetapi juga sebagai
pendidik sekaligus sebagai pembimbing yang mengarahkan dan menuntut
anak didik dalam belajar.
Guru harus benar-benar mempunyai peran sebagai pengganti
orangtua, yakni selain sebagai pengajar juga sebagai Pembina dan
pembimbing peserta didik dalam mencapai tujuan PBM, yakni dalam usaha
guru mendidik dan mengajar anak dalam kelas guru sanggup menunjukkan
kewibawaan, artinya ia harus mampu mengendalikan, mengatur dan
mengontrol kelakuan peserta didik.

14
M. Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Solo, Rineka Cipta, 1996), hal. 157
15
Undang-Undang Republik Indonesia, Tentang Guru Dan Dosen Serta Profesional Kurikulum
Berbasis Kompetensi, (Jakarta, CV. Tamita Utama, 2007), hal. 2
16
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 2004), hal. 330

8
“PBM merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu”17.

Interaksi dalam peristiwa pembelajaran mempunyai arti langsung


lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan peserta didik, tetapi
berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya menyampaikan pesan
berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri
peserta didik yang sedang belajar. “Antara keduanya terjalin interaksi yang
saling menunjang, peran guru sebagai profesi dan proses belajar mengajar
meliputi sebagai pendidik, pengajar dan pembimbing”18.

B. Peran Guru Berdasarkan Kompetensinya


1. Peran Guru Sebagai Pengajar
Guru diharapkan mampu mendorong anak untuk senantiasa belajar
dalam berbagai kesempatan melalui berbagai sumber dan media.
Menurut Oemar Hamalik Guru sebagai pengajar adalah bertugas
memberikan pengajaran di dalam sekolah, ia menyampaikan pelajaran agar
peserta didik memahami dengan baik semua pengetahuan yang telah
disampaikan itu, selain itu ia juga berusaha agar terjadi perubahan sikap,
keterampilan, kebiasaan, hubungan sosial, apresiasi dan sebagainya melalui
pengajaran yang diberikannya”19.
Peran guru sebagai pengajar mencakup: sebagai perencana
pengajaran, pengelolaan pengajaran, motivasi belajar”20. Seorang guru
hendaknya senantiasa secara terus menerus mengikuti hasil-hasil belajar
yang telah dicapai oleh peserta didik dari waktu ke waktu, informasi yang
diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik dari proses kegiatan
pembelajaran yang akan dijadikan sebagai titik tolak untuk memperoleh dan
meningkatkan PBM selanjutnya. Sedangkan sebagai motivasi, guru
hendaknya memberikan motivasi kepada peserta didik ada empat hal yang
dapat dikerjakan guru dalam memberikan motivasi yaitu :

17
Moh. Uzer usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung, Remaja Rosda Karya, 2003), hal. 4
18
Ibid, hal. 4
19
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta, Bumi Aksara, 2004), hal. 124
20
Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, (Jakarta, Rineka Cipta, 2004), cet ke-2, hal. 105-106

9
1) Membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk belajar
2) Menjelaskan secara konkret kepada peserta didik apa yang dapat
dilakukan pada akhir pelajaran
3) Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai sehingga dapat
merangsang untuk mencapai prestasi yang lebih baik dikemudian hari
4) Membentuk kebiasaan belajar yang baik.21

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat peneliti pahami bahwa


pontensi guru sebagai pengajar meliputi : membuat program pengajaran,
menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan program pengajaran,
menguasai materi pelajaran dan menyampaikan secara sistematis,
menggunakan metode mengajar sesuai dengan materi pelajaran,
menggunakan alat Bantu/media pengajaran, menciptakan kondisi belajar
yang efektif, mengadakan evaluasi atau reword terhadap prestasi peserta
didik, apabila peran itu dapat dilaksanakan dengan baik, maka tujuan
pendidikan dalam belajar membaca al-qur’an akan lebih mudah dicapai

2. Peran guru sebagai pendidik


Guru sebagai pendidik adalah mendidik. Dalam operasionalnya,
mendidik merupakan rangkaian proses mengajar, memberikan dorongan,
memuji, mengajar, memberi contoh, membiasakan dan lain sebagainya”22.
Diantara keterampilan yang harus dimiliki seorang guru yakni :
1) Tempat dalam menyampaikan bahan pelajaran
2) Terampil menyusun satuan pelajaran
3) Terampil menyampaikan ilmu kepada murid
4) Terampil menggairahkan semangat belajar murid
5) Terampil memilih dan menggunakan alat peraga pendidikan
6) Terampil melakukan penilaian hasil belajar murid
7) Terampil menggunakan bahasa yang baik dan benar
8) Terampil mengatur disipin kelas dan berbagai keterampilan lainnya.23

21
Ibid, hal. 107
22
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta, Ciputat Press, 2002), hal. 43
23
Ibid

10
Dari beberapa pendapat di atas bahwa tugas pendidik bukan hanya
sekedar mengajar, namun juga bertugas sebagai motivator dan fasilitator
dan PBM, sehingga seluruh potensi peserta didik dapat teraktualisasi secara
baik dan dinamis. Guru lebih di gambarkan sebagai sosok yang mempunyai
kemampuan sebagai penyampai ilmu kepada peserta didik supaya terbentuk
kepribadian menjadi manusia dewasa dalam menghadapi kehidupan yang
akan datang.

3. Peran Guru Sebagai Pembimbing


Sebagai seorang pembimbing guru lebih suka kalau menghadapi
sekumpulan murid-murid didalam interaksi belajar mengajar, ia memberi
dorongan dan mengeluarkan semangat menggiring mereka, sehingga
mereka dapat melepaskan diri dari ketergantungannya kepada orang lain
dengan tenaganya sendiri”.24

Disamping tugas-tugas tersebut, guru juga dapat melakukan tugas


bimbingan seperti berikut :
a) Melaksanakan kegiatan diagnostik kesulitan belajar. Dalam hal ini guru
mencari atau mengindentifikasi sumber-sumber kesulitan belajar yang
dialami oleh peserta didik, dengan cara :
a) Menandai peserta didik yang diperkirakan mengalami masalah, dengan
jalan melihat prestasi belajarnya yang paling rendah atau berada di
bawah nilai rata-rata kelasnya
b) Mengidentifikasikan mata pelajaran dimana peserta didik mendapat
nilai rendah (dibawah rata-rata kelas)
c) Menelusuri bidang/bagian dimana peserta didik mengalami, kesulitan
yang menyebabkan nilainya rendah. Dengan demikian, dapat
ditemukan salah satu sumber penyebab timbulnya kesulitan belajar
d) Guru dapat memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan dan
kewenangannya kepada murid dalam memecahkan masalah pribadi.25

Dari beberapa pendapat sebagaimana terungkap di atas dapat


dipahami bahwa guru mempunyai sejumlah peranan yang harus
dilaksanakan dalam rangka melaksanakan tugas-tugasnya untuk mencapai

24
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta, Bumi Aksara, 2002), hal.
266
25
Ibid, hal. 109-110

11
tujuan pendidikan, sehingga pengorganisasian belajar yang dilakukan dapat
berpengaruh terhadap anak didik yang nantinya dapat menghasilkan suatu
hasil belajar yang baik. guru sebagai pembimbing meliputi : memperhatikan
sikap, menjadi tempat bertanya bagi peserta didik yang mengalami kesulitan
belajar, menanyakan kesulitan belajar peserta didik, memberikan bantuan
kepada peserta didik untuk mengatasi kesulitan belajarnya dan memberikan
motivasi kepada peserta didik.

C. MINAT BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


1. Pengertian minat belajar
a. Pengertian minat
Minat merupakan suatu kecenderungan untuk memberikan
perhatian dan bertindak terdapat orang, aktivitas atau situasi yang
menjadi objek dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang”26.
Pendapat lain mengemukakan bahwa minat adalah kecenderungan jiwa
yang tetap kejurusan sesuatu hal yang berharga bagi seseorang. Sesuatu
yang berharga bagi seseorang adalah sesuai dengan kebutuhannya”27.
Minat adalah kecenderungan atau dorongan jiwa yang
menambahkan kemauan dan keinginan untuk belajar serta dapat
menimbulkan rasa kegembiraan individu dalam usaha belajar, minat
adalah kecenderungan jiwa kepada sesuatu, karena kita merasa ada
kepentingan dengan sesuatu itu”.28

Adapun ukuran minat yang dapat menunjang belajar adalah


minat pada pelajaran, perasaan senang kepada guru, selalu
memperhatikan dan mengingat pelajaran mau dan tekun dalam
belajar”29.
Minat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena
bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat peserta
didik, peserta didik tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena

26
Abdurahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif
Islam, (Jakarta, Kencana, 2004), hal. 263
27
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta, Bumi Aksara, 1995), hal.
133.
28
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung, Al-Ma’arif, 1997), hal. 79
29
H.M. Ali Yusuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta, Pedoman Ilmu Jaya, 1996), hal. 83-85

12
tidak ada daya tarik baginya ia segan-segan untuk belajar, ia tidak
memperlukan kepuasan dari pelajarna itu. Bahan pelajaran yang
menarik peserta didik, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena
minat menambah kegiatan belajar.30

Dari beberapa pendapat di atas dapat difahami bahwa minat


adalah suatu kecenderungan hati/jiwa atau kepentingan kepada sesuatu
yang timbul dalam diri individu karena sesuatu itu sangat berharga atau
sangat penting untuk kebutuhannya. Adanya minat anak akan
mendorong peserta didik tersebut untuk memberikan perhatian yang
lebih serta konsentrasi terhadap apa yang dipelajarinya.
b. Pengertian belajar
Untuk memperoleh pengertian yang objektif tterutama belajar di
sekolah, perlu dirumuskan secara jelas, sebagaimana yang dijelaskan
oleh Slameto, bahwa definisi belajar adalah ”suatu proses yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya”.31
Menurut pendapat Saiful Bahri Djamarah bahwa belajar adalah
”serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan
psikomotor”.32

Dari uraian di atas, dapat difahami bahwa belajar adalah


Perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegitan
yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan, dan
perkembangan pada diri peserta didik secara sadar setelah berinteraksi
dengan lingkungannya, misalnya ia menyadari bahwa pengetahuan dan

30
Slameto, Op. Cit. hal. 57
31
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010),
hal. 2
32
Saiful Bahri Djamarah, Op.Cit. hal.13

13
kecakapannya dalam bidang Pendidikan Agama Islam serta
kebiasaannya untuk menjalankan ibadah berdasarkan ajaran Agama
Islam tidak merasa terpaksa akan tetapi sadar atas kewajibannya sebagai
umat Islam.

2. Cara membangkitkan minat belajar


Membangkitkan minat belajar kepada peserta didik merupakan hal
yang terpenting dalam kegiatan belajar, dan seorang anak didik perhatian
yang menetap pada pelajaran, serta usaha untuk meningkatkan prestasi
belajarnya. Ada enam hal yang dapat dikerjakan oleh guru dalam usaha
untuk membangkitkan semangat anak peserta didik, yaitu :
a. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar.
b. Menjelaskan secara konkrit, kepada anak didik apa yang dapat
dilakukan pada akhir pelajar.
c. Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai anak didik
sehingga dapat merangsang untuk mendapat prestasi yang lebih baik
dikemudian hari.
d. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
e. Membantu kesulitan anak didik secara indivitual dan kelompok
f. Menggunakan metode yang bervariasi33

”Kompetensi guru yang telah lulus dari ujiannya adalah guru yang
berkemampuan membangkitkan minat anak didik dalam belajar, dengan
memanfaatkan motivasi ekstrinsik dalam berbagai bentuknya”34.
”Cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu
subyek yang baru adalah menggunakan minat peserta didik yang telah
ada”35.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar adalah :
a. Objek belajar
b. Metode pembelajaran
c. Pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru
d. Sikap dan perilaku guru.

33
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta, Rineka, Cipta,
2002), hal.167
34
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta, Rineka Cipta, 2002), hal.117
35
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta, Rineka Cipta. 2003), hal.
181.

14
e. Media pembelajaran
f. Fasilitas pembelajaran
g. Lingkungan belajar
h. Suara guru36

Dari beberapa pendapat di atas dapat penulis pahami bahwa


seorang guru biasanya memanfaatkan motivasi ekstrinsik untuk
meningkatkan minat didik agar lebih semangat dalam belajar dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya, yang menjadikan peserta didik lebih
bersemangat untuk mengikuti proses belajar mengajar. Bentuk motivsi
yang dapat dimanfaatka dalam rangka membangkitkan minat belajar antara
lain memberi angka, hadiah, kompetisi, memberi ulangan, pujian,
hukuman.

3. Kriteria Pengukuran Minat Belajar Pendidikan Agama Islam


Kriteria pengukuran minat belajar peserta didik merupakan
tingkatan nilai yang menunjukkan pada taraf dimana peserta didik itu
menguasai materi yang dipelajari. Untuk mengukur minat belajar maka
dilakukan melalui evaluasi yaitu “usaha untuk mengetahui tingkat (kadar)
kemampuan murid-murid dan sampai taraf mana mereka menyerap
pelajaran yang diberikan”.17
Setelah diukur melalui evaluasi maka hasil pengukurannya tersebut
di nyatakan dalam bentuk nilai yang memiliki tingkatan tertentu dengan
kriteria yang pada umumnya digunakan yaitu sebagai berikut :
1. 86-100 = Baik sekali
2. 71-85 = Baik
3. 56-70 = Cukup
4. 41-55 = Kurang
5. < 40 = Sangat kurang”18

36
Abdul Haris, Psikologi Dalam Pendidikan, (Bandung, Alfa Beta, 2008), hal. 53
17
Tayar Yusuf dan Yurnalis Etek, Keragaman Evaluasi dan Metode Penerapan Jiwa Agama,
Jakarta: Rineka Cipta, 1994), hal. 116
18
Kementerian Pendidikan Nasional, Undang-Undang Pengelolaan Pendidikan No. 17 Tahun 2010,
(Jakarta: Kemenag RI, 20100), hal. 49

15
Berdasarkan kriteria di atas, maka dapat di ketahui bahwa untuk
ukuran penguasaan materi yang baik adalah berada dalam tingkatan nilai
7, 51-8, 99 ke atas yang berarti harus dipacu menguasai nilai dengan baik
dan untuk nilai KKM bidang studi pendidikan agama Islam adalah yang
mempunyai nilai 60 ke atas dapat dikatakan tuntas dari jumlah penguasaan
materi dan penguasaan sikap peserta didik.

D. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam adalah merupakan bimbingan yang


dilakukan secara sadar, sistematis dan pragmatis oleh seorang pendidik
kepada anak didik munuju terbentuknya kepribadin yang utama sehingga
kelak mereka hidup dan berprilaku sesuai dengan ajaran Islam.

Pengertia Pendidikan Agama Islam “Segala usaha ang berupa


pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap anak agar kelak setelah selesai
pendidikannya, dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran
agamanya serta menjadikannya sbagai way of life (jalan hidup) sehari-hari,
baik dalam kehidupan pribadi maupun sosial kemasyaraktan”37

Pengertian di atas dapat dipahami bahwa Pendidikan Agama Islam


adalah bimbingan dan asuhan yang diberikan kepada anak didik agar
menjadi manusia muslim sehingga kehidupannya sesuai dengan ajaran
Islam. Oleh karena itu Islam menetapkan bahwa Pendidikan Agama wajib
diperoleh bagi pria maupun wanita dan tidak ada batas, berlangsung seumur
hidup, semenjak buaian hingga ajal datang.

Sedangkan menurut Zakiah Daradjat “Pengertian Pendidikan Agama


Islam adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat dan
kewajiban mereka.”38

37
Departeen Agama RI, Pedoman Pelaksanaan PAI Pada SD dan SMP, (Jakarta : Dirjen
Bimbagais, 1997), hal. 9
38
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksra, 2009), Cet. Ke. 8, hal.28

16
Dari kutipan di atas penulis simpulkan pendidikan agama Islam adalah
usaha bimbingan jasmani dan rohani seseorang berdasarkan ajaran-ajaran
Islam untuk menuju terbentuknya kepribadian muslim yang sempurna.

2. Dasar Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam yang dijadikan mata pelajaran di sekolah


tingkat menengah adalah merupakan suatu usaha dalam pembentukan
manusia yang harus mempunyai landasan atau dasar sehingga tujuan
pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dapat terhubung dengan jelas.

Zakiyah Daradjat menjelaskan bahwa: “Landasan/dasar Pendidikan


Agama Islam itu terdiri dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad
SAW.”39. Hal tersebut perlu dikembangkan melalui Kegiatan Proses Belajar
Mengajar dengan menggunakan berbagai fasilitas pendidikan. Dalam hal ini
Ahmad Tafsir menjelakan bahwa: Pendidikan Agama Islam yang dilakukan
di kelas oleh seorang guru perlu memperhatikan fasilitas pendidikan yang
sesuai dengan materi ketika proses belajar berlangsung, untuk mencapai
tujuan pembelajaran dengan baik.”40

Adapun dasar Pendidikan Agama Islam tersebut adalah:

a. Al-Qur’an
Dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa Al-qur’an adalah sumber
kebenaran dalam Islam. Kegiatan berupa pendidikan juga mendapat
tuntunan dalam Al-Qur’an misalnya agar manusia dapat meningkatkan
kualitas ibadah menyembah Allah SWT untuk menuntut ilmu dasarnya
adalah surat Adz.zariyat ayat 56 :
   
  

39
Ibid, hal. 19
40
Ahmad Nasir, Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga dan Lingkungan Sekolah, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1998), Cet. Ke. 2, hal. 90

17
Artinya : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.” (Q.S Adz.zariyat:56)41
Dari firman diatas dapat dipahami bahwa manusia diciptakan semata-mata
untuk menyembah Allah SWT. Sedangkan proses menyembah Allah itu
sendiri ada tuntunanya yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadist, sehingga manusia
wajib menuntut ilmu kearah penyempurnaan ibadahnya.

b. Hadis/Sunah
Sunah Rosul adalah prilaku Rosullah, ajaran-ajaran dan perkenalan
Rosullah sebagai pelaksanaan hakum-hukum yang terkandung dalam Al-
Qur’an. Nabi Muhamad Saw bersabda :

) ‫ ( رواه البخا ري و مسلم‬.ٍ‫س ِل َمة‬ ْ ‫لب ا ْل ِع ْل ِم فَ ِر ْيضَةٌ ىَ َل ُك ِل ُم‬


ْ ‫س ِل ٍم َو ُم‬ ُ ‫َط‬
Artinya: “Menuntut ilmu adalah kewajiban atas setiap orang islam,laki-laki
ataupun perempuan.” (H.R. Bukhari dan Muslim).42
Dari hadis di atas disimpulkan bahwa umat Islam diwajibkan
menuntut ilmu. Karena manusia itu mulia dalam pandangan Allah SWT
karena iman dan ilmunya, dan dengan dasar ilmu itu pula manusia jadi mulia
di dunia dan di akherat.
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Menurut Zakiah Daradjat tujuan Pendidikan Agama Islam dibagi 2 yaitu:

a. Tujuan kulikuler adalah Rumusan pengetahuan, keterampilan, nilai,


dan sikap yang diharapkan dimiliki murid dalam setiap bidang studi
setelah mereka menyelesaikan keseluruhan program pada sekolahan
tertentu
b. Tujuan instruksional adalah Rumusan pengetahuan, keterampilan,
nilai, sikap yang merupakan perincian dari tujuan kulikuler, sebagai
dasar untuk menetapkan bahan pengajaran (sub pokok bahasan dalam
setiap bidang studi).43

41
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,(Jakarta: CV Penerbit J.ART,2004), hal.
480
42
H.A. Mustafa, Hadits-Hadits Pilihan, ( Surabaya: Al Ikhlas, 1995), hal. 58
43
Ibid, hal.130

18
Berdasarkan kutipan di atas yang dimaksud dengan tujuan adalah
memberikan petunjuk mengenai arah perubahan yang dicita-citakan. Tujuan
yang jelas akan memberi petunjuk yang jelas pula terhadap pemilihan
isi/bahan ajar, strategi pembelajaran, media, dan evaluasi. Tujuan
pendidikan dianggap sebagai dasar, arah, dan patokan dalam menentukan
komponen- komponen yang lainnya

Jadi tujuan pendidikan agama Islam adalah “Membimbing anak agar


menjadi muslim sejati, teguh, beramal saleh dan berahlak mulia serta
berguna bagi bangsa dan Negara”.44

4. Kurikulum Pendidikan Agama Islam


Kurikulum adalah “Program pendidikan yang direncanakan dan
dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu”.45 Oleh
karena itu, dalam kurikulum suatu sekolah telah terkandung tujuan-tujuan
pendidikan yang ingin dicapai melalui sekolah yang bersangkutan.

Tujuan kurikulum tidak akan memberikan arti apa-apa kalau tidak


dapat dilaksanakan secara optimal di suatu lembaga pendidikan (sekolah)
serta dengan rencana yang baik (persiapan mengajar . Disamping itu perlu
karakteristik peserta didik dan kemampuan guru yang akan
mengimplementasikan tujuan kurikulum tersebut secara langsung di kelas.

Jika dilihat dari segi kuantitas peserta didik, tentu saja peserta didik
akan memilih sekolah yang fasilitasnya lengkap. Begitu juga dari segi
kualitas, tentu saja peserta didik yang belajar dengan fasilitas yang lengkap
akan menghasilkan prestasi yang baik jika dibandingkan dengan peserta
didik yang belajar dengan fasilitas seadanya. Hal ini sesuai pendapat
bahwa” Fasilitas belajar akan mempengaruhi hasil belajar yang dicapai oleh
peserta didik.46

44
Zuhairini, Metode Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya:1983), hal.27
45
Zakiah Daradjat, Op.Cit. 122
46
S. Nasution,Op.Cit, hal. 98

19
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan
yang tidak dapat dipisahkan antara fasilitas pendidikan dengan prestasi
belajar. Peserta didik yang belajar dengan fasilitas belajar yang lengkap
akan lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang belajar dengan
fasilitas seadanya. Selanjutnya dalam buku S. Nasution mengemukakan
bahwa” Dalam usaha meningkatkan prestasi belajar peserta didik, maka
sekolah harus mengupayakan berbagai fasilitas yang diperlukan dalam
pendidikan”.47

Pentingnya fasilitas pendidikan dalam meningkatkan prestasi


belajar, sehingga harus diusahakan pengadaannya oleh sekolah maupun
orang tua. Jika peserta didik belajar di sekolah sudah merupakan
tanggungjawab sekolah untuk menyiapkan dan menyediakan segala yang
diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh kerena itu maka fasilitas
pendidikan ini dipandang sebagai faktor yang penting yang ikut berperan
dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

E. PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP PENINGKATAN


MINAT BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Keberhasilan peroses Pendidikan Agama Islam tidak hanya
dipengaruhi oleh faktor internal peserta didik melainkan faktor eksternal juga.
Dalam hal ini guru yang berkompetensi mempunyai pengaruh yang besar
sebagai bagian eksternal yang dapat menjadi motivator bagi peserta didik untuk
dapat meningkatkan minat belajar Pendidikan Agma Islam dengan baik.
Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat keinginan dan tujuan.
Guru yang berhasil mengajar adalah guru yang pandai membangkitkan minat
anak didik dalam belajar. Dengan mengupayakan pembangkitan minat oleh
guru yang mempunyai kompetensi sebagai pendidik akan menumbuhkan
keinginan peserta didik untuk memperoleh keberhasilan belajar yang
berdampak pada peningkatan prestasi. Kompetensi Guru yang dimilikinya
sangat berpengaruh positif untuk membangkitkan stimulus atau merangsang

47
Ibid, hal. 90

20
minat anak didik menjadi giat belajar. Dalam bukunya Oemar Hamalik
dijelaskan bahwa “Guru sangat perlu meningkatkan kompetensinya atau
kemampuan profesioalnya, tanpa adanya kecakapan maksimal yang dimiliki
guru mak sulit bagi guru tersebut mengemban dan melksanakan tanggung
jawab dan tugas-tugasnya di sekolah dan kemampuannya yang diperlukan
untuk meningkatkan minat belajar bagi peserta didik.”48
Kompetensi guru sangat mempengaruhi minat belajar peserta didik
sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya. Zakiah Daradjat menjelaskan
bahwa “Kompetensi merupakan salah satu kualifikasi guru terpenting karena
tanpa kompetensi, maka tidak kompeten dalam melaksanakan tugas guru. Guru
agama dituntuk untuk mampu membangkitkan minat anak didik serta mampu
menguasai materi pelajaran Pendidikan Agama Islam, pengembangannya,
keterampilan mengajarkannya, serta tujuan pembelajrannya.”49
Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru sangat
mempengaruhi terhadap minat peserta didik untuk mengikuti pelajaran sesuai
dengan materi yang diajarkan oleh setiap gurunya khususnya pada mata
pelajaran Pendidikan Agma Islam. Terlebih lagi pelajaran Pendidika Agama
Islam di tingkat Sekolah Dasar, pada dasarnya peserta didik lebih mudah
terpengaruh kepada kemampuan guru dalam membangkitkan minat kepada
setiap individu (peserta didiknya).

48
Oemar Hamalik, Op. Cit, hal. 132
49
Zakiah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), Cet.
3, hal. 97

21
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. SIFAT PENELITIAN

Sifat penelitian ini diskriptif, Winarno Surachmad mengemukakan

“pelaksanaan metode deskriptif tidak hanya sampai pada pengumpulan data

tetapi pada analisis dan interprestasi tentang arti data itu”.50

Dari pendapat diatas telah jelas bahwa penelitian deskriptif tidak

terbatas pada pengumpulan data saja, melainkan mengelola dan

menganalisa serta menginterprestasikan data tersebut guna mencapai

kesimpulan yang diinginkan. Adapun dalam menganalisa data penulis

menggunakan analisa data statistik. Sesuai dengan permasalahan yang

diangkat maka jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field

research). Berdasarkan pendapat Sumadi Suryabrata tentang pengertian

sifat penelitian lapangan adalah “penelitian yang dilakukan untuk

mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan

interaksi lingkungan sesuai unit sosial, individu, kelompok, lembaga atau

masyarakat yang ada di suatu lokasi sebagai subyek penelitian.”51

Adapun penelitian lapangan akan dilaksanakan di Sekolah Dasar

Negeri Nomor 02 Tanjung Iman Kecamatan Blambangan Pagar Tahun

Pelajaran 2018/2019. Dalam proposal ini yang akan diteliti adalah peranan

50
Winarno Surachmad, pengatar Ilmiah, (Bandung:Tarsito, 1996), hal.34
51
Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), Cet. Ke 2,
hal. 80

22
kompetensi guru yang signifikan terhadap minat belajar pendidikan agama

islam peserta didik sekolah dasar.

B. VARIABEL PENELITIAN

Variabel penelitian yang penulis kemukakan merupakan hasil

prasurvey yang telah penulis lakukan pada tanggal 10 Februari 2018, dan

penulis jadikan sebagai obyek penelitian. Dasar variabel penelitian adalah

pendapat Amirul Hadi bahwa” variabel adalah kondisi-kondisi yang oleh

peneliti dimanipulasikan, dikontrol atau diobservasi dalam suatu

penelitian.”52

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dari hasil

observasi penuli peroleh dua variabel sesuai dengan batasan masalahnya,

adapun kedua variabelter penelitian tersebut terdiri dari:

1. Variable Bebas

Variable bebas pada penelitian ini adalah: “Penerapan Metode Resitasi”

yang diberi lambang X.

2. Variable Terikat

Variable terikat pada penelitian ini adalah: “Prestasi Belajar Pendidikan

Agama Islam” yang diberi lambing Y.

52
Amirul Hadi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hal. 204

23
C. POPULASI, SAMPLE DAN TEKNIK SAMPLING

1. Populasi

Populasi adalah sekelompok orang atau sejumlah individu yang hendak

dijadikan objek penelitian. Menurut Sutrisno Hadi, pengertian populasi

adalah sejumlah penduduk atau individu yang akan diselidiki, disebut

populasi atau universum.53

Memperhatikan pengertian diatas, maka dapat diambil penegertian

bahwa yang dimaksud populasi adalah sejumlah orang atau individu yang

akan diteliti. Hal ini berarti bahwa populasi di dalam penelitian ini

merupakan sumber data, sesuai dengan variable penelitian yang

ditetapakan. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah 105 siswa.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.54 Dengan

demikian sample adalah orang atau individu yang mewakili populasi. Atau

bagian dari populasi.

Syarat pengambilan sample, menurut Suharsimi Arikunto adalah

sebagai berikut :

“untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100,


lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Selanjutnya jika subjeknya lebih besar dapat diambil antara 10-

53
Sutrisno Hadi,MetodologiResearch, Jilid I, (Yogyakarta, Fakultas Psikologi UGM,1993), hal.70

54
Suahrsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:Rineka Cipta)
,hal.117

24
15% atau 20-25% atau lebih. Tergantung pada kemampuan penelitian
dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana”.55

Sesuai dengan pendapat tersebut, maka jumlah sample yang penulis

ambil, dalam penelitian yang akan dilaksanakan adalah 20 % yaitu 105 x 20

% = 25,6 kemudian dibulatkan menjadi 21 siswa.

3. Teknik Sampling

Teknik sampling dalam penelitian ini adalah teknik random (random


sampling) atau acak. Dalam penelitian ini pengambilan sample dengan cara
undian sehingga setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang asama
untuk menjadi sample. Berikut ini dikemukakan tabel random smpling:

Tabel 1
Data Sampel Siswa Sekolah Dasar Negeri Nomor 02 Tanjung Iman
Kecamatan Blambangan Pagar TP. 2011/2012
Jenis Kel.
No Kelas Jumlah Persentase Sampel
L P
1 III 22 13 35 20x35:100 = 7 7
2 IV 17 13 30 20x30:100 = 6 6
3 V 21 19 40 20x40:100 = 8 8
Total 60 45 105 20x105:100 = 21 21
Sumber: Prasurvey Leger (Nilai Semester Satu) tanggal 25 Januari 2018

Dari tabel diatas jelaslah bahwa pengambilan sample yang akan

diajukan berjumlah 21 siswa sekaligus akan dijadikan subyek penelitian.

D. METODE PENGUMPULAN DATA

Untuk memperoleh data yang lengkap, penulis menggunakan data

observasi, angket, dokumentasi dan interview.

55
Ibid, hal.120

25
1. Metode Observasi

Metode observasi yaitu “ pengamatan/penyelidikan yang kritis

untuk mendapatkan keterangan yang terang dan baik terhadap suatu

persoalan tertentu dan di dalam daerah tertentu, dengan tujuan untuk

mendapatkan gambaran yang mewakili daerah itu dengan benar,”56 atau

dengan kata lain observasi adalah pengamatan atau pencatatan secara

sistematis terhadap fenomena yang diteliti.

Ada jenis metode observasi berdasarkan peranan yang dimainkan

yaitu dikelompokkan menjadi dua bentuk sebagai berikut :

1) Observasi partisipan yaitu peneliti adalah bagian dari keadaan alamiah,

tempat dilakukan observasi.

2) Observasi non partisipan yaitu dalam observasi ini peranan tingkah laku

peneliti dalam kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan kelompok yang di

amati kurang dituntut.”57

2. Metode Interview

Menurut Sutrisno Hadi, bahwa “interview dipandang sebagai alat

pengumpulan data dengan jalan Tanya jawab yang dikerjakan dengan

siatematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian yang ditetapkan”.58

56
Muhammad Musa dan Titi Nurfitri, Metodologi Penelitian, Gunung Agung, Jakarta, 1988,
hal.66.

57
Koentjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat, Gramedia, Jakarta, 1985, hal.189.

58
Amirul Hadi, Op Cit,hal.136

26
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat diambil pengertian bahwa

metode interview adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

Tanya jawab terhdap hal-hal yang berkaitan dengan variable penelitian.

Adapun metode interview dalam penelitian ini adalah akan digunakan untuk

mengumpulkan data pelengkap, baik mengenai orang tua ataupun mengenai

motivasi belajar siswa.

3. Metode Dokumentasi

Teknik dokumentasi termasuk instrument penelitian yan cukup penting,

karena melalui dokumentasi ini seorang peneliti dapat mengungkap data-

data dari arsip (dokumen) sesuai dengan permasalahan penelitian.

Pengertian metode dokumentasi menurut Suharsimi Arikunto, adalah

sebagai berikut: “metode dokumentasi adala teknik pengumpulan data

berupa arsip-arsip, buku-buku, majalah dan catatan-catatan alin tentang

suatu peristiwa tertentu”.59

Adapun data yang dikumpulkan dengan metode dokumentasi ini, adalah

sebagai berikut: sejarah berdirinya sekolah, keadaan guru, keadaan fasilitas,

hasil belajar, dan lain-lain.

Melalui data-data yang dikumpulkan dengan metode dokumntasi

tersebut, diharapkan hasil penelitian yang berkaitan dengan lokasi

59
Suharsimi Arikunto, Op. Cit. hal.71

27
penelitian terdukung dengan data yang lengkap dan akurat sebagaimana

yang diharapkan.

E. MOTODE ANALISA DATA

Dalam analisa data, digunakan analisis kualitatif, karena data yang

diperoleh dari literatur yang ada di lapangan, kemudian ditarik kesimpulan

sebagai jawaban terhadap permasalahan. Sedangkan yang berkaitan dengan

analisa data ini penulis menggunakan metode berpikir sebagai berikut :

a. Analisis Kritis

Analisis kritis adalah suatu metode berfikir secara kritis untuk

menganalisis berbagai pendapat yang merupakan hermeneutika yang

menjelaskan dengan jalan bertanya, membedakan, membersihkan dan

menolak akhirnya ditemukan hakikat.60 Metode kritis digunakan untuk

membedakan dan menyisihkan segala sesuatu yang tidak sesuai dengan

pokok bahasan dalam penelitian ini.

b. Deduktif

Deduktif yaitu suatu metode dengan menarik kesimpulan dari yang

bersifat umum di tarik kesimpulan yang bersifat khusus".61 Karena

penelitian ini merupakan penelitian lapangan, sehingga kesimpulan diambil

bertolak dari hal-hal yang bersifat spesifik di lapangan.

60
Anton Bakker dan Achmad Charis, Metode-metode Filsafat, Ghalia Indonesia, Jakarta , 1984, hal.
17.
61
Nana Sudjana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Makalah, skripsi, Tesis, Disertasi, Sinar
Baru Algensindo Offset, Bandung, 1999, hal. 86

28
BAB IV

PENUTUP

SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika isi dan penulisan proposal yang akan dilaksanakan adalah sebagai

berikut :

Bab I : Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang masalah, batasan masalah, perumusan

masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta metodologi penelitian yaitu

tentang: Berisi tentang sifat penelitian, variabel penelitian, populasi,

sampel dan teknik sampling , metode pengumpulan data, metode analisis

data.

Bab II : Landasan Teori

Berisi tentang pembahasan : Pengaruh kompetensi guru, Peran guru

berdasarkan kompetensinya, Minat belajar pendidikan agama islam,

Pendidikan agama islam, Pengaruh kompetensi guru terhadap minat

belajar pendidikan agama islam.

Bab III : Gambaran Umum

Berisi tentang Laporan Hasil Penelitian diantaranya: sejarah Berdirinya

SD Negeri Nomor 02 Tanjung Iman Kecamatan Blambangan Pagar

Kabupaten Lampung Utara, Visi dan Misi serta data tentang keadaan guru,

29
tenaga kependidikan dan siswa, struktur organisasi Sekolah, dan denah

lokasi sekolah.

Bab IV : Laporan Penelitian

Berisi tentang Analisa dan Pembahasan yaitu: Deskriptisi hasil penelitian,

analisa penelitian dan interpretasi data.

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Berisi tentang kesimpulan pembahasan hasil penelitian, dan saran

berdasarkan isi skripsi.

Daftar Pustaka

Lampiran-Lampiran

30
DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta,: Rineka Cipta.


Abdurahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab. 2004. Psikologi Suatu Pengantar
Dalam Perspektif Islam. Jakarta: Kencana.
Abdul Haris. 2008. Psikologi Dalam Pendidikan. Bandung: Alfa Beta.
Ahmad Nasir. 1998. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga dan Lingkungan
Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ahmad D. Marimba. 1997 . Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al-
Ma’arif.
Amirul Hadi. 1998. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Departemen Agama RI. 1993. Pedoman Guru Agama SD. Jakarta: Directorat
Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.
Departemen Agama RI. 1997. Pedoman Pelaksanaan PAI Pada SD dan SMP.
Jakarta : Dirjen Bimbagais.
Departemen Agama RI. 2004. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: CV Penerbit
J.ART.
Depdikbud. 2004. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
E. Mulyasa. 2009. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembalajaran yang
Profesional. Bandung: PT Remaja Rodakarya.
H.M. Ali Yusuf Sabri. 1996. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
H.A. Mustafa. 1995. Hadits-Hadits Pilihan. Surabaya: Al Ikhlas.
Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Undang-Undang Pengelolaan
Pendidikan No. 17 Tahun 2010. Jakarta: Kemenag RI.
Koentjaraningrat. 1985. Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia: Jakarta.
Moh. Uzer Usman. 2003. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya.
Muh. Uzer Usman, Op. Cit
M. Daryanto. 1996. Administrasi Pendidikan. Solo: Rineka Cipta.

31
Moh. Uzer usman. 2003. Menjadi Guru Professional. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Muhammad Musa dan Titi Nurfitri. 1988. Metodologi Penelitian. Gunung Agung:
Jakarta.
Nana Sudjana. 1999. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Makalah, skripsi,
Tesis, Disertasi. Sinar Baru Algensindo Offset: Bandung.

Oemar Hamalik. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.


Samsul Nizar. 2002. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Renika Cipta.
Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Sardiman. 2011. Interaksi Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta :
Rineka Cipta.
Saiful Bahri Djamarah, Op.Cit
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
S. Nasution,Op.Cit
Sumadi Suryabrata. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sutrisno Hadi. 1993. Metodologi Research Jilid I. Yogyakarta: Fakultas Psikologi
UGM.
Suahrsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Suharsimi Arikunto, Op. CitAnton Bakker dan Achmad Charis. Metode-metode
Filsafat. Ghalia Indonesia: Jakarta.
Tayar Yusuf dan Yurnalis Etek. 1994. Keragaman Evaluasi dan Metode Penerapan
Jiwa Agama. Jakarta: Rineka Cipta.

32
Undang-Undang Republik Indonesia. 2007. Tentang Guru Dan Dosen Serta
Profesional Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: CV. Tamita
Utama.
Winarno Surachmad. 1996. Pengatar Ilmiah. Bandung:Tarsito.
Zakiah Daradjat. 2002. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi
Aksara.
Zakiah Daradjat. 1996. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi
Aksara.
Zakiah Daradjat. 1995. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi
Aksara.
Zakiah Daradjat. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksra.
Zuhairini. 1983. Metode Khusus Pendidikan Agama. Surabaya
Zakiah Daradjat. 2008. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: PT Bumi
Aksara.

33

Anda mungkin juga menyukai