PENDAHULUAN
1
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung, PT Remaja Rosda Karya, 2003), hal. 4
1
menciptakan suasana pembelajran yang kondusif, kreatif, efektif dan
menyenangkan sehingga mampu mengembangkan potensi seluruh peserta
didik secara optimal pula.”2
Proses Belajar Mengajar (PBM) merupakan suatu proses yang
mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal
balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
tertentu”3.
Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan
syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Interaksi dalam
peristiwa pembelajaran mempunyai arti langsung lebih luas, tidak sekedar
hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam
hal ini bukan hanya menyampaikan pesan berupa materi pelajaran, melainkan
penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar. PBM
mempunyai makna dan pengertian yang lebih luas dari pada pengertian
mengajar. “Dalam PBM tersirat adanya satu kesatuan kegiatan yang tidak
terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Antara kedua
ini terjalin interaksi yang saling menunjang, peran guru sebagai profesi dan
proses belajar mengajar meliputi sebagai pendidik, pengajar dan
pembimbing”4.
Guru sebagai pengajar adalah bertugas memberikan pengajaran di dalam
sekolah, ia menyampaikan pelajaran agar siswa memahami dengan baik semua
pengetahuan yang telah disampaikan itu, selain itu ia juga berusaha agar terjadi
perubahan sikap, keterampilan, kebiasaan, hubungan sosial, apresiasi dan
sebagainya melalui pengajaran yang diberikannya
Menurut Samsul Nizar Guru adalah pendidik. Dalam operasionalnya,
mendidik merupakan rangkaian proses mengajar, memberikan dorongan,
memuji, mengajar, memberi contoh, membiasakan dan lain sebagainya”5.
2
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembalajaran yang Profesional, (Bandung:
PT Remaja Rodakarya, 2009), Cet. Ke 8, hal. 190
3
Muh. Uzer Usman, Op. Cit, hal. 6
4
Ibid
5
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta, Ciputat Press, 2002), hal. 43
2
Peran guru sebagai pembimbing “guru lebih suka kalau mendapat
kesempatan menghadapi sekumpulan murid-murid di dalam interaksi belajar
mengajar, ia memberi dorongan dan mengeluarkan semangat menggiring
mereka, sehingga mereka dapat melepaskan diri dari ketergantungannya
kepada orang lain dengan tenaganya sendiri”6.
Sedangkan menurut Oemar Hamalik “guru adalah Sebagai pembimbing,
diartikan bahwa guru memberikan petunjuk pemberitahuan, motivasi dorongan
tugas atau usaha tanpa paksaan”7.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas bahwa guru mempunyai sejumlah
peranan yang harus dilaksanakan dalam rangka melaksanakan tugas-tugasnya
untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu memberi bantuan dengan
menunjukkan jalan untuk memecahkan masalah, memperbaiki kesalahan yang
dilakukan siswa, memberi dorongan dan motivasi belajar. Sehingga
pengorganisasian belajar yang dilakukan dapat berpengaruh terhadap anak
didik yang nantinya dapat menghasilkan suatu hasil belajar yang baik.
Dalam proses pembelajaran minat sangat berperan penting dalam rangka
meningkatkan aktivitas belajar anak. Dengan adanya minat kita akan lebih
bersemangat dalam belajar, karena belajar itu merupakan aktivitas atau
serangkaian kegiatan baik itu dilakukan individu maupun kelompok untuk
memperoleh hasil belajar yang baik sehingga apabila dalam kegiatan
pembelajaran seorang siswa tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan
maka perlu diteliti penyebabnya.
Salah satu faktor dalam diri seseorang yang mempengaruhi belajar adalah
minat. Minat adalah rasa tertarik yang ditunjukkan oleh individu atau seseorang
kepada suatu objek.
Menurut Slameto Minat adalah “suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan
pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya
adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu
diluar dirinya semakin kuat atau dekat hubungan antara diri sendiri dengan
6
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta, Bumi Aksara, 2002), hal.
266
7
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar,( Jakarta, Bumi Aksara, 2004), hal. 43,
3
sesuatu diluar dirinya maka semakin besar minat yang tumbuh di dalam
dirinya”.8
Sedangkan menurut Sardiman “Minat timbul bila siswa tertarik pada
sesuatu yang akan dicapai, dipelajari dan bermakna bagi dirinya. Minat tidak
timbul tiba-tiba atau spontan melainkan timbul akibat dari partisipasi,
pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar”9.
Minat timbul karena adanya informasi atau pengetahuan tentang suatu
pelajaran, benda atau situasi tertentu. Jadi ketekunan dan keuletan belajar oleh
anak akan sangat ditentukan oleh minat belajarnya anak itu sendiri. Tidak
adanya minat anak terhadap suatu pelajaran akan menimbulkan kesulitan
belajar.
Dari beberapa pendapat sebagaimana terungkap di atas dapat diambil
keimpulan bahwa minat adalah rasa suka, rasa ketertarikan dan rasa senang
terhadap suatu hal atau aktivitas yang timbul dari diri seseorang dengan
kesadarannya sendiri pada waktu dan situasi tertentu, dengan demikian minat
merupakan tujuan yang penting dalam seorang guru dan orang tua mendidik
anak-anaknya untuk mencapai hasil belajar yang baik. Dengan adanya minat
belajar yang tinggi dari siswa terhadap pelajaran dan didukung dengan
motivasi yang kuat maka siswa akan dapat belajar dengan baik.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa faktor-faktor tersebut
sangat mempengaruhi minat belajar seorang siswa karena dengan terpenuhi
faktor tersebut siswa akan lebih bersemangat untuk mengikuti proses belajar
mengajar.
B. BATASAN MASALAH
Untuk menghindari kemungkinan meluasnya masalah yang akan diteliti,
maka penulis membatasi permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Adapun
pembatasan masalah yang penulis maksud adalah sebagai berikut:
8
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta, Renika Cipta, 2003), hal.
180
9
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2007),
hal. 76
4
1. Kompetensi guru dalam meningkatkan minat belajar Pendidikan Agama
Islam.
2. Minat belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
3. Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik Sekolah
Didik Sekolah dasar Negeri Nomor 02 Tanjung Iman Kecamatan
Blambangan Pagar kabupaten Lampung Utara Tahun Pelajaran 2018/2019.
C. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas maka dapat
dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah. ”Adakah
Peranan kompetensi guru yang signifikan terhadap terhadap minat belajar
Pendidikan Agama Islam peserta didik Sekolah Dasar Negeri Nomor 02
Tanjung Iman Kecamatan Blambangan Pagar Kabupaten Lampung Utara
Tahun Pelajaran 2018/2019?”
5
BAB II
LANDASAN TEORI
10
Sardiman, Interaksi Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Ed. 1, Cet. Ke 19,
hal. 164
11
Departemen Agama RI., Pedoman Guru Agama SD, (Jakarta, Directorat Jendral Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam, 1993), hal. 34
12
Zakiah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta, Bumi Aksara, 1996), hal.266
6
pendidik atau pembimbing sesuai dengan tuntutan masyarakat yang
semakin berkembang. Dengan demikian juga, guru tidak semata-mata
hanya sebagai pengajar tetapi juga sebagai pendidik sekaligurs sebagai
pembimbing yang mengarahkan dan menuntun peserta didik sehingga
timbul minat belajar yang kuat dari dalam diri mereka dalam pencapaian
tujuan belajar. Di dalam kegiatan mengelola interaksi belajar mengajar guru
paling tidk harus memiliki dua modal dasar, yaitu kemampuan mendesain
program dan kererampilan dalam mengomunikasikan program tersebut
kepada peserta didik. Kedua modal tersebut terumuskan dalam sepuluh
kompetensi guru.
13
Sardiman, Op. Cit, 163
7
3. Pengertian Guru
Guru adalah ”setiap orang yang bertugas dan berwewenang dalam
dunia pendidikan dan pengajaran pada lembaga pendidikan”14.
Sedangkan menurut undang-undang tentang guru dan dosen pasal 1
ayat 1 tahun 2005 guru adalah ”pendidikan profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”15.
Guru secara etimologis adalah ”orang yang pekerjaannya (mata
pencahariannya) profesinya mengajar”16.
Guru adalah orang yang mempunyai peran menyampaikan ilmu
pengetahuan di dalam lingkungan pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa guru adalah
seseorang yang memiliki kemampuan dan pengalaman dalam membimbing
peserta didiknya dalam usaha pembentukan manusia yang selalu berpotensi.
Guru tidak hanya semata-mata hanya sebagai pengajar tetapi juga sebagai
pendidik sekaligus sebagai pembimbing yang mengarahkan dan menuntut
anak didik dalam belajar.
Guru harus benar-benar mempunyai peran sebagai pengganti
orangtua, yakni selain sebagai pengajar juga sebagai Pembina dan
pembimbing peserta didik dalam mencapai tujuan PBM, yakni dalam usaha
guru mendidik dan mengajar anak dalam kelas guru sanggup menunjukkan
kewibawaan, artinya ia harus mampu mengendalikan, mengatur dan
mengontrol kelakuan peserta didik.
14
M. Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Solo, Rineka Cipta, 1996), hal. 157
15
Undang-Undang Republik Indonesia, Tentang Guru Dan Dosen Serta Profesional Kurikulum
Berbasis Kompetensi, (Jakarta, CV. Tamita Utama, 2007), hal. 2
16
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 2004), hal. 330
8
“PBM merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu”17.
17
Moh. Uzer usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung, Remaja Rosda Karya, 2003), hal. 4
18
Ibid, hal. 4
19
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta, Bumi Aksara, 2004), hal. 124
20
Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, (Jakarta, Rineka Cipta, 2004), cet ke-2, hal. 105-106
9
1) Membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk belajar
2) Menjelaskan secara konkret kepada peserta didik apa yang dapat
dilakukan pada akhir pelajaran
3) Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai sehingga dapat
merangsang untuk mencapai prestasi yang lebih baik dikemudian hari
4) Membentuk kebiasaan belajar yang baik.21
21
Ibid, hal. 107
22
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta, Ciputat Press, 2002), hal. 43
23
Ibid
10
Dari beberapa pendapat di atas bahwa tugas pendidik bukan hanya
sekedar mengajar, namun juga bertugas sebagai motivator dan fasilitator
dan PBM, sehingga seluruh potensi peserta didik dapat teraktualisasi secara
baik dan dinamis. Guru lebih di gambarkan sebagai sosok yang mempunyai
kemampuan sebagai penyampai ilmu kepada peserta didik supaya terbentuk
kepribadian menjadi manusia dewasa dalam menghadapi kehidupan yang
akan datang.
24
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta, Bumi Aksara, 2002), hal.
266
25
Ibid, hal. 109-110
11
tujuan pendidikan, sehingga pengorganisasian belajar yang dilakukan dapat
berpengaruh terhadap anak didik yang nantinya dapat menghasilkan suatu
hasil belajar yang baik. guru sebagai pembimbing meliputi : memperhatikan
sikap, menjadi tempat bertanya bagi peserta didik yang mengalami kesulitan
belajar, menanyakan kesulitan belajar peserta didik, memberikan bantuan
kepada peserta didik untuk mengatasi kesulitan belajarnya dan memberikan
motivasi kepada peserta didik.
26
Abdurahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif
Islam, (Jakarta, Kencana, 2004), hal. 263
27
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta, Bumi Aksara, 1995), hal.
133.
28
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung, Al-Ma’arif, 1997), hal. 79
29
H.M. Ali Yusuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta, Pedoman Ilmu Jaya, 1996), hal. 83-85
12
tidak ada daya tarik baginya ia segan-segan untuk belajar, ia tidak
memperlukan kepuasan dari pelajarna itu. Bahan pelajaran yang
menarik peserta didik, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena
minat menambah kegiatan belajar.30
30
Slameto, Op. Cit. hal. 57
31
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010),
hal. 2
32
Saiful Bahri Djamarah, Op.Cit. hal.13
13
kecakapannya dalam bidang Pendidikan Agama Islam serta
kebiasaannya untuk menjalankan ibadah berdasarkan ajaran Agama
Islam tidak merasa terpaksa akan tetapi sadar atas kewajibannya sebagai
umat Islam.
”Kompetensi guru yang telah lulus dari ujiannya adalah guru yang
berkemampuan membangkitkan minat anak didik dalam belajar, dengan
memanfaatkan motivasi ekstrinsik dalam berbagai bentuknya”34.
”Cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu
subyek yang baru adalah menggunakan minat peserta didik yang telah
ada”35.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar adalah :
a. Objek belajar
b. Metode pembelajaran
c. Pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru
d. Sikap dan perilaku guru.
33
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta, Rineka, Cipta,
2002), hal.167
34
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta, Rineka Cipta, 2002), hal.117
35
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta, Rineka Cipta. 2003), hal.
181.
14
e. Media pembelajaran
f. Fasilitas pembelajaran
g. Lingkungan belajar
h. Suara guru36
36
Abdul Haris, Psikologi Dalam Pendidikan, (Bandung, Alfa Beta, 2008), hal. 53
17
Tayar Yusuf dan Yurnalis Etek, Keragaman Evaluasi dan Metode Penerapan Jiwa Agama,
Jakarta: Rineka Cipta, 1994), hal. 116
18
Kementerian Pendidikan Nasional, Undang-Undang Pengelolaan Pendidikan No. 17 Tahun 2010,
(Jakarta: Kemenag RI, 20100), hal. 49
15
Berdasarkan kriteria di atas, maka dapat di ketahui bahwa untuk
ukuran penguasaan materi yang baik adalah berada dalam tingkatan nilai
7, 51-8, 99 ke atas yang berarti harus dipacu menguasai nilai dengan baik
dan untuk nilai KKM bidang studi pendidikan agama Islam adalah yang
mempunyai nilai 60 ke atas dapat dikatakan tuntas dari jumlah penguasaan
materi dan penguasaan sikap peserta didik.
37
Departeen Agama RI, Pedoman Pelaksanaan PAI Pada SD dan SMP, (Jakarta : Dirjen
Bimbagais, 1997), hal. 9
38
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksra, 2009), Cet. Ke. 8, hal.28
16
Dari kutipan di atas penulis simpulkan pendidikan agama Islam adalah
usaha bimbingan jasmani dan rohani seseorang berdasarkan ajaran-ajaran
Islam untuk menuju terbentuknya kepribadian muslim yang sempurna.
a. Al-Qur’an
Dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa Al-qur’an adalah sumber
kebenaran dalam Islam. Kegiatan berupa pendidikan juga mendapat
tuntunan dalam Al-Qur’an misalnya agar manusia dapat meningkatkan
kualitas ibadah menyembah Allah SWT untuk menuntut ilmu dasarnya
adalah surat Adz.zariyat ayat 56 :
39
Ibid, hal. 19
40
Ahmad Nasir, Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga dan Lingkungan Sekolah, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1998), Cet. Ke. 2, hal. 90
17
Artinya : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.” (Q.S Adz.zariyat:56)41
Dari firman diatas dapat dipahami bahwa manusia diciptakan semata-mata
untuk menyembah Allah SWT. Sedangkan proses menyembah Allah itu
sendiri ada tuntunanya yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadist, sehingga manusia
wajib menuntut ilmu kearah penyempurnaan ibadahnya.
b. Hadis/Sunah
Sunah Rosul adalah prilaku Rosullah, ajaran-ajaran dan perkenalan
Rosullah sebagai pelaksanaan hakum-hukum yang terkandung dalam Al-
Qur’an. Nabi Muhamad Saw bersabda :
41
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,(Jakarta: CV Penerbit J.ART,2004), hal.
480
42
H.A. Mustafa, Hadits-Hadits Pilihan, ( Surabaya: Al Ikhlas, 1995), hal. 58
43
Ibid, hal.130
18
Berdasarkan kutipan di atas yang dimaksud dengan tujuan adalah
memberikan petunjuk mengenai arah perubahan yang dicita-citakan. Tujuan
yang jelas akan memberi petunjuk yang jelas pula terhadap pemilihan
isi/bahan ajar, strategi pembelajaran, media, dan evaluasi. Tujuan
pendidikan dianggap sebagai dasar, arah, dan patokan dalam menentukan
komponen- komponen yang lainnya
Jika dilihat dari segi kuantitas peserta didik, tentu saja peserta didik
akan memilih sekolah yang fasilitasnya lengkap. Begitu juga dari segi
kualitas, tentu saja peserta didik yang belajar dengan fasilitas yang lengkap
akan menghasilkan prestasi yang baik jika dibandingkan dengan peserta
didik yang belajar dengan fasilitas seadanya. Hal ini sesuai pendapat
bahwa” Fasilitas belajar akan mempengaruhi hasil belajar yang dicapai oleh
peserta didik.46
44
Zuhairini, Metode Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya:1983), hal.27
45
Zakiah Daradjat, Op.Cit. 122
46
S. Nasution,Op.Cit, hal. 98
19
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan
yang tidak dapat dipisahkan antara fasilitas pendidikan dengan prestasi
belajar. Peserta didik yang belajar dengan fasilitas belajar yang lengkap
akan lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang belajar dengan
fasilitas seadanya. Selanjutnya dalam buku S. Nasution mengemukakan
bahwa” Dalam usaha meningkatkan prestasi belajar peserta didik, maka
sekolah harus mengupayakan berbagai fasilitas yang diperlukan dalam
pendidikan”.47
47
Ibid, hal. 90
20
minat anak didik menjadi giat belajar. Dalam bukunya Oemar Hamalik
dijelaskan bahwa “Guru sangat perlu meningkatkan kompetensinya atau
kemampuan profesioalnya, tanpa adanya kecakapan maksimal yang dimiliki
guru mak sulit bagi guru tersebut mengemban dan melksanakan tanggung
jawab dan tugas-tugasnya di sekolah dan kemampuannya yang diperlukan
untuk meningkatkan minat belajar bagi peserta didik.”48
Kompetensi guru sangat mempengaruhi minat belajar peserta didik
sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya. Zakiah Daradjat menjelaskan
bahwa “Kompetensi merupakan salah satu kualifikasi guru terpenting karena
tanpa kompetensi, maka tidak kompeten dalam melaksanakan tugas guru. Guru
agama dituntuk untuk mampu membangkitkan minat anak didik serta mampu
menguasai materi pelajaran Pendidikan Agama Islam, pengembangannya,
keterampilan mengajarkannya, serta tujuan pembelajrannya.”49
Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru sangat
mempengaruhi terhadap minat peserta didik untuk mengikuti pelajaran sesuai
dengan materi yang diajarkan oleh setiap gurunya khususnya pada mata
pelajaran Pendidikan Agma Islam. Terlebih lagi pelajaran Pendidika Agama
Islam di tingkat Sekolah Dasar, pada dasarnya peserta didik lebih mudah
terpengaruh kepada kemampuan guru dalam membangkitkan minat kepada
setiap individu (peserta didiknya).
48
Oemar Hamalik, Op. Cit, hal. 132
49
Zakiah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), Cet.
3, hal. 97
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. SIFAT PENELITIAN
Pelajaran 2018/2019. Dalam proposal ini yang akan diteliti adalah peranan
50
Winarno Surachmad, pengatar Ilmiah, (Bandung:Tarsito, 1996), hal.34
51
Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), Cet. Ke 2,
hal. 80
22
kompetensi guru yang signifikan terhadap minat belajar pendidikan agama
B. VARIABEL PENELITIAN
prasurvey yang telah penulis lakukan pada tanggal 10 Februari 2018, dan
penelitian.”52
1. Variable Bebas
2. Variable Terikat
52
Amirul Hadi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hal. 204
23
C. POPULASI, SAMPLE DAN TEKNIK SAMPLING
1. Populasi
bahwa yang dimaksud populasi adalah sejumlah orang atau individu yang
akan diteliti. Hal ini berarti bahwa populasi di dalam penelitian ini
2. Sampel
demikian sample adalah orang atau individu yang mewakili populasi. Atau
sebagai berikut :
53
Sutrisno Hadi,MetodologiResearch, Jilid I, (Yogyakarta, Fakultas Psikologi UGM,1993), hal.70
54
Suahrsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:Rineka Cipta)
,hal.117
24
15% atau 20-25% atau lebih. Tergantung pada kemampuan penelitian
dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana”.55
3. Teknik Sampling
Tabel 1
Data Sampel Siswa Sekolah Dasar Negeri Nomor 02 Tanjung Iman
Kecamatan Blambangan Pagar TP. 2011/2012
Jenis Kel.
No Kelas Jumlah Persentase Sampel
L P
1 III 22 13 35 20x35:100 = 7 7
2 IV 17 13 30 20x30:100 = 6 6
3 V 21 19 40 20x40:100 = 8 8
Total 60 45 105 20x105:100 = 21 21
Sumber: Prasurvey Leger (Nilai Semester Satu) tanggal 25 Januari 2018
55
Ibid, hal.120
25
1. Metode Observasi
2) Observasi non partisipan yaitu dalam observasi ini peranan tingkah laku
2. Metode Interview
56
Muhammad Musa dan Titi Nurfitri, Metodologi Penelitian, Gunung Agung, Jakarta, 1988,
hal.66.
57
Koentjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat, Gramedia, Jakarta, 1985, hal.189.
58
Amirul Hadi, Op Cit,hal.136
26
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat diambil pengertian bahwa
Adapun metode interview dalam penelitian ini adalah akan digunakan untuk
3. Metode Dokumentasi
59
Suharsimi Arikunto, Op. Cit. hal.71
27
penelitian terdukung dengan data yang lengkap dan akurat sebagaimana
yang diharapkan.
a. Analisis Kritis
b. Deduktif
60
Anton Bakker dan Achmad Charis, Metode-metode Filsafat, Ghalia Indonesia, Jakarta , 1984, hal.
17.
61
Nana Sudjana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Makalah, skripsi, Tesis, Disertasi, Sinar
Baru Algensindo Offset, Bandung, 1999, hal. 86
28
BAB IV
PENUTUP
SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika isi dan penulisan proposal yang akan dilaksanakan adalah sebagai
berikut :
Bab I : Pendahuluan
data.
Kabupaten Lampung Utara, Visi dan Misi serta data tentang keadaan guru,
29
tenaga kependidikan dan siswa, struktur organisasi Sekolah, dan denah
lokasi sekolah.
Daftar Pustaka
Lampiran-Lampiran
30
DAFTAR PUSTAKA
31
Moh. Uzer usman. 2003. Menjadi Guru Professional. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Muhammad Musa dan Titi Nurfitri. 1988. Metodologi Penelitian. Gunung Agung:
Jakarta.
Nana Sudjana. 1999. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Makalah, skripsi,
Tesis, Disertasi. Sinar Baru Algensindo Offset: Bandung.
32
Undang-Undang Republik Indonesia. 2007. Tentang Guru Dan Dosen Serta
Profesional Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: CV. Tamita
Utama.
Winarno Surachmad. 1996. Pengatar Ilmiah. Bandung:Tarsito.
Zakiah Daradjat. 2002. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi
Aksara.
Zakiah Daradjat. 1996. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi
Aksara.
Zakiah Daradjat. 1995. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi
Aksara.
Zakiah Daradjat. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksra.
Zuhairini. 1983. Metode Khusus Pendidikan Agama. Surabaya
Zakiah Daradjat. 2008. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
33