Anda di halaman 1dari 5

Judul: Resusitasi Bayi Baru Lahir (BBL)

Sistem Lain - Lain


Semester VI
Penyusun: Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Tingkat Keterampilan: 4A

Deskripsi Umum
1. Setiap Bayi Baru Lahir (BBL) senantiasa mengalami proses transisi dari kehidupan intrauterine
menuju ekstrauterin yang melibatkan hamper semua system organ tubuh. Diantara berbagai system
organ tersebut, perubahan system pernafasan dan sirkulasi segera setelah lahir memainkan peranan
penting agar bayi dapat beradaptasi pada lingkungan ekstrauterin. Sebagian (10%) BBL memerlukan
bantuan untuk memulai pernafasan, ssedangkan hanya 1% bayi yang memerlukan resusitasi lebih
lanjut.
2. Resusitasi neonatus merupakan suatu prosedur yang diaplikasikan untuk neonatus yang gagal
bernapas secara spontan. Kemampuan prosedural ini harus dikuasai oleh dokter umum dengan level
4ª.
3. Sebelum memulai kegiatan ini, mahasiswa adalah mahasiswa semester 7 dan diharapkan sudah
mengetahui mengenai terminologi bayi cukup bulan, kurang bulan dan lebih bulan. Mahasiswa juga
diharapkan sudah mengetahui kriteria bayi kecil masa kehamilan dan sesuai masa kehamilan.

Alat dan Bahan


1. Infant mannequin
2. Warmer (infant warmer/overhead heater, kain pengering dan topi, handuk hangat dan pembungkus,
kantung plastik untuk neonatus)
3. Suction (suction dengan tekanan negative (tidak boleh melebihi 100 mmHg), kateter suction, aspirator
meconium.
4. Ventilasi (self inflating bag) atau T-piecce resuscitator
5. Akses sirkulasi (perlengkapan untuk akses vena perifer, kateter umbilical) dan obat-obatan resusitasi
(adrenalin, atropine, cairan fisiologis dan darah)
6. Incubator transport yang telah dihangatkan atau peralatan metode kangguru.
7. Pelengkap (stetoskop, alat periksa gula darah, pulse oximetry)
8. Sumber gas
9. laryngoskop

Pada fasilitas terbatas :


1. Meja resusitasi dengan ruangan bersuhu 26 C(diberi lampu 40/60/80 watt)
2. Midwifery suction catheter
3. Jackson Rees/Balon sungkup dengan katup PEEP
4. Tabung oksigen dan tabung udara tekan yang dihubungkan dengan Y-connector
5. Oral gastric tube untuk akses sirkulasi
6. Metode Kangguru
7. Pulse oxymeter
8. Laryngoskop
Algoritma

Contoh kasus:
Referensi:

1. Resusitasi Neonatus. UKK Neonatologi IDAI. 2015.


Judul: Asuhan Metode Kangguru (Kangaroo Mother Care KMC)
Sistem Lain-Lain
Semester VI
Penyusun: Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Tingkat Keterampilan: area 5

Deskripsi Umum
1. Asuhan metode Kangguru (KMC) dirancang sebagai asuhan untuk neonatus dengan berat badan lahir
rendah atau kurang bulan. Negara-negara berkembang dimana proporsi BBLR lebih tinggi
dibandingkan negara maju, mempunyai keterbatasan fasilitas untuk perawatan BBLR yaitu
terbatasnya atau tidak tersedianya peralatan canggih, tidak cukupnya sumber daya manusia yang
trampil dan sesuai, tingginya kejadian infeksi nososkomial, hipotermi dan in adekuatnya feeding.
Masalah lainnya: adanya perawatan dalam inkubator, memisahkan bayi dari ibunya; lama perawatan
di rumah sakit; dan ibu tidak tahu cara merawat bayinya setelah pulang ke rumah. (WHO, 2003)
2. Keterampilan KMC dibutuhkan dokter umum untuk membantu ibu untuk merawat bayi premature
atau kurang bulan untuk mendapatkan berat badan yang ideal.
3. Sebelum memulai kegiatan ini, mahasiswa adalah mahasiswa semester 7 dan diharapkan sudah
mengetahui mengenai terminologi bayi cukup bulan, kurang bulan dan lebih bulan. Mahasiswa juga
diharapkan sudah mengetahui kriteria bayi kecil masa kehamilan dan sesuai masa kehamilan.

Alat dan Bahan


1. Baju untuk KMC (baju biasa, dengan/tanpa kancing depan) dan baju/selendang untuk bayi

Prosedur
1. Menilai Kriteria perawatan dengan KMC
BBLR < 2500 gram terutama < 2000 gram.
Ibu sehat. Jika ibu dari BBLR yang bersangkutan sakit berat, di rumah sakit lain, atau meninggal maka
digantikan pengganti ibu yaitu orang dewasa, perempuan ataupun laki-laki yang sehat jasmani dan
mental dan bisa diajak komunikasi.
2. Pilih ruang yang hangat dan terjaga privasinya untuk KMC.
3. Minta ibu duduk dan mengatur posisi bayi sejajar dengan diatas dadanya. Bayi menggunakan popok,
topi dan kaus kaki.
4. Sangga bayi dengan kain panjang, muka bayi menghadap ke pinggir dan kepala bayi sedikit ekstensi.
Ekstensi ini akan menjaga jalan nafas tetap terbuka, dan memungkinkan kontak mata antara ibu
dengan bayinya.
5. Posisikan pinggul bayi harus dalam keadaan fleksi dan bayi dalam keadaan kodok. Tangan juga harus
dalam keadaan fleksi.
6. Atu tepi kain dibawah telinga bayi. Pastikan bahwa kain melekat erat di dada bayi dan bukan di perut.
7. Jangan mengikat terlalu keras di bagian perut bayi tapi harus di sekitar epigastrium ibu. Dengan cara
ini bayi leluasa bernafas dengan perut. Nafas ibu akan menstimulasi bayinya.
8. Pasang kain erat erat agar bayi tidak terlepas saat ibu berdiri.
9. Pantau kondisi bayi (Suhu, frekuensi nafas, sianosi, dll)
10. lakukan sampai bayi mencapai berat 2500 gram atau sampai mendekati 40 minggu, atau bayi kurang
nyaman, dengan sering bergerak, ‘gerah’
11. Pulangkan pasien dan pantau tindak lanjut jika memenuhi kriteria
a. Kondisi umum baik
b. Mampu menghisap dan menelan/ minum melalui mulut dengan baik
c. Berat telah kembali keberat lahir dan > 1500 gram
d. Selama 3 hari berturut-turut ada kecenderungan kenaikan berat
e. Selama 3 hari berturut-turut suhu tubuhnya stabil
f. ‘Ibu” mampu merawat bayinya
12. Lakukan pemantauan setelah pulang dan kunjungan tindak lanjut dilakukan di klinik laktasi pada hari
ke 2, 1 minggu kemudian, 2 minggu kemudian, 4 minggu kemudian sampai berat > 2500 gram atau
umur 40 minggu.

Contoh kasus:

Seorang bayi B, perempuan umur 20 hari datang di poli laktasi setelah pulang 7 hari dari rumah sakit. Berat
waktu ditimbang 1600 gram, turun dari berat waktu pulang (1670 gram). Bayi B dirawat inap di RS C selama
12 hari, dengan berat lahir 1550 gram.

Referensi:

1. World Health Organization. Reproductive Health and Research. Kangaroo mother care. A practical guide.
Geneva. 2003.
2. Departemen Kesehatan RI. Paket Pelatihan Pelayanan Obsteri dan Neonatal Emergensi Komprehensif
(PONEK): Asuhan Neonatal Esensial. Depkes RI. 2008.

Anda mungkin juga menyukai