Teori Limbah
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak
dikehendaki di lingkungan karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah terdiri dari zat atau
bahan buangan yang dihasilkan proses produksi industri yang kehadirannya dapat menurunkan
kualitas lingkungan. Limbah yang mengandung bahan polutan yang memiliki sifat racun dan
berbahaya dikenal dengan limbah B-3, yang dinyatakan sebagai bahan yang dalam jumlah relatif
sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan sumber daya (Kristanto, 2004).
Limbah dapat dikenali berdasarkan karakteristiknya, adapun karaktiristik limbah adalah sebagai
berikut (Kristanto, 2004):
1. Berupa partikel dan padatan, baik yang larut maupun yang mengendap, ada yang kasar
dan ada yang halus. Berwarna keruh dan suhu tinggi.
2. Mengandung bahan yang berbahaya dan beracun, antara lain mudah terbakar, mudah
meledak, korosif, bersifat sebagai oksidator dan reduktor yang kuat, mudah membusuk
dan lain-lain.
3. Mungkin dalam jangka waktu singkat tidak akan memberikan pengaruh yang berarti,
namun dalam jangka panjang mungkin berakibat fatal terhadap lingkungan.
Jenis-jenis Limbah
1. Limbah organik adalah limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh
mikroorganisme. Oleh karena bahan buangan organik dapat membusuk atau terdegradasi
maka akan sangat bijaksana apabila bahan buangan yang meningkatkan populasi
mikroorganisme di dalam air. Dengan bertambahnya populasi mikroorganisme di dalam
air maka tidak tertutup pula kemungkinannya untuk ikut berkembangnya bakteri patogen
yang berbahaya bagi manusia.
2. Limbah anorganik adalah limbah yang tidak dapat membusuk dan sulit didegradasi oleh
mikroorganisme. Apabila bahan buangan anorganik ini masuk ke air lingkungan maka
akan terjadi peningkatan jumlah ion logam di dalam air. Bahan anorganik biasanya
berasal dari industri yang melibatkan penggunaan unsur-unsur logam seperti Timbal(Pb),
Arsen (As), Kadmium (Cd), Air raksa (Hg), Krom (Cr), Nikel (Ni), Kalsium (Ca),
Magnesium (Mg), Kobalt (Co), dan lain-lain.
Pengolahan Limbah
Limbah harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang agar tidak mencemari
lingkungan dan merusak kesehatan makhluk hidup. Berikut ini adalah beberapa cara
pengolahan limbah yang dapat dilakukan secara sederhana, antara lain sebagai berikut
(Notoadmojo, 2007):
A. Pengenceran (dilution)
Limbah cair diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah,
kemudiandibuang ke badan air. Semakin bertambahnya penduduk, maka semakin
meningkat kegiatan manusia. Artinya, air limbah yang harus dibuang bertambah banyak.
Maka, diperlukan air pengenceran yang banyak pula. Oleh sebab itu, cara ini dapat
dilakukan pada tempat-tempat yang banyak air permukaannya.
B. Kolam Oksidasi (oxidation ponds)
Pada prinsipnya, cara ini adalah pemanfaatan sinar matahari, ganggang, bakteri,
dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Limbah cair dialirkan ke kolam besar
berbentuk segi empat dengan kedalaman 1-2 meter. Dinding dan dasar kolam tidak perlu
dilapisi apapun. Lokasi kolam harus jauh dari daerah pemukiman dan di daerah terbuka
sehingga sirkulasi angin baik. Cara kerjanya: ganggang melakukan proses fotosintesis
dengan bantuan sinar matahari sehingga dihasilkan oksigen. Oksigen tersebut digunakan
oleh bakteri aerobik untuk melakukan dekomposisi zat-zat organik yang terdapat dalam
limbah cair. Sebagai hasilnya, nilai BOD akan berkurang sehingga relatif aman bila
dibuang ke badanbadan air.
C. Irigasi (irrigation)
Limbah cair dialirkan ke dalam parit-parit terbuka yang digali, dan air akan
merembes masuk kedalam tanah melalui dasar dan dinding parit-parit tersebut. Dalam
keadaan tertentu, limbah cair dapat digunakan untuk pengairan ladang pertanian atau
perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk pemupukan. Hal ini terutama untuk limbah
cair yang berasal dari rumah tangga, perusahaan susu sapi, rumah potong hewan, dan
lainnya dimana kandungan zat organik dan protein cukup tinggi untuk tanaman.
2. Teori Rumah Sakit
Rumah sakit adalah suatu organisasi tenaga medis profesional yang terorganisir serta
sarana kedokteran yang menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang
berkesinambungan, diagnosa serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien (American
Hospital Association; 1974 dalam Azwar, 1996). Wolper dan Pena (dalam Azwar, 1996)
menyatakan bahwa rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima
pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran,
perawat dan berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Association of Hospital
Care (dalam Azwar, 1996) menjelaskan bahwa rumah sakit adalah suatu pusat dimana pelayanan
kesehatan masyarakat, pendidikan dan penelitian kedokteran diselenggarakan.
Fungsi rumah sakit berdasarkan sistem kesehatan nasional dalam Djojodibroto (1997)
adalah: memberikan pelayanan rujukan medik spesialistik dan subspesialis
Djojodibroto (1997) menyatakan bahwa organisasi rumah sakit mempunyai sejumlah sifat atau
karakteristik yang tidak dipunyai organisasi lainnya, antara lain:
1) sebagian besar tenaga kerja rumah sakit adalah tenaga professional
2) wewenang kepala rumah sakit berbeda dengan wewenang pimpinan perusahaan
3) tugas-tugas kelompok profesional lebih banyak dibandingkan tugas kelompok manajerial
4) beban kerjanya tidak bisa diatur
5) jumlah pekerjaan dan sifat pekerjaan di unit kerja beragam
6) hampir semua kegiatannya bersifat penting
7) pelayanan rumah sakit sifatnya sangat individualistik. Setiap pasien harus dipandang
sebagai individu yang utuh, aspek fisik, aspek mental, aspek sosiokultur dan aspek
spiritual harus mendapat perhatian penuh
8) pelayanan bersifat pribadi, cepat dan tepat
9) pelayanan berjalan terus menerus selama 24 jam dalam sehari.
Djojodibroto (1997) membagi rumah sakit menjadi beberapa macam, yaitu menurut:
1) Pemilik
Rumah sakit dapat dibedakan atas dua macam, yaitu rumah sakit pemerintah (goverment
hospital) dan rumah sakit swasta (privat hospital).
2) Filosofi yang dianut
Rumah sakit dapat dibedakan atas dua macam, yaitu rumah sakit yang tidak mencari
keuntungan (non-profit hospital) dan rumah sakit yang mencari keuntungan (profit
hospital).
3) Jenis pelayanan yang diselenggarakan.
Rumah sakit dapat dibedakan atas dua macam, yaitu rumah sakit umum (general hospital)
yang menyelenggarakan semua jenis pelayanan kesehatan dan rumah sakit khusus
(specially hospital).
4) Lokasi rumah sakit
Rumah sakit dibedakan atas beberapa macam, tergantung dari pembagian sistem
pemerintah yang dianut, misalnya rumah sakit pusat jika lokasinya di ibukota negara,
rumah sakit propinsi jika lokasinya di ibukota propinsi dan rumah sakit kabupaten jika
lokasinya di ibukota kabupaten.
Rumah sakit kelas A adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran
spesialis dan subspesialis secara luas. Rumah sakit kelas A ditetapkan sebagai tempat
pelayanan rumah sakit rujukan tertinggi (top referral hospital) atau rumah sakit pusat.
Rumah sakit kelas B adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran
spesialis luas dan subspesialis terbatas. Rumah sakit kelas B didirikan di setiap ibukoata
propinsi (propincial hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit
kabupaten. Rumah sakit pendidikan yang tidak termasuk kelas A juga diklasifikasikan
sebagai rumah sakit kelas B.
Rumah sakit kelas C adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran
spesialis terbatas, yaitu pelayanan penyakit dalam, pelayanan bedah, pelayanan kesehatan
anak dan pelayanan kebidanan dan kandungan. Rumah sakit kelas C akan didirikan di
setiap ibukota kabupaten (regency hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari
puskesmas.
Rumah sakit kelas D adalah rumah sakit ynag bersifat transisi karena pada satu saat akan
ditingkatkan menjadi rumah sakit kelas C. Kemampuan rumah sakit kelas D hanya
memberikan pelayanan kedokteran umum dan kedokteran gigi. Rumah sakit kelas
D juga menampung pelayanan rujukan yang berasal dari puskemas.
Rumah sakit kelas E adalah rumah sakit khusus (spesial hospital) yang
menyelenggarakan satu macam pelayanan kedokteran saja, misalnya rumah sakit kusta,
rumah sakit paru, rumah sakit kanker, rumah sakit jantung, rumah sakit ibu dan anak,
rumah sakit gigi dan mulut dan lain sebagainya.
3. Teori Kaput Tohor
KALSIUM OKSIDA(CaO), secara umum dikenal sebagai kapur mentah atau kapur
bakar, adalah senyawa kimia yang digunakan secara luas. Kalsium oksida merupakan kristal
basa, kaustik, zat padat putih pada suhu kamar. Istilahyang luas digunakan “kapur” berkonotasi
bahan anorganik yang mengandung kalsium, yang meliputi karbonat, oksida dan hidroksida
kalsium, silikon, magnesium, aluminium, dan besi mendominasi, seperti batu gamping.
Sebaliknya, “kapurmentah” khusus berlaku untuk senyawa kimia tunggal.Kapur mentah
harganya relatif murah. Keduanya dan turunan kimia (kalsium hidroksida, yang mana kapur
mentah anhidrida basa) adalah zat kimia komoditas penting.
Nama IUPAC kapur tohor ialah Kalsium oksida, nama lainnya Kapur mentah, kapur
bakar, kapur tohor. Adapun sifat-sifatnya adalah:
Rumus molekul: CaO
Berat molekul: 56,0774 gr/mol
Penampilan: Serbuk putih sampai kuning pucat/coklat
Bau: Tidak berbau
Densitas: 3,34 gr/cm3
Titik lebur: 2613 °C, 2886 K, 4735 °F
Titik didih: 2850 °C, 3123 K (100 hPa)
Kelarutan dalam air: 1,19 g/L (25 °C); 0,57 g/L (100 °C); reaksi eksoterm
Kelarutan dalam asam: Larut (juga dalam gliserol, larutan gula)
Kelarutan dalam methanol: Tidak larut (juga dalam dietil eter, n-oktanol)
Keasaman (pKa): 12,8
Entropi molar standar So298: 40 J·mol−1·K−1
Entalpi pembentukan standar ΔfHo298: −635 kJ·mol−1
Titik nyala: Tidak terbakar
PEMBUATAN
Kalsium oksida biasanya dibuat melalui dekomposisi termal bahan-bahan seperti batu
gamping (limestone), atau cangkang kerang (atau cangkang molluska lainnya), yang
mengandung kalsium karbonat (CaCO3; mineral kalsit) sebagai kapur bakar (lime kiln). Hal ini
dilakukan dengan memanaskan material ini di atas 825 °C (1.517 °F), sebuah proses yang
disebut kalsinasi atau pembakaran-kapur, untuk membebaskan molekul karbon dioksida (CO2);
meninggalkan kapurmentah. Kapur ini tidak stabil dan, ketika didinginkan, secara spontan akan
bereaksi dengan CO2 dari udara sampai, setelah cukup waktu, itu akan benar-benar diubah
kembali menjadi kalsium karbonat kecuali dipuaskan dengan air untuk ditetapkan sebagai
kapur plester.
Produksi tahunan kapur mentah di seluruh dunia sekitar 283 juta metrik ton. Cina sejauh ini
adalah produsen terbesar di dunia, dengan total sekitar 170 juta ton per tahun. Amerika Serikat
adalah yang terbesar berikutnya, dengan sekitar 20 juta ton per tahun.
KEGUNAAN
Panas
Kapur mentah menghasilkan energi panas dengan pembentukan hidrat, kalsium hidroksida,
dengan persamaan sebagai berikut:
CaO (s) + H2O (l) = Ca(OH)2 (aq) (ΔHr = −63.7 kJ/mol CaO)
Seperti hidrat, sebuah hasil reaksi eksotermis dan zat padat membengkak. Hidrat dapat diubah
menjadi kapurmentah dengan menghilangkan air dengan memanaskannyasampai kemerahan
untuk membalikkan reaksi hidrasi. Satu liter air yang bergabung dengan sekitar 3,1 kilogram (6,8
lb) dari kapur untuk memberikan kalsium hidroksida ditambah 3,54 MJ energi. Proses ini dapat
digunakan untuk menyediakan sumber panas portabel nyaman, seperti untuk pemanasan
makanan dengan segera dalamtempat pemanasan sendiri.