Anda di halaman 1dari 10

Rita Hayati et al. (2011) J.

Floratek 6: 114 - 123

PENGARUH TINGKAT KEMASAKAN BUAH DAN CARA


PENYIMPANAN TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH KAKAO
(Theobroma cacao L.)

Effect of Fruit Maturity and Storage on Seed Viability and Vigor of Cacao
(Theobroma cacao L.)

Rita Hayati, Zainal Abidin Pian, dan Syahril AS

Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian


Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh

ABSTRACT

This study was aimed at determining seed viability and vigor of cocoa on
some levels of fruit maturity and storage methods. The results showed that levels
of fruit maturity did not significantly affect growth potential, germination,
seedling vigor and growth rates of cocoa seeds. Storage method exerted highly
significant effects on growth potential, germination, seedling vigor and growth
rates of cocoa seeds. The best cocoa seed viability and vigor were found at a
storage by using a paper straw. There was no significant interaction between level
of fruit maturity and storage method on growth potential, germination, seedling
vigor and growth rates of cocoa seeds.

Keywords: maturity, storage, cocoa

PENDAHULUAN Benih tanaman pertanian


dapat dikelompokkan atas tiga
Benih merupakan salah satu kelompok benih, yaitu benih ortodok,
faktor penentu keberhasilan budidaya rekalsitran dan intermediate. Penge-
berbagai tanaman pertanian, terma- lompokan tersebut didasarkan atas
suk tanaman perkebunan seperti kepekaannya terhadap pengeringan
kakao, kopi, jambu mete, kemiri dan dan suhu. Benih ortodok tahan
melinjo. Sebagai bahan perbanyakan terhadap pengeringan, membutuhkan
tanaman, benih harus memiliki mutu kadar air dan suhu rendah untuk
yang tinggi baik genetik, fisik mempertahankan hidupnya. Se-
maupun fisiologis agar dapat baliknya, benih rekalsitran sangat
menghasilkan tanaman yang tumbuh peka terhadap pengeringan,
vigor dan berproduksi tinggi. Benih mengalami kemunduran pada kadar
yang bermutu tinggi akan mengalami air dan suhu yang rendah. Sementara
kemunduran pada saat penyim- benih intermediate berada di antara
panan. Tujuan utama penyimpanan kedua sifat ortodok dan rekalsitran
benih adalah untuk mempertahankan (Hasanah, 2002).
viabilitas benih dalam periode Kakao dikenal dalam bentuk
simpan yang selama mungkin, agar yang digunakan sebagai bahan
benih dapat ditanam pada tahun- makanan dan campuran minuman.
tahun berikutnya atau untuk tujuan Dengan perkembangan industri yang
pelestarian benih dari suatu jenis pesat dewasa ini kakao digunakan
tanaman (Sutopo, 2002). sebagai bahan kosmetik dan obat-
obatan. Selain itu digunakan juga

114
Rita Hayati et al. (2011) J. Floratek 6: 114 - 123

untuk pembuatan kembang gula dan Selain faktor tingkat


manisan cokelat. Kakao adalah salah kemasakan buah, viabilitas benih
satu tanaman pertanian yang kakao juga ditentukan oleh faktor
benihnya tergolong ke dalam benih cara simpan. Salah satu metode
rekalsitran. Benih kakao sangat penyimpanan yang dapat mencegah
sensitif terhadap pengeringan dan penguapan kandungan air benih yang
peka terhadap suhu rendah. berlebihan selama penyimpanan
Viabilitas benih kakao yang disim- adalah dengan mengemas benih
pan dengan perubahan temperatur dalam wadah yang kedap uap air
dari 15-17 0C akan mengalami seperti kantong plastik yang tertu-
penurunan (Hor dalam Ashari, tup. Penyimpanan benih dalam
1995). wadah yang kedap air dapat memper-
Salah satu faktor yang sangat tahankan vigor dan daya tumbuh
mendukung keberhasilan dan benih serta merupakan penghalang
peningkatan produksi kakao adalah bagi hama dan penyakit benih.
tersedianya bibit yang berkualitas Kondisi benih rekalsitran bergantung
dan mampu tumbuh baik di pada kondisi akhir kadar air benih
lapangan. Hal ini dapat dilakukan setelah penyimpanan, makin
dengan menjaga nilai viabilitas benih tingginya kadar air benih setelah
dan vigor kecambah saat disimpan akan semakin tinggi pula
penyimpanan dan perkecambahan. viabilitas benih tersebut (Hereri
Justice dan Bass (2002) menge- dalam Sukma, 2005).
mukakan, tingkat kemasakan buah Menurut Hasanah (2002),
dapat mempengaruhi viabilitas benih, pengetahuan dalam usaha mem-
benih yang berasal dari buah yang perpanjang daya hidup benih
terlalu tua atau terlalu muda biasanya rekalsitran masih sangat terbatas.
memiliki daya vigor rendah. Daya simpan benih dapat diper-
Menurut Sadjad (1994) benih panjang dengan mengemas benih
yang pasca masak fisiologis ditandai pada penggunaan plastik berlubang
dengan rontoknya buah dari tangkai, yang dilengkapi dengan bahan yang
daging buahnya lunak dan bijinya lembab seperti sekam dan serbuk
ada yang telah berkecambah. Sutopo gergaji. Namun hal ini memerlukan
(2002) mengemukakan benih yang protektan bagi benih agar dapat
dipanen sebelum masak fisiologis mengurangi infeksi, dan tidak
belum memiliki cadangan makanan berbahaya bagi benih. Berdasarkan
yang cukup dan keadaan embrio uraian di atas, maka perlu dilakukan
belum sempurna. Sedangkan yang penelitian mengenai pengaruh
masak fisiologis embrio telah tingkat kemasakan buah dan cara
terbentuk secara sempurna serta telah simpan benih terhadap viabilitas dan
memiliki cadangan makanan yang vigor benih kakao.
cukup. Waktu panen dan cara pasca Penelitian ini bertujuan untuk
panen akan menentukan kualitas mengetahui viabilitas benih dan
benih sebelum benih tersebut vigor benih kakao pada beberapa
disimpan. Benih yang dipanen tingkat kemasakan buah dan cara
sebelum masak fisiologis dicapai penyimpanan. Di samping itu
tidak mempunyai viabilitas yang penelitian ini juga bertujuan untuk
tinggi, bahkan pada beberapa mengetahui apakah terdapat interaksi
tanaman benih yang demikian tidak antara tingkat kemasakan buah dan
akan berkecambah. cara simpan benih terhadap viabilitas
dan vigor benih.

115
Rita Hayati et al. (2011) J. Floratek 6: 114 - 123

Benih yang digunakan adalah


METODE PENELITIAN benih kakao varietas lokal yang
diperoleh dari petani di Desa
Tempat dan Waktu Teladan, Kecamatan Seulimum,
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Aceh Besar. Jumlah
Laboratorium Ilmu dan Teknologi benih kakao yang digunakan untuk
Benih Fakultas Pertanian Universitas setiap tingkat kemasakan adalah
Syiah Kuala Darussalam Banda 270 benih. Setiap unit percobaan
Aceh. Penelitian ini berlangsung dari menggunakan 10 benih, dengan
tanggal 24 Juni sampai dengan 16 tingkat masak prafisiologis yang
Juli 2010. ditandai dengan warna kulit hijau
kuning, masak fisiologis yang
Bahan dan alat ditandai dengan warna kulit kuning
Bahan yang digunakan dalam dan pascamasak fisiologis yang
penelitian ini adalah : ditandai dengan warna kulit kuning
1. Benih (Gambar 1, 2 dan 3).

Gambar 1. Buah Gambar 2. Buah Gambar 3. Buah


kakao pra fisiologis kakao masak kakao pasca masak
fisiologis fisiologis
Hasil analisis warna ber- sebanyak 1620 sehingga jumlah
dasarkan diagram warna untuk keseluruhan benih yang digunakan
masing-masing tingkat kemasakan sebanyak 2430 benih.
tersebut menunjukkan bahwa nilai a
dan b adalah (-18 ; 23,92), (6 ; 47,02) 2. Sekam Padi
dan (4,1 ; 48,5). Pengujian warna Sekam padi digunakan
dilakukan dengan menggunakan sebagai media simpan benih. Sekam
program adobe photoshop pada padi yang digunakan setiap kardus
komputer. Prosedur kerjanya adalah adalah sebanyak 10 kg.
dengan meletakkan kakao kemudian 3. Kemasan Plastik
difoto dengan kamera digital 10.1 Kemasan plastik yang
mega piksel, dengan jarak 15 cm. digunakan sebanyak 18 lembar
Pemotretan dilakukan di luar ruangan dengan ukuran 25 x 18 cm, digu-
dengan cahaya yang terang. Hasil nakan untuk membungkus benih
foto dimasukkan ke program adobe kakao yang akan disimpan dalam
photoshop untuk dilihat nilai R, G kardus. Plastik polypropelen tidak
dan B, kemudian dimasukkan ke dilubangi se-banyak 9 lembar, plastik
dalam rumus untuk mencari nilai X, polypropelen yang dilubangi
Y dan Z nya (Budiasra,2006). sebanyak 9 lembar dengan dia-meter
Jumlah benih yang digunakan adalah 2,4 mm, dan kertas merang
810 benih dan ditambah untuk sebanyak 9 lembar.
pengamatan kecepatan tumbuh

116
Rita Hayati et al. (2011) J. Floratek 6: 114 - 123

4. Fungisida dilanjutkan dengan uji Beda Nyata


Fungisida digunakan untuk Jujur pada taraf 5% (BNJ 0,05).
mencegah serangan cendawan pada
benih yang disimpan. Adapun Peubah yang diamati adalah
fungisida yang dipakai adalah Viabilitas benih yang diamati
Dithane M-45 yang mempunyai meliputi potensi tumbuh, daya
bahan aktif Manko-zep 80 % dengan berkecambah, vigor kecam-bah dan
konsentrasi 0,45 g/L air (Citra, kecepatan tumbuh.
2005). 1. Potensi Tumbuh (PT)
5. Media Kecambah Potensi tumbuh dihitung
Media kecambah yang berdasarkan jumlah benih yang
digunakan adalah pasir sungai yang menunjukkan gejala tumbuh pada
telah diayak dengan ayakan 8 mesh pengamatan hari ke 22 dan
agar kotoran dapat dipisahkan. dinyatakan dalam persen. Potensi
Alat-alat yang digunakan tumbuh (PT) ditandai dengan
dalam penelitian antara lain: kertas munculnya akar atau plumula yang
label, wadah plastik, kardus, abu menembus kulit benih dan dihitung
sekam, timbangan analitik. dengan rumus :
Jumlahbenih yang menunjukkan gejalatumbuh
PT= x 100%
Jumlahbenih yang di uji
Rancangan Percobaan
Penelitian ini mengguna-kan 2. Daya Berkecambah (DB)
Rancangan Acak Kelompok (RAK) Daya kecambah dihitung
pola faktorial 3 x 3 dengan 3 kali berdasarkan jumlah benih yang
ulangan. Ada dua faktor yang diteliti, berkecambah normal. Kriteria
yaitu faktor tingkat kemasakan (K) kecambah normal adalah akar
dan faktor cara penyimpanan (S). panjang, daun tegak dan epikotil
Faktor tingkat kemasakan buah (K) batang tumbuh baik dengan kuncup
terdiri dari 3 taraf : ujung yang utuh. Pengamatan
K1 = Masak pra fisiologis dilakukan pada hari ke 16
K2 = Masak fisiologis (pengamatan 1) dan hari ke 22
K3 = Masak pascafisiologis (pengamatan II) setelah tanam dan
Faktor cara penyimpanan (S) Terdiri dinyatakan dalam persen. Daya
dari 3 taraf : kecambah (DB) dihitung dengan
S1 = Plastik polypropelen tidak rumus :
tan I  KN pengamatan II
dilubangi DB= JumlahKN pengama
Jumlahbenih yang di uji
x100%

S2 = Plastik polypropelen dilubangi Keterangan : KN = Kecambah


S3 = Kertas merang Normal
Terdapat 9 kombinasi perla-
kuan, yang masing-masingnya dila- 3. Vigor Kecambah (VK)
kukan 3 kali pengulangan, sehingga Vigor kecambah ditentukan
didapat 27 satuan percobaan. Setiap berdasarkan penampilan kecambah
perlakuan terdiri dari 30 benih, yang tumbuh kuat (vigor). Penelitian
sehingga terdapat 810 benih dan dilakukan dengan membandingkan
benih yang digunakan untuk kecam-bah satu dengan yang lain
pengamatan kecepatan tumbuh pada pengamatan ke 22 dan dinya-
sebanyak 1620 sehingga jumlah takan dalam persen. Vigor kecambah
keseluruhan 2430 benih. Jika uji F (VK) dihitung dengan menggunakan
menunjukkan pengaruh yang nyata rumus :
antar perlakuan, maka akan VK = JumlahJumlah
benih yang bervigor kuat
x 100%
benih yang di uji

117
Rita Hayati et al. (2011) J. Floratek 6: 114 - 123

4. Kecepatan Tumbuh (KCT) D1 - D 7 = Jumlah hari setelah


Kecepatan tumbuh diamati tanam.
berdasarkan jumlah pertambahan
kecambah normal setiap hari. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan dilakukan setiap hari
sampai hari terakhir yaitu hari ke-22. Tingkat Kemasakan Buah
Kecepatan tumbuh (KCT) dinyatakan Hasil uji F menunjukkan
dalam persen per etmal dan dihitung bahwa tingkat kemasakan buah
dengan rumus berpengaruh tidak nyata terhadap
N N N potensi tumbuh, vigor kecambah
KCT = 1 + 2 + ...+ 7 daya berkecambah dan kecepatan
D1 D2 D7
tumbuh benih kakao. Rata-rata nilai
Keterangan :
viabilitas dan vigor benih kakao pada
N1 - N7 = Kecambah normal
berbagai tingkat kemasakan buah.
pada 1, 2, 3, ..., 14. hst (%)

Tabel 1. Rata-rata Nilai Viabilitas dan Vigor Benih Kakao pada Berbagai Tingkat
Kemasakan Buah
Tingkat Kemasakan Buah
Peubah Masak Pra Masak Masak Pasca
Fisiologis (K1) Fisiologis (K2) Fisiologis (K3)
Arc Sin  3,87 4,04 4,11
PT
(%) (19,63) (21,41) (22,15)
Arc Sin  3,11 3,38 3,37
DB
(%) (12,22) (14,67) (14,44)
Arc Sin  2,71 3,15 2,84
VK
(%) (10,00) (12,67) (10,56)
Arc Sin  2,61 2,78 2,60
KCT
(% / etmal) (8,40) (9,45) (8,24)
Keterangan: - ( ) = Angka sebelum transformasi
- PT = Potensi Tumbuh
- DB = Daya Berkecambah
- VK = Vigor Kecambah
- KCT = Kecepatan Tumbuh

Hubungan antara potensi benih kakao pada berbagai tingkat


tumbuh, vigor kecambah, daya kemasakan buah dapat dilihat pada
berkecambah, dan kecepatan tumbuh Gambar 4 dan 5.

25
20
PT, DB & VK (%)

15
10
5
0
Masak Pra Fisiologis Masak Fisiologis Masak Pasca Fisiologis
Tingkat Kemasakan Buah

118
Rita Hayati et al. (2011) J. Floratek 6: 114 - 123

Gambar 4. Potensi Tumbuh, Vigor Kecambah, Daya Berkecambah dan


Benih Kakao pada Berbagai Tingkat Kemasakan Buah
kakao
KCT (%/etmal) 10
8
6
4
2
0
Masak Pra Fisiologis Masak Fisiologis Masak Pasca Fisiologis
Tingkat Kemasakan Buah

Gambar 5. Kecepatan Tumbuh Benih Kakao pada Berbagai Tingkat


Kemasakan Buah kakao

Berdasarkan hasil penelitian Jumlah benih yang dapat


yang telah diuraikan, ternyata tingkat berkecambah normal lebih sedikit
kemasakan buah tidak berpengaruh pada buah yang belum mencapai
nyata terhadap potensi tumbuh, vigor tingkat kemasakan fisiologis. Hal ini
kecambah daya berkecambah, dan disebabkan energi yang disimpan
kecepatan tumbuh benih kakao. pada endosperma sangat terbatas
Hal ini diduga benih pada sehingga terganggunya proses
tingkat kemasakan pasca fisiologis perkembangan embrio. Menurut
mempunyai cadangan makanan yang Sutopo (2002), benih yang diambil
maksimal serta kandungan air yang dari buah yang dipanen pada saat
cukup untuk perkecambahan benih sebelum masak fisiologis kandungan
kakao. Hal ini sejalan dengan karbohidrat, protein dan lemak dalam
(Pullock dan Ros dalam Pian, 1989), benih masih rendah sehingga meng-
yang menyatakan bahwa semakin akibatkan terganggunya proses
besar cadangan makanan yang perkecambahan benih karena belum
disimpan dalam benih maka akan maksimalnya energi yang disuplai.
semakin besar pula viabilitas dari Kemudian Sadjad (1994), juga
benih tersebut. Puncak dari viabilitas berpendapat bahwa buah yang
dan vigor benih dicapai sewaktu dipanen sebelum masak fisiologis
benihnya masak fisiologis. Benih mempunyai mutu benih yang rendah
yang diambil pada tingkat karena embrio benih belum terbentuk
kemasakan fisiologis mempunyai secara sempurna selain itu cadangan
nilai potensi tumbuh, daya makanan juga belum tersedia secara
berkecambah dan vigor kekuatan maksimal.
tumbuh yang tinggi. Selanjutnya Menurut Byrd (1983),
(Pian dalam Nur, 1990), kemunduran benih merupakan suatu
mengemukakan bahwa buah yang proses yang tidak dapat balik, suatu
telah mengalami masak fisiologis yang terjadi terhadap benih setelah
akan memiliki cadangan makanan masak fisiologis di lapangan atau
yang lebih baik dibandingkan yang setelah panen membantu mening-
belum masak fisiologis. katkan kemunduran. Kemunduran ini
biasanya disertai dengan peningkatan

119
Rita Hayati et al. (2011) J. Floratek 6: 114 - 123

permeabilitas benih. Sutopo (2002), fisiologis ditandai dengan warna


menyatakan bahwa penangguhan kulit kuning gelap yang merupakan
masa panen setelah masak fisiologis saat pemanenan yang paling tepat,
tercapai viabilitas dan vigor benihnya karena pada saat ini benih
akan menurun akibat terus berlang- mempunyai vigor dan berat kering
sungnya aktivitas metabolisme di maksimum (Delauche dalam Sutopo,
dalam benih dan deraan cuaca yang 2002).
tidak menguntungkan.
Pemanenan untuk tujuan Pengaruh Cara Penyimpanan
produksi benih harus dilakukan pada Hasil uji F menunjukkan
saat pencapaian masak fisiologis, bahwa cara penyimpanan ber-
karena pada saat ini benih pengaruh sangat nyata terhadap
mempunyai kualitas yang paling potensi tumbuh, vigor kecambah
baik. Untuk menentukan kapan daya berkecambah dan kecepatan
masak fisiologis akan dicapai dapat tumbuh benih kakao. Rata-rata nilai
dilihat dari perubahan morfologi, viabilitas dan vigor benih kakao pada
fisiologis serta fungsional yang berbagai cara penyimpanan setelah
terjadi semenjak pembuahan sampai diuji dengan BNJ0,05 dapat dilihat
masak (Sadjad, 1994). Masak pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata Nilai Viabilitas dan Vigor Benih Kakao pada Berbagai Cara
Penyimpanan
Cara Penyimpanan
Plastik
Peubah Plastik BNJ 0,05
Polypropelen Kertas
Polypropelen
Tidak Merang (S3)
Dilubangi (S2)
Dilubangi (S1)

PT
Arc Sin  0,71 a 5,57 b 5,74 b
0,10
(%) (0,00) (30,67) (32,52)

DB
Arc Sin  0,71 a 3,33 b 4,67 c
0,30
(%) (0,00) (11,33) (21,89)

Arc Sin  0,71 a 4,49 b 4,65 b


VK (0,00) (20,00) (21,33) 0,16
(%)
Arc Sin  0,71 a 3,25 b 4,02 c
KcT (0,00) (10,37) (15,71) 0,15
(% / etmal)
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama
berbeda tidak nyata pada uji BNJ0,05

-() = Angka sebelum transformasi


- PT = Potensi Tumbuh
- DB = Daya Berkecambah
- VK = Vigor Kecambah
- KcT = Kecepatan Tumbuh

Tabel 2 menunjukkan bahwa polypropelen tidak dilubangi (S1) dan


cara penyimpanan yang terbaik perlakuan plastik polypropelen
dijumpai pada perlakuan kertas dilubangi (S2) terhadap peubah
merang (S3) yang berbeda nyata potensi tumbuh, daya berkecambah,
dengan perlakuan plastik

120
Rita Hayati et al. (2011) J. Floratek 6: 114 - 123

vigor kecambah dan kecepatan berkecambah dan kecepatan tumbuh


tumbuh benih kakao. benih kakao pada berbagai cara
Hubungan antara potensi penyimpanan dapat dilihat pada
tumbuh, vigor kecambah daya Gambar 6 dan 7.

35
PT, DB & VK (%)
30 PT
25
20 DB
15
10 VK
5
0
Plastik Polypropelen Plastik Polypropelen Kertas Merang
Tidak Dilubangi Dilubangi
Cara Penyimpanan

Gambar 6. Potensi Tumbuh, Vigor Kecambah dan Daya Berkecambah


Benih Kakao pada Berbagai Cara Penyimpanan

20
KCT (%/etmal)

15

10

0
Plastik Polypropelen Tidak Plastik Polypropelen Kertas Merang
Dilubangi Dilubangi
Cara Penyimpanan

Gambar 7. Kecepatan Tumbuh Benih Kakao pada Berbagai Cara


Penyimpanan

Hasil penelitian menun- Hal ini bermakna bahwa


jukkan bahwa, cara penyimpanan penyimpanan dengan wadah kertas
berpengaruh sangat nyata terhadap merang menunjukkan kondisi ruang
potensi tumbuh, daya berkecambah, simpan yang tercipta di dalamnya
vigor kecambah dan kecepatan mampu memperlambat laju kemun-
tumbuh benih kakao. duran viabilitas benih dibandingkan
Dari berbagai cara penyim- dengan perlakuan lainnya. Pada
panan yang dicobakan, nilai potensi penyimpanan dalam kertas merang
tumbuh, vigor kecambah, daya keberadaan O2 dan kelembaban
berkecambah dan kecepatan tumbuh berada pada kondisi yang normal
terbaik dijumpai pada perlakuan untuk mempertahankan viabilitas.
kertas merang (S3) dibandingkan Barlian (1990) mengemukakan
dengan perlakuan plastik poly- bahwa, pertumbuhan awal benih
propelen tidak dilubangi (S1) dan rekalsitran merupakan masalah
perlakuan plastik polypropelen utama dalam proses penyimpanan-
dilubangi (S2). nya. Benih-benih rekalsitran seperti
121
Rita Hayati et al. (2011) J. Floratek 6: 114 - 123

benih kakao tidak memiliki masa kemasan. Wadah yang kedap uap air
dormansi, dan akan segera tumbuh berisi bahan yang lembab sehingga
meskipun disimpan. Jumlah benih menyebabkan kelembaban di dalam
yang tumbuh dalam penyimpanan wadah meningkat. Kadar air awal
terendah dijumpai pada benih dengan juga berperan dalam perubahan nilai
kemasan plastik polypropelen tidak kadar air selama periode simpan.
dilubangi. Benih kakao yang disimpan pada
Rahardjo (dalam Ninik, kadar air tinggi relatif lebih baik
2007), mengemukakan bahwa dibandingkan benih berkadar air
kondisi ruang simpan merupakan rendah, terutama pada kondisi
faktor penting yang sangat menen- berkelembaban nisbi rendah.
tukan viabilitas benih rekalsitran Sebagai benih rekalsitran,
yang disimpan. Konsentrasi O2, benih kakao menghendaki
temperatur dan kelembaban udara di kandungan air yang relatif tinggi
sekitar adalah beberapa faktor yang selama penyimpanan. Hal ini
juga menentukan keawetan viabilitas menyebabkan kegiatan respirasi
benih di penyimpanan. Diduga cenderung lebih cepat dan
penyimpanan dengan kertas merang menghabiskan sebagian cadangan
memungkinkan adanya sirkulasi makanan yang seharusnya diperlukan
udara segar yang diimbangi dengan untuk pertumbuhan selanjutnya.
penurunan konsentrasi gas Penyusutan substrat tersebut terus
karbondioksida dan panas di dalam berlangsung selama benih disimpan
wadah penyimpanan. Keadaan hingga viabilitas benih lemah
demikian relatif lebih aman bagi (Juctice dan Bass, 2002). Proses
viabilitas benih kakao. hilangnya viabilitas benih dapat
Pada penyimpanan dengan diamati pada gejala fisiologis yang
menggunakan plastik polypropelen ditunjukkan oleh benih yaitu
dilubangi, benih kakao juga mampu perkecambahan yang tertunda
berkecambah selama penyimpanan, (Sadjad, 1994).
tetapi viabilitas dan vigor benih Kontaminasi mikroba dapat
kakao lebih rendah dibandingkan terjadi pada penyimpanan benih
dengan penyimpanan menggunakan kakao yang berkadar air tinggi.
kertas merang. Hal ini diduga pada Kerusakan akibat serangan cendawan
perlakuan cara simpan benih dengan dapat terjadi yang bisa menurunkan
menggunakan plastik polypropelen viabilitas dengan cepat. Masalah lain
dilubangi, kondisi lingkungan benih timbul pada penyimpanan benih
di dalam kemasan seperti temperatur berkadar air tinggi karena akarnya
dan kelembaban meningkat sehingga sering tumbuh. Hal tersebut dapat
mengakibatkan viabilitas dan vigor mengakibatkan kerusakan benih dan
benih menurun dan bahkan terjadi menyulitkan penanaman sehingga
pembusukan benih. bibit tumbuh abnormal.
Kadar air benih kakao
dipengaruhi oleh kadar air awal, Interaksi
kelembaban nisbi dan kemasan. Pada Hasil uji F menunjukkan
lingkungan berkelembaban nisbi bahwa tidak terdapat interaksi yang
rendah, benih melepaskan kandungan nyata antara tingkat kemasakan buah
airnya sampai mencapai keseim- dengan cara penyimpanan terhadap
bangan, sebaliknya pada kondisi potensi tumbuh, vigor kecambah
lembab. Pelepasan atau penyerapan daya berkecambah dan kecepatan
air tersebut dipengaruhi oleh tumbuh benih kakao. Hal ini berarti

122
Rita Hayati et al. (2011) J. Floratek 6: 114 - 123

bahwa perbedaan nilai viabilitas dan Fakultas Pertanian universitas


vigor benih kakao akibat perbedaan Syiah Kuala, Banda Aceh. 73
tingkat kemasakan buah tidak hlm.
tergantung pada cara penyimpanan Hasanah, M. 2002. Peranan Mutu
atau sebaliknya. Fisiologik Benih dan
Pengembangan Industri Benih
SIMPULAN Tanaman Industri. Jurnal
Penelitian dan Pengembangan
1. Tingkat kemasakan buah ber- Pertanian. 22(1) : 84-90 hlm.
pengaruh tidak nyata terhadap Hereri, A. I. 1993. Pengaruh
potensi tumbuh, vigor kecambah, Perporasi pada Plastik Kemasan
daya berkecambah, dan kecepatan dan Periode Sim-pan Terhadap
tumbuh benih kakao. Kandungan Air dan Viabilitas
2. Cara penyimpanan berpengaruh Benih Kakao (Theobroma cacao
sangat nyata terhadap potensi L.). Skripsi. Fakultas Perta-nian
tumbuh, vigor kecambah, daya Universitas Syiah Kuala, Banda
berkecambah, dan kecepatan Aceh. 82 hlm.
tumbuh benih kakao. Nilai Justice, O. L. dan L. N. Bass. 2002.
viabilitas dan vigor benih kakao Prinsip dan Praktek Penyim-
terbaik dijumpai pada penyim- panan Benih (terjemahan Rennie
panan dengan menggunakan Roesli). Rajawali, Jakarta.
kertas merang. Nur, T. S. 1990. Viabilitas Benih
3. Tidak terdapat interaksi yang Pinus (Pinnus mercussii) pada
nyata antara tingkat kemasakan Beberapa Tingkat Kemasakan.
buah dengan cara penyimpanan Skripsi. Fakul-tas Pertanian
terhadap potensi tumbuh, vigor Universitas Syiah Kuala,
kecambah, daya berkecambah, Banda Aceh. 48 hlm.
dan kecepatan tumbuh benih Pian, Z. A. 1989. Penentuan Saat
kakao. Panen serta Pengaruhnya
terhadap Mutu Fisiologis Benih.
DAFTAR PUSTAKA Jurnal Ilmiah Mon Mata.
Lembaga Penelitian Universitas
Ashari, S. 1995. Hortikultura, Aspek syiah Kuala, Banda Aceh. Hlm
Budidaya. Universitas Indonesia 76-81.
Press, Jakarta. 485 hlm. Sadjad, S. 1994. Dari Benih Kepada
Barlian, J. 1990. Pengolahan dan Benih. PT Gramedia Widia
Fasilitas Penyimpanan Benih Sarana Indonesia, Jakarta. 194
Kedelai di Indonesia. Tesis. hal.
IPB, Bogor. 55 hlm. Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih.
Byrd, J. 1990. Pedoman Teknologi PT. Raja Grafindo Persada,
Benih (Terjemahan). Pembibing Jakarta. 238 hlm.
Masa, Jakarta. 79 hlm.
Budiarsa, I.W.2006. Sifat Elektro
Optica dan magnetic Hasil
Pertanian. ITB. Bogor.
Citra, R. 2005. Pengaruh
Kelembaban dan Pengunaan
fungisida Benlate Terhadap
Viabilitas Simpan Benih kakao
(Theobroma cacao L.) Skripsi.

123

Anda mungkin juga menyukai