Anda di halaman 1dari 7

wordpress.

com
Google mendeteksi bahwa sambungan internet Anda lambat dan telah mengoptimalkan laman ini
untuk menghemat data hingga 80%.
Dioptimalkan 6 jam yang laluLihat yang asliSegarkan

Manajemen Informasi Kesehatan


novi's weblog

Indikator Mutu Rumah Sakit


Dengan kondisi persaingan yang semakin tinggi antar rumah sakit, setiap rumah sakit saling
berpacu untuk memperluas pasarnya. Harapan adanya perluasan pasar secara langsung adalah
meningkatnya penjualan sehingga rumah sakit akan memiliki lebih banyak konsumen (pasien).
Namun, rumah sakit selaku produsen haruslah memahami bahwa semakin banyak konsumen
maka rumah sakit akan semakin sulit memahami konsumennya secara teliti, terutama tentang
suka atau tidaknya konsumen terhadap barang dan jasa yang ditawarkan beserta alasan-alasan
yang mendasarinya.

Rumah sakit yang mampu bersaing dalam pasar adalah rumah sakit yang mampu menyediakan
produk atau jasa berkualitas. Oleh karena itu, rumah sakit dituntut untuk terus melakukan
perbaikan terutama pada kualitas pelayanannya. Hal ini dimaksudkan agar seluruh barang atau
jasa yang ditawarkan akan mendapat tempat yang baik di mata masyarakat selaku konsumen dan
calon konsumen.

Mutu adalah faktor yang mendasar dari pelanggan. Mutu adalah penentuan pelanggan, bukan
ketetapan insinyur, pasar atau ketetapan manajemen. Ia berdasarkan atas pengalaman nyata
pelanggan terhadap produk dan jasa pelayanan, mengukurnya, mengharapkannya, dijanjikan atau
tidak, sadar atau hanya dirasakan, operasional teknik atau subyektif sama sekali dan selalu
menggambarkan target yang bergerak dalam pasar yang kompetitif (Wiyono, 1999).

Berikut ini definisi-definisi mutu: Juran menyebutkan bahwa mutu produk adalah kecocokan
penggunaan produk untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan; Crosby mendefinisikan
mutu adalahconformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan;
Deming mendefinisikan mutu, bahwa mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar;
Feigenbaum mendefinisikan mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya; Garvin dan Davis
menyebutkan bahwa mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,
manusia/tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan
pelanggan atau konsumen.

Mengukur mutu pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan


sebagai berikut:

1. Dapatkah mutu jasa pelayanan kesehatan diukur ?

2. Apanya yang diukur ?


3. Bagaimana mutu jasa pelayanan diukur ?

Untuk dapat memahami hal tersebut diatas perlu diketahui tentang pengertian indikator, kriteria,
dan standar.

Indikator adalah petunjuk atau tolak ukur, contoh : petunjuk indikator atau tolok ukur status
kesehatan antara lain adalah angka kematian ibu, angka kematian bayi, status gizi. Petunjuk atau
indikator ini (angka kematian ibu) dapat diukur. Jadi indikator adalah fenomena yang dapat diukur.

Indikator mutu asuhan kesehatan atau pelayanan kesehatan dapat mengacu pada indikator yang
relevan berkaitan dengan struktur, proses, dan outcomes. Sebagai contoh, indikator struktur:
Tenaga kesehatan profesional (dokter, paramedis, dan sebagainya), Anggaran biaya yang tersedia
untuk operasional dan lain-lain, Perlengkapan dan peralatan kedokteran termasuk obat-obatan,
Metode berupa adanya standar operasional prosedur masing-masing unit, dan sebagainya;
indikator proses berupa memberikan petunjuk tentang pelaksanaan kegiatan pelayanan
kesehatan, prosedur asuhan yang ditempuh oleh tenaga kesehatan dalam menjalankan tugasnya,
Apakah telah sebagaimana mestinya sesuai dengan prosedur, diagnosa, pengobatan, dan
penanganan seperti yang seharusnya sesuai standar; indikator outcomes merupakan indikator
hasil daripada keadaan sebelumnya, yaitu Input dan Proses seperti BOR, LOS, TOI, dan Indikator
klinis lain seperti: Angka Kesembuhan Penyakit, Angka Kematian 48 jam, Angka Infeksi
Nosokomial, Komplikasi Perawatan , dan sebagainya.

Selanjutnya Indikator dispesifikasikan dalam berbagai kriteria. Sebagai contoh: Indikator status gizi
dapat lebih dispesifikasikan lagi menjadi kriteria tinggi badan, berat badan anak. Untuk pelayanan
kesehatan, kriteria ini adalah fenomena yang dapat dihitung.

Setelah kriteria ditentukan dibuatlah standar-standar yang eksak dan dapat dihitung kuantitatif,
yang biasanya mencakup hal-hal yang standar baik, misalnya: panjang badan bayi baru lahir yang
sehat rata-rata (standarnya) adalah 50 cm; berat badan bayi baru lahir yang sehat standar adalah
3 kg.

Mutu asuhan kesehatan suatu organisasi pelayanan kesehatan dapat diukur dengan
memperhatikan atau memantau dan menilai indikator, kriteria, dan standar yang diasumsikan
relevan dan berlaku sesuai dengan aspek-aspek struktur, proses, dan outcome dari organisasi
pelayanan kesehatan tersebut.

Indikator mutu rumah sakit akan mencerminkan mutu pelayanan dari rumah sakit tersebut. Fungsi
dari penetapan indikator tersebut antara lain sebagai alat untuk melaksanakan manajemen kontrol
dan alat untuk mendukung pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan kegiatan untuk
masa yang akan datang. Jenis-jenis Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit:

1. Indikator Pelayanan Non Bedah, terdiri dari:


1. Angka Pasien dengan Dekubitus;
2. Angka Kejadian Infeksi dengan jarum infus.
3. Angka Kejadian penyulit/infeksi karena Transfusi Darah.
4. Angka Ketidak Lengkapan Catatan Medis.
5. Angka Keterlambatan Pelayanan Pertama Gawat Darurat.
2. Indikator Pelayanan, yang terdiri dari
1. Angka Infeksi Luka Operasi.
2. Angka Komplikasi Pasca Bedah.
3. Waktu tunggu sebelum operasi effektif.
4. Angka Appendik normal.
3. Indikator Ibu Bersalin dan Bayi, terdiri dari
1. Angka Kematian Ibu karena Eklampsia Kasus Rujukan dan Bukan Rujukan.
2. Angka Kematian Ibu karena Perdarahan Kasus Rujukan dan Bukan Rujukan.
3. Angka Kematian Ibu karena Sepsis Kasus Rujukan dan bukan Rujukan.
4. Angka Kematian Bayi dengan BB Lahir <= 2000 gram Kasus Rujukan dan Bukan Rujukan.
4. Indikator Mutu Pelayanan Medis
1. Angka infeksi nosokomial
2. Angka kematian kasar (Gross Death Rate)
3. Kematian pasca bedah
4. Kematian ibu melahirkan ( Maternal Death Rate-MDR)
5. Kematian bayi baru lahir (Infant Death Rate-IDR)
6. NDR (Net Death Rate di atas 48 jam)
7. ADR (Anasthesia Death Rate)
8. PODR (Post Operation Death Rate)
9. POIR (Post Operative Infection Rate)
5. Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi RS
6. Unit cost untuk rawat jalan
1. Indikator mutu yang berkaitan dengan tingkat kepuasan pasien
2. Jumlah keluhan dari pasien/keluarganya
1. Indikator cakupan pelayanan sebuah RS terdiri dari
2. Jumlah dan pesentase kunjungan rawat jalan/inap menurut jarak PS dengan asal pasien
1. Jumlah pelayanan dan tindakan medik
2. Jumlah tindakan pembedahan
3. Jumlah kunjungan SMF spesialis
4. Pemfaatan oleh masyarakat
5. Contact rate
6. Hospitalization rate
7. Out patient rate
8. Emergency out patient rate
7. Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien
8. Indikator tambahan
9. Angka Kematian di IGD (IGD).
10. Angka Perawatan Ulang (Rekam Medis).
11. Angka Infeksi RS.
12. Reject Analisis (Radiologi).
13. Angka Ketidaksesuaian Penulisan Diet (Gizi).
14. Angka Keterlambatan waktu pemberian makan (Gizi).
15. Angka Kesalahan Pembacaan Hasil (laboratorium).
16. Angka Waktu Penyelesain Resep (Farmasi).
17. Angka Kesalahan Pemberian Obat (Farmasi).
18. Angka Banyaknya Resep yang Tidak Terlayani (Farmasi).

1. Jumlah penderita yang mengalami dekubitus


2. Jumlah penderita yang jatuh dari tempat tidur
3. BOR (Bed Occupancy Rate)
4. BTO (Bed Turn Over)
5. TOI (Turn Over Interval)
6. ALOS (Average Length of Stay)
7. Normal Tissue Removal Rate

1. Surat pembaca di koran


2. Surat kaleng
3. Surat masuk dari kotak saran, dan sebagainya
4. Survei tingkat kepuasan pengguna pelayanan kesehatan RS

1. Pasien terjatuh dari tempat tidur/kamar mandi


2. Pasien diberi obat yang salah
3. Tidak ada obat/alat emergensi
4. Tidak ada oksigen
5. Tidak ada alat penyedot lendir
6. Tidak tersedia alat pemadam kebakaran
7. Pemakaian obat tidak sesuai standar
8. Pemakaian air, listrik, gas, dan sebagainya.

Mutu pelayanan medis dan kesehatan di RS sangat erat kaitannya dengan manajemen RS (quality
of services) dan keprofesionalan kinerja SMF dan staf lainnya di RS (quality of care). Keduanya
merupakan oucome dari manajemen manjaga mutu di RS (quality assurance) yang dilaksanakan
oleh gugus kendali mutu RS. Dalam hal ini, gugus kendali mutu dapat ditugaskan kepada komite
medik RS karena mereka adalah staf fungsional (nonstruktural) yang membantu direktur RS
dengan melibatkan semua staf SMF RS.
Advertisements

Loading...

Like

Be the first to like this.

Related

BALANCED SCORECARDIn "informasi kesehatan"

AKREDITASI RUMAH SAKITIn "informasi kesehatan"

Kepemilikan Rekam MedisIn "rekam medis"

July 10, 2010 Leave a reply« PreviousNext »

Leave a Reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment
Name *
Email *
Website

Notify me of new comments via email.

Jambi
Web Prov. Jambi

UGM
UGM

UMS
UMS

IFHRO
IFHRO

PORMIKI
PORMIKI

AHIMA
AHIMA

log in……….

 Register
 Log in
 Entries RSS
 Comments RSS
 WordPress.com

Archives
Archives Select Month July 2010 (14) June 2010 (4) May 2010 (6) March 2010 (1)

Kategori
Kategori Select Category about me (1) informasi kesehatan (11) rekam medis (12) travelling (2)

kalender

JULY 2010

M T W T F S S

« Jun
JULY 2010

M T W T F S S

1 2 3 4

5 6 7 8 9 10 11

12 13 14 15 16 17 18

19 20 21 22 23 24 25

26 27 28 29 30 31

Pages

 DIKLAT
 gallery
 Pekerjaan
 Proposal
 Rekmed Infokes

target=

belanja jogja
belanja jogja

photofunia
photofunia

funnywow
mau edit photo?

View Full Site

Create a free website or blog at WordPress.com.

 Follow

o Manajemen Informasi Kesehatan

o Sign up

o Log in
o Copy shortlink
o Report this content
o Manage subscriptions

o Collapse this bar

Anda mungkin juga menyukai