Anda di halaman 1dari 14

NAMA: NUR AKILA

NIM: 04011181621036
KELAS: BETA2016/B8

LAPORAN MANDIRI SKENARIO B BLOK 22 TAHUN 2016

I. Analisis masalah
1. Mrs. Adis, 17-year-old pregnant woman G1P0A0 38-weeks pregnancy, was
brought by her husband to the RSUD Pali due to convulsion 3 hours ago about ±
2 minute.
a. Apa makna kejang ± 2 menit? ALDO AKILA

Eklampsi biasanya didahului oleh gejala dan tanda pre eklampsi berat. Serangan
eklampsi menurut Prawirohardjo (2008) dibagi dalam 4 tingkat yaitu :
1. Stadium invasi (awal atau aurora)
Mata terpaku dan terbuka tanpa melihat, kelopak mata dan tangan bergetar, kepala
dipalingkan ke kanan atau ke kiri. Stadium ini berlangsung kira-kira 30 detik.

2. Stadium kejang tonik


Seluruh otot badan jadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki
membengkok ke dalam, pernafasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah
dapat tergigit. Stadium ini berlangsung kira-kira 20-30 detik.

3. Stadium kejang klonik


Semua otot berkontraksi berulang-ulang dalam waktu yang cepat. mulut terbuka
dan menutup, keluar ludah berbusa dan lidah dapat tergigit, mata melotot, muka
terlihat sianosis. Setelah berlangsung selama 1-2 menit kejang klonik berhenti dan
penderita tidak sadar, menarik nafas seperti mendengkur.

4. Stadium koma.
Lamanya ketidaksadaran (koma) ini berlangsung selama beberapa menit sampai
berjam-jam. kadang-kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya
ibu tetap dalam keadaan koma. Selama serangan, tekanan darah meninggi, nadi
cepat dan suhu naik sampai 40º C.
2. According to her husband, on her last ANC, the midwife found that her blood
pressure was high, and advice to deliver the baby in the hospital.
a. Apa makna klinis dari tekanan darah tinggi dan usulan melahirkan bayi di rumah
sakit? BELLA AKILA
Tekanan darah tinggi pada ibu hamil bisa terjadi karena sebelumnya ada riwayat
hipertensi atau timbul saat hamil. Apabila tekanan darah tinggi disertai dengan
proteinuri dan edem dinamakan preeklampsia.
Makna klinis usulan melahirkan di rumah sakit: karena pada pemeriksaan fisik
dan lab menunjukkan hasil yang abnormal, dan menunjukkan gejala preeklampsi
sehingga diperlukan obesrvasi langsung dari petugas medis yang kompeten dan
alat yang memadai.
b. Apa indikasi rujuk pada kasus? Mengapa bidannya menyarankan untuk
melahirkan di rumah sakit? DEBBY AKILA

Kondisi dan Gejala Pengobatan Kriteria Rujukan

Pre Eklampsia Berat Pemberian MgSO4 dosis awal dgn RUJUKAN


- TD > 160/110 mmHg cara ambil 4 mg MgSO4(10 ml Segera, dengan tujuan rumah
- Proteinuria 500 gr/24 MgSO4 40%) dan larutkan dalam 10 sakit yang memiliki dokter
jam atau ≥ 2+ dipstik ml aquades. Berikan secara spesialis obstetri dan
- Edema, pandangan perlahan IV selama 20 menit. Jika ginekologi setelah dilakukan
kabur, nyeri di akses IV sulit berikan masing-masing tatalaksana Pre-eklampsia
epigastrium atau nyeri 5 mg MgSO4 (12,5 ml larutan MgSO4 berat
pada kuadran kanan 40%) IM di bokong kiri dan kanan.
atas abdomen

Bidan menyarankan untuk lahir di rumah sakit karena pada pasien ini
mengalami preeklampsia golongan yang berat karena TD >160/>110, diperlukan
diobservasi untuk meminimalisir dampak yang lebih berat lagi dan menanganinya
dengan cepat.

c. Bagaimana mekanisme tekanan darah tinggi pada kasus? ALDO AKILA


Mekanisme tekanan darah tinggi pada ibu ini tergantung dari etiologinya.
Pada preeklamsia terjadi pembentukan faktor-faktor yang mengaktivasi
sel endotel oleh plasenta  disekresikan ke sirkulasi maternal  aktivasi sel
endotelial dan disfungsi endotel  perubahan sel endotel pada pembuluh2 darah
di tubuh  vasospasme general  Konstriksi vaskular  peningkatan tahanan
pembuluh darah  hipertensi

Kerusakan sel endotel (normalnya fungsi endotel menghasilkan nitrat


oksida sebagai vasodilator, sifat antikoagulan, mencegah vasopresor) 
menghasilkan lebih sedikit nitrat oksida, mensekresikan substansi yang memacu
koagulasi, meningkatkan sensitivitas terhadap vasopresor (angiotensin II &
norepinefrin), meningkatkan endotelin (ET 1) sebagai vasokonstriktor poten 
hipertensi

d. Apa saja dampak tekanan darah tinggi terhadap janin? BELLA AKILA
Dampak hipertensi terhadap janin:
Preeklampsia dan eklampsia memberi pengaruh buruk pada kesehatan janin
yang disebabkan oleh menurunnya perfusi utero plasenta, hipovolemia,
vasospasme, dan kerusakan sel endotel pembuluh darah plasenta. Di bawah ini
dampak dari preeklampsia dan eklampsia pada janin:
 Intrauterine Growth Restriction (IUGR) dan oligohidramnion.
 Persalinan prematur
 Kenaikan morbiditas dan mortalitas janin, secara tidak langsung akibat
intrauterine growth restriction, prematuritas, oligohidramnion, dan solusio
plasenta.

3. Hipotesis: Mrs. Adis, 17 tahun, G1P0A0, usia gestasi 38 minggu, diduga


mengalami eclampsia.

a. Pemeriksaan Penunjang/tambahan HAIQAL ALDO AKILA OZI


- Urinalisa dan kadar asam urat

Pada pemeriksaan urin dapat ditemukan proteinuri ≥ 0,3g protein dalam urin 24 jam ( atau +1
pada uji dipstick) yang dapat mengarahkan kita pada diagnosis preeklampsia. Kadar asam
urat mungkin sedikit meningkat.

- Darah Rutin

Kadar kreatinin darah meningkat pada eklampsia dikarenakan penurunan volume


intravaskular dan penurunan laju filtrasi ginjal (GFR). Creatinine clearance mungkin kurang
dari 90 ml/min/1,73m2.
- Tes Fungsi Hati

Pada pasien eklampsia terjadi peningkatan kadar fungsi hati dikarenakan kerusakan
hepatoselular dan HELLP syndrome, dimana ditemukan:

a. Kadar SGOT pada pasien eklampsia meningkat >72 IU / L.


b. Kadar bilirubin total meningkat > 1,2 mg/dl.
c. Kadar LDH meningkat > 600 IU/L.
- CT Scanning

CT scan kepala, dengan atau tanpa kontras, dapat menyingkirkan trombosis vena serebri,
perdarahan intrakranial, dan lesi SSP, yang semuanya dapat terjadi pada kehamilan dan
datang dengan keadaan kejang. CT scan dilakukan pada pasien dengan riwayat trauma, atau
yang refrakter terhadap terapi magnesium sulfat, atau dengan keadaan klinis yang atipikal
(misalnya, kejang >24 jam setelah melahirkan).

Temuan CT scan yang mungkin ada pada eklampsia:

a. Edema serebral
b. Area gray matter hipodens yang difus
c. Bercak hipodens
d. Edema white matter oksipital
e. Hilangnya sulci kortikal yang normal
f. Berkurangnya ukuran ventrikel
g. Cerebral hemorrhage
h. Perdarahan intraventricular
i. Perdarahan parenkim (hiperdens)
j. Infark cerebral
k. Infark pada daerah ganglia basalis
- Transabdominal Ultrasonografi

Transabdominal USG digunakan untuk memperkirakan usia kehamilan. Hal ini juga dapat
digunakan untuk menyingkirkan diagnosis solusio plasenta, yang dapat mempersulit
eklampsia.

b. Cara membedakan dgn yg fisiologis


c. Pathogenesis
Patogenesis pada konvulsi eklamsi masih menjadi subyek penelitian dan
spekulasi. Beberapa teori dan mekanisme etiologi telah dipercaya sebagai
etiologi yang paling mungkin, tetapi tidak ada satupun yang dengan jelas
terbukti. Beberapa mekanisme etiologi yang dipercaya sebagai patogenesis
dari konvulsi eklamsi meliputi vasokonstriksi atau vasospame serebral,
hipertensi ensefalopati, infark atau edema serebral, perdarahan serebral,
dan ensefalopati metabolik. Akan tetapi, tidak ada kejelasan apakah
penemuan ini merupakan sebab atau efek akibat konvulsi.

d. Patofisiologi
Banyak teori yang dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, yaitu:
1. Teori Kelainan Vaskularisasi Plasenta
Pada hamil normal, dengan sebab yang belum jelas, terjadi invasi trofoblas ke
dalam lapisan otot arteria spiralis, yang menimbulkan degenerasi lapisan otot
tersebut sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga memasuki
jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi hambur dan
memudahkan lumen arteri spiralis mengalami distensi dan dilatasi. Distensi dan
vasodilatasi lumen arteri spiralis ini memberi dampak penurunan tekanan darah,
penurunan resistensi vaskular dan peningkatan aliran darah pada daerah
uteroplasenta.
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan
otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis
menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan
mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya, arteri spiralis relatif mengalami
vasokonstriksi, dan terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis”, sehingga aliran
darah utero plasenta menurun, dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta.
Dampaknya akan menimbulkan perubahan pada hipertensi dalam kehamilan.
Adanya disfungsi endotel ditandai dengan meningginya
kadar fibronektin, faktor Von Willebrand, t-PA dan PAI-1 yang merupakan marker
dari sel-selendotel. Patogenesis plasenta yang terjadi pada preeklampsia dapat
dijumpai sebagai berikut:
a. Terjadi plasentasi yang tidak sempurna sehingga plasenta tertanam dangkal dan
arteri spiralis tidak semua mengalami dilatasi.
b. Aliran darah ke plasenta kurang, terjadi infark plasenta yang luas.
c. Plasenta mengalami hipoksia sehingga pertumbuhan janin terhambat.
d. Deposisi fibrin pada pembuluh darah plasenta, menyebabkan penyempitan
pembuluh darah

2. Teori Iskemia Plasenta dan pembentukan radikal bebas


Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan. Salah
satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta iskemia adalah radikal hidroksil
yang sangat toksis, khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh darah.
Radikal hidroksil akan merusak membran sel, yang mengandung banyak asam
lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak, Peroksida lemak selain akan merusak
sel, juga akan merusak nukleus, dan protein sel endotel. Produksi oksidan dalam
tubuh yang bersifat toksis, selalu diimbangi dengan produksi anti oksidan
Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi dalam kehamilan
Pada HDK telah terbukti bahwa kadar oksidan khususnya peroksida lemak
meningkat, sedangkan antioksidan, misal vitamin E pada hipertensi dalam
kehamilan menurun, sehingga terjadi dominasi kadar oksidan peroksida lemak
yang relatif tinggi. Peroksida lemak sebagai oksidan yang sangat toksis ini akan
beredar di seluruh tubuh dalam aliran darah dan amerusak membran sel endotel.
Membran sel endotel lebih mudah mengalami kerusakan oleh peroksida lemak
karena letaknya langsung berhubungan dengan aliran darah dan mengandung
banyak asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh sangat rentan terhadap
oksidan radikal hidroksil, yang akan berubah menjadi peroksida lemak.
Disfungsi sel endotel
a) Gangguan metabolisme prostaglandin, karena salah satu fungsi sel endotel
adalah memproduksi prostaglandin, yaitu menurunnya produksi prostasiklin
yang merupakan vasodilator kuat.
b) Agregasi sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami kerusakan untuk
menutup tempat dilapisan endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi
trombosit memproduksi tromboksan yang merupakan vasokonstriktor kuat.
c) Perubahan khas pada sel endotel kapilar glomerulus.
d) Peningkatan permeabilitas kapilar
e) Peningkatan produksi bahan-bahan vasopresor
f) Peningkatan faktor koagulasi
3. Teori Intoleransi Imunologik antara Ibu dan Janin
a) Primigravida mempunyai risiko lebih besar terjadinya hipertensi dalam
kehamilan jika dibandingkan dengan multigravida.
b) Ibu multipara yang kemudian menikah lagi mempunyai risiko lebih besar
terjadinya hipertensi dalam kehamilan jika dibandingkan dengan suami
sebelumnya.
c) Lamanya periode hubungan seks sampai saat kehamilan ialah makin lama
periode ini, makin kecil terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
4. Teori Adaptasi Kardiovaskular
Pada hipertensi dalam kehamilan kehilangan daya refrakter terhadap bahan
vasokonstriktor, dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan
vasopresor. Artinya, daya refrakter pembuluh darah terhadap bahan vasopresor
hilang sehingga pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap bahan vasopresor.
Peningkatan kepekaan pada kehamilan yang akan menjadi hipertensi dalam
kehamilan, sudah dapat ditemukan pada kehamilan dua puluh minggu. Fakta ini
dapat dipakai sebagai prediksi akan terjadinya hipertensi dalam kehamilan
5. Teori Genetik
Telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami pereeklampsia, maka 26% anak
perempuannya akan mengalami preeklampsia pula, sedangkan hanya 8% anak
menantu mengalami preeklampsia.
6. Teori Defisiensi Gizi
Konsumsi minyak ikan dapat mengurangi risiko preeklampsia dan beberapa
penelitian juga menunjukkan bahwa defisiensi kalsium mengakibatkan risiko
terjadinya preeklampsia/eklampsia.
7. Teori Stimulus Inflamasi
Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di dalam sirkulasi
darah merupakan rangsangan utama terjadinya proses inflamasi. Disfungsi endotel
pada preeklampsia akibat produksi debris trofoblas plasenta berlebihan tersebut
diatas, mengakibatkan aktifitas leukosit yang tinggi pada sirkulasi ibu. Peristiwa ini
disebut sebagai kekacauan adaptasi dari proses inflamasi intravaskular pada
kehamilan yang biasanya berlangsung normal dan menyeluruh.
Kebanyakan penelitian melaporkan terjadi kenaikan kadar TNF-alpha pada PE dan
IUGR. TNF-alpha dan IL-1 meningkatkan pembentukan trombin, platelet-
activating factor (PAF), faktor VIII related anitgen, PAI-1, permeabilitas endotel,
ekspresi ICAM-1, VCAM-1, meningkatkan aktivitas sintetase NO, dan kadar
berbagai prostaglandin. Pada waktu yang sama terjadi penurunan aktivitas sintetase
NO dari endotel. Apakah TNF-alpha meningkat setelah tanda-tanda klinis
preeklampsia dijumpai atau peningkatan hanya terjadi pada IUGR masih dalam
perdebatan. Produksi IL-6 dalam desidua dan trofoblas dirangsang oleh
peningkatan TNF-alpha dan IL-1. IL-6 yang meninggi pada preeklampsia
menyebabkan reaksi akut pada preeklampsi dengan karakteristik kadar yang
meningkat dari ceruloplasmin, alpha1 antitripsin, dan haptoglobin,
hipoalbuminemia, dan menurunnya kadar transferin dalam plasma. IL-6
menyebabkan permeabilitas sel endotel meningkat, merangsang sintesis platelet
derived growth factor (PDGF), gangguan produksi prostasiklin. Radikal bebas
oksigen merangsang pembentukan IL-6.
Disfungsi endotel menyebabkan terjadinya produksi protein permukaan sel yang
diperantai oleh sitokin. Molekul adhesi dari endotel antara lain E-selektin, VCAM-
1 dan ICAM-1. ICAM-1 dan VCAM-1 diproduksi oleh berbagai jaringan
sedangkan E-selectin hanya diproduksi oleh endotel. Interaksi abnormal endotel-
leukosit terjadi pada sirkulasi maternal preeklampsia.

e. Klasifikasi
KlasifikasiMenurut saat terjadinya eklampsia kita mengenal istilah:
1. Eklampsia ante partum ialah eklampsi yang terjadi sebelum
persalinan (paling sering setelah 20 minggu kehamilan).
2. Eklampsia intrapartum ialah eklampsia sewaktu persalinan.
3. Eklampsia postpartum, eklampsia setelah persalinan.

f. Manisfestasi Klinis + jenis-jenis kejang pada ibu hamil


Eklamsia merupakan kasus akut pada penderita preeklampsia, yang
disertai dengan kejang menyeluruh dan koma. Pada penderita preeklampsi
yang akan kejang, umumnya memberi gejala-gejala dan tanda yang khas.

1. Kenaikan tekanan darah

2. Pengeluaran protein dalam urine

3. Edema kaki, tangan sampai muka

4. Terjadinya gejala subjektif :

1. Sakit kepala

2. Penglihatan kabur

3. Nyeri pada epigastrium

4. Sesak nafas

5. Berkurangnya pengeluaran urine

6. Menurunnya kesadaran wanita hamil sampai koma

7. Terjadinya kejang

Gejala klinis Eklamsi adalah sebagai berikut:

1. Terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih


2. Terdapat tanda-tanda pre eklamsi ( hipertensi, edema, proteinuri, sakit kepala
yang berat, penglihatan kabur, nyeri ulu hati, kegelisahan atu hiperefleksi).
3. Kejang-kejang atau koma.
g. Tatalaksana Farmakologi dan Non Farmakologi (syarat, indikasi, dan
kontraindikasi MgSO4) BELLA DEBBY AKILA

Tatalaksana

a. Tatalaksana Umum

Ibu hamil dengan preeklampsia harus segera dirujuk ke rumah sakit.

Pencegahan dan tatalaksana kejang


u Bila terjadi kejang, perhatikan jalan napas, pernapasan (oksigen), dan sirkulasi (cairan intravena).
u MgSO4 diberikan secara intravena kepada ibu dengan eklampsia (sebagai tatalaksana kejang)
danpreeklampsia berat (sebagai pencegahan kejang). Cara pemberian dapat dilihat di halaman
berikut.
u Pada kondisi di mana MgSO4 tidak dapat diberikan seluruhnya, berikan dosis awal (loading
dose) lalu rujuk ibu segera ke fasilitas kesehatan yang memadai.
u Lakukan intubasi jika terjadi kejang berulang dan segera kirim ibu ke ruang ICU (bila tersedia)
yang sudah siap dengan fasilitas ventilator tekanan positif.

Kontraindikasi
 Hipersensitivitas
 Kerusakan miokard, koma diabetikum, dan blok jantung
 Hipermagnesemia
 Hiperkalsemia
 Pemberian selama 2 jam sebelum persalinan pada ibu dengan toksemia kehamilan.

h. Edukasi dan Pencegahan


Pencegahan
Strategi yang dilakukan guna mencegah hipertensi dalam kehamilan meliputi upaya
nonfarmakologi dan farmakologi. Upaya nonfarmakologi meliputi edukasi, deteksi
prenatal dini dan manipulasi diet. Sedangkan upaya farmakologi mencakup pemberian
aspirin dosis rendah dan antioksidan.
1. Penyuluhan untuk kehamilan berikutnya
Wanita yang mengalami hipertensi selama kehamilan harus dievaluasi pada masa
postpartum dini dan diberi penyuluhan mengenai kehamilan mendatang serta risiko
kardiovaskular mereka pada masa yang akan datang. Wanita yang mengalami
preeklampsi-eklampsia lebih rentan mengalami penyulit hipertensi pada kehamilan
berikutnya. Edukasi mengenai beberapa faktor risiko yang memperberat
kehamilan dan pemberian antioksidan vitamin C pada wanita berisiko tinggi dapat
menurunkan angka morbiditas hipertensi dalam kehamilan.
2. Deteksi pranatal dini

Selama kehamilan, waktu pemeriksaan pranatal dijadwalkan 1 kali saat trimester pertama,
1 kali saat trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga. Kunjungan dapat ditambah
tergantung pada
kondisi maternal. Dengan adanya pemeriksaan secara rutin selama kehamilan dapat
dilakukan deteksi dini hipertensi dalam kehamilan. Wanita dengan hipertensi yang nyata
(≥140/90mmHg)
sering dirawat inapkan selama 2 sampai 3 hari untuk dievaluasi keparahan hipertensi
kehamilannya yang baru muncul. Meskipun pemilihan pemeriksaan laboratorium dan
tindakan tambahan
tergantung pada sifat keluhan utama dan biasanya merupakan bagian rencana diagnostik,
pemeriksaan sel darah lengkap dengan asupan darah, urinalisis serta golongan darah dan
rhesus menjadi tiga tes dasar yang memberikan data objektif untuk evaluasi sebenarnya
pada setiap kedaruratan obstetri ginekologi. Hal tersebut berlaku pada hipertensi
dalam kehamilan, urinalisis menjadi pemeriksaan utama yang dapat menegakkan
diagnosis dini pada preeklampsi.
3. Manipulasi diet
Salah satu usaha awal yang ditujukan untuk mencegah hipertensi sebagai penyulit
kehamilan adalah pembatasan asupan garam. Diet tinggi kalsium dan pemberian kapsul
dengan kandungan minyak ikan dapat menyebabkan penurunan bermakna tekanan darah
serta mencegah hipertensi dalam kehamilan.
4. Aspirin dosis rendah
Penelitian pada tahun 1986, melaporkan bahwa pemberian aspirin 60 mg atau placebo
pada wanita primigravida mampu menurunkan kejadian preeklampsi. Hal tersebut
disebabkan karena supresi selektif sintesis tromboksan oleh trombosit serta tidak
terganggunya produksi prostasiklin.
5. Antioksidan
Terapi antioksidan secara bermakna menurunkan aktivasi sel endotel dan mengisyaratkan
bahwa terapi semacam ini bermanfaat dalam pencegahan hipertensi kehamilan, terutama
preeklampsi. Antioksidan tersebut dapat berupa vitamin C dan E.

i. Komplikasi
Komplikasi Maternal:
 Gagal Ginjal akibat akut tubuler nekrosis
 Akute kortikal nekrosis
 Gagal Jantung
 Edema Paru
 Trombositopenia, DIC
 Cerebrovaskuler accident
Komplikasi janin :
 Persalinan prematur
 Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), terjadi sekitar 30 – 40% pada
 preeklamsia superimposed
 Solusio plasenta, terjadi 4 – 8 kali lebih sering pada kehamilan dengan hipertensi
kronis. perinatal asfiksia
 Kematian perinatal mendekati 25% pada hipertensi kronis yang berat

j. Prognosis
Quo ad Vitam : dubia ad bonam

Quo ad Functionam : dubia ad bonam

Quo ad Sanationam : dubia ad bonam

Bila pasien tidak terlambat untuk ditatalaksana, maka gejala


perbaikan akan tampak jelas setelah kehamilannya selesai. Segera
setelah persalinan berakhir perubahan patofisiologik akan segera
mengalami perbaikan. Diuresis terjadi 12 jam kemudian setelah
persalinan. Keadaan ini merupakan tanda prognosis yang baik, karena
hal ini merupakan gejala pertama penyembuhan. Tekanan darah
kembali normal dalam beberapa jam kemudian.

Eklampsia tidak mempengaruhi kehamilan berikutnya kecuali pada


janin dari ibu yang sudah mempunyai hipertensi kronik. Prognosis
janin pada penderita eklamsia juga tergolong buruk. Seringkali janin
mati intrauterin atau mati pada fase neonatal.

k. SKDI
3B Gawat Darurat.

Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi


pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyealmatkan nyawa
atau mencegah keparahan danatau kecacatan pada pasien. Lulusan dokter
mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien.

Selanjutnya lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali


dari rujukan.
REFERENSI:
Prawirohardjo, Sarwono, Hanifa Wijnkosastro. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo. Editor: Abdul Bari Saifuddin. PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo:Jakarta
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Buku Saku PelayananKesehatan Ibu di
Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan.1st ed. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai