Anda di halaman 1dari 8

NAMA : TRIE NADHA APRILIA (1610811320028)

AMBAR SUNDARINI (1610811320002)


MATA KULIAH : TUGAS REKAYASA IRIGASI
HALAMAN : 8 s.d 15 (Bagian 2)

(3) Jembatan Penyeberangan Orang dan Hewan


Dibangun di atas saluran untuk memberi kemungkinan petani dan hewan
peliharaannya menyeberang ke sisi saluran yang lain agar tidak perlu
menyusur saluran terlalu jauh.
(4) Jembatan Pelayanan Pintu
Dibangun di atas saluran di lokasi bangunan yang ada pintunya guna
memudahkan petugas pengatur pintu air dalam menjalankan tugasnya.

(iii) Bangunan Pelayan Pintu


Dimaksudkan disini adalah bangunan atas dan penyangganya yang dibuat di
lokasi yang ada pintua irnya dengan maksud melindungi konstruksi pintu
beserta petugasnya.

(iv) Tanggul
Termasuk disini adalah tanggul banjir di udik bending yang melindungi daerah
di hilir bending serta tanggul saluran di lokasi.

(v) Rumah jaga


Pada bangunan-bangunan yang penting termasuk bangunan utama, bangunan
bagi dan bangunan, perlu ditempatkan petugas penjaga banguan tersebut. Untuk
itu perlu dibangun rumah jaga bagi petugas tersebut.

(vi) Tangga Cuci


Umumnya air irigasi disaluran akan dimanfaatkan oleh penduduk daerah yang
dilalui saluran tersebut untuk kehidupan sehari-hari. Untuk tidak merusak
tebing saluran pada waktu mereka masuk ke saluran, diperlengkapilah tangga
di tebing saluran sebelah kanan.
(vii) Kubangan Hewan
Seperti halnya pada butir (vi) untuk hewanpun perlu diberi fasilitas. Kubangan
ini dapat dibuat di luar saluran dengan membuat pipa untuk mengambil air bagi
kubangan tersebut yang sewaktu-waktu dibuka, atau dengan cara melebarkan
profil saluran di tempat tertentu dengan jalan membuat lebih landau tebing
dalam saluran dan diberi pasangan. Cara yang kedua ini, dengan memberi
pasangan pada kedua sisi tebing dapat dimanfaatkan pula untuk penyebrangan
hewan tersebut.

(viii) Patok Hektometer (H.M.)


Disepanjang saluran primer dan sekunder perlu diberi patok-patok tiap seratus
meter untuk memudahkan exploitasi dan pemeliharaan. Hektometer nol saluran
primer adalah pada bangunan utama dan hectometer nol saluran sekunder pada
bangunan mulainya saluran tersebut.

2.3 PEMBERIAN NAMA, NAMA SINGKATAN DAN NOMOR

2.3.1 Daerah Irigasi


Untuk mempermudah baik pengenalan, exploitasi maupun pemeliharaan maka suatu
system irigasi beserta saemua saluran dan bangunan yang penting dalam system
tersebut perlu diberi nama, singkatan nama dan nomor. Nama, singkatan nama dan
nomor ini dikenal dengan nomenklatur. Suatu daerah irigasi diberi nama sama dengan
wilayah atau desa yang terkenal di daerah tersebut. Biasanya desa ini terletak di tempat
atau di dekat banguanan utama.
Misalnya : daerah irigasi Jatiluhur dengan singkatan D.I Jatiluhur. Nama daerah
irigasinya sendiri tidak boleh singkatan. Selain itu dapat pula diberi nama dengan
sumber air dimana air irigasi diambil.
Misalnya : daerah irigasi Cikoncang dengan singkatan D.I Cikoncang karena air
irigasinya diambil dari sungai Cikoncang. Apabila karena sesuatu hal pada sungai
tersebut dibangun dua atau lebih pengambilan utama, maka daerah irigasinya diberi
nama desa yang terkenal pada lokasi bangunan tersebut, atau dengan memberi nomor.
Misalnya : D.I Cikoncang I dan D.I Cikoncang II. Nama peta petak harus sama dengan
nama daerah irigasinya.

2.3.2 Bangunan Irigai

(i) Bangunan Utama


Dasar pepmberian nama sama seperti daerah irigasi. Nama bangunan utama
sendiri dapat sama atau berbeda dengan nama daerah irigasinya. Misalnya
bending Cikoncang (dari D.I Cikoncang) atau bendung Curug (dari Jatiluhur ).

(ii) Saluran Irigasi


(1) Saluran Primer
Nama saluran primer dapat sama dengan nama banguan utama atau nama
daerah yang terkenal, dapat sama dengan nama daerah irigasi, dapat pula
berbeda.
Contoh : Saluran Primer Cikoncang
Saluran Primer Tarum Barat (dari bendung Curug D.I Jatiluhur).
(2) Saluran Sekunder
Nama saluran sekunder biasanya sama dengan nama daerah terkenal yang
akan dilewati saluran tersebut. Apabila belum ada nama daerah yang akan
dilewati, misalnya lahan baru yang belum ada namanya, maka dapat diberi
nama alphabet, A, B dan seterusnya.
(3) Saluran Primer dan Sekunder
Terbagi menjadi beberapa raus, yang dibatasi oleh bangunan sadap atau
pengambilan. Jadi antara satu ruas dengan ruas berikutnya akan berbeda
kapasitas rencananya. Ruas-ruas ini diberi nomr urut mulai dari ujung udik
saluran yang bersangkut.

(iii) Bangunan Bagi, Sadap dan Bangunan Bagi Sadap


Nama bangunan bagi, sadap dan bangunan bagi sadap adalah sama dengan
nama saluran dimana bangunan tersebut berada, diikuti dengan nomor urut
indeks, dimulai dari udik. Agar lebih jelas lihatlah (Gambar no. 2 G3). Utuk
bangunan bagi sadap diberi satu nama dan nomor karena lokasinya menjadi
satu.
(iv) Bangunan Pembawa
Pemberian nama untuk bangunan pembawa sama seperti banguann bagi dan
sadap. Pemberian nomornya ditentukan oleh nomor bangunan bagi atau sadap
di sebelah hilirnya, kemudian diikuti oleh indeks huruf kecil, berurutan secara
alphabetis dari udik. Untuk jelasnya lihat seksi 2.9

2.3.3 Bangunan Drainase

(i) Saluran Drainase


Sedapat mungkin memanfaatkan saluran atau sungai alam. Apabila saluran
atau sungai alam tersebut sudah mempunyai nama, maka nama tersebut tetap
digunakan. Apabila belum mempunyai nama, maka diberi nama dengan dasar
pemberian nama yang sama dengan saluran sekunder irigasi

(ii) Bangunan Pada Saluran Drainase


Dasar pemberian nama seperti pada bangunan-bangunan dalam system saluran
pembawa irigasi.

2.4 PETA PETAK

2.4.1 Arti dari Peta Petak Tersier


Petak tersier adalah kumpulan dari sawah-sawah yang menerima air irigasi dari saluran
tersier yang disadap dari saluran induk/ sekunder disatu tempat pengambilan. Yang
dimaksud dengan dengan peta petak tersier adalah peta yang memperlihatkan lokasi
seluruh daerah yang diairi dengan memuat batas-batas daerah dan garis-garis kontur
secara lengkap. Pada peta petak tersier ini terlihat suatu pola daerah irigasi yang
menggambarkan pembagian peta petak tersier, batas dan luas dari masing-masing peta
petak sekunder/ tersier, rangkaian saluran pembawa yang berupa saluran-saluran induk/
sekunder/ tersier dan saluran-saluran pembuang tersier/ sekunder, lokasi bangunan
pengambilan air dalam sungai, baik yang berupa bendung maupun pengambilan bebas
ataupun rumah pompa, serta lokasi bangunan bagi/ sadap yang ada didalam saluran
induk, sekunder dan perkiraan letak bangunan silang seperti gorong-gorong , talang,
siphon, jembatan dan lain-lain. Dari peta petak tersier ini pula terlihat jelas gambaran
dari sistim pemberian air irigasi
Dalam membuat peta petak tersier harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
(i) Setiap bahan peta petak tersier harus sedapat mungkin terlihat jelas, yaitu
dengan memberikan warna-warna yang berlainan pada batas-batas tertentu
berikut ini:
(1) Sungai dan saluran pembuang dengan warna merah.
(2) Jalan raya dengan warna coklat.
(3) Saluran induk, sekunder, saluran tersier, saluran muka yang berfungsi
sebagai saluran pembawa dengan warna biru. Garis langsung bagi saluran
yang sudah ada. Garis putus-putus bagi saluran yang direncanakan.
(4) Tanah yang tinggi yang tidak dapat diari dengan warna kuning.
(5) Batas kabupaten, kecamatan, desa dan kampong dengan warna hijau.
(6) Jalan kereta api dengan legenda khusus.

(ii) Setiap petak sebaik mungkin ditempatkan langsung dibelakang pintu sadap
sehingga petak ini akan langsung menerima air tanpa terjadi saluran yang
melewati petak lainnya.

(iii) Setiap petak tersier harus mendapatkan air hanya dari atau bangunan sadap yang
terletak di saluran induk atau sekunder.

(iv) Petak yang direncanakan dengan seluruh petak dapat mudah diairi yang mana
setelah ait tersebut dipergunakan dapat denga mudah dialirkan ke saluran
pembuang.

(v) Bentuk setiap petak sebaik mungkin dibuat sama antara lebar dan panjangnnya
sehingga didapatkan saluran tersier yang pendek yang akan memmudahkan
pemeriksa saluran.

(vi) Petak tersier harus sedapat mungkin kelihatan bebas dan jarak sawah yang
terjauh dari bangunan sadap jangan lebih dari 3 km. untuk memudahkan
pengurusan/ pembagian air oleh petugas dan para petani pemakai air.
(vii) Luas atau petak tersier sedapat mungkin merata antara 50-100 ha dan tidak
boleh melebihi dari 150 ha.

2.4.2 Arti petak Sekunder

Petak sekunder ialah suatu petak, kumpulan daripada beberapa petak tersier yang
mendapat air irigasi dari satu saluran sekunder. Dalam membuat peta petak sekunder
harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

(i) Setiap batas petak sekunder harus sedapat mungkin terlihat jelas, yaitu dengan
memberikan warna-warni yang berlainan pada batas-batas tersebut

(ii) Setiap petak sekunder harus mendapatkan air hanya dari satu bangunan bagi
yang terletak di saluran induk atau saluran sekunder lainnya, kecuali pada hal-
hal tertentu harus mendapatkan air irigai / suplesi dari saluran lain.

(iii) Saluran sekunder punggung sedapat mungkin terletak melalui punggung untuk
memudahkan mengalirnya air irigasi kesebelah kanan dan kiri. Untuk saluran
garis tinggi, diletakkan pada daerah yang tertinggi, agar air irigasi bisa mencapai
keseluruhan daerah yang akan diairi.

(iv) Laus petak sekunder tergantung daripada keadaan medan.

2.4.3 Arti Petak Primer

Petak primer ialah suatu petak, gabungan dari beberapa petak tersier yang dapat air
langsung dari saluran induk dan beberapa petak sekunder. Dalam membuat peta petak
primer harus diperhatikan sebagai berikut :

(i) Batas antara petak harus jelas dan biasanya dibatasi oleh sungai, apabila pintu
sadap pada sungai ada dua, sebelah kanan dan kiri. Saluran sebelah kanan
dinamis saluran induk kanan dan sebelah kiri saluran induk iri.
(ii) Setiap petak primer sedapat mungkin dekat dengan bangunan utama bendung,
agar tidak terlalu panjang dalam membuat saluran induknya.
(iii) Luas petak primer tergantung daripada keadaan medan.

2.5 NOMENKLATUR

Nomenklatur ialah nama petunjuk (indeks) yang jelas dan singkat dari suatu objek, baik
itu petak, saluran atau bangunan, bangunan bagi, banguann silang dan lain sebagainya,
sehingga akan memudahkan dalam pelaksanaan exploitasi dan pemeliharaan dari
bagian tiap-tiap bagian dari jaringan irigasi. Syarat-syarat dalam menentukan indeks
seperti dibawah ini :

a) Sebaiknya terdiri dari satu huruf.


b) Huruf ini dapat menyatakan petak, saluran atau bangunan.
c) Letak obyek dan saluran beserta arahnya.
d) Jenis saluran, pengangkut atau pembuang.
e) Jenis bangunan untuk pembagian dan pemberian air, talang, siphon dan lain
sebagainya.
f) Jenis petak, tersier, sekunder atau primer.

Cara Pemberian Nama


1. Bangunan utama bendung, ruamah pompa, pengambilan bebas diberi nama
dengan nama kampong terdekat daerah irigasi, suangai yang disadap airnya
dengan nomor kode 0.
2. Saluran induk diberi nama sesuai dengan nama sungainya atau nama kampong
terdekat dengan diberi indeks 1, 2, 3 dan seterusnya yang menyatakan raus
salurannya.
3. Saluran sekunder diberi nama sesuai dengan nama kampung, desa, kota yang
terdekat.
4. Bangunan bagi/ sadap diberi nama sesuai dengan nama saluran di hulunya dan
diberi indeks 1, 2, 3 dan seterusnya.
5. Bangunan silang seperti gorong-gorong, talang, jemabtan, siphon dan lain-lain
diberi indeks 1a, 1b, 2a, 2b dan seterusnya sesuai dengan letak banguann pada
ruas salurannya.
6. Di dalam gambar lay-out petak tersier diberi kotak yang berukuran panjang 4
cm dan lebar 1,5 cm. dalam kotak ini diberi kode dari saluran mana petak
tersebut mendapat air irigasi. Arah saluran tersier kanan atau kiri dari bangunan
bagi/ sadap melihat arah aliran air. Kotak bagi dua

Anda mungkin juga menyukai