CMIIW..
--
Wassalam,
Irwan.K
"Better team works could lead us to better results"
http://irwank.blogspot.com
Quote:
".
Menurut Alvin yang mengaku didukung oleh 35 anggota Komisi VII ini,
kasus transfer pricing terjadi sejak 2001 lalu. Sejak dilakukannya perjanjian
antara Adaro dengan Coaltrade Services International Pte Ltd, Singapura.
Di mana penjualan batu bara berkalori tinggi milik Adaro dijual dengan
harga murah ke Coaltrde, sehingga menguras keuntungan Adaro dan
sangat menguntungkan Coaltrade.
.."
Dear Rekans,
Masih ingat soal Alvin Lie, Adaro & Hak Angket yang kandas?? Waktu itu Alvin Lie dituduh
(lewat tulisan Iwan Piliang) bahwa ia disuap bahkan meminta 1 Miliar kepada pihak Adaro..
Berkaca pada kasus Pimpinan KPK (Bibit & Chandra) yang dituduh menerima suap lalu
berubah menjadi melakukan pemerasan dari Anggodo (padahal ada missing link - yang
penting tuduh aja dulu soal bukti belakangan), adakah yang melihat kemungkinan adanya
rekayasa/tudingan dari pihak lain terhadap Alvin Lie?
Meski mungkin saja tidak ada kaitannya dengan kasus BC, adakah yang melihat pola
'pengumpulan dana' (yang blak"an) untuk kepentingan politik terkait penempatan orang"
tertentu pada perusahaan swasta bahkan BUMN??
CMIIW..
--
Wassalam,
Irwan.K
"Better team works could lead us to better results"
http://irwank.blogspot.com
http://economy.okezone.com/read/2008/05/27/21/112866/21/usut-adaro-alvin-lie-minta-gunakan-
hak-angket
Economy - Finance
JAKARTA - Sejumlah anggota Komisi VII DPR mengusulkan untuk menggunakan hak angget
dalam kasus transfer pricing PT Adaro Indonesia. Pasalnya, dalam kasus transfer pricing Adaro
terdapat indikasi terhadap kerugian negara.
"Ini harus dibahas, supaya kita tahu sejauh mana kerugian negara yang ditimbulkan," kata Anggota
Komisi VII DPR Alvin Lie, di kantornya, Gedung MPR/DPR Senayan, Jakarta, Selasa (27/5/2008).
Menurut Alvin yang mengaku didukung oleh 35 anggota Komisi VII ini, kasus transfer pricing
terjadi sejak 2001 lalu. Sejak dilakukannya perjanjian antara Adaro dengan Coaltrade Services
International Pte Ltd, Singapura. Di mana penjualan batu bara berkalori tinggi milik Adaro dijual
dengan harga murah ke Coaltrde, sehingga menguras keuntungan Adaro dan sangat menguntungkan
Coaltrade.
"Ini terjadi karena Coaltrade terafiliasi dengan Adaro, negosiasi kontrak tidak dilakukan secara
arms length," katanya.
Alvin berharap, dengan diusulkannya hak angket ini, instansi terkait mau mengungkap dan
mengusut tuntas kasus tersebut. Dan ini membuktikan kelemahan-kelemahan dalam produk hukum
dan sistem administrasi dalam pemerintahan yang memungkinkan terjadinya praktek transfer
pricing selama bertahun-tahun tidak terungkap.
Sementara itu, rombongan yang berjumlah 35 rang diterima oleh Wakil Ketua DPR Wakil Ketua
Soetardjo Soejogoeritno (Mbah Tardjo). "Kami akan serahkan di rapat pleno, kemudian akan
dibawa ke Bamus, untuk dijadwalkan ke sidang paripurna," tegas Mbah Tardjo. (hsp)
-----
http://female.kompas.com/read/xml/2008/07/15/13330919/alvin.lie.bantah.minta.rp.1.miliar.ke.adar
o
Home / Nasional / Nasional
Alvin Lie Bantah Minta Rp 1 miliar ke Adaro
Selasa, 15/7/2008 | 13:33 WIB
JAKARTA, SELASA - Pada tanggal 20 Juni 2008, beredar tulisan di internet bahwa anggota
Komisi VII asal Fraksi PAN, Alvin Lie, mendatangi PT Adaro Energy Tbk untuk meminta uang
sebesar Rp 6 miliar. Namun, dari permintaan itu, hanya diberikan Rp 1 miliar.
Alvin membantah tulisan tersebut. Ia menegaskan, tak ada sepeser pun uang yang masuk ke
kantongnya. "Ada seseorang yang memakai nama Iwan Piliang, tapi nama lengkapnya adalah Narlis
Wandi Piliang. Dalam tulisannya, antara lain katanya saya datang ke kantor Adaro menemui Teddy
Rachmat, minta 6 M. Tapi akhirnya 1 M untuk diri saya sendiri. Secuil pun unsur kebenarannya
tidak ada," kata Alvin di Gedung DPR, Selasa (15/7).
Tulisan tersebut, kata dia, merupakan fitnah. Oleh karenanya, kemarin Alvin secara resmi telah
melaporkan si pembuat tulisan ke Polda Metro Jaya. "Karena pencemaran nama baik, fitnah, dan
pelanggaran tindak pidana terhadap UU ITE Pasal 27 ayat 3 dan ada sanksi pidananya," ujar Alvin.
Apa motifnya? "Saya enggak pusing mau motifnya apa. Siapa dia, yang jelas yang jadi korban
adalah nama baik dan kehormatan saya. Modal saya masuk ke DPR adalah nama baik. Kalau itu
diusik, saya akan melawan," katanya.
ING
----
http://www.kompas.com/read/xml/2008/07/09/21333188/diduga.gelapkan.pajak.pt.adaro.dilaporkan
.ke.polisi
/Home/Nasional
Diduga Gelapkan Pajak, PT Adaro Dilaporkan ke Polisi
/
Artikel Terkait:
Peminat Saham PT Adaro Menurun di Hari Kedua
Keluarkan Izin IPO Adaro, Bapepam-LK Digugat Beckkett
Saham Adaro Diserbu Ribuan Joki
Adaro Mulai Tawarkan Sahamnya
Adaro Tawarkan Saham Perdana
JAKARTA, RABU - PT Adaro Energy Tbk, Rabu (9/7), dilaporkan Masyarakata Anti Korupsi
(Maki) ke Mabes Polri dengan tuduhan telah melakukan penipuan saat melakukan penawaran
saham (IPO). Disamping itu, diduga juga telah melakukan upaya penggelapan pajak.
Menurut keterangan Koordinator Maki Boyamin Saiman, PT Adaro Energy saat IPO
mencantumkan saham Dianlia di Adaro dan IBT sebesar 4,57 persen dan 7,14 persen. Hal ini
bertentangan dengan klaim tim kuasa hukum Beckkett, Pte Ltd yang dimuat Kompas tgl 8 Juli 2008
yang menyatakan jumlah sebesar 51persen dan 40 persen.
Boyamin juga menemukan data, penambahan saham sebelum dilakukan IPO, diduga fiktif. Menurut
Boyamin, tidak terjadi setoran penambahan modal dalam arti material."Patut ditanyakan apakah ada
pembelian misalnya mesin baru atau untuk mendapatkan konsesi lahan baru. Sepanjang tidak jelas
penggunaan penambahan modal disetor, maka patut diduga fiktif," katanya.
Boyamin juga menduga, penambahan saham tersebut belum mendapatkan ijin dari pihak yang
berwenang secara lengkap dan memenuhi persyaratan. "Untuk itu kami minta ditelusuri pengucuran
kredit Bank Mandiri terhadap Adaro. Kami menduga menyalahi ketentuan yang berlaku
menyangkut jaminan dan penggunaan serta sistem cicilan pembayaran hutang," jelasnya.
Akal-akalan yang dilakukan PT Adaro ini diduga juga sebagai upaya untuk melakuka money
laundring akibat dugaan penggelapan pajak dari praktek transfer pricing. "Mabes Polri harus segera
mengusut kasus ini untuk mencegah terjadinya praktik pencucian uang," desak Boyamin.
Selain melapor ke Mabes Polri, Maki juga mengirim surat bernomor 84/MAKI/VII/ 2008 ke
Bapepam-LK. "Kami minta Bapepam-LK menghentikan proses IPO Adaro. Apabila hal ini
diabaikan, kami akan menempuh segala prose hukum yang diperlukan," ancam Boyamin.
Sugiyarto
Sumber : Persda Network
http://economy.okezone.com/read/2009/11/10/278/273893/jadi-menko-polhukam-djoko-mundur-
dari-adaro
Foto: Corbis
JAKARTA - PT Adaro Energy Ybk (ADRO) menerima surat pengunduran diri atas nama Djoko
Suyanto selaku komisaris independen perseroan. Pasalnya, Djoko Suyanto ditunjuk menjadi menteri
koordinator politik hukum dan keamanan dalam Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II.
"Pengunduran diri tersebut terkait posisinya saat ini yang telah menjadi menko polhukam di
Kabinet SBY-Boediono," ujar Direktur dan Sekretaris Perusahaan ADRO Andre J Mamuaya, dalam
keterbukaan informasinya kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), di Jakarta, Selasa (10/11/2009).
Saat ini Perseroan sedang dalam proses mencari penggantinya untuk mengisi posisi tersebut. Pada
penutupan perdagangan IHSG sesi kedua kemarin, harga saham dengan kode emiten ADRO ditutup
stagnan Rp1.540 per lembar sahamnya. (css)
--
--
Wassalam,
Irwan.K
"Better team works could lead us to better results"
http://irwank.blogspot.com
Sebelum kasus pajak Gayus membuncah, dua kali sudah, saya hadir di
Pengadilan Pajak, di Gedung Dhanapala, Depkeu Latai 9, Lapangan
Banteng, Jakarta Pusat, pada penghujung Februari dan awal Maret 2010.
Keluar dari lift di lantai pengadilan pajak itu, 30-an kursi biru
berjejer tersedia di kanan kiri. Di dua kali ke sana, tampak selalu
disesaki tamu. Beberapa orang berdasi, satu dua berjas, membawa koper
beroda. Tas besar berisi dokumen keuangan perusahaan itu, tampaknya
diperlukan nanti di dalam ruang persidangan.
Saya bertanya ke seorang di seksi transfer pricing DJP, mengapa pengadilan pajak itu seakan sepi
jurnalis, sepi liputan media?
“Media mungkin lebih tertarik dengan kasus di KPK, juga di pengadilan Tipikor yang meriah itu.”
Bukankah di pengadilan tindak pidana korupsi yang diadili urusan ratusan miliar, di sini kasus
ribuan triliun?
“Itulah makanya, kami ajak Anda dari media alternatif ke sini,” tutur Simarmata, sebut saja
demikian nama staf DJP itu.
Tak terkecuali produsen makan tadi. Di sisi lain, mereka jor-joran juga
berpromosi di televisi. Dalam sehari di rentang mempromosikan produknya
mencapai 20 spot iklan teve sehari, masing-masing satu spot 30 detik
sekitar Rp 17 juta, kalikan 6 jika promosi itu cumja di 6 teve nasional?
Sejenak seakan terjawab pertanyaan di dalam benak saya, mengapa media mainstream enggan
menuliskan ini?
“Mereka takut tak kebagian iklan dari produsen makanan ini. Iklan tevenya banyak”
Ruangan pengadilan pajak itu, tak sampai seluas lapangan basket. Wakil
KI menjabarkan beragam teori bagaimana bisa urusan pembebanan biaya itu
terjadi. Mereka berteori ini dan itu, kiri-kanan, mengacu ke adab
perdagangan global dengan kalimat ilmiah sulit dicerna.
Padahal secara logika awami saya, segenap makanan yang diekspor KI,
dipikul bebannya oleh bangsa Indonesia, oleh belulang konsumen
Indonesia. Bisa Anda bayangkan dengan logika ini, makanan yang dilahap
konsumen mereka di Eropa, atau bangsa lainnya, yang menjadi tujuan
negara produknya, disubsidi biaya pembuatannya oleh orang Indonesia?
“Itu belum begitu kontras, ada minuman yang dipajang dijual di pojok
sana, juga terindikasi perusahaannya melakukan praktek transfer
pricing.”
Maksudnya minuman yang dijual oleh pedagang bagaikan warung kaki lima
di lantai sembilan di pengadilan pajak itu. Saya terkesima. Ingin lebih
jauh mengerti soal transfer pricing.
Sakti bukan?
“Bagi kami ini juga sebuah temuan yang dibuat-buat angkanya. Ngono ya ngono, sing ngono ya ojo
ngono,” ujar Simarmata.
Hari itu, menjadi pengalaman luar biasa bagi saya: membuka mata, betapa
selama ini bangsa ini telah ditipu oleh Perusahaan Modal Asing (PMA),
perusahaan multinasional, dan banyak lainnya, mengangkangi hak-hak
publik di mana bangsa memiliki darah pembangunan untuk publik
mendapatkan pelayanan lebih baik. Laku menghisap darah pembangunan
melalui transfer pricing sudah macam air bah nan digerus dari sumber
Indonesia, untuk dihisap hingga kering kerontang.
“Bisa Anda bayangkan pada 2009 saja indikasi praktek transfer pricing
mencapai seribu tiga ratus triliun rupiah,” tutur Simarmata.
Maka melihat angka setahun demikian, tidak berlebihan bila saya menulis
lema bahwa perampokan akan bangsa ini memang terjadi hingga sumsum dan
belulang rakyat, melalui praktek penggelapan pajak.
“Lebih parah, bukan saja tidak tepat waktu, wajib pajak kini seakan mengatur jadwal.”
“Kami ini padahal bagian dari Depkeu, tetapi kini sejak reformasi sudah macam tamu di
Departemen sendiri.”
Maka ketika saya masuk ke ruangan sidang, seperti biasa, ruangan tak
sampai seukuran lapangan basket itu, sesak. Kursi untuk tim DJP pun
kurang. Harus ada tiga kursi tambahan dari luar, termasuk satu untuk
saya.
Perusahaan otomotif itu pada 2005 laba kotor untuk salah satu produk
terkenalnya sebut saja mobil V untuk lokal 2, 91 % saja. Sementara laba
kotor penjualan ekspor – 7,98%. Untuk produk mobil Z, laba kotor lokal,
2, 58%, ekspor -14,36%. Melihat angka ini, agaknya timbul pertanyaan di
benak Anda?
Pertama, jika ekspor hanya untuk mendapatkan laba bruto minus, dan minusnya tak berkira, untuk
apa melakukan ekspor?
Dan hari itu, bagi saya membuncah lagi pertanyaan aneh lainnya.
Bagaimana bisa kelompok usaha perusahaan otomotif itu, sebagaimana
berita di koran, bahwa untung mereka pada 2009 mencapai Rp 20 triliun
lebih, tetapi unit usaha produksi berminusan pendapatannya?
Nah, akhirnya saya menduga, bahwa jika untuk keperluan citra dan pasar
di bursa saham, maka produsen merilis untung tentang kelompok usaha.
Tetapi jika mengahadapi pajak, unit-unit usaha sekan tercerai berai
mempermainkan angka pembukuan, termasuk melakukan indikasi praktek
transfer pricing, macam laku yang sedang disidangkan untuk kelakuan
mereka pada 2005 itu.
Jika seksi transfer pricing baru ada 2007 di DJP, Anda bisa bayangkan
beribu-ribu triliun telah mengalir bagaikan bah bandang mengalir ke
luar negeri, dilakukan banyak perusahaan di Indonesia. Di tahun 2005
juga, sebagaimana pernah di tulis detik.com, 750 PMA mengaku rugi
berbisnis di Indonesia. Dan anehnya dari 750 PMA itu hingga kini masih
saja bercokol di sini. Bukankah mereka ahirnya layak disebut penghisap
belulang anak bangsa? Bukan guma daging yang mereka gigit, tetapi
hingga sum-sum bangsa ini.
__._,_.___
Mailing list:
http://groups.yahoo.com/group/mediacare/
Blog:
http://mediacare.blogspot.com
http://www.mediacare.biz
Your email settings: Individual Email|Traditional
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch to Fully Featured
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Report this as spam
Permalink | Reply |
Navigate
Go to gmane.culture.media.mediacare.
Topic
Go to the topic.
Project Web Page
Mediacare is all about journalism, mass media's activity in Indonesia etc. ()
Search Archive
Search
Language
Change language
Options
Current view: Threads only / Showing whole messages / Not hiding cited text.
Change to All messages, shortened messages, or hide cited text.
Post a message
NNTP Newsgroup
Classic Gmane web interface
RSS Feed
List Information
About Gmane
Gmane