PSAK 46
(AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN TANGGUHAN)
Tahun diupdated kembali
Mentor :
Perubahan Tarif PPh Baik Aktiva Pajak Tangguhan maupun Kewajiban Pajak
(Butir 29-35, 69-70) Tangguhan pada tahun berjalan yang sedang ditelaah harus
disesuaikan agar mencerminkan tariff pajak yang baru
(pendekatan prospektif)
Surat Ketetapan Pajak Surat Ketetapan Pajak yang diterbitkan oleh Direktorat
(SKP) Jenderal Pajak (Kantor Pelayanan Pajak) bila mengakibatkan
Selisih (Kurang Bayar / Lebih Bayar) dibandingkan dengan
(Butir 55, 83) jumlah pajak dalam SPT, dan
hanya bila wajib pajak tidak mengajukan keberatan atau
melakukan banding, maka selisih tersebut dibukukan
sebagai beban atau pendapatan lain-lain dalam tahun
berjalan (current year)
Tetapi bila selisih (Kurang Bayar / Lebih Bayar) timbul dari
kesalahan mendasar dalam penerapan ketentuan perpajakan,
maka secara akuntansi diperlakukan menurut PSAK 25
Pengungkapan 1. Unsur-unsur utama beban/penghasilan pajak
beban/penghasilan pajak kini dan penyesuaiannya
beban/penghasilan pajak tangguhan yang berasal dari
(Butir 56-63, 84-85) perbedaan temporer dan realisasinya serta perubahan
tariff/aturan pajak
Jumlah manfaat dari rugi pajak atau perbedaan
temporer periode sebelumnya sebagai pengurang beban
pajak kini dan tangguhan
beban pajak tangguhan dari penurunan (write down)
dan penyesuaian kembali (reversal) periode
sebelumnya dari aktiva pajak tangguhan
2. Jumlah pajak kini dan tangguhan
3. Beban/penghasilan pajak dari pos luar biasa disajikan
secara total
Subjek Konsep Pokok Pajak Tangguhan
4. Hubungan beban/penghasilan pajak dan laba akuntansi :
rekonsiliasi beban/penghasilan pajak dengan hasil kali
laba akuntansi dan tariff pajak
Rekonsiliasi tariff pajak efektif rata-rata (average
effective tax rate = beban/penghasilan pajak dibagi laba
akuntansi) dan tariff pajak
5. Tarif pajak yang berlaku dan perubahannya dengan periode
sebelumnya
6. Jumlah (dan batas waktu penggunaan, jika ada) perbedaan
temporer yang boleh dikurangkan dan sisa rugi
kompensasi yang boleh/tidak diakui sebagai aktiva pajak
tangguhan pada neraca serta beban/penghasilan pajak
tangguhan pada laporan laba rugi yang tidak terlihat pada
perubahan aktiva/kewajiban pajak tangguhan di neraca
7. Beban pajak yang berasal dari :
1. laba/rugi penghentian operasi
2. laba/rugi aktivitas normal operasi yang dihentikan
Perusahaan harus mengungkapkan jumlah aktiva pajak
tangguhan, apabila :
laba fiscal periode mendatang lebih besar dari realisasi
perbedaan temporer kena pajak
merugi pada periode sekarang atau sebelumnya
Penerapan masa transisi Penerapan PSAK baru dilakukan secara restropektif,
PSAK 25 Butir 62-65 kecuali dinyatakan lain
PSAK 46 tidak secara khusus mengatur lain, jadi
penerapannya harus restropektif, sehingga perlu
restatement atas laporan keuangan komparatif 2 atau 3
tahun ke belakang
C. Perbedaan Tetap
Perlakuan perbedaan biaya atau penghasilan antara versi akuntansi dengan versi pajak.
Sumber perbedaan perlakuan tersebut adalah semata-mata karena undang-undang dan
peraturan perpajakan
1. Beban yang tidak diakui perpajakan sebagai pengurang dalam menghitung laba kena pajak,
misalnya : kenikmatan natura/sewa rumah, mobil dibawa pulang oleh karyawan, donasi,
premi asuransi jiwa, kecelakaan, dan lain-lain)
2. Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak
- Dividen yang diterima dari penyertaan perseroan di dalam negeri
D. Beban Pajak atas penghasilan dengan Tarif Khusus / PPh Final (butir 52)
3. Penghasilan yang dikenakan tariff khusus (PPh Final)
a. Laba/rugi investasi saham yang terdaftar di Bursa Efek (PPh 0,1% dari nilai jual)
b. Penghasilan bunga deposito dengan tariff PPh Final 20 % final
Total penghasilan bunga versi akuntansi Rp 1 milyar
Total penghasilan bunga versi pajak Rp 800 juta (Rp 200 juta
-------------- karena accrual)
(D) (K) Rp 200 juta
Pajak Kini – Hutang PPh Final = 15% x Rp 200 juta = Rp 30 juta
c. Penghasilan di bidang usaha tertentu, misalnya real estate, kontraktor bangunan, kena
PPh Final 2% dari penjualan (turn over)
Catatan : Aktiva Pajak Tangguhan dan Kewajiban Pajak Tangguhan hanya berkaitan dengan
objek PPh dengan tariff umum (pasal 17 ayat 1 Undang-undang No. 36 tahun 2008 tentang
perubahan keempat atas Undang-undang Pajak Penghasilan No. 7 tahun 1983)
“Lex Generalis Principle”
KASUS 1 : PENCADANGAN PIUTANG TAK TERTAGIH
PT MAJU MUNDUR menetapkan besarnya pencadangan piutang tak tertagih sebesar 3% dari
saldo akhir “Piutang Usaha”
Tahun Kerugian Piutang Yang Akhir Tahun Piutang Usaha (juta Rp)
Tidak Tertagih (juta Rp)
20x1 4.800
20x2 30 20x2 5.000
20x3 80 20x3 5.600
20x4 70 20x4 8.000
20x5 40 20x5 7.000
data tambahan :
Saldo penyisihan piutang tak tertagih awal tahun 20x2 adalah sebesar 20 dan saldo aktiva pajak
tangguhan akhir tahun 20x1 sebesar 15
Piutang Usaha
Analisis Akun Neraca
Tahun (juta)
20x5 20x4 20x3 20x2
Cadangan Penyisihan
Piutang Tak Tertagih (3%) 210 240 168 150
Cadangan Penyisihan
Saldo Piutang Usaha 0 0 0 0
Penjelasan :
Secara akuntansi, biaya pencadangan diakui sebesar 3% dari saldo akhir piutangnya, sedangkan
perpajakan hanya mengakui biaya kerugian pada saat piutangnya tersebut benar-benar tidak dapat
ditagih, akibatnya menimbulkan perbedaan sementara. Penjelasannya adalah sebagai berikut :
Tahun 20x2
Piutang Usaha secara akuntansi sebesar Rp 4850, sedangkan menurut perpajakan adalah sebesar
Rp 5000. Hal ini menyebabkan timbulnya perbedaan sementara sebesar Rp 150, bila dikalikan
dengan tariff pajak 30% akan diperoleh sebesar Rp 45, dan dicatat sebagai Aktiva Pajak
Tangguhan karena aktiva yang diakui perpajakan > aktiva yang diakui oleh Akuntansi
Tahun 20x3
Piutang Usaha secara akuntansi sebesar Rp 5432, sedangkan menurut perpajakan adalah sebesar
Rp 5600. Hal ini menyebabkan timbulnya perbedaan sementara sebesar Rp 168, bila dikalikan
dengan tariff pajak 30% akan diperoleh sebesar Rp 50, dan dicatat sebagai Aktiva Pajak
Tangguhan karena aktiva yang diakui perpajakan > aktiva yang diakui oleh Akuntansi
Tahun 20x4
Piutang Usaha secara akuntansi sebesar Rp 7760, sedangkan menurut perpajakan adalah sebesar
Rp 8000. Hal ini menyebabkan timbulnya perbedaan sementara sebesar Rp 240, bila dikalikan
dengan tariff pajak 30% akan diperoleh sebesar Rp 72, dan dicatat sebagai Aktiva Pajak
Tangguhan karena aktiva yang diakui perpajakan > aktiva yang diakui oleh Akuntansi
Tahun 20x5
Piutang Usaha secara akuntansi sebesar Rp 6790, sedangkan menurut perpajakan adalah sebesar
Rp 7000. Hal ini menyebabkan timbulnya perbedaan sementara sebesar Rp 210, bila dikalikan
dengan tariff pajak 30% akan diperoleh sebesar Rp 63, dan dicatat sebagai Aktiva Pajak
Tangguhan karena aktiva yang diakui perpajakan > aktiva yang diakui oleh Akuntansi
Cat : untuk T account Kewajiban Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan, Aktiva Pajak
Tangguhan penghasilan Pajak Tangguhan lihat daftar IIa, b (karena digabungkan untuk kasus I-9)
Untuk T account Bank lihat daftar II (digabung kasus I-9)
Tahun 20x2
Piutang Usaha
Saldo Awal 4800 Realisasi (I.I) 30
Debet 230
Tahun 20x3
Piutang Usaha
Saldo Awal 5000 Realisasi (I.I) 80
Debet 680
Saldo akhir 98
Tahun 20x4
Piutang Usaha
Saldo Awal 5600 Realisasi (I.7) 70
Debet 2470
Tahun 20x5
Piutang Usaha
Saldo Awal 8000 Realisasi (I.10) 40
Kredit 6960
Saldo akhir 10
KASUS 2 : AKTIVA TETAP DAN PENYUSUTAN AKTIVA TETAP
Asumsi : Aktiva Tetap dalam kasus ini dibiayai dengan dana pinjaman dalam mata uang rupiah.
Manajemen dari PT MAJU MUNDUR telah menetapkan untuk menggunakan metode garis lurus
untuk menyusutkan Aktiva Tetap perusahaan dengan masa manfaat 5 tahun.
Perusahaan membeli Aktiva Tetap baru pada tahun 20x3 dan 20x2 masing-masing sebesar Rp 100
dan Rp 50.
Penyusutan untuk pelaporan perpajakan menggunakan metode garis lurus, dengan masa manfaat
4 tahun.
Aktiva Tetap
Tarif Pajak
Penghasilan 30% 30% 30% 30% h
Beban Penyusutan
Menurut Akuntansi 230 230 220 200
Beban Penyusutan
Menurut Pajak 288 288 275 250
Kewajiban Pajak
Tangguhan (17) (17) (17) (15)
Penjelasan :
Perbedaan perhitungan penyusutan aktiva tetap yang digunakan oleh perusahaan dengan
perpajakan akan menimbulkan Kewajiban Pajak Tangguhan Karena nilai sisa basis aktiva menurut
perpajakan < nilai basis aktiva menurut akuntansi.
RINGKASAN DAFTAR AKTIVA TETAP, AKUMULASI PENYUSUTAN
DAN NILAI BUKU AKTIVA TETAP
(dalam jutaan rupiah)
Daftar 1B
Akumulasi Penyusutan
Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo akhir Nilai Buku
e f g h = (e+f)-g I = (d-h)
Aktiva Tetap (versi akuntansi) 0 200 200 800
Aktiva Tetap (versi pajak) 250 250 750
Daftar 2B
Akumulasi Penyusutan
Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir Nilai Buku
e f g h = (e+f)-g I =(d-h)
Aktiva Tetap (versi akuntansi) 200 220 420 680
Aktiva Tetap (versi pajak) 250 275 525 575
Daftar 4B
Akumulasi Penyusutan
Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir Nilai Buku
e f g h = (e+f)-g I =(d-h)
Aktiva Tetap (versi akuntansi) 650 230 880 270
Aktiva Tetap (versi pajak) 813 288 1.100 50
Tahun 20x3
1000 20% 200
Penambahan aktiva tetap 100 20% 20 +
Beban Penyusutan tahun 20x3 220 daftar 2B kolom f
Tahun 20x4
1100 20% 220
Penambahan aktiva tetap 50 20% 10 +
Beban penyusutan tahun 20x4 230 daftar 3B kolom f
Tahun 20x5
1150 20% 230
0
Beban penyusutan tahun 20x5 230 daftar 4B kolom f
Penyusutan Versi Pajak
Nilai Tarif Beban
Perolehan Penyusutan Penyusutan
Tahun 20x2
1000 25% 250
Beban penyusutan tahun 20x2 250 daftar 1B kolom f
Tahun 20x3
1000 25% 250
Penambahan aktiva tetap 100 25% 25 +
Beban penyusutan tahun 20x3 275 daftar 2B kolom f
Tahun 20x4
1100 25% 275
Penambahan aktiva tetap 50 25% 13 +
Beban penyusutan tahun 20x4 288 daftar 3B kolom f
Tahun 20x5
1150 25% 288
Beban penyusutan tahun 20x5 288 daftar 4B kolom f
Jurnal Sehubungan Dengan Aktiva Tetap, Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap
Dan Beban Penyusutan Aktiva Tetap
(juta Rp)
Cat : untuk T account Kewajiban Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan, Aktiva Pajak
Tangguhan penghasilan Pajak Tangguhan lihat daftar IIa, b (karena digabungkan untuk kasus I-9)
Untuk T account Bank lihat daftar II (digabung kasus I-9)
Penyajian Aktiva Tetap, Akumulasi Penyusutan Aktiva tetap Dan Beban Penyusutan Aktiva
tetap Dalam Bentuk Akun T (kasus 2)
(juta Rp)
Tahun 20x2
Aktiva Tetap
Saldo Awal 1000
Tahun 20x3
Aktiva Tetap
Saldo Awal 1000
Pembelian (II.3) 100
Tahun 20x4
Aktiva Tetap
Saldo Awal 1100
Pembelian (II.6) 50
Saldo akhir 1150
Tahun 20x5
Aktiva Tetap
Saldo Awal 1150
PT MAJU MUNDUR telah melakukan penjualan atas suatu produk dan perusahaan memberikan
garansi purna jual kepada customer yang telah membeli produk tersebut, untuk itu perusahaan
telah mencadangkan beban purna jual untuk mengantisipasi terjadi klaim dari customer
Perusahaan telah menetapkan besarnya pencadangan pada tahun 20x1 dan 20x2 masing-masing
sebesar Rp 200 dan Rp 300
Pada tahun 20x3, 20x3 dan tahun 20x5 terjadi claim oleh customer yang besarnya masing-masing
Rp 120, Rp 290 dan Rp 90
Perpajakan tidak mengakui adanya pencadangan beban purna jual, tetapi mengakui terjadinya
biaya apabila ada klaim dari customer yang benar-benar sudah dibayar oleh perusahaan
Cadangan
Beban purna jual 90 380 500 200
Cadangan Beban
Purna Jual versi
akuntansi
(ke neraca) - 90 380 200
Cadangan
Beban purna jual
versi pajak - - - -
Perbedaan
sementara - 90 380 200
Aktiva Pajak
tangguhan
(ke neraca) 0 27 114 60
Beban Purna Jual
Analisis Laba Rugi
Tahun (juta)
20x5 20x4 20x3 20x2
Perbedaan
sementara (90) (290) 180 200
Aktiva Pajak
tangguhan (27) (87) 54 60
Penjelasan :
Tahun 20x2
Timbul Aktiva Pajak Tangguhan sebesar Rp 60, karena beban purna jual sebesar Rp 200 yang
dicatat secara akuntansi tidak diakui oleh perpajakan sehingga terjadi perbedaan sementara sebesar
Rp 200 dan bila dikalikan dengan tariff pajak akan diperoleh jumlah Rp 60
Tahun 20x3
Terjadi penambahan Aktiva Pajak Tangguhan karena perusahaan kembali mencadangkan beban
purna jual sebesar 300 juta, sedangkan beban purna jual yang diakui oleh perpajakan hanya sebesar
beban purna jual yang terealisasi pada tahun bersangkutan, yaitu sebesar Rp 120 sehingga terjadi
perbedaan sebesar Rp 180 yang bila dikalikan dengan tariff pajak akan diperoleh jumlah Rp 54
Karena sebelumnya aktiva pajak tangguhan sudah memiliki saldo awal sebesar Rp 60, maka pada
akhir tahun 2009 saldo aktiva pajak tangguhan menjadi Rp 114
Tahun 20x4
Pada tahun ini terjadi realisasi beban purna jual sebesar Rp 290 yang merupakan realisasi
pencadangan beban purna jual pada tahun 2008 dan 200998, masing-masing sebesar Rp 80, dan
Rp 210. Nilai basis pajak mengakui beban ini sebagai beban periode berjalan tetapi nilai basis
akuntansi telah mengakui beban ini pada periode sebelumnya sehingga terjadi perbedaan
sementara sebesar Rp 290 dan bila dikalikan dengan tariff pajak akan diperoleh jumlah Rp 87,
akan mengurangi saldo aktiva pajak tangguhan sehingga pada akhir tahun 2010 saldo aktiva pajak
tangguhan akan menjadi Rp 27
Tahun 20x5
Pada tahun ini terjadi realisasi beban purna jual sebesar Rp 90 yang merupakan realisasi
pencadangan beban purna jual pada tahun 20x5, sehingga dengan demikian semua pencadangan
telah terealisir perpajakan mengakui beban ini sebagai beban periode berjalan tetapi nilai basis
akuntansi telah mengakui beban ini pada periode sebelumnya sehingga kewajiban pajak tangguhan
saldonya akan menjadi nol karena kewajiban menurut pajak = kewajiban menurut versi akuntansi
Cat : untuk T account Kewajiban Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan, Aktiva Pajak
Tangguhan penghasilan Pajak Tangguhan lihat daftar IIa, b (karena digabungkan untuk kasus I-9)
Untuk T account Bank lihat daftar II (digabung kasus I-9)
Penyajian Cadangan Beban Purna Jual dan Beban Pencadangan Purna Jual
Dalam Bentuk Akun T (kasus 3)
(juta Rp)
Tahun 20x2
Cadangan Beban Purna Jual
Saldo awal 0
Pencadangan (III.1) 200
Tahun 20x3
Cadangan Beban Purna Jual
Saldo awal 200
Pembayaran klaim (II. 120 Pencadangan (III.3) 300
Tahun 20x4
Cadangan Beban Purna Jual
Saldo awal 380
Pembayaran klaim (II. 290
Saldo akhir 90
Tahun 20x5
Cadangan Beban Purna Jual
Saldo awal 90
Pembayaran klaim (II. 90
Saldo akhir 0
Penjelasan :
Pada tahun 20x3 PT MAJU MUNDUR mencadangkan kerugian karena kalah perkara di
pengadilan sebesar Rp 100, pencadangan ini tidak diakui secara perpajakan sehingga
menimbulkan perbedaan sementara sebesar Rp 100 dan bila dikalikan dengan tariff pajak sebesar
30% akan diperoleh jumlah Rp 30 sebagai Aktiva Pajak Tangguhan, karena kewajiban yang diakui
secara akuntansi > kewajiban yang diakui secara pajak. Berdasarkan keputusan pengadilan
perusahaan telah membayar ganti rugi sebesar Rp 90, secara akuntansi perusahaan akan
mengeliminasi cadangan sebesar 100 juta dengan mengkredit Bank/Kas sebesar Rp 90 dan
pendapatan lain-lain sebesar Rp 10, sehingga pada akhir tahun 20x4 tidak terdapat lagi perbedaan
sementara dari pencadangan kerugian sengketa hukum
Pencadangan kerugian
sengketa hukum (k) 100 100
dikurangi :
Realisasi (d) 90
jurnal balik (d) 10
Pencadangan Kerugian
sengketa hukum 0 0
Perbedaan
sementara 0 100
Aktiva Pajak
tangguhan (ke neraca) 0 30
Biaya Pencadangan
Kerugian sengketa hukum (10) 100
Perbedaan
sementara (100) 100
Aktiva Pajak
tangguhan (30) 30
Cat : untuk T account Kewajiban Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan, Aktiva Pajak
Tangguhan penghasilan Pajak Tangguhan lihat daftar IIa, b (karena digabungkan untuk kasus I-9)
Untuk T account Bank lihat daftar III (digabung kasus I-9)
Tahun 20x3
Cadangan Kerugian Sengketa Hukum
Pencadangan (IV.1) 100
Tahun 20x4
Cadangan Kerugian Sengketa Hukum
Saldo awal 100
Pembayaran ganti rugi (IV.3) 90
Pendapatan lain-lain (IV.3) 10
Saldo akhir 0
Pendapatan lain-lain
Saldo 30
Kelebihan pencadangan kerugian
Sengketa hukum (IV.3) 10
Saldo akhir 40
Kewajiban Pajak
tangguhan
(ke neraca) - (60) (120) (180)
Beban Amortisasi
Perbedaan
sementara 200 200 200 (600)
Kewajiban Pajak
tangguhan 60 60 60 (180)
Penjelasan :
Tahun 20x2
Timbul Kewajiban Pajak Tangguhan sebesar Rp 180, karena beban amortisasi litbang sebesar Rp
200 yang dicatat secara akuntansi tidak diakui oleh perpajakan sehingga terjadi perbedaan
sementara Rp 600 dan bila dikalikan dengan tariff pajak akan diperoleh jumlah Rp 180
Tahun 20x3
Terjadi pengurangan Kewajiban Pajak Tangguhan sehubungan dengan beban amortisasi litbang
tahun 2001 sebesar Rp 200, sedangkan beban amortisasi tidak diakui oleh perpajakan sehingga
terjadi perbedaan sebesar Rp 200 yang bila dikalikan dengan tariff pajak akan diperoleh jumlah
Rp 60. Karena sebelumnya kewajiban pajak tangguhan sudah memiliki saldo awal sebesar Rp 180,
maka pada akhir tahun 2001, saldo kewajiban pajak tangguhan menjadi Rp 120
Tahun 20x4
Terjadi pengurangan Kewajiban Pajak Tangguhan sehubungan dengan beban amortisasi litbang
tahun 20x4 sebesar Rp 200, sedangkan beban amortisasi tidak diakui oleh perpajakan sehingga
terjadi perbedaan sebesar Rp 200 yang bila dikalikan dengan tariff pajak akan diperoleh jumlah
Rp 60. Karena sebelumnya kewajiban pajak tangguhan sudah memiliki saldo awal sebesar Rp 120,
maka pada akhir tahun 2002, saldo kewajiban pajak tangguhan menjadi Rp 60
Tahun 20x5
Terjadi pengurangan Kewajiban Pajak Tangguhan sehubungan dengan beban amortisasi litbang
tahun 20x5 sebesar Rp 200, sedangkan beban amortisasi tidak diakui oleh perpajakan sehingga
terjadi perbedaan sebesar Rp 200 yang bila dikalikan dengan tariff pajak akan diperoleh jumlah
Rp 60. Karena sebelumnya kewajiban pajak tangguhan sudah memiliki saldo awal sebesar Rp 60,
maka pada akhir tahun 20x5, saldo kewajiban pajak tangguhan menjadi Rp 0
Tahun 20x2
Beban Amortisasi Litbang
Tahun 20x3
Beban Amortisasi Litbang
Tahun 20x4
Beban Amortisasi Litbang
Tahun 20x5
Beban Amortisasi Litbang
Data lainnya :
Saldo laba ditahan akhir tahun 20x1 adalah sebesar Rp 2232 dan sampai dengan tahun 2007 PT
MAJU MUNDUR tidak mempunyai kerugian fiscal
Laba Komersial sebelum PPh adalah 132
Perhitungan :
Ref 2011 2010 2009 2008
Aktiva Pajak
Tangguhan 0 30 270 420
Kompensasi
Kerugian Fiskal 100 800 500
Cat : untuk T account Kewajiban Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan, Aktiva Pajak
Tangguhan penghasilan Pajak Tangguhan lihat daftar IIa, b (karena digabungkan untuk kasus I-9)
Untuk T account Bank lihat daftar III (digabung kasus I-9)
PT MAJU MUNDUR
PERHITUNGAN LABA (RUGI) KENA PAJAK MENURUT FISKAL
(31 Desember 2008 – 2011)
Tahun
2011 2010 2009 2008
Laba (Rugi) Sebelum Pajak (dari lap. Rugi Laba) 1808 1006 67 (1800)
Koreksi Fiskal
Perbedaan Sementara : From page :
Jumlah koreksi positif (negatif) (ke lampiran 3) (778) (376) 243 250
Perbedaan Tetap
Biaya Sumbangan 60 45 40 50
Premi Asuransi
Kecelakaan 55 50 50 30
Tunjangan PPh 21
(karyawan) 35 25 20 20
Beban Pengobatan 35 20 30 40
Pinjaman (tidak ada
daftar nominasi) 40 30 50 10
Laba (Rugi) Menurut Fiskal (ke kasus 2) 1250 800 500 (1.400)
Catatan :
Bila Perusahaan (wajib pajak) mengkompensasikan kerugian fiscal, maka harus dibuatkan
“Ringkasan Saldo Kerugian Fiskal” sebagai lampiran SPT 1771 (badan)
Kompensasi kerugian :
Fiskal 2008 2009 2010 2011
(Rugi) (1.400)
Laba 500
1) Dikompensasi 500
(Sisa rugi) (900)
Laba 800
2) Dikompensasi 800
(Sisa rugi) (100)
Laba 1.250
3) Dikompensasi 100
(Sisa rugi) 0
Asumsi : Tarif PPh Badan Tahun 2009 = 30% (bisa jadi 28)
Misalnya :
Saldo Aktiva Pajak Tangguhan per 31-12-2011 Rp 1.500 juta (Rp 5000 x 30%)
Saldo Kewajiban Pajak Tangguhan per 31-12-2011 Rp 1.200 juta (Rp 4000 x 30%)
Catatan : * Saldo akun Aktiva Pajak Tangguhan dan Kewajiban Pajak Tangguhan per akhir tahun
2011 tersebut di atas adalah angka exercise (tidak ada hubungannya dengan kasus I-9 yang telah
dibahas di depan)