Anda di halaman 1dari 43

WORKSHOP PSAK

PSAK 46
(AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN TANGGUHAN)
Tahun diupdated kembali

Mentor :

Drs. Kanto Santoso, MM, Ak


KAP Kanto Santoso, Tony & Co
Member of AGN International

Wakahid Kerjasama Lembaga Pemerintah & Swasta - LAI


PSAK 46
AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN TANGGUHAN

Subjek Konsep Pokok Pajak Tangguhan


Perbedaan Sementara :
Perbedaan basis nilai akuntansi vs pajak karena metode
akuntansi
Misal :
- Metode Penyusutan Aktiva Tetap
Garis lurus vs DDB. Selain Penyusutan apa lagi?
- Accrual vs realisasi
Biaya purna jual, cadangan kerugian piutang
- Kapitalisasi vs pembebanan ke biaya
Pengeluaran penelitian dan pengembangan
Cirinya :
Suatu saat dalam jangka panjang, perbedaan nilai basis
akuntansi dengan pajak akan reverse
Perbedaan Tetap : (lihat kembali UU No. 36 Tahun 2008),
dan PMK/KMK, Per DJP
Timbul karena UU / peraturan perpajakan,
Misal :
- Beban tidak diakui pajak (non-deductible)
 Donasi, kenikmatan natura, dan lain-lain
- Penghasilan bukan objek PPh
 Dividen yang diterima dari PT dalam negeri
Cirinya :
Dalam jangka panjang, perbedaan nilai basis akuntansi
dengan pajak tidak pernah ketemu (semakin melebar)
Ringkasan penting dalam penerapan
PSAK 46 – Akuntansi Pajak Tangguhan

Subjek Konsep Pokok Pajak Tangguhan

Metode Metode kewajiban dengan pendekatan Neraca, Perusahaan


mengakui Aktiva Pajak Tangguhan atau Kewajiban Pajak
(Butir 02) Tangguhan berdasarkan “konsekuensi pajak penghasilan yang
akan datang” yang timbul sebagai akibat adanya perbedaan
basis nilai aktiva atau kewajiban dan jumlah yang dilaporkan
dalam laporan keuangan

Perbedaan Akuntasi Timbulnya - Aktiva Pajak Tangguhan, atau


dengan Pajak - Kewajiban Pajak Tangguhan
Karena perbedaan-sementara basis nilai (nilai buku, nilai yang
tercatat) antara versi akuntansi dengan versi pajak. (Butir 09-
12, 14-17, 65-66)
 Aktiva Pajak Tangguhan =
a. Perbedaan-sementara basis nilai aktiva (berupa hak
memperoleh manfaat) yang perlakuan fiskalnya diakui
perpajakan sebagai pengurang dalam menghitung laba
kena pajak periode mendatang (misalnya biaya garansi
purna jual)
b. Kerugian fiscal yang belum dikompensasikan
(Butir 14, 26-27,  Kewajiban Pajak Tangguhan =
50-54, 67) Perbedaan-sementara basis nilai kewajiban yang
perlakuan fiskalnya dapat dikenakan pajak (sebagai objek
PPh) dalam menghitung laba kena pajak periode
mendatang (misalnya kerugian selisih kurs valuta asing
yang secara akuntansi dikapitalisir ke akun persediaan
dan atau aktiva tetap) ke akun Persediaan dan atau Aktiva
tetap
Subjek Konsep Pokok Pajak Tangguhan

Pengukuran Konsekuensi pajak yang timbul karena : (butir 14, 21)


a. Perbedaan-sementara antara basis nilai aktiva (kewajiban)
versi akuntansi dengan versi pajak, dan
b. Kerugian fiscal yang belum dikompensasikan,
dikalikan tariff PPh yang berlaku pada tahun berjalan
(misalnya 30%) yang sedang ditelaah

Beban Pajak Beban pajak terdiri dari :


Butir 07, 1. Pajak Kini (current tax)
Butir 26, 27, 28 Beban pajak menurut perhitungan SPT
2. Pajak Tangguhan
Beban (Penghasilan) Pajak Tangguhan
3. Kerugian Fiskal Yang Belum Dikompensasikan, setiap
akhir tahun harus diuji (direview), apakah dapat direalisir
sepenuhnya ?

Perubahan Tarif PPh Baik Aktiva Pajak Tangguhan maupun Kewajiban Pajak
(Butir 29-35, 69-70) Tangguhan pada tahun berjalan yang sedang ditelaah harus
disesuaikan agar mencerminkan tariff pajak yang baru
(pendekatan prospektif)

Peristiwa ekonomi Dipertimbangkan dalam menilai perlu tidaknya membentuk


yang akan datang akun cadangan terhadap Aktiva Pajak Tangguhan (Butir 28)

Manfaat kerugian fiscal


(Tax loss) Diakui manfaat kerugian fiscal apabila “kemungkinan besar
Telaah Tahunan dibandingkan tidak” (more likely than not) kerugian tersebut
(Butir 26-28) dapat dikompensasikan (direalisir) pada tahun berjalan yang
sedang ditelaah
Subjek Konsep Pokok Pajak Tangguhan

Telaah Tahunan Sebagai pedoman umum, probabilitas “kemungkinan besar


(Butir 26-28) dibandingkan tidak” adalah lebih besar dari 50%

Strategi perencanaan Manajemen harus mempertimbangkan perencanaan


perpajakan yang perlu perpajakan apabila hasil penilaianya memberikan indikasi
dipertimbangkan bahwa “kemungkinan besar dibandingkan tidak”, seluruh atau
sebagian Aktiva Pajak Tangguhan tidak dapat direalisir
(dikompensasikan) pada tahun berjalan yang sedang ditelaah

Penyajian dalam 1. Penyajian akun Aktiva Pajak Tangguhan (APT) dengan


neraca akun Kewajiban Pajak Tangguhan (KPT) dioffset/saling
(Butir 45-47, 76) hapus (Reference = IAS 12)
Ket : Sepanjang APT dan KPT tersebut dalam kewenangan
(Butir 48) kantor pajak (KPP) yang sama
2. a. APT disajikan terpisah dengan Tagihan restitusi PPh
b. KPT disajikan terpisah dengan Hutang PPh pasal 29
3. Beban (Penghasilan) Pajak dari kegiatan usaha normal
disajikan terpisah (dengan beban/penghasilan pajak karena
kejadian luar biasa)
4. Beban pajak dengan tariff khusus (butir 52)
Perkecualian Karena transaksi tersebut di bawah ini langsung dibebankan
Pengkreditan/ ke ekuitas :
Pendebitan Langsung a. Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap
ke Ekuitas b. Penyesuaian saldo laba awal tahun bukan karena perubahan
(Butir 40-42, 74) kebijakan akuntansi yang diterapkan dan koreksi kesalahan
mendasar yang diterapkan secara restropektif, sepanjang
mempunyai pengaruh dalam perhitungan Pajak Kini
maupun Pajak Tangguhan, maka
Subjek Konsep Pokok Pajak Tangguhan

(Butir 40-42, 74) Dampak tersebut harus dibebankan/dikreditkan langsung


ke Ekuitas

Surat Ketetapan Pajak Surat Ketetapan Pajak yang diterbitkan oleh Direktorat
(SKP) Jenderal Pajak (Kantor Pelayanan Pajak) bila mengakibatkan
 Selisih (Kurang Bayar / Lebih Bayar) dibandingkan dengan
(Butir 55, 83) jumlah pajak dalam SPT, dan
 hanya bila wajib pajak tidak mengajukan keberatan atau
melakukan banding, maka selisih tersebut dibukukan
sebagai beban atau pendapatan lain-lain dalam tahun
berjalan (current year)
Tetapi bila selisih (Kurang Bayar / Lebih Bayar) timbul dari
kesalahan mendasar dalam penerapan ketentuan perpajakan,
maka secara akuntansi diperlakukan menurut PSAK 25
Pengungkapan 1. Unsur-unsur utama beban/penghasilan pajak
 beban/penghasilan pajak kini dan penyesuaiannya
 beban/penghasilan pajak tangguhan yang berasal dari
(Butir 56-63, 84-85) perbedaan temporer dan realisasinya serta perubahan
tariff/aturan pajak
 Jumlah manfaat dari rugi pajak atau perbedaan
temporer periode sebelumnya sebagai pengurang beban
pajak kini dan tangguhan
 beban pajak tangguhan dari penurunan (write down)
dan penyesuaian kembali (reversal) periode
sebelumnya dari aktiva pajak tangguhan
2. Jumlah pajak kini dan tangguhan
3. Beban/penghasilan pajak dari pos luar biasa disajikan
secara total
Subjek Konsep Pokok Pajak Tangguhan
4. Hubungan beban/penghasilan pajak dan laba akuntansi :
 rekonsiliasi beban/penghasilan pajak dengan hasil kali
laba akuntansi dan tariff pajak
 Rekonsiliasi tariff pajak efektif rata-rata (average
effective tax rate = beban/penghasilan pajak dibagi laba
akuntansi) dan tariff pajak
5. Tarif pajak yang berlaku dan perubahannya dengan periode
sebelumnya
6. Jumlah (dan batas waktu penggunaan, jika ada) perbedaan
temporer yang boleh dikurangkan dan sisa rugi
kompensasi yang boleh/tidak diakui sebagai aktiva pajak
tangguhan pada neraca serta beban/penghasilan pajak
tangguhan pada laporan laba rugi yang tidak terlihat pada
perubahan aktiva/kewajiban pajak tangguhan di neraca
7. Beban pajak yang berasal dari :
1. laba/rugi penghentian operasi
2. laba/rugi aktivitas normal operasi yang dihentikan
Perusahaan harus mengungkapkan jumlah aktiva pajak
tangguhan, apabila :
 laba fiscal periode mendatang lebih besar dari realisasi
perbedaan temporer kena pajak
 merugi pada periode sekarang atau sebelumnya
Penerapan masa transisi  Penerapan PSAK baru dilakukan secara restropektif,
PSAK 25 Butir 62-65 kecuali dinyatakan lain
 PSAK 46 tidak secara khusus mengatur lain, jadi
penerapannya harus restropektif, sehingga perlu
restatement atas laporan keuangan komparatif 2 atau 3
tahun ke belakang

Yang dikecualikan dalam menerapkan Pajak Tangguhan

A. PSAK 46, butir 14


Perbedaan-sementara yang timbul dari :
1. Goodwill yang tidak dapat diakui sebagai pengurang biaya dalam menghitung laba kena
pajak
2. Pengakuan awal aktiva atau kewajiban yang :
a. timbul bukan dari penggabungan usaha (contoh = aktiva : selisih nilai perolehan
investasi saham di atas nilai buku)
b. tidak mempengaruhi laba akuntansi dan laba fiscal

B. PSAK 46, butir 21


Perbedaan-sementara yang timbul dari :
1. Goodwill negatif (goodwill di sebelah kredit neraca)
2. Pengakuan awal aktiva atau kewajiban yang :
a. timbul bukan dari penggabungan usaha
b. tidak mempengaruhi laba akuntansi dan fiscal

C. Perbedaan Tetap
Perlakuan perbedaan biaya atau penghasilan antara versi akuntansi dengan versi pajak.
Sumber perbedaan perlakuan tersebut adalah semata-mata karena undang-undang dan
peraturan perpajakan

1. Beban yang tidak diakui perpajakan sebagai pengurang dalam menghitung laba kena pajak,
misalnya : kenikmatan natura/sewa rumah, mobil dibawa pulang oleh karyawan, donasi,
premi asuransi jiwa, kecelakaan, dan lain-lain)
2. Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak
- Dividen yang diterima dari penyertaan perseroan di dalam negeri
D. Beban Pajak atas penghasilan dengan Tarif Khusus / PPh Final (butir 52)
3. Penghasilan yang dikenakan tariff khusus (PPh Final)
a. Laba/rugi investasi saham yang terdaftar di Bursa Efek (PPh 0,1% dari nilai jual)
b. Penghasilan bunga deposito dengan tariff PPh Final 20 % final
Total penghasilan bunga versi akuntansi Rp 1 milyar
Total penghasilan bunga versi pajak Rp 800 juta (Rp 200 juta
-------------- karena accrual)
(D) (K) Rp 200 juta
Pajak Kini – Hutang PPh Final = 15% x Rp 200 juta = Rp 30 juta
c. Penghasilan di bidang usaha tertentu, misalnya real estate, kontraktor bangunan, kena
PPh Final 2% dari penjualan (turn over)

 Catatan : Aktiva Pajak Tangguhan dan Kewajiban Pajak Tangguhan hanya berkaitan dengan
objek PPh dengan tariff umum (pasal 17 ayat 1 Undang-undang No. 36 tahun 2008 tentang
perubahan keempat atas Undang-undang Pajak Penghasilan No. 7 tahun 1983)
 “Lex Generalis Principle”
KASUS 1 : PENCADANGAN PIUTANG TAK TERTAGIH

PT MAJU MUNDUR menetapkan besarnya pencadangan piutang tak tertagih sebesar 3% dari
saldo akhir “Piutang Usaha”

Tahun Kerugian Piutang Yang Akhir Tahun Piutang Usaha (juta Rp)
Tidak Tertagih (juta Rp)
20x1 4.800
20x2 30 20x2 5.000
20x3 80 20x3 5.600
20x4 70 20x4 8.000
20x5 40 20x5 7.000

data tambahan :
Saldo penyisihan piutang tak tertagih awal tahun 20x2 adalah sebesar 20 dan saldo aktiva pajak
tangguhan akhir tahun 20x1 sebesar 15

Piutang Usaha
Analisis Akun Neraca
Tahun (juta)
20x5 20x4 20x3 20x2

Nilai Basis Akuntansi

Piutang Usaha 7.000 8.000 5.600 5.000

Cadangan Penyisihan
Piutang Tak Tertagih (3%) 210 240 168 150

Saldo Piutang Usaha


(ke Neraca) 6.790 7.760 5.432 4.850

Nilai Basis Pajak

Piutang Usaha 7.000 8.000 5.600 5.000

Cadangan Penyisihan
Saldo Piutang Usaha 0 0 0 0

Perbedaan sementara 210 240 168 150

Tarif Pajak (30%) 30% 30% 30% 30%

Aktiva Pajak Tangguhan


(ke Neraca) 63 72 50 45
Kerugian Piutang Tak Tertagih

Analisis Akun Laba Rugi (untuk rekonsiliasi)


Tahun (juta)
20x5 20x4 20x3 20x2

Nilai Basis Akuntansi

Biaya Kerugian Piutang Tak


Tertagih 10 142 98 130

Nilai Basis Pajak

Biaya Kerugian Piutang Tak


Tertagih 40 70 80 30

Perbedaan Sementara (30) 72 18 100

Tarif Pajak (30%) 30% 30% 30% 30%

Aktiva Pajak Tangguhan (9) 22 5 30

Penjelasan :
Secara akuntansi, biaya pencadangan diakui sebesar 3% dari saldo akhir piutangnya, sedangkan
perpajakan hanya mengakui biaya kerugian pada saat piutangnya tersebut benar-benar tidak dapat
ditagih, akibatnya menimbulkan perbedaan sementara. Penjelasannya adalah sebagai berikut :

Tahun 20x2
Piutang Usaha secara akuntansi sebesar Rp 4850, sedangkan menurut perpajakan adalah sebesar
Rp 5000. Hal ini menyebabkan timbulnya perbedaan sementara sebesar Rp 150, bila dikalikan
dengan tariff pajak 30% akan diperoleh sebesar Rp 45, dan dicatat sebagai Aktiva Pajak
Tangguhan karena aktiva yang diakui perpajakan > aktiva yang diakui oleh Akuntansi

Tahun 20x3
Piutang Usaha secara akuntansi sebesar Rp 5432, sedangkan menurut perpajakan adalah sebesar
Rp 5600. Hal ini menyebabkan timbulnya perbedaan sementara sebesar Rp 168, bila dikalikan
dengan tariff pajak 30% akan diperoleh sebesar Rp 50, dan dicatat sebagai Aktiva Pajak
Tangguhan karena aktiva yang diakui perpajakan > aktiva yang diakui oleh Akuntansi

Tahun 20x4
Piutang Usaha secara akuntansi sebesar Rp 7760, sedangkan menurut perpajakan adalah sebesar
Rp 8000. Hal ini menyebabkan timbulnya perbedaan sementara sebesar Rp 240, bila dikalikan
dengan tariff pajak 30% akan diperoleh sebesar Rp 72, dan dicatat sebagai Aktiva Pajak
Tangguhan karena aktiva yang diakui perpajakan > aktiva yang diakui oleh Akuntansi

Tahun 20x5
Piutang Usaha secara akuntansi sebesar Rp 6790, sedangkan menurut perpajakan adalah sebesar
Rp 7000. Hal ini menyebabkan timbulnya perbedaan sementara sebesar Rp 210, bila dikalikan
dengan tariff pajak 30% akan diperoleh sebesar Rp 63, dan dicatat sebagai Aktiva Pajak
Tangguhan karena aktiva yang diakui perpajakan > aktiva yang diakui oleh Akuntansi

Jurnal Sehubungan Dengan Piutang Usaha, Penyisihan Piutang Tak Tertagih


Dan Biaya Penyisihan Piutang Tak Tertagih (kasus 1)
(juta Rp)

Tahun No. Keterangan Debit Kredit


Jurnal

20x2 I.1 Penyisihan Piutang Tak Tertagih 30


Piutang Usaha 30
Jurnal untuk mencatat kerugian akibat
piutang usaha yang benar-benar sudah
tidak dapat ditagih

I.2 Biaya Penyisihan Piutang Tak Tertagih 130


Penyisihan Piutang Tak Tertagih 130
Jurnal untuk pencadangan piutang
yang kemungkinan tidak dapat ditagih
oleh perusahaan

I.3 Aktiva Pajak Tangguhan 30


Penghasilan Pajak Tangguhan 30
Jurnal untuk mencatat Aktiva Pajak
Tangguhan sehubungan dengan
penyisihan piutang tak tertagih

20x3 I.4 Penyisihan Piutang Tak Tertagih 80


Piutang Usaha 80
Jurnal untuk mencatat kerugian akibat
piutang usaha yang benar-benar sudah
tidak dapat ditagih

I.5 Biaya Penyisihan Piutang Tak Tertagih 98


Penyisihan Piutang Tak Tertagih 98
Jurnal untuk pencadangan piutang
yang kemungkinan tidak dapat ditagih
oleh perusahaan
I.6 5?
Aktiva Pajak Tangguhan 5?
Penghasilan Pajak Tangguhan
Jurnal untuk mencatat Aktiva Pajak
Tangguhan sehubungan dengan
penyisihan piutang tak tertagih

20x4 I.7 Penyisihan Piutang Tak Tertagih 70


Piutang Usaha 70
Jurnal untuk mencatat kerugian akibat
piutang usaha yang benar-benar sudah
tidak dapat ditagih

I.8 Biaya Penyisihan Piutang Tak Tertagih 142


Penyisihan Piutang Tak Tertagih 142
Jurnal untuk pencadangan piutang
yang kemungkinan tidak dapat ditagih
oleh perusahaan

I.9 Aktiva Pajak Tangguhan 22


Penghasilan Pajak Tangguhan 22
Jurnal untuk mencatat Aktiva Pajak
Tangguhan sehubungan dengan
penyisihan piutang tak tertagih

20x5 I.10 Penyisihan Piutang Tak Tertagih 40


Piutang Usaha 40
Jurnal untuk mencatat kerugian akibat
piutang usaha yang benar-benar sudah
tidak dapat ditagih

I.11 Biaya Penyisihan Piutang Tak Tertagih 10


Penyisihan Piutang Tak Tertagih 10
Jurnal untuk pencadangan piutang
yang kemungkinan tidak dapat ditagih
oleh perusahaan

I.12 Beban Pajak Tangguhan 9


Aktiva Pajak Tangguhan 9
Jurnal untuk mencatat penurunan
Aktiva Pajak Tangguhan sehubungan
dengan penyisihan piutang tak tertagih

Cat : untuk T account Kewajiban Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan, Aktiva Pajak
Tangguhan penghasilan Pajak Tangguhan lihat daftar IIa, b (karena digabungkan untuk kasus I-9)
Untuk T account Bank lihat daftar II (digabung kasus I-9)

Penyajian Piutang Usaha, Penyisihan Piutang Tak Tertagih,


Dan Biaya Penyisihan Piutang Tak Tertagih Dalam Bentuk Akun T
(juta Rp)

Tahun 20x2
Piutang Usaha
Saldo Awal 4800 Realisasi (I.I) 30
Debet 230

Saldo akhir 5000

Penyisihan Piutang Tak Tertagih


Saldo awal 20
Realisasi (I.I) 30 Pencadangan (I.2) 130

Saldo Akhir 150

Biaya Penyisihan Piutang Tak Tertagih


Pencadangan (I.2) 130

Saldo akhir 130

Tahun 20x3
Piutang Usaha
Saldo Awal 5000 Realisasi (I.I) 80
Debet 680

Saldo akhir 5600

Penyisihan Piutang Tak Tertagih


Saldo awal 150
Realisasi (I.4) 80 Pencadangan (I.5) 98

Saldo Akhir 168

Biaya Penyisihan Piutang Tak Tertagih


Pencadangan (I.5) 98

Saldo akhir 98

Tahun 20x4
Piutang Usaha
Saldo Awal 5600 Realisasi (I.7) 70
Debet 2470

Saldo akhir 8000

Penyisihan Piutang Tak Tertagih


Saldo awal 168
Realisasi (I.7) 70 Pencadangan (I.8) 142

Saldo Akhir 240

Biaya Penyisihan Piutang Tak Tertagih


Pencadangan (I.8) 142

Saldo akhir 142

Tahun 20x5
Piutang Usaha
Saldo Awal 8000 Realisasi (I.10) 40
Kredit 6960

Saldo akhir 7000

Penyisihan Piutang Tak Tertagih


Saldo awal 240
Realisasi (I.10) 40 Pencadangan (I.11) 10

Saldo Akhir 210

Biaya Penyisihan Piutang Tak Tertagih


Pencadangan (I.11) 10

Saldo akhir 10
KASUS 2 : AKTIVA TETAP DAN PENYUSUTAN AKTIVA TETAP

Asumsi : Aktiva Tetap dalam kasus ini dibiayai dengan dana pinjaman dalam mata uang rupiah.
Manajemen dari PT MAJU MUNDUR telah menetapkan untuk menggunakan metode garis lurus
untuk menyusutkan Aktiva Tetap perusahaan dengan masa manfaat 5 tahun.
Perusahaan membeli Aktiva Tetap baru pada tahun 20x3 dan 20x2 masing-masing sebesar Rp 100
dan Rp 50.
Penyusutan untuk pelaporan perpajakan menggunakan metode garis lurus, dengan masa manfaat
4 tahun.

Aktiva Tetap

Analisis Akun Neraca


Tahun (juta)
20x5 20x4 20x3 20x2 Ref

Nilai Basis Akuntansi


Nilai Perolehan 1.150 1.150 1.100 1.000 a
Akumulasi
Penyusutan 880 650 420 200 b
Nilai Buku menurut Versi Akuntansi
(ke neraca) 270 500 680 800 = (a-b)

Nilai Basis Pajak


Nilai Perolehan 1.150 1.150 1.100 1.000 d
Akumulasi
Penyusutan 1.100 813 525 250 e

Nilai Buku menurut


Versi Pajak 50 337 575 750 f = (d-e)
Perbedaan
Sementara 220 163 105 50 g = (c-f)

Tarif Pajak
Penghasilan 30% 30% 30% 30% h

Kewajiban Pajak Tangguhan


(ke neraca) 66 49 32 15 I = (g*h)
Beban Penyusutan Aktiva Tetap

Analisis Akun Laba Rugi (untuk rekonsiliasi)


Tahun (juta)
20x5 20x4 20x3 20x2

Nilai Basis Akuntansi


Beban Penyusutan 230 230 220 200

Beban Penyusutan
Menurut Akuntansi 230 230 220 200

Nilai Basis Pajak


Beban Penyusutan 288 288 275 250

Beban Penyusutan
Menurut Pajak 288 288 275 250

Perbedaan Sementara (58) (58) (55) (50)


Tarif Pajak
Penghasilan 30% 30% 30% 30%

Kewajiban Pajak
Tangguhan (17) (17) (17) (15)

Penjelasan :
Perbedaan perhitungan penyusutan aktiva tetap yang digunakan oleh perusahaan dengan
perpajakan akan menimbulkan Kewajiban Pajak Tangguhan Karena nilai sisa basis aktiva menurut
perpajakan < nilai basis aktiva menurut akuntansi.
RINGKASAN DAFTAR AKTIVA TETAP, AKUMULASI PENYUSUTAN
DAN NILAI BUKU AKTIVA TETAP
(dalam jutaan rupiah)

Daftar 1A 31 Des 20x2


Biaya Perolehan
Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo akhir
a b c d = (a+b)-c
Aktiva Tetap (versi akuntansi) Versi akuntansi 1.000 1.000
Aktiva Tetap (versi pajak) 1.000 1.000

Daftar 1B
Akumulasi Penyusutan
Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo akhir Nilai Buku
e f g h = (e+f)-g I = (d-h)
Aktiva Tetap (versi akuntansi) 0 200 200 800
Aktiva Tetap (versi pajak) 250 250 750

Daftar 2A 31 Des 20x3


Biaya Perolehan
Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo akhir
a b c d = (a+b)-c
Aktiva Tetap (versi akuntansi) 1.000 100 1.100
Aktiva Tetap (versi pajak) 1.000 100 1.100

Daftar 2B
Akumulasi Penyusutan
Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir Nilai Buku
e f g h = (e+f)-g I =(d-h)
Aktiva Tetap (versi akuntansi) 200 220 420 680
Aktiva Tetap (versi pajak) 250 275 525 575

Daftar 3A 31 Des 20x4


Biaya Perolehan
Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir
a b c d = (a+b)-c
Aktiva Tetap (versi akuntansi) 1.100 50 1.150
Aktiva Tetap (versi pajak) 1.100 50 1.150
Daftar 3B
Akumulasi Penyusutan
Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir Nilai Buku
e f g h = (e+f)-g I =(d-h)
Aktiva Tetap (versi akuntansi) 420 230 650 500
Aktiva Tetap (versi pajak) 525 288 813 337

Daftar 4A 31 Des 20x5


Biaya Perolehan
Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir
a b c d = (a+b)-c
Aktiva Tetap (versi akuntansi) 1.150 1.150
Aktiva Tetap (versi pajak) 1.150 1.150

Daftar 4B
Akumulasi Penyusutan
Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir Nilai Buku
e f g h = (e+f)-g I =(d-h)
Aktiva Tetap (versi akuntansi) 650 230 880 270
Aktiva Tetap (versi pajak) 813 288 1.100 50

Catatan : Rincian perhitungan lihat pada Perhitungan Penyusutan Aktiva Tetap


PT MAJU MUNDUR
PERHITUNGAN PENYUSUTAN AKTIVA TETAP (20x2 - 20x5)
Versi Akuntansi VS Versi Pajak
(dalam jutaan rupiah)

Penyusutan Versi Akuntansi


Nilai Tarif Beban
Perolehan Penyusutan Penyusutan
Tahun 20x2
1000 20% 200
Beban Penyusutan tahun 20x2 200 daftar 1B kolom f

Tahun 20x3
1000 20% 200
Penambahan aktiva tetap 100 20% 20 +
Beban Penyusutan tahun 20x3 220 daftar 2B kolom f

Tahun 20x4
1100 20% 220
Penambahan aktiva tetap 50 20% 10 +
Beban penyusutan tahun 20x4 230 daftar 3B kolom f

Tahun 20x5
1150 20% 230
0
Beban penyusutan tahun 20x5 230 daftar 4B kolom f
Penyusutan Versi Pajak
Nilai Tarif Beban
Perolehan Penyusutan Penyusutan
Tahun 20x2
1000 25% 250
Beban penyusutan tahun 20x2 250 daftar 1B kolom f

Tahun 20x3
1000 25% 250
Penambahan aktiva tetap 100 25% 25 +
Beban penyusutan tahun 20x3 275 daftar 2B kolom f

Tahun 20x4
1100 25% 275
Penambahan aktiva tetap 50 25% 13 +
Beban penyusutan tahun 20x4 288 daftar 3B kolom f

Tahun 20x5
1150 25% 288
Beban penyusutan tahun 20x5 288 daftar 4B kolom f
Jurnal Sehubungan Dengan Aktiva Tetap, Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap
Dan Beban Penyusutan Aktiva Tetap
(juta Rp)

Tahun No. Keterangan Debit Kredit


Jurnal

20x2 II.1 Beban Penyusutan Aktiva Tetap 200


Akumulasi penyusutan Aktiva Tetap 200
(jurnal untuk mencatat penyusutan
aktiva tetap)

II.2 Beban Pajak Tangguhan 15


Kewajiban Pajak Tangguhan 15
(jurnal untuk mencatat Kewajiban
Pajak Tangguhan sehubungan dengan
penyusutan aktiva tetap)

20x3 II.3 Aktiva Tetap 100


Bank 100
(jurnal untuk mencatat pembelian
aktiva tetap)

II.4 Beban Penyusutan Aktiva Tetap 220


Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap 220
(jurnal untuk mencatat Penyusutan
Aktiva Tetap)

II.5 Beban Pajak Tangguhan 17


Kewajiban pajak tangguhan 17
(jurnal untuk mencatat kewajiban
pajak tangguhan sehubungan dengan
Penyusutan Aktiva Tetap)

20x4 II.6 Aktiva Tetap 50


Bank 50
(jurnal untuk mencatat pembelian
aktiva tetap)

II.7 Beban Penyusutan Aktiva Tetap 230


Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap 230
(jurnal untuk mencatat Penyusutan
Aktiva Tetap)
II.8 17
Beban Pajak Tangguhan 17
(jurnal untuk mencatat kewajiban
pajak tangguhan sehubungan dengan
Penyusutan Aktiva Tetap)

20x5 II.9 Beban Penyusutan Aktiva Tetap 230


Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap 230
(jurnal untuk mencatat Penyusutan
Aktiva Tetap)

II.10 Beban Pajak Tangguhan 17


(jurnal untuk mencatat kewajiban 17
pajak tangguhan sehubungan dengan
Penyusutan Aktiva Tetap)

Cat : untuk T account Kewajiban Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan, Aktiva Pajak
Tangguhan penghasilan Pajak Tangguhan lihat daftar IIa, b (karena digabungkan untuk kasus I-9)
Untuk T account Bank lihat daftar II (digabung kasus I-9)
Penyajian Aktiva Tetap, Akumulasi Penyusutan Aktiva tetap Dan Beban Penyusutan Aktiva
tetap Dalam Bentuk Akun T (kasus 2)
(juta Rp)

Tahun 20x2
Aktiva Tetap
Saldo Awal 1000

Saldo akhir 1000

Beban Penyusutan Aktiva Tetap


Penyusutan (II.I) 200

Saldo Akhir 200

Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap


Saldo awal 0
Penyusutan (II.1) 200

Saldo Akhir 200

Tahun 20x3
Aktiva Tetap
Saldo Awal 1000
Pembelian (II.3) 100

Saldo akhir 1100

Beban Penyusutan Aktiva Tetap


Penyusutan (II.4) 220

Saldo Akhir 220

Akumulasi Aktiva Tetap


Saldo awal 200
Penyusutan (II.4) 220

Saldo Akhir 420

Tahun 20x4
Aktiva Tetap
Saldo Awal 1100
Pembelian (II.6) 50
Saldo akhir 1150

Beban Penyusutan Aktiva Tetap


Penyusutan (II.7) 230

Saldo Akhir 230

Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap


Saldo awal 420
Penyusutan (II.7) 230

Saldo Akhir 650

Tahun 20x5
Aktiva Tetap
Saldo Awal 1150

Saldo akhir 1150

Beban Penyusutan Aktiva Tetap


Penyusutan (II.9) 230

Saldo Akhir 230

Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap


Saldo awal 650
Penyusutan (II.9) 230

Saldo Akhir 880


KASUS 3 : BEBAN GARANSI PURNA JUAL

PT MAJU MUNDUR telah melakukan penjualan atas suatu produk dan perusahaan memberikan
garansi purna jual kepada customer yang telah membeli produk tersebut, untuk itu perusahaan
telah mencadangkan beban purna jual untuk mengantisipasi terjadi klaim dari customer
Perusahaan telah menetapkan besarnya pencadangan pada tahun 20x1 dan 20x2 masing-masing
sebesar Rp 200 dan Rp 300
Pada tahun 20x3, 20x3 dan tahun 20x5 terjadi claim oleh customer yang besarnya masing-masing
Rp 120, Rp 290 dan Rp 90
Perpajakan tidak mengakui adanya pencadangan beban purna jual, tetapi mengakui terjadinya
biaya apabila ada klaim dari customer yang benar-benar sudah dibayar oleh perusahaan

Cadangan Beban Purna Jual


Analisis Akun Neraca
Tahun (juta)
20x5 20x4 20x3 20x2

Nilai Basis Akuntansi

Cadangan
Beban purna jual 90 380 500 200

Realisasi (d) 90 290 120 -

Cadangan Beban
Purna Jual versi
akuntansi
(ke neraca) - 90 380 200

Nilai Basis Pajak

Cadangan
Beban purna jual
versi pajak - - - -

Perbedaan
sementara - 90 380 200

Tarif Pajak (30%) 30% 30% 30% 30%

Aktiva Pajak
tangguhan
(ke neraca) 0 27 114 60
Beban Purna Jual
Analisis Laba Rugi
Tahun (juta)
20x5 20x4 20x3 20x2

Nilai Basis Akuntansi

Beban purna jual - - 300 200

Nilai Basis Pajak

Beban purna jual 90 290 120 -

Perbedaan
sementara (90) (290) 180 200

Tarif Pajak (30%) 30% 30% 30% 30%

Aktiva Pajak
tangguhan (27) (87) 54 60

Penjelasan :

Tahun 20x2
Timbul Aktiva Pajak Tangguhan sebesar Rp 60, karena beban purna jual sebesar Rp 200 yang
dicatat secara akuntansi tidak diakui oleh perpajakan sehingga terjadi perbedaan sementara sebesar
Rp 200 dan bila dikalikan dengan tariff pajak akan diperoleh jumlah Rp 60

Tahun 20x3
Terjadi penambahan Aktiva Pajak Tangguhan karena perusahaan kembali mencadangkan beban
purna jual sebesar 300 juta, sedangkan beban purna jual yang diakui oleh perpajakan hanya sebesar
beban purna jual yang terealisasi pada tahun bersangkutan, yaitu sebesar Rp 120 sehingga terjadi
perbedaan sebesar Rp 180 yang bila dikalikan dengan tariff pajak akan diperoleh jumlah Rp 54
Karena sebelumnya aktiva pajak tangguhan sudah memiliki saldo awal sebesar Rp 60, maka pada
akhir tahun 2009 saldo aktiva pajak tangguhan menjadi Rp 114

Tahun 20x4
Pada tahun ini terjadi realisasi beban purna jual sebesar Rp 290 yang merupakan realisasi
pencadangan beban purna jual pada tahun 2008 dan 200998, masing-masing sebesar Rp 80, dan
Rp 210. Nilai basis pajak mengakui beban ini sebagai beban periode berjalan tetapi nilai basis
akuntansi telah mengakui beban ini pada periode sebelumnya sehingga terjadi perbedaan
sementara sebesar Rp 290 dan bila dikalikan dengan tariff pajak akan diperoleh jumlah Rp 87,
akan mengurangi saldo aktiva pajak tangguhan sehingga pada akhir tahun 2010 saldo aktiva pajak
tangguhan akan menjadi Rp 27
Tahun 20x5
Pada tahun ini terjadi realisasi beban purna jual sebesar Rp 90 yang merupakan realisasi
pencadangan beban purna jual pada tahun 20x5, sehingga dengan demikian semua pencadangan
telah terealisir perpajakan mengakui beban ini sebagai beban periode berjalan tetapi nilai basis
akuntansi telah mengakui beban ini pada periode sebelumnya sehingga kewajiban pajak tangguhan
saldonya akan menjadi nol karena kewajiban menurut pajak = kewajiban menurut versi akuntansi

Jurnal Sehubungan Dengan Piutang Usaha, Penyisihan Piutang Tak Tertagih


Dan Biaya Penyisihan Piutang Tak Tertagih (kasus 1)
(juta Rp)

Tahun No. Keterangan Debit Kredit


Jurnal

20x2 III.1 Beban Pencadangan Purna Jual 200


Cadangan Pencadangan Purna Jual 200
Jurnal untuk pencadangan garansi
purna jual

III.2 Aktiva Pajak Tangguhan 60


Penghasilan Pajak Tangguhan 60
Jurnal untuk mencatat Aktiva Pajak
Tangguhan sehubungan dengan Beban
Garansi Purna Jual

20x3 III.3 Beban Pencadangan Purna Jual 300


Cadangan Beban Purna Jual 300
Jurnal untuk pencadangan garansi
purna jual

III.4 Cadangan Beban Purna Jual 120


Bank 120
Jurnal untuk mencatat realisasi
pembayaran garansi yang diklaim oleh
customer

III.5 Aktiva Pajak Tangguhan 54


Penghasilan Pajak Tangguhan 54
Jurnal untuk mencatat Aktiva Pajak
Tangguhan sehubungan dengan Beban
Garansi Purna Jual

20x4 III.6 Cadangan Beban Purna Jual 290


Bank 290
Jurnal untuk mencatat realisasi
pembayaran garansi yang diklaim oleh
customer

III.7 Beban Pajak Tangguhan 87


Aktiva Pajak Tangguhan 87
Jurnal untuk mencatat penurunan
Aktiva Pajak Tangguhan sehubungan
dengan Beban Garansi Purna jual

20x5 III.8 Cadangan Beban Purna Jual 90


Bank 90
Jurnal untuk mencatat realisasi
pembayaran garansi yang diklaim oleh
customer

III.9 Beban Pajak Tangguhan 27


Aktiva Pajak Tangguhan 27
Jurnal untuk mencatat penurunan
Aktiva Pajak Tangguhan sehubungan
dengan Beban Garansi Purna jual

Cat : untuk T account Kewajiban Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan, Aktiva Pajak
Tangguhan penghasilan Pajak Tangguhan lihat daftar IIa, b (karena digabungkan untuk kasus I-9)
Untuk T account Bank lihat daftar II (digabung kasus I-9)

Penyajian Cadangan Beban Purna Jual dan Beban Pencadangan Purna Jual
Dalam Bentuk Akun T (kasus 3)
(juta Rp)
Tahun 20x2
Cadangan Beban Purna Jual
Saldo awal 0
Pencadangan (III.1) 200

Saldo akhir 200

Beban Pencadangan Purna Jual

Pencadangan (III.1) 200

Saldo akhir 200

Tahun 20x3
Cadangan Beban Purna Jual
Saldo awal 200
Pembayaran klaim (II. 120 Pencadangan (III.3) 300

Saldo akhir 380

Beban Pencadangan Purna Jual

Pencadangan (III.3) 300

Saldo akhir 300

Tahun 20x4
Cadangan Beban Purna Jual
Saldo awal 380
Pembayaran klaim (II. 290

Saldo akhir 90

Tahun 20x5
Cadangan Beban Purna Jual
Saldo awal 90
Pembayaran klaim (II. 90

Saldo akhir 0

Penjelasan :
Pada tahun 20x3 PT MAJU MUNDUR mencadangkan kerugian karena kalah perkara di
pengadilan sebesar Rp 100, pencadangan ini tidak diakui secara perpajakan sehingga
menimbulkan perbedaan sementara sebesar Rp 100 dan bila dikalikan dengan tariff pajak sebesar
30% akan diperoleh jumlah Rp 30 sebagai Aktiva Pajak Tangguhan, karena kewajiban yang diakui
secara akuntansi > kewajiban yang diakui secara pajak. Berdasarkan keputusan pengadilan
perusahaan telah membayar ganti rugi sebesar Rp 90, secara akuntansi perusahaan akan
mengeliminasi cadangan sebesar 100 juta dengan mengkredit Bank/Kas sebesar Rp 90 dan
pendapatan lain-lain sebesar Rp 10, sehingga pada akhir tahun 20x4 tidak terdapat lagi perbedaan
sementara dari pencadangan kerugian sengketa hukum

KASUS 4 : PENCADANGAN BEBAN (KERUGIAN) SENGKETA HUKUM


Pada tahun 20x3 manajemen PT MAJU MUNDUR mencadangkan kerugian sengketa hukum
pencemaran lingkungan dan menurut konsultan hukum kemungkinan besar perusahaan kalah di
pengadilan dan kerugian yang ditaksir sebesar Rp 100. Pada tahun 20x4, perkara telah diajukan
Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Tinggi memutuskan perusahaan harus membayar ganti rugi
sebesar Rp 90. Perusahaan tidak melakukan banding ke Mahkamah Agung, dan anti rugi diberikan
kepada pihak lawan perkaran sebesar Rp 90 pada tahun yang sama

Pencadangan Kerugian Sengketa Hukum

Analisis Akun Neraca


Tahun (juta)
20x4 20x3

Nilai Basis Akuntansi

Pencadangan kerugian
sengketa hukum (k) 100 100
dikurangi :
Realisasi (d) 90
jurnal balik (d) 10

Nilai Basis Pajak

Pencadangan Kerugian
sengketa hukum 0 0

Perbedaan
sementara 0 100

Tarif Pajak (30%) 30% 30%

Aktiva Pajak
tangguhan (ke neraca) 0 30

Biaya Pencadangan Kerugian Sengketa Hukum


Analisis Akun Laba Rugi (untuk rekonsiliasi)
Tahun (juta)
20x4 20x3

Nilai Basis Akuntansi

Biaya Pencadangan
Kerugian sengketa hukum (10) 100

Nilai Basis Pajak


Biaya Kerugian sengketa
hukum 90 -

Perbedaan
sementara (100) 100

Tarif Pajak (30%) 30% 30%

Aktiva Pajak
tangguhan (30) 30

Jurnal Sehubungan Dengan Pencadangan Beban (Kerugian) Sengketa Hukum


Dan Beban Pencadangan Kerugian Sengketa Hukum (Kasus 4)
(juta Rp)

Tahun No. Keterangan Debit Kredit


Jurnal

20x3 IV.1 Beban Pencadangan kerugian sengeketa hukum 100


Cadangan kerugian sengketa hukum 100
Jurnal untuk pencadangan kerugian sengketa
hukum

IV.2 Aktiva Pajak Tangguhan 30


Penghasilan Pajak Tangguhan 30
Jurnal untuk mencatat Aktiva Pajak Tangguhan
sehubungan pencadangan kerugian sengketa
hukum

20x4 IV.3 Cadangan kerugian sengketa hukum 100


Bank 90
Pendapatan lain-lain 10
Jurnal untuk mencatat pembayaran ganti rugi
karena sengketa hukum

IV.4 Beban Pajak Tangguhan 30


Aktiva Pajak Tangguhan 30
Jurnal untuk mencatat penurunan Aktiva Pajak
Tangguhan sehubungan dengan pencadangan
kerugian sengketa hukum

Cat : untuk T account Kewajiban Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan, Aktiva Pajak
Tangguhan penghasilan Pajak Tangguhan lihat daftar IIa, b (karena digabungkan untuk kasus I-9)
Untuk T account Bank lihat daftar III (digabung kasus I-9)

Penyajian Cadangan Beban (Kerugian) Sengketa Hukum Dan Biaya Pencadangan,


Kerugian Sengketa Hukum Dalam Bentuk Akun T (Kasus 4)
(juta Rp)

Tahun 20x3
Cadangan Kerugian Sengketa Hukum
Pencadangan (IV.1) 100

Saldo akhir 100

Beban Pencadangan Kerugian Sengketa Hukum

Pencadangan (IV.1) 100

Saldo akhir 100

Tahun 20x4
Cadangan Kerugian Sengketa Hukum
Saldo awal 100
Pembayaran ganti rugi (IV.3) 90
Pendapatan lain-lain (IV.3) 10

Saldo akhir 0

Pendapatan lain-lain
Saldo 30
Kelebihan pencadangan kerugian
Sengketa hukum (IV.3) 10

Saldo akhir 40

KASUS 5 : BEBAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK


KOMPUTER
PT MAJU MUNDUR pada tahun 20x5 mengeluarkan biaya penelitian dan pengembangan sebesar
Rp 800.000.000,00. Secara akuntansi dikapitalisir dan disusutkan selama 4 tahun dengan metode
garis lurus mulai tahun 20x5. Berdasarkan Undang-undang Pajak Penghasilan pasal 6 ayat 1 huruf
f dapat diakui sebagai biaya pada tahun pembebanan terjadinya biaya tahun tersebut (tahun 20x5)

Penelitian dan Pengembangan

Analisis Akun Neraca


Tahun (juta)
20x5 20x4 20x3 20x2

Nilai Basis Akuntansi

Nilai perolehan (20x5) 800 800 800 800


Amortisasi per tahun 200 200 200 200

Akumulasi Amortisasi 800 600 400 200

Nilai Buku versi


akuntansi (ke neraca) - 200 400 600

Nilai Basis Pajak

Nilai perolehan (20x5) - - - -


Amortisasi per tahun - - - -
Akumulasi Amortisasi - - - -
Nilai Buku versi
Pajak - - - -
Perbedaan
sementara - 200 400 600
Tariff Pajak (30%) 30% 30% 30% 30%

Kewajiban Pajak
tangguhan
(ke neraca) - (60) (120) (180)

Beban Amortisasi

Analisis Laba Rugi (untuk rekonsiliasi)


Tahun (juta)
20x5 20x4 20x3 20x2

Nilai Basis Akuntansi

Beban Amortisasi 200 200 200 200

Nilai Basis Pajak

Beban Lit/Bang - - - 800

Perbedaan
sementara 200 200 200 (600)

Tarif Pajak (30%) 30% 30% 30% 30%

Kewajiban Pajak
tangguhan 60 60 60 (180)

Penjelasan :
Tahun 20x2
Timbul Kewajiban Pajak Tangguhan sebesar Rp 180, karena beban amortisasi litbang sebesar Rp
200 yang dicatat secara akuntansi tidak diakui oleh perpajakan sehingga terjadi perbedaan
sementara Rp 600 dan bila dikalikan dengan tariff pajak akan diperoleh jumlah Rp 180

Tahun 20x3
Terjadi pengurangan Kewajiban Pajak Tangguhan sehubungan dengan beban amortisasi litbang
tahun 2001 sebesar Rp 200, sedangkan beban amortisasi tidak diakui oleh perpajakan sehingga
terjadi perbedaan sebesar Rp 200 yang bila dikalikan dengan tariff pajak akan diperoleh jumlah
Rp 60. Karena sebelumnya kewajiban pajak tangguhan sudah memiliki saldo awal sebesar Rp 180,
maka pada akhir tahun 2001, saldo kewajiban pajak tangguhan menjadi Rp 120

Tahun 20x4
Terjadi pengurangan Kewajiban Pajak Tangguhan sehubungan dengan beban amortisasi litbang
tahun 20x4 sebesar Rp 200, sedangkan beban amortisasi tidak diakui oleh perpajakan sehingga
terjadi perbedaan sebesar Rp 200 yang bila dikalikan dengan tariff pajak akan diperoleh jumlah
Rp 60. Karena sebelumnya kewajiban pajak tangguhan sudah memiliki saldo awal sebesar Rp 120,
maka pada akhir tahun 2002, saldo kewajiban pajak tangguhan menjadi Rp 60

Tahun 20x5
Terjadi pengurangan Kewajiban Pajak Tangguhan sehubungan dengan beban amortisasi litbang
tahun 20x5 sebesar Rp 200, sedangkan beban amortisasi tidak diakui oleh perpajakan sehingga
terjadi perbedaan sebesar Rp 200 yang bila dikalikan dengan tariff pajak akan diperoleh jumlah
Rp 60. Karena sebelumnya kewajiban pajak tangguhan sudah memiliki saldo awal sebesar Rp 60,
maka pada akhir tahun 20x5, saldo kewajiban pajak tangguhan menjadi Rp 0

Jurnal Sehubungan Dengan Beban Penelitian dan Pengembangan (Kasus 5)


(juta Rp)

Tahun Kasus No. Keterangan Debit Kredit


Jurnal

20x2 11 V.1 Penelitian dan pengembangan 800


Bank 800
Jurnal untuk mencatat kapitalisasi biaya litbang

V.2 Beban amortisasi litbang 200


Akumulasi amortisasi litbang 200
Jurnal untuk mencatat beban amortisasi litbang
2000

V.3 Beban pajak tangguhan 180


Kewajiban pajak tangguhan 180
Jurnal untuk mencatat kewajiban pajak
tangguhan sehubungan dengan beban
amortisasi litbang

20x3 11 V.4 Beban amortisasi litbang 200


Akumulasi amortisasi litbang 200
Jurnal untuk mencatat beban amortisasi litbang
2001

V.5 Kewajiban pajak tangguhan 60


Penghasilan pajak tangguhan 60
Jurnal untuk mencatat penurunan kewajiban
pajak tangguhan sehubungan dengan beban
amortisasi litbang

2014 11 V.6 Beban amortisasi litbang 200


Akumulasi amortisasi litbang 200
Jurnal untuk mencatat beban amortisasi litbang
2002

V.7 Kewajiban pajak tangguhan 60


Penghasilan pajak tangguhan 60
Jurnal untuk mencatat penurunan kewajiban
pajak tangguhan sehubungan dengan beban
amortisasi litbang

20x5 11 V.8 Beban amortisasi litbang 200


Akumulasi amortisasi litbang 200
Jurnal untuk mencatat beban amortisasi litbang
2003

V.9 Kewajiban pajak tangguhan 60


Penghasilan pajak tangguhan 60
Jurnal untuk mencatat penurunan kewajiban
pajak tangguhan sehubungan dengan beban
amortisasi litbang

Penyajian Beban Penelitian dan Pengembangan


Dalam Bentuk Akun T (kasus 5)
(juta Rp)

Tahun 20x2
Beban Amortisasi Litbang

Amortisasi (V.2) 200

Saldo akhir 200

Akumulasi Amortisasi Litbang


Saldo awal 0
Akumulasi (V.2) 200

Saldo akhir 200

Tahun 20x3
Beban Amortisasi Litbang

Amortisasi (V.4) 200

Saldo akhir 200

Akumulasi Amortisasi Litbang


Saldo awal 200
Akumulasi (V.4) 200
Saldo akhir 400

Tahun 20x4
Beban Amortisasi Litbang

Amortisasi (V.6) 200

Saldo akhir 200

Akumulasi Amortisasi Litbang


Saldo awal 400
Akumulasi (V.6) 200

Saldo akhir 600

Tahun 20x5
Beban Amortisasi Litbang

Amortisasi (V.8) 200

Saldo akhir 200

Akumulasi Amortisasi Litbang


Saldo awal 600
Akumulasi (V.8) 200

Saldo akhir 800

TIDAK JADI BAHAN DISKUSI


KASUS 6 : KERUGIAN FISKAL YANG BELUM DIKOMPENSASIKAN
Pada tahun 20x1, PT MAJU MUNDUR mengalami kerugian fiscal sebesar Rp 1.400 kemudian
kerugian fiscal tersebut dikompensasikan pada tahun 20x2 – 20x4 (lihat perhitungan)
Data laba kena pajak 1998 dan 1999 adalah sebagai berikut :

Tahun Laba Kena Pajak


20x3 500
20x4 800
20x5 1250 (diperkirakan)

Data lainnya :
Saldo laba ditahan akhir tahun 20x1 adalah sebesar Rp 2232 dan sampai dengan tahun 2007 PT
MAJU MUNDUR tidak mempunyai kerugian fiscal
Laba Komersial sebelum PPh adalah 132

Perhitungan :
Ref 2011 2010 2009 2008

Laba (Rugi) Fiskal tahun berjalan


Lamp 1 1.250 800 500 (1.400)

Akumulasi Laba Rugi 0 (100) (900) (1.400)

Tarif Pajak 30% 30% 30% 30%

Aktiva Pajak
Tangguhan 0 30 270 420

Kerugian Fiskal Lamp 2 (1.400)

Kompensasi
Kerugian Fiskal 100 800 500

30% 30% 30% 30%

30 240 150 (420)

Jurnal Sehubungan Dengan Kerugian Fiskal (kasus 6)


(juta Rp)

Tahun No. Keterangan Debit Kredit


Jurnal

2008 VI.1 Aktiva Pajak Tangguhan 420


Penghasilan Pajak Tangguhan – Kerugian Fiskal 420
Jurnal untuk mencatat aktiva pajak tangguhan
sehubungan dengan kerugian fiskal

2009 VI.2 Beban Pajak Tangguhan – Kerugian Fiskal 150


Aktiva Pajak Tangguhan 150
Jurnal untuk mencatat penurunan Aktiva Pajak
Tangguhan sehubungan dengan kerugian fiskal

2010 VI.3 Beban Pajak Tangguhan – Kerugian Fiskal 420


Aktiva Pajak Tangguhan 420
Jurnal untuk mencatat penurunan Aktiva Pajak
Tangguhan sehubungan dengan kerugian fiskal

2011 VI.4 Beban Pajak Tangguhan – Kerugian Fiskal 30


Aktiva Pajak Tangguhan 30
Jurnal untuk mencatat penurunan Aktiva Pajak
Tangguhan sehubungan dengan kerugian fiskal

Cat : untuk T account Kewajiban Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan, Aktiva Pajak
Tangguhan penghasilan Pajak Tangguhan lihat daftar IIa, b (karena digabungkan untuk kasus I-9)
Untuk T account Bank lihat daftar III (digabung kasus I-9)

PT MAJU MUNDUR
PERHITUNGAN LABA (RUGI) KENA PAJAK MENURUT FISKAL
(31 Desember 2008 – 2011)

Tahun
2011 2010 2009 2008

Laba (Rugi) Sebelum Pajak (dari lap. Rugi Laba) 1808 1006 67 (1800)

Koreksi Fiskal
Perbedaan Sementara : From page :

Kasus I : Pencadangan Piutang 10


Tak Tertagih (30) 72 18 100
Kasus II : Penyusunan Aktiva 15
Tetap (58) (58) (55) (50)
Kasus III : Beban Garansi Purna 22
Jual (90) (290) 180 200
Kasus IV : Pencadangan Kerugian 26
Sengketa Hukum 0 (100) 100 0
Kasus V : Beban Penelitian dan Pengembangan 29 (600) 0 0 0

Jumlah koreksi positif (negatif) (ke lampiran 3) (778) (376) 243 250

Perbedaan Tetap

Biaya Sumbangan 60 45 40 50
Premi Asuransi
Kecelakaan 55 50 50 30
Tunjangan PPh 21
(karyawan) 35 25 20 20
Beban Pengobatan 35 20 30 40
Pinjaman (tidak ada
daftar nominasi) 40 30 50 10

Jumlah koreksi Positif 220 170 190 150

Laba (Rugi) Menurut Fiskal (ke kasus 2) 1250 800 500 (1.400)

Catatan :
Bila Perusahaan (wajib pajak) mengkompensasikan kerugian fiscal, maka harus dibuatkan
“Ringkasan Saldo Kerugian Fiskal” sebagai lampiran SPT 1771 (badan)

Kompensasi kerugian :
Fiskal 2008 2009 2010 2011

 (Rugi) (1.400)
 Laba 500
1) Dikompensasi 500
(Sisa rugi) (900)
 Laba 800
2) Dikompensasi 800
(Sisa rugi) (100)
 Laba 1.250
3) Dikompensasi 100
(Sisa rugi) 0

KASUS No. 7 Perubahan Tarif PPh Badan

Asumsi : Tarif PPh Badan Tahun 2009 = 30% (bisa jadi 28)

Misalnya 1/1/2011 = 25% (turun 3%)

Misalnya :
 Saldo Aktiva Pajak Tangguhan per 31-12-2011 Rp 1.500 juta (Rp 5000 x 30%)
 Saldo Kewajiban Pajak Tangguhan per 31-12-2011 Rp 1.200 juta (Rp 4000 x 30%)

Jurnal untuk mencatat penurunan tariff PPh 5% 1/1/2001 sbb :

Kewajiban Pajak Tangguhan (Rp 4000 x (30% - 25%) Rp 200


Beban Pajak Tangguhan (5% x (Rp 5000 – Rp 4000) Rp 50
Aktiva Pajak Tangguhan (Rp 5000 x Rp 30% - 25%)) Rp 250

Catatan : * Saldo akun Aktiva Pajak Tangguhan dan Kewajiban Pajak Tangguhan per akhir tahun
2011 tersebut di atas adalah angka exercise (tidak ada hubungannya dengan kasus I-9 yang telah
dibahas di depan)

Anda mungkin juga menyukai