TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Almatsier (2004), status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat
konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi merupakan ekspresi
keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu. Zat gizi berguna untuk
memenuhi kebutuhan tubuh, produksi kalori dan proses yang terjadi dalam tubuh
(Supariasa, 2001).
sedikitnya satu hari berdasarkan rujukan dari pelaksana pelayanan kesehatan. Rawat
pada sarana kesehatan yaitu rumah sakit pemerintah dan swasta, serta puskesmas
Status gizi pasien rawat inap dipengaruhi oleh asupan makanan selama
dirawat di rumah sakit. Asupan makanan harus dapat memenuhi kebutuhan kalori
Disamping itu, kebutuhan kalori pasien selama sakit akan meningkat dikarenakan
kalori yang diperlukan sangat tergantung pada macam penyakit, berat penyakit, dan
lama sakit. Bila besar kalori yang dibutuhkan dihitung dengan metebolisme basal
100% , terutama pada keadaan luka bakar dan trauma mayor. Misalnya saja pada
sebesar 10% dari kebutuhan metabolisme basal. Lain halnya pada pasien demam
tinggi, kenaikan kebutuhan kalori mencapai 13% setiap kenaikan suhu tubuh 1 0C
(Suandi, 1997).
Selain asupan makanan, proses penyakit juga dapat mempengaruhi status gizi
(penurunan selera makan) maupun malabsorbsi zat gizi. Malabsorbsi zat gizi
merupakan kelainan yang terjadi akibat penyerapan zat gizi yang tidak adekuat dari
usus kecil ke dalam aliran darah. Kelainan ini biasanya terjadi pada pasien yang
Status gizi dibedakan menjadi gizi baik, gizi kurang dan gizi lebih. Gizi baik
adalah keadaan yang seimbang antara konsumsi pangan dengan kebutuhan zat gizi.
Gizi kurang (under nutrition) adalah kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau
absolut untuk periode tertentu. Gizi lebih (over nutrition) adalah kelebihan konsumsi
Karena itu, untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal mutlak diperlukan
sejumlah zat gizi yang harus didapatkan dari makanan dalam jumlah sesuai dengan
yang dianjurkan setiap hari. Untuk dapat memenuhi kebutuhan akan zat gizi,
tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu cara adalah dengan
memantau perbandingan antara berat dan tinggi badan (IMT). Penggunaan IMT
hanya berlaku untuk orang dewasa berumur di atas 18 tahun. IMT tidak dapat
berikut:
mendapatkan status gizi yang baik diperlukan keseimbangan antara asupan zat gizi
atau kurang seimbangnya masukan zat-zat gizi dari makanan yang dikonsumsi
penyakit dan atau lemahnya daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit serta
gizi disebabkan oleh tidak seimbangnya pemenuhan kebutuhan akan zat gizi yang
diperoleh dari makanan. Oleh karena itu pangan dengan jumlah dan mutu yang
memadai harus selalu tersedia dan dapat diakses oleh semua orang pada setiap saat.
ekonomi yang paling berperan adalah pendapatan keluarga dan harga (baik harga
dengan kuantitas dan kualitas yang baik menjadi lebih besar, namun bila pendapatan
ragamnya, dan yang dapat diperoleh dengan kemampuannya akan berpengaruh baik
terhadap tingkat konsumsi pangan keluarga. Dengan demikian, maka setiap keluarga
dapat menyusun suatu hidangan makanan yang mempunyai nilai gizi yang cukup
misalnya menyebabkan badan cepat merasa lelah, menurunnya prestasi kerja dan
prestasi belajar, serta menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi.
Pada orang sehat, absorbsi zat gizi akan berlangsung secara optimal dan
proses metabolisme tubuh pun normal. Sebaliknya pada orang sakit, akan terjadi
zat anti, dan meningkatnya metabolisme juga sangat mempengaruhi pemakaian zat
gizi dalam tubuh. Apabila orang sakit mengalami penurunan nafsu makan sehingga
asupan makanan tidak adekuat, maka kondisi ini akan memperburuk status gizi
Peran dan kedudukan penilaian status gizi adalah untuk mengetahui keadaan
gizi yaitu ada tidaknya malnutrisi pada individu atau masyarakat. Karena terjadinya
kesakitan dan kematian terkait dengan status gizi, maka dengan melakukan penilaian
status gizi pada individu atau masyarakat kita akan dapat mengetahui kelainan
tersebut.
biofisik.
b. Penilaian status gizi secara tidak langsung : secara konsumsi, statistik vital,
faktor ekologi.
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian,
1. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan
dari jaringan.
2. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji
secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan
tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja, dan juga beberapa jaringan
3. Klinis
dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti
kulit, mata, rambut dan organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh.
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut
pengukuran dimensi dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat
gizi. Berbagai jenis ukuran antara lain : berat badan, tinggi badan, lingkar lengan
Cara penilaian status gizi adalah yang paling sering digunakan adalah metode
antropometri. Penilaian status gizi dengan cara antropometri banyak digunakan dalam
berbagai penelitian atau survei. Pengukuran antropometri diakui sebagai indeks yang
baik dan dapat diandalkan bagi penentuan status gizi untuk negara berkembang.
pelaksanaannya tidak hanya di rumah sakit atau puskesmas, tetapi dapat dilakukan di
(IMT) . IMT merupakan hasil hitung dari berat badan (dalam kg) dibagi kuadrat
tinggi badan (dalam cm). IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status
gizi orang dewasa khususnya yang berkitan dengan kekurangan dan kelebihan berat
badan.
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu: survei
konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi. Survei konsumsi makanan
dimaksudkan untuk melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Salah satu
menimbang dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi responden selama satu
Zat Gizi Makanan Jajanan (DKGJ). Setelah itu, hasilnya dibandingkan dengan
Dalam diet jenis dan banyaknya suatu makanan ditentukan (Budiyanto, 2001).
Makanan adalah bahan yang jika dimakan, dicerna dan diserap akan menghasilkan
paling sedikit satu macam nutrien. Nutrien adalah istilah yang dipakai secara umum
pada setiap zat yang dicerna, diserap dan digunakan untuk mendorong kelangsungan
faal tubuh (Beck, 1995). Zat-zat nutrien ini dibagi dalam dua golongan besar yakni
makronutrien (zat gizi makro) dan mikronutrien (zat gizi mikro)(Paath dkk, 2005).
Diet tinggi kalori tinggi protein adalah diet yang mengandung kalori dan
protein di atas kebutuhan normal. Diet diberikan dalam bentuk makanan biasa
ditambah bahan makanan sumber protein tinggi seperti susu, telur dan daging,formula
komersial dan gula pasir. Diet ini diberikan bila pasien telah mempunyai cukup nafsu
Selanjutnya, untuk bahan makanan TKTP adalah bahan makanan biasa seperti
yang terdapat pada Tabel 2.2. ditambahkan dengan bahan makanan seperti pada tabel
2.3.
Tabel 2.3. Bahan Makanan untuk Diet TKTP yang Ditambahkan pada
Makanan Biasa
Bahan Makanan TKTP I TKTP II
Berat (g) URT Berat (g) URT
Susu 200 1 gls 400 2 gls
Telur ayam 50 1 btr 100 2 btr
Daging 50 1 ptg sdg 100 2 ptg sdg
Formula komersial 200 1 gls 200 1 gls
Gula pasir 30 3 sdm 30 3 sdm
Sumber: Almatsier, 2004
Menurut Almatsier (2004), ada beberapa bahan makanan yang dianjurkan dan
tidak dianjurkan berdasarkan golongan bahan makanan dalam diet Tinggi Kalori
Tinggi Protein (TKTP). Adapun bahan makanan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.4.
diperlukan keterlibatan dan kerjasama yang erat antar berbagai profesi terkait yang
bergabung dalam tim asuhan gizi. Profesi yang terlibat adalah dokter, perawat,
dietisien, dan profesi kesehatan lainnya sebagai pendukung seperti farmakolog, ahli
patologi klinik, radiologi rekam medik dan administrasi. tiap anggota tim
mengisi dalam upaya memberikan asuhan gizi yang optimal. Agar efektif diperlukan
koordinasi yang baik melalui komunikasi secara teratur, baik secara tertulis melalui
rekam medik, secara lisan melalui diskusi sewaktu-waktu, atau melalui kunjungan
keliling (rounde) bersama yang dilakukan secara periodik. Tim asuhan gizi ini
Upaya pemenuhan kebutuhan gizi untuk pasien rawat inap dilakukan melalui
pelayanan gizi dengan penyediaan makanan atau diet. Bagi sejumlah pasien dengan
penyakit berat (critically ill patients) upaya pelayanan gizi tersebut tidak dapat
pelayanan gizi dengan pemberian makan enteral (enteral feeding) atau makanan
parenteral (parenteral feeding) yang dikenal sebagai pemberian zat gizi pendukung
(nutritional support). selain itu mungkin diperlukan pemberian zat gizi pelengkap
(suplemen) dalam bentuk beraneka jenis vitamin dan mineral (Almatsier, 2004).
Diet tinggi kalori tinggi protein bertujuan untuk memenuhi kebutuhan kalori
dan protein yang meningkat untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan
Syarat – syarat diet tinggi kalori tinggi protein adalah menurut Almatsier
Ada dua jenis diet tinggi kalori tinggi protein yang dibedakan berdasarkan
Berdasarkan keadaan, pasien dapat diberikan salah satu dari dua jenis diet
Diet tinggi kalori tinggi protein ini dapat diberikan kepada beberapa pasien
dengan kondisi tertentu, yaitu pasien yang Kurang Energi Protein (KEP), pasien
penyakit infeksi tertentu, pasien sebelum dan sesudah operasi tertentu, pasien lama
radioterapi dan kemoterapi, pasien yang terkena luka bakar, pasien yang baru sembuh
dimana dalam keadaan tersebut kebutuhan akan kalori dan protein meningkat. Diet
ini diberikan dengan tujuan agar dapat mencegah, mempertahankan dan memperbaiki
jaringan tubuh yang rusak serta menambah berat badan pasien hingga mencapai berat
badan normal, untuk itu diharapkan agar pemberiannya sesuai dengan anjuran agar
dilakukan pembedahan, diet merupakan faktor yang pening baik untuk mengurangi
apendisitis akuta (radang usus buntu), hernia inkarserata (penonjolan rongga perut),
memperbaiki keadaan umum penderita tidak ada. Akan tetapi banyak kasus yang
diperbaiki dulu. Penderita yang sedang menderita gizi buruk atau kurang gizi maupun
obesitas mempertinggi resiko pembedahan. Pada mereka harus diberikan diet untuk
memperbaiki status gizinya. Penderita gizi kurang atau buruk harus diberi makanan
yang mengandung cukup kalori, banyak karbohidrat dan cukup protein. Jumlah
kadang tidak sedikit. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena tubuh berusaha untuk
harus diberi makanan yang mengandung cukup kalori dan protein. Jika jumlah kalori
yang didapati dari karbohidrat dan lemak tidak cukup, maka tubuh memakai protein
Panas tinggi atau demam diartikan sebagai peningkatan suhu tubuh diatas
batas normal. Pada keadaan demam (diatas 37 0C), terjadi peningkatan kebutuhan
kalori sebesar 12% untuk setiap kenaikan suhu tubuh 1 0C (Suandi, 1997).
Panas tinggi merupakan gejala penting pada penyakit infeksi. Pada penyakit
infeksi kebutuhan kalori menjadi lebih tinggi untuk mengganti jaringan yang rusak,
juga diperlukan untuk memenuhi kebutuhan akan zat anti yang semakin meningkat.
Beberapa penyakit infeksi yang paling berbahaya di Indonesia antara lain: demam
dokter, penderita DBD membutuhkan diet kalori dan protein tinggi serta cairan dalam
jumlah yang cukup. Pada tahap gejala awal DBD, diet ditujukan untuk menjaga dan
meningkatkan fungsi kekebalan tubuh. Sedangkan pada tahap lanjut, terjadi mual,
nyeri perut, muntah, sakit kepala hebat, dan terjadi kebocoran plasma. Keadaan ini
Penderita penyakit infeksi akut seperti influenza, cacar air, campak, bronkitis
akut disertai kenaikan suhu tubuh membutuhkan tambahan kalori, protein, air dan
elektrolit. Protein yang cukup harus diasup guna mengimbangi kehilangan protein
metabolisme basal.
Pola makan yang baik bagi ibu hamil harus memenuhi sumber karbohidrat,
protein dan lemak serta vitamin dan mineral. Demi suksesnya kehamilan, keadaan
gizi ibu pada waktu konsepsi harus dalam keadaan baik dan selama hamil harus
Tambahan kalori selama hamil diperlukan baik bagi komponen janin maupun
perubahan yang terdapat pada dirinya sendiri. Kurang lebih 27.000 kkal atau 100
kecepatan pertumbuhan janinnya. Menurut WHO tambahan protein ibu hamil adalah
Periode post partum atau masa nifas pada ibu adalah masa dimana seorang ibu
mempercepat proses penyembuhan pada masa nifas, maka ibu nifas membutuhkan
diet yang cukup kalori dan protein, membutuhkan istirahat yang cukup dan
diperlukan tambahan kalori sebanyak 500 kkal dan 20 gr protein (Paath, 2005).
dilakukan melalui pelayanan gizi rawat inap. Pelayanan gizi rawat inap adalah
serangkaian kegiatan terapi gizi medis yang dilakukan di institusi kesehatan (rumah
sakit) untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien untuk keperluan metabolisme tubuh,
berlangsung. Pelayanan gizi rawat inap sering disebut juga dengan terapi gizi medik.
Terapi gizi harus disesuaikan dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis,
status gizi, dan status metabolisme tubuhnya. Terapi gizi menjadi salah satu faktor
penunjang utama penyembuhan yang harus diperhatikan. Hal ini dapat diartikan
bahwa dengan pelayanan makanan yang baik diharapkan dapat mempercepat proses
Setiap pasien yang masuk rumah sakit memiliki kondisi yang berbeda-beda.
Umumnya bagi pasien yang penyakitnya ringan, tidak banyak terkait dengan
kebiasaan makan yang salah, pelayanan gizi dilakukan dengan lebih sederhana yaitu
untuk pencegahan.
pengkajian konsumsi gizi. Jika diketahui bahwa pasien menderita penyakit yang
terhadap proses penyembuhan yang cepat bagi pasien yang dirawat di rumah sakit,
Pemberian diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP) bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan kalori dan protein pasien yang semakin meningkat akibat proses penyakit.
dalam proses gerakan otot. Pemberian protein yang adekuat adalah penting untuk
membantu proses penyembuhan luka, sintesis protein, dan sel kekebalan aktif (Made,
2007).
Rumah sakit ditujukan untuk mencapai status gizi yang baik bagi pasien,
makanan yang dikelola secara baik diharapkan dapat membantu untuk tercapainya
Berdasarkan pada masalah dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini,
status gizi pasien rawat inap yang mendapat diet TKTP yang dapat diukur melalui
indikator IMT. Setelah melakukan pengukuran, maka perubahan berat badan pasien
rawat inap dapat dilihat dari selisih berat badan awal dan akhir pasien. Selain itu,
peneliti juga ingin mengetahui jumlah kalori dan protein diet TKTP yang diberikan