Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang
memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar
kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti tercantum
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup
bangsa, yang telah diuji kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu
kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia.
Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian Pancasila itu, perlu diusahakan
secara nyata dan terus menerus penghayatan dan pengamamalan nilai-nilai luhur yang
terkandung di dalamnya oleh setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara serta
setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah pancasila?
2. Bagaimanakah pancasila sebagai dasar negara?
3. Bagaimana pancasila di era globalisasi?
4. Apakah pengamalan Pancasila sesuai dengan zaman sekarang?
5. Akankah Pancasila tetap eksis sebagai ideologi bangsa di era globalisasi?

C. Tujuan Penulisan
1. Penulis ingin mengetahui sejarah pancasila.
2. Penulis ingin mengetahui pancasila sebagai dasar Negara.
3. Penulis ingin mengetahui bagaimana pancasila di era globalisasi.
4. Penulis ingin memahami tentang pengamalan pancasila dizaman pasca kemerdekaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Lahirnya Pancasila

Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi, terdapat usulan-
usulan pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
(BPUPK, tanpa kata Indonesia karena dibentuk Tentara Jepang ke-XVI, bukan Gabungan
Tentara Jepang ke-7 yang menguasai Nanpo Gun) yaitu :

Lima Dasar oleh Muhammad Yamin, diragukan kesahihannya, (29 Mei 1945)
Panca Sila oleh Soekarno (1 Juni 1945)

Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi beberapa
dokumen penetapannya ialah :

1. Rumusan Pertama : Piagam Jakarta - tanggal 22 Juni 1945.

2. Rumusan Kedua : Pembukaan Undang-undang Dasar - tanggal 18 Agustus 1945.

3. Rumusan Ketiga : Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat - tanggal 27 Desember


1949.

4. Rumusan Keempat : Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara - tanggal 15 Agustus 1950.

5. Rumusan Kelima : Rumusan Kedua yang dijiwai oleh Rumusan Pertama (merujuk Dekrit
Presiden 5 Juli 1959).

Kedudukan pokok Pancasila bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)adalah


sebagai dasar negara. Pernyataan demikian berdasarkan ketemtuan Pembukaan UUD 1945 yang
menyatakan sebagai berikut :…”maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam
suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusywaratan perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

Kata “berdasarkan” tersebut secara jelas menyatakan bahwa Pancasila merupakan dasar dari
NKRI. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara ini merupakan kedudukan yuridis formal oleh
karena tertuang dalam ketentuan hukum negara, dalam hal ini UUD 1945 pada Pembukaan
Alenia IV. Secara historis pula dinyatakan bahwa Pancasila yang dirumuskan oleh para pendiri
bangsa (the founding fathers) itu dimaksudkan untuk menjadi dasarnya Indonesia merdeka.

Pancasila sebagai dasar negara mengandung makna bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila menjadi dasar atau pedoman bagi penyelenggaraan bernegara. Pancasila sebagai dasar
negara berarti nilai-nilai Pancasila menjadi pedoman normatif bagi penyelenggaraan bernegara.

Konsekuensi dari rumusan demikian berarti seluruh pelaksanaan dan penyelenggaraan


pemerintah negara Indonesia termasuk peraturan perundang-undangan merupakan pencerminan
dari nilai-nilai Pancasila. Penyelenggaraan bernegara mengacu dan memiliki tolok ukur, yaitu
tidak boleh menyimpang dari nilai-nilai Ketuhanan, nilai Kemanusiaan, nilai Persatuan, nilai
Kerakyatan, dan nilai Keadilan.

B. Pancasila Di Era Globalisasi

Realitas kontemporer memperlihatkan bahwa tantangan terhadap ideologi Pancasila, baik


kini maupun nanti, beberapa di antaranya telah tampak di permukaan. Tantangan dari dalam di
antaranya berupa berbagai gerakan separatis yang hendak memisahkan diri dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Apa yang terjadi di Aceh, Maluku, dan Papua merupakan sebagian
contoh di dalamnya. Penanganan yang tidak tepat dan tegas dalam menghadapi gerakan-gerakan
tersebut akan menjadi ancaman serius bagi tetap eksisnya Pancasila di bumi Indonesia. Bahkan,
bisa jadi akan mengakibatkan Indonesia tinggal sebuah nama sebagaimana halnya Yugoslavia
dan Uni Soviet. Tidak kalah seriusnya dengan tantangan dari dalam, Pancasila juga kini tengah
dihadapkan dengan tantangan eskternal berskala besar berupa mondialisasi atau globalisasi.
Globalisasi yang berbasiskan pada perkembangan teknologi informasi, komunikasi, dan
transportasi, secara drastis telah mentransendensi batas-batas etnis bahkan bangsa. Jadilah
Indonesia kini, tanpa bisa dihindari dan menghindari, menjadi bagian dari arus besar berbagai
perubahan yang terjadi di dunia. Sekecil apa pun perubahan yang terjadi di belahan dunia lain
akan langsung diketahui atau bahkan dirasakan akibatnya oleh Indonesia. Sebaliknya, sekecil apa
pun peristiwa yang terjadi di Indonesia secara cepat akan menjadi bagian dari konsumsi
informasi masyarakat dunia.
Pengaruh dari globalisasi ini dengan demikian begitu cepat dan mendalam. Menjadi sebuah
petanyaan besar bagi bangsa Indonesia, sanggupkah Pancasila menjawab berbagai tantangan
tersebut? Akankah Pancasila tetap eksis sebagai ideologi bangsa? Jawabannya tentu akan
terpulang kepada bangsa Indonesia sendiri sebagai pemilik Pancasila. Namun demikian, kalaulah
kemudian mencoba untuk mencari jawaban atas berbagai tantangan tersebut maka jawabannya
adalah bahwa Pancasila akan sanggup menghadapi berbagai tantangan tersebut asalkan Pancasila
benar-benar mampu diaplikasikan sebagai weltanschauung bangsa Indonesia. Implikasi dari
dijadikannya Pancasila sebagai pandangan hidup maka bangsa yang besar ini haruslah
mempunyai sense of belonging dan sense of pride atas Pancasila.
Untuk menumbuhkembangkan kedua rasa tersebut maka melihat realitas yang tengah
berkembang saat ini setidaknya dua hal mendasar perlu dilakukan. Penanaman kembali
kesadaran bangsa tentang eksistensi Pancasila sebagai ideologi bangsa. Penanaman kesadaran
tentang keberadaan Pancasila sebagai ideologi bangsa mengandung pemahaman tentang adanya
suatu proses pembangunan kembali kesadaran akan Pancasila sebagai identitas nasional. Upaya
ini memiliki makna strategis manakala realitas menunjukkan bahwa dalam batas-batas tertentu
telah terjadi proses pemudaran kesadaran tentang keberadaan Pancasila sebagai ideologi bangsa.
Salah satu langkah terbaik untuk mendekatkan kembali atau membumikan kembali Pancasila ke
tengah rakyat Indonesia tidak lain melalui pembangunan kesadaran sejarah. Tegasnya Pancasila
didekatkan kembali dengan cara menguraikannya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
perjuangan rakyat Indonesia, termasuk menjelaskannya bahwa secara substansial Pancasila
adalah merupakan jawaban yang tepat dan strategis atas keberagaman Indonesia, baik pada masa
lalu, masa kini maupun masa yang akan datang.

C. Pemahaman Tentang Pancasila Dalam Era Globalisasi


Kata Pancasila terdiri dari dua kata dari bahasa Sansekerta: pañca berarti lima dan śīla berarti
prinsip atau asas. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia berisi :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Dan globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan
keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui
perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain
sehingga batas-batas suatu negara menjadi bias. Negara Republik Indonesia memang tergolong
masih muda dalam pergaulan dunia sebagai bangsa yang merdeka. Tetapi, perlu diingat, sejarah
dan kebudayaan bangsa Indonesia telah ada jauh sebelum Indonesia merdeka. Kebesaran dan
kegemilangan Kerajaan Sriwijaya, Majapahit, atau Mataram, menjadi bukti nyata. Kekuasaan
kerajaan-kerajaan di Nusantara bahkan sampai negeri seberang. Sayangnya, masa emas kerajaan-
kerajaan tersebut hilang dan berganti dengan kehidupan masa kolonialisme dan imperialisme.
Selama tiga setengah abad bangsa dan rakyat Indonesia hidup dalam kegelapan dan penderitaan.
Baru pada 17 Agustus 1945, bangsa dan rakyat Indonesia dapat kembali menegakan kepala
melalui proklamasi kemerdekaan. Jadi, Pancasila bukan mendadak terlahir pada saat Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945, tetapi melalui proses panjang sejalan dengan panjangnya
perjalanan sejarah bangsa Indonesia.

D. Kondisi kehidupan Nasional saat ini

Sejak reformasi bergulir dan disertai tumbangnya rezim orde baru tahun 1998, mulai terjadi
perubahan politik dan sistem kenegaraan, serta perubahan-perubahan di bidang lainnya yang sebelumnya
tidak terbayangkan dapat terjadi. Sayangnya reformasi tidak mudah untuk dijalankan dan reformasi
ternyata juga menimbulkan dampak yang negatif bagi perkembangan bangsa. Dampak tersebut sampai
kepada munculnya ancaman terhadap persatuan dan kesatuan bangsa yang ditandai dengan memudarnya
etika moral kehidupan berbangsa. Hal itu tampak dengan adanya konflik sosial yang berkepanjangan,
berkurangnya sopan santun dan budi pekerti yang luhur dalam pergaulan sosial, melemahnya kejujuran
dan sikap amanah terhadap ketentuan hukum dan peraturan, munculnya kecenderungan primordialisme:
fanatik etnik, agama, kedaerahan yang bertentangan dengan paham kebangsaan. Lebih memprihatinkan
lagi di tingkat elit politik saling berebut kekuasaan yang cenderung demikepentingan partai dan
golongannya.
Kondisi bangsa saat ini mengalami krisis moral. Ini merupakan ancaman sekaligus tantangan bagi
bangsa Indonesia untuk terus menjaga nilai-nilai Pancasila agar tidak tenggelam, dengan selalu
mengimplementasikan pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian masyarakat menganggap ini hal
sepele, namun pada kenyatannya ini sulit untuk dilaksanakan. Untuk bertindak bermoral tidaklah
semudah mengucapkan, kenyataannya masyarakat di negeri ini lebih banyak melakukan hal yang tidak
bermoral tetapi mendatangkan keuntungkan dibandingkan dengan tindakkan yang bermoral tetapi tidak
menghasilkan apa-apa. Seperti korupsi, kolusi, nepotisme, pemerkosaan, dan pengeboman yang sudah
keluar jalur dari kata bermoral, dan juga keluar jalur dari nilai-nilai Pancasila. Bahkan keributan antar
warga maupun suku yang seharusnya bisa diselesaikan dengan jalan musyawarah dan mufakat
sebagaimana tercantum dalam sila keempat dalam Pancasila, malah diselesaikan dengan perlakuan yang
tidak bermoral dan tidak manusiawi, seolah-olah melihat musuhnya mati dan lari ketakutan itu dalah
suatu kebahagiaan.
Terlihat sangat jelas penyelewengan Pancasila pada saat ini, hal tersebut terlihat jelas dari
tindakan baik pemerintah, masyarakat maupun individu yang sudah tidak sesuai dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila.

E. Implementasi Pancasila saat ini


Dulu, Indonesia dikenal sebagai negara yang ramah, berpenduduk penuh etika dan sopan santun.
Masyarakat masih menjunjung tinggi tatakrama dalam pergaulan sebagai mana anak bersikap pada orang
tua, orang tua kepada yang lebih muda, maupun pada hubungan antar teman. Namun sekarang, negara kita
negara yang penuh kekisruhan, pertikain antar warga banyak terjadi, warga gampang tersulut emosi, warga
sudah tidak merasa takut lagi dengan penegak hukum, karna hukumnya tidak ditegakan sebenar-benarnya
oleh penegak hukumnya sendiri. Pertumbuhan teknologi informasi yang semakin pesat. Mau tidak mau
ikut berpengaruh pada perilaku masyarakat. Disadari ataupun tidak, dalam realitanya moral masyarakat
pada sekarang ini mengalami degradasi moral. Sehingga perlu memvitalkan kembali Pancasila, agar
mampu menahan goncangan budaya-budaya yang masuk kedalam negri yang dapat mengganggu
kestabilan kehidupan dinegeri ini.
Kenyataan yang berkembang di masyarakat adalah cara pandang terhadap wawasan kebangsaan
yang hampir meluntur dan mencapai titik terendah pada diri anak bangsa. Ikatan nilai-nilai kebangsaan
yang pernah terpatri kuat dalam kehidupan bangsa, rasa cinta tanah air, bela negara dan semangat
patriotisme bangsa mulai luntur, longgar bahkan hampir sirna. Nilai budaya gotong royong, kesediaan
untuk saling menghargai dan saling menghormati perbedaan serta kerelaan berkorban untuk kepentingan
bangsa yang dulu melekat kuat dalam sanubari masyarakat kini semakin menipis.
Penanaman nilai Pancasila sepertinya sudah mulai terabaikan. Jika saja Pancasila lebih dini diperkenalkan
kepada para generasi muda penerus bangsa, nilai-nilai Pancasila itu sendiri akan lebih tertanam dan
terealisasikan dalam kehidupan di masyarakat. Akan tetapi permasalahannya sekarang ini, jangankan para
generasi muda penerus bangsa, individu atau bahkan komunitas sekelas petinggi negara pun tidak sedikit
yang bertindak di luar nilai Pancasila yang sudah tergolong ke dalam tindakan kriminal yang jelas-jelas
melanggar hukum di negara Indonesia.
Pancasila memang masih dan akan tetap menjadi dasar negara Indonesia,karena Pancasila
meupakan asas negara yang melatarbelakangi negara Indonesia dan menjadi cerminan kehidupan
bernegara di Indonesia. Sekalipun nili-nilai Pancasila itu sendiri seringkali dirasa memudar dalam
kehidupan sehari-hari, namun Pancasila tetaplah dasar negara kita, Indonesia. Merupakan tugas besar bagi
seluruh masyarakat Indonesia untuk lebih menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,
bukanlah hal yang sulit sebenarnya jika memang semua masyarakat Indonesia memiliki kesadaran yang
sama dalam mengimplementasikan Pancasila dalam kehidupan benegara.

E. Fakta-fakta yang Mempengaruhi Implementasi Pancasila Saat Ini


1. Faktor dari Luar Negeri : “Akibat Perkembangan IPTEK”
Di era globalisasi sekarang ini, banyak aspek yang mengalami perkembangan. Perkembangan yang terjadi
tentunya membawa suatu kemajuan bagi segala aspek yang terkena dampak adanya globalisasi tersebut.
Sebagai proses, globalisasi berlangsung melalui dua dimensi dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi
ruang dan waktu. Ruang makin dipersempit dan waktu makin dipersingkat dalam interaksi dan
komunikasi pada skala dunia. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain- lain.
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah.
Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan
untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi
pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia. (Menurut Edison A. Jamli dkk.
Kewarganegaraan.2005)
Berkembangnya era globlisasi saat ini memberi pengaruh yang cukup signifikan dalam kehidupan
suatu negara, termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut dapat berupa pengaruh positif dan pengaruh negative.
Secara langsung maupun tidak langsung pegaruh-pengaruh tersebut akan mempengaruhi dan masuk ke
lingkup nasionalisme. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu tindakan preventif dan filtrasi yang
dipandang ampuh dalam meminimalisir dampak yang ditimbulkan oleh pengaruh globalisasi yang kini
mulai mengikis semangat nasionalisme.
Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi. Dewasa ini,
perkembangan teknologi begitu cepat sehingga segala informasi dengan berbagai bentuk dan kepentingan
dapat tersebar luas ke seluruh dunia. Oleh karena itu globalisasi tidak dapat kita hindari kehadirannya.
Teknologi merupakan salah satu aspek yang terkena dampak globalisasi. Teknologi internet
merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi
bagi generasi muda internet sudah menjadi santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya
tentu kita memperoleh manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan
sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Seperti tindakan
kriminalitas dan lain-lain. Rasa sosial terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih
sibuk dengan menggunakan handphone.
Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan
anarkis antara golongan muda. Hubungannya dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak ada
rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda
adalah penerus masa depan bangsa. Seharusnya penerus bangsa mempuyai sikap nasionalisme yang kuat
demi mempertahankan budaya dan nilai-nilai Pancasila yang dijadikan landasan dalam berbangsa dan
bernegara dalam rangka memupuk serta membudayakan rasa semangat dan jiwa nasionalisme bangsa.
Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia.
Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di
berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain- lain akan
mempengaruhi nilai- nilai nasionalisme terhadap bangsa.
Pengaruh positif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme, antara lain :
1. Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis. Karena
pemerintahan adalah bagian dari suatu negara, jika pemerintahan djalankan secara jujur, bersih dan
dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa rasa
nasionalisme terhadap negara menjadi meningkat.
2. Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja dan
meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa
yang menunjang kehidupan nasional bangsa.
3. Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi
dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada
akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.
Pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme, antara lain :
1. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan
dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi
liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang.
2. Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya
produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.) membanjiri di Indonesia. Dengan
hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme
masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.
3. Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia,
karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai
kiblat.
4. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya
persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang
kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa.
5. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antar perilaku sesama warga.
Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.
Berdasarkan analisa dan uraian di atas pengaruh negatif globalisasi lebih banyak daripada pengaruh
positifnya. Oleh karena itu diperlukan langkah untuk mengantisipasi pengaruh negatif globalisasi terhadap
nilai nasionalisme.
1. Faktor Dalam Negeri “Inkonsitensi Pelaksanaan Nilai-Nilai Pancasia dalam Kehidupan Negara”
Inkonsistensi pejabat-pejabat publik dalam implementasi nilai-nilai Pancasila sudahlah terlihat jelas,
tercermin dalam kebijakan-kebijakan publik yang kurang memihak rakyat, atau dalam perilaku mereka
yang justru menegaskan nilai-nilai Pancasila. Masyarakat kehilangan panutan, kehilangan kepercayaan,
dan akhirnya antipati terhadap Pancasila. Jika sudah tidak ada lagi yang bisa masyarakat percaya, maka
akan timbul berbagai gejolak nasional, seperti demo dimana-mana, pertikaian antar warga merajalela,
kemudian keingin untuk memisahkan diri dari NKRI makin banyak bermunculan, itu disebabkan karena
inkonsistensi pemerintah dalam berbagai kebijakannya, apalagi penegakan hukum dinegara ini kurang
adil, orang yang terjerat hukum yang sangat merugikan orang banyak, namun ia memiliki banyak uang
bisa berkeliaran kesana kemari, berbeda dengan orang-orang yang kurang mampu, mereka yang terjerat
hukum yang semestinya dapat diselesaikan dengan kekeluargaan malah diberi hukuman maksimal.
Dengan kata lain penegakan hukum dinegara ini sudah keluar jalur dari nilai-nilai pancasila, bukankah
semua warga negara baik orang kaya, orang miskin, pegawai negri bahkan pemerintahpun sama
kedudukannya dimata hukum.
Dengan itu, sudahlah terlihat jelas hilangnya sebuah keteladanan dari para elit. Alih-alih mereka menjadi
pemimpin bangsa yang damai, justru melahirkan banyak kebobrokan yang timbul, contoh yang buruk
terutama dalam korupsi yang cukup membuat urat malu hampir putus. Yang sampai saat ini ketegasan
hukum terhadap para pelaku korupsi belum bisa membuat mereka jera, melainkan membuat mereka ingin
melakukannya kembali karena hukumannya yang ringan tak sebanding dengan apa yang mereka peroleh
dari hasil korupsi. Karena hukumannya yang ringan tersebut membuat orang lain ingin sama dengan
mereka menjadi koruptor, jikalau tidak didasari dengan keimanan yang kuat.

Upaya untuk menvitalkan kembali pancasila sebagai ideologi bangsa dan dasar negara dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara dalam menghadapi era global.
1. Didalam berbagai kegiatan yang kita lakukan baik dalam Organisasi Kemahasiswaan, Organisasi
Kemasyarakatan, maupun dalam kegiatan apapun di negara ini, kita hendaklah harus menaaati peraturan
suatu negara tersebut.
2. Mengembalikan nama baik Pancasila, yang disebabkan karena akibat dari zaman orde baru yang
menjadikan Pancasila sebagai alat politik untuk mempertahankan status quo kekuasaannya. Dengan cara
seminar tentang hakekat Pancasila yang sebenarnya, diskusi mengenai nilai-nilai Pancasila, dan debat
yang membuat kita lebih paham akan pengimplementasian Pancasila dalam kehidupan.
3. Asas setiap organisasi baik oraganisasi kemasyarakatan, organisasi kemahasiswaan maupun organisasi
lainnya harus berasaskan Pancasila, supaya dalam menjalankan roda keorganisasiannya tidak keluar dari
nilai-nilai Pancasila, sehingga dapat membawa kebaikan baik untuk organiasinya maupun untuk negara.
4. Negara harus bijak dalam mengeluarkan kebijakan-kebijan public, sehingga menguntungkan baik
untuk rakyat juga untuk negara.
5. Hukum harus ditegakan seadil-adilnya, jangan memihak atau membedakan suatu pihak.

6. Reformasi setiap diri individu masing-masing, sehingga apa yang dilakukan dalam kehidupan
bermasyarakat tidak keluar jalur dari nilai-nilai Pancasila, dan tidak melanggar norma yang ada.
7. Meningkatkan rasa nasionalisme di kalangan pelajar dan mahasiswa dengan cara memberikan tes
wawasan kewarganegaraan dalam seleksi masuk instansi pendidikan di Indonesia khusus bagi warga
negara Indonesia.
8. Menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam pembelajaran, baik di lingkungan sekolah maupun di
lingkungan kampus.

F. Pancasila Tetap Eksis Sebagai Ideologi Bangsa Di Era Globalisasi


Ancaman dari luar, termasuk arus besar globalisasi sekalipun tidak akan menggeruskan
Pancasila sebagai sebuah ideologi tetapi justru akan menjadikan Pancasila sebagai kekuatan yang
mampu mewarnai arus besar globalisasi. Terlebih karena globalisasi bagi bangsa ini bukanlah
merupakan barang baru.
Pada akhirnya, menjadi baik kiranya bila menyimak kembali apa yang pernah dikatakan
oleh Roeslan Abdulgani (1986), "Pancasila kita bukan sekadar berintikan nilai-nilai statis, tetapi
juga jiwa dinamis. Kurang gunanya kita, hanya secara verbal mencintai kemerdekaan, kalau kita
tidak berani melawan penjajahan, baik yang tradisional-kuno maupun yang neokolonial. Kurang
gunanya kita, secara verbal saja menjunjung tinggi sila Ketuhanan Yang Mahaesa, kalau kita
takut melawan kemusyrikan. Kurang guna kita, secara verbal saja mengagungkan sila
Perikemanusiaan, kalau kita membiarkan merajalelanya situasi yang tidak manusiawi. Kurang
faedahnya kita, secara verbal saja cinta Persatuan Indonesia, kalau kita membiarkan
merajalelanya rasa nasionalisme dan patriotisme merosot dan membiarkan bangsa lain
mengeksploitasikan kebodohan dan kelemahan rakyat kita. Kurang manfaatnya kita cinta sila
Kerakyatan kalau kita membiarkan keluhan rakyat tersumbat. Kurang artinya kita ngobrol saja
tentang sila Keadilan Sosial, kalau kita membiarkan kepincangan sosial ekonomis merajalela.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Peran Pancasila sangat penting dalam menghadapi arus globalisasi. Karena Pancasila
merupakan sebuah kekuatan ide yang berakar dari bumi Indonesia untuk menghadapi nilai-nilai
dari luar, sebagai sistem syaraf atau filter terhadap berbagai pengaruh luar, nilai-nilai dalam
Pancasila dapat membangun sistem imun dalam masyarakat kita terhadap kekuatan-kekuatan
dari luar sekaligus menyeleksi hal-hal baik untuk diserap, dan sebagai sistem dan pandangan
hidup yang merupakan konsensus dasar dari berbagai komponen bangsa yang plural ini. Lewat
Pancasila, moral sosial, toleransi, dan kemanusiaan, bahkan juga demokrasi bangsa ini dibentuk.
Pancasila seharusnya dijadikan sebagai poros identitas untuk menghadapi bermacam identitas
yang ditawarkan dari luar. Tetapi sangat disayangkan jika wacana Pancasila belakangan ini
mulai berkurang. Mengingat berbagai potensi yang tersimpan di dalamnya, wacana nasional ini
perlu untuk dimunculkan kembali, dibangkitkan kembali dan digali terus nilai-nilainya agar terus
berdialektika dalam jaman yang terus bergulir. Untuk itu Pancasila harus bisa kita telaah secara
analitis. SARAN Perlu ditanamkannya nilai – nilai dalam Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat. Agar kita mampu memfilterisasi arus globalisasi yang ada. Sesuaikah dengan
nilai – nilai Pancasila. Pancasila dapat berperan dalam era globalisasi apabila dari diri masing –
masing sudah tertanam nilai – nilai luhur Pancasila. Tentu akan percuma peran Pancasila dalam
era globalisasi ini, apabila dalam diri sendiri tidak mempunyai kesadaran akan pentingnya nilai –
nilai Pancasila dalam kehidupan.

B. Saran – Saran
Sebagai warga Negara Indonesia kita wajib menghargai segala nilai-nilai yang terkandung
dalam pancasila, mengingat pancasila adalah falasah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
bersatu dan berdaulat.
DAFTAR PUSTAKA

 Tap MPR No III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-
undangan.
 Saafroedin Bahar (ed). (1992) Risalah Sidang BPUPKI-PPKI 29 Mei 1945-19 Agustus1945. Edisi
kedua. Jakarta: SetNeg RI.
 Suwarno, P.J.. Pancasila Budaya Bangsa Indonesia.
 Tim Fakultas Filsafat UGM (2005) Pendidikan Pancasila. Edisi 2. Jakarta: Universitas Terbuka.
 Darmodiharjo, Darji.1995.Santiaji Pancasila.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
 WEBSITE INTERNET.
 www.wikipedia.org

Anda mungkin juga menyukai