Disusun oleh:
KELOMPOK 2
FITOKIMIA II – B
Dya Iqtha 1506767233
Ernis Oktaviani 1506677263
Fariz Muhamad 1506729172
Jararizki Budi S. 1506721932
Nur Azizah 1506677130
Sabrina Nur Amalia 1506767170
Wike widasari 1506721951
Yunita Sari 1506677351
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
2018
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan petunjuknya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Fitokimia II dan menambah wawasan mengenai identifikasi
dan sifat flavonoid. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing mata kuliah Fitokimia
II Prof. Berna Elya, S.Si., M.Si. yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih kepada pembaca yang telah meluangkan
waktunya untuk membaca makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis
maupun pembaca.
Penulis
ii 2
DAFTAR ISI
2.4.2 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Fenolik dari Kulit Akar Tumbuhan Artocapus
dadah Miq.………………………………………………………………………....13
2.4.3 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid dari Daun Dewandaru (Eugenia uniflora L.)……15
iii 3
BAB I
PENDAHULUAN
Flavonoid sebagai salah satu metabolit sekunder yang memiliki berbagai macam
aktivitas farmakologis sehingga termasuk ke dalam perhatian para pengembang obat
tradisional. Flavonoid terdiri dari beberapa jenis dan mempunyai aktivitas yang berbeda juga
setiap jenisnya. Oleh sebab itu perlu dilakukan identifikasi terlebih dahulu pada setiap
flavonoid yang didapatkan. Identifikasi flavonoid dapat dilakukan dengan berbagai cara, dari
yang sederhana yaitu menggunakan identifikasi reaksi warna spesifik untuk golongan
flavonoid, atau dengan menggunakan instrument. Salah satu instrument yang digunakan
dalam mengidentifikasi flavonoid adalah dengan menggunakan spektrofotometri ultraviolet
dan visible/ tampak. Spektrofotometri merupakan instrument analisa berdasarkan interaksi
energy cahaya dan materi. Identifikasi senyawa dapat dilakukan dengan menggunakan
parameter bentuk kurva serapan, panjang gelombang maksimum dan minimum, serta nilai
serapan. Cara tersebut digunakan untuk membantu mengidentifikasi jenis flavonoid dan
menentukan pola osigenasi. Kedudukan gugus hidroksil fenol bebas pada inti flavonoid juga
dapat ditentukan dengan menambahkan pereaksi geser ke dalam larutan sampel dan
mengamati pergeseran puncak serapan yang terjadi. Oleh sebab itu, diharapkan melalui
makalah mengenai identifikasi flavonoid dengan UV berikut dapat membantu para pembaca
untuk lebih mengenal dan memahami identifikasi berbagai jenis flavonoid sehingga
pemanfaatan dari flavonoid diharapkan bisa menjadi lebih berkembang.
4
7. Bagaimana cara menafsirkan spectrum flavonoid setelah penambahan pereaksi geser?
8. Bagaimana cara membuat pereaksi geser?
9. Bagaimana pengaruh pereaksi geser terhadap spectrum umum flavonoid?
1.4 Manfaat
Manfaat bagi mahasiswa yaitu dapat menafsirkan spektrum serapan ultraviolet-
tampak flavonoid dan mengetahui kedudukan gugus hidroksil fenol setelah penambahan
pereaksi geser.
5
BAB II
ISI
2.1. Pendahuluan
Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran serapan cahaya di daerah ultraviolet
(200-400 nm) dan sinar tampak (400-800 nm) oleh suatu senyawa. Spektrofotometer UV-Vis
pada umumnya digunakan untuk:
1. Menentukan jenis kromofor, ikatan rangkap yang terkonjugasi dan auksokrom dari suatu
senyawa organik.
2. Menjelaskan informasi dari struktur berdasarkan panjang gelombang maksimum suatu
senyawa.
3. Mampu menganalisis senyawa organik secara kuantitatif dengan menggunakan
hukum Lambert-Beer.
Keuntungan utama spektroskopi UV/Vis adalah:
Hanya sejumlah kecil bahan yang dibutuhkan, karena sel spektrofotometri standar (1 X 1
cm) hanya menampung 3 ml larutan.
Besar jumlah informasi yang berguna secara struktural dihasilkan.
Peralatannya tersedia di sebagian besar laboratorium kimia dan biokimia.
Spektroskopi serapan UV-Vis berguna untuk mengidentifikasi jenis, struktur dan
menentukan pola oksigenasi flavonoid. Flavonoid mengandung gugus aromatis terkonjugasi
sehingga menunjukkan serapan yang intens pada spektrum daerah gelombang UV dan sinar
tampak. Kedudukan gugus hidroksi fenol bebas pada inti flavonoid dapat ditentukan dengan
menambahkan pereaksi geser ke dalam larutan cuplikan dan mengamati pergeseran puncak
yang terjadi..
Spektrum umum flavonoid menghasilkan dua pita serapan
maksimal:
• Pita II: 240-285 nm (dari cincin A)
• Pita I : 300-550 nm (dari cincin B)
6
Pita II merupakan serapan dari cincin A bagian benzoil, dan pita I merupakan serapan dari
cincin B bagian sinamoil. Pengamatan dilakukan pada panjang gelombang maksimum 200-800
nm. Intensitas dari masing-masing serapan tergantung pada panjangnya sistem konjugasi serta
adanya subtitusi terutama pada kedudukan atom C3 dan C5.
7
Spektrum Flavonoid pada metanol, menunjukkan dua puncak serapan utama pada
240-400 nm. Kedua puncak tersebut disebut dengan Pita I (biasanya 300-550 nm) dan Pita
II (biasanya 240-285 nm). Pita I diasosiasikan dengan serapan yang terjadi pada cincin
cinnamoyl B, dan Pita II dengan serapan pada cincin A benzoyl terutama posisi Pita I,
memberikan informasi tentang jenis flavonoid dan juga pola oksidasinya. Hal ini terlihat
dari data disajikan pada Tabel dibawah ini bahwa posisi Pita I membedakan antara flavon
dan 3-hydroxyflavones (flavonol). Pita I flavon yang berada pada kisaran 304 - 350 nm
sedangkan Pita I dari 3-hydroxyflavones muncul pada panjang gelombang yang lebih
panjang (352 - 385 nm). Namun, dalam flavonol dengan gugus 3-hidroksil tersubstitusi
(metilasi atau glikosilasi), Pita I (328 - 357 nm) sedikit tumpang tindih dengan Pita I di
flavon, dan bentuk umum dari kurva spektral mendekati flavon.
1. Perubahan pada cincin A cenderung tercerminkan pada serapan pita II, sedangkan
perubahan pada cincin B tercerminkan pada serapan pita I.
Tabel. Pita I pada spektra UV dari Flavonols akibat adanya pola oksidasi pada cincin B
8
Berdasarkan tabel tersebut, sebagai contoh Quercetin dan Kaemferol memiliki
perbedaan pada subtitusi OH di cincin B. Kaemferol memiliki subttusi OH pada C
posisi 4’ sementara Quercetin memiliki OH pada posis 3’ dan 4’. Akibat adanya
subtitusi OH yang berbeda pada cincin B, maka akan berpengaruh pada Pita I (pita
serapan I) dimana Pita I pada Quercetin berada pada panjang gelombang yang lebih
panjang.
Tabel 1. Pita II pada spektra UV dari Flavonols akibat adanya pola oksidasi pada
cincin A
Perbedaan pola oksidasi pada cincin A akan berpengaruh pada Pita II (pita serapan
II).
9
5. Adanya asam sinamat sebagai fungsi asil pada flavonoid dapat di deteksi berdasarkan
adanya pita serapan pada kira-kira 320 nm jika flavonoid sendiri tidak menunjukkan
serapan yang berarti di daerah ini
6. Pada flavon dan Flavonol adanya system 3’, 4’-di OH umumnya dapat dibuktikan
dengan adanya puncak kedua dalam pita.
2.3.1 Pengertian
11
2.4 Contoh Identifikasi Menggunakan Uv-Vis
2.4.1 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dalam Daun Beluntas (Pluchea
indica L.)
Sebelum dilakukannya identifikasi UV-Vis dilakukan isolasi mengunakan
KLT. Pembanding yang digunakan adalah Rutin. Dari isolasi KLT didaptkan 3
isolat. Ketiga isolat hasil KLT yang telah dikerok dan disentrifugasi kemudian
dibaca pada alat spektrofotometer UV-Vis menggunakan pelarut baku metanol.
Dari ketiga isolat tersebut, isolat ketiga yang memiliki hasil spektrum senyawa
flavonoid yaitu flavonol
seperti yang bisa dilihat pada gambar.
Dari hasil spektrum yang tampak, terdapat dua pita pada isolat ketiga. Pita
pertama mempunyai panjang gelombang 372 nm pada absorbansi 0,252 dan pita
kedua mempunyai panjang gelombang 276 nm pada absorbansi 0,532 ini
menandakan bahwa isolat yang dibaca positif mengandung flavonol. Hal ini
diperkuat oleh markham (1988) bahwa rentang serapan spektrum flavonol
mempunyai panjang gelombang 350-385 nm pada pita pertama dan pita kedua pada
panjang gelombang 250-280 nm. Jika dibandingkan dengan pembading rutin
12
flavonol yaitu kuesertin seperti pada gambar dibawah ini hasil yang didapat
mempunyai rentang separan yang sama yaitu pita pertama terdapat antara panjang
gelombang 350-385 nm yaitu 377 nm dan pita kedua pada panjang gelombang 250-
280 nm yaitu 280 nm. Hal ini memperkuat hasil yang di dapat bahwa isolat ketiga
positif mengandung flavonol.
2.4.2 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Fenolik dari Kulit Akar Tumbuhan
Artocapus dadah Miq.
13
serapan untuk senyawa flavon. Serapan maksimum di daerah ultraviolet pada
λmaks 328 nm merupakan spektrum khas flavon pada pita I yang karakteristik
untuk resonansi gugus sinamoil dari cincin B. Serapan maksimum pada λmaks 279
nm merupakan spektrum khas flavon pada pita II yang karakteristik untuk resonansi
gugus benzoil dari cincin A.
Gambar 2. Spektrum UV senyawa hasil isolasi C1B2 (a) dalam MeOH, (b) dalam
MeOH +NaOH (Edhi, n.d.)
14
2.4.3 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid dari Daun Dewandaru (Eugenia uniflora L.)
Identifikasi dilakukan dengan pengamatan perubahan panjang gelombang
pada spektra flavonoid menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Spektra flavonoid
terdiri dari dua absorbsi maksimal yaitu pada range 240-285 nm (pita I) dan pada
range 300- 550 nm (pita II). Sedangkan untuk mengetahui adanya gugus tambahan
yang melekat pada gugus utama flavonoid digunakan pereaksi diagnostik yang
memiliki reaksi khusus sehingga dapat diketahui berdasar pergeseran panjang
gelombang (λ) maksimalnya.
16
Sedangkan pada reaksi penambahan HCl terjadi pergeseran hipsokromik
pita I sebesar 21 nm dari penambahan AlCl3, menunjukkan adanya kompleks yang
terurai. Hasil tersebut menunjukkan adanya gugus o-di OH. Dari hasil tersebut juga
dapat diketahui bahwa di dalam struktur terdapat gugus 3-OH dan atau 5-OH yang
ditunjukkan pergeseran batokromik pada penambahan AlCl3/HCl dibandingkan
dengan spektra awal sebesar 44 nm pada Gambar 7. Pereaksi diagnostik selanjutnya
adalah NaOAc yang hanya bereaksi dengan mengionisasi gugus hidroksil flavonoid
yang paling tahan asam yaitu gugus 7-OH. Gugus 7- OH akan terionisasi menjadi
7-ONa dan menyebabkan terjadinya pergeseran batokromik.
17
Penambahan H3BO3 (asam borat) akan menjembatani kedua gugus hidroksil
pada gugus o-diOH sehingga terbentuk kompleks borat. Spektra gambar 10 tampak
pergeseran batokromik pita I sebesar 28 nm menunjukkan adanya gugus o-diOH
pada cincin B. Penambahan asam borat dilakukan setelah penambahan natrium
asetat karena reaksinya lebih kuat sehingga dapat lebih memantapkan ada/tidaknya
dan letak gugus o-diOH.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang banyak tersebar di alam terutama
pada tumbuhan. Untuk dapat menganilisis senyawa flavonoid dapat digunakan berbagai
cara. Salah satunya adalah dengan menggunakan spektrofotometri Uv-Vis.
Spektrofotometri Uv-Vis merupakan salah satu teknik yang telah digunakan sejak lama
untuk menganalisis senyawa flavonoid. Dengan Uv-Vis, senyawa flavonoid menunjukkan
dua karakteristik pita serapan pada panjang gelombang maksimum 240-285 dan 300-550.
Selain itu dengan menganalisa dengan menggunakan UV-Vis kita juga dapat mengetahui
golongan atau jenis dari flavonoid. Karakteristik spektrum UV untuk setiap jenis flavonoid
termasuk efek jumlah gugus aglikon hidroksil, jenis ikatan glikosidik dan senyawa asil
aromatis. Dalam menganalisis dapat digunakan pereaksi geser.Pereaksi Geser adalah
pereaksi yang menyebabkan pergeseran puncak pita serapan yang terjadi. Bisa digunakan
untuk menentukan kedudukan gugus hidroksil fenol bebas pada inti flavonoid. Pereaksi
geser yang digunakan antara lain natrium metoksida, natrium asetat, natrium asetat-asam
borat, aluminium klorida, dan aluminium klorida-asam sulfat.
3.2 Saran
Flavonoid adalah senyawa yang banyak dimanfaatkan dalam kehidupan manusia
yang bisa didapatkan dari alam. Maka itu, perlunya menganalisis senyawa ini perlu
teknologi yang mendukung salah satunya Spektrofotometri Uv-Vis. Tak hanya itu, pereaksi
geser juga dapat membantu menganalisa jenis flavonoid tersebut agar lebih akurat. Penulis
menyarankan perlu lebih dikembangkan teknologi untuk menganalisa senyawa flavonoid
dan penggunaan senyawa geser.
19
DAFTAR PUSTAKA
Andersen, Øyvind M.; Kenneth R. Markham. 2006. Flavonoids Chemistry, Biochemistry, and
Applications. Boca Raton: CRC Press.
Andi Suhendi*, L. R. 2011. Isolasi dan Identifikasi Flavonoid dari Daun Dewandaru (Eugenia
uniflora L.). Surakarta: Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Day, R.A, dan Underwood A.L. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima. Jakarta:
Erlangga.
Indarto. (2015). Isolasi dan Identifikasi Senyawa Fenolik dari Kulit Akar Tumbuhan
Artocarpus dadah Miq. Lampung: FTK IAIN Raden Intan Lampung.
Markham. 1988. Cara Identifikasi Flavonoid. Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata (Hal
1-20). Bandung: Penerbit ITB.
Yohanes Adithya Koirewoa, F. W. 2010. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid. Manado.
20
LAMPIRAN
Pertanyaan
1. Bagaimana cara penentuan struktur dengan spektro UV-Vis?
Senyawa organik sebagian besar tidak berwarna sehingga spektrofotometer UV lebih
banyak digunakan dalam penentuan struktur senyawa organik. Zat yang dapat dianalisis
menggunakan spektrofotometri UV adalah zat dalam bentuk larutan dan zat tersebut tidak
tampak berwarna. Jika zat tersebut berwarna maka perlu direaksikan dengan reagen
tertentu sehingga dihasilkan suatu larutan tidak berwarna. Namun biasanya zat yang
berwarna lebih banyak dianalisis menggunakan spektrofotometri sinar tampak.
Penggunaan UV untuk analisis senyawa organik berhubungan dengan gugus kromofor,
auksokrom, pergeseran batokromik dan hipsokromik. Misalnya perpanjangan ikatan
rangkap tekonjugasi menggeser λmaks ke arah makin besar. Auksokrom dan pergantian
pelarut dapat menimbulkan geseran batokromat dan hipsokromat
Contohnya, dalam jurnal “Isolasi dan Elusidasi Struktur Senyawa Lignan dan Asam
Lemak dari Ekstrak Daging Buah Phaleria Macrocarpa”, disebutkan data spektrum
menunjukkan adanya serapan pada 220, 240 dan 290 nm yang menggambarkan sistem
aromatis dalam senyawa. Spektrum juga menunjukkan pergeseran batokromik bila
21
ditambahkan basa dan pegeseran hipokromik bila ditambahkan asam. Dari literatur
diketahui bahwa spektrum UV-Vis golongan lignan memberikan serapan khas pada 210,
230 dan 280 nm dengan pita pergeseran batokromik dan hipokromik yang sama dengan
isolat.
23
Flavanol tanpa 5-OH bebas
tetapi tersulih pada 3-OH
Perubahan warna Isoflavon yang tidak
sedikit atau tanpa mengandung 5-OH bebas
perubahan warna
Fluoresensi mirip biru Isoflavon yang tak mengandung
muda 5-OH bebas
Tak Nampak Fluoresensi biru muda Isoflavon tanpa 5-OH bebas
Kuning redup dan Perubahan warna Flavonol yang mengandung 3-
kuning atau sedikit atau tanpa OH bebas dan mempunyai atau
fluoresensi jingga perubahan tak punya 5-OH bebas
Fluoresensi kuning Jingga atau merah Auron yang mengandng 4’OH
vevas dan beberapa 2- atau 4-OH
khalkon
Gambar. Pergeseran Batokromik dan Hipsokromik dengan Pereaksi Geser AlCl3 dan
AlCl3/HCl
24
5. Macam-macam Pereksi geser spesifik untuk? Menentukan posisi Orto OH?
A. Efek pereaksi geser Natrium Metoksida (NaOMe)
Natrium metoksida merupakan basa kuat yang dapat mengionisasi hampir semua
gugus dalam flavonoid. Degradasi atau pengurangan kekuatan spektra setelah
waktu tertentu merupakan petunjuk yang baik akan adanya gugus yang peka
terhadap basa. Merupakan petunjuk ‘sidik jari’ pola hidroksilasi dan juga
bermanfaat untuk mendeteksi gugus hidroksil yang lebih asam dan tidak
tersubtitusi. Pengganti pereaksi geser natrium metoksida yang baik ialah larutan
NaOH 2M dalam air. (Markham, 1988)
Tabel. Penafsiran NaOMe
Jenis Pergeseran yang tampak Petunjuk Penafsiran
Flavonoid Pita 1 Pita 2
flavon • Intensitas • 3,4’-OH, o-diOH
flavonol terus menurun pada cincin A;
(penguraian) pada cincin B: OH
• + 45 -65 nm, yang
intensitas tak berdampingan
menurun • 4’-OH
• +45-65 nm, • Adanya 3-OH, tak
intensitas ada 4’-OH bebas
menurun • 7-OH
• Pita baru
(dibandingkan
dgn MeOH),
pada 320-335
nm
25
dengan lambat; o-diOH
berjalannya pada cincin B
waktu isoflavon)
(degradasi) • Flavanon dan
• Begeser dari dihidroflavonol
k.280 nm ke dengan 5,7-OH 7-
k. 325 nm, OH, tanpa 5-OH
intensitas bebas
naik tetapi • 7-OH, tanpa 5-OH
ke 330-340 bebas
nm
26
Contoh Kegunaan Pereaksi NaOMe
28
Gambar. Deteksi gugus ortohidroksi dengan Perekasi Geser NaOAc/H3BO3
Tabel. Penafsiran NaOAc/H3BO3
Jenis Pergeseran yang tampak Petunjuk Penafsiran
Flavonoid Pita 1 Pita 2
Flavon +12 sampai 36 nm O-diOH pada cincin B
Flavonol (nisbi terhadap
Isoflavon spektrum MeOH)
29
Gambar. Pergeseran spectrum luteolin pada penambahan AlCl3 dan AlCl3/HCl
Tabel. Penafsiran spektrum AlCl3 dan AlCl3/HCl
30
Isoflavon, Pergeseran yang tampak Keterangan
Flavanon dan
Dihidroflavonol Pita 1 Pita 2
AlCl3/HCl +10-14 nm 5-OH (isoflavon)
AlCl3
+20-26 nm 5-OH (flavanon,
dihidroflavonol)
31
Antosianidin, Pergeseran yang Keterangan
Antosianin tampak
Pita 1 Pita 2
AlCl3 +25-35 nm o-diOH
(pada pH 2-4)
Pergeseran lebih Banyak o-diOH atau o-
besar diOH (3-deoksi
antosianidin)
32
gelombang pada rutin. dan juga rutin merupakan glikosida yang mengandung flavonol
kuersetin dan disakarida rutinosa . Rutin = quercetin-3-O-rutinoside.
33