Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH FITOKIMIA II

IDENTIFIKASI DAN SIFAT FLAVONOID

Disusun oleh:
KELOMPOK 2
FITOKIMIA II – B
Dya Iqtha 1506767233
Ernis Oktaviani 1506677263
Fariz Muhamad 1506729172
Jararizki Budi S. 1506721932
Nur Azizah 1506677130
Sabrina Nur Amalia 1506767170
Wike widasari 1506721951
Yunita Sari 1506677351

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan petunjuknya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Fitokimia II dan menambah wawasan mengenai identifikasi
dan sifat flavonoid. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing mata kuliah Fitokimia
II Prof. Berna Elya, S.Si., M.Si. yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa mungkin masih terdapat banyak kekurangan di dalam


penyusunan makalah ini. Saran dan kritik yang membangun penulis harapkan sehingga ke
depannya penulis dapat menyusun makalah dengan lebih baik lagi.

Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih kepada pembaca yang telah meluangkan
waktunya untuk membaca makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis
maupun pembaca.

Depok, 17 Maret 2018

Penulis

ii 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan .....................................................................................................................5
1.4 Manfaat……………………………………………………………………………………..5

BAB II ISI .......................................................................................................................................6


2.1 Pendahuluan ............................................................................................................................6
2.2 Langkah Penentuan .................................................................................................................7
2.3 Pereaksi Geser ......................................................................................................................10
2.3.1 Pengertian .................................................................................................................10
2.3.2 Jenis Pereaksi Geser ..................................................................................................10
2.3.3 Cara Pembuatan Pereaksi Geser ...............................................................................10
2.3.4 Tahapan Kerja Penggunaan Pereaksi Geser .............................................................11
2.4 Contoh Identifikasi Menggunakan UV-VIS .........................................................................12
2.4.1 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid Daun Beluntas (Pluchea indica L.).....12

2.4.2 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Fenolik dari Kulit Akar Tumbuhan Artocapus
dadah Miq.………………………………………………………………………....13

2.4.3 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid dari Daun Dewandaru (Eugenia uniflora L.)……15

BAB III PENUTUP ......................................................................................................................19


3.1 Kesimpulan ...........................................................................................................................19
3.2 Saran .....................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................20
LAMPIRAN..................................................................................................................................21

iii 3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Flavonoid sebagai salah satu metabolit sekunder yang memiliki berbagai macam
aktivitas farmakologis sehingga termasuk ke dalam perhatian para pengembang obat
tradisional. Flavonoid terdiri dari beberapa jenis dan mempunyai aktivitas yang berbeda juga
setiap jenisnya. Oleh sebab itu perlu dilakukan identifikasi terlebih dahulu pada setiap
flavonoid yang didapatkan. Identifikasi flavonoid dapat dilakukan dengan berbagai cara, dari
yang sederhana yaitu menggunakan identifikasi reaksi warna spesifik untuk golongan
flavonoid, atau dengan menggunakan instrument. Salah satu instrument yang digunakan
dalam mengidentifikasi flavonoid adalah dengan menggunakan spektrofotometri ultraviolet
dan visible/ tampak. Spektrofotometri merupakan instrument analisa berdasarkan interaksi
energy cahaya dan materi. Identifikasi senyawa dapat dilakukan dengan menggunakan
parameter bentuk kurva serapan, panjang gelombang maksimum dan minimum, serta nilai
serapan. Cara tersebut digunakan untuk membantu mengidentifikasi jenis flavonoid dan
menentukan pola osigenasi. Kedudukan gugus hidroksil fenol bebas pada inti flavonoid juga
dapat ditentukan dengan menambahkan pereaksi geser ke dalam larutan sampel dan
mengamati pergeseran puncak serapan yang terjadi. Oleh sebab itu, diharapkan melalui
makalah mengenai identifikasi flavonoid dengan UV berikut dapat membantu para pembaca
untuk lebih mengenal dan memahami identifikasi berbagai jenis flavonoid sehingga
pemanfaatan dari flavonoid diharapkan bisa menjadi lebih berkembang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa kegunaan dari spektroskopi serapan ultraviolet-tampak?
2. Apa saja keuntungan penggunaan spektroskopi serapan ultraviolet-tampak?
3. Bagaimana menganalisis struktur flavonoid?
4. Bagaimana bentuk spektrum flavonoid?
5. Bagaimana langkah penentuan dalam menafsirkan spektrum flavonoid?
6. Apa fungsi pereaksi geser?

4
7. Bagaimana cara menafsirkan spectrum flavonoid setelah penambahan pereaksi geser?
8. Bagaimana cara membuat pereaksi geser?
9. Bagaimana pengaruh pereaksi geser terhadap spectrum umum flavonoid?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan Pembuatan makalah ini adalah untuk
1. Mengetahui kegunaan spektroskopi serapan ultraviolet-tampak
2. Mengerahui cara menganalisis struktur flavonoid dengan spektroskopi serapan
ultraviolet-tampak
3. Mengetahui bentuk umum spektrum serapan flavonoid
4. Memahami langkah penentuan dalam menafsirkan spektrum flavonoid
5. Memahami langkah pembuatan pereaksi geser
6. Memahami pengaruh pereaksi geser terhadap perubahan spektrum

1.4 Manfaat
Manfaat bagi mahasiswa yaitu dapat menafsirkan spektrum serapan ultraviolet-
tampak flavonoid dan mengetahui kedudukan gugus hidroksil fenol setelah penambahan
pereaksi geser.

5
BAB II
ISI

2.1. Pendahuluan
Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran serapan cahaya di daerah ultraviolet
(200-400 nm) dan sinar tampak (400-800 nm) oleh suatu senyawa. Spektrofotometer UV-Vis
pada umumnya digunakan untuk:
1. Menentukan jenis kromofor, ikatan rangkap yang terkonjugasi dan auksokrom dari suatu
senyawa organik.
2. Menjelaskan informasi dari struktur berdasarkan panjang gelombang maksimum suatu
senyawa.
3. Mampu menganalisis senyawa organik secara kuantitatif dengan menggunakan
hukum Lambert-Beer.
Keuntungan utama spektroskopi UV/Vis adalah:
 Hanya sejumlah kecil bahan yang dibutuhkan, karena sel spektrofotometri standar (1 X 1
cm) hanya menampung 3 ml larutan.
 Besar jumlah informasi yang berguna secara struktural dihasilkan.
 Peralatannya tersedia di sebagian besar laboratorium kimia dan biokimia.
Spektroskopi serapan UV-Vis berguna untuk mengidentifikasi jenis, struktur dan
menentukan pola oksigenasi flavonoid. Flavonoid mengandung gugus aromatis terkonjugasi
sehingga menunjukkan serapan yang intens pada spektrum daerah gelombang UV dan sinar
tampak. Kedudukan gugus hidroksi fenol bebas pada inti flavonoid dapat ditentukan dengan
menambahkan pereaksi geser ke dalam larutan cuplikan dan mengamati pergeseran puncak
yang terjadi..
Spektrum umum flavonoid menghasilkan dua pita serapan
maksimal:
• Pita II: 240-285 nm (dari cincin A)
• Pita I : 300-550 nm (dari cincin B)

6
Pita II merupakan serapan dari cincin A bagian benzoil, dan pita I merupakan serapan dari
cincin B bagian sinamoil. Pengamatan dilakukan pada panjang gelombang maksimum 200-800
nm. Intensitas dari masing-masing serapan tergantung pada panjangnya sistem konjugasi serta
adanya subtitusi terutama pada kedudukan atom C3 dan C5.

2.2 Langkah Penentuan

Langkah pertama ialah menentukan jenis flavonoid dengan memperhatikan


Bentuk umum spektrum dalam methanol, Panjang gelombang pita serapan, dan Data
kromatografi

Gambar 1. Bentuk Umum Spektrum

Gambar 2. Rentangan Spektrum Serapan UV-Vis

7
Spektrum Flavonoid pada metanol, menunjukkan dua puncak serapan utama pada
240-400 nm. Kedua puncak tersebut disebut dengan Pita I (biasanya 300-550 nm) dan Pita
II (biasanya 240-285 nm). Pita I diasosiasikan dengan serapan yang terjadi pada cincin
cinnamoyl B, dan Pita II dengan serapan pada cincin A benzoyl terutama posisi Pita I,
memberikan informasi tentang jenis flavonoid dan juga pola oksidasinya. Hal ini terlihat
dari data disajikan pada Tabel dibawah ini bahwa posisi Pita I membedakan antara flavon
dan 3-hydroxyflavones (flavonol). Pita I flavon yang berada pada kisaran 304 - 350 nm
sedangkan Pita I dari 3-hydroxyflavones muncul pada panjang gelombang yang lebih
panjang (352 - 385 nm). Namun, dalam flavonol dengan gugus 3-hidroksil tersubstitusi
(metilasi atau glikosilasi), Pita I (328 - 357 nm) sedikit tumpang tindih dengan Pita I di
flavon, dan bentuk umum dari kurva spektral mendekati flavon.

Pita I Spektra UV-Vis Flavones dan Flavonols

Langkah Kedua ialah mempertimbangkan arti perubahan spectrum yang


disebabkan oleh berbagai pereaksi geser. Keragaman dalam spektrum serapan dipengaruhi
oleh pola hidroksilasi dan derajat subtitusi gugus hidroksil

1. Perubahan pada cincin A cenderung tercerminkan pada serapan pita II, sedangkan
perubahan pada cincin B tercerminkan pada serapan pita I.

2. Oksigenasi tambahan (terutama hidroksilasi) umumnya mengakibatkan pergeseran pita


ke panjang gelombang yang lebih tinggi. (Berdasarkan table dibawah ini)

Tabel. Pita I pada spektra UV dari Flavonols akibat adanya pola oksidasi pada cincin B

8
Berdasarkan tabel tersebut, sebagai contoh Quercetin dan Kaemferol memiliki
perbedaan pada subtitusi OH di cincin B. Kaemferol memiliki subttusi OH pada C
posisi 4’ sementara Quercetin memiliki OH pada posis 3’ dan 4’. Akibat adanya
subtitusi OH yang berbeda pada cincin B, maka akan berpengaruh pada Pita I (pita
serapan I) dimana Pita I pada Quercetin berada pada panjang gelombang yang lebih
panjang.

Tabel 1. Pita II pada spektra UV dari Flavonols akibat adanya pola oksidasi pada
cincin A

Perbedaan pola oksidasi pada cincin A akan berpengaruh pada Pita II (pita serapan
II).

3. Metilasi atau glikosilasi (terutama 3,5,7 dan 4’ hidroksil) mengakibatkan pergeseran


pita ke panjang gelombang yang lebih rendah. (pergeseran hypsochromic (ke panjang
gelombang yang lebih pendek), terutama akan teramati pada Pita I. Sifat gula pada
glikosida biasanya tidak akan berpengaruh
4. Asetilasi cenderung menghilangkan pengaruh gugus hidroksil fenol terhadap spektrum.

9
5. Adanya asam sinamat sebagai fungsi asil pada flavonoid dapat di deteksi berdasarkan
adanya pita serapan pada kira-kira 320 nm jika flavonoid sendiri tidak menunjukkan
serapan yang berarti di daerah ini
6. Pada flavon dan Flavonol adanya system 3’, 4’-di OH umumnya dapat dibuktikan
dengan adanya puncak kedua dalam pita.

2.3 Pereaksi Geser

2.3.1 Pengertian

Pereaksi geser merupakan pereaksi yang ditambahkan dalam larutan cuplikan


untuk menentukan kedudukan gugus hidroksil fenol bebas pada inti flavonoid dan
mengamati pergeseran puncak serapan yang terjadi. Secara tidak langsung berguna
untuk menentukan kedudukan gula atau metil yang terikat pada salah satu gugus
hidroksil fenol. Penambahan pereaksi geser atau pereaksi diagnostik, adanya
hidroksilasi, glikolasi, metilasi dan asetilasi dapat mengubah karakter resapan dari
senyawa flavonoid. Dengan melihat perubahan-perubahan ini maka dapat digunakan
untuk memperkirakan struktur flavonoid.

2.3.2 Jenis – Jenis Pereaksi Geser

Jenis-jenis Pereaksi geser yang digunakan yaitu :

•Natrium metoksida (NaOMe)

•Natrium asetat (NaOAc)

•Alumunium klorida (AlCl3)

•Asam hidroklorida (HCl)

•Asam borat (H3BO3)

2.3.3 Cara Pembuatan Pereaksi Geser

• Natrium metoksida (NaOMe)


Dibuat dengan mereaksikan metanol dengan natrium lalu dipanaskan untuk
menghilangkan residual methanol dan membiarkan natrium metoksida dalam
kontainer.
10
• Natrium asetat (NaOAc)
Tambahkan serbuk natrium asetat ke dalam larutan flavonoid persediaan
dalam kuvet sedemikian rupa sehingga terdapat kira-kira 2 mm lapisan
natrium asetat pada dasar kuvet.

• Alumunium klorida (AlCl3)


Kira-kira 5 gr AlCl3 segar dan kering ditambahkan hati-hati ke dalam 100 mL
metanol. Simpan dalam botol plastik bertutup.

• Asam hidroklorida (HCl)


50 mL HCl pekat ditambahkan ke dalam 100 mL aquadest

• Asam borat (H3BO3)


Digunakan serbuk asam borat anhidrat yang dilarutkan dalam metanol.

2.3.4 Tahapan Kerja Penggunaan Pereaksi Geser


1. Mengukur spektrum cuplikan dalam MeOH (spektum ‘MeOH’).
2. Tambahkan 3 tetes NaOMe ke dalam kuvet, campur, lalu rekamlah
spektrum ‘NaOMe’. Untuk memeriksa adanya penguraian, spektrum
‘NaOMe’ direkam lagi setelah kira-kira lima menit. Kemudian, buang
cuplikan dan kuvet yang telah dicuci diisi lagi dengan larutan flavonoid
persediaan.
3. 6 tetes pereaksi AlCl3, ditambahkan ke dalam larutan flavonoid, campur,
lalu ukur spektrum ‘AlCl3’. Selanjutnya ditambahkan 3 tetes HCl, campur,
lalu ukur spektrum ‘AlCl3/HCl’. Akhirnya cuplikan dibuang dan cuci kuvet.
4. Serbuk NaOAc ke dalam larutan flavonoid persediaan dalam kuvet sehingga
terdapat kira-kira 2mm lapisan NaOAc pada dasar kuvet, kocok, ukur
spektrum ‘NaOAc’.
5. Untuk memeriksa apakah ada penguraian, spektrum ‘NaOAc’ diukur ulang
setelah kira-kira 5 menit.
6. Lalu spektrum ‘NaOAc/ H3BO3’ diukur setelah ditambahkan H3BO3 dan
dicampur (banyaknya H3BO3 kira-kira setengah dari NaOAc)

11
2.4 Contoh Identifikasi Menggunakan Uv-Vis
2.4.1 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dalam Daun Beluntas (Pluchea
indica L.)
Sebelum dilakukannya identifikasi UV-Vis dilakukan isolasi mengunakan
KLT. Pembanding yang digunakan adalah Rutin. Dari isolasi KLT didaptkan 3
isolat. Ketiga isolat hasil KLT yang telah dikerok dan disentrifugasi kemudian
dibaca pada alat spektrofotometer UV-Vis menggunakan pelarut baku metanol.
Dari ketiga isolat tersebut, isolat ketiga yang memiliki hasil spektrum senyawa
flavonoid yaitu flavonol
seperti yang bisa dilihat pada gambar.

Spektrum UV-Vis pada panjang gelombang 200-400nm.

Dari hasil spektrum yang tampak, terdapat dua pita pada isolat ketiga. Pita
pertama mempunyai panjang gelombang 372 nm pada absorbansi 0,252 dan pita
kedua mempunyai panjang gelombang 276 nm pada absorbansi 0,532 ini
menandakan bahwa isolat yang dibaca positif mengandung flavonol. Hal ini
diperkuat oleh markham (1988) bahwa rentang serapan spektrum flavonol
mempunyai panjang gelombang 350-385 nm pada pita pertama dan pita kedua pada
panjang gelombang 250-280 nm. Jika dibandingkan dengan pembading rutin
12
flavonol yaitu kuesertin seperti pada gambar dibawah ini hasil yang didapat
mempunyai rentang separan yang sama yaitu pita pertama terdapat antara panjang
gelombang 350-385 nm yaitu 377 nm dan pita kedua pada panjang gelombang 250-
280 nm yaitu 280 nm. Hal ini memperkuat hasil yang di dapat bahwa isolat ketiga
positif mengandung flavonol.

Spektrum Rutin pada UV-Vis

2.4.2 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Fenolik dari Kulit Akar Tumbuhan
Artocapus dadah Miq.

Gambar 1. Spektrum UV Senyawa isolasi C1B2 dalam methanol

Gambar 1 memperlihatkan data serapan senyawa hasil isolasi C1B2 yang


diperoleh dari kulit akar tumbuhan A. dadah terhadap sinar UV yang memberikan
serapan maksimum pada λmaks 204 nm (a = 33,76 cm-1g-1L), 279 nm (a = 33,48
cm-1g-1L), dan 328 nm(a = 11,80 cm-1-1L) dalam metanol dengan konsentrasi
0,0001 g/0,01 L (0,1 mg/10 mL). Data spektrum UV menunjukkan karakteristik

13
serapan untuk senyawa flavon. Serapan maksimum di daerah ultraviolet pada
λmaks 328 nm merupakan spektrum khas flavon pada pita I yang karakteristik
untuk resonansi gugus sinamoil dari cincin B. Serapan maksimum pada λmaks 279
nm merupakan spektrum khas flavon pada pita II yang karakteristik untuk resonansi
gugus benzoil dari cincin A.

Untuk menentukan kedudukan gugus hidroksil fenol pada senyawa


flavonoid dilakukan dengan penambahan pereaksi geser pada pengukurannya, yaitu
dengan cara mengamati pergeseran puncak yang terjadi. Pereaksi geser NaOH
digunakan untuk mendeteksi gugus hidroksil yang lebih asam dan tidak
tersubstitusi. Adanya pergeseran batokromik pada pita I menunjukkan adanya
gugus hidroksil pada posisi C3, C4’, dan C7 (Markham, 1988).

Gambar 2. Spektrum UV senyawa hasil isolasi C1B2 (a) dalam MeOH, (b) dalam
MeOH +NaOH (Edhi, n.d.)

Data spektrum UV pada penambahan pereaksi geser natrium hidroksida


(NaOH) terjadi pergeseran puncak serapan pada pita I sebesar 40 nm yaitu dari 328
nm bergeser menjadi 368 nm (Gambar 2). Adanya pergeseran batokromik pada pita
I memberikan petunjuk adanya gugus hidroksil pada posisi C3, C4’, dan C7.
Senyawa hasil isolasi C523 dan 8BB belum dilakukan analisis spektroskopi UV-
VIS.

14
2.4.3 Isolasi dan Identifikasi Flavonoid dari Daun Dewandaru (Eugenia uniflora L.)
Identifikasi dilakukan dengan pengamatan perubahan panjang gelombang
pada spektra flavonoid menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Spektra flavonoid
terdiri dari dua absorbsi maksimal yaitu pada range 240-285 nm (pita I) dan pada
range 300- 550 nm (pita II). Sedangkan untuk mengetahui adanya gugus tambahan
yang melekat pada gugus utama flavonoid digunakan pereaksi diagnostik yang
memiliki reaksi khusus sehingga dapat diketahui berdasar pergeseran panjang
gelombang (λ) maksimalnya.

Berdasarkan Gambar 3, didapatkan bahwa isolat flavonoid memperlihatkan


spektra awal yang terletak pada 344 nm (pita I) dan 264 nm (pita II) yang
menunjukkan gugus utama berupa flavon atau flavonol 3-OH tersubstitusi.
Keberadaan gugus hidroksi dikonfirmasi dengan pereaksi diagnostik NaOH 2N.
Pada umumnya senyawa flavonol akan mengalami pergeseran batokromik karena
memiliki gugus hidroksil. NaOH bereaksi dengan mengionisasi semua gugus
hidroksil bebas yang terdapat dalam senyawa flavonoid.

Berdasarkan Gambar 4, terbukti terjadi pergeseran batokromik pada semua


pita. Namun letak gugus hidroksil pada posisi dimana belum dapat dipastikan
karena pergeseran yang terjadi belum mencapai range yang ditentukan. Tetapi dari
15
hasil tersebut dapat diperkirakan adanya gugus hidroksil yang cukup kuat pada
cincin A yang ditunjukkan oleh pergeseran batokromik yang cukup besar (43 nm)
pada pita II dan terdapat pula gugus hidroksil pada cincin B yang ditunjukkan oleh
pergeseran batokromik walaupun tidak terlalu besar.

Reaksi isolat dengan pereaksi diagnostic NaOH ditunggu selama 5 menit


untuk untuk mengetahui adanya dekomposisi flavonoid yang ditunjukkan dengan
penurunan absorbansi. Tetapi dari spectra yang tampak pada Gambar 5, tidak dapat
diketahui hasilnya karena pita II tidak teramati. Pereaksi diagnostik lainnya adalah
AlCl3 yang akan membentuk kompleks dengan orto dihidroksi maupun hidroksi
keton. Sedangkan pada penambahan HCl akan mengurai kembali kompleks karena
Al tak stabil yang terbentuk pada o-di OH. Spektra (gambar 6) memperlihatkan
bahwa terjadi pergeseran batokromik pita I sebesar 65 nm pada penambahan AlCl3
yang menunjukkan adanya kompleks yang terbentuk dari hidroksi keton (3-OH
dengan atau tanpa 5-OH) dan atau o-di OH.

16
Sedangkan pada reaksi penambahan HCl terjadi pergeseran hipsokromik
pita I sebesar 21 nm dari penambahan AlCl3, menunjukkan adanya kompleks yang
terurai. Hasil tersebut menunjukkan adanya gugus o-di OH. Dari hasil tersebut juga
dapat diketahui bahwa di dalam struktur terdapat gugus 3-OH dan atau 5-OH yang
ditunjukkan pergeseran batokromik pada penambahan AlCl3/HCl dibandingkan
dengan spektra awal sebesar 44 nm pada Gambar 7. Pereaksi diagnostik selanjutnya
adalah NaOAc yang hanya bereaksi dengan mengionisasi gugus hidroksil flavonoid
yang paling tahan asam yaitu gugus 7-OH. Gugus 7- OH akan terionisasi menjadi
7-ONa dan menyebabkan terjadinya pergeseran batokromik.

Berdasarkan spektra yang tampak pada Gambar 8 dapat diketahui bahwa


terjadi pergeseran batokromik pada pita II sebesar 5 nm yang menunjukkan adanya
gugus 7-OH. Spektra yang direkam setelah lima menit penambahan NaOAc untuk
mengetahui adanya gugus peka basa, yaitu gugus o-diOH yang terletak jauh dari
gugus karbonil (gugus keton pada cincin C) jika kekuatan absorbansi berkurang.
Diketahui dari spektra pada Gambar 9 bahwa tidak ada penurunan absorbansi,
berarti tidak terdapat gugus peka basa. Namun hasil ini kurang spesifik karena peran
asam borat dalam membentuk kompleks lebih kuat untuk mendeteksi adanya gugus
o-diOH, seperti yang dijelaskan pada Gambar10.

17
Penambahan H3BO3 (asam borat) akan menjembatani kedua gugus hidroksil
pada gugus o-diOH sehingga terbentuk kompleks borat. Spektra gambar 10 tampak
pergeseran batokromik pita I sebesar 28 nm menunjukkan adanya gugus o-diOH
pada cincin B. Penambahan asam borat dilakukan setelah penambahan natrium
asetat karena reaksinya lebih kuat sehingga dapat lebih memantapkan ada/tidaknya
dan letak gugus o-diOH.

Isolat dihidrolisis untuk memastikan apakah flavonoidnya terikat gula atau


tidak. Hasil elusi pada Gambar 11, walaupun terjadi perubahan harga Rf isolat
terhidrolisis (Rf 1,0) lebih tinggi daripada isolat yang belum dihidrolisis pada
UV366 nm (Rf 0,75) baik sebelum maupun setelah diuapi ammonia, namun tidak
dapat dipastikan adanya gugus gula dalam isolat karena selisih harga Rf yang kecil.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang banyak tersebar di alam terutama
pada tumbuhan. Untuk dapat menganilisis senyawa flavonoid dapat digunakan berbagai
cara. Salah satunya adalah dengan menggunakan spektrofotometri Uv-Vis.
Spektrofotometri Uv-Vis merupakan salah satu teknik yang telah digunakan sejak lama
untuk menganalisis senyawa flavonoid. Dengan Uv-Vis, senyawa flavonoid menunjukkan
dua karakteristik pita serapan pada panjang gelombang maksimum 240-285 dan 300-550.
Selain itu dengan menganalisa dengan menggunakan UV-Vis kita juga dapat mengetahui
golongan atau jenis dari flavonoid. Karakteristik spektrum UV untuk setiap jenis flavonoid
termasuk efek jumlah gugus aglikon hidroksil, jenis ikatan glikosidik dan senyawa asil
aromatis. Dalam menganalisis dapat digunakan pereaksi geser.Pereaksi Geser adalah
pereaksi yang menyebabkan pergeseran puncak pita serapan yang terjadi. Bisa digunakan
untuk menentukan kedudukan gugus hidroksil fenol bebas pada inti flavonoid. Pereaksi
geser yang digunakan antara lain natrium metoksida, natrium asetat, natrium asetat-asam
borat, aluminium klorida, dan aluminium klorida-asam sulfat.

3.2 Saran
Flavonoid adalah senyawa yang banyak dimanfaatkan dalam kehidupan manusia
yang bisa didapatkan dari alam. Maka itu, perlunya menganalisis senyawa ini perlu
teknologi yang mendukung salah satunya Spektrofotometri Uv-Vis. Tak hanya itu, pereaksi
geser juga dapat membantu menganalisa jenis flavonoid tersebut agar lebih akurat. Penulis
menyarankan perlu lebih dikembangkan teknologi untuk menganalisa senyawa flavonoid
dan penggunaan senyawa geser.

19
DAFTAR PUSTAKA

Andersen, Øyvind M.; Kenneth R. Markham. 2006. Flavonoids Chemistry, Biochemistry, and
Applications. Boca Raton: CRC Press.

Andi Suhendi*, L. R. 2011. Isolasi dan Identifikasi Flavonoid dari Daun Dewandaru (Eugenia
uniflora L.). Surakarta: Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Day, R.A, dan Underwood A.L. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima. Jakarta:
Erlangga.

Harborne, J. B 1998. Phytochemical Methods A Guide to Modern Techniques of Plant


Analysis. London: Chapman And Hall

Indarto. (2015). Isolasi dan Identifikasi Senyawa Fenolik dari Kulit Akar Tumbuhan
Artocarpus dadah Miq. Lampung: FTK IAIN Raden Intan Lampung.

Markham. 1988. Cara Identifikasi Flavonoid. Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata (Hal
1-20). Bandung: Penerbit ITB.

T. J. Mabry, K. R. Markham and M. B. Thomas. 1970. The Isolation, Purification and


Preliminary Identification of Flavonoids. New York: Springer.

Yohanes Adithya Koirewoa, F. W. 2010. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid. Manado.

20
LAMPIRAN

Pertanyaan
1. Bagaimana cara penentuan struktur dengan spektro UV-Vis?
Senyawa organik sebagian besar tidak berwarna sehingga spektrofotometer UV lebih
banyak digunakan dalam penentuan struktur senyawa organik. Zat yang dapat dianalisis
menggunakan spektrofotometri UV adalah zat dalam bentuk larutan dan zat tersebut tidak
tampak berwarna. Jika zat tersebut berwarna maka perlu direaksikan dengan reagen
tertentu sehingga dihasilkan suatu larutan tidak berwarna. Namun biasanya zat yang
berwarna lebih banyak dianalisis menggunakan spektrofotometri sinar tampak.
Penggunaan UV untuk analisis senyawa organik berhubungan dengan gugus kromofor,
auksokrom, pergeseran batokromik dan hipsokromik. Misalnya perpanjangan ikatan
rangkap tekonjugasi menggeser λmaks ke arah makin besar. Auksokrom dan pergantian
pelarut dapat menimbulkan geseran batokromat dan hipsokromat

Contohnya, dalam jurnal “Isolasi dan Elusidasi Struktur Senyawa Lignan dan Asam
Lemak dari Ekstrak Daging Buah Phaleria Macrocarpa”, disebutkan data spektrum
menunjukkan adanya serapan pada 220, 240 dan 290 nm yang menggambarkan sistem
aromatis dalam senyawa. Spektrum juga menunjukkan pergeseran batokromik bila

21
ditambahkan basa dan pegeseran hipokromik bila ditambahkan asam. Dari literatur
diketahui bahwa spektrum UV-Vis golongan lignan memberikan serapan khas pada 210,
230 dan 280 nm dengan pita pergeseran batokromik dan hipokromik yang sama dengan
isolat.

2. Tujuan Pereaksi Geser?


Pereaksi yang membantu mengidentifikasi jenis flavonoid dan menentukan pola
oksigenasi. Pereaksi geser merupakan pereaksi yang ditambahkan dalam larutan
cuplikan untuk menentukan kedudukan gugus hidroksil fenol pada inti flavonoid dan
mengamati pergeseran puncak serapan yang terjadi. Secara tidak langsung berguna
untuk menentukan kedudukan gula atau metil yang terikat pada salah satu gugus
hidroksil fenol.

3. Dari mana di dapatkan data kromatogram?


Salah satu langkah menentukan jenis flavonoid dengan memperhatikan data
kromatogram kertas. Kromatografi kertas digunakan untuk analisis tumbuhan untuk
menguji adanya flavonoid. Untuk deteksi bercak yang terlihat pada kromatografi kertas,
kromatogram diperiksa dengan sinar UV, kemudian menguapi kromatogram yang
sudah benar-benar kering dengan uap NH3. Bercak glikosida flavon atau glikosida
22
flavonoid berwarna ijas (lembayung tua) dengan sinar UV menjadi kuning atau hijau
kuning bila diuapi NH3. NH3 digunakan untuk meningkatkan kepekaan deteksi dan
hasilkan perubahan warna
Tabel. Penafsiran warna bercak dari segi struktur flavonoid
Warna bercak dengan sinar UV Jenis Flavonoid yang mungkin
Sinar Uv tanpa Sinar Uv dengan NH3
NH3
Lembayung gelap Kuning, hijau-kuning  Biasanya 5-OH flavon atau
atau hijau flavonol (tersulih pada 3-O dan
mempunyai 4’-OH)
 Kadang-kadang 5-OH flavanon
dan 4’-OH khalkon tanpa OH
pada cincin B
Perubahan warna  Biasanya flavon atau flavonol
sedikit atau tanpa tersulih pada 3-O mempunyai 5-
perubahan warna OH tetapi tanpa 4’-OH bebas
 6 atau 8-OH flavon dan flavonol
tersulih pada 3-O serta
mengandung 5-OH
 Isoflavon, dihidrflavonol,
biflavonil dan beberapa flavonon
yang mengandung 5-OH
 Khalkon yang mengandung 2’-
atau 6’-OH tetapi tidak
mengandung 2- atau 4-OH bebas
Biru Muda  Beberapa 5-OH flavanon
Merah atau Jingga  Khalkon yang mengandung 2-
dan atau 4-OH bebas
Fluoresensi biru Fluoresensi hijau  Flavon dari flavanon yang tak
muda kuning atau hijau biru mengandung 5-OH, misalnya 5-
OH-glikosida

23
 Flavanol tanpa 5-OH bebas
tetapi tersulih pada 3-OH
Perubahan warna  Isoflavon yang tidak
sedikit atau tanpa mengandung 5-OH bebas
perubahan warna
Fluoresensi mirip biru  Isoflavon yang tak mengandung
muda 5-OH bebas
Tak Nampak Fluoresensi biru muda  Isoflavon tanpa 5-OH bebas
Kuning redup dan Perubahan warna  Flavonol yang mengandung 3-
kuning atau sedikit atau tanpa OH bebas dan mempunyai atau
fluoresensi jingga perubahan tak punya 5-OH bebas
Fluoresensi kuning Jingga atau merah  Auron yang mengandng 4’OH
vevas dan beberapa 2- atau 4-OH
khalkon

4. Apa yang dimaksud dengan pergeseran Batokromik dan Hipsokromik?


Pergeseran batokromik merupakan pergeseran ke arah (panjang gelombang) λ lebih
panjang, sementara pergeseran hipsokromik merupakan pergeseran ke λ (panjang
gelombang) lebih pendek. Berikut merupakan contoh pergeseran panjang gelombang
yang terjadi pada senyawa Rutin

Gambar. Pergeseran Batokromik dan Hipsokromik dengan Pereaksi Geser AlCl3 dan
AlCl3/HCl

24
5. Macam-macam Pereksi geser spesifik untuk? Menentukan posisi Orto OH?
A. Efek pereaksi geser Natrium Metoksida (NaOMe)
Natrium metoksida merupakan basa kuat yang dapat mengionisasi hampir semua
gugus dalam flavonoid. Degradasi atau pengurangan kekuatan spektra setelah
waktu tertentu merupakan petunjuk yang baik akan adanya gugus yang peka
terhadap basa. Merupakan petunjuk ‘sidik jari’ pola hidroksilasi dan juga
bermanfaat untuk mendeteksi gugus hidroksil yang lebih asam dan tidak
tersubtitusi. Pengganti pereaksi geser natrium metoksida yang baik ialah larutan
NaOH 2M dalam air. (Markham, 1988)
Tabel. Penafsiran NaOMe
Jenis Pergeseran yang tampak Petunjuk Penafsiran
Flavonoid Pita 1 Pita 2
flavon • Intensitas • 3,4’-OH, o-diOH
flavonol terus menurun pada cincin A;
(penguraian) pada cincin B: OH
• + 45 -65 nm, yang
intensitas tak berdampingan
menurun • 4’-OH
• +45-65 nm, • Adanya 3-OH, tak
intensitas ada 4’-OH bebas
menurun • 7-OH
• Pita baru
(dibandingkan
dgn MeOH),
pada 320-335
nm

Isoflavon Tidak ada pergeseran tak ada OH pada cincin


A

Flavanon • Intensitas • o-diOHpada cincin


Dihidroflavonol menurun A (penurunan

25
dengan lambat; o-diOH
berjalannya pada cincin B
waktu isoflavon)
(degradasi) • Flavanon dan
• Begeser dari dihidroflavonol
k.280 nm ke dengan 5,7-OH 7-
k. 325 nm, OH, tanpa 5-OH
intensitas bebas
naik tetapi • 7-OH, tanpa 5-OH
ke 330-340 bebas
nm

Khalkon • +80-95 nm • 4’OH (auron)


auron (intensitas • 6-OH tanpa
naik) oksigenasi pada
• +60-70 nm 4’(auron)
(intensitas • 6-OH dengan
naik) oksigenasi pada 4’
• Pegeseran (auron)
lebih kecil

• +60-100nm • 4-OH (Khalkon)


(intensitas • 2-OH atau 4’-OH
naik) dan tanpa 4-OH
• Tanpa • 4’-OH (2’-OH atau
kenaikan 4-OR juga ada)
intensitas
• +40 – 50 nm

Antosianidin Semuainya terurai kecuali 3- • Nihil


Antosianin deoksiantosianidin

26
Contoh Kegunaan Pereaksi NaOMe

Gambar. Pergeseran pada Tamarisektin 7-o-rutinosida dengan peraksi geser


NaOMe
B. Efek pereaksi geser NaOAc
Natrium asetat hanya menyebabkan pengionan yang berarti pada gugus hidroksil
flavonoid yang paling asam. Digunakan terutama untuk mendeteksi ada dan
tidaknya gugus 7-hidroksil
Tabel Penafsiran NaOAc
Jenis Pergeseran yang tampak Petunjuk Penafsiran
Flavonoid Pita 1 Pita 2
Flavon ++5 sampai 20 7-OH
Flavonol nm (berkurang
Isoflavon bila ada
oksigenasi pada 6
atau 8)

Kekuatan berkurang dengan Gugus yang peka


bertambahnya waktu terhadap basa, mis: 6,7
atau 7,8 atau 3,4’-diOH

Flavanon +35 nm 7-OH (dengan 5-OH)


Dihidroflavonol
27
+60 7-OH (tanpa 5-OH)

Kekuatan berkurang dengan Gugus yang peka


bertambahnya waktu terhadap basa, mis: 6,7
atau 7,8-diOH

Khalkon Pergeseran batokrom pada panjang 4’ dan/atau 4-OH


Auron gelombang yang lebih panjang (khalkon)
4’ dan/atau 6-OH
(auron)

Contoh Kegunaan Pereaksi Geser NaOAc

Gambar. Pergeseran panjang gelombang karena adanya gugus 7-OH

C. Efek pereaksi geser NaOAc/H3BO3


NaOAc/H3BO3 menjembatani kedua gugus hidroksil pada gugus orto dihidroksi
dan digunakan untuk mendeteksinya. Dengan adanya NaOAc, Asam Borat akan
membentuk kelat dengan gugus ortodihidroksil.

28
Gambar. Deteksi gugus ortohidroksi dengan Perekasi Geser NaOAc/H3BO3
Tabel. Penafsiran NaOAc/H3BO3
Jenis Pergeseran yang tampak Petunjuk Penafsiran
Flavonoid Pita 1 Pita 2
Flavon +12 sampai 36 nm O-diOH pada cincin B
Flavonol (nisbi terhadap
Isoflavon spektrum MeOH)

Auron Pergeseran lebih O-diOH pada cincin A


Khalkon kecil (5 sampai 10 (6,7 atau 7,8)
nm)

Isoflavon +10 sampai 15 O-diOH pada cincin A


Flavanon nm (nisbi (6,7 atau 7,8)
Dihidroflavanol terhadap
spektrum
MeOH)

D. Spektrum AlCl3 dan AlCl3/HCl


Pereaksi ini membentuk dan mendeteksi kompleks tahan asam antara gugus
hidroksil dan keton yang bertetangga dan membentuk kompleks tak tahan asam
dengan gugus orto-dihidroksil. Spektrum AlCl3 pengaruhi semua kompleks
terhadap spektrum. Spektrum AlCl3/HCl hanya pengaruhi kompleks hidroksi-keto.

29
Gambar. Pergeseran spectrum luteolin pada penambahan AlCl3 dan AlCl3/HCl
Tabel. Penafsiran spektrum AlCl3 dan AlCl3/HCl

Flavon dan Pergeseran yang tampak Keterangan


Flavonol
Pita 1 Pita 2
AlCl3/HCl +35-55 nm 5-OH
+17-20 nm 5-OH dengan
oksigenasi pada 6
Tak berubah Mungkin 5-OH dengan
gugus prenil pada 6
AlCl3 +50-60 nm Mungkin 3-OH
(dengan/tanpa 5-OH)
Pergeseran o-diOH pada cincin B
AlCl3/HCl
+20-40 nm

Pergeseran o-diOH pada cincin A


AlCl3/HCl (tambahan pada
+20—25 nm pergeseran o-diOH pada
cincin B)

30
Isoflavon, Pergeseran yang tampak Keterangan
Flavanon dan
Dihidroflavonol Pita 1 Pita 2
AlCl3/HCl +10-14 nm 5-OH (isoflavon)
AlCl3
+20-26 nm 5-OH (flavanon,
dihidroflavonol)

Pergeseran o-diOH pada cincin A


AlCl3/HCl +11- (6,7 dan 7,8)
30 nm
Pergeseran Dihidroflavonol tanpa 5-
AlCl3/HCl +30- OH (tambahan pada
38 nm (peka sembarang pergeseran o-
terhadap diOH)
NaOAc)

Auron, Kalkon Pergeseran yang Keterangan


tampak
Pita 1 Pita 2
AlCl3/HCl +48-64 nm 2’-OH (kalkon)
+40 nm 2’-OH (kalkon) dengan
oksigenasi pada 3’
AlCl3 +60-70 nm 4-OH (auron)
Pergeseran o-diOH pada cincin B
AlCl3/HCl +40-
70 nm
Penambahan Mungkin o-diOH pada
lebih kecil cincin A

31
Antosianidin, Pergeseran yang Keterangan
Antosianin tampak
Pita 1 Pita 2
AlCl3 +25-35 nm o-diOH
(pada pH 2-4)
Pergeseran lebih Banyak o-diOH atau o-
besar diOH (3-deoksi
antosianidin)

Gambar. Contoh Manfaat Pereaksi Geser AlCl3 dan AlCl3/HCl

6. Kenapa Pita Spektro 3?


Hal ini bisa saja terjadi dikarenakan adanya penambahan pereaksi geser. Sehingga
memungkinkan munculnya pita lain selain pita utama yang menjadi ciri dari flavonoid.

7. Apa yang dimaksud Rutin dicampur quercetin?


Pembanding yang digunakan adalah rutin karena dilihat dari panjang gelombang pita 1
dan pita 2 yang menunjukan panjaang gelombang yang ssama dengan panjang

32
gelombang pada rutin. dan juga rutin merupakan glikosida yang mengandung flavonol
kuersetin dan disakarida rutinosa . Rutin = quercetin-3-O-rutinoside.

8. Apa senyawa hasil isolasi ortocarpus (senyawa C1B2)?


Senyawa C1B2 pada jurnal ini adalah Salah satu senyawa murni pilihan hasil fraksinasi
dengan KLT

33

Anda mungkin juga menyukai