Pada Juli tahun 1960 PKI melancarkan kecaman-kecaman kepada kabinet dan juga
tentara. Ketika tentara bereaksi, Soekarno segera turun tangan sampai persoalan ini
sementara selesai. Hal itu malah menjadikan hubungan antara Soekarno dan PKI
semakin dekat.
Sedangkan di daerah persoalan yang muncul lebih pelik karena bersinggungan dengan
konfil yang lebih radikal. Aksi ini merupakan aksi pengambil alihan tanah milik pihak-
pihak mapan di desa dengan paksa dan menolak janji bagi hasil yang lama.
Pada bulan awal-awal tahun 1945, PKI menyerang para pejabat yang anti dengan PKI
dengan menuduh “Kapitalis Birokrat Korup!". Unsur pembentukan angkatan ke 5 selain
Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, Polisi yang dikemukakan oleh PKI
diakui memang semakin memperkeruh suasana terutama dalam hubungan antara PKI
dan AD. Tentara telah membayangkan bagaimana 21 Juta tani dan buruh bersenjata
bebas dari pengawasan mereka.
PKI kemudian meniupkan isu tentang adanya Dewan Jenderal di kubu Angkatan Darat
yang sedang mempersiapkan sebuah kudeta. PKI memberikan dokumen Diel Tris yang
ditandatangani Duta Inggris di Indonesia. Isi dari dokumen itu ditafsirkan sebgai isyarat
adanya operasi pihak Inggris. Meskipun kebenaran dari dokumen itu diragukan.
Jenderal Ahmad Yani lalu menyanggah keberadaan Dewan Jenderal ini ketika Presiden
Soekarno bertanya kepadanya.
Suasana pertentangan antara PKI dan AD beserta golongan lain non PKI semakin
memanas. Menjelang tanggal 30 September 1965. Apalagi pada bulan Juli
sebelumnya, Soekarno tiba-tiba jatuh sakit. Tim dokter Cina yang di datangkan DN Aidit
untuk memeriksa Soekarno menyimpulkan bahwa Presiden RI tersebut kemungkinan
akan meninggal atau lumpuh.
Maka dalam rapat polik biro PKI pada tanggal 28 September 1965. Pimpinan PKI pun
memutuskan untuk bergerak. Dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung perwira yang dekat
dengan PKI. Pasukan pemberontak melaksanakan Gerakan 30 September atau
Peristiwa G30S PKI dengan menculik dan juga membunh para Jenderal dan perwira di
pagi buta pada tanggal 1 Oktober 1965. Jenazah para korban kemudian dimasukan ke
dalam sumur tua yang berada di daerah lubang buaya Jakarta.
Sedangkan Jenderal Abdul Haris Nasution berhasil lolos dari upaya penculikan. Akan
tetapi putrinya yaitu Ade Irma Suryani menjadi korban. Di Jogjakarta ketika peristiwa
G30S PKI juga melakukan penculikan dan pembunuhan terhadap perwira AD yang anti
dengan PKI yaitu Kolonel Katamso dan Letnan Kolonel Sugiono.
Pada berita RRI pagi harinya Letkol Untung lalu menyatakan pembentukan Dewan
Revolusi. Dalam situasi tidak menentu itu, panglima komando strategis AD yaitu Mayjen
Soeharto segera berkeputusan mengambil alih pimpinan Angkatan Darat.
Peristiwa G30S/PKI 1965 yang terjadi di indonesia telah memberi dampak negatif
dalam kehidupan sosial dan politik masyarakat indonesia yaitu :
1. Dampak Politik
2. Dampak Ekonomi
Di Bidang Ekonomi, Peristiwa G30S/PKI telah menyebabkan akiat yang berupa infalasi
yang tinggi yang diikuti oleh kenaikan harga barang, bahkan melebihi 600 persen
setaun untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah mengeluarkan dua kebijakan
ekonomi yaitu :
a. Mengadakan devaluasi rupiah lama menjadi rupiah baru yaitu Rp. 1000 menjadi
Rp.100
b. Menaikkan harga bahan bakar menjadi empat kali ipat tetapi kebijakan ini
menyebabkan kenaikan harga barang yang sulit untuk dikendalikan.