Anda di halaman 1dari 14

A.

KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
1. Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tahan aerobic dan tahan asam
ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit (Silvia A Price,
2005).
2. Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
parenkim paru, dengan agen infeksius utama Mycobacterium tuberculosis
(Smeltzer & Bare, 2001).
3. Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis yaitu suatu bakteri yang tahan asam (Suriadi,
2001).
2. Epidemiologi/Insiden Kasus
Epidemiologi penyakit tuberkulosis paru adalah ilmu yang mempelajari
interaksi antara kuman (agent) Mycobacterium tuberculosis, manusia (host) dan
lingkungan (environment). Disamping itu mencakup distribusi dari penyakit,
perkembangan dan penyebarannya, termasuk didalamnya juga mencakup
prevalensi dan insidensi penyakit tersebut yang timbul dari populasi yang tertular.
Sejak zaman purba, penyakit TB dikenal sebagai penyebab kematian yang
menakutkan, sampai pada saat Robert Koch menemukan penyebabnya. Penyakit
ini masih termasuk penyakit yang mematikan. Istilah saat itu untuk penyakit yang
mematikan adalah Consumption ( Djojodibroto, 2009).
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi paling umum di dunia, dengan
perkiraan sepertiga populasi terinfeksi dari 2,5 juta orang meninggal setiap tahun.
Mycobacterium tubercolosis menginfeksi 8,7 juta kasus baru pada tahun 2000
dengan angka insidensi global yang meningkat sebanyak 0,4% per tahun. Infeksi
baru dalam jumlah banyak terdapat di Asia Tenggara (3 juta) dan Afrika (2 juta).
Sepertiga pasien dengan tubercolosis di Afrika mengalami koinfeksi dengan HIV
(Human Imunno Defisiensi Virus) . Pada tahun 2005, WHO (World Health
Organisation) memprediksi bahwa akan terdapat 10.2 juta kasus baru dan Afrika
akan memiliki lebih banyak kasus daripada daerah lainnya. Di Inggris jumlah
kasus meningkat, dengan kasus di London mengalami peningkatan sebesar 40%
antara tahun 1999 dan 2000 (Mandal, 2006).
TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat dan Indonesia
termasuk kedalam kelompok dengan masalah TB terbesar (high burden countries).
Indonesia merupakan negara dengan pasien TB terbanyak ke-5 di dunia setelah
India, Cina, Afrika Selatan dan Nigeria (Pedoman Nasional Pengendalian
Tuberkulosis, 2011).
3. Penyebab / etiologi
Penyebab dari penyakit tuebrculosis paru adalah terinfeksinya paru oleh
micobacterium tuberculosis yang merupakan kuman berbentuk batang dengan
ukuran sampai 4 mycron dan bersifat anaerob. Sifat ini yang menunjukkan kuman
lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya, sehingga paru-paru
merupakan tempat prediksi penyakit tuberculosis. Kuman ini juga terdiri dari asal
lemak (lipid) yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan
terhadap gangguan kimia dan fisik. Penyebaran mycobacterium tuberculosis yaitu
melalui droplet nukles, kemudian dihirup oleh manusia dan menginfeksi (Depkes
RI, 2002).
4. Patofisiologi terjadinya penyakit
Tempat masuk kuman mycobacterium adalah saluran pernafasan, infeksi
tuberculosis terjadi melalui (airborn) yaitu melalui instalasi dropet yang
mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.
Basil tuberkel yang mempunyai permukaan alveolis biasanya diinstalasi sebagai
suatu basil yang cenderung tertahan di saluran hidung atau cabang besar bronkus
dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruangan alveolus biasanya
di bagian lobus atau paru-paru atau bagian atas lobus bawah basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan, leukosit polimortonuklear pada tempat
tersebut dan memfagosit namun tidak membunuh organisme tersebut. Setelah
hari-hari pertama masa leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang
akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia
seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang
tertinggal atau proses dapat juga berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau
berkembang biak, dalam sel basil juga menyebar melalui gestasi bening reginal.
Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu
sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit, nekrosis
bagian sentral lesi yang memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju-
lesi nekrosis kaseora dan jaringan granulasi di sekitarnya terdiri dari sel epiteloid
dan fibrosis menimbulkan respon berbeda, jaringan granulasi menjadi lebih fibrasi
membentuk jaringan parut akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang
mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-paru dinamakan fokus gholi dengan gabungan terserangnya
kelenjar getah bening regional dari lesi primer dinamakan komplet ghon dengan
mengalami pengapuran. Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis
adalah pencairan dimana bahan cairan lepas ke dalam bronkus dengan
menimbulkan kapiler materi tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitis akan
masuk ke dalam percabangan keobronkial. Proses ini dapat terulang kembali di
bagian lain dari paru-paru atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga
tengah atau usus. Kavitis untuk kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan
dengan meninggalkan jaringan parut yang terdapat dekat dengan perbatasan
bronkus rongga. Bahan perkijaan dapat mengontrol sehingga tidak dapat mengalir
melalui saluran penghubung, sehingga kavitasi penuh dengan bahan perkijuan dan
lesi mirip dengan lesi berkapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat tidak
menimbulkan gejala dalam waktu lama dan membentuk lagi hubungan dengan
bronkus dan menjadi limpal peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.
Organisme atau lobus dari kelenjar betah bening akan mencapai aliran darah
dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai
organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfo hematogen
yang biasanya sembuh sendiri, penyebaran ini terjadi apabila fokus nekrotik
merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk ke dalam sistem
vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh (Price & Wilson, 2005)
5. Pathway
Mycobacterium tuberculosis

Airbone / inhalasi droplet

Saluran pernafasan

Saluran pernafasan atas Saluran Pernafasan bawah

Bakteri yang besar bertahan di bronkus Paru - paru

Peradangan bronkus Alveolus

Penumpukan Sekret Alveolus Terjadi Pendarahan


mengalami
konsolidasi
dan eksudasi
Efektif Tidak efektif Penyebaran bakteri
secara limfa hematogen
Gangguan
Pertukaran gas
Sekret keluar Sekret sulit
Saat batuk dikeluarkan

Demam Anoreksia keletihan


Batuk Obstruksi malaese mual
Terus menerus muntah
Peningkatan
suhu tubuh Intoleransi
Sesak nafas aktivitas
Terhisap orang
sehat
Perubahan
Gangguan
Bersihan jalan nutrisi
Pola nafas
kurang dari
Resiko tidak efektif nafas tidak
kebutuhan
Penyebaran efektif
Infeksi

Gangguan
pola istirahat
tidur
6. Klasifikasi
Berdasarkan buku Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, 2011
pembagian klasifikasi penyakit TB Paru adalah :
a. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena :
1. Tuberkulosis Paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru.
2. Tuberkulosis ekstra paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh
lain selain paru, misalnya selaput otak, selaput jantung, kelenjar lymfe,
tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan
lain-lain.
b. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis
1. Tuberkulosis paru BTA positif
 Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS (Sewaktu-Pagi-
Sewaktu) hasilnya BTA positif.
 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto rontgen dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.
 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB
positif.
 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak
SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada
perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT (Obat Anti
Tuberkulosis).
2. Tuberkulosis paru BTA negatif
 Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
 Foto rontgen dada abnormal sesuai dengan gambaran tuberkulosis
 Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT, bagi
pasien dengan HIV negatif
 Ditentukan oleh dokter untuk diberi pengobatan
7. Gejala klinis
Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit yang
mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala
umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul
tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimptomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik
dan gejala sistemik:
1. Gejala respiratorik, meliputi:
a. Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling
sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak
bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
b. Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa
garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam
jumlah sangat banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh
darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya
pembuluh darah yang pecah.
c. Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena
ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan
lain-lain.
d. Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini
timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
2. Gejala sistemik, meliputi:
a. Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan
malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin
panjang serangannya. Sedangkan masa bebas serangan makin pendek.
b. Gejala sistemik lain
Keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta malaise.
Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan
tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun
jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.
c. Gejala klinis Haemoptoe:
Kita harus memastikan bahwa perdarahan dari nasofaring dengan cara
membedakan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Batuk darah
a. Darah dibatukkan dengan rasa panas di tenggorokan
b. Darah berbuih bercampur udara
c. Darah segar berwarna merah muda
d. Darah bersifat alkalis
e. Anemia kadang-kadang terjadi
f. Benzidin test negative
2. Muntah darah
a. Darah dimuntahkan dengan rasa mual
b. Darah bercampur sisa makanan
c. Darah berwarna hitam karena bercampur asam lambung
d. Darah bersifat asam
e. Anemia seriang terjadi
f. Benzidin test positif
3. Epistaksis
a. Darah menetes dari hidung
b. Batuk pelan kadang keluar
c. Darah berwarna merah segar
d. Darah bersifat alkalis
e. Anemia jarang terjadi

8. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada klien TB paru meliputi pemeriksaan fisik umum per
sistem dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1
(Breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bowel), dan B6 (Bone) serta
pemeriksaan yang fokus pada B1 dengan pemeriksaan yang menyeluruh pada
sistem pernafasan.

9. Pemeriksaan diagnostic / Penunjang


Uji Tuberculin mantoux (tes kulit) Tuberculin positif, menunjukkan TBC aktif
(area durasi 10 mm) terjadi 48 – 72 jam setelah injeksi intra dermal. (Antigen
menunjukan infeksi masa lalu dan adanya anti body tetapi tidak secara berarti
menunjukan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit
berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh
mycobacterium yang berbeda)
1. BCG
Terjadi reaksi cepat (3-7 hari) berupa kemerahan dan indurasi > 5 mm.
Pemeriksaan Radiology Ditemukan infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus
atau para trakeal. Karakteristik radiology yang menunjang diagnostik antara
lain :
a. Bayangan lesi radiology yang terletak di lapangan atas paru.
b. Bayangan yang berawan (patchy) atau berbercak (noduler)
c. Kelainan yang bilateral, terutama bila terdapat di lapangan atas paru
d. Bayang yang menetap atau relatif menetap setelah beberapa minggu
e. Bayangan milier
2. Foto thorax
Dapat menunjukan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium
lesi sembuh primer atau efusi cairan, perubahan menunjukan TB dapat masuk
rongga area fibrosa.
3. Pemeriksaan Bakteriologik (Sputum)
Setelah dilakukan kultur jaringan ditemukan adanya koloni matur akan
berwarna krem atau kekuningan seperti kutil dan bentuknya seperti kembang
kol. Ditemukannya kuman mycobakterium TBC dari dahak penderita
memastikan diagnosis tuberculosis paru. Dilakukan 3 kali pemeriksaan dahak.
Kultur sputum, positif untuk mycobakterium pada tahap akhir penyakit.
4. Pemeriksaan lain-lain
a. Ziehl Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan
cairan darah) positif untuk basil asam cepat.
b. Histologi atau kultur jaringan ( termasuk pembersihan gaster ; urine dan
cairan serebrospinal, biopsi kulit ) positif untuk mycobakterium
tuberkulosis.
c. Biopsi jarum pada jaringan paru, positif untuk granula TB ; adanya sel
raksasa menunjukan nekrosis.
d. Elektrosit dapat tidak normal tergantung lokasi dan bertanya infeksi ; ex.
Hyponaremia, karena retensi air tidak normal, didapat pada TB paru luas.
GDA dapat tidak normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada
paru.
e. Pemeriksaan fungsi pada paru, penurunan kapasitas vital, peningkatan
ruang mati, peningkatan rasio udara resido dan kapasitas paru total dan
penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkhim /
fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural (TB paru kronis
luas).
10. Therapy/Tindakan penangan
Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian :
1. Jangka pendek.
Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1 – 3 bulan.
a. Streptomisin injeksi 750 mg.
b. Pas 10 mg.
c. Ethambutol 1000 mg.
d. Isoniazid 400 mg.
a. Jangka panjang
Tata cara pengobatan : setiap 2 x seminggu, selama 13 – 18 bulan, tetapi
setelah perkembangan pengobatan ditemukan terapi. Terapi TB paru dapat
dilakukan dengan minum obat saja, obat yang diberikan dengan jenis :
a. INH.
b. Rifampicin.
c. Ethambutol.
Dengan fase selama 2 x seminggu, dengan lama pengobatan kesembuhan
menjadi 6-9 bulan.
3. Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukan
dalam pemeriksan sputum BTA ( + ) dengan kombinasi obat :
a. Rifampicin.
b. Isoniazid (INH).
c. Ethambutol.
d. Pyridoxin (B6).
11. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
a. Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul
erat dengan penderita tuberculosis paru BTA positif.
b. Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan missal terhadap kelompok –
kelompok populasi tertentu misalnya : karyawan rumah sakit, siswa –siswi
pesantren.
c. Vaksinasi BCG
d. Kemofolaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6 – 12
bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri
yang masih sedikit.
e. Komunikasi, informasi, dan edukasi tentang penyakit tuberculosis
kepada masyarakat.
(Muttaqin, 2008)
2. Pengobatan
Tuberkulosis paru diobati terutama dengan agen kemoterapi ( agen
antituberkulosis ) selama periode 6 sampai 12 bulan. Lima medikasi garis
depan digunakan adalah Isoniasid ( INH ), Rifampisin ( RIF ),Streptomisin
( SM ), Etambutol ( EMB ), dan Pirazinamid ( PZA ). Kapremiosin,
kanamisin, etionamid, natrium para-aminosilat, amikasin, dan siklisin
merupakan obat – obat baris kedua (Smeltzer & Bare, 2001).

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian (data subjektif dan objektif)
Data Subjektif
- pasien mengatakan batuk berdarah
Data Onjektif
- pasien terlihat lemas dan sesak dengan TTV :
TTV : TD: 130/80mmHg

S: 36,5 OC
N:80x/menit

RR: 28x/menit

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d proses infeksi d.d batuk dan sesak
nafas
2. Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan (mis : kebisingan, suhu
lingkungan) d.d sulit tidur,pola tidur berubah, istirahat tidak cukup
3. Intoleransi aktivitas b.d imobilisasi d.d lelah,dispnea saat/setelah aktivitas,
merasa lemah

3. Rencana Tindakan Keperawatan


Rencana Perawatan Ttd
Hari/ No
Tujuan dan Kriteria Rasional
Tgl Dx Intervensi
Hasil
Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV 1. TTV merupakan
1 keperawatan selama 3x 24 2.Berikan posisi semi fower acuan untuk
jam diharapkan : 3.Lakukan fisoterapi dada mengetahui keadaan
4.Anjurkan pasien batuk umum pasien
- Sesak nafas
efektif dan nafas dalam 2.Meningkatkan
berkurang
5.berikan terapi O2 ekspansi paru dan
RR : 20x/ menit
6. Berikan terapi nebulizer membuka area
- Secret hilang
atelektasis
- Bunyi nafas
3.Membantu
normal/ tidak
membersihkan sekret
ronchi
4. batuk efektif
membantu
mengeluarkan sekret
5. Membantu sulpai O2
6. Untuk mengencerkan
dahak

Setelah dilakukan
2 1.Monitor pola tidur 1.Untuk mengetahui
tindakan 2x 24 jam
pasien pola tidur pasien
diharapkan :
2.Kaji faktor 2.Untuk
- Istirahat tidur yang penyebab gangguan mengindentifikasi
optimal tidur penyebab aktual dari
- Tidak ada kantong 3. Anjurkan pasien gangguan tidur
mata tidur siang 3.Untuk memenuhi
- Wajah tidak pucat 4. Anjurkan pasien kebutuhan tidur
- Tidak ada lingkaran untuk mengindari 4.Untuk menghindari
hitam di sekitar makan/minum yang terjadinya gangguan
mata menyebabkan tidur yang
gangguan tidur berkelanjutan
5. Kolaborasi 5.Memudahkan untuk
pemberian obat tidur tidur
(triasolam)

Setelah diberikan asuhan


3 1.Observasi 1.Menganjurkan
keperawatan selama 2x 24
kehilangan atau perubahan neurologi
jam diharapkan:
gangguan karena defisiensi
- Meningkatkan keseimbangan daya vitamin B 12
ambulasi atau jalan dan kelemahan mempengaruhi
aktivitas dengan otot keamanan pasien atau
keteria hasil: 2.Observasi TTV resiko cedera
- KU baik sebelum dan sesudah 2.Manifestasi
- Akral hangat aktivitasa kardipulmonal dari
- Konjungtiva 3. Berikan upaya jantung dan paru
normal lingkungan yang 3.Meningkatkan
- Turgor kulit elastis tenang batasi istirahat untuk
pengunjung dan menurunkan
kurangi suara bising, kebutruhan oksigen
pertahankan tirah tubuh, menurunkan
baring bila di regangan jantung dan
indikasikan paru
4. Anjurkan pasien 4.Meningkatkan
istirahat bila terjadi aktivitas secara
kelelahan dan bertahap sampai normal
kelemahan anjurkan dan memperbaiki tonus
pasien melakukan otot
aktivitas 5.Mengganti cairan dan
semampunya elektrolit secara
5. kolaborasi dengan adekuat
tim medis dalam
pemberian terapi
infus

4. Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah TB Paru dilakukan dengan menilai masalah
keperawatan yang muncul. Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat
dilihat dan hasilnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana
tujuan keperawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap
keperawatan yang diberikan.
Langkah-langkah pasien:
1. Daftar tujuan pasien.
2. Melakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu.
3. Dibandingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien
DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia Anderson dan Lorraine McCarty Wilson. 2006. Patofisiologi


Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Dialih bahasakan oleh Brahm U
Pendit, dkk. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
dan Suddarth. Volume 1. Edisi 8. Dialih bahasakan oleh Andry , dkk.
Jakarta: EGC.
Potter,Patricia A dan Perry, Anne G . 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan
Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4 Volume 1. Dialih Bahasakan Oleh
Yasmin, Asih, dkk. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai