Anda di halaman 1dari 11

 Pendahuluan

A. Generator
Generator adalah suatu mesin listrik yang berfungsi mengubah energi mekanik
menjadi energi listrik melalui proses gaya gerak listrik. Secara umum generator
terbagi menjadi dua macam yaitu generator arus bolak – balik (Alternating
Current/AC) dan generator arus searah (Direct Current/DC). Generator arus
bolak – balik terbagi menjadi dua jenis yaitu generator induksi dan genertor
sinkron.
a) Generator Induksi
Generator induksi merupakan salah satu jenis generator AC yang
menerapkan prinsip motor induksi untuk menghasilkan daya. Generator
induksi dioperasikan dengan menggerakkan rotornya secara mekanis lebih
cepat daripada kecepatan sinkron sehingga menghasilkan slip negatif.
Motor induksi biasa umumnya dapat digunakan sebagai sebuah generator
tanpa ada modifikasi internal. Generator induksi sangat berguna pada
aplikasi-aplikasi seperti pembangkit listrik mikrohidro, turbin angin, atau
untuk menurunkan aliran gas bertekanan tinggi ke tekanan rendah, karena
dapat memanfaatkan energi dengan pengontrolan yang relatif sederhana.
b) Generator Sinkron
Sebagian besar energi listrik yang dipergunakan oleh konsumen untuk
kebutuhan sehari-hari dihasilkan oleh generator sinkron fasa banyak
(polyphase) yang ada di Pusat-pusat pembangkit tenaga listrik. Generator
sinkron yang dipergunakan ini mempunyai rating daya dari ratusan sampai
ribuan Mega-volt- Ampere (MVA).
Disebut mesin sinkron, karena bekerja pada kecepatan dan frekuensi
konstan dibawah kondisi “Steady state“. Mesin sinkron bisa dioperasikan
baik sebagai generator maupun motor. Sebagai generator, beberapa mesin
sinkron sering dioperasikan secara paralel, seperti di pusat-pusat
pembangkit. Adapun tujuan dari paralel adalah adanya pembagian beban
antara generator yang satu dengan lainnya.
Ada dua struktur medan magnet pada mesin sinkron yang merupakan
dasar keja dari mesin tersebut, yaitu kumparan yang mengalirkan penguatan
DC dan sebuah jangkar tempat dibangkitkannya ggl AC. Hampir semua
mesin sinkron mempunyai jangkar diam (stationer) dan struktur medan
berputar. Kumparan DC pada struktur medan yang berputar dihubungkan
pada sumber luar melaui slipring dan sikat, tetapi ada juga yang tidak
mempergunakan sikat yaitu sistem “brushless excitation”. (Sumardjati, et
al., 2008)
B. Sifat Beban Listrik
Dalam suatu rangkaian listrik selalu dijumpai suatu sumber dan beban. Bila
sumber listrik DC, maka sifat beban hanya bersifat resistif murni, karena
frekuensi sumber DC adalah nol. Reaktansi induktif (XL) akan menjadi nol
yang berarti bahwa induktor tersebut akan short circuit. Reaktansi kapasitif
(XC) akan menjadi tak berhingga yang berarti bahwa kapasitif tersebut akan
open circuit. Jadi sumber DC akan mengakibatkan beban beban induktif dan
beban kapasitif tidak akan berpengaruh pada rangkaian. Bila sumber listrik AC
maka beban dibedakan menjadi 3 sebagai berikut :
a) Beban Resistif
Beban resistif yang merupakan suatu resistor murni, contoh : lampu pijar,
pemanas. Beban ini hanya menyerap daya aktif dan tidak menyerap daya
reaktif sama sekali. Tegangan dan arus se-fasa. Secara matematis
dinyatakan :
𝑉
𝑅=
𝐼
Dimana :
R = Tahanan (Ohm)
V = Tegangan (Volt)
I = Arus (Ampere)

b) Beban Induktif
Beban induktif adalah beban yang mengandung kumparan kawat yang
dililitkan pada sebuah inti biasanya inti besi, contoh : motor – motor
listrik, induktor dan transformator. Beban ini mempunyai faktor daya
antara 0 – 1 “lagging”. Beban ini menyerap daya aktif (kW) dan daya
reaktif (kVAR). Tegangan mendahului arus sebesar φ°. Secara matematis
dinyatakan :
XL = 2πf.L
Dimana :
XL = Reaktansi Induktif (Ohm)
f = Frekuensi (Hz)
L = Induktansi (Henry)

Gambar 12 Arus, tegangan dan GGL induksi-diri pada beban induktif

c) Beban Kapasitif
Beban kapasitif adalah beban yang mengandung suatu rangakaian
kapasitor. Beban ini mempunyai faktor daya antara 0 – 1 “leading”.
Beban ini menyerap daya aktif (kW) dan mengeluarkan daya reaktif
(kVAR). Arus mendahului tegangan sebesar φ°. Secara matematis
dinyatakan :
1
𝑋𝑐 =
2𝜋𝑓𝐶
Dimana :
Xc = Reaktansi Kapasitif (Ohm)
f = Frekuensi (Hz)
C = Kapasitansi (Farad)

Gambar 13 Arus, tegangan dan GGL induksi-diri pada beban kapasitif


C. Pengenalan Trainer beban listrik resistif
a) Pengenalan
Alat beban resisitif ini dibuat dari panel box yang dimodifikasi dengan
dimensi 38 cm 50 cm x 20 cm ( panjang x tinggi x lebar). Untuk box
beban resistif nya terdapat dibelakang box panel dengan bahan terbuat
dari rangka besi dengan tebal 3 mm dan menggunakan jaring kawat tepat
dibagian beban resistif nya untuk memudahkan sirkulasi udara guna
mereduksi panas yang ditimbulkan saat dioperasikan. Untuk memilih
beban resistif yang diinginkan, alat ini menggunakan kontaktor tiga fasa
yang dapat dioperasikan melalui saklar switch. Dalam hal ini peneliti
menggunakan 5 buah saklar switch untuk masing – masing nilai daya
beban 200 Watt. Penggunaan saklar switch ini untuk memudahkan
pengguna dalam menentukan nilai beban resistif yang diinginkan saat
praktikum. Pada alat ini dipasang volt meter dengan ukuran 300 volt dan
ampere meter dengan kapasitas 10 ampere sebagai alat ukur tegangan
dan arus pada beban resistif terletak pada bagian depan panel box.
Desain alat beban resistif ditampilkan dalam gambar dibawah ini.

Gambar 3.4 Desain alat beban listrik resistif tampilan depan.


b) Spesifikasi
Spesifikasi alat bertujuan untuk menampilkan informasi dasar alat bagi
pengguna, berikut spesifikasi alat uji generator beban resistif.
1. Menggunakan kawat nikelin nichrome sebagai bahan utama untuk
beban listrik resistif yang memiliki ketahanan terhadap kenaikan
suhu mencapai 1050oC.
2. Mengunakan lima buah kontaktor 3 fasa 6 Ampere sebagai
penghubung antara beban listrik resistif dengan rangkaian.
3. Menggunakan saklar switch untuk mengontrol kontaktor yang ingin
diaktifkan sesuai dengan kapasitas beban yang dibutuhkan.
4. Menggunakan ampere meter analog 10 A sebagai alat ukur arus
pada masing-masing fasa.
5. Menggunakan Volt meter 300 Volt sebagai alat ukur tegangan pada
masing – masing fasa.
6. Menggunakan Thermostat Relay sebagai proteksi panas berlebih
dari beban listrik resistif dengan kapasitas suhu mencapai 300oC
7. Menggunakan MCB 3 Fasa sebagai proteksi dari hubung singkat
dan arus berlebih pada rangkaian dengan kapasitas 6 Ampere.
8. Menggunakan Thermal Overload Relay sebagai proteksi dari arus
berlebih pada rangkaian dengan kapasitas 4.6 Ampere yang dapat
diatur.

D. Bagian-bagian pada Trainer beban listrik resistif


a) Unit Catu Daya
Karena menggunakan komponen kontaktor yang memiliki tegangan kerja
220 Volt AC maka dibutuhkan unit catu daya untuk mensuplai tegangan ke
komponen kontaktor tersebut dengan menghubungkannya menggunakan
saklar switch. Unit catu daya ini menggunakan tegangan 1 fasa dari jala –
jala sehingga hanya dihubungkan saja menggunakan kabel power 220 volt
dan menggunakan proteksi MCB 1 fasa untuk melindungi rangkaian dari
hubung singkat. Sebagaimana ditunjukan pada gambar berikut :
Saklar Switch Kontaktor

MCB
Input
220 V AC

b) Unit Pengukuran
Unit pengukuran pada trainer beban listrik resistif ini terdapat dua macam,
yaitu pengukuran untuk arus dan pengukuran untuk tegangan. Pengukuran
arus menggunakan ampere meter dengan kapasitas 10 Ampere dipasang
pada masing – masing fasa dirangkai secara seri dengan beban, sedangkan
untuk pengukuran tegangan menggunakan volt meter dengan kapasitas
sampai 300 Volt dirangkai secara paralel dengan beban. Berikut gambar
rangkaian pengukuran pada trainer beban listrik resistif.

Ampere Meter

Beban Beban Beban


Volt Meter fasa R fasa S fasa T

c) Unit Pembebanan
Unit pembebanan pada trainer beban listrik resistif ini menggunakan kawat
nikelin nichrome yang memiliki kapasitas 3000 Watt dengan pembagian
pada masing – masing fasa sebesar 1000 Watt dengan pilihan beban sebesar
200 Watt pada setiap saklar switch. Sehingga total kawat nikelin nichrome
yang dibuat terdapat 15 buah dihubungkan secara parallel pada masing
masing fasa. Berikut ditunjukan pada gambar dibawah ini:

Kontaktor Alat Ukur


Terminal
pembebanan
ke generator

Beban
Listrik
Resistif

d) Unit Proteksi
Unit proteksi pada trainer ini menggunakan tiga macam komponen proteksi
untuk meningkatkan keandalan dari trainer beban listrik resistif ini. Berikut
komponen proteksi pada trainer beban listrik resistif.
1. Miniatur Circuit Breaker (MCB)
Komponen proteksi ini digunakan untuk melindungi trainer dari
kegagalan akibat hubung singkat pada rangkaian dan beban lebih.
2. Thermal Overload Relay (TOR),
Komponen proteksi ini digunakan untuk melindungi dari beban lebih,
komponen ini dirangkai seri dekat dengan MCB dengan tujuan untuk
melindungi rangkaian jika sewaktu-waktu MCB tidak bekerja.
3. Thermostat Relay
Komponen proteksi ini digunakan untuk melindungi trainer dari overheat
atau panas berlebih sehingga terdapat sensor suhu yang dipasang diluar
rangkaian tepatnya di beban resistif. Saat trainer dioperasikan maka akan
terjadi pemanasan pada beban, sehingga diproteksi menggunakan
komponen ini.
Ketiga komponen proteksi tersebut dirangkai secara seri dan terhubung ke
kontaktor yang akan memutuskan arus yang mengalir pada kontaktor saat
komponen proteksi ini bekerja, sehingga kontaktor akan melepaskan
hubungan beban resistif ke rangkaian. Berikut rangkaian unit proteksi
pada trainer beban listrik resistif.

 Standar Pengoperasian
A. Mengoperasikan Trainer Beban Listrik Resistif
a. Menghubungkan ke sumber listrik
Langkah pertama untuk memulai mengoperasikan trainer ini yaitu
menghubungkannya ke sumber listrik AC 220 V dengan frekuensi 50 Hz
menggunakan kabel power melalui power input. Setelah kabel power
dihubungkan dengan tegangan AC posisikan MCB 1 fasa ke posisi on,
selanjutnya lakukan pengetesan ke kontaktor dengan mengalihkan saklar
switch ke posisi on. Lakukan ke setiap saklar dan pastikan setiap kontaktor
bekerja sesuai dengan saklar switch masing – masing. Jika setiap kontaktor
bekerja dengan baik maka trainer siap digunakan.
b. Menghubungkan Terminal trainer ke Generator
Untuk menghubungkan trainer ke generator langkah pertama pastikan MCB
3 fasa dalam keadaan terbuka, komponen proteksi Thermal Overload Relay
dalam keadaan tetutup “closed relay” dan thermostat relay dalam keadaan
tertutup “normaly closed” (NC). Setelah pengecekan terhadap komponen
proteksi dilakukan dengan baik, langkah selanjutnya adalah
menghubungkan trainer ke generator yang sudah siap untuk dilakukan
pengujian.
c. Melakukan Pengawatan (wiring)
Untuk menghubungkan terminal trainer ke terminal generator gunakan
kabel jack dengan ukuran luas penampang 2.5 mm2. Lakukan dengan hati –
hati dengan memperhatikan hubungan masing – masing terminal fasa pada
generator dan trainer, jangan ada fasa yang tertukar karena akan
mengganggu pada proses pengukuran. Setelah terhubung dengan baik dan
tepat, langkah selanjutnya yaitu dengan mengalihkan posisi MCB 3 fasa ke
posisi on atau dalam keadaan tertutup, selanjutnya periksa lampu indikator
pada masing – masing fasa pastikan ketiga lampu indikator menyala. Jika
lampu indikator menyala maka pengukuran siap dilakukan. Lakukan
pengukuran dengan melihat data arus dan tegangan yang terukur pada
ampere meter dan volt meter trainer. Lakukan dengan berbagai macam
variasi beban sesuai dengan kebutuhan pengujian dan kapasitas dari
generator yang diuji. Berikut gambar pengawatan pada proses pengujian
beban resistif pada generator dibawah ini.

 Maintenance
A. Mengatasi Kegagalan (ERROR)
Jika terjadi error/kegagalan hal yang harus dilakukan yaitu :
1. Matikan sumber tegangan terlebih dahulu dengan mencabut kabel power
dari sumbernya dan mematikan MCB.
2. Analasis rangkaian dan komponen proteksi untuk melihat
kesalahan/kegagalan.
3. Perbaiki rangakaian dan komponen proteksi yang salah.
4. Buka box panel trainer untuk memeriksa apakah ada komponen yang rusak
atau tidak.
5. Perbaiki komponen yang rusak.
6. Hidupkan kembali trainer.
Dalam melakukan setiap langkahnya, diharapkan untuk meminta bantuan
kepada instruktur untuk memeriksa apakah trainer sudah benar dan bisa
digunakan kembali.

B. Perawatan Trainer (Maintenance)


Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan
perawatan trainer :
1. Saat melakukan perbaikan dan perawatan, trainer harus dalam keadaan
tidak bertegangan.
2. Gunakan peralatan sesuai dengan fungsinya.
3. Hanya buka bagian-bagian yang perlu diperbaiki saja atau bagian yang
membutuhkan perawatan.
4. Usahakan tidak merusak komponen yang lainnya saat melakukan
perbaikan.
5. Apabila terjadi keraguan dalam melakukan perbaikan, disarankan untuk
mengganti komponen yang rusak dengan yang baru agar tidak terjadi
error/kegagalan yang lebih parah.
6. Bila perlu, bersihkan trainer dari debu menggunakan kemoceng secara
halus agar tidak merusak komponen.

Anda mungkin juga menyukai