Anda di halaman 1dari 327

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN

MATEMATIKA YANG BERORIENTASI PADA HIGHER

ORDER THINKING SKILLS (HOTS) PADA SISWA KELAS XI

SOSIAL SMA KOLESE DE BRITTO YOGYAKARTA

TESIS

Oleh:

Yustina Mogi

NIM: 161442006

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN

MATEMATIKA YANG BERORIENTASI PADA HIGHER

ORDER THINKING SKILLS (HOTS) PADA SISWA KELAS XI

SOSIAL SMA KOLESE DE BRITTO YOGYAKARTA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister

Pendidikan pada Program Studi Magister Pendidikan Matematika

Oleh:
Yustina Mogi
NIM: 161442006

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia

yang memberi kekuatan kepadaku

(Filipi 4:13)

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

 Allah Tritunggal Mahakudus dan Bunda Maria

 Bapak dan Mamaku tercinta

 Bapak kecilku, Rd. Stefanus Wolo Itu

 Keenam Kakak, Keempat Ipar, dan Kesepuluh

Keponakanku

 Semua orang yang kukasihi dan mengasihiku

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Yustina Mogi, 2018. Pengembangan Desain Pembelajaran Matematika yang


Berorientasi pada Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada Siswa Kelas XI
Sosial SMA Kolese De Britto. Tesis. Program Studi Magister Pendidikan
Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan proses pengembangan desain
pembelajaran matematika yang berorientasi pada Higher Order Thinking Skills
(HOTS) pada materi aturan perkalian dan permutasi kelas XI Sosial SMA Kolese
De Britto, (2) mendeskripsikan kemampuan berpikir siswa yang mengikuti
pembelajaran matematika yang berorientasi pada Higher Order Thinking Skills
(HOTS) pada materi aturan perkalian dan permutasi kelas XI Sosial SMA Kolese
De Britto. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Kolese De Britto pada bulan Oktober
s.d. November 2017. Subjek yang terlibat dalam penelitian ini adalah siswa kelas
XI Sosial 2 (S2) dan XI Sosial 3 (S3). Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian desain, di mana peneliti mendesain lintasan belajar yang berorientasi
pada HOTS berkaitan dengan materi aturan perkalian dan permutasi. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah video pembelajaran dan catatan
lapangan, tes tertulis, dan wawancara. Sedangkan teknik analisis data yang
digunakan meliputi reduksi data, penyajian data, dan verifikasi atau penarikan
kesimpulan. Langkah-langkah pengembangan desain pembelajaran matematika
yang berorientasi pada HOTS pada materi aturan perkalian dan permutasi, yaitu:
(a) spesifikasi asumsi-asumsi atau preposisi-preposisi yang mendasar;
(b) mengidentifikasi kompetensi, (c) menggambarkan secara spesifik kompetensi-
kompetensi,; (d) menentukan tingkat-tingkat kriteria dan jenis asesmen;
(e) mengelompokkan dan menyusun tujuan pengajaran; (f) mendesain strategi
pembelajaran; (g) mengorganisasikan sistem pengelolaan; (h) melaksanakan
percobaan program; (i) menilai desain pembelajaran, dan (j) memperbaiki program.
Proses pembelajaran yang berorientasi pada HOTS menggunakan model Problem
Based Learning (PBL). Pada proses pembelajaran, peneliti memberikan masalah-
masalah kontekstual yang berkaitan dengan materi aturan perkalian dan permutasi.
Penyajian masalah diawali dengan masalah kontekstual yang bertujuan untuk
membekali siswa dengan kemampuan mengingat, memahami, dan
mengaplikasikan atau yang dikenal dengan Lower Order Thinking Skills (LOTS)
dan selanjutnya masalah kontekstual yang bertujuan untuk membekali siswa
dengan kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta atau yang dikenal
dengan Higher Order Thinking Skills (HOTS). Penerapan HOTS terjadi setelah
siswa menemukan konsep tentang aturan perkalian dan permutasi.
Pembelajaran yang berorientasi pada Higher Order Thinking Skills (HOTS)
menuntut siswa untuk lebih aktif dan mengembangkan kemampuan berpikir
mereka. Hasil pekerjaan siswa selama proses pembelajaran menunjukkan bahwa
secara keseluruhan siswa telah mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi pada
level menganalisis dan mengevaluasi. Siswa mampu menganalisis informasi-

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

informasi yang terdapat di dalam soal dan membaginya ke dalam bagian yang lebih
kecil untuk mengenali pola atau hubungan. Informasi yang diperoleh tersebut
selanjutnya dievaluasi dan digunakan untuk menggeneralisasikan ide serta
merancang cara untuk menyelesaikan soal.

Kata kunci: Pengembangan Desain Pembelajaran Matematika, Higher Order


Thinking Skills (HOTS), Penelitian Desain, Aturan Perkalian, dan Permutasi.

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
Yustina Mogi, 2018. The Development of Mathematics Instructional Design
which Oriented to Higher Order Thinking Skills (HOTS) on Grade XI Social
Student of Kolese De Britto Senior High School Yogyakarta. Thesis. Master
Program in Mathematics Education, Department of Mathematics and Natural
Sciences Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata
Dharma University, Yogyakarta.
This study aims to (1) describe the process of developing a mathematics learning
design oriented to Higher Order Thinking Skills (HOTS) on the multiplication rules
and permutation on Grade XI Social of Kolese De Britto High School, (2) to
describe the thinking ability of students who follow oriented learning mathematics
on Higher Order Thinking Skills (HOTS) on the multiplication rules and
permutations on Grade XI Social of Kolese De Britto High School. The research
was conducted at Kolese De Britto Senior High School in October until November
2017. Subjects involved in this research are Grade XI Social 2 (S2) and Grade XI
Social 3 (S3) students. The type of research used was design research, in which
researchers design HOTS-oriented learning trajectories related to the rules of
multiplication and permutation. Data collection methods used were instructional
videos and field notes, written tests, and interviews. While the data analysis
techniques used include data reduction, data presentation, and verification or
withdrawal of conclusions. Steps for developing HOTS-oriented mathematical
learning design on the rules of multiplication and permutation rules, namely: (a) the
specifications of basic assumptions or prepositions; (b) identify competencies; (c)
describe specifically the competencies; (d) determine the level of criteria and type
of assessment; (e) classifying and organizing teaching objectives; (f) designing
learning strategies; (g) organizing the management system; (h) conducting a trial
program; (i) assessing instructional design, and (j) improving the program. HOTS-
oriented learning process using Problem Based Learning (PBL) model. In the
learning process, researchers provide contextual problems related to the rules of
multiplication and permutation rules. The presentation of the problem begins with
a contextual problem that aims to equip students with the ability to remember,
understand, and apply or known as Lower Order Thinking Skills (LOTS) and
furthermore contextual issues aimed at equipping students with the ability to
analyze, evaluate, and create or recognize with Higher Order Thinking Skills
(HOTS). HOTS implementation occurs after students discover the concept of
multiplication and permutation rules. Higher Order Thinking Skills (HOTS)
oriented learning demands students to be more active and develop their thinking
skills. The results of student work during the learning process show that overall
students had achieved high-order thinking at the level of analyzing and evaluating.
Students were able to analyze the information contained in the problem and divide
it into smaller sections to recognize patterns or relationships. The information
obtained is then evaluated and used to generalize ideas and design ways to solve
problems.
Keywords: The Development of Mathematics Instructional Design, Higher Order
Thinking Skills (HOTS), Design Research, Multiplication Rules, and Permutation.

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat, rahmat, dan kasih-Nya, tesis dengan judul “Pengembangan Pengelolaan

Pembelajaran Matematika yang Berorientasi pada Higher Order Thinking Skills

(HOTS) pada Siswa Kelas XI Sosial SMA Kolese De Britto Yogyakarta” ini dapat

penulis selesaikan. Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar Magister Pendidikan Matematika pada Program Studi Magister Pendidikan

Matematika.

Selama penyusunan tesis ini terdapat banyak pihak yang dengan caranya

masing-masing telah mendukung penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini,

penulis ingin mengucapkan limpah terima kasih kepada semua pihak yang telah

mendukung dan membantu penulis, diantaranya:

1. Allah Tritunggal Mahakudus dan Bunda Maria untuk rahmat, kasih, dan

penyertaan yang penulis terima selama penyusunan tesis ini hingga selesai.

2. Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk menempuh pendidikan strata dua pada Program Studi Magister

Pendidikan Matematika.

3. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd.,M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan

Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Program Studi

Magister Pendidikan Matematika dan dosen pembimbing yang telah bersedia

memberikan bimbingan, masukan, kritik, dan saran selama penulis menjalani

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

perkuliahan pada Magister Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma

dan selama masa bimbingan penulisan tesis ini.

5. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si., yang selalu setia dan siap memberikan bantuan

dan bimbingan ketika penulis mengalami kesulitan dari awal penyusunan

hingga penyelesaian tesis ini.

6. Segenap dosen Magister Pendidikan Matematika, yang telah mengajar,

mendidik, membimbing, dan membagikan ilmu kepada penulis selama masa

perkuliahan.

7. SMA Kolese De Britto dan Bapak Herman Joseph Sriyanto, M.Pd., selaku guru

mata pelajaran matematika kelas XI Sosial SMA Kolese De Britto, yang telah

memberikan kesempatan dan mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian

untuk tesis ini.

8. Kedua orangtua penulis, Bapak Yohanes Bate dan Mama Katharina Bhudhe,

untuk cinta, doa, perhatian, kasih sayang, dan semua dukungan baik moril

maupun material, yang boleh penulis terima selama perkuliahan dan

penyusunan tesis ini.

9. Bapak Romo Stefanus Wolo Itu, untuk cinta, doa, perhatian, kasih sayang, dan

semua dukungan baik moril maupun material, yang boleh penulis terima selama

perkuliahan dan penyusunan tesis ini.

10. Keenam Kakak. Kakak Pit, Kakak Relly, Kakak Sil (+), Kakak Leo, Kak San,

dan Kak Suster Retha untuk cinta, doa, perhatian, kasih sayang, dan semua

dukungan baik moril maupun material, yang boleh penulis terima selama

perkuliahan dan penyusunan tesis ini.

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11. Keempat ipar, Kakak Lina, Kakak Tinus, Kakak Mince, dan Kakak Sarina

untuk cinta, doa, perhatian, kasih sayang, dan semua dukungan baik moril

maupun material, yang boleh penulis terima selama perkuliahan dan

penyusunan tesis ini.

12. Kesepuluh ponaan, Claudia, Manuel, Alberto, Alturo, Cen, Thesa, Hery, Livia,

Stefania, dan Alvaro untuk cinta, doa, dan dukungan selama perkuliahan dan

penyusunan tesis ini.

13. Tea Tasia Wiwin, rekan sejati selama perkuliahan dan juga rekan penelitian,

untuk kerja sama, untuk cinta, doa, perhatian, kasih sayang, dan semua

dukungan baik moril maupun material, yang boleh penulis terima selama

perkuliahan dan penyusunan tesis ini.

14. Agata, Olis, Yustin, sahabat dan saudara dari ibu yang berbeda untuk cinta, doa,

perhatian, kasih sayang, dan semua dukungan baik moril maupun material, yang

boleh penulis terima selama perkuliahan dan penyusunan tesis ini.

15. JO, sahabat, saudara, rekan, untuk cinta, doa, perhatian, kasih sayang, dan

semua dukungan baik moril maupun material, yang boleh penulis terima selama

perkuliahan dan penyusunan tesis ini.

16. Kakak Romo Luis Rota, yang selalu siap mendengarkan penulis kapan saja dan

memberi kekuatan saat penulis putus asa dan mau menyerah.

17. Adik Berty, yang selalu memberikan semangat dan megingatkan penulis untuk

berdoa.

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ vi
ABSTRAK ........................................................................................................ vii
ABSTRACT ......................................................................................................... ix
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............... x
KATA PENGANTAR ....................................................................................... xi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xix
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xx
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xxi
DAFTAR BAGAN ............................................................................................ xxiii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 6

C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 6

D. Batasan Masalah..................................................................................... 7

E. Manfaat Penelitian ................................................................................. 7

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................ 9


A. Pengembangan Pembelajaran................................................................. 9

1. Pengertian Pengembangan Pembelajaran ........................................ 9

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Dimensi-dimensi Pengembangan Pembelajaran .............................. 10

3. Langkah-langkah Pengembangan Pembelajaran.............................. 12

B. Pembelajaran Matematika ...................................................................... 18

C. Problem Based Learning (PBL) ............................................................. 19

1. Pengertian Problem Based Learning (PBL) ..................................... 19

2. Prinsip-prinsip Problem Based Learning (PBL) .............................. 21

3. Karakteristik Problem Based Learning (PBL) ................................. 22

4. Tujuan Problem Based Learning (PBL) .......................................... 23

5. Langkah-langkah Problem Based Learning (PBL) .......................... 26

6. Hubungan Problem Based Learning (PBL) dan Higher Order

Thinking Skills (HOTS) .................................................................... 29

D. Taksonomi Bloom .................................................................................. 30

1. Taksonomi Bloom Versi Lama ........................................................ 30

2. Taksonomi Bloom Versi Baru ......................................................... 31

E. Higher Order Thinking Skills (HOTS). .................................................. 58

1. Pengertian Higher Order Thinking Skills (HOTS) ........................... 58

2. Mengajar Higher Order Thinking Skills (HOTS) ............................. 65

3. Indikator Higher Order Thinking Skills (HOTS) ............................. 77

F. Design Research..................................................................................... 80

1. Definisi Penelitian Design Research ................................................ 80

2. Tujuan dan Produk Design Research ............................................... 84

3. Hypothetical Learning Trajectory ................................................... 87

4. Local Instruction Theory .................................................................. 89

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

G. Aturan Perkalian dan Permutasi ............................................................. 91

1. Bilangan Faktorial ............................................................................ 91

2. Aturan Perkalian............................................................................... 92

3. Permutasi .......................................................................................... 95

a. Permutasi dari Unsur-unsur yang Berbeda ................................ 95

b. Permutasi Siklis.......................................................................... 98

H. Penelitian yang Relevan ......................................................................... 100

I. Kerangka Berpikir .................................................................................. 102

BAB III METODE PENELITIAN..................................................................... 106


A. Metode dan Jenis Penelitian ................................................................... 106

B. Subjek Penelitian.................................................................................... 111

C. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 111

D. InstrumenPenelitian................................................................................ 111

E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 112

F. Teknik Analisis Data .............................................................................. 113

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 115


A. Desain Awal ........................................................................................... 115

1. Studi Literatur .................................................................................. 115

2. Merancang Hipotesis Alur Belajar ................................................... 115

B. Deskripsi Proses Pembelajaran pada Tahap Uji Coba .......................... 120

1. Deskripsi Proses Pembelajaran pada Materi Aturan Perkalian ........ 120

2. Deskripsi Proses Pembelajaran pada Materi Permutasi dari Unsur-

unsur yang Berbeda .......................................................................... 128

3. Deskripsi Proses Pembelajaran pada Materi Permutasi Siklis ......... 135

xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Deskripsi Hasil Pekerjaan Siswa pada Tahap Uji Coba......................... 144

1. Deskripsi Hasil Pekerjaan Siswa pada Materi Aturan Perkalian ..... 144

2. Deskripsi Hasil Pekerjaan Siswa pada Materi Permutasi dari

Unsur-unsur yang Berbeda ............................................................... 156

3. Deskripsi Hasil Pekerjaan Siswa pada Materi Permutasi Siklis ...... 162

D. Revisi Lintasan Belajar .......................................................................... 170

E. Deskripsi Proses Pembelajaran pada Tahap Penelitian ......................... 171

1. Deskripsi Proses Pembelajaran pada Materi Aturan Perkalian ........ 172

2. Deskripsi Proses Pembelajaran pada Materi Permutasi dari Unsur-

unsur yang Berbeda .......................................................................... 180

3. Deskripsi Proses Pembelajaran pada Materi Permutasi Siklis ......... 187

F. Deskripsi Hasil Pekerjaan Siswa pada Tahap Penelitian ....................... 195

1. Deskripsi Hasil Pekerjaan Siswa pada Materi Aturan Perkalian ..... 196

2. Deskripsi Hasil Pekerjaan Siswa pada Materi Permutasi dari

Unsur-unsur yang Berbeda............................................................... 202

3. Deskripsi Hasil Pekerjaan Siswa pada Materi Permutasi Siklis ...... 212

G. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 219

H. Refleksi .................................................................................................. 220

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 221


A. Kesimpulan ............................................................................................ 221

B. Saran ....................................................................................................... 222

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ xxiv


LAMPIRAN ....................................................................................................... 1

xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 ......................................................................................................... 1

Lampiran 2 ......................................................................................................... 12

Lampiran 3 ......................................................................................................... 16

Lampiran 4 ......................................................................................................... 18

Lampiran 5 ......................................................................................................... 30

Lampiran 6 ......................................................................................................... 32

Lampiran 7 ......................................................................................................... 33

Lampiran 8 ......................................................................................................... 37

Lampiran 9 ......................................................................................................... 49

Lampiran 10 ....................................................................................................... 52

Lampiran 11 ....................................................................................................... 53

Lampiran 12 ....................................................................................................... 63

Lampiran 13 ...................................................................................................... 66

Lampiran 14 ....................................................................................................... 68

Lampiran 15 ....................................................................................................... 72

Lampiran 16 ....................................................................................................... 74

Lampiran 17 ....................................................................................................... 76

xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintaks untuk PBL ............................................................................. 28

Tabel 2.2 Dimensi Proses Kognitif .................................................................... 33

Tabel 2.3 Dimensi-dimensi Berpikir Tingkat Tinggi ......................................... 61

Tabel 3.1 Hubungan Rumusan Masalah dan Metode ....................................... 112

xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Taksonomi Bloom Versi Lama dan Versi Baru ................ 57

Gambar 2.2 Jajaran Genjang dalam Orientasi Biasa ............................. 64

Gambar 2.3 Jajaran Genjang dalam Orientasi yang Tidak Biasa........... 65

Gambar 2.4 Fase Design Research ........................................................ 69

Gambar 3.1 Siklus Tahapan Design Research ....................................... 111

Gambar 4. 1 Hasil Pekerjaan K1 ............................................................ 145

Gambar 4. 2 Hasil Pekerjaan K2 ............................................................ 148

Gambar 4. 3 Hasil Pekerjaan K3 ............................................................ 151

Gambar 4. 4 Hasil Pekerjaan K8 ............................................................ 157

Gambar 4. 5 Hasil Pekerjaan K9 ............................................................ 159

Gambar 4. 6 Hasil Pekerjaan K10 .......................................................... 160

Gambar 4. 7 Hasil Pekerjaan K8 ............................................................ 162

Gambar 4. 8 Hasil Pekerjaan K9 ............................................................ 165

Gambar 4. 9 Hasil Pekerjaan K10 .......................................................... 168

Gambar 4. 10 Hasil Pekerjaan K8 .......................................................... 196

Gambar 4. 11 Hasil Pekerjaan K9 .......................................................... 198

Gambar 4. 12 Hasil Pekerjaan K10 ........................................................ 200

Gambar 4. 13 Hasil Pekerjaan K1 .......................................................... 203

Gambar 4. 14 Hasil Pekerjaan K1 .......................................................... 204

Gambar 4. 15 Hasil Pekerjaan K2 .......................................................... 206

Gambar 4. 16 Hasil Pekerjaan K2 .......................................................... 208

Gambar 4. 17 Hasil Pekerjaan K3 .......................................................... 210

xxi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 4. 18 Hasil Pekerjaan K3 .......................................................... 210

Gambar 4. 19 Hasil Pekerjaan K1 ......................................................... 213

Gambar 4. 20 Hasil Pekerjaan K2 ......................................................... 215

Gambar 4. 21 Hasil Pekerjaan K3 ......................................................... 217

xxii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Perubahan Istilah dan Pola Level Taksonomi Bloom ....................... 33

Bagan 2.2 Alur Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 105

xxiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang

berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan

untuk mencapai standar kompetensi lulusan (Peraturan Pemerintah Nomor 19

Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1 Ayat 6). Sanjaya (2006: 4) menyatakan bahwa

terdapat tiga hal yang perlu digarisbawahi dari pengertian di atas. Pertama,

standar proses pendidikan berlaku secara nasional untuk setiap lembaga

pendidikan formal pada jenjang pendidikan tertentu di mana pun lembaga

pendidikan itu berada. Kedua, standar proses pendidikan berisi tentang

bagaimana seharusnya proses pembelajaran berlangsung dan menjadi

pedoman bagi guru dalam pengelolaan pembelajaran. Ketiga, standar proses

pendidikan diarahkan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.

Melalui standar proses pendidikan setiap guru dapat mengembangkan

proses pembelajaran sesuai dengan rambu-rambu yang ditentukan. Standar

proses sebagai standar minimal yang harus dilakukan memiliki fungsi sebagai

pengendali proses pendidikan untuk memperoleh kualitas hasil dan proses

pembelajaran (Sanjaya, 2006: 5).

Salah satu masalah pendidikan yang dihadapi dunia pendidikan kita

adalah lemahnya proses pembelajaran. Sanjaya (2006: 1) menyatakan bahwa

dalam proses pembelajaran, peserta didik kurang didorong untuk

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas

cenderung mengarahkan peserta didik untuk menghafal informasi. Peserta

didik dipaksa untuk mengingat dan menyimpan berbagai informasi di dalam

otaknya tanpa adanya pemahaman terhadap informasi tersebut. Kenyataan ini

berlaku untuk semua mata pelajaran tidak terkecuali matematika.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006

menjelaskan tujuan pembelajaran matematika antara lain:(1) siswa dapat

memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan

mengaplikasikan konsep/algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat

dalam pemecahan masalah;(2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat,

melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun

bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika;(3) memecahkan

masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model

matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh;

(4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media

lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai

kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu,

perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan

percaya diri dalam pemecahan masalah.

Tujuan pembelajaran matematika ini dapat dicapai apabila guru dapat

mengembangkan proses pembelajaran matematika sesuai dengan rambu-

rambu yang ditentukan dalam standar proses pendidikan. Kenyataan

menunjukkan pembelajaran matematika di Indonesia belum memberdayakan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan agar

dapat mencapai tujuan pembelajaran sebagaimana yang disebutkan di atas.

Pembelajaran matematika masih identik dengan menghafal rumus dan

menghitung. Kegiatan pembelajaran masih terpusat pada guru. Hal ini

mengakibatkan guru cenderung otoriter dengan keyakinannya pada rumus-

rumus atau pengetahuan matematika yang sudah ada. Siswa menjadi sangat

pasif dan kreativitas mereka dalam menyampaikan ide tidak tampak. Hal ini

lebih lanjut berdampak terhadap rendahnya kemampuan siswa dalam

bernalar.

Sejalan dengan itu, laporan The Trends in Intenational Mathematics

and Science Study (TIMSS) 2011 mengungkapkan prestasi matematika siswa

Indonesia berada pada urutan ke-38 dari 42 negara (dalam Daryanto, 2013:

155). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan anak-anak Indonesia untuk

berpikir tingkat tinggi berada pada level rendah. Salah satu faktor

penyebabnya adalah pengelolaan pembelajaran yang masih belum

mengarahkan siswa untuk mencapai level berpikir tersebut.

Peningkatan keterampilan berpikir tingkat tingi telah menjadi prioritas

dalam pembelajaran matematika. Pertanyaannya adalah bagaimana guru

memfasilitasi siswa untuk dapat berpikir tingkat tinggi? Jawaban untuk

pertanyaan ini sangat sederhana. Jadikan kelas matematika sebagai tempat

bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir mereka.

Pembelajaran harus didesain sedemikian rupa sehingga mendukung siswa

untuk mengembangkan kemampuan berpikir mereka. Oleh karena itu, perlu


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dibahas tentang pengelolaan kegiatan belajar mengajar atau pengelolaan

pembelajaran dalam rangka peningkatan pencapaian tujuan pembelajaran

matematika yang telah diformulasikan.

Higher Order Thinking Skills (HOTS) merupakan salah satu pendekatan

dalam pembelajaran di mana siswa diajarkan untuk berpikir kritis, logis,

reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif. Hal ini menunjukkan bahwa,

Higher Order Thinking Skills (HOTS) dapat digunakan sebagai pendekatan

dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan berpikir

siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dikembangkan pembelajaran

matematika yang berorientasi pada Higher Order Thinking Skills (HOTS).

Sejalan dengan itu, SMA Kolese De Britto melalui salah satu guru mata

pelajaran matematika menyampaikan keinginan mereka untuk mempelajari

tentang Higher Order Thinking Skills (HOTS) secara lebih dalam. Keinginan

ini disampaikan pada saat perkuliahan kajian topik penelitian. Materi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah aturan perkalian dan permutasi. Alasan

menggunakan materi aturan perkalian dan permutasi karena kedua materi

tersebut memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi soal

Higher Order Thinking Skills (HOTS) mengingat pembelajaran matematika

yang dikembangkan berorientasi pada Higher Order Thinking Skills (HOTS).

Oleh karena itu, judul penelitian yang diambil adalah ”Pengembangan

Desain Pembelajaran Matematika yang Berorientasi pada Higher Order

Thinking Skills (HOTS) pada Siswa Kelas XI Sosial SMA Kolese De


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Britto Yogyakarta.” Peneliti mengembangkan desain pembelajaran

matematika yang berorientasi pada Higher Order Thinking Skills (HOTS)

untuk topik aturan perkalian, permutasi dari unsur-unsur yang berbeda, dan

permutasi siklis.

Proses penelitian melibatkan dua peneliti lain yang juga melakukan

penelitian pada kelas, subjek, dan topik yang sama tetapi dengan fokus

penelitian yang berbeda. Peneliti pertama adalah Tea Tasia Wiwin. Fokus

penelitiannya adalah pada pengembangan soal-soal kontekstual yang

berorientasi pada Higher Order Thinking Skills (HOTS) dengan judul

penelitian “Pengembangan Masalah Kontekstual yang Berorientasi pada

Higher Order Thinking Skills (HOTS) untuk Topik Kaidah Pencacahan

di Kelas XI SMA Kolese De Britto.” Soal-soal kontekstual yang

dikembangkan tersebut, beberapa di antaranya digunakan oleh peneliti pada

penelitian ini. Peneliti tidak serta merta langsung menggunakan soal-soal

tersebut. Peneliti terlebih dahulu meninjau soal-soal tersebut sebelum

digunakan. Peneliti juga melakukan perbaikan dan memberikan masukkan

berkaitan dengan soal yang telah dikembangkan. Perbaikan dan masukan ini

diterima dan selanjutnya menjadi bahan pertimbangan untuk memperbaiki

soal yang telah dikembangkan. Peneliti kedua adalah Florentina Elvin Bara.

Fokus penelitiannya adalah analisis kemampuan berpikir siswa dalam

menyelesaikan soal kontekstual yang berorientasi pada Higher Order

Thinking Skills (HOTS) dengan judul penelitian “Analisis Kemampuan

Berpikir Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Kontekstual yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Berorientasi pada Higher Order Thinking Skills (HOTS) untuk Topik

Kaidah Pencacahan di Kelas XI SMA Kolese De Britto.”

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana proses pengembangan desain pembelajaran matematika yang

berorientasi pada Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada materi

aturan perkalian dan permutasi kelas XI Sosial SMA Kolese De Britto?

2. Bagaimana kemampuan berpikir siswa yang mengikuti pembelajaran

matematika yang berorientasi pada Higher Order Thinking Skills (HOTS)

pada materi aturan perkalian dan permutasi kelas XI SMA Kolese De

Britto?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan proses pengembangan desain pembelajaran

matematika yang berorientasi pada Higher Order Thinking Skills (HOTS)

pada materi aturan perkalian dan permutasi kelas XI Sosial SMA Kolese

De Britto.

2. Mendeskripsikan kemampuan berpikir siswa yang mengikuti

pembelajaran matematika yang berorientasi pada Higher Order Thinking

Skills (HOTS) pada materi aturan perkalian dan permutasi kelas XI Sosial

SMA Kolese De Britto.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. Batasan Masalah

Berdasarkan masalah yang diuraikan pada latar belakang dan agar penelitian

ini terarah serta terhindar dari salah persepsi, maka peneliti menentukan

batasan masalah sebagai berikut:

1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 2 dan kelas XI IPS 3

SMA Kolese De Britto Tahun Akademik 2017/2018.

2. Materi yang digunakan adalah Aturan Perkalian, Permutasi dari Unsur-

unsur yang Berbeda dan Permutasi Siklis.

3. Pembelajaran matematika yang dilaksanakan menggunakan Problem

Based Learning (PBL) dan berorientasi pada Higher Order Thinking

Skills (HOTS).

E. Manfaaf Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Penelitian ini membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan

berpikir tingkat tinggi mereka.

b. Bagi Guru

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman dan acuan bagi guru

untuk mengembangkan pembelajaran yang berorientasi pada Higher

Order Thinking Skills (HOTS).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

c. Bagi Sekolah

Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukkan dan

pertimbangan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

matematika terutama yang berorientasi pada Higher Order Thinking

Skills (HOTS).

d. Bagi Peneliti

Penelitian ini menambah wawasan dan pemahaman peneliti

berkaitan dengan pengembangan pembelajaran matematika yang

berorientasi pada Higher Order Thinking Skills (HOTS).

2. Manfaat Teoritis

Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan keilmuan di bidang

pembelajaran matematika terutama yang berkaitan dengan pengembangan

pengelolaan pembelajaran matematika yang berorientasi pada Higher

Order Thinking Skills (HOTS).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengembangan Pembelajaran

1. Pengertian Pengembangan Pembelajaran

Abdul Majid (2005: 24) mendefinisikan pengembangan

pembelajaran adalah suatu proses mendesain pembelajaran secara logis,

dan sistematis dalam rangka untuk menetapkan segala sesuatu yang akan

dilaksanakan dalam proses kegiatan belajar dengan memperhatikan

potensi dan kompetensi siswa.

Merujuk pada pengertian pengembangan pembelajaran, maka

konsep pengembangan pembelajaran dapat dilihat dari berbagai sudut

pandang yaitu:

a. Pengembangan pembelajaran sebagai teknologi artinya suatu

pembelajaran yang lebih terdorong dengan menggunakan teknik-

teknik, metode, dan pendekatan yang dapat mengembangkan tingkah

laku kognitif dan teori-teori yang konstruktif terhadap solusi dan

masalah pembelajaran.

b. Pengembangan pembelajaran sebagai suatu sistem artinya sebuah

susunan dari sumber-sumber dan prosedur-prosedur untuk

menggerakkan pembelajaran. Pengembangan sistem pengajaran

melalui proses yang sistematik selanjutnya diimplementasikan dengan

mengacu pada sistem perencanaan pembelajaran.

9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

c. Pengembangan pembelajaran sebagai sebuah disiplin artinya cabang

dari pengetahuan yang senantiasa memperhatikan hasil-hasil

penelitian dan teori tentang strategi pengajaran dan implementasinya

terhadap strategi tersebut.

d. Pengembangan pembelajaran sebagai sains adalah mengkreasi secara

detail spesifikasi dari pengembangan, implementasi, evaluasi, dan

pemeliharaan akan situasi maupun fasilitas pembelajaran terhadap

unit-unit yang luas maupun yang lebih sempit dari materi pelajaran

dengan segala tingkatan kompleksitasnya.

Dengan mengacu kepada sudut pandang tersebut, maka

pengembangan pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan

pengajaran yang dianut dalam kurikulum. Pengembangan pembelajaran

sebagai sebuah proses, disiplin ilmu pengetahuan, sistem dan teknologi

pembelajaran bertujuan agar pengembangan pengajaran berjalan dengan

efektif dan efesien.

2. Dimensi-dimensi Pengembangan Pembelajaran

a. Signifikansi.

Tingkat signifikasi tergantung pada tujuan pendidikan yang diajukan

dan dapat ditentukan berdasarkan kriteria-kriteria yang dibangun

selama proses pembelajaran.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

b. Feasibilitas.

Artinya pengembangan pembelajaran harus disusun berdasarkan

pertimbangan realita baik yang berkaitan dengan biaya maupun

pengimplementasiannya.

c. Relevansi.

Konsep relevansi berkaitan dengan jaminan bahwa pengembangan

pembelajaran memungkinkan penyelesaian persoalan secara lebih

spesifik pada waktu yang tepat agar dapat dicapai tujuan spesifik

secara optimal.

d. Kepastian.

Konsep kepastian minimum diharapkan dapat mengurangi kejadian-

kejadian yang tidak terduga.

e. Ketelitian.

Prinsip utama yang perlu diperhatikan ialah agar pengembangan

pembelajaran disusun dalam bentuk yang sederhana, serta perlu

diperhatikan kaitan-kaitan yang pasti terjadi antara berbagai

komponen.

f. Adaptabilitas.

Pengembangan pembelajaran bersifat dinamis sehingga senantiasa

perlu mencari informasi sebagai umpan balik. Penggunaan berbagai

proses memungkinkan pembelajaran yang fleksibel dapat dirancang

untuk menghindari hal-hal yang tidak diharapkan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

g. Waktu.

Faktor yang berkaitan dengan waktu cukup banyak. Selain

keterlibatan perencanaan dalam memprediksi masa depan, juga

validasi dan reliabilitas analisis yang dipakai, serta kapan untuk

menilai kebutuhan kependidikan masa kini dalam kaitannya dengan

masa mendatang.

h. Monitoring.

Monitoring merupakan proses mengembangkan kriteria untuk

menjamin bahwa berbagai komponen bekerja secara efektif.

i. Isi pembelajaran.

Isi pembelajaran merujuk pada hal-hal yang akan direncanakan dalam

pembelajaran. Pembelajaran yang baik perlu memuat: 1) tujuan yang

diinginkan; 2) cara mengorganisasi aktivitas belajar dan layanan

pendukungnya; 3) cara-cara mengembangkan prestasi, spesialisasi,

perilaku, kompetensi, maupun kepuasan siswa; 4) konteks sosial atau

elemen-elemen lainnya yang perlu dipertimbangkan dalam

perencanaan pengajaran.

3. Langkah-langkah Pengembangan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua

potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan.

Kegiatan pembelajaran mengembangkan kemampuan untuk mengetahui,

memahami, melakukan sesuatu, hidup dalam kebersamaan dan

mengaktualisasikan diri. Berkaitan dengan hal tersebut Masjid yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

merujuk pada Puskur mengatakan bahwa kegiatan pembelajaran perlu:

a) berpusat pada peserta didik, b) mengembangkan kreativitas peserta

didik, c) menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang,

d) bermuatan nilai, estetika, etika, logika dan kinestetika, dan

e) menyediakan pengalaman belajar yang beragam. Untuk itu hendaknya

kegiatan belajar mengajar tidak sekedar transfer pengetahuan saja yang

menimbulkan kejenuhan baik bagi siswa maupun guru, sehingga motivasi

dan prestasi belajar dan mengajar sulit untuk ditingkatkan. Oleh karena

itu, langkah baru yang harus ditempuh adalah bagaimana mengubah

paradigma tentang belajar dan mengajar, sehingga proses belajar menjadi

lebih nyaman dan menyenangkan. Stanly Elam menyatakan langkah-

langkah pengembangan pembelajaran adalah sebagai berikut:

Langkah pertama, spesifikasi asumsi-asumsi atau preposisi-

preposisi yang mendasar, artinya pengembangan pembelajaran harus

didasarkan pada asumsi yang jelas, hal ini dikarenakan dunia pendidikan

dewasa ini lebih cenderung kembali pada pemikiran bahwa anak akan

belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara ilmiah. Belajar akan

lebih bermakna jika anak “mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya,

bukan sekedar “mengetahui”-nya. Pembelajaran yang berorientasi pada

penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi “mengingat”

jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan

persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Inilah yang terjadi di kelas-

kelas sekolah kita.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

Langkah kedua, mengidentifikasi kompetensi. Dalam

penyusunan pengembangan pembelajaran perlu memperhatikan

kompetensi dasar yang akan diajarkan. Untuk mengetahui penguasaan

dan pendalaman cakupan kemampuan dasar, dapat digunakan jaringan

topik/tema/konsep. Kompetensi dasar yang terlalu luas dalam cakupan

materinya perlu dijabarkan menjadi lebih dari satu pembelajaran.

Sedangkan kompetensi dasar yang tidak terlalu rumit dapat dijabarkan ke

dalam satu pembelajaran. Kompetensi-kompetensi harus dijabarkan

secara khusus dan telah divalidasikan serta dites sejauh mana

kontribusinya terhadap keberhasilan dan efektivitas belajar mengajar.

Hasil penelitian seringkali ikut membantu dalam mengidentifikasi

kompetensi yang diperlukan. Untuk dapat mengidentifikasi kompetensi,

kita dapat menggunakan beberapa model pendekatan, diantaranya:

a. Pendekatan analisis tugas (task analysis) untuk menentukan daftar

kompetensi. Berdasarkan analisis tugas-tugas yang harus dilakukan

oleh guru di sekolah sebagai tenaga profesional, yang pada gilirannya

ditentukan kompetensi- kompetensi apa yang diperlukan.

b. Pendekatan memusatkan pada kebutuhan-kebutuhan siswa di sekolah

(the need of school leaner). Langkah pertama dalam pendekatan ini

adalah bertitik tolak dari ambisi, nilai-nilai dan pandangan para siswa.

Hal ini menjadi landasan dalam mengidentifikasi kompetensi. Jadi

pendekatan ini berdasarkan asumsi bahwa terdapat hubungan yang

erat sekali antara persiapan guru dan hasil yang diinginkan siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

c. Pendekatan berdasarkan kebutuhan masyarakat. Dengan

mengspesifikasikan kebutuhan masyarakat terutama kebutuhan

masyarakat sekolah maka selanjutnya disusun program pendidikan.

Pendekatan ini berdasarkan asumsi bahwa pengetahuan masyarakat

yang nyata dan penting itu dapat diterjemahkan menjadi

program sekolah para siswa yang pada gilirannya dituangkan dalam

program pembelajaran.

Langkah ketiga, menggambarkan secara spesifik kompetensi-

kompetensi, artinya kompetensi-kompetensi yang telah ditentukan lebih

dikhususkan dan dirumuskan menjadi lebih eksplisit dan dapat diamati.

Selain itu dipertimbangkan masalah target populasinya dalam konteks

pelaksanaannya, hambatan-hambatan program, waktu pelaksanaan dan

parameter sumber.

Langkah keempat, menentukan tingkat-tingkat kriteria dan jenis

asesmen. Menentukan jenis-jenis penilaian yang akan digunakan

dimaksudkan untuk mengukur ketercapaian kompetensi. Hal ini sangat

penting dalam pengembangan program pembelajaran dimana kompetensi

itu bersifat kompleks dan mengandung variabel yang cukup sulit untuk

dinilai. Untuk itu harus disusun beberapa indikator di dalam mengukur

kompetensi. Tersedianya berbagai alternatif penilaian yang disiapkan oleh

guru menunjukkan kesiapan guru dalam melaksanakan proses

pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

Langkah kelima, pengelompokkan dan penyusunan tujuan

pengajaran, artinya dalam pengajaran desain intruksional sangat penting

dalam rangka memudahkan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar

mengajar. Penyusunan tujuan pengajaran ini hendaknya ditawarkan

kepada siswa karena pembelajaran yang terjadi nanti bukan milik guru

semata, akan tetapi milik bersama (murid-guru).

Langkah keenam, desain strategi pembelajaran, artinya

keberhasilan menggunakan strategi instruksional tergantung pada

kreativitas, kepandaian, kecakapan dan keahlian pengembangnya (guru).

Di sini guru dituntut untuk mempunyai kemampuan sebagai pendidik,

pemimpin, motivator, dan memanajemen siswa.

Langkah ketujuh, mengorganisasikan sistem pengelolaan

artinya mengigat belajar adalah merupakan proses bagi siswa dalam

membagun gagasan atau pemahaman sendiri, maka kegiatan belajar

mengajar hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk

melakukan hal tersebut dengan lancar dan penuh motivasi. Suasana

belajar yang diciptakan oleh guru harus melibatkan siswa secara aktif,

mengalami, bertanya dan mempertanyakan, menjelaskan dan

sebagainya. Menghargai usaha siswa walaupun hasilnya belum

memuaskan dan menantang siswa sehingga berbuat dan berpikir

merupakan contoh strategi yang memungkinkan siswa menjadi pelajar

seumur hidup. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka sangat diperlukan

praktik pengelolaan dan sistem pengelolaan yang didesain dengan cermat.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

Langkah kedelapan, melaksanakan percobaan program, artinya

program yang telah disusun secara sistematis perlu diujicobakan.

Percobaan program dilakukan terhadap bagian-bagian dari program itu

atau semacam prototype tes dan hendaknya dilakukan terlebih dahulu

dalam skala kecil. Tujuan program ini adalah untuk menguji efektivitas

strategi instruksional; seberapa besar diperlukan tuntutan-tuntutan

program; ketepatan alat atau jenis penilaian yang digunakan; dan

efektivitas sistem pengelolaan.

Langkah kesembilan, menilai desain pembelajaran, artinya

pelaksanaan terhadap sebuah desain instruksional, lazimnya menyangkut

empat aspek yaitu: validasi tujuan dalam hubungan dengan peranan

pendidik yang diproyeksikan, tingkat-tingkat kriteria dan bentuk-bentuk

asesmen sistem instruksional dalam hubungannya dengan hasil belajar,

pelaksanaan organisasi dan pegelolaan dalam hubungan dengan hasil

tujuan.

Langkah kesepuluh, memperbaiki program, artinya setiap program

pengembangan pembelajaran sesungguhnya tidak pernah tersusun dengan

kondisi sempurna akan tetapi masih terbuka terhadap perbaikan dan

perubahan berdasarkan umpan balik dari pengalaman-pengalaman yang

ada. Oleh karena itu, pengembangan pembelajaran dilakukan berdasarkan

pendekatan kompetensi yang menekankan pada efektif, efisien, dan

ketepatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

B. Pembelajaran Matematika

Dalam hubungannya dengan pembelajaran matematika, Nikson

(dalam Abdullah, 2006: 13) mengemukakan bahwa pembelajaran

matematika adalah suatu upaya membantu siswa untuk mengkonstruksi

(membangun) konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan

kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep atau

prinsip itu terbangun kembali. Hal ini sesuai dengan pandangan

konstruktivisme yang menyatakan bahwa pengetahuan tidak bisa ditransfer

dari pikiran seseorang ke pikiran orang lain, melainkan orang atau siswa

sendiri yang membangun pengetahuan tersebut di dalam pikirannnya. Siswa

dapat secara efektif mengkonstruksi pengetahuan apabila ia berinteraksi

dengan orang lain yang telah atau lebih tahu atau menguasai pengetahuan

yang sedang dipelajari. Di dalam praktik pembelajaran, orang lain tersebut

bisa guru atau siswa yang lain (teman sebayanya).

Di samping itu, proses pembelajaran hendaknya dilaksanakan secara

bermakna (meaningful learning). Pembelajaran bermakna merupakan suatu

proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang

terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif meliputi fakta-

fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari

dan diingat siswa. Pembelajaran yang lebih mengutamakan proses

terbentuknya suatu konsep daripada menghafalkan konsep yang sudah jadi.

Sutawidjaja (2011: 119) berpendapat bahwa tidak ada strategi atau

model pembelajaran terbaik, yang ada adalah ketepatan dalam memilih


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

strategi atau model pembelajaran. Kondisi ini secara langsung mendorong

guru untuk lebih banyak memahami strategi-strategi pembelajaran sehingga

ia akan dapat dengan mudah memilih strategi atau model pembelajaran yang

tepat untuk digunakan sesuai dengan kondisi dan situasi tertentu. Bahkan

seorang guru dituntut untuk lebih profesional dalam menjalankan tugasnya,

yakni selalu berpikir akan dibawa ke mana anak didiknya, serta dengan apa

mengarahkan anak didiknya untuk mencapai hasil yang diinginkan dengan

berbagai inovasi pembelajaran.

C. Problem Based Learning (PBL)

1. Pengertian Problem Based Learning (Problem Based Learning)

Problem Based Learning (PBL) adalah suatu pendekatan

pembelajaran dengan melibatkan siswa untuk menyelesaikan suatu

masalah yang menjadikan peserta didik memperoleh pembelajaran yang

nyata (Lubis, 2016:53). Problem Based Learning (PBL) merupakan

salah satu pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar

aktif kepada siswa. Problem Based Learning (PBL) menyarankan

kepada peserta didik untuk mencari dan menentukan sumber

pengetahuan yang relevan. Linda & Sara (dalam Lubis 2016:53)

menyatakan bahwa model pembelajaran ini memberi tantangan kepada

peserta didik untuk belajar sendiri. Lebih lanjut, Slavin (dalam Lubis

2016:53) menyatakan bahwa dalam menerapkan strategi ini, guru


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menetapkan topik masalah

walaupun sebenarnya guru telah mempersiapkan apa yang akan dibahas.

Berikut beberapa pengertian pembelajaran berbasis masalah

menurut beberapa ahli, di antaranya:

a. Menurut John Dewey (dalam Anwar, 2017), Problem Based

Learning (PBL) adalah interaksi antara stimulus dengan respon,

merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan.

Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan

menjadikan kepadanya bahan dan materi guna memperoleh

pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya.

b. Problem Based Learning (PBL) adalah suatu kegiatan

pembelajaran yang berpusat pada masalah. Istilah berpusat berarti

menjadi tema, unit, atau isi sebagai fokus utama belajar. Amir

(2015:18) juga mengemukakan bahwa sebuah “masalah” dapat

merangsang rasa ingin tahu, keinginan untuk mengamati, motivasi

serta keterlibatan seseorang atas satu hal. Problem Based Learning

(PBL) adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa

untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode

ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang

berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki

keterampilan untuk memecahkan masalah.

c. Ibrahim dan Nur (Rusman, 2016:241) mengemukakan bahwa

Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu pendekatan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat

tingi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia

nyata, termasuk di dalamnya belajar dan bagaimana belajar.

d. Moffit (dalam Rusman, 2016:241) mengemukakan bahwa

Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu pendekatan

pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai

suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan

keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh

pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran.

e. Menurut Barrow (2017:357), Problem Based Learning (PBL)

merupakan pembelajaran yang dihasilkan dari proses investigasi,

pemahaman, dan memberikan

2. Prinsip-Prinsip Problem Based Learning (PBL)

Adapun prinsip-prinsip pembelajaran berbasis masalah adalah

sebagai berikut:

a. Kegiatan pembelajaran berpusat pada masalah.

b. Pembelajaran menggunakan masalah dunia nyata.

c. Pemecahan masalah yang autentik.

d. Terdapat interaksi antara stimulus dengan respon yang terjadi

antara siswa dan lingkungannya.

e. Pembelajaran berpusat pada siswa dan guru berperan sebagai

fasilitator.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

f. Dapat merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta

didik.

3. Karakteristik Problem Based Learning (PBL)

Arend (dalam Anwar, 2017:358-359) menyatakan bahwa

karakteristik Problem Based Learning (PBL) adalah sebagai berikut:

a. Pembelajaran didasarkan atas pemecahan masalah. Dalam proses

pembelajaran, peserta didik dibawa pada masalah nyata dalam

kehidupan yang sifatnya penting dan secar pribadi bermakna bagi

peserta didik. Masalah yang dibawa hendaknya kompleks dan

memungkinkan adanya berbagai solusi unruk masalah tersebut.

b. Adanya keterkaitan antar disiplin. Meskipun PBL diterapkan pada

mata pelajaran tertentu, namun dalam pemecahan masalahnya

melibatkan disiplin ilmu lain tergantung kemampuan dan kemauan

peserta didik.

c. Penyelidikan autentik. PBL mengharuskan peserta didik

melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian

nyata terhadap masalah. Mereka harus menganalisis dan

mendefiniskan masalah, mengembangkan hipotesis,

mengumpulkan informasi, melakukan eksperimen jika diperlukan,

membuat analisis, serta merumuskan kesimpulan.

d. Menghasilkan produk/karya dan mempresentasikannya. PBL

menuntut peserta didik menghasilkan produk tertentu dalam

bentuk karya nyata atau peragaan yang menjelaskan bentuk


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk tersebut

berupa laporan, model fisik, rekaman video, program komputer,

tabel, gambar, dan lain sebagainya. Karya tersebut selanjutnya

didemonstrasikan kepada teman-teman yang lain.

e. Kerja sama dalam kelompok kerja. Kelompok kerja merupakan

aspek yang penting dalam PBL untuk beberapa alasan. Pertama,

kelompok kerja membangun rasa nyaman bagi peserta didik untuk

mengutarakan pertanyaan terkait masalah dan ide pemechan

masalah. Kedua, kelompok kerja membantu membangun

kemampuan berkomunikasi dan mengorganisasikan kelompok.

Ketiga, kelompok kerja membangun motivasi peserta didik

sehingga mereka aktif terlibat dalam penyelesaian tugas lantaran

merasa bertanggungjawab terhadap anggota kelompok yang

lainnya. Namun, kelompok tidak selalu dapat bekerja efektif tanpa

adanya pembimbing. Oleh karena itu, tugas pendidik ialah

memonitor interaksi kelompok.

4. Tujuan Problem Based Learning (PBL)

Menurut Hmelo-Silver (dalam Anwar, 2017: 359-360),

kompetensi peserta didik yang menjadi tujuan pembelajaran yang

menggunakan Problem Based Learning (PBL) ialah sebagai berikut:

a. Membangun keterampilan berpikir tingkat tinggi. Berpikir tingkat

tinggi ialah bukan algorithmic, yaitu alur tindakan yang tidak

sepenuhnya dapat ditetapkan sebelumnya. Berpikir tingkat tinggi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

cenderung kompleks, memiliki beberapa solusi, melibatkan

pertimbangan dan interpretasi, melibatkan banyak kriteria,

melibatkan ketidakpastian, melibatkan pencarian makna dan harus

kerja keras. Masalah dalam kehidupan nyata yang dibawa ke kelas

pada strategi PBL merupakan masalah yang kompleks dan hanya

dapat dicari solusinya melalui berpikir tingkat tinggi. Alhasil, saat

memecahkan masalah yang bersifat kompleks, maka peserta didik

dengan sendirinya membangun keterampilan berpikir tingkat

tinggi.

b. Membangun keterampilan memecahkan masalah secara efektif.

Masalah dalam kehidupan nyata yang dibawa ke kelas pada

strategi PBL harus dicari solusinya oleh peserta didik melalui kerja

ilmiah. Kerja ilmiah merupakan keterampilan yang paling efektif

untuk memecahkan masalah. Disisi lain, strategi PBL juga dapat

menimbulkan keterampilan metakognitif peserta didik.

Keterampilan metakognitif berkaitan dengan kesadaran untuk

menentukan suatu cara pemecahan masalah, memonitor suatu

perkembangan langkah yang telah dikerjakan, dan mengevaluasi

suatu pemecahan masalah yang telah ditemukan.

c. Membangun keterampilan belajar berkelanjutan. Strategi

metakognitif juga penting untuk membangun keterampilan

berkelanjutan, yaitu belajar secara mandiri untuk memecahkan

masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pertama, peserta didik yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

memiliki keterampilan metakognitif mengetahui sesuatu yang

telah ia pahami dan sesuatu yang belum ia pahami terkait dengan

suatu masalah. Kedua, peserta didik dapat mementukan sendiri

tujuan darimpemblejarannya, yaitu mengidentifikasi sesuatu yang

dipelajari lebih lanjut untuk memecahkan masalah. Ketiga, peserta

didik dapat mennetukan strategi yang digunkan untuk

memecahkan masalah.

d. Menumbuhkan kemampuan berkolaborasi. Salah satu

karakteristik strategi PBL ialah adanya peserta didik yang bekerja

sama satu dengan lainnya, bisa secara berpasangan atau dalam

kelompok kecil. Bekerja sama dapat meningkatkan keterampilan

sosial, antara lain melatih keterampilan berdiskusi,

bertanggungjawab terhadap tugas, mengajukan pendapat dan

menerima pendapat orang lain, mengorganisasikan kelompok

hingga membuat persetujuan kelompok.

e. Menumbuhkan motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik akan tumbuh

dalam diri peserta didik bila sesuatu yang dipelajari peserta didik

di kelas berkaitan dengan sesuatu yang disukai dan terkait dengan

kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, dalam strategi PBL peserta

didik diberikan kebebasan untuk menentukan topik sesuai dengan

materi atau tema yang diberikan pendidik yang menarik baginya

dan menentukan metode mempelajarinya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

5. Langkah-langkah Problem Based Learning (PBL)

John Dewey (dalam Anwar, 2017:361), seorang ahli pendidikan

berkebangsaan Amerika, memaparkan 6 langkah dalam pembelajaran

berbasis masalah sebagai berikut:

a. Merumuskan masalah.

Pendidik dapat menuntun peserta didik untuk menentukan

masalah yang akan dipecahkan dalam proses pembelajaran,

walaupun sebenarnya pendidik telah menetapkan masalah

tersebut. Rumusan masalah berhubungan dengan kejelasan dan

kesamaan persepsi tentang masalah serta berkaitan dengan data-

data yang harus dikumpulkan. Peserta didik diharapkan dapat

menentukan prioritas masalah.

b. Menganalisis masalah

Pendidik mempersilahkan peserta didik meninjau masalah secara

kritis dari berbagai sudut pandang.

c. Merumuskan hipotesis

Peserta didik dapat merumuskan berbagai kemungkinan atau

dugaan pemecahan masalah sesuai dengan pengetahuan yang

dimilikinya. Peserta didik diharapkan dapat menentukan sebab

akibat dari masalah yang ingin diselesaikan, dan dapat

menentukan berbagai kemungkinan penyelesaian masalahnya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

d. Mengumpulkan data

Peserta didik dapat mencari, mengumpulkan, dan menggambarkan

berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.

Peserta didik didorong untuk mengumpulkan data yang relevan,

memetakan, serta menyajikan dalam berbagai tampilan sehingga

mudah dipahami.

e. Pengujian hipotesis

Peserta didik dapat melakukan pengujian terhadap beberapa

kemungkinan dari pemecahan masalah yang sebelumnya

dimunculkan. Peserta didik diharapkan memiliki kecakapan,

menelaah, dan membahas untuk melihat hubungan dengan

masalah yang diuji.

f. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah

Setelah pengujian hipotesis, peserta didik dapat menetapkan atau

menyimpulkan hasil dari hipotesis yang berhasil diuji

kebenarannya untuk dapat menyelesaikan masalah.

Sugiyanto (dalam Anisa, 2018) membuat sintaks PBL berdasarkan

perilaku guru. Selanjutnya, Anisa (2018) melengkapi sintaks tersebut

dengan perilaku siswa, sehingga sintaks tersebut semakin operasional

bagi guru. Sintaks PBL tersebut dapat dilihat secara lengkap pada tabel

berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

Tabel 2.1 Sintaks untuk Problem Based Learning (PBL)

Fase Perilaku Guru Perilaku Siswa


Fase 1 : Guru membahas tujuan Siswa mengerti tujuan
Orientasi pelajaran, pembelajaran yang akan
siswa pada mendeskripsikan dan dicapai dan termotivasi
masalah. memotivasi siswa untuk untuk terlibat dalam
terlibat dalam pemecahan masalah.
pemecahan masalah.
Fase 2 : Guru membantu siswa Siswa memahami tugas-
Mengorganisa untuk mendefinisikan tugasnya, membentuk
si siswa untuk dan mengorganisasikan kelompok kecil dan
belajar. tugas-tugas belajar yang membagi tugas masing-
terkait dengan masing anggota kelompok
permasalahannya. untuk terlibat dalam
penyelesaian masalah.

Fase 3: Guru mendorong siswa Siswa memahami


Membimbing untuk mendapatkan masalah, mencari
penyelidikan informasi yang tepat, informasi yang berkaitan
siswa. melaksanakan dengan masalah,
eksperimen, dan terdorong untuk
mencari penjelasan dan melakukan percobaan dan
solusi. mencari penjelasan serta
solusi untuk
menyelesaikan masalah
yang diberikan secara
mandiri atau
berkelompok.

Fase 4: Guru membantu siswa Siswa membuat rencana


Mengembang dalam merencanakan dan menyiapkan hasil-
kan dan dan menyiapkan hasil- hasil yang diperoleh
menyajikan hasil yang tepat, seperti selama penyelesaian
hasil karya. laporan, rekaman video, masalah, serta menyusun
dan model-model; dan laporan hasil diskusi dan
membantu mereka menyampaikannya
untuk menyampaikan kepada orang lain.
kepada orang lain.
Fase 5: Guru membantu siswa Siswa melakukan refleksi
Menganalisis untuk melakukan terhadap percobaannya
dan refleksi terhadap untuk menyelesaikan
mengevaluasi investigasinya dan masalah dan proses-
proses proses-proses yang proses yang telah
pemecahan mereka gunakan. dilakukan.
masalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

6. Hubungan Problem Based Learning (PBL) dan Higher Order

Thinking Skills (HOTS)

Ibrahim dan Nur (Rusman, 2016: 241) mengemukakan bahwa

Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu pendekatan

pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tingi

siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata,

termasuk di dalamnya belajar dan bagaimana belajar. Hal ini sejalan

dengan salah satu strategi untuk mengajarkan Higher Order Thinking

Skills (HOTS) yaitu mengajarkan keterampilan melalui konteks dunia

nyata. Selanjutnya, Hmelo-Silver (dalam Anwar, 2017: 359-360),

menyatakan bahwa kompetensi peserta didik yang menjadi tujuan

pembelajaran yang menggunakan Problem Based Learning (PBL) salah

satunya adalah membangun keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Berpikir tingkat tinggi ialah bukan algorithmic, yaitu alur tindakan yang

tidak sepenuhnya dapat ditetapkan sebelumnya. Berpikir tingkat tinggi

cenderung kompleks, memiliki beberapa solusi, melibatkan

pertimbangan dan interpretasi, melibatkan banyak kriteria, melibatkan

ketidakpastian, melibatkan pencarian makna dan harus kerja keras.

Masalah dalam kehidupan nyata yang dibawa ke kelas pada strategi PBL

merupakan masalah yang kompleks dan hanya dapat dicari solusinya

melalui berpikir tingkat tinggi. Alhasil, saat memecahkan masalah yang

bersifat kompleks, maka peserta didik dengan sendirinya membangun

keterampilan berpikir tingkat tinggi.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

D. Taksonomi Bloom

Taksonomi Bloom ialah struktur hierarki yang mengidentifikasi

kemampuan, mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi (dalam

Anwar, 2017: 192). Struktur hierarki tersebut harus dilalui atau dipenuhi

sebelum mencapai pada level tinngi. Dalam kerangka konsep ini, tujuan

pendidikan Bloom dibagi menjadi tiga domain atau ranah kemampuan

intelektual, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Lebih lanjut yang akan

dibahas dalam penelitian ini adalah ranah kemampuan intelektual. Pada

perkembangannya, konsep taksonomi Bloom mengalami dua kali perubahan,

yaitu taksonomi yang dikemukan oleh Bloom dan taksonomi yang telah

direvisi oleh Anderson serta Krathwohl.

1. Taksonomi Bloom Versi Lama

Taksonomi Bloom pada ranah kognitif memuat enam aspek ataau

jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang yang paling rendah sampai

dengan jenjang yang paling tinggi. Berikut adalah keenam jenjang ranah

kognitif tersebut:

 Pengetahuan (knowledge/C1), yaitu kemampuan seseorang untuk

mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang

nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan

kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan

disebut sebagai proses berpikir yang paling rendah.

 Pemahaman (comprehension/C2), yaitu kemampuan untuk mengerti

atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

Peserta didik dikatakan memahami sesuatu, apabila ia dapat

memberikan penjelasan atau memberikan uraian yang lebih rinci

tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri.

 Aplikasi (application/C3), yaitu kemampuan menggunakan atau

menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan

menyangkut penggunaan aturan dan prinsip.

 Analisis (analysis/C4), yaitu kemampuan untuk merinci atau

menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang

lebih kecil atau mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian

atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor yang lain.

 Sintesis (synthesis/C5), yaitu kemampuan berpikir yang merupakan

kebalikan dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu

proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis,

sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau

berbentuk pola baru.

 Evaluasi (evaluation/C6), yaitu jenjang berpikir paling tinggi di ranah

kognitif pada taksonomi Bloom. Penilaian/evaluasi merupakan

kemampuan untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi.

2. Revisi Taksonomi Bloom

Lorin Anderson dan David R. Krathwohl merupakan pengikut setia

sekaligus murid dari Bloom. Di kemudian hari, kedua muridnya ini dan

para ahli psikologi aliran kognitivisme lain memperbaiki taksonomi

Bloom agar sesuai dengan kemajuan zaman, tepatnya pada tahun 1994.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

Hasil perbaikan itu baru dipublikasikan pada tahun 2001, dengan nama

Revisi Taksonomi Bloom. Revisi hanya dilakukan pada ranah kognitif.

Revisi tersebut meliputi:

1. Perubahan kata kunci dari kata benda menjadi kata kerja untuk setiap

level taksonomi.

2. Perubahan terjadi hampir pada semua level hierarki, namun urutan

level masih sama, yaitu dari urutan terendah hingga tertinggi.

Perubahan mendasar terletak pada level 5 dan 6. Perubahan-perubahan

tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

 Pada level 1, knowledge diubah menjadi remembering

(mengingat).

 Pada level 2, comprehension dipertegas menjadi understanding

(memahami).

 Pada level 3, application diubah menjadi applying (menerapkan).

 Pada level 4, analysis dipertegas menjadi analyzing

(menganalisis).

 Pada level 5, synthesis dinaikan levelnya menjadi level 6, tetapi

dengan perubahan mendasar, yaitu creating (mencipta).

 Pada level 6, evaluation turun posisinya menjadi level 5, dengan

sebutan evaluating (menilai).

Dengan demikian, taksonomi Bloom versi Anderson dan Krathwohl

pada ranah kognitif terdiri atas enam level: remembering (mengingat),

understanding (memahami), applying (menerapkan), analyzing


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

(menganalisis), evaluating (menilai), dan creating (mencipta). Revisi

Krathwol ini sering digunakan untuk merumuskan tujuan belajar yang

biasa kita kenal dengan istilah C1 dan C6.

Perubahan istilah dan pola level taksonomi Bloom dapat

digambarkan sebagai berikut:

Original Domain New Domain

Evaluation Creating

Synthesis Evaluating

Analysis Analyzing

Application Applying

Comprehension Understanding

Knowledge Remembering

Bagan 2.1 Perubahan Istilah dan Pola Level Taksonomi Bloom

Agar mudah dipahami, berikut disajikan tabel yang memuat

penjelasan dimensi proses kognitif tersebut:

Tabel 2.2 Dimensi Proses Kognitif

Kategori dan Nama-nama Definisi


Proses Kognitif Lain
1. MENGINGAT- Mengambil pengetahuan dan memori jangka
panjang
1.1 Mengenali Mengidentifikasi Menempatkan pengetahuan
dalam memori jangka
panjang yang sesuai dengan
pengetahuan tersebut.
1.2 Mengingat Mengambil Mengambil pengetahuan
kembali yang relevan dari memori
jangka panjang
2. MEMAHAMI-Mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran,
termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambarkan oleh guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

2.1 Menafsirkan Mengklarifikasi, Mengubah satu bentuk


memparafrasakan, gambaran (misalnya, angka)
merepresentasi, jadi bentuk lain (misalnya,
menerjemahkan kata-kata).
2.2 Mencontoh- Mengilustrasikan, Menemukan contoh atau
kan memberi contoh ilustrasi tentang konsep atau
prinsip.
2.3 Mengklasi- Mengategorikan, Menentukan sesuatu dalam
fikasikan mengelompokkan satu kategori.
2.4 Merangkum Mengabstraksi, Mengabstraksikan tema
menggeneralisasi umum atau poin-poin pokok.
2.5 Menyimpul- Menyarikan, Membuat kesimpulan yang
kan mengekstrapolasi, logis dari informasi yang
menginterpolasi, diterima.
memprediksi
2.6 Memban- Mengontraskan, Menentukan hubungan antara
dingkan memetakan, dua ide, dua objek, dan
mencocokkan semacamnya.
2.7 Menjelaskan Membuat model Membuat model sebab akibat
dalam sebuah sistem
3. MENGAPLIKASIKAN-Menerapkan atau menggunakan suatu
prosedur dalam keadaan tertentu.
3.1 Mengekse- Melaksanakan Menerapkan suatu prosedur
kusi pada tugas yang familiar.
3.2 Mengimple- Menggunakan Menerapkan suatu prosedur
mentasikan pada tugas yang tidak
familiar.
4. MENGANALISIS-Memecah-mecah materi jadi bagian-bagian
penyusunnya dan menentukan hubungan antarbagian itu dan
hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur
atau tujuan.
4.1 Membedakan Menyendirikan, Membedakan bagian materi
memilah, pelajaran yang relevan dari
memfokuskan, yang tidak relevan, bagian
memilih yang penting dari yang tidak
penting.
4.2 Mengorgani- Menemukan Menentukan bagaimana
sasi koherensi, elemen-elemen bekerja atau
memadukan, berfungsi dalam sebuah
membuat garis struktur.
besar,
mendeskripsikan
peran,
menstrukturkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

4.3 Mengatri- Mendekonstruksi Menentukan sudut pandang,


busikan bias, nilai, atau maksud di
balik materi pelajaran.
5. MENGEVALUASI-Mengambil keputusan berdasarkan kriteria
dan/atau standar.
5.1 Memeriksa Mengordinasi, Menemukan inkonsistensi
mendeteksi, atau kesalahan dalam suatu
memonitor, proses atau produk;
menguji menentukan apakah suatu
proses atau produk memiliki
konsistensi internal;
menentukan efektivitas suatu
prosedur yang sedang
dipraktikkan.
5.2 Mengkritik Menilai Menemukan inkonsistensi
antara suatu produk dan
kriteria eksternal;
menentukan apakah suatu
produk memiliki konsistensi
eksternal; menemukan
ketepatan suatu prosedur
untuk menyelesaikan
masalah.
6. MENCIPTA-Memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu
yang baru dan koheren untuk membuat suatu produk yang orisinal.
6.1 Merumuskan Membuat Membuat hipotesis-hipotesis
hipotesis berdasarkan kriteria.
6.2 Merencanakan Mendesain Merencanakan prosedur
untuk menyelesaikan suatu
tugas.
6.3 Memproduksi Mengkonstruksi Menciptakan suatu produk.

Anderson dan Krathwohl (2014) menjelaskan kategori-kategori dalam

dimensi proses kognitif akan secara detail sebagai berikut:

1. Mengingat

Jika tujuan pembelajarannya adalah menumbuhkan kemampuan

untuk meretensi materi pelajaran sama seperti materi yang diajarkan,

kategori proses kognitif yang tepat adalah Mengingat. Proses mengingat


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka

panjang.

Untuk mengases pembelajaran siswa dalam kategori proses kognitif

yang paling sederhaana ini, guru memberikan pertanyaan mengenali atau

mengingat kembali dalam kondisi yang sama persis dengan kondisi ketika

siswa belajar materi yang diujikan. Guru dapat mengubah kondisinya.

Pengetahuan Mengingat penting sebagai bekal untuk belajar yang

bermakna dan menyelesaikan masalah karena pengetahuan tersebut

dipakai dalam tugas-tugas yang lebih kompleks. Apabila guru hanya

berfokus pada belajar menghafal, pengajaran dan asesmennya hanya akan

terpacak pada mengingat elemen-elemen atau bagian-bagian dari

pengetahuan, yang seringkali terlepas dari konteksnya. Akan tetapi,

manakala guru terfokus pada belajar yang bermakna, mengingat

pengetahuan terintegrasi dalam tugas yang lebih besar, yaitu

mengkonstruksi pengetahuan baru atau menyelesaikan masalah baru.

1.1 Mengenali

Proses Mengenali adalah mengambil pengetahuan yang

dibutuhkan dari memori jangka panjang untuk membandingkannya

dengan informasi yang baru saja diterima. Dalam Mengenali, siswa

mencari di memori jngka panjang suatu informasi yang identic atau

mirip sekali dengan informasi yang baru diterima. Jika menerima

informasi baru, siswa menentukan apakah informasi tersebut sesuai

dengan pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya atau tidak;


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

siswa mencari kesesuaian di antara keduanya. Istilah lain dari

mengenali adalah mengidentifikasi.

Contoh tujuan pendidikan dan asesmennya. Dalam

pembelajaran matematika, tujuannya bisa berupa mengenali jumlah

sisi bangun-bangun datar sederhana. Tugas asesmennya berupa tes

pilihan ganda; misalnya: “Berapa jumlah sisi persegi? (a) tiga, (b)

empat, (c) lima, (d) enam.”

Format asesmen. Tiga macam tugas asesmen pokoknya adalah

verifikasi, menjodohkan, dan pilihan pelaksanaan. Dalam tugas

verifikasi, siswa diberi suatu informasi dan harus memilih apakah

pernyataannya benar atau salah. Format benar salah paling lazim

dipakai. Dalam tugas menjodohkan, disajikan dua daftar yang memuat

informasi tentang sustu hal, dan siswa harus memilih setiap informasi

pada daftar pertama yang sesuai dengan informasi pada daftar kedua.

Dalam tugas pilihan paksaan, siswa diberi soal dengan beberapa

pilihan jawaban dan diharuskan memilih jawaban yang tepat atau

“paling tepat”. Pilihan ganda merupakan format yang paling jamak.

1.2 Mengingat Kembali

Proses Mengingat kembali adalah mengambil pengetahuan yang

dibutuhkan dari memori jangka panjang ketika soalnya menghendaki

demikian. Soalnya serring berupa pertanyaan. Dalam Mengingat

kembali, siswa mencari informasi di memori jangka panjang dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

membawa informasi tersebut ke memori kerja untuk diproses. Istilah

lain untuk Mengingat kembali adalah mengambil.

Contoh tujuan pendidikan dan asesmennya. Dalam

Mengingat kembali, siswa mengingat informasi yang telah dipelajari

sebelumnya ketika diberi soal. Dalam pelajaran matematika,

tujuannya bisa berupa mengingat kembali operasi perkalian bilangan.

Tesnya adalah “Berapakah jumlah dari 7 × 8 (atau 8 × 7)?”

Format asesmennya. Tugas-tugas asesmen untuk mengingat

kembali dapat berbeda-beda dalam hal kuantitas dan kualitas petunjuk

yang diberikan kepada siswa. Jika siswa tidak diberi petunjuk atau

informasi yang terkait, artinya petunjuknya lemah. Jika siswa diberi

beberapa petunjuk, berarti petunjuknya kuat.

Tugas-tugas asesmen untuk mengingat kembali juga berbeda-

beda dalam hal jumlah informasi yang harus diingat, atau sejauh mana

butir-butir tes ditempatkan dalam konteks yang bermakna dan lebih

luas. Jika jumlah informasi yang harus diingat sedikit, tugas

asesmennya berupa sebuah peristiwa tunggal yang terpisah. Jika

jumlah informasi yang harus diingat banyak, tugasnya berupa

pernyataan atau pertanyaan yang menyertakan konteks masalah yang

lebih besar; misalnya soal cerita yang meminta siswa untuk mengingat

kembali rumus luas lingkaran.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

2. Memahami

Siswa dikatakan Memahami jika mereka dapat mengkonstruksi

makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan

ataupun grafis, yang disampaikan melalui pengajaran, buku, atau layar

komputer.

Siswa memahami ketika mereka menghubungkan pengetahuan

“baru” dan pengetahuan lama mereka. Lebih tepatnya, pengetahuan yang

baru masuk dipadukan dengan skema-skema dan kerangka-kerangka

kognitif yang telah ada.

2.1 Menafsirkan

Menafsirkan terjadi ketika siswa dapat mengubah informasi dari

suatu bentuk ke bentuk lain. Menafsirkan berupa pengubahan kata-

kata menjadi kata-kata lain, kata-kata menjadi gambar, angka menjadi

kata-kata, kata-kata menjadi angka, dan sebagainya.

Contoh tujuan pendidikan dan asesmennya. Dalam

Menafsirkan, ketika diberi informasi dalam bentuk tertentu, siswa

dapat mengubahnya menjadi bentuk lain. Dalam pelajaran

matematika, contoh tujuannya dalah belajar mengubah nama-nama

bilangan dalam kata-kata menjadi persamaan-persamaan matematika

dalam lambing-lambang bilangan. Asesmennya ialah meminta siswa

menuliskan sebuah persamaan matematika (dengan menggunakan L

untuk jumlah siswa laki-laki dan P untuk jumlah siswa perempuan)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

dari kalimat berikut:”Di kelas, jumlah siswa laki-laki dua kali lipat

daripada jumlah siswa perempuan.”

Format asesmennya. Format tes yang tepat adalah jawaban

singkat (siswa mencari jawaban) dan pilihan ganda (siswa memilih

jawaban). Informasinya disampaikan dalam satu bentuk, dan siswa

diminta untuk menyusun atau memilih informasi yang sama dalam

bentuk yang berbeda. Contoh asesmen jawaban singkat: “Tulislah

persamaan matematika dari pernyataan berikut dengan menggunakan

T untuk total biaya dan K untuk jumlah kilogram. Total biaya

pengiriman paket adalah Rp 20.000,00 untuk satu kilogram pertama

dan Rp 15.000,00 untuk setiap satu kilogram berikutnya.” Contoh

asesmen pilihan ganda: “Manakah persamaan yang sesuai dengan

pernyataan berikut, dengan T untuk total biaya dan K untuk jumlah

kilogram? Total biaya pengiriman paket adalah Rp 20.000,00 untuk

setiap satu kilogram pertama dan Rp 15.000,00 untuk setiap satu

kilogram berikutnya. (a) 𝑇 = 35.000 + 𝑃, (b) 𝑇 = 20.000 +

15.000(𝑃), (c) 𝑇 = 20.000 + 15000(𝑃 − 1).”

Guna memastikan bahwa yang diases adalah kemampuan untuk

menafsirkan, bukan untuk mengingat, informasi dalam tugas-tugas

asesmennya harus baru. “Baru” disini berarti bahwa siswa belum

pernah menjumpainya dalam aktivitas pembelajaran. Jika tugas

asesmennya serupa dengan tugas atau contoh yang diberikan selama

pembelajaran, kita mungkin malah mengases kemampuan untuk


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

mengingat, buakn untuk menafsirkan. Untuk mengases proses-proses

kognitif yang tinggi, tugas asesmennya, harus dapat menjamin bahwa

siswa tidak akan bisa menjawab secara tepat hanya dengan

mengandalkan ingatan.

2.2 Mencontohkan

Proses kognitif Mencontohkan terjadi manakala siswa

memberikan contoh tentang konsep atau prinsip umum.

Mencontohkan melibatkan proses identifikasi ciri-ciri pokok dari

konsep atau prinsip umum (misalnya, segitiga sama kaki harus

mempunyai dua sisi yang sama panjang) dan menggunakan ciri-ciri

ini untuk memilih atau membuat contoh (misalnya, siswa dapat

memilih segitiga sama kaki dari tiga segitiga yang ditunjukkan).

Contoh tujuan pendidikan dan asesmennya. Dalam proses

kognitif Mencontohkan, siswa diberi sebuah konsep atau prinsip dan

mereka harus memilih atau membuat contohnya yang belum pernah

mereka jumpai dalam pembelajaran.

Format asesmennya. Tugas Mencontohkan dapat berupa

jawaban singkat-siswa harus membuat contoh-atau pilihan ganda-

siswa harus memilih jawaban dari pilihan-pilihan yang disodorkan.

2.3 Mengklasifikasikan

Mengklasifikasikan melibatkan proses mendeteksi ciri-ciri atau

pola-pola yang ”sesuai” dengan contoh dan konsep atau prinsip

tersebut. Mengklasifikasikan adalah proses kognitif yang melengkapi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

proses mencontohkan. Jika mencontohkan dimulai dengan konsep

atau prinsip umum dan mengharuskan siswa menemukan contoh

tertentu, mengklasifikasikan dimulai dengan contoh tertentu dan

mengharuskan siswa menemukan konsep atau prinsip umum.

Contoh tujuan pendidikan dan asesmennya. Dalam pelajaran

matematika, tujuannya adalah belajar menentukan kategori bilangan-

bilangan dari angka-angka. Tugas asesmennya adalah memberi siswa

angka-angka dan kemudian meminta siswa melingkari seluruh angka

yang memiliki kategori sama.

Format asesmennya. Dalam tes jawaban singkat, siswa diberi

suatu contoh dan diharuskan membuat konsep atau prinsip yang sesuai

dengan contoh itu. Dalam tes pilihan ganda, siswa diberi suatu contoh

dan kemudian diharuskan memilih konsep atau prinsipnya dari

pilihan-pilihan konsep atau prinsip. Dalam tes pilihan, siswa diberi

sejumlah contoh dan diharuskan menentukan manakah yang termasuk

dalam suatu kategori dan manakah yang tidak, atau diharuskan satu

contoh ke dalam salah satu dari banyak kategori.

2.4 Merangkum

Proses kognitif Merangkum, terjadi ketika siswa mengemukakan

satu kalimat yang merepresentasikan informasi yang diterima atau

mengabstraksikan sebuah tema. Merangkum melibatkan proses

membuat ringkasan informasi.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

Contoh tujuan pendidikan dan asesmennya. Dalam

merangkum, ketika siswa diberi informasi, mereka membuat

rangkuman atau mengabstraksikan sebuuah tema.

Format asesmennya. Tugas asesmennya dapat berupa tes

jawaban singkat atau pilihan ganda, yang berkenaan dengan

penentuan tema atau pembuatan rangkuman. Secara umum, tema lebih

abstrak daripada rangkuman.

2.5 Menyimpulkan

Proses kognitif menyimpulkan menyertakan proses menemukan

pola dalam sejumlah contoh. Menyimpulkan terjadi ketika siswa dapat

mengabstraksikan sebuah konsep atau prinsip yang menerangkan

contoh-contoh tersebut dengan mencermati ciri-ciri setiap setiap

contohnya dan, yang terpenting, dengan menarik hubungan di antara

ciri-ciri tersebut. Misalnya, ketika siswa diberi angka-angka 1, 2, 3, 5,

8, 13, 21, mereka memerhatikan nilai numeric setiap digit. Mereka

dapat membedakan pola dalam susunan angka tersebut (yakni setelah

dua angka pertama, setiap angkanya merupakan jumlah dari dua angka

sebelumnya).

Proses menyimpulkan melibatkan proses kognitif

membandingkan seluruh contohnya. Misalnya, untuk menentukan

angka yang menempati urutan selanjutnya, siswa harus

mengidentifikasi polanya. Prosess kognitif lain yang terkait adalah

menggunakan pola itu untuk menciptakan contoh baru (yakni angka


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

pada urutan selanjutnya adalah 34, jumlah dari 13 dan 21.

Menyimpulkan terjadi dalam konteks yang memberikan harapan akan

apa yang disimpulkan.

Contoh tujuan pendidikan dan asesmennya. Dalam

menyimpulkan, ketika siswa diberi sejumlah contoh, mereka

menemukan konsep atau prinsip yang menerangkan contoh-contoh

tersebut. Misalnya, dalam pelajaran matematika tujuannya ialah

belajar menyimpulkan hubungan antarangka dalam bentuk persamaan

matematika. Tugas asesmennya meminta siswa untuk menentukan

persamaan 𝑥 dan 𝑦 jika 𝑥 = 1 dan 𝑦 = 0; jika = 2 dan 𝑦 = 3.

Format asesmennya. Tiga tes asesmen menyimpulkan yang

banyak dipakai adalah tes melengkapi, tes analogi, dan tes

pengecualian.

2.6 Membandingkan

Proses kognitif membandingkan, melibatkan proses mendeteksi

persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek, peristiwa, ide,

masalah, atau situasi.

Contoh tujuan pendidikan dan asesmennya. Dalam

membandingkan, jika siswa diberi informasi baru, mereka mendeteksi

keterkaitannya dengan pengetahuan yang sudah familiar.

Membandingkan juga melibatkan proses menentukan keterkaitan

antara dua atau lebih objek, peristiwa, atau ide yang disuguhkan.

Misalnya, dalam pelajaran matematika, contoh tujuannya adalah


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

belajar membandingkan soal-soal kalimat matematika yang serupa.

Tugas asesmennya ialah membandingkan soal kalimat matematika

dengan masalah pekerjaan.

Format asesmennya. Teknik utama untuk mengases proses

kognitif membandingkan adalah pemetaan. Dalam memetakan, siswa

harus menunjukkan bagaimana setiap bagian dari sebuah objek, ide,

masalah, atau situasi lain.

2.7 Menjelaskan

Proses kognitif menjelaskan berlangsung ketika siswa dapat

membuat dan menggunakan model sebab-akibat dalam sebuah sistem.

Model ini dapat diturunkan dari teori atau didasarkan pada hasil

penelitian atau pengalaman. Penjelasan yang lengkap melibatkan

proses membuat model sebab-akibat, yang mencakup setiap bagian

pokok dari suatu sistem atau setiap peristiwa penting dalam rangkaian

peristiwa, dan proses menggunakan model ini untuk menentukan

bagaimana perubahan pada satu bagian dalam sistem tadi atau sebuah

”peristiwa” dalam rangkaian peristiwa tersebut memengaruhi

perubahan pada bagian lain.

Contoh tujuan pendidikan dan asesmennya. Dalam

menjelasskan, ketika siswa diberi gambaran tentang sebuah sistem,

mereka menciptakan dan menggunakan model sebab-akibatnya.

Format asesmennya. Tugas-tugas penalaran, penyelesaian

masalah, desain ulang, dan prediksi bisa digunakan untuk mengases


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

kemampuan siswa dalam menjelaskan. Dalam tugas penalaran, siswa

diminta menjelaskan alasan terjadinya suatu peristiwa. Dalam tugas

penyelesaian masalah, siswa diminta mendiagnosis apa yang salah

dalam sistem multifungsi. Dalam tugas desain ulang, siswa diminta

mengubah sistem untuk mencapai suatu tujuan. Dalam tugas prediksi,

siswa ditanya bagaimana perubahan pada satu bagian sistem akan

memengaruhi bagian lain pada sistem tersebut.

3. Mengaplikasikan

Proses kognitif Mengaplikasikan melibatkan penggunaan prosedur-

prosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan

masalah. Soal latihan adalah tugas yang prosedur penyelesaiannya telah

diketahui oleh siswa, sehingga siswa menggunakannya secara rutin.

Masalah adalah tugas yang prosedur penyelesaiannya belumdiketahui

siswa, sehingga siswa harus mencari prosedur untuk menyelesaiakan

masalah tersebut. Kategori Mengaplikasikan terdiri dari dari dua proses

kognitif, yakni mengeksekusi-ketika tugasnya hanya soal latihan-dan

mengimplementasikan-ketika tugasnya merupakan masalah.

3.1 Mengeksekusi

Mengeksekusi lebih sering diasosiasikan dengan penggunaan

keterampilan dan algoritma ketimbang dengan teknik dan metode.

Keterampilan dan algoritma memiliki dua sifat yang sesuai dengan

proses mengeksekusi. Pertama, keterampilan dan algoritma berisikan

rangkaian langkah yang jamaknya harus dilalui dengan urutan yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

tetap. Kedua, ketika langkah-langkah tersebut dilakukan dengan

benar, hasilnya adalah jawaban yang sudah diketahui sebelumnya.

Contoh tujuan pendidikan dan asesmennya. Dalam

mengeksekusi, siswa mendapat tugas yang familiar dan sudah

mengetahui apa yang harus mereka lakukan untuk menyelesaikan

tugas tersebut. Siswa sekadar melaksanakan prosedur yang telah

diketahui untuk merampungkan tugasnya. Misalnya, contoh tujuan

dalam matematika dasar adalah siswa belajar membagi sebuah angka

dengan angka lain. Perintah untuk ”membagi” berkaitan dengan

algoritma pembagian.

Format asesmennya. Dalam mengeksekusi, siswa diberi tugas

yang familiar dan dapat dikerjakan dengan prosedur yang telah

diketahui. Misalnya,”Carilah 𝑥 dalam 𝑥 2 + 2𝑥 − 3 = 0.” Siswa

diminta untuk mencari sendiri jawabannya atau memilih dari pilihan

jawaban yang disediakan. Tugas ini menekankan prosedur

penyelesaian dan jawabannya, sehingga siswa diharuskan untuk

menunjukkan langkah-langkah pengerjaannya.

3.2 Mengimplementasikan

Mengimplementasikan berlangsung saat siswa memilih dan

menggunakan sebuah prosedur untuk menyelesaiakn tugas yang tidak

familiar. Oleh karena itu, siswa harus memahami jenis masalahnya

dan alternative-alternatif prosedur yang tersedia.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

Mengimplementasikan lebih sering diasosiasikan dengan

penggunaan teknik dan metode ketimbang ketimbang bketerampilan

dan algoritma. Teknik dan metode memiliki dua sifat yang sangat

sesuai dengan proses mengimplementasikan. Pertama, prosedur lebih

menyerupai ”kartu catatan kegiatan daripada urutan yang tetap;

prosedur mengandung “poin-poin keputusan.” Kedua, seringkali tidak

ada jawaban tunggal yang tetap ketika prosedurnya diterapkan dengan

tepat. Sifat ini berlaku terutama pada tujuan-tujuan pendidikan yang

mengharuskan siswa mengaplikasikan pengetahuan konseptual,

seperti teori, model, dan struktur, tanpa contoh prosedur yang pernah

dipakai.

Contoh tujuan pendidikan dan asesmennya. Misalnya, dalam

pelajaran matematika, contoh tujuannya adalah siswa belajar

menyelesaikan berbagai masalah keuangan pribadi. Tugas

asesmennya adalah memberi siswa sebuah masalah yang

mengharuskan siswa memilih paket pembelian mobil baru yang paling

ekonomis.

Format asesmennya. Dalam mengimplementasikan, siswa

diberi masalah yang tidak familiar. Maka, sebagian besar format

asesmennya dimulai dengan spesifikasi masalah. Siswa diminta

mencari prosedur yang dibutuhkan untuk merampungkan masalahnya,

atau diminta untuk memilih prosedurnya (dengan memodifikasi), atau

biasanya mencari sekaligus memilih prosedurnya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

4. Menganalisis

Menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi jadi

bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antarbagian

dan antara setiap bagian dan struktur keseluruhannya. Tujuan-tujuan

pendidikan yang diklasifikasikan dalam Menganalisis mencakup belajar

untuk menentukan potongan-potongan informasi yang relevan atau

penting (membedakan), menentukan cara-cara untuk menata potongan-

potongan informasi tersebut (mengorganisasikan), dan menentukan

tujuan di balik informasi itu. Walaupun belajar Menganalisis dapat

dianggap sebagai tujuan itu sendiri, sangat beralasan untuk secara edukatif

memandang analisis sebagai perluasan dari Memahami atau sebagai

pembuka untuk Mengevaluasi atau Mencipta.

4.1 Membedakan

Membedakan melibatkan proses memilah-milah bagian-bagian

yang relevan atau penting dari sebuah struktur. Membedakan terjadi

sewaktu siswa mendiskriminasikan informasi yang relevan dan tidak

relevan, yang penting dan tidak penting, dan kemudian memerhatikan

informasi yang relevan atau penting. Membedakan melibatkan proses

mengorganisasi secara struktural dan terutama menentukan

bagaimana bagian-bagian sesuai dengan struktur keseluruhannya.

Secara lebih khusus, dalam penggunaan konteks yang lebih luas

digunakan untuk menentukan mana informasi yang relevan atau

penting dan mana yang tidak.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

Contoh tujuan pendidikan dan asesmennya. Dalam pelajaran

matematika, tujuannya adalah membedakan antara angka-angka yang

relevan dan tidak relevan dalam kalimat matematika. Tugas

assesmennya meminta siswa melingkari angka-angka yang relevan

dan menyilang angka-angka yang tidak relevan dalam kalimat

matematika.

Format asesmennya. Kemampuan untuk Membedakan dapat

diases dengan soal-soal jawaban singkat atau pilihan. Dalam soal

jawaban singkat atau pilihan. Dalam jawaban singkat, siswa diberi

sebuah kalimat matematika dan diminta untuk menunjukkan bagian-

bagian mana yang paling penting dan relevan. Misalnya,”Tulislah

angka-angka yang dbutuhkan untuk menyelesaikan masalah ini: Ada

beberapa kotak pensil yang setiap kotaknya berisi 12 batang pensil dan

harga setiap kotak Rp 12.000,00. John mempunyai uang Rp 30.000,00

dan ingin membeli 24 pensil. Berapa kotak yang harus dia beli?”

Dalam soal pilihan, siswa diberi sebuah kalimat matematika dan

kemudian diminta untuk memilih bagian-bagian yang paling penting

dan relevan. Misalnya, “Ada berapa kotak pensil yang setiap kotaknya

berisi 12 pensil dan harga setiap kotak Rp 12.000,00. John memiliki

uang Rp 30.000,00 dan ingin membeli 24 pensil. Berapa kotak yang

harus dia beli?” (a) 2, (b) 3, (c) 4, (d) 5.”


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

4.2 Mengorganisasi

Mengorganisasikan melibatkan proses identifikasi elemen-

elemen komunikasi atau situasi dan proses mengenali bagaimana

elemen-elemen ini membentuk sebuah struktur yang koheren. Dalam

mengorganisasi, siswa membangun hubungan-hubungan yang

sistematis dan koheren

Contoh tujuan pendidikan dan asesmennya. Dalam

mengorganisasi, ketika siswa diberi suatu deskripsi tentang sebuah

situasi atau masalah, mereka dapat mengidentifikasi hubungan-

hubungan yang sistematis dan koheren di antara elemen-elemen yang

relevan. Dalam pelajaran matematika, contoh tujuannya adalah belajar

menunjukkan garis besar buku teks. Tugas asesmennya meminta

siswa membaca seebuah buku teks tentang statistika dasar dan

kemudian membuat matriks yang berisikan nama setiap statistika,

rumusnya, dan ciri-ciri penelitian yang menggunakan statistika

tersebut.

Format asesmennya. Mengorganisasi melibatkan proses

menyusun sebuah struktur. Maka, tugas asesmennya dapat berupa

jawaban singkat atau soal pilihan.

4.3 Mengatribusikan

Mengatribusikan terjadi ketika siswa dapat menentukan sudut

pandang, pendapat, nilai, atau tujuan di balik komunikasi.

Mengatribusikan melibatkan proses dekonstruksi, yang di dalamnya


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

siswa menentukan tujuan pengarang suatu tulisan yang diberikan oleh

guru.

Contoh tujuan pendidikan dan asesmennya. Dalam

mengatribusikan, ketika siswa diberi informasi, mereka dapat

menentukan sudut pandang atau tujuan pengarang.

Format asesmennya. Mengatribusikan dapat diases dengan

memberikan materi tulisan atau lisan dan kemudian meminta siswa

membuat atau memilih deskripsi tentang sudut pandang, pendapat,

dan tujuan penulis atau pembicara.

5. Mengevaluasi

Mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat keputusan

berdasarkan kriteria dan standar. Kriteria-kriteria yang paling sering

digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisien, dan konsistensi. Kriteria-

kriteria ini ditentukan oleh siswa. Standar-standarnya bisa bersifat

kuantitatif (misalnya, apakah jumlahnya cukup?) atau kualitatif

(misalnya, Apakah ini cukup baik?). Standar-standar ini berlaku pada

kriteria. Kategori Mengevaluasi mencakup proses-proses kognitif

memeriksa (keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan kriteria

internal) dan mengkritik (keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan

kriteria eksternal). Mengevaluasi menuntut penggunaan standar-standar

performa dengan kriteria-kriteria yang jelas.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

5.1 Memeriksa

Memeriksa melibatkan proses menguji inkonsistensi atau

kesalahan internal dalam suatu operai atau produk. Memeriksa

melibatkan proses menentukan seberapa baik sebuah rencana berjalan.

Contoh tujuan pendidikan dan asesmennya. Dalam

memeriksa, siswa mencari inkonsistensi internal.

Format asesmennya. Memeriksa dapat terjadi dalam penerapan

solusi pada suatu masalah atau dalam pelaksanaan tugas, yakni solusi

atau tugas yang meguji konsistensi implementasinya.

5.2 Mengkritik

Mengkritik melibatkan proses penilaian suatu produk atau proses

berdasarkan kriteria dan standar eksternal. Mengkritik merupakan inti

dari apa yang disebut berpikir kritis.

Contoh tujuan pendidikan dan asesmennya. Dalam

mengkritik, siswa menilai kelebihan-kelebihan suat produk atau

proses berdasarkan kriteria-kriteria atau standar-standar baku atau

buatan siswa sendiri. Dalam pelajaran matematika, tujuannya adalah

belajar menilai manakah dari dua metode yang lebih efektif dan efisien

untuk menyelesaiakan masalah.

Format asesmennya. Siswa diminta untuk mengkritik hipotesis

atau pendapatnya sendiri atau pendapat orang lain. Kritiknya dapat

didasarkan pada kriteria-kriteria positif, negative, atau keduanya dan

menghasilkan konsekuensi-konsekuensi positif atau negatif.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

6. Mencipta

Mencipta merupakan proses menyusun elemen-elemen jadi sebuah

keseluruhan yang koheren atau fungsional. Tujuan-tujuan yang

diklasifikasikan dalam Mencipta meminta siswa membuat produk baru

dengan mereorganisasi sejumlah elemen atau bagian jadi suatu pola atau

struktur yang tidak pernah ada sebelumnya. Proses-proses kognitif yang

terlibat dalam Mencipta umumnya sejalan dengan pengalaman-

pengalaman belajar sebelumnya. Meskipun mengharuskan cara pikir

kreatif, Mencipta bukanlah eksprresi kreatif yang bebas sama sekali dan

tidak dihambat oleh tuntutan-tuntutan tugas atau situasi belajar.

Tugas asesmen yang meminta siswa Mencipta membutuhkan aspek-

aspek dari setiap kategori proses kognitif sebelumnya sampai batas-batas

tertentu.

Proses mencipta (kreatif) dapat dibagi menjadi tiga tahap:

penggambaran masalah, yang didalamnya siswa berusaha memahami

tugass asesmen dan mencari solusinya; perencanaan solusi, yang di

dalamnya siswa mengkaji kemungkinan-kemungkinan solusi dan

membuat rencana yang dapat dilakukan; dan eksekusi solusi, yang di

dalamnya siswa berhasil melaksanakan rencananya dengan baik.

6.1 Merumuskan

Merumuskan melibatkan proses menggambarkan masalah dan

membat pilihan atau hipotesis yang memenuhi kriteria-kriteria

tertentu. Seringkali, cara menggambarkan masalah menunjukkan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

bagaimana solusi-solusinya, dan merumuskan ulang atau

menggambarkan kembali masalahnya menunjukkan solusi-solusi

yang berbeda. Ketika merumuskan melampui batas-batas pengetahuan

lama dan teori-teori yang ada, proses kognitif ini melibatkan proses

berpikir divergen dan menjadi inti dari apa yang disebut berpikir

kreatif.

Contoh tujuan pendidikan dan asesmennya. Dalam

Merumuskan, siswa diberi deskripsi tentang suatu masalah dan

diharuskan mencari beragam solusi. Dalam pelajaran matematika,

tujuannya adalah dapat merumuskan berbagai metode untuk mencapai

hasil tertentu. Tugas asesmennya adalah “Apa metode-metode yang

dapat Anda gunakan untuk mencari semua faktor dari 60?”

Format asesmennya. Untuk mengases proses kognitif

merumuskan, dibutuhkan format asesmen jawaban singkat yang

meminta siswa membuat alternatif atau hipotesis.

6.2 Merencanakan

Merencanakan melibatkan proses merencanakan metode

penyelesaian masalah yang sesuai dengan kriteria-kriteria

masalahnya, yakni membuat rencana untuk menyelesaikan masalah.

Merencanakan adalah mempraktikan langkah-langkkah untk

menciptakan solusi yang nyata bagi suatu masalah. Dalam

merencanakan, siswa bisa jadi menciptakan sub-su tujuan, atau


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

merinci tugas menjadi sub-sub tugas yang harus dilakukan ketika

menyelesaikan masalah.

Contoh tujuan pendidikan dan asesmennya. Dalam

merencanakan, ketika siswa diberi soal, mereka membuat metode

penyelesaian masalah. Dalam pelajaran matematika, contoh tujuannya

adalah dapat memaparkan langkah-langkah yang diperlukan untuk

menyelesaikan soal-soal geometri. Tugas asesmennya meminta siswa

untuk membuat rencana untuk menentukan volume potongan sebuah

piramida (yakni, tugas yang sebelumnya tidak diajarkan di kelas).

Format asesmennya. Merencanakan dapat diases dengan

meminta siswa mencari solusi yang realistis, mendeskripsikan

rencana-rencana penyelesaian masalah, atau memilih rencana-rencana

penyelesaan masalah yang tepat.

6.3 Memproduksi

Memproduksi melibatkan proses melaksanakan rencana untuk

menyelesaikan masalah yang memenuhi spesifikasi-spesifikasi

tertentu.

Contoh tujuan pendidikan dan asesmennya. Dalam

memproduksi, siswa diberi gambaran tentang suatu produk dan harus

menciptakan suatu produk yang sesuai dengan gambaran itu.

Format asesmennya. Tugas yang jamak digunakan untuk

mengases kemampuan memproduksi adalah tugas unuk merancang.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

Di sini siswa diminta untuk menciptakan produk sesua dengan

dpesifikassi-spesifikasi tertentu.

Sementara itu, berikut ialah piramida revisi teori taksonomi

Bloom:

Gambar 2.1 Taksonomi Bloom Versi Lama dan Versi Baru

Sama dengan sebelum revisi, tiga level pertama (terbawah)

merupakan Lower Order Thinking Skills (LOTS), sedangkan tiga level

berikutnya merupakan Order Thinking Skills (HOTS). Jadi, dalam

menginterpretasikan piramida tersebut, menurut Retno Utari (dalam

Anwar, 2017: 210), secara logika ialah sebagai berikut:

 Sebelum kita memahami sebuah konsep, maka kita harus

mengingatnya terlebih dahulu.

 Sebelum kita menerapkan, maka kita harus memahaminya terlebih

dahulu.

 Sebelum kita menganalisis, maka kita harus menerapkannya

terlebih dahulu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

 Sebelum kita mengevaluasi, maka kita harus menganalisis terlebih

dahulu.

 Sebelum kita berkreasi atau menciptakan sesuatu, maka kita harus

mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, dan

mengevaluasi terlebih dahulu.

E. Higher Order Thinking Skills (HOTS)

1. Pengertian Higher Order Thinking Skills (HOTS)

Brookhart (dalam Collins, 2014) mengidentifikasi definisi berpikir

tingkat tinggi ke dalam tiga kategori: (1) orang-orang yang

mendefinisikan berpikir tingkat tinggi dalam hal transfer, (2) orang-orang

yang mendefinisikan berpikir tingkat tinggi dalam hal berpikir kritis, dan

(3) orang-orang yang mendefinisikan berpikir tingkat tinggi dalam hal

pemecahan masalah.

Dalam kategori transfer, Anderson, Krathwohl sebagaimana dikutip

oleh Brookhart (dalam Collins, 2014) mendefinisikan bahwa transfer

berbeda dari ingatan. Dua tujuan pendidikan yang paling penting adalah

untuk mengembangkan ingatan dan untuk mempromosikan transfer.

Ingatan mengharuskan siswa mengingat apa yang telah mereka pelajari,

sedangkan transfer menuntut siswa tidak hanya mengingat tetapi juga

memahami dan mampu menggunakan apa yang telah mereka pelajari.

Siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga

dapat menerapkannya pada situasi baru. Brookhart (dalam Collins, 2014)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

menyatakan bahwa pemikiran seperti ini yang berlaku untuk kehidupan di

luar sekolah di mana pemikiran ditandai oleh serangkaian peluang transfer

daripada sebagai serangkaian tugas mengingat yang harus dilakukan.

Norris & Ennis sebagaimana dikutip oleh Barahal (dalam Collins,

2014) menyatakan kategori berpikir kritis mencakup definisi yang

merujuk kepada sesuatu yang masuk akal, berpikir reflektif yang

difokuskan pada memutuskan apa yang harus dipercaya atau dilakukan

dan berpikir cerdas, yang meliputi penalaran, mempertanyakan dan

menyelidiki, mengamati dan menggambarkan, membandingkan dan

menghubungkan, menemukan kompleksitas, dan menjelajahi sudut

pandang.

Dalam berpikir kritis, mampu berpikir berarti siswa dapat

menerapkan keputusan cerdas atau menghasilkan tinjauan yang beralasan.

Tujuan mengajar adalah membekali siswa untuk menjadi cerdas dengan

membimbing mereka ke arah bagaimana membuat keputusan yang baik

dan tinjauan yang beralasan. Keterampilan yang perlu diajarkan agar

siswa melakukan hal ini meliputi: kemampuan untuk menilai kredibilitas

sumber; mengidentifikasi asumsi, generalisasi dan bias; mengidentifikasi

konotasi dalam penggunaan bahasa; memahami tujuan dari teks tertulis

atau lisan; mengidentifikasi pendengar; dan untuk membuat penilaian

kritis tentang efektivitas dari berbagai strategi yang digunakan untuk

memenuhi tujuan dari teks.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

Dalam kategori pemecahan masalah, Brookhart (dalam Collins,

2014) menyatakan bahwa seorang siswa menemui masalah ketika siswa

ingin mencapai hasil atau tujuan tertentu tetapi tidak secara otomatis

mengenali jalur atau cara yang tepat yang akan digunakan untuk

mencapainya. Masalah yang harus dipecahkan adalah bagaimana untuk

mencapai tujuan yang diinginkan. Nitko & Brookhart (dalam Collins,

2014) menyatakan bahwa karena siswa tidak dapat secara otomatis

mengenali cara yang tepat untuk mencapai tujuan yang diinginkan, ia

harus menggunakan satu atau lebih proses berpikir tingkat tinggi. Proses-

proses berpikir itu disebut pemecahan masalah. Proses-proses tersebut

mungkin termasuk mengingat informasi, belajar dengan pemahaman,

mengevaluasi ide-ide secara kritis, merumuskan alternatif kreatif, dan

berkomunikasi secara efektif.

Definisi yang luas dari pemecahan masalah adalah keterampilan

yang memungkinkan seseorang untuk menemukan solusi untuk masalah

yang tidak bisa diselesaikan hanya dengan menghafal. Meskipun ada

banyak masalah tertutup dalam matematika misalnya yang mengharuskan

siswa untuk menggunakan memori berulang kali untuk menggunakan

algoritma tertentu, banyak pula masalah terbuka yang tidak dapat

diselesaikan hanya dengan mengandalkan ingatan saja. Masalah-masalah

tersebut mungkin memiliki lebih dari satu solusi atau jawabannya belum

diketahui.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

Bransford dan Stein (dalam Collins, 2014) menunjukkan bahwa

pemecahan masalah adalah mekanisme umum di balik semua pemikiran,

termasuk mengingat, berpikir kritis, berpikir kreatif, dan komunikasi yang

efektif. Mereka menegaskan bahwa untuk mengingat sesuatu, siswa harus

mengidentifikasi hal yang mau diingat sebagai masalah dan menyusun

solusi untuk masalah tersebut.

Pada tahun 1987, The National Research Council mensponsori

sebuah proyek yang mengupayakan perpaduan semua teori tentang

berpikir tingkat tinggi. Tujuan nyata dari proyek ini adalah membuat

rekomendasi tentang bagaimana membantu perkembangan berpikir

tingkat tinggi pada siswa. Berpikir tingkat rendah didefinisikan sebagai

kemampuan menguasai fakta-fakta atau menyelesaikan tes dengan

langkah-langkah spesifik. Studi ini menjelaskan berpikir tingkat tinggi

sebagai (atau melibatkan):

Tabel 2.3 Dimensi-dimensi Berpikir Tingkat Tinggi

non-algorithmic Melibatkan proses pemecahan masalah yang


tidak ditentukan sebelumnya
Complex Melibatkan pemecahan masalah dimana beberapa
solusi dimungkinkan
Efforfull Melibatkan cukup banyak aktivitas mental yang
langsung menuju kepada pemecahan masalah
nuanced judgments Melibatkan keputusan yang halus dan kurang
jelas tentang strategi
application of Melibatkan transfer beberapa kriteria ke dalam
multiple criteria proses pemecahan masalah
uncertainty about Melibatkan masalah-masalah yang tidak
what is known memiliki titik pangkal yang jelas
self-regulation Melibatkan beberapa tingkatan metakognisi dan
kesadaran diri tentang strategi yang digunakan
imposition of Melibatkan pengembangan dan penerapan teori-
meaning teori baru dalam kumpulan fakta dan masalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

Secara keseluruhan, berpikir tingkat tinggi berarti menangani situasi

yang belum pernah dihadapi sebelumnya dan umumnya diakui sebagai

beberapa kombinasi dari karakteristik-karakteristik di atas. Berpikir

tingkat tinggi yaitu berpikir yang terjadi pada level menganalisis,

mengevaluasi, dan mencipta/mengkreasi pada taksononomi Bloom.

Guru dapat mengetahui bahwa siswa terlibat dalam pemikiran

tingkat tinggi ketika siswa mampu:

 Memvisualisasikan masalah

 Memisahkan informasi yang relevan dan yang tidak relevan dalam

masalah

 Mencari alasan dan penyebab

 Memberikan alasan yang logis untuk solusi

 Melihat masalah dari berbagai sisi

 Mempertimbangkan kredibilitas sumber informasi

 Mengungkapkan asumsi dalam penalaran

 Mengidentifikasi bias atau inkonsistensi logis

Bentuk-bentuk pemikiran tingkat tinggi yang canggih mungkin

tidak dapat dijangkau oleh siswa TK yang belum mampu terlibat

sepenuhnya dalam pemikiran abstrak. Berpikir tingkat tinggi dalam semua

bentuknya, bagaimanapun, adalah tujuan yang dapat dicapai di semua

kelas di semua tingkatan kelas. Siswa TK bisa menjadi pemecah masalah;

Guru masih bisa mengarahkan mereka untuk memikirkan solusi kreatif

untuk masalah dan menggambar diagram untuk membantu mereka


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

memikirkan sebuah teka-teki. Kemampuan berpikir tingkat rendah di

kelas diperlukan sebagai landasan untuk mencapai keterampilan berpikir

tingkat tinggi.

Pada kenyataannya keterampilan berpikir tingkat rendah lebih

mudah. Lebih mudah dipahami, lebih mudah untuk diajarkan, lebih

mudah untuk diuji, lebih mudah dipelajari. Pertanyaannya, mengapa guru

harus meninggalkan zona nyaman ini untuk meraih keterampilan berpikir

tingkat tinggi bagi siswa? Keterampilan berpikir tingkat tinggi menjadi

prioritas di kelas karena keterampilan berpikir tingkat tinggi memiliki

manfaat yang sangat besar bagi siswa. Informasi yang dipelajari dan

diproses melalui proses berpikir tingkat tinggi diingat lebih lama dan lebih

jelas daripada informasi yang diproses melalui berpikir tingkat rendah

atau menghafal. Misalnya, perbedaan antara menghafal rumus dan

menjelaskan penurunan rumus, perbedaan antara melafalkan peristiwa

yang termasuk dalam buku teks sejarah dan menarik kesimpulan dari

sejumlah dokumen sejarah, dan sebagainya. Pada dua kasus yang

dimisalkan tadi, siswa yang memiliki tipe pemahaman yang kedua akan

menguasai pengetahuan itu lebih lama.

Selain itu, siswa dengan pengetahuan konseptual yang lebih

mendalam akan lebih mampu mengakses informasi tersebut untuk

digunakan dalam konteks baru. Ini merupakan manfaat yang paling

penting dari pemikiran tingkat tinggi. Pengetahuan yang diperoleh melalui

proses berpikir tingkat tinggi lebih mudah ditransferkan, sehingga siswa


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

dengan pemahaman konseptual yang mendalam tentang sebuah ide

memiliki kemungkinan yang lebih besar dapat menerapkan pengetahuan

itu untuk memecahkan masalah baru.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa siswa mampu menerapkan

keterampilan untuk memecahkan masalah baru ketika mereka memiliki

pemahaman konseptual yang mendalam tentang keterampilan itu. Peneliti

menggunakan dua metode untuk mengajarkan siswa metode “drop-

perpendicular” untuk menghitung luas jajaran genjang.

Gambar 2.2 Jajaran Genjang dalam Orientasi Biasa

Siswa di Grup A menghafal metode ”drop-perpendicular”,

menerapkannya ke bentuk, dan berhasil menemukan luas jajaran genjang.

Siswa di Grup B memberikan alasan di balik proses tersebut. Mereka

menunjukkan bagaimana seseorang dapat memotong bagian segitiga dari

jajaran genjang dan menempelkannya kembali pada ujung yang lain untuk

membuat persegi panjang. Para siswa dituntun untuk memahami bahwa

metode ini sebenarnya merupakan variasi sederhana pada rumus

𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 × 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 = 𝑙𝑢𝑎𝑠 sebagaimana yang sudah mereka ketahui


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

untuk persegi panjang. Siswa di Grup B, kemudian menerapkan metode

seperti Grup A, dan berhasil menemukan luas jajaran genjang.

Gambar 2.3 Jajaran Genjang dalam Orientasi yang Tidak Biasa

Ketika peneliti menyajikan jajaran genjang dalam orientasi yang tidak

biasa, siswa di Grup A salah menerapkan proses, dan memberikan

jawaban yang salah. Siswa Grup B, memiliki pemahaman tentang

mengapa rumus bekerja, menyesuaikan metode agar sesuai dengan

orientasi baru dan memberikan jawaban yang benar.

Kemampuan mentransfer tingkat tinggi semacam ini adalah kunci

menuju pemikiran dan pemecahan masalah yang baik. Kemampuan

berpikir dan memecahkan masalah yang baik membuat pengetahuan yang

dipelajari dapat diterapkan di dunia nyata.

2. Mengajar Higher Order Thinking Skills (HOTS)

Pentingnya berpikir tingkat tinggi menjadikannya prioritas di ruang

kelas, tetapi bagaimana cara guru mengajar berpikir tingkat tinggi?

Bagaimana guru menumbuhkan jenis pemahaman konseptual yang

mendalam yang dapat dialihkan ke berbagai konteks akademis dan,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

mungkin yang lebih penting, ke masalah dunia nyata? Berikut disajikan

strategi-strategi untuk mengajarkan berpikir tingkat tinggi:

a. Mengajarkan keterampilan melalui konteks dunia nyata

Karena berpikir tingkat tinggi itu sulit maka hal ini akan membantu

guru jika guru membangun motivasi untuk tugas yang telah guru

kembangkan. Sebagai contoh, jika guru mengajarkan siswa kapan

menggunakan berbagai oerasi aritmatika, persiapkan sebuah toko di

kelas. Guru yang sukses berpikir dengan hati-hati tentang bagaimana

siswa akan mendengar dan menerima informasi, dan mereka

mempertimbangkan berbagai konteks di mana siswa mereka dapat

menggunakan keterampilan atau pengetahuan baru.

b. Variasikan konteks dimana siswa menggunakan keterampilan yang

baru diajarkan.

Prasyarat lain untuk berpikir tingkat tinggi adalah pendekatan

fleksibel untuk pemecahan masalah. Selain penekanan pada satu

penerapan keterampilan dunia nyata, seorang guru harus bekerja untuk

memperkenalkan siswa ke berbagai konteks dunia nyata di mana

keterampilan tertentu digunakan. Semakin banyak pengaturan di mana

seorang siswa menggunakan beberapa elemen pengetahuan baru,

semakin banyak siswa menginternalisasi implikasi dan aplikasi

konseptual yang lebih dalam dari pengetahuan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

c. Menekankan fondasi dasar pemikiran tingkat tinggi pada setiap

instruksi yang diberikan. Ajarkan konten dengan cara yang

mengharuskan siswa untuk:

 Membangun pengetahuan latar belakang.

Semakin banyak informasi yang didapat dan disimpan oleh siswa

tentang dunia di sekitar mereka, semakin banyak pula informasi

yang menjadi dasar ketika memecahkan masalah yang rumit.

Bantulah siswa memahami apa yang sudah mereka ketahui, yang

mungkin hanya merupakan informasi yang diperlukan untuk

menjawab pertanyaan yang menantang.

 Mengklasifikasikan hal-hal ke dalam kategori.

 Mengatur hal-hal ke dalam beberapa dimensi.

 Membuat hipotesis.

 Membuat kesimpulan.

 Menganalisis hal-hal ke dalam komponen mereka.

 Menyelesaikan masalah. Masalah dapat dirancang untuk semua

tingkat usia dan materi pelajaran apa pun.

d. Mendorong siswa untuk berpikir tentang strategi berpikir yang mereka

gunakan.

Manfaat dari pendekatan “metakognitif” semacam ini adalah

mendorong siswa untuk:

 berpikir secara analitis tentang definisi masalah ("Apa yang harus

saya selesaikan? Apa yang boleh saya lakukan? Keterampilan apa


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

yang dapat saya transfer ke masalah ini? Informasi apa yang

relevan dengan masalah?"),

 berpikir tentang perencanaan ("Bagaimana saya harus mendekati

masalah ini? Sumber daya atau informasi tambahan apa yang saya

perlukan?"), dan

 secara sengaja mengalokasikan waktu dan energi ("Bagaimana

cara memprioritaskan tugas saya agar paling efisien memecahkan

masalah ini?").

Perlu diingat bahwa teknik ini dapat diterapkan di semua ruang kelas

pada semua level. Guru sering membuat kesalahan dengan berpikir bahwa

berpikir tingkat tinggi harus disediakan untuk siswa yang lebih tua, atau

untuk siswa yang berkinerja tinggi, atau untuk kegiatan tambahan. Salah

satu rekomendasi dari penelitian yang dilkaukan oleh The National

Research Council tentang pemikiran tingkat tinggi adalah bahwa guru

tidak harus menunggu untuk berpindah ke tingkat yang lebih tinggi.

Penelitian menunjukkan bahwa bahkan siswa yang paling muda pun dapat

dipersiapkan untuk berpikir tingkat tinggi melalui penekanan pada

keterampilan memecahkan masalah dasar. Sejalan dengan itu Byrnes

menyatakan bahwa semua pendekatan perkembangan telah menekankan

fakta bahwa ada perkembangan alami dalam berpikir dari bentuk yang

lebih rendah ke bentuk yang lebih tinggi berdasarkan usia atau

pengalaman. Perkembangan dari perkembangan ini menyiratkan bahwa

siswa perlu memiliki sejumlah pendidikan, pengalaman, atau praktik


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

tertentu sebelum mereka mampu mencapai tingkat pemikiran yang

tertinggi. Namun, setiap pedekatan juga menekankan bahwa adalah salah

untuk mengasumsikan bahwa guru tidak boleh melakukan apa pun untuk

mempromosikan pemikiran sampai siswa mencapai usia tertentu. Hal ini

menunjukkan bahwa penguasaan fakta dan keterampilan dasar “tingkat

bawah” memainkan peran penting dalam mendukung pengembangan

pemikiran tingkat tinggi.

Mengajarkan berpikir tingkat tinggi menuntut guru untuk lebih

banyak bekerja. Terdapat dua tantangan yang dihadapi oleh seorang guru.

Yang pertama adalah motivasi. Siswa lebih cenderung terlibat dalam

pemikiran kritis tingkat tinggi ketika mereka sangat termotivasi untuk

melakukannya. Guru kreatif memanfaatkan hubungan ini dan karena itu

(a) menggunakan masalah dunia nyata yang menjadi perhatian asli siswa

untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis mereka, dan (b)

melibatkan siswa dengan tantangan yang mendesak untuk bias yang sudah

ada sebelumnya, menarik mereka ke dalam perdebatan analitis tentang

masalah yang sulit. Kedua, untuk benar-benar mendorong pemikiran

tingkat tinggi, seorang guru harus merancang penilaian dan latihan yang

benar-benar menggunakan situasi dan masalah baru dan baru.

Collins (2014) menyatakan bahwa guru dapat mengajarkan berpikir

tingkat tinggi dengan cara yang terstruktur melalui tahapan-tahapan

berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

a. Mengajar bahasa dan konsep-konsep berpikir tingkat tinggi secara

khusus

Guru seharusnya tidak hanya mengajarkan bahasa dan konsep-konsep

tetapi juga memberitahukan kepada siswa apa yang mereka lakukan

dan mengapa keterampilan berpikir tingkat tinggi yang diperlukan

bagi mereka untuk memecahkan masalah di sekolah dan dalam

kehidupan. Misalnya, dengan menggunakan bahasa yang umum,

siswa dapat mengenali keterampilan yang mereka gunakan dan tingkat

kompleksitas pertanyaan. Ketika mereka menjumpai kata-kata seperti

'mendefinisikan', 'mengenali', 'mengingat', 'mengidentifikasi',

'menamakan', 'mengerti', 'memeriksa', atau 'mengumpulkan', mereka

tahu mereka sedang diminta untuk mengingat fakta dan menunjukkan

pengetahuan mereka tentang konten. Ketika mereka melihat kata-kata

seperti, 'menerapkan', 'memecahkan', 'mengadakan percobaan',

'menunjukkan', atau 'memprediksi', mereka memahami mereka

diminta untuk mendemonstrasikan penerapan. Dan ketika pertanyaan

dimulai dengan 'menilai', 'mempertimbangkan', 'mengkritik', atau

'memutuskan', mereka memahami keterampilan berpikir tingkat tinggi

yang sedang mereka praktekkan adalah 'mengevaluasi'. Siswa harus

mulai mempraktekkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dari

sekolah dasar, tetapi pada saat mereka mencapai usia11 dan 12 tahun

sebagian besar pertanyaan kelas, penilaian, dan diskusi harus dalam

tingkat taksonomi yang lebih tinggi.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

b. Perencanaan pertanyaan kelas dan waktu diskusi untuk memasuki

keterampilan berpikir tingkat tinggi tertentu.

Kata penting di sini adalah 'rencana'. Guru, secara keseluruhan, sangat

baik dalam hal membuat keputusan cepat atau memberikan jawaban

dengan cepat. Namun, tanpa perencanaan yang cermat guru cenderung

mengajukan pertanyaan mengingat bukan pertanyaan yang

membutuhkan pemikiran tingkat tinggi. Demikian pula, diskusi dapat

melenceng jika tidak direncanakan dengan tujuan pembelajaran

berpikir tingkat tinggi. Meskipun hal ini tidak berarti bahwa setiap

pertanyaan atau diskusi harus bernada pemikiran tingkat tinggi tetapi

harus ada perbandingan yang baik. Melalui perencanaan pembelajaran

dan diskusi yang hati-hati, guru dapat memastikan perbandingan yang

tepat. Oleh karena itu, guru perlu meminta seorang rekan untuk

mengamati kelas dengan maksud untuk merekam persentase

penerapan keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran;

atau bahkan meminta siswa untuk menggunakan pengetahuan yang

telah mereka peroleh dalam belajar bahasa berpikir untuk merekam

penggunaan istilah-istilah yang lebih tinggi oleh guru; atau untuk

mengamati dan menilai teman sekelas mereka dalam kegiatan yang

direncanakan. Guru juga harus mendorong siswa untuk merefleksikan

pembelajaran sehingga mereka memahami kekuatan dan kelemahan

pemikiran mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

c. Mengajarkan konsep-konsep pokok secara eksplisit

Hal ini khususnya terjadi dalam mengajarkan konsep-konsep. Siswa

perlu memahami fitur penting yang menjelaskan keterampilan

berpikir tingkat tinggi apa yang mereka praktikkan. Taksonomi Bloom

dapat digunakan untuk membantu hal ini. siswa harus menyadari

konsep-konsep kunci yang harus mereka pelajari dalam setiap mata

pelajaran. Mereka harus mampu mengidentifikasi dan menerapkan

konsep-konsep penting itu. Guru dapat membantu dengan

memperingatkan siswa ketika sedang memperkenalkan konsep-

konsep kunci dan mengidentifikasi karakteristik-karakteristik eksplisit

konsep. Siswa perlu memahami apakah konsep ini konkret, abstrak,

verbal, non-verbal atau proses. Misalnya, siswa yang lemah dalam

matematika mengalami kesulitan dengan konsep non-verbal. Guru

harus membantu siswa untuk membuat koneksi yang kuat antara

manipulasi simbol-simbol, bahasa yang menghubungkan dan

beberapa benda nyata dan gambar. Dengan bekerja langsung di setiap

masalah dengan siswa dan verbalisasi bahasa yang sesuai, siswa mulai

memahami prosedur-prosedur matematika. Sebaliknya, siswa yang

memiliki kesulitan dengan pembentukan konsep verbal membutuhkan

beberapa contoh dengan bahasa yang relative lebih sedikit, yang

mungkin membingungkan mereka. Artinya, beberapa siswa perlu

ditunjukkan bagaimana untuk memecahkan masalah, beberapa siswa

cukup dengan hanya mengatakan dan beberapa siswa membutuhkan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

keduanya.Di negara-negara dengan pencapaian matematika yang

sangat tinggi, tampaknya guru memastikan siswa telah menguasai

konsep dasar sebelum melanjutkan ke yang lebih canggih. Ketika

siswa tidak menguasai konsep dasar mereka cenderung untuk

mencoba menghafal daripada memahami. Meskipun ini berhasil bagi

mereka di tahun-tahun awal, hal itu mengarah ke kesalahpahaman dan

ketidkmampuan untuk menerapkan pengetahuan di tahun-tahun

selanjutnya.

Thomas dan Thorne (2009) menyarankan proses multi-langkah

untuk konsep pengajaran dan pembelajaran, yang meliputi:

1) Menamai fitur-fitur kritis (utama) konsep

2) Menamai beberapa fitur tambahan konsep

3) Membandingkan yang baru dengan yang sudah dikenal

4) Menamai beberapa fitur palsu konsep

5) memberikan contoh-contoh terbaik atau prototipe-prototipe

konsep (what is it)

6) memberikan beberapa non-contoh atau non-prototipe (what the

concept isn’t)

7) mengidentifikasi konsep-konsep serupa lainnya yang terhubung.

d. Menyediakan Scaffolding

Scaffolding meliputi memberikan siswa dukungan di awal pelajaran

dan kemudian secara bertahap membalik tanggung jawab kepada

siswa untuk beroperasi sendiri (Slavin, 1995). Tanpa dukungan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

terbatas sementara ini siswa tidak mungkin mengembangkan

keterampilan berpikir tingkat tinggi; Namun terlalu banyak

scaffolding bisa membawa efek yang merugikan. Kauchan dan Eggen

(1998) menyarankan bahwa guru harus memberikan dukungan yang

cukup hanya agar peserta didik membuat kemajuan mereka sendiri.

Dukungan yang terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat mengganggu

pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Terlalu sedikit

dukungan, dan siswa dibiarkan berusaha keras; berikan dukungan

meskipun siswa tidak meminta, dan mereka akan menyadari bahwa

mereka tidak dapat mengerjakan tugas sendiri tanpa dukungan guru.

Kauchan dan Eggins (1998), mengusulkan pedoman-pedoman

berikut:

1) Menggunakan scaffolding

 Di awal pembelajaran, dengan berbagai contoh untuk

menggambarkan proses berpikir yang terlibat

 Hanya bila diperlukan, dengan terlebih dahulu memeriksa

pemahaman dan, jika perlu, memberikan contoh-contoh

tambahan dan penjelasan untuk membangun kekuatan siswa

dan mengakomodasi kelemahan.

2) Menyediakan representasi terstruktur dan diskusi tugas berpikir:

 Menggambarkan secara visual dan mengatur masalah-masalah

dalam contoh konkret seperti gambar-gambar, grafik-grafik,

hirarki-hirarki, atau tabel-tabel.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

 Menunjukkan bagaimana untuk memecah masalah pemikiran

menjadi langkah-langkah yang mudah, menggunakan

sejumlah contoh dan mendorong siswa untuk menyarankan

contoh tambahan

 Mendiskusikan contoh masalah dan solusi, menjelaskan sifat

dasar masalah secara rinci dan mengaitkan solusi yang telah

dikerjakan untuk masalah ini. Praktek ini mengurangi

kebutuhan siswa untuk bantuan tambahan guru.

3) Menyediakan kesempatan-kesempatan untuk praktek dalam

memecahkan masalah

 Menyediakan praktek yang diarahkan oleh guru sebelum

praktek mandiri, memeriksa tempat kemajuan praktek dan

memberikan tanggapan singkat kurang dari 30 detik untuk

setiap permintaan bantuan.

 Menetapkan frekuensi, penugasan pekerjaan rumah pendek

yang merupakan perluasan logis dari pekerjaan kelas.

 Menghubungkan praktek di daerah konten hingga kompleks,

situasi kehidupan nyata.

e. Mengajarkan dengan sadar untuk mendorong berpikir tingkat tinggi

Guru dapat mendorong pemahaman konseptual yang mendalam dalam

diri siswa dengan mempertimbangkan penggunaan strategi-strategi

berikut:

1) Mengajarkan keterampilan melalui konteks dunia nyata


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

2) Memvariasikan konteks dimana siswa menggunakan keterampilan

yang baru diajarkan

3) Menekankan fundasi dasar pemikiran tingkat tinggi

o Membangun pengetahuan latar belakang

o Menglasifikasikan hal dalam kategori

o Menyusun item bersama dimensi-dimensi

o Membuat hipotesis

o Menarik kesimpulan

o Menganalisis hal-hal ke dalam komponen-komponennya

o Memecahkan masalah

4) Mendorong siswa untuk berpikir tentang strategi berpikir yang

mereka gunakan

Krulik dan Rudnick (dalam Harta, 2010) menyatakan bahwa untuk

mengembangkan berpikir kritis dan kreatif, diperlukan kegiatan-kegiatan

lain yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif

siswa dalam bentuk menjawab pertanyaan-pertanyaan inovatif, yaitu:

Adakah Cara lain? (What’s another way?), Bagaimana jika? (What if?),

Manakah yang salah? (What’s wrong?), dan Apakah yang akan dilakukan

(What would you do?).

a. Adakah cara lain?

Kondisi soal untuk pertanyaan ini dibuat tetap dan difokuskan pada

masalah. Siswa diminta untuk mengerjakan soal tersebut dengan cara

lain. Hal ini melatih keterampilan berpikir kreatif siswa.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

b. Bagaimana jika?

Perubahan kondisi soal dalam pertanyaan ini akan berpengaruh pada

jawaban soal. Siswa diminta untuk menganalisis soal yang berubah

tersebut.

c. Manakah yang salah?

Soal disajikan bersamaan dengan jawabannya. Namun, jawaban yang

disajikan memuat kesalahan. Kesalahan bisa meliputi kesalahan

konsep atau kesalahan perhitungan. Siswa diminta untuk menemukan

kesalahan tersebut, memperbaiki, dan menjelaskan. Hal ini melatih

keterampilan berpikir kritis dan kreatif pada siswa.

d. Apa yang akan dilakukan?

Siswa diminta untuk membuat keputusan dan menjelaskan dasar

keputusannya setelah menyelesaikan soal. Hal ini melatih ketrampilan

berpikir kreatif dan keterampilan komunikasi siswa.

3. Indikator Kemampuan Higher Order Thingking Skills (HOTS)

Kasturi, dkk (2015) menyatakan bahwa taksonomi Bloom pada

ranah kognitif merupakan dasar bagi keterampilan berpikir tingkat tinggi

atau dikenal dengan istilah Higher Order Thingking Skills (HOTS).

Tingkatan taksonomi Bloom pada awalnya yakni: (1) pengetahuan

(knowledge); (2) pemahaman (comprehension); (3) penerapan

(application); (4) analisis (analysis); (5) sintesis (synthesis); dan (6)

evaluasi (evaluation). Revisi dilakukan terhadap taksonomi Bloom, yakni

perubahan dari kata benda menjadi kata kerja. Perubahan ini dibuat agar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan yang mengindikasikan bahwa

siswa akan dapat melakukan sesuatu (kata kerja) dengan sesuatu (kata

benda). Revisi dilakukan oleh Kratwohl dan Anderson, taksonomi Bloom

menjadi: (1) mengingat (remember); (2) memahami (understand); (3)

mengaplikasikan (apply); (4) menganalisis (analysis); (5) mengevaluasi

(evaluate); dan (6) mencipta/mengkreasi (create). Pohl, sebagaimana

yang dikutip oleh Lewy, dkk (dalam Kurniati dkk, 2016) menyatakan

bahwa kemampuan yang melibatkan menganalisis, mengevaluasi, dan

mencipta/mengkreasi dianggap sebagai kemampuan berpikir tingkat

tinggi atau dikenal dengan istilah Higher Order Thingking Skills (HOTS).

Sudrajat (dalam Kurniati dkk, 2016) menyatakan bahwa kemampuan

menganalisis dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk

menentukan bagian-bagian dari suatu masalah dan menunjukkan

hubungan antarbagian tersebut, melihat penyebab-penyebab dari suatu

peristiwa atau memberi argumen-argumen yang menyokong suatu

pernyataan. Suherman sebagaimana dikutip oleh Yudhanegara (dalam

Kurniati dkk, 2016) memaparkan bahwa kemampuan mengevaluasi

adalah kegiatan membuat penilaian berkenaan dengan nilai sebuah ide,

kreasi, cara, atau metode. Brookhart (dalam Kurniati dkk, 2016)

menyatakan bahwa kemampuan mencipta/mengkreasi adalah kemampuan

untuk membentuk sebuah struktur yang baru dan unik, merancang cara,

dan menemukan jawaban lebih dari satu.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

Kratwohl (dalam Lewy dkk, 2009) menyatakan bahwa indikator

untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi:

1) Menganalisis

a. Menganalisis informasi yang masuk dan membagi-bagi atau

menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil

untuk mengenali pola atau hubungannya.

b. Mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan

akibat dari sebuah skenario yang rumit.

c. Mengindentifikasi/merumuskan pertanyaan

2) Mengevaluasi

a. Memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan dan metodologi

dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada

untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya.

b. Membuat hipotesis, mengkritik dan melakukan pengujian.

c. Menerima atau menolak suatu pernyataan berdasarkan kriteria

yang telah ditetapkan.

3) Mencipta/mengkreasi

a. Membuat generalisasi suatu ide atau cara pandang terhadap

sesuatu.

b. Merancang suatu cara untuk menyelesaikan masalah.

c. Mengorganisasikan unsur-unsur atau bagian-bagian menjadi

struktur baru yang belum pernah ada sebelumnya


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

Brookhart (dalam Kurniati dkk, 2016) menyatakan bahwa indikator

untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah adalah sebagai

berikut:

1) Menganalisis

Indikator untuk mengukur kemampuan menganalisis ialah fokus pada

ide utama, menganalisis argumen, serta membandingkan dan

mengkontraskan.

2) Mengevaluasi

Indikator untuk mengukur kemampuan mengevaluasi ialah

kemampuan mengambil keputusan atau metode agar sejalan dengan

tujuan yang diinginkan.

3) Mencipta/mengkreasi

Indikator untuk mengukur kemampuan mencipta/mengkreasi ialah

menyelesaikan soal dengan solusi lebih dari satu, merancang suatu

cara untuk menyelesaikan masalah, dan membuat sesuatu yang baru.

F. Design Research

1. Definisi Penelitian Design Research

Gravemeijer & Van Eerder (dalam Prahmana, 2017) menyatakan

bahwa design research merupakan suatu model penelitian yang bertujuan

mengembangkan Local Instruction Theory (LIT) dengan kerja sama

antara peneliti dan tenaga pendidik untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran. Lebih lanjut, Plomp (dalam Prahmana, 2017) menyatakan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

bahwa design research meliputi suatu pembelajaran yang sistematis mulai

dari merancang, mengembangkan dan mengevaluasi seluruh intervensi

yang berhubungan dengan pendidikan, seperti program, proses belajar,

lingkungan belajar, bahan ajar, produk pembelajaran, dan sistem

pembelajaran. Oleh karena itu, design research dapat dikatakan sebagai

suatu metode penelitian yang sesuai untuk mengembangka solusi

(penyelesaian) berdsarkan penelitian untuk suatu masalah yang kompleks

dalam praktik pendidikan atau untuk mengembangkan atau memvalidasi

suatu teori tentang proses belajar, lingkungan belajar, dan sejenisnya.

Sembiring, Hoogland, & Dolk (dalam Prahmana, 2017) menyatakan

bahwa pada pelaksanaan penelitian, design research merupakan suatu

proses siklik dari percobaan pemikiran dan pengajaran. Proses siklik

(berulang) yang dimaksudkaan adalah dari percobaan pemikiran (thought

experiment) menuju percobaan pengajaran (instruction experiment).

Akker, dkk. menyatakan bahwa design research merupakan metode

penelitian yang mempunyai lima karakteristik, yaitu sebagai berikut:

a. Interventionist nature

Design research bersifat fleksibel karena desain aktivitas

pembelajaran dapat diubah selama penelitian untuk mengatur situasi

pembelajaran.

b. Process oriented

Desain berdasarkan rencana pembelajaran dan alat atau perangkat

yang digunakan untuk membantu pembelajaran tersebut.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

c. Reflective component

Setelah implementasi desain aktivitas pembelajaran, konjektur dari

dari tiap analisis proses pembelajaran dibandingkan dengan kegiatan

belajar mengajar.

d. Cyclic character

Adanya proses evaluasi dan revisi berulang. Proses pembelajaran yang

sebenarnya digunakan sebagai dasar untuk merevisi aktivitas

berikutnya.

e. Theory oriented

Desain berdasarkan teori harus berhubungan dengan uji coba

pengajaran (teaching experiment)

Gravemeijer & Van Eerder (dalam Prahmana, 2017) menyatakan

bahwa terdapat dua karakteristik yang menonjol dalam design research,

yaitu peran khusus dari desain dan peran khusus dari eksperimen.

Terdapat dua aspek penting yang berkaitan dengan design research, yaitu

Hypothetical Learning Trajectory (HLT) dan Local Instruction Theory

(LIT). Secara keseluruhan, tahapan yang dilalui dalam penelitian design

research adalah sebagai berikut:

a. Tahap I: Preliminary Design (Design Pendahuluan)

Widjaja (dalam Prahmana, 2017) menyatakan bahwa tujuan utama

dari tahapan ini adalah untuk mengembangkan urutan aktivitas

pembelajaran dan mendesain instrument untuk mengevaluasi proses

pembelajaran tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

b. Tahap II: Design Experiment (Percobaan Desain)

Pada tahap ini peneliti mengujicobakan kegiatan pembelajaran yang

telah didesain pada tahap pertama. Uji coba ini bertujuan untuk

mengeksplorasi dan menduga strategi dan pemikiran siswa selama

proses pembelajaran yang sebenarnya. Tahapan percobaan desain

dibagi menjadi dua tahapan, yaitu percobaan pengajaran dan

percobaan rintisan.

c. Tahap III: Retrospective Analysis (Analisis Retrospektif)

Data yang diperoleh dari aktivitas pembelajaran di kelas dianalisis

secara retrospektif. Tujuan retrospective analysis secara umum adalah

untuk mengembangkan local instruction.

Tahapan ini dilakukan setelah tahapan percobaan desain selesai

dilaksanakan, yang terdiri dari analisis data, refleksi, interpretasi

temuan, dan perumusan rekomendasi untuk penelitian berikutnya

(Widjaja dalam Prahmana, 2017). Tujuan dari tahapan analisis

restropektif adalah untuk mengevaluasi keberhasilan kegiatan

pembelajaran yang telah dilaksanakan, mengamati kemajuan belajar

siswa, dan menginformasikan kemajuan kegiatan pembelajaran.

Tahapan ini mengolaborasikan data dari berbagai sumber dan melihat

kecnderungan data dari berbagai data tersebut.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

Kajian literatur
Desain Pendahuluan
Mendesain rencana lintasan
belajar (HLT)

Menelusuri
pengetahuan awal
siswa
Percobaan
Pengajaran
Mengumpulkan data
Percobaan Desain untuk mendukung
penyesuaian

Penyesuaian rencana
lintasan belajar
Percobaan
Rintisan

Pengumpulan data
yang menjawab
pertanyaan penelitian

HLT yang digunakan dalam


analisis retrospektif merupakan
petunjuk dan landasan pokok
Analisis Retrospektif dalam menjawab pertanyaan
penelitian. Produk akhir dari
analisis retrospektif adalah local
instruction theory

Gambar 2.4 Fase Design Research

2. Tujuan dan Produk Penelitian Design Research

Akker, dkk. (dalam Prahmana, 2017) menyatakan bahwa terdapat

tiga alasan penting mengapa kita menggunakan metode penelitian design

research, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

a. Meningkatkan relevansi penelitian (increase the relevance)

Penggunaan design research didasarkan pada keinginan untuk

meningkatkan relevansi penelitian dengan kebijakan dan praktik

pendidikan. Penelitian pendidikan sering dikritik karena tidak

langsung dapat memperbaiki praktik pendidikan. Melalui kajian yang

hati-hati dan bertahap untuk memperoleh model intervensi yang

paling ideal pada situasi tertentu, peneliti dan praktisi dapat

mengembangkan model intervensi yang tepat dan efektif melalui

proses artikulasi prinsip-prinsip dari berbagai dampak intervensi yang

terjadi.

b. Mengembangkan landasan teori secara empiris (scientific ambition)

Design research bertujuan untuk mengembangkan teori-teori yang

diperoleh dari pengalaman empiris dengan menggabungkan kajian

teori dengan proses kegiatan pembelajaran. Artinya, design research

dapat menghasilkan landasan teori melalui kajian pendekatan

kualitatif.

c. Menetapkan kekokohan penerapan rancangan (increasing the

robustness of design practice)

Para praktisi dan peneliti merancang banyak inovasi pembelajaran

untuk mengatasi masalah yang terjadi, tetapi pemahaman mereka

seringkali tetap eksplisit mengenai keputusan yang dibuat maupun

rancangan yang dihasilkan. Berdasarkan perspektif ini, terdapat


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

kebutuhan untuk mengekstrak rancangan pembelajaran agar dapat

menghasilkan upaya pengembangan rancangan berikutnya.

Lebih lanjut, Akker, dkk. (dalam Prahmana, 2017) membedakan

design research menjadi dua bagian besar, yaitu validation study dan

development study. Adapun penjelasan dari kedua bagian iini adalah

sebagai berikut:

a. Validation Study

Lintasan belajar pada validation study adalah dalam rangka

mengembangkan, mengelaborasi dan memvalidasi suatu teori

pembelajaran tentang proses pembelajaran serta hasil intervensi yang

dihasilkan untuk suatu desain pembelajaran. Validation study

memberikan beberapa kontribusi berdasarkan tujuannya dalam

mengembangkan suatu teori pembelajaran, di antaranya:

1) Microtheories (level aktivitas pembelajaran).

2) Local instructional theory (level urutan pembelajaran).

3) Domain specific instruction theory (level konten pengetahuan

pedagogis)

Dalam pelaksanaan validation study, peneliti harus melakukan tahap-

tahap penelitian, yaitu: environment preparation, classroom

experiment, dan restrospective analysis.

b. Development Study

Development Study adalah kegiatan mengembangkan prinsip desain

untuk kepentingan praktis lapangan. Adapun tahapan-tahapan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

penelitian yang dilakukan dalam pelaksanaan development study

adalah sebagai berikut:

1) Preliminary research, yaitu aktivitas menganalisis konteks dan

masalah untuk mengembangkan landasan kerangka konseptual

melalui kajian literatur.

2) Prototyping stage, yaitu kegiatan merancang petunjuk desain,

mengoptimalkan prototype melalui desain rancangan, evaluasi

formatif, dan revisi hasil penelitian.

3) Summative evaluation, yaitu proses evaluasi terhadap efektivitas

pelaksanaan dan penggunaan prototype .

4) Systematic reflection and documentation, yaitu aktivitas

menuliskan keseluruhan studi untuk mendukung analisis,

kemudian melakukan spesifikasi prinsip desain, dan menganalisis

hasilnya dengan cara menghubungkannya dengan kerangka

berpikir yang telah ditetapkan.

3. Hypothetical Learning Trajectory (HLT)

Prahmana (2017) menyatakan bahwa dalam merancang kegiatan

pembelajaran di kelas untuk suatu topik tertentu, guru harus mempunyai

dugaan atau hipotesis dan mampu mempertimbangkan reaksi siswa untuk

setiap tahap dari lintasan belajar terhadap tujuan pembelajaran yang

dilaksanakan. Freudenthal sebagaimana dikutip oleh Gravemeijer & Van

Eerder (dalam Prahmana, 2017) berpandangan bahwa siswa diberikan

kesempatan untuk membangun dan mengembangkan ide dan pemikiran


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

mereka ketika mengkonstruksikan matematika. Guru dapat memilih

aktivitas pembelajaran yang sesuai sebagai dasar untuk merangsang siswa

berpikir dan bertindak ketika mengkonstruksikan matematika tersebut.

Dalam proses aktivitas tersebut, guru harus mengantisipassi

aktivitas-aktivitas mental yang mungkin muncul dari siswa dengan tetap

memperhatikan tujuan pembelajaran. Wijaya (dalam Prahmana, 2017)

mengatakan bahwa pembayangan dan antisipasi yang dilakukan tersebut

disebut Hypothetical Learning Trajectory (HLT), sehingga HLT dapat

diartikan sebagai suatu hipotesis atau prediksi bagaimana pemikiran dan

pemahaman siswa berkembang dala aktivitas pembelajaran.

Gravemeijer (dalam Prahmana, 2017) menyatakan bahwa HLT

terdiri dari tiga komponen utama, yaitu (a) tujuan pembelajaran

matematika bagi siswa; (b) aktivitas pembelajaran dan perangkat/media

yang digunakan dalam proses pembelajaran; (c) konjektur proses

pembelajaran bagaimana mengetahui pemahaman dan strategi siswa yang

muncul dan berkembang ketika aktivitas pembelajaran dilakukan di kelas.

Pada tahap preliminary design, HLT berfungsi sebagai pedoman

materi pengajaran yang akan dikembangkan. Selanjutnya, Aljupri (dalam

Prahmana, 2017) menyatakan bahwa pada tahap uji coba pengajaran HLT

berfungsi sebagai pedoman bagi tenaga pendidik dan peneliti dalam

aktivitas pengajaran, wawancara, dan observasi. Bakker (dalam

Prahmana, 2017) menyatakan bahwa HLT sebagai hubungan antara

sebuah teori pembelajaran (instruction theory) dan uji coba pengajaran


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

(teaching experiment). Dari hubungan tersebut terdapat konjektur yang

dapat direvisi dan dikembangkan kembali untuk aktivitas pembelajaran

berikutnya berdasarkan hasil retrospective analysis setelah teaching

experiment dilakukan. Konjektur ini diartikan sebagai dugaan yang dibuat

oleh peneliti untuk mengantisipasi setiap respon siswa selama kegiatan

belajar mengajar.

4. Local Instruction Theory (LIT)

Gravemeijer & Van Eerder (dalam Prahmana, 2017) menyatakan

bahwa Local Instruction Theory (LIT) merupakan sebuah teori tentang

proses pembelajaran yang mendeskripsikan lintasan pembelajaran pada

suatu topic tertentu dengan sekumpulan aktivitas yang mendukungnya.

Disebut teori lokal karena teori tersebut hanya membahas pada ranah yang

spesifik (domain-specific), yaitu topk yang spesifik pada pembelajaran

tertentu.

Gravemeijer (dalam Prahmana, 2017) menyatakan bahwa inti dari

penelitian design research dibentuk oleh pengalaman mengajar di kelas

yang berpusat pada pengembangaan urutan-urutan pengajaran (learning

trajectory) dan LIT yang mendukungnya. Secara gars besarnya, LIT

merupakan produk akhir dari HLT yang telah dirancang,

diimplementasikan, dan dianalisis hasil pembelajarannya.

Hadi, Freudenthal, Gravemeijer, Simon (dalam Prahmana, 2017)

menyatakan bahwa penelitian development/design dalam bidang didaktik

matematika menggunakan prinsip interaktif dan proses siklik yang terdiri


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

dari pengembangan dan penelitian dari ide-ide para desainer (theory

bricolage) tentang produk yang dikembangkan dan diujikan pada situasi

kelas (classroom settings), sehingga menghasilkan produk, kegiatan

belajar, dan teori-teori pembelajaran yang bersifat lokal (local instruction

theory) yang teruji secara teoretis dan empiris. Selanjutnya, LIT

memerlukan eksperimen di kelas untuk proses pengembangannya.

Peneliti mengembangan urutan pembelajaran (learning trajectory) yang

digunakan untuk menentukan alur belajar siswa melalui eksperimen

pengajaran (teaching experiment) di kelas. Pengembangan tersebut

dilakukan melalui pendesainan dan pengujian kegiatan pembelajaran

sesuai dengan praktik yang berjalan di sekolah (daily basis). Selama

eksperimen pengajaran tersebut, peneliti harus melengkapi diri dengan

perkiraan situasi yang berkembang selama proses belajar mengajar

(konjektur) melalui eksperimen pemikiran (thought experiment). Kedua

hal tersebut memberikan informasi yang sangat berguna dalam proses

merevisi prototipe awal HLT yang dikembangkan. Sehingga, dengan

pertimbangan yang matang dan berdasarkan temuan-temuan empiris,

urutan pembelajarran disusun dan disempurnakan. Apabila proses

eksperimen pengajaran dan revisi dilaukanberulang-ulang, maka dasar

dan rasional urutan pembelajaran dapat diperkuat. Hadi, Gravemeijer

(dalam Prahmana, 2017) menyatakan bahwa seluruh proses tersebut,

mulai dari pengembangan urutan pembelajaran sampai dengan

penyempurnaan menghasilkan local instruction theory.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

Hadi (dalam Prahmana, 2017) menyatakan bahwa terdapat

hubungan refleksif antara eksperimen pemikiran dan pengajaran dengan

HLT. Pada satu sisi LIT mengarahkan pada pelaksanaan eksperimen

pemikiran dan pengajaran, namun pada sisi yang lain ekperimen

pengajaran mikro membentuk teori pembelajaran lokal.

G. Aturan Perkalian dan Permutasi

1. Bilangan Faktorial

Bilangan factorial menjadi dasar bagi perhitungan permutasi dan

kombinasi.

Definisi:

Bila 𝑛 bilangan bulat positif, maka bilangan faktorial dinotasikan dengan

𝑛! dan didefinisikan sebagai:

𝑛! = 𝑛 × (𝑛 − 1)! × (𝑛 − 2)! × . . .. × 3 × 2 × 1

Didefinisikan pula 1! = 1 dan 0! = 1

Catatan:

Notasi 𝑛! dibaca 𝑛 factorial.

Contoh:

5! = 5 × 4 × 3 × 2 × 1 = 120

Sekarang perhtikan kembali definisi faktorial:

𝑛! = 𝑛 × (𝑛 − 1)! × (𝑛 − 2)! × . . .. × 3 × 2 × 1

= 𝑛 × (𝑛 − 1)!

𝑛!
Dengan kata lain: 𝑛! = 𝑛 × (𝑛 − 1)! atau dapat juga ditulis (𝑛−1)! = 𝑛
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

Sekarang perhtikan kembali definisi faktorial:

𝑛! = 𝑛 × (𝑛 − 1)! × (𝑛 − 2)! × . . .. × 3 × 2 × 1

= 𝑛 × (𝑛 − 1) × (𝑛 − 2)!

Dengan kata lain: 𝑛! = 𝑛 × (𝑛 − 1) × (𝑛 − 2)! atau dapat juga ditulis

𝑛!
(𝑛−2)!
= (𝑛 − 1) × 𝑛

Contoh:

10! 10×9!
a. = = 10
9! 9!

10! 10×9×8!
b. = = 10 × 9 = 90
8! 8!

12! 12×11×10! 12×11 11


c. = = 4×3×2×1 =
10!4! 10!4! 2

2. Aturan Perkalian

Kaidah pencacahan yang paling dasar adalah aturan pengisian tempat

yang tersedia atau filling slots atau sering juga disebut dengan aturan dasar

membilang atau aturan perkalian.

Contoh 1:

Tim Sriwijaya FC mempunyai 2 buah celana yang berwarna hitam (H)

dan biru (B) dan 4 buah kaos yang berwarna putih (P), kuning (K), coklat

(C), dan ungu (U). Ada berapa pilihan warna celana dan kaos yang dapat

dipakai setiap pemain Sriwijaya FC?


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

Jawab:

Kaos Putih Kuning Coklat Ungu

Celana (P) (K) (C) (U)

Hitam (H) (H,P) (H,K) (H,C) (H,U)

Biru (B) (B,P) (B,K) (B,C) (B,U)

Dari tabel silang di atas, tampak bahwa ada 8 pasangan pilihan warna

celana dan kaos yang dapat dipakai oleh setiap pemain Sriwijaya FC.

Contoh 2:

Ada berapa cara pergi dari kota Yogyakarta menuju ke kota Salatiga

melalui kota Klaten jika dari kota Yogyakarta ke kota Klaten ada 3 jalan

dan dari kota Klaten ke Kota Salatiga ada 2 jalan?

Jawab:

Dari kota Yogyakarta ke kota Klaten ada 3 jalan yang mungkin ditempuh,

misalkan K1, K2, dan K3. Sedangkan dari kota Klaten ke kota Salatiga

ada 2 jalan, misalkan S1 dan S2.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

Klaten Salatiga

S1 . . . . . K1-S1
K1
S2 . . . . . K1-S2

S1 . . . . . K2-S1
Y K2
S2 . . . . . K2-S2

S1 . . . . . K3-S1
K3
S2 . . . . . K3-S2

Dari diagram pohon di atas, tampak bahwa ada 6 jalan berbeda dari kota

Yogyakarta menuju kota Salatiga melalui kota Klaten.

Dari contoh-contoh di atas, diketahui ada suatu prosedur yang dapat

dilakukan dalam dua langkah yang saling bebas (tidak bergantung satu

sama lain). Jika langkah pertama dapat dikerjakan dengan 𝒏𝟏 𝒄𝒂𝒓𝒂 dan

langkah kedua dapat dikerjakan dengan 𝒏𝟐 𝒄𝒂𝒓𝒂, maka prosedur tersebut

dapat dilakukan dengan 𝒏𝟏 . 𝒏𝟐 cara. Prinsip inilah yang sering disebut

dengan aturan dasar membilang atau prinsip perkalian.

Secara umum atauran dasar membilang ini dapat diperluas sebagai

berikut:

Misalkan ada prosedur yang dapat dilakukan dalam 𝒌 langkah yang saling

bebas. Jika langkah pertama dapat dikerjakan dengan 𝒏𝟏 𝒄𝒂𝒓𝒂, langkah

kedua dapat dikerjakan dengan 𝒏𝟐 𝒄𝒂𝒓𝒂, dan seterusnya sehingga


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

langkah ke-𝒌 dapat dikerjakan dengan 𝒏𝒌 𝒄𝒂𝒓𝒂, maka prosedur tersebut

dapat dilakukan dengan 𝒏𝟏 × 𝒏𝟐 × . … × 𝒏𝒌 cara.

3. Permutasi

a. Permutasi dari Unsur-unsur yang Berbeda

Misalkan dibutuhkan dua orang untuk menjadi ketua dan sekretaris

pada suatu organisasi dan untuk memenuhi kebutuhan tersebut

terdapat tiga kandidat yaitu, Ujang, Maman, dan Dudung yang

memenuhi kualifikasi. Dari ketiga kandidat tersebut dapat disusun

ketua dan sekretaris sebagai berikut:

KETUA SEKRETARIS
Ujang Maman
Ujang Dudung
Maman Ujang
Maman Dudung
Dudung Ujang
Dudung Maman

Ada enam cara menyusun pasangan yang terdiri dari dua orang yang

diambil dari tiga kandidat. Perhatikan bahwa pasangan Ujang sebagai

ketua dengan Maman sebagai sekretaris berbeda dengan pasangan

Maman sebagai ketua dan Ujang sebagai Sekretaris. Begitu juga

dengan pasangan-pasangan yang lain.

Proses menyusun pasangan seperti pada contoh kasus di atas disebut

dengan permutasi. Apa yang dimaksud dengan permutasi?

Definisi:

Permutasi 𝑟 unsur yang diambil dari 𝑛 unsur yang tersedia (tiap unsur

berbeda) adalah susunan dari r unsur itu dalam suatu urutan (𝑟 ≤ 𝑛).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

Banyaknya permutasi 𝑟 unsur yang diambil dari 𝑛 unsur yang tersedia

𝑛!
dinotasikan dengan 𝑃(𝑛,𝑟) dan dirumuskan 𝑃(𝑛,𝑟) = (𝑛−𝑟)!.

3!
Pada contoh kasus di atas, 𝑛 = 3 dan 𝑟 = 2, sehingga 𝑃(3,2) = (3−2)! =

3!
= 6.
1!

𝑛! 𝑛!
Apabila pada rumus di atas 𝑟 = 𝑛, maka 𝑃(𝑛,𝑛) = (𝑛−𝑛)! = = 𝑛!. Ini
0!

disebut banyaknya permutasi 𝑛 unsur yang diambil dari 𝑛 unsur yang

tersedia.

Contoh 1:

Banyak susunan yang terdiri dari empat huruf berbeda yang dapat

4! 4!
dibentuk dari huruf-huruf A, B, C, dan D adalah 𝑃(4,4) = (4−4)! = 0! =

24.

Contoh 2:

Berapa banyak kemungkinan susunan ketua, sekretaris, dan bendahara

jika dipilih dari 10 orang?

Jawab:

Dalam kasus ini urutan diperhatikan, yaitu jika A terpilih sebagai

ketua dan B sebagai sekretaris, berbeda dengan jika B terpilih sebagai

ketua dan A sebagai sekretaris. Dengan demikian, kasus ini

merupakan permutasi 3 unsur dari 10 unsur yang tersedia, yaitu:

10! 10! 10 × 9 × 8 × 7!
𝑃(10,3) = = = = 10 × 9 × 8 = 720
(10 − 3)! 7! 7!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

Jadi, banyaknya kemungkinan susunan ketua, sekretaris, dan

bendahara ada 720.

Contoh 3:

Diketahui 4 buku matematika berbeda, 2 buku fisika berbeda, dan 3

buku biologi berbeda. Buku-buku tersebut akan disusun berjajar

dalam rak. Tentukan banyaknya susunan buku-buku tersebut, jika:

a. setiap buku boleh berada di posisi mana saja

b. buku-buku sejenis harus berdekatan

c. buku-buku matematika saja yang berdekatan

Jawab:

a. Ada 9 buku (4 matematika, 2 fisika, dan 3 biologi), sehingga

banyaknya susunan buku-buku tersebut adalah 𝑃(9,9) = 9! = 9 ×

8 × 7 × 6 × 5 × 4 × 3 × 2 × 1 = 362.880. Jadi, banyaknya

susunan buku-buku tersebut jika setiap buku boleh di posisi mana

saja ada 362.880 susunan.

b. Perhatikan bahwa kasus ini adalah kasus bersusun. Pertama,

terdapat tiga jenis buku yaitu matematika, fisika, dan biologi.

Kemudian, jika susunan jenis buku sudah ditentukan, masing-

masing buku dalam setiap jenisnya dapat berpermutasi antara

mereka sendiri. Karena permutasi antar jenis buku dan antar buku

sejenis saling bebas, maka jumlah permutasi diperoleh dari aturan

perkalian. Permutasi jenis buku ada 3!, permutasi buku

matematika 4!, buku fisika 2!, dan buku biologi 3!, sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

jumlah keseluruhan permutasi adalah 3! × 4! × 2! × 3! = 1.728

susunan.

c. Pertama kita anggap buku matematika sebagai satu unsur,

sehingga seluruhnya ada 6 buku dan permutasi ke-6 buku tersebut

adalah 6!. Selanjutnya, pada setiap posisi buku-buku matematika

dapat berpermutasi diantara mereka sendiri, yaitu ada 4!. Dengan

demikian, keseluruhan permutasi berjumlah 6! × 4! = 17.280

susunan.

Catatan:

Pada permutasi, urutan diperhatikan. Jadi, susunan 𝐴𝐵 ≠ 𝐵𝐴.

b. Permutasi Siklis

Apabila beberapa objek disusun dalam bentuk lingkaran, maka

susunan objek tersebut akan berbeda apabila satu objek tidak bergerak

sama sekali.

Contoh:

Amir, Badu, Cucung, dan Dedeh duduk bersama di sebuah meja

berbentuk lingkaran. Susunan duduk keempat orang tersebut adalah:

1. Amir, Badu, Cucung, Dedeh

2. Amir, Badu, Dedeh, Cucung

3. Amir, Cucung, Badu, Dedeh

4. Amir, Cucung, Dedeh, Badu

5. Amir, Dedeh, Badu, Cucung

6. Amir, Dedeh, Cucung, Badu


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

Bagaimana dengan susunan Badu, Dedeh, Cucung, Amir? Jika kita

teliti lagi, ternyata susunan duduk Badu, Dedeh, Cucung, Amir sama

dengan susunan duduk Amir, Badu, Dedeh, Cucung.

Dengan demikian, dari empat orang yang duduk dalam posisi

melingkar terdapat 6 susunan duduk yang berbeda. Perhatikan sekali

lagi bahwa susunan duduk berbeda jika salah satu objek tidak bergerak

sama sekali. Dalam contoh di atas, objek yang tidak bergerak adalah

Amir.

Banyak susunan 𝑛 objek dalam posisi melingkar disebut dengan

permutasi siklis 𝑛 objek. Banyaknya susunan 𝑛 objek dalam posisi

melingkar tersebut dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Banyaknya cara menyusun 𝑛 objek secara melingkar dengan urutan

berlainan adalah:

𝑃𝑠𝑖𝑘𝑙𝑖𝑠 = (𝑛 − 1)

Contoh 1:

Banyak cara 7 orang menempati ketujuh tempat duduk yang

mengelilingi meja dengan urutan yang berlainan adalah (7 − 1)! =

6! = 720 cara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

Contoh 2:

Diketahui 5 siswa A, B, C, D, dan E akan duduk melingkar. Tentukan

banyaknya permutasi siklis, jika:

a. kelima siswa itu duduknya bebas

b. A dan B selalu berdekatan

Jawab:

a. Karena ada 5 siswa yang duduk melingkar, 𝑛 = 5, banyaknya

permutasi siklis adalah 𝑃𝑠𝑖𝑘𝑙𝑖𝑠 = (5 − 1)! = 4! = 24.

b. Anggap dulu A dan B sebagai satu unsur, sehingga 𝑛 = 4 dan

banyaknya permutasi siklis adalah (4 − 1)! = 3! = 6. Tetapi A

dan B dapat berpermutasi antar mereka sendiri sebanyak 2!. Jadi,

seluruh permutasinya adalah 6 × 2 = 12.

H. Hasil Penelitian yang Relevan

Program Higher Order Thinking Skills (HOTS) yang dirancang oleh

Pogrow (2005) khusus untuk siswa yang kurang beruntung secara

pendidikan, didasarkan pada empat jenis keterampilan berpikir, yaitu:

1) metakognisi atau kemampuan untuk berpikir tentang pemikiran;

2) membuat kesimpulan; 3) mentransfer atau menggeneralisasi ide-ide pada

seluruh konteks; dan 4) mensintesis informasi. Proyek ini merupakan

pendekatan keterampilan berpikir murni untuk membantu siswa yang

kurang beruntung di kelas 4-8 di Amerika Serikat. Proyek ini

menggabungkan penggunaan dialog Socrates, drama, dan teknologi, dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

telah digunakan di sekitar 2.600 sekolah di 48 negara bagian. Proyek ini

menghasilkan keuntungan bagi siswa dalam tes-tes standar, dalam langkah-

langkah metakognisi, dalam menulis, dalam pemecahan masalah, dan dalam

nilai rata-rata. Selanjutnya, Pogrow menemukan bahwa dalam studi

efektivitas mengajar keterampilan berpikir tingkat tinggi dengan instruksi

konten ditingkatkan, yang pertama jauh lebih baik dalam pengaturan siswa

menjadi fleksibel, memungkinkan mereka untuk memahami pemahaman

dan untuk menangani berbagai konten. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa motivasi siswa meningkat saat guru meminta pertanggungjawaban

mereka untuk berpikir tingkat tinggi. Hal ini terjadi karena mengajarkan

siswa tugas-tugas berpikir tingkat tinggi akan memaksa mereka untuk

terlibat dalam memikirkan hal-hal tertentu dan melakukan penilaian yang

membutuhkan kerja intelektual dan pemikiran kritis. Menghafal, meskipun

berguna dalam beberapa kasus, tidak meningkatkan kemandirian siswa dan

pada umumnya tidak berkontribusi terhadap penguasaan, walaupun dapat

dikatakan bahwa mengetahui fakta dasar sangat penting dalam

menyediakan fundasi dasar untuk pemahaman. Perlu dicatat bahwa

'mengetahui sesuatu' untuk segera diingat adalah keterampilan yang relatif

tidak penting. Dalam kebanyakan hal yang kita lakukan, bukan fakta yang

penting tapi bagaimana kita menerapkan pengetahuan. Oleh karena itu,

untuk menilai agar siswa dapat menunjukkan penguasaan, guru perlu

merencanakan item penilaian yang memungkinkan siswa menggunakan

semua keterampilan pada tiga level teratas pada Taksonomi Bloom, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta; penalaran logis; penilaian dan

pemikiran kritis; pemecahan masalah; dan kreativitas dan pemikiran kreatif.

Hasil penelitian Kasturi, dkk (2015) dengan judul Pengembangan

Perangkat Pembelajaran Problem Posing Berorientasi Penerapan HOTS

pada Materi Kesebangunan Kelas IX menyimpulkan bahwa hasil belajar

siswa yang mengikuti pembelajaran Problem Posing berorientasi HOTS

lebih baik daripada hasil belajar siswa yang mengkuti pembelajaran

matematika konvensional.

Hasil penelitian Widodo, dkk (2013) dengan judul Higher Order

Thinking Berbasis Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Berorientasi Pembentukan Karakter Siswa menyimpulkan bahwa penerapan

Higher Order Thinking berdasarkan Problem Based Instruction dapat

meningkatkan aktivitas siswa, dan karakter siswa yang akhirnya juga

meningkatkan hasil belajar siswa. Penerapan Higher Order Thinking-

Problem Based Instruction mampu meningkatkan interaksi baik antara

siswa dengan guru maupun antara siswa dengan siswa. Siswa lebih berani

untuk bertanya pada guru, mengusulkan ide dan terbentuknya keberanian

menghadapi soal ujian dan atau olimpiade.

I. Kerangka Berpikir

Standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang

berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan

untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Melalui standar proses


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

pendidikan setiap guru dapat mengembangkan proses pembelajaran sesuai

dengan rambu-rambu yang ditentukan. Standar proses sebagai standar

minimal yang harus dilakukan memiliki fungsi sebagai pengendali proses

pendidikan untuk memperoleh kualitas hasil dan proses pembelajaran.

Salah satu masalah pendidikan yang dihadapi dunia pendidikan kita

adalah lemahnya proses pembelajaran. Peserta didik kurang didorong untuk

mengembangkan kemampuan berpikir mereka dalam proses pembelajaran.

Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran tidak terkecuali

matematika.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006

menjelaskan tentang 5 tujuan pembelajaran matematika. Tujuan

pembelajaran matematika ini dapat dicapai apabila guru dapat

mengembangkan proses pembelajaran matematika sesuai dengan rambu-

rambu yang ditentukan dalam standar proses pendidikan. Kenyataan

menunjukkan pembelajaran matematika di Indonesia belum

memberdayakan potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang

diharapkan agar dapat mencapai tujuan pembelajaran sebagaimana yang

disebutkan di atas.

Hal ini lebih lanjut berdampak terhadap rendahnya kemampuan

siswa dalam bernalar. Sejalan dengan itu, laporan The Trends in

Intenational Mathematics and Science Study (TIMSS) 2011

mengungkapkan prestasi matematika siswa Indonesia berada pada urutan

ke-38 dari 42 negara. Hal ini menunjukkan kemampuan anak-anak


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

Indonesia untuk berpikir tingkat tinggi berada pada level rendah.

Pertanyaannya adalah bagaimana guru memfasilitasi siswa untuk dapat

berpikir tingkat tinggi? Jawaban untuk pertanyaan ini sangat sederhana.

Jadikan kelas matematika sebagai tempat bagi siswa untuk mengembangkan

kemampuan berpikir mereka. Pembelajaran harus didesain sedemikian rupa

sehingga mendukung siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir

mereka.

Higher Order Thinking Skills (HOTS) merupakan salah satu

pendekatan dalam pembelajaran dimana siswa diajarkan untuk berpikir

kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif. Hal ini

menunjukkan bahwa, Higher Order Thinking Skills (HOTS) dapat

digunakan sebagai pendekatan dalam pembelajaran matematika untuk

meningkatkan kemampuan berpikir siswa.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

Merencanakan desain
pembelajaran

Menyusun desain
pembelajaran
Pelaksanaan
Penelitian

Mempersiapkan
desain pembelajaran
untuk diujicobakan
Pertemuan untuk Aturan
Perkalian

Melaksanakan uji coba

Pertemuan untuk
Persiapan Permutasi dari unsur-
Penelitian unsur yang berbeda

Melaksanakan
penelitian

Pertemuan untuk
Permutasi Siklis

Reduksi data

Akhir Analisis data


Penyajian data
Penelitian

Penarikan kesimpulan
dan verifikasi

Bagan 2.2 Alur Pelaksanaan Penelitian


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian design research. Gravemeijer dan
Van Eerde (dalam Prahmana, 2017) menyatakan bahwa design research
merupakan suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan
Local Instruction Theory (LIT) dengan kerja sama antara peneliti dan tenaga
pendidik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Plomp (dalam Prahmana, 2017) menyatakan bahwa design research
meliputi suatu pembelajaran yang sistematis mulai dari merancang,
mengembangkan dan mengevaluasi seluruh intervensi yang berhubungan
dengan pendidikan, seperti program, proses belajar, lingkungan belajar, bahan
ajar, produk pembelajaran, dan sistem pembelajaran.
Proses penelitian melibatkan dua peneliti lain yang juga melakukan

penelitian pada kelas, subjek, dan topik yang sama tetapi dengan fokus

penelitian yang berbeda. Peneliti pertama adalah Tea Tasia Wiwin. Fokus

penelitiannya adalah pada pengembangan soal-soal kontekstual yang

berorientasi pada Higher Order Thinking Skills (HOTS) dengan judul

penelitian “Pengembangan Masalah Kontekstual yang Berorientasi pada

Higher Order Thinking Skills (HOTS) untuk Topik Kaidah Pencacahan

di Kelas XI SMA Kolese De Britto.” Peneliti kedua adalah Florentina Elvin

Bara. Fokus penelitiannya adalah analisis kemampuan berpikir siswa dalam

menyelesaikan soal kontekstual yang berorientasi pada Higher Order

Thinking Skills (HOTS) dengan judul penelitian “Analisis Kemampuan

Berpikir Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Kontekstual yang

106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

Berorientasi pada Higher Order Thinking Skills (HOTS) untuk Topik

Kaidah Pencacahan di Kelas XI SMA Kolese De Britto.”

Secara keseluruhan, tahapan yang dilalui dalam penelitian design


research adalah sebagai berikut:
1. Desain Awal
Terdapat dua aktivitas yang dilakukan peneliti pada tahap ini, yaitu:
a. Studi Literatur
Peneliti melakukan kajian literatur tentang design research, Higher
Order Thinking Skills (HOTS), aturan perkalian, dan permutasi.
Hasil kajian terhadap kelima hal tersebut digunakan sebagai dasar
untuk merancang langkah-langkah pembelajaran yang berorientasi
pada Higher Order Thinking Skills (HOTS) untuk materi aturan
perkalian dan permutasi.
b. Merancang Hipotesa Alur Belajar
Rancangan ini memuat dugaan atau hipotesis berkaitan
dengan aktivitas mental yang mungkin muncul ketika proses
pembelajaran pada topik aturan perkalian dan permutaasi
berlangsung. Dalam penelitian ini, hipotesa alur belajar yang
dirancang memuat tiga komponen utama, yaitu: (1) tujuan
pembelajaran; (2) langkah-langkah pembelajaran; dan (3) dugaan
proses pembelajaran berupa prediksi strategi dan proses berpikir
siswa yang muncul dan berkembang selama proses pembelajaran
berlangsung. Dugaan proses pembelajaran penting untuk
mengantisipasi setiap respon siswa selama kegiatan belajar
mengajar. Rancangan hipotesa alur belajar ini bersifat dinamis dan
dapat disesuikan dengan proses pembelajaran yang berlangsung.
Proses pembelajaran yang berorientasi pada HOTS
menggunakan model Problem Based Learning (PBL). Pada proses
pembelajaran, peneliti memberikan masalah-masalah kontekstual
berkaitan dengan materi aturan perkalian dan permutasi. Penyajian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

masalah diawali dengan masalah kontekstual yang bertujuan untuk


membekali siswa dengan kemampuan mengingat, memahami, dan
mengaplikasikan atau yang dikenal dengan Lower Order Thinking
Skills (LOTS) dan selanjutnya masalah kontekstual yang bertujuan
untuk membekali siswa dengan kemampuan menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta atau yang dikenal dengan Higher Order
Thinking Skills (HOTS). Penerapan HOTS terjadi setelah siswa
menemukan konsep tentang aturan perkalian dan permutasi. Hal ini
sejalan dengan yang dikatakan oleh Anwar (2017) bahwa taksonomi
Bloom ialah struktur hierarki yang mengidentifikasi kemampuan,
mulai dari tingkat yang rendah atau yang dikenal dengan Lower
Order Thinking Skills (LOTS) hingga yang tinggi atau yang dikenal
dengan Higher Order Thinking Skills (HOTS). Struktur hierarki
tersebut harus dilalui atau dipenuhi sebelum mencapai pada level
tinggi.
Masalah kontekstual yang bertujuan untuk membekali siswa
dengan Lower Order Thinking Skills (LOTS) disusun oleh peneliti
sendiri dan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, pakar, dan
guru mata pelajaran matematika di tempat penelitian sebelum
digunakan. Sedangkan masalah kontekstual yang bertujuan untuk
membekali siswa dengan Higher Order Thinking Skills (HOTS)
disusun oleh peneliti lain yaitu Tea Tasia Wiwin. Peneliti tidak serta
merta langsung menggunakan soal-soal tersebut. Peneliti terlebih
dahulu meninjau soal-soal tersebut sebelum digunakan. Peneliti juga
melakukan perbaikan dan memberikan masukkan berkaitan dengan
soal yang telah dikembangkan. Perbaikan dan masukkan ini diterima
dan selanjutnya menjadi bahan pertimbangan untuk memperbaiki
soal yang telah dikembangkan.
2. Uji Coba
Pada tahap ini, peneliti mengujicobakan desain pembelajaran yang telah
didesain pada tahap sebelumnya. Uji coba ini bertujuan untuk:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

a. Mengeksplorasi dan menghipotesis strategi dan pemikiran siswa.


Melalui uji coba peneliti memperoleh gambaran tentang proses
pembelajaran. Hal ini membantu peneliti untuk merancang langkah-
langkah pembelajaran yang akan dilakukan jika prediksi-prediksi
yang dibuat oleh peneliti tidak muncul.
b. Mengetahui kekurangan dan hal-hal yang harus diperbaiki dari
desaian pembelajaran yang telah dibuat. Hal ini penting sebagai
informasi untuk memperbaiki desain pembelajaran.
3. Pelaksanaan Pembelajaran
Tahap ini bertujuan untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk
menjawab rumusan masalah. Desain pembelajaran yang digunakan pada
tahap ini adalah desain yang telah diujicobakan dan telah telah
diperbaiki. Dugaan proses pembelajaran yang telah didesain peneliti
dapat berubah sesuai dengan proses pembelajaran yang berlangsung di
kelas.
4. Analisis Data
Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah membandingkan
pengamatan selama proses pembelajaran dengan hipotesa alur belajar
yang telah didesain.
Keempat tahap penelitian di atas mencakup kegiatan-kegiatan dalam
siklus-siklus berikut:
a. Siklus I
1) Perumusan tujuan yang meliputi tujuan desain pembelajaran secara
garis besar dan tujuan setiap kegiatan pembelajaran.
2) Menyiapkan desain pembelajaran yang memuat prediksi proses
pembelajaran, prediksi strategi yang akan digunakan oleh siswa, dan
prediksi pemikiran siswa.
3) Melakukan kegiatan uji coba desain pembelajaran. Data yang
dikumpulkan berupa rekaman video pembelajaran, catatan lapangan,
dan hasil pekerjaan siswa.
4) Analisis hasil kegiatan uji coba desain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

b. Siklus II
1) Memperbaiki desain pembelajaran berdasarkan hasil uji coba.
2) Mengidentifikasi bagian-bagian dari desain pembelajaran yang perlu
dipertahankan dan yang harus diperbaiki.
c. Siklus III
1) Melakukan penelitian dengan menggunakan desain pembelajaran yang
telah direvisi. Data yang dikumpulkan berupa rekaman video
pembelajaran, catatan lapangan, dan hasil pekerjaan siswa.
2) Analisis proses pembelajaran yang telah dilakukan dan proses berpikir
siswa.
Berikut ini adalah gambar siklus tahap penelitian desain (design research):

Penelitian

 Analisis data
 Uji Coba  Memperbaiki
penelitian
desain
pembelajaran
Analisis data uji Memperbaiki
coba desain
pembelajaran

Gambar 3.1 Siklus Tahapan Design Research

Desain pembelajaran dalam penelitian ini difokuskan pada pembelajaran


matematika yang berorientasi pada Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada
materi aturan perkalian dan permutasi serta proses berpikir siswa dalam
mempelajari konsep aturan perkalian dan permutasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 2 dan IPS 3 SMA Kolese
De Britto Yogyakarta tahun ajaran 2017/2018.

C. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SMA Kolese De Britto Yogyakarta yang
beralamat di Jl. Laksda Adisucipto No. 161, Caturtunggal, Kecamatan Depok,
Kabupaten Sleman. Waktu pelaksanaan adalah bulan Oktober-November 2017.

D. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Video Pembelajaran dan Catatan Lapangan
Video pembelajaran pada penelitian ini digunakan untuk merekam aktivitas
siswa dan peneliti selama proses pembelajaran baik secara individu maupun
secara kelompok. Video pembelajaran juga dapat merekam interaksi yang
terjadi selama proses pembelajaran berlangsung, baik interaksi yang terjadi
antara peneliti dan subjek penelitian maupun interakasi diantara subjek
penelitian. Dengan adanya rekaman video, peneliti dapat mengetahui
strategi-strategi yang digunakan siswa. Selain itu, peneliti juga
menggunakan catatan lapangan yang bertujuan untuk mencatatat beberapa
hal penting yang mendukung untuk menganalisis data mengenai proses
pembelajaran.
2. Tes Tertulis
Tes tertulis pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui kemampuan
berpikir siswa dalam menyelesaikan soal kontekstual yang berorientasi pada
Higher Order Thinking Skills (HOTS).
3. Wawancara
Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah kontekstual yang
berorientasi pada Higher Order Thinking Skills (HOTS). Jenis wawancara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur, sehingga peneliti tidak


menyediakan panduan wawancara secara eksplisit.
Tabel 3.1 Hubungan Rumusan Masalah dan Metode Pengumpulan Data
No Rumusan Masalah Metode Pengumpulan Data
1 Bagaimana proses pengembangan Video pembelajaran dan
desain pembelajaran matematika Catatan Lapangan
yang berorientasi pada Higher
Order Thinking Skills (HOTS) pada
materi aturan perkalian dan
permutasi kelas XI SMA Kolese De
Britto?
2 Bagaimana kemampuan berpikir Tes Tertulis dan Wawancara
siswa yang mengikuti pembelajaran
matematika yang berorientasi pada
Higher Order Thinking Skills
(HOTS) pada materi aturan
perkalian dan permutasi kelas XI
SMA Kolese De Britto?

E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Hypothetical Learning Trajectory (HLT)
Hypothetical Learning Trajectory (HLT) yang didesain oleh peneliti
untuk pembelajaran matematika pada materi aturan perkalian dan permutasi
yang berorientasi pada Higher Order Thinking Skills (HOTS) terdiri dari
tiga komponen, yaitu (1) tujuan pembelajaran, (2) kegiatan pembelajaran,
dan (3) hipotesis proses pembelajaran untuk memprediksi bagaimana cara
berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah kontekstual yang berorientasi
pada Higher Order Thinking Skills (HOTS). Hypothetical Learning
Trajectory (HLT) memuat lintasan belajar dan perkiraan mengenai
penyelesaian masalah matematika kontekstual yang berorientasi pada
Higher Order Thinking Skills (HOTS) yang dilakukan siswa (HLT lebih
detail terdapat pada lampiran).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113

2. Lembar Tes Tertulis


Lembar tes berisi masalah matematika kontekstual yang berorientasi pada
Higher Order Thinking Skills (HOTS) yang akan diselesaikan oleh siswa.
Lembar tes dalam penelitian ini terdiri atas dua yaitu lembar tes yang berisi
masalah untuk masing-masing materi atau yang disebut dengan lembar kerja
siswa dan lembar tes yang berisi masalah yang harus diselesaikan siswa
sebagai tes akhir setelah mengikuti pembelajaran matematika yang
berorientasi pada Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada materi aturan
perkalian dan permutasi.
3. Handycam
Handycam digunakan untuk merekam proses pembelajaran yang
berlangsung.
4. Lembar Panduan Wawancara
Jenis wawancara yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara
tidak terstruktur. Oleh karena itu, peneliti tidak menyediakan instrumen
wawancara secara eksplisit. Pertanyaan wawancara disesuaikan dengan
pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dan hasil pekerjaan
siswa.

F. Teknik Analisis Data


1. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah
membandingkan pengamatan selama proses pembelajaran dengan HLT
yang telah didesain. Doorman (dalam Prahmana, 2017) menyebutkan
bahwa the result of design research is not the design that works but the
underlying principles explaining how and why this design works. Peranan
HLT yang telah dirancang dibandingkan dengan proses pembelajaran yang
terjadi, sehingga dapat dilakukan penyelidikan dan dijelaskan bagaimana
tumbuhnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa melalui
pengembangan pengelolaan pembelajaran yang berorientasi pada Higher
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

Order Thinking Skils (HOTS) berdasarkan lintasan belajar yang telah


didesain.
Pada analisis data ini, video pembelajaran, catatan lapangan, hasil
pekerjaan siswa, dan hasil wawancara merupakan data yang diperlukan
untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan menggunakan analisis
data model Miles dan Haberman (Sugiyono, 2017). Langkah-langkah
analisisnya adalah sebagai berikut:
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih, dan memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang
lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan
data selanjutnya serta mencarinya bila diperlukan. Peneliti dalam
mereduksi data pada penelitian ini memfokuskan pada keberagaman
proses penyelesaian masalah yang digunakan siswa untuk memecahkan
masalah kontekstual yang berorientasi pada Higher Order Thinking
Skills (HOTS)
b. Penyajian Data (Data Display)
Melalui penyajian data, data-data penelitian dapat terorganisasikan,
tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah untuk
dipahami. Penyajian data dalam penelitian ini menggunakan uraian yang
memuat deskripsi proses pembelajaran yang berlangsung dan
kemampuan berpikir siswa.
c. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi (Conclusion Drawing/Verification)
Penarikan kesimpulan dan verifikasi merupakan langkah terakhir dalam
analisis data menurut Miles and Haberman. Kesimpulan merupakan
jawaban atas rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak awal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Desain Awal

Terdapat dua aktivitas yang dilakukan peneliti pada tahap ini, yaitu:

1. Studi Literatur

Peneliti melakukan kajian literatur tentang design research, Higher

Order Thinking Skills (HOTS), aturan perkalian, dan permutasi. Hasil

kajian terhadap kelima hal tersebut digunakan sebagai dasar untuk

merancang langkah-langkah pembelajaran yang berorientasi pada Higher

Order Thinking Skills (HOTS) untuk materi aturan perkalian dan

permutasi.

2. Merancang Hipotesa Alur Belajar

Kajian literatur yang dilakukan sebelumnya membantu peneliti

untuk merancang hipotesa alur belajar. Rancangan ini memuat dugaan

atau hipotesis berkaitan dengan aktivitas mental yang mungkin muncul

ketika proses pembelajaran pada topik aturan perkalian dan permutaasi

berlangsung. Dalam penelitian ini, hipotesa alur belajar yang dirancang

memuat tiga komponen utama, yaitu: (1) tujuan pembelajaran; (2)

langkah-langkah pembelajaran; dan (3) dugaan proses pembelajaran

berupa prediksi strategi dan proses berpikir siswa yang muncul dan

berkembang selama proses pembelajaran berlangsung. Dugaan proses

pembelajaran penting untuk mengantisipasi setiap respon siswa selama

kegiatan belajar mengajar.

115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

Rancangan hipotesa alur belajar yang disusun oleh peneliti dalam

penelitian ini mengalami perubahan sebanyak tiga kali sebelum

diujicobakan. Perubahan ini didasarkan pada perbaikan, masukan, dan

saran yang diberikan oleh dosen pembimbing, guru mata pelajaran

matematika pada kelas uji coba dan kelas penelitian, dan salah satu dosen

yang diminta oleh peneliti. Adapun perubahan-perubahan tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Desaian Hipotesa Alur Belajar Awal

Desain hipotesa alur belajar awal merupakan desain awal yang

disusun oleh peneliti berdasarkan kajian literatur yang telah dilakukan.

Desain ini selanjutnya dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan

guru mata pelajaran matematika pada kelas uji coba dan kelas

penelitian.

b. Desain Hipotesa Alur Belajar Revisi 1

Revisi dilakukan oleh dosen pembimbing dan guru mata pelajaran

matematika pada kelas uji coba dan kelas penelitian terhadap desain

hipotesa alur belajar awal yang disusun oleh peneliti. Perbaikan,

masukkan, dan kritik yang diterima oleh peneliti untuk revisi yang

pertama ini adalah sebagai berikut: (1) desain hipotesa alur belajar

harus disusun sedetail mungkin; (2) desain hipotesa alur belajar harus

disusun untuk semua materi, mengingat hipotesa alur belajar yang

disusun oleh peneliti hanya untuk materi aturan perkalian saja; (3) soal

yang digunakan sebagai contoh harus merupakan soal kontekstual.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

117

c. Desain Hipotesa Alur Belajar Revisi 2

Revisi dilakukan oleh dosen pembimbing dan guru mata pelajaran

matematika pada kelas uji coba dan kelas penelitian terhadap desain

hipotesa alur belajar hasil revisi 1 yang disusun oleh peneliti.

Perbaikan, masukkan, dan kritik yang diterima oleh peneliti untuk

revisi yang pertama ini adalah sebagai berikut: (1) Desain hipotesa

alur belajar harus disusun untuk masing-masing materi secara

terpisah; (2) Indikator pencapaian kompetensi harus diperbaiki karena

belum HOTS; (3) Pembelajaran diawali dengan penyajian masalah,

penemuan konsep, dan diakhiri dengan pengerjaan soal; (4) Membuat

Lembar Aktivitas Siswa (LAS) yang memuat langkah-langkah

pemecahan masalah tetapi tidak mendikte; (5) Masalah yang berkaitan

dengan pengambilan bola pada LAS harus diganti dengan masalah

lain yang lebih sesuai dengan konteks siswa.

d. Desain Hipotesa Alur Belajar Revisi 3

Revisi dilakukan oleh dosen pembimbing, guru mata pelajaran

matematika pada kelas uji coba dan kelas penelitian, dan salah satu

dosen yang diminta oleh peneliti terhadap desain hipotesa alur belajar

hasil revisi 2 yang disusun oleh peneliti. Dosen pembimbing dan guru

mata pelajaran matematika pada kelas uji coba dan kelas penelitian

memberikaan masukkan agar masalah kontekstual yang berorientasi

pada HOTS dilampirkan pada desain hipotesa alur belajar yang telah

disusun oleh peneliti. Selanjutnya, dosen yang diminta oleh peneliti


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

118

memberikan masukkan terkait implementasi HOTS. Implementasi

HOTS terjadi setelah siswa menemukan konsep tentang materi yang

diajarkan.

e. Desain Hipotesa Alur Belajar Akhir

Desain hipotesa alur belajar akhir merupakan desain siap pakai yang

akan digunakan oleh peneliti untuk melakukan uji coba. Desain ini

bersifat dinamis dan dapat disesuikan dengan proses pembelajaran

yang berlangsung.

Pembahasan:

Langkah-langkah pengembangan pembelajaran termuat dalam proses

yang telah dilakukan oleh peneliti dalam desain awal yang di dalamnya terdiri

atas studi literatur dan merancang hipotesis alur belajar. Langkah-langkah

pengembangan yang termuat dalam proses yang telah dilakukan peneliti

dalam desain awal adalah:

1. Spesifikasi asumsi-asumsi atau preposisi-preposisi yang mendasar. Hal

ini ditandai dengan kajian literatur yang dilakukan oleh peneliti terkait

topik yang akan dibahas.

2. Mengidentifikasi kompetensi. Hal ini termuat dalam proses merancang

hipotesa alur belajar. Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan

peneliti merancang hipotesis alur belajar yang di dalamnya termuat

kompetensi dasar.

3. Menggambarkan secara spesifik kompetensi-kompetensi. Pada tahap ini

peneliti merancang kompetensi dasar untuk materi yang akan diajarkan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

119

yaitu aturan perkalian, permutasi dari unsur-unsur yang berrbeda, dan

permutasi siklis.

4. Menentukan tingkat-tingkat kriteria dan jenis asesmen. Hal ini termuat

dalam rancangan hipotesa alur belajar yang dirancang oleh peneliti

dimana peneliti merancang indikator pencapaian kompetensi. Peneliti

terlebih dahulu menegidentifikasi kata kerja operasional terkait

kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta serta

memperhatikan indikator kemampuan berpikir tingkat tinggi sebelum

menentukan indikator.

5. Pengelompokkan dan penyusunan tujuan pengajaran. Peneliti menyususn

tujuan pembelajaran dengan mengacu kepada indikator pencapaian

kompetensi yang telah ditentukan pada langkah sebelumnya.

6. Desain strategi pembelajaran. Hal ini ditandai dengan pemilihan PBL

sebagai model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran

serta rancangan kegiatan siswa dan guru yang termuat dalam rancangan

hipotesis alur belajar.

7. Mengorganisasi sistem pengelolaan. Hal ini ditandai dengan rancangan

aktivitas pembelajaran yang menekankan pada keterlibatan aktif semua

siswa dalam pembelajaran dan penyelesaian masalah yang disajikan oleh

peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

120

B. Deskripsi Proses Pembelajaran pada Tahap Uji Coba Lintasan Belajar

Proses pembelajaran pada tahap uji coba terdiri atas proses

pembelajaran untuk materi aturan perkalian, proses pembelajaran untuk

materi permutasi dari unsur-unsur yang berbeda, dan proses pembelajaran

untuk materi permutasi siklis. Subjek yang mengikuti proses pembelajaran

pada tahap uji coba ini adalah siswa kelas XI IPS 2 dan siswa kelas XI IPS 3

SMA Kolese De Britto. Subjek tahap uji coba pada materi aturan perkalian

adalah siswa kelas XI IPS 3. Sedangkan, subjek tahap uji coba pada materi

permutasi dari unsur-unsur yang berbeda dan permutasi siklis adalah siswa

kelas XI IPS 2. Pelaksanaan uji coba yang bersamaan dengan pelaksanaan

penelitian menjadi alasan perubahan subjek di atas. Berikut adalah deskripsi

proses pembelajaran yang terjadi pada tahap uji coba.

1. Deskripsi Proses Pembelajaran pada Materi Aturan Perkalian

Proses pembelajaran yang berorientasi pada HOTS menggunakan

model Problem Based Learning (PBL). Pada proses pembelajaran,

peneliti memberikan empat masalah kontekstual berkaitan dengan materi

aturan perkalian. Keempat masalah tersebut disajikan secara tertulis

dalam LAS. LAS pertama memuat masalah 1 dan masalah 2 yang

dilengkapi dengan langkah-langkah penyelesaian. Sedangkan, LAS kedua

memuat masalah 3 dan masalah 4 tanpa disertai langkah-langkah

penyelesaian. Masalah 1 dan masalah 2 merupakan masalah kontekstual

yang bertujuan untuk membekali siswa dengan kemampuan mengingat,

memahami, dan mengaplikasikan atau yang dikenal dengan Lower Order


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

121

Thinking Skills (LOTS). Sedangkan masalah 3 dan masalah 4 merupakan

masalah kontekstual yang bertujuan untuk membekali siswa dengan

kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta atau yang dikenal

dengan Higher Order Thinking Skills (HOTS). Penerapan HOTS terjadi

setelah siswa menemukan konsep tentang aturan perkalian melalui

penyajian masalah 3 dan masalah 4. Berikut adalah keempat masalah yang

diberikan kepada siswa:

a. Tono mempunyai 3 buah baju berwarna putih, cokelat dan merah dan

3 buah celana berwarna abu-abu, hitam dan biru. Ada berapa pilihan

warna baju dan celana yang dapat dikenakan oleh Tono?

b. Untuk menuju Salatiga dari Yogyakarta harus melewati Klaten. Dari

Yogyakarta ke Klaten ada 4 jalan yang dapat ditempuh dan dari Klaten

ke Salatiga ada 3 jalan yang dapat ditempuh. Dengan berapa jalan Adi

dapat pergi dari Yogyakarta ke Salatiga?

c. Berapakah banyak bilangan yang terdiri atas 3 angka yang dapat

dibentuk dari angka-angka 2, 4, 5, 7, dan 9, jika:

1) Tiap angka boleh berulang.

2) Tiap angka tidak boleh berulang.

3) Tiap angka tidak boleh berulang dan merupakan bilangan ganjil.

d. Seorang pengusaha mebel ingin memberi kode pada kursi-kursi yang

telah ia buat. Kode tersebut merupakan bilangan yang terdiri dari 3

angka yang diambil dari angka-angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, dan 6. Tentukan

banyaknya kode yang dapat dibentuk, jika:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

122

1) Angka-angka tidak boleh berulang dan merupakan bilangan

genap.

2) Angka-angka tidak boleh berulang dan kode tersebut lebih besar

dari 330.

Proses pembelajaran menggunakan model PBL terdiri atas lima fase

yang di dalamnya memuat kegiatan yang dilakukan oleh guru maupun

siswa. Deskripsi proses pembelajaran akan dibagi ke dalam dua bagian.

Pertama, deskripsi proses pembelajaran untuk masalah 1 dan masalah 2.

Kedua, deskripsi proses pembelajaran untuk masalah 3 dan masalah 4.

a) Masalah 1 dan Masalah 2

Fase 1: Orientasi Siswa pada Masalah

1) Peneliti membagikan lembar aktivitas siswa (LAS)

2) Peneliti meminta siswa untuk mencermati masalah yang tertera

pada lembar aktivitas siswa (LAS) dan mengajukan pertanyaan

bila terdapat hal-hal yang belum dipahami terkait masalah yang

disajikan dan guru memberikan penjelasan untuk hal yang belum

dipahami siswa berkaitan dengan masalah yang disajikan.

Fase 2 dan 3: Mengorganisasi Siswa untuk Belajar dan

Membimbing Penyelidikan Siswa

1) Peneliti membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri atas 5

orang berdasarkan posisi duduk.

2) Siswa menyelesaikan masalah yang disajikan dalam LAS secara

berkelompok. Untuk masalah 1 siswa mengisi titik-titik dengan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

123

jawaban yang benar berdasarkan petunjuk yang tersedia. Sebagian

besar kelompok benar-benar hanya mengisi titik-titik dengan

jawaban yang benar. Terdapat satu kelompok yang memberikan

uraian terkait jawaban yang mereka isi pada titik-titik yang

tersedia. Dalam menyelesaikan masalah 2, siswa mengulangi

prosedur untuk menyelesaikan masalah 1. Mereka terlebih dahulu

membuat pemisalan dan selanjutnya menentukan banyaknya jalan

yang dapat digunakan Andi dengan menggunakan tabel dan

diagram pohon.

3) Peneliti berkeliling untuk mengamati dan membimbing proses

diskusi siswa. Peneliti juga mengamati proses dan cara

penyelesaian masalah yang digunakan siswa. Hal ini menjadi

bahan pertimbangan bagi peneliti untuk fase berikutnya yaitu

mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya

1) Peneliti meminta siswa untuk menyajikan hasil diskusi kelompok

mereka di papan tulis.

2) Dua orang siswa menyajikan hasil diskusi kelompok mereka di

papan tulis. Siswa pertama menyajikan hasil diskusi untuk

masalah 1 dan siswa kedua menyajikan hasil diskusi untuk

masalah 2. Siswa pertama dan siswa kedua menggunakan tabel

dan diagram pohon untuk menyelesaikan masalah 1 dan masalah

2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

124

3) Kedua siswa menjelaskan hasil pekerjaan yang disajikan di papan

tulis kepada teman-temannya. Siswa pertama menjelaskan bahwa

dengan menggunakan tabel dan diagram pohon diperoleh 9 pasang

baju dan celana yang dapat dikenakan oleh Tono. Selanjutnya,

siswa kedua menjelaskan bahwa dengan menggunakan tabel dan

diagram pohon diperoleh 12 yang dapat dilalui Andi dari

Yogyakarta ke Salatiga melalui Klaten.

4) Peneliti meminta siswa untuk menjelaskan mengapa 3 × 3 dan

4 × 3. Beberapa siswa mengalami kesulitan ketika mengubah

bentuk penjumlahan ke dalam bentuk perkalian.

Fase 5: Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan

Masalah

1) Peneliti meminta siswa untuk melihat apakah ada pola atau

hubungan tertentu yang muncul.

2) Siswa menjelaskan bahwa ada pola dan hubungan yang muncul

berdasarkan proses penyelesaian untuk masalah 1 dan masalah 2.

Untuk masalah 1, dari 3 baju dan 3 celana dapat disusun 9

pasangan baju dan celana yang dapat dikenakan Tono. Siswa

menjelaskan bahwa 9 itu tidak lain adalah hasil kali dari 3 dan 3.

Demikian juga untuk masalah 2, 12 tidak lain adalah hasil kali dari

4 dan 3.

3) Peneliti memperkuat penjelasan siswa dengan menjelaskan bahwa

memasangkan baju dan celana dilakukan dalam dua langkah yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

125

saling bebas. Langkah pertama yaitu untuk baju dapat dilakukan

dengan 3 cara dan langkah kedua untuk celana dapat dilakukan

dengan 3 cara. Maka banyaknya cara untuk memasangkan baju

dan celana adalah 3 × 3 cara. Demikian untuk masalah 2.

4) Peneliti meminta siswa untuk menentukan banyaknya cara

menyusun atau melakukan suatu prosedur dalam dua langkah yang

saling bebas. Misalkan langkah pertama dapat dilakukan dengan

𝑛1 cara dan langkah kedua dapat dilakukan dengan 𝑛2 cara.

5) Siswa menentukan menentukan banyaknya cara menyusun atau

melakukan suatu prosedur dalam dua langkah yang saling bebas

yaitu 𝑛1 × 𝑛2 cara.

6) Peneliti meminta siswa untuk membuat generalisasi untuk

prosedur yang dapat dilakukan dalam 𝑘 langkah yang saling bebas.

7) Peneliti menyempurnakan generalisasi yang dibuat siswa

berkaitan dengan prosedur yang dapat dilakukan dalam 𝑘 langkah

yang saling bebas yaitu 𝑛1 × 𝑛2 × . . . × 𝑛𝑘 cara.

Penerapan HOTS terjadi setelah siswa menemukan konsep tentang

aturan perkalian. Peneliti menyajikan masalah 3 dan masalah 4 yang

merupakan soal kontekstual yang berorientasi pada HOTS.

b) Masalah 3 dan Masalah 4

Fase 1: Orientasi Siswa pada Masalah

1) Peneliti membagikan lembar aktivitas siswa (LAS)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

126

2) Peneliti meminta siswa untuk mencermati masalah yang tertera

pada lembar aktivitas siswa (LAS) dan mengajukan pertanyaan

bila terdapat hal-hal yang belum dipahami terkait masalah yang

disajikan dan guru memberikan penjelasan untuk hal yang belum

dipahami siswa berkaitan dengan masalah yang disajikan.

Fase 2 dan 3: Mengorganisasi Siswa untuk Belajar dan

Membimbing Penyelidikan Siswa

1) Siswa menyelesaikan masalah yang disajikan dalam LAS secara

berkelompok. Beberapa kelompok dapat langsung menyelesaikan

masalah 3 dan masalah 4 tanpa topangan dari peneliti. Sedangkan,

kelompok yang lain masih membutuhkan topangan dari peneliti.

Topangan yang diberikan pun beragam. Untuk kelompok yang

harus ditopang secara penuh, peneliti memulai topangan dengan

memberikan pertanyaan pancingan terkait jumlah langkah yang

diperlukan untuk prosedur yang diminta. Setelah mereka

memahami hal tersebut, peneliti membimbing kelompok untuk

memahami apa yang diminta dalam soal. Untuk masalah 3, banyak

kelompok mengalami kesulitan ketika hendak menyelesaikan

masalah (c). Peneliti memberikan topangan secara klasikal dengan

mengajukan pertanyaan bilamana suatu bilangan yang terdiri atas

3 angka dikatakan ganjil. Beberapa siswa menjawab bahwa jika

angka yang menempati tempat satuan adalah angka ganjil. Untuk

masalah 4, banyak kelompok mengalami kekeliruan ketika


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

127

menyelesaikan masalah (a). Mereka lupa bahwa kode yang dibuat

adalah bilangan yang terdiri atas 3 angka. Karena merupakan

bilangan, maka bilangan itu tidak dapat diawali dengan 0 atau

dengan kata lain 0 tidak mungkin menempati tempat ratusan.

Untuk mengatasi hal ini, peneliti meminta siswa untuk

menentukan jumlah bilangan genap yang dapat dibentuk untuk

masing-masing, dimulai jika bilangan genap tersebut diakhiri oleh

0 dan seterusnya di dalam kelompoknya masing-masing. Beberapa

kelomok juga mengalamai kesulitan ketika menyelesaikan

masalah (b). Peneliti memberikan topangan dengan mengajukan

pertanyaan: jika untuk membentuk bilangan genap dan ganjil yang

pertama-tama kita perhatikan adalah bilangan yang menempati

tempat satuan, maka untuk membentuk bilangan yang lebih besar

dari 330, apa yang harus kita perhatikan? Beberapa siswa

menjawab bahwa yang pertama-tama harus diperhatikan adalah

angka yang menempati tempat ratusan.

2) Peneliti berkeliling untuk mengamati dan membimbing proses

diskusi siswa. Peneliti juga mengamati proses dan cara

penyelesaian masalah yang digunakan oleh setiap kelompok. Hal

ini menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti untuk fase

berikutnya yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil karya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

128

Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya

1) Peneliti meminta perwakilan kelompok untuk menyajikan hasil

pekerjaan mereka di papan tulis.

2) Dua orang siswa menyajikan hasil pekerjaan kelompok mereka di

papan tulis. Siswa pertama menyajikan hasil pekerjaan untuk

masalah 3 dan siswa kedua menyajikan hasil pekerjaan untuk

masalah 4. Penentuan siswa didasarkan pada pengamatan yang

dilakukan oleh siswa pada fase sebelumnya. Di mana, penentuan

ini didasarkan pada kategori jawaban siswa. Kelompok-kelompok

dengan jawaban yang sama akan diwakilkan oleh salah satu

kelomok berdasarkan kesepakatan bersama.

3) Kedua siswa menjelaskan hasil pekerjaan yang disajikan di papan

tulis kepada teman-temannya.

4) Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk betanya

jika ada hal yang belum jelas atau belum dipahami.

2. Deskripsi Proses Pembelajaran pada Materi Permutasi dari Unsur-

unsur yang Berbeda

Proses pembelajaran yang berorientasi pada HOTS menggunakan

model Problem Based Learning (PBL). Pada proses pembelajaran,

peneliti memberikan tiga masalah kontekstual berkaitan dengan materi

Permutasi dari Unsur-unsur yang Berbeda. Ketiga masalah tersebut

disajikan secara tertulis dalam LAS. LAS pertama memuat masalah 1 dan

masalah 2. Sedangkan, LAS kedua memuat masalah 3. Masalah 1 dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

129

masalah 2 merupakan masalah kontekstual yang bertujuan untuk

membekali siswa dengan kemampuan mengingat, memahami, dan

mengaplikasikan atau yang dikenal dengan Lower Order Thinking Skills

(LOTS). Sedangkan masalah 3 merupakan masalah kontekstual yang

bertujuan untuk membekali siswa dengan kemampuan menganalisis,

mengevaluasi, dan mencipta atau yang dikenal dengan Higher Order

Thinking Skills (HOTS). Penerapan HOTS terjadi setelah siswa

menemukan konsep tentang permutasi dari unsur-unsur yng berbeda

melalui penyajian masalah 3. Berikut adalah ketiga masalah yang

diberikan kepada siswa:

a. Penjaringan bakal calon kepengurusan OSIS SMA Guna Bangsa

menghasilkan 5 kandidat yang memenuhi kualifikasi dan akan maju

dalam pemilihan OSIS periode 2017/2018. Dari kelima bakal calon

tersebut akan dipilih empat orang yang masing-masing akan

menduduki jabatan ketua, wakil, sekretaris, dan bendahara. Bantulah

panitia pemilihan OSIS SMA Guna Bangsa menyusun kemungkinan

susunan kepengurusan OSIS Guna Bangsa periode 2017/2018!

b. Seorang petugas Samsat DIY Yogyakarta ingin membuat nomor

kendaraan yang terdiri dari huruf dan angka. Nomor kendaraan harus

diawali dengan AB, diikuti oleh 4 angka berlainan bukan 0 dan

diakhiri oleh dua huruf berbeda selain A dan B. Ada berapa banyak

plat nomor yang dapat dibuat oleh petugas Samsat tersebut?


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

130

c. Berapa banyak urutan yang dapat terjadi jika 5 bendera yang berwarna

putih, merah, kuning, hijau dan biru dipancang pada tiang-tiang dalam

satu baris, sehingga bendera berwarna putih ada di tengah-tengah?

Proses pembelajaran menggunakan model PBL terdiri atas lima fase

yang di dalamnya memuat kegiatan yang dilakukan oleh guru maupun

siswa. Deskripsi proses pembelajaran akan dibagi ke dalam dua bagian.

Pertama, deskripsi proses pembelajaran untuk masalah 1 dan masalah 2.

Kedua, deskripsi proses pembelajaran untuk masalah 3.

a) Masalah 1 dan Masalah 2

Fase 1: Orientasi Siswa pada Masalah

1) Peneliti membagikan lembar aktivitas siswa (LAS). Setiap siswa

memperoleh LAS.

2) Peneliti meminta siswa untuk mencermati masalah yang tertera

pada lembar aktivitas siswa (LAS) dan mengajukan pertanyaan

bila terdapat hal-hal yang belum dipahami terkait masalah yang

disajikan dan guru memberikan penjelasan untuk hal yang belum

dipahami siswa berkaitan dengan masalah yang disajikan.

Fase 2 dan 3: Mengorganisasi Siswa untuk Belajar dan

Membimbing Penyelidikan Siswa

1) Peneliti membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri atas 4-5

orang berdasarkan posisi duduk. Peneliti meminta siswa untuk

berdiskusi dan menyelesaikan masalah 3 dan 4 dan menuliskan

hasil diskusi tersebut di dalam LAS mereka masing-masing.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

131

2) Peneliti meminta siswa untuk menyelesaikan masalah 1 dan

masalah 2 yang terdapat di dalam LAS.

3) Siswa menyelesaikan masalah yang disajikan dalam LAS. Siswa

menggunakan diagram pohon dan slot untuk menyelesaikan

masalah 1 dan masalah 2.

4) Peneliti berkeliling untuk mengamati dan membimbing proses

diskusi siswa. Peneliti juga mengamati proses dan cara

penyelesaian masalah yang digunakan siswa. Hal ini menjadi

bahan pertimbangan bagi peneliti untuk fase berikutnya yaitu

mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya

1) Peneliti meminta siswa untuk menyajikan hasil pekerjaan

kelompok mereka di papan tulis.

2) Dua orang siswa menyajikan hasil pekerjaan mereka di papan

tulis. Siswa pertama menyajikan hasil pekerjaan untuk masalah 1

dan siswa kedua menyajikan hasil pekerjaan untuk masalah 2.

Penentuan kelompok yang menyajkan hasil karya didasarkan pada

kategori jawaban. Kelompok-kelompok dengan jawaban yang

sama hanya akan diwakili oleh salah satu kelompok saja.

3) Kedua siswa menjelaskan hasil pekerjaan yang disajikan di papan

tulis kepada teman-temannya. Siswa pertama menjelaskan bahwa

dengan diagram pohon dan slot diperoleh 120 susunan

kepengurusan OSIS yang mungkin. Selanjutnya, siswa kedua


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

132

menjelaskan bahwa dengan menggunakan diperleh 1669248 plat

nomor yang dapat dibuat oleh petugas Samsat Yogyakarta.

4) Peneliti meminta siswa untuk mengajukan pertanyaan jika ada hal

yang mau ditanyakan atau belum dipahami.

Fase 5: Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan

Masalah

1) Peneliti meminta siswa memperhatikan bahwa susunan

kepengurusan A sebagai ketua, B sebagai sekretaris, dan C sebagai

bendahara berbeda dengan susunan kepengurusan B sebagai

ketua, C sebagai sekretaris, dan A sebagai bendahara. Begitu juga

dengan susunan kepengurusan yang lain.

2) Peneliti memperkenalkan kepada siswa bahwa proses menyusun

banyaknya kemungkinan susunan baik kepengurusan OSIS

maupun plat nomor kendaraan di atas disebut dengan

“permutasi”.

3) Peneliti meminta siswa menjelaskan apa yang dimaksudkan

dengan permutasi dan banyaknya permutasi berdasarkan proses

yang telah mereka lakukan untuk menyelesaikan kedua masalah di

atas.

4) Peneliti meminta salah satu siswa untuk membuat penjelasan

tentang apa yang dimaksudkan dengan permutasi dan banyaknya

permutasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

133

5) Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk

menyempurnakan jawaban siswa sebelumnya atau menyampaikan

jawaban mereka apabila memiliki jawaban berbeda.

6) Peneliti menguatkan kesimpulan yang telah dibuat oleh siswa

tentang permutasi dan banyaknya permutasi sebagai berikut:

7) Peneliti mengajukan pertanyaan berikut,” Susunan yang kalian

bentuk untuk kepengurusan OSIS dan nomor plat kendaraan di

atas adalah susunan yang dibentuk dari sebagian atau dari seluruh

objek yang tersedia?

8) Peneliti menguatkan jawaban siswa dengan mengatakan bahwa

susunan yang dibentuk untuk kedua masalah di atas adalah

susunan yang dibentuk dari sebagian objek yang tersedia.

Peneliti menjelaskan bahwa dalam hubungannya dengan

permutasi, masalah di atas adalah masalah permutasi 𝑟 unsur yang

diambil dari 𝑛 unsur yang berbeda.

9) Peneliti menyampaikan definisi permutasi 𝑟 unsur yang diambil

dari 𝑛 unsur yang berbeda dan menuliskannya di papan tulis.

Penerapan HOTS terjadi setelah siswa menemukan konsep tentang

permutasi dari unsur-unsur yang berbeda. Peneliti menyajikan masalah 3

yang merupakan soal kontekstual yang berorientasi pada HOTS.

b) Masalah 3

Fase 1: Orientasi Siswa pada Masalah

1) Peneliti membagikan lembar aktivitas siswa (LAS)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

134

2) Peneliti meminta siswa untuk mencermati masalah yang tertera

pada lembar aktivitas siswa (LAS) dan mengajukan pertanyaan

bila terdapat hal-hal yang belum dipahami terkait masalah yang

disajikan dan guru memberikan penjelasan untuk hal yang belum

dipahami siswa berkaitan dengan masalah yang disajikan.

Fase 2 dan 3: Mengorganisasi Siswa untuk Belajar dan

Membimbing Penyelidikan Siswa

1) Peneliti meminta siswa untuk menyelesaikan masalah yang

terdapat di dalam LAS. Siswa menyelesaikan masalah secara

berkelompok.

2) Beberapa kelompok dapat langsung menyelesaikan masalah 3

tanpa topangan dari peneliti. Sedangkan, siswa yang lain masih

membutuhkan topangan dari peneliti. Peneliti memberikan

topangan dengan meminta siswa memperhatikan jumlah bendera

yang tersedia. Siswa langsung menangkap maksud peneliti dan

selanjutnya membuat lima slot dan menuliskan angka 1 pada slot

yang terletak di tengah-tengah. Selanjutnya, siswa dapat

menetukan jumlah bendera yang menempati masing-masing slot

secara mandiri

3) Peneliti berkeliling untuk mengamati dan membimbing proses

diskusi siswa. Peneliti juga mengamati proses dan cara

penyelesaian masalah yang digunakan siswa. Hal ini menjadi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

135

bahan pertimbangan bagi peneliti untuk fase berikutnya yaitu

mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya

1) Peneliti meminta siswa untuk menyajikan hasil pekerjaan mereka

di papan tulis.

2) Salah satu siswa menyajikan hasil pekerjaannya di papan tulis.

Penentuan siswa didasarkan pada pengamatan yang dilakukan

oleh siswa pada fase sebelumnya.

3) Siswa tersebut menjelaskan hasil pekerjaan kelompoknya yang

disajikan di papan tulis kepada teman-teman yang lain.

4) Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk betanya

jika ada hal yang belum jelas atau belum dipahami.

3. Deskripsi Proses Pembelajaran pada Materi Permutasi Siklis

Proses pembelajaran yang berorientasi pada HOTS menggunakan

model Problem Based Learning (PBL). Pada proses pembelajaran,

peneliti memberikan dua masalah kontekstual berkaitan dengan materi

Permutasi Siklis. Kedua masalah tersebut disajikan secara tertulis dalam

LAS. Masalah 1 merupakan masalah kontekstual yang bertujuan untuk

membekali siswa dengan kemampuan mengingat, memahami, dan

mengaplikasikan atau yang dikenal dengan Lower Order Thinking Skills

(LOTS). Sedangkan masalah 2 merupakan masalah kontekstual yang

bertujuan untuk membekali siswa dengan kemampuan menganalisis,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

136

mengevaluasi, dan mencipta atau yang dikenal dengan Higher Order

Thinking Skills (HOTS). Penerapan HOTS terjadi setelah siswa

menemukan konsep tentang permutasi siklis melalui penyajian masalah 2.

Berikut adalah kedua masalah yang diberikan kepada siswa:

a. Berapa banyak susunan duduk yang dapat dibentuk jika:

 2 orang duduk mengelilingi sebuah meja bundar?

 3 orang duduk mengelilingi sebuah meja bundar?

 4 orang duduk mengelilingi sebuah meja bundar?

 5 orang duduk mengelilingi sebuah meja bundar?

 6 orang duduk mengelilingi sebuah meja bundar?

Bagaimana jika 𝑛 orang duduk mengelilingi sebuah meja bundar?

b. Thomas, Jhon, Henry, Bayu, dan Dean duduk mengelilingi sebuah

meja bundar. Tentukan banyaknya susunan tempat duduk jika:

 Tidak ada ketentuan sama sekali

 Bayu dan Dean harus duduk berdekatan

 Bayu dan Dean tidak boleh duduk berdekatan

Proses pembelajaran menggunakan model PBL terdiri atas lima fase

yang di dalamnya memuat kegiatan yang dilakukan oleh guru maupun

siswa. Deskripsi proses pembelajaran akan dibagi ke dalam dua bagian.

Pertama, deskripsi proses pembelajaran untuk masalah 1. Kedua,

deskripsi proses pembelajaran untuk masalah 2.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

137

a) Masalah 1

Fase 1: Orientasi Siswa pada Masalah

1) Peneliti membagikan lembar aktivitas siswa (LAS). Setiap siswa

memperoleh LAS.

2) Peneliti meminta siswa untuk mencermati masalah yang tertera

pada lembar aktivitas siswa (LAS) dan mengajukan pertanyaan

bila terdapat hal-hal yang belum dipahami terkait masalah yang

disajikan dan guru memberikan penjelasan untuk hal yang belum

dipahami siswa berkaitan dengan masalah yang disajikan.

Fase 2 dan 3: Mengorganisasi Siswa untuk Belajar dan

Membimbing Penyelidikan Siswa

1) Peneliti meminta siswa untuk membentuk kelompok yang terdiri

atas 4-5 orang.

2) Peneliti meminta siswa untuk menyelesaikan masalah 1 yang

terdapat di dalam LAS.

3) Siswa menyelesaikan masalah yang disajikan dalam LAS secara

berkelompok. Siswa menggunakan diagram pohon untuk

menyelesaikan masalah 1. Beberapa kelompok mengalami

kesulitan untuk menentukan jumlah susunan duduk dalam posisi

melingkar yang mungkin terjadi. Peneliti meminta siswa untuk

langsung mempraktikkan bersama teman sekelompok. Setelah

mengulang beberapa kali siswa akhirnya dapat menentukan

susunan duduk yang mungkin terjadi dalam posisi melingkar


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

138

sesuai dengan jumlah orang yang terdapat pada masalah dan

mengembangkannya untuk 𝑛 orang.

4) Peneliti berkeliling untuk mengamati dan membimbing proses

diskusi siswa. Peneliti juga mengamati proses dan cara

penyelesaian masalah yang digunakan siswa. Hal ini menjadi

bahan pertimbangan bagi peneliti untuk fase berikutnya yaitu

mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya

1) Peneliti meminta siswa untuk menyajikan hasil pekerjaan

kelompok mereka di papan tulis.

2) Salah seorang siswa menyajikan hasil pekerjaan kelompoknya di

papan tulis.

3) Siswa menjelaskan hasil pekerjaan yang disajikan di papan tulis

kepada teman-temannya. Ia menjelaskan jumlah susunan duduk

yang mungkin terjadi jika 2 orang duduk mengelilingi sebuah meja

bundar dan seterusnya sampai yang terakhir jika 6 orang duduk

mengelilingi meja bundar. Peneliti menahan siswa tersebut untuk

tidak menjelaskan jumlah susunan duduk yang mungkin terjadi

jika 𝑛 orang duduk mengelilingi sebuah meja bundar.

5) Peneliti meminta siswa lain untuk mengajukan pertanyaan jika ada

hal yang mau ditanyakan atau belum dipahami.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

139

Fase 5: Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan

Masalah

1) Peneliti meminta siswa yang menyajikan hasil pekerjaan

kelompoknya di papan tulis untuk menjelaskan hubungan antara

jumlah orang yang duduk melingkar dan jumlah susunan duduk

yang mungkin terjadi.

2) Siswa tersebut menjelaskan bahwa jika 2 orang duduk

mengelilingi sebuah meja bundar maka susunan yang duduk yang

mungkin adalah 1 susunan, jika 3 orang duduk mengelilingi

sebuah meja bundar maka susunan yang duduk yang mungkin

adalah 2 susunan, jika 4 orang duduk mengelilingi sebuah meja

bundar maka susunan yang duduk yang mungkin adalah 6

susunan, jika 5 orang duduk mengelilingi sebuah meja bundar

maka susunan yang duduk yang mungkin adalah 24 susunan, dan

jika 6 orang duduk mengelilingi sebuah meja bundar maka

susunan yang duduk yang mungkin adalah 120 susunan. Jika

diperhatikan 1, 2, 6, 24, dan 120 tidak lain adalah hasil dari

1!, 2!, 3!, 4!, dan 5!. Siswa bersangkutan selanjutnya menjelaskan

bahwa berdasarkan hubungan tersebut dapat disimpulkan bahwa

jika terdapat 2 orang yang duduk mengelilingi sebuah meja

bundar, maka susunan duduk yang mungkin adalah (2 − 1)!. Jadi,

jika terdapat 𝑛 orang yang duduk mengelilingi sebuah meja

bundar, banyaknya susunan duduk yang mungkin adalah (𝑛 − 1)!.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

140

3) Peneliti menjelaskan bahwa banyak susunan objek dalam posisi

melingkar seperti yang terdapat dalam masalah yang disajkan

disebut dengan permutasi siklis.

4) Peneliti menjelaskan bahwa banyaknya cara menyusun 𝑛 objek

secara melingkar dalam urutan berlainan adalah:

𝑃𝑠𝑖𝑘𝑙𝑖𝑠 = (𝑛 − 1)!

Penerapan HOTS terjadi setelah siswa menemukan konsep tentang

permutasi siklis. Peneliti menyajikan masalah 2 yang merupakan soal

kontekstual yang berorientasi pada HOTS.

b) Masalah 2

Fase 1: Orientasi Siswa pada Masalah

1) Peneliti membagikan lembar aktivitas siswa (LAS)

2) Peneliti meminta siswa untuk mencermati masalah yang tertera

pada lembar aktivitas siswa (LAS) dan mengajukan pertanyaan

bila terdapat hal-hal yang belum dipahami terkait masalah yang

disajikan dan guru memberikan penjelasan untuk hal yang belum

dipahami siswa berkaitan dengan masalah yang disajikan.

Fase 2 dan 3: Mengorganisasi Siswa untuk Belajar dan

Membimbing Penyelidikan Siswa

1) Peneliti meminta siswa untuk menyelesaikan masalah yang

terdapat di dalam LAS secara bekelompok.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

141

2) Beberapa kelompok dapat langsung menyelesaikan masalah 2

tanpa topangan dari peneliti. Sedangkan, kelompok lainnyya

masih membutuhkan topangan dari peneliti. Peneliti memberikan

topangan dengan meminta siswa memperhatikan jumlah orang

yang terdapat di dalam soal. Siswa langsung menangkap maksud

peneliti dan selanjutnya menentukan 𝑛. Topangan selanjutnya

diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan menyelesaikan

soal (b). Peneliti meminta siswa mengingat kembali apa yang

sudah mereka praktikan untuk menjawab masalah 1. Pada praktik

tersebut, selalu ada 1 orang yang dijadikan patokan. Selanjutnya,

peneliti meminta siswa untuk kembali memperhatikan soal (b)

dengan menanyakan siapa yang menjadi fokus. Siswa

menjelaskan yang menjadi fokus adalah Bayu dan Dean, sehingga

mereka dihitung 1. Selanjutnya, peneliti menanyakan apakah ada

kemungkinan Bayu dan Dean bertukar posisi? Siswa menjelaskan

bahwa ada. Topangan ini selanjutnya membantu mereka untuk

menjawab soal (b) dan soal (c).

3) Peneliti berkeliling untuk mengamati dan membimbing proses

diskusi siswa. Peneliti juga mengamati proses dan cara

penyelesaian masalah yang digunakan siswa. Hal ini menjadi

bahan pertimbangan bagi peneliti untuk fase berikutnya yaitu

mengembangkan dan menyajikan hasil karya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

142

Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya

1) Peneliti meminta siswa untuk menyajikan hasil pekerjaan

kelompok mereka di papan tulis.

2) Salah satu siswa menyajikan hasil pekerjaannya di papan tulis.

Penentuan siswa didasarkan pada pengamatan yang dilakukan

oleh siswa pada fase sebelumnya.

3) Siswa tersebut menjelaskan hasil pekerjaan yang disajikan di

papan tulis kepada teman-temannya.

4) Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk

bertanya jika ada hal yang belum jelas atau belum dipahami.

Pembahasan:

Langkah pengembangan pembelajaran termuat dalam proses yang telah

dilakukan oleh peneliti pada tahap uji coba lintasan belajar. Langkah

pengembangan yang termuat dalam proses di atas adalah melaksanakan

percobaan program. Uji coba lintasan belajar dilakukan oleh peneliti untuk

tiga materi yaitu aturan perkalian, permutasi dari unsur-unsur yang berbeda,

dan permutasi siklis pada kelas uji coba.

Selanjutnya, berdasarkan proses yang terjadi di dalam kelas peneliti

telah menerapkan pembelajaran yang berorientasi pada Higher Order

Thinking Skills (HOTS). Hal ini ditandai dengan:

1. Peneliti mengajarkan keterampilan melalui konteks dunia nyata. Hal ini

ditandai oleh penggunaan soal kontekstual dalam pembelajaran.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

143

2. Mengajarkan bahasa dan konsep-konsep berpikir tingkat tinggi. Hal ini

ditandai oleh peyampaian indikator pencapaian kompetensi dan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai oleh peneliti kepada siswa di awal proses

pembelajaran.

3. Peneliti membuat perencanaan waktu diskusi untuk memasuki

keterampilan berpikir tingkat tinggi. Peneliti membagi siswa ke dalam

kelompok dan meminta siswa untuk mendiskusikan masalah yang

disajikan. Siswa diberi kebebasan untuk menentukan solusi atas masalah

yang diajukan. Solusi yang beragam dan bebeda disajikan di papan tulis

dan dipertanggungjawabkan oleh penyaji.

4. Peneliti mengajarkan konsep-konsep pokok secara eksplisit. Proses ini

terjadi setelah siswa menyelesaikan masalah yang disajikan oleh peneliti

untuk membekali mereka dengan kemampuan yang merupakan kategori

Lower Order Thinking Skils (LOTS). Peneliti terlebih dahulu meminta

siswa memuat kesimpulan berdasarkan apa yang sudah mereka kerjakan.

Proses ini dilakukan peneliti untuk mengarahkan siswa kepada konsep.

Kesimpulan tersebut akan disempurnakan oleh peneliti.

5. Peneliti memberikan scaffolding. Peneliti memberikan scaffolding di awal

pembelajaran melalui berbagai contoh dan hanya bila diperlukan untuk

membangun kekuatan siswa.

6. Peneliti menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang dapat

mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif antara lain,

Adakah cara lain? Bagaimana jika? Manakah yang salah? Apa yang akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

144

terjadi? Pertanyaan ini muncul selama proses pembelajaran dan diskusi

berlangsung.

C. Deskripsi Hasil Pekerjaan Siswa pada Tahap Uji Coba Lintasan Belajar

Deskripsi hasil pekerjaan siswa pada tahap uji coba terdiri atas deskripsi

hasil pekerjaan siswa untuk materi aturan perkalian, permutasi dari unsur-

unsur yang berbeda, dan permutasi siklis. Deskripsi hasil pekerjaan siswa

hanya dilakukan untuk masalah yang bertujuan untuk membekali siswa

dengan kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta atau yang

dikenal dengan Higher Order Thinking Skills (HOTS). Deskripsi hasil

pekerjaan siswa untuk masalah HOTS dilakukan terhadap tiga dari tujuh

kelompok yang dibentuk dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan

karena kesamaan proses pengerjaan yang dilakukan oleh tiap kelompok.

Ketujuh kelompok yang dibentuk pada kelas XI IPS 3 adalah K1, K2, K3, K4,

K5, K6, dan K7 dan yang akan dideskripsikan adalah hasil pekerjaan K1, K2,

dan K3. Selanjutnya, ketujuh kelompok yang dibentuk pada kelas XI IPS 3

adalah K8, K9, K10, K11, K12, K13, dan K14 dan yang akan dideskripsikan

adalah hasil pekerjaan K8, K9, dan K10. Berikut adalah deskripsi hasil

pekerjaan siswa pada tahap uji coba.

1. Deskripsi Hasil Pekerjaan Siswa pada Materi Aturan Perkalian

Deskripsi hasil pekerjaan siswa pada materi aturan perkalian adalah

deskripsi hasil pekerjaan siswa untuk masalah yang bertujuan untuk

membekali siswa dengan kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

145

mencipta atau yang dikenal dengan Higher Order Thinking Skills (HOTS).

Oleh karena itu, peneliti hanya menganalisis masalah 4. Subjek pada

materi aturan perkalian adalah kelas XI IPS 3. Berikut ada deskripsi hasil

pekerjaan K1, K2, dan K3:

1) Kelompok 1 (K1)

Gambar 4.1 Hasil Pekerjaan K1

Untuk menjawab soal (a), K1 terlebih dahulu mengumpulkan

angka-angka genap yang terdapat di dalam soal yaitu 0, 2, 4, dan 6.

Dari angka-angka tersebut K1 menentukan jumlah bilangan yang

mungkin dibentuk jika angka yang menempati tempat satuan dari

bilangan tersebut adalah 0 dan seterusnya untuk tiga angka lainnya.

Jika 0 yang menempati tempat satuan, maka jumlah angka yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

146

menempati tempat ratusan adalah 6 angka dan jumlah angka yang

menempati tempat puluhan adalah 5 angka. Jumlah angka yang

menempati tempat ratusan adalah 6 angka karena keenam angka

lainnya selain 0 memiliki kemungkinan untuk menempati tempat

ratusan. Jumlah angka yang menempati tempat puluhan adalah 5

angka karena disyaratkan bahwa angka-angkanya tidak boleh

berulang. K1 memperoleh jumlah bilangan genap yang mungkin

dibentuk jika 0 menempati tempat satuan adalah 30 bilangan yang

merupakan hasil kali jumlah angka yang menempati tempat ratusan,

puluhan, dan satuan. Selanjutnya, jika 2, 4, dan 6 yang menempati

tempat satuan, maka jumlah angka yang menempati tempat ratusan

adalah 5 angka dan jumlah angka yang menempati tempat puluhan

adalah 5 angka juga. Jumlah angka yang menempati tempat ratusan

adalah 5 angka karena kode yang dibentuk adalah bilangan dan

disyaratkan bahwa angka-angkanya tidak boleh berulang. Karena

syarat itu maka 0 dan 2 tidak bisa menempati tempat ratusan. Jumlah

angka yang menempati tempat puluhan adalah 5 karena dari enam

angka bukan 0 dua diantaranya sudah terpakai dan masih tersisa 4

angka. Angka 0 memiliki kemungkinan untuk menempati tempat

puluhan. Jadi, semuanya ada 5 angka yang mungkin menempati

tempat puluhan. K1 memperoleh jumlah bilangan genap yang

mungkin dibentuk jika 2, 4, dan 6 menempati tempat satuan masing-

masing adalah 25 bilangan yang merupakan hasil kali jumlah angka


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

147

yang menempati tempat ratusan, puluhan, dan satuan. Jadi, terdapat

105 kode yang mungkin dibentuk.

Untuk menjawab soal (b), K1 terlebih dahulu menentukan

angka-angka yang mungkin menempati tempat ratusan. Berdasarkan

informasi yang diperoleh dari soal, K1 menentukan 4 angka yang

mungkin menempati tempat ratusan yaitu 3, 4, 5, 6. Selanjutnya, K1

menentukan jumlah angka yang menempati tempat puluhan dan

tempat satuan untuk masing-masing. Jika 3 yang menempati tempat

ratusan, maka jumlah angka yang mungkin menempati tempat

puluhan dan satuan masing-masing adalah tiga dan lima angka. Jika 4,

5, dan 6 yang menempati tempat ratusan maka jumlah angka yang

mungkin menempati tempat puluhan dan satuan masing-masing

adalah enam dan lima angka. Sehingga diperoleh seluruhnya terdapat

105 kode yang dapat dibentuk.

Berdasarkan hasil pekerjaan mereka dapat disimpulkan bahwa

K1 mampu menganalisis informasi-informasi yang terdapat di dalam

soal dan membaginya ke dalam bagian yang lebih kecil untuk

mengenali pola atau hubungan. Informasi yang diperoleh tersebut

selanjutnya dievaluasi dan digunakan untuk menggeneralisasikan ide

serta merancang cara untuk menyelesaikan soal.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

148

2) Kelompok 2 (K2)

Gambar 4.2 Hasil Pekerjaan K2

Untuk menjawab soal (a), K2 terlebih dahulu mengumpulkan

angka-angka genap yang terdapat di dalam soal yaitu 0, 2, 4, dan 6.

Dari angka-angka tersebut K2 menentukan jumlah bilangan yang

mungkin dibentuk jika angka yang menempati tempat satuan dari


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

149

bilangan tersebut adalah 0 dan seterusnya untuk tiga angka lainnya.

Jika 0 yang menempati tempat satuan, maka jumlah angka yang

menempati tempat ratusan adalah 6 angka dan jumlah angka yang

menempati tempat puluhan adalah 5 angka. Jumlah angka yang

menempati tempat ratusan adalah 6 angka karena keenam angka

lainnya selain 0 memiliki kemungkinan untuk menempati tempat

ratusan. Jumlah angka yang menempati tempat puluhan adalah 5

angka karena disyaratkan bahwa angka-angkanya tidak boleh

berulang. K2 memperoleh jumlah bilangan genap yang mungkin

dibentuk jika 0 menempati tempat satuan adalah 30 bilangan yang

merupakan hasil kali jumlah angka yang menempati tempat

ratusan, puluhan, dan satuan. Selanjutnya, jika 2, 4, dan 6 yang

menempati tempat satuan, maka jumlah angka yang menempati

tempat ratusan adalah 5 angka dan jumlah angka yang menempati

tempat puluhan adalah 5 angka juga. Jumlah angka yang

menempati tempat ratusan adalah 5 angka karena kode yang

dibentuk adalah bilangan dan disyaratkan bahwa angka-angkanya

tidak boleh berulang. Karena syarat itu maka 0 dan 2 tidak bisa

menempati tempat ratusan. Jumlah angka yang menempati tempat

puluhan adalah 5 karena dari enam angka bukan 0 dua diantaranya

sudah terpakai dan masih tersisa 4 angka. Angka 0 memiliki

kemungkinan untuk menempati tempat puluhan. Jadi, semuanya

ada 5 angka yang mungkin menempati tempat puluhan. K2


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

150

memperoleh jumlah bilangan genap yang mungkin dibentuk jika 2,

4, dan 6 menempati tempat satuan masing-masing adalah 25

bilangan yang merupakan hasil kali jumlah angka yang menempati

tempat ratusan, puluhan, dan satuan. Jadi, terdapat 105 kode yang

mungkin dibentuk.

Untuk menjawab soal (b), K2 terlebih dahulu menentukan

angka-angka yang mungkin menempati tempat ratusan.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari soal, K2 menentukan 4

angka yang mungkin menempati tempat ratusan yaitu 3, 4, 5, 6.

Selanjutnya, K2 menentukan jumlah angka yang menempati tempat

puluhan dan tempat satuan untuk masing-masing. Jika 3 yang

menempati tempat ratusan, maka jumlah angka yang mungkin

menempati tempat puluhan dan satuan masing-masing adalah tiga

dan lima angka. Jika 4, 5, dan 6 yang menempati tempat ratusan

maka jumlah angka yang mungkin menempati tempat puluhan dan

satuan masing-masing adalah enam dan lima angka. Sehingga

diperoleh seluruhnya terdapat 105 kode yang dapat dibentuk.

Berdasarkan hasil pekerjaan mereka dapat disimpulkan bahwa

K2 mampu menganalisis informasi-informasi yang terdapat di dalam

soal dan membaginya ke dalam bagian yang lebih kecil untuk

mengenali pola atau hubungan. Informasi yang diperoleh tersebut

selanjutnya dievaluasi dan digunakan untuk menggeneralisasikan ide

serta merancang cara untuk menyelesaikan soal.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

151

3) Kelompok 3 (K3)

Gambar 4. 3 Hasil Pekerjaan K3

Langkah-langkah pengerjaan yang dilakukan K3 untuk

menjawab pertanyaan (a) adalah sebagai berikut:

1) K3 menuliskan angka-angka genap = 0,2,4,6. Berdasarkan

tanya jawab yang dilakukan, K3 menjelaskan bahwa yang akan

dicari adalah banyaknya angka genap dan untuk mengetahui

angka tersebut genap atau tidak dapat dilihat pada digit terakhir

atau angka pada satuan. Oleh karena angka yang tersedia adalah

0,1,2,3,4,5,6 maka angka genap akan berakhiran 0,2,4,6. S3

menghitung banyaknya angka genap yang berakhiran 0

menggunakan konsep aturan pengisian tempat yang telah

diperoleh pada pertemuan sebelumnya yaitu akhiran 0 = 6 ×

5 × 1 = 30. K3 menjelaskan bahwa untuk mempermudah


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

152

perhitungan maka perlu terlebih dahulu mengisi banyaknya

angka pada digit terakhir atau digit satuan, kemudian diikuti

ratusan dan puluhan. Angka 6 tersebut menunjukan bahwa

banyaknya angka yang dapat mengisi ratusan adalah angka

selain 0, angka 5 menunjukan banyaknya angka yang dapat

digunakan untuk mengisi puluhan, jumlah angka semakin

berkurang dikarenakan soal menginginkan angka dalam kode

tersebut tidak boleh berulang. Oleh karena 0 sudah digunakan

pada satuan dan satu angka sudah digunakan pada puluhan

maka jumlah angka yang tersisa adalah 5 angka. Sedangkan

angka 1 menunjukkan angka yang mengisi satuan yaitu angka

0.

2) K3 mencari banyaknya kode yang dapat dibuat jika kode

tersebut berakhiran 2 atau seperti yang tertulis pada hasil

pekerjaan K3 yaitu berakhiran 2 = 5 × 5 × 1 = 25. K3

menjelaskan bahwa jumlah angka yang dapat mengisi ratusan

adalah 5 yaitu angka selain 0 dan 2 karena kode tersebut

merupakan bilangan yang terdiri dari 3 digit dan berakhiran 2.

Pada awalnya K3 mengalami kesalahan dalam mengerjakan

soal tersebut. Hal ini disebabkan K3 tidak memperhatikan dan

kurang memahami kalimat yang mengatakan bahwa kode

tersebut merupakan bilangan yang terdiri dari 3 digit, tetapi

setelah mendapat topangan dari peneliti akhirnya K3 dapat


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

153

menyimpulkan bahwa 0 tidak dapat ditempatkan pada ratusan.

Oleh sebab itu jumlah angka yang dapat menempati ratusan

adalah 5. Sedangkan jumlah angka yang dapat menempati

puluhan adalah 5 yaitu angka selain 2 dan selain angka yang

sudah digunakan pada ratusan.

3) K3 mencari banyaknya kode yang dapat dibuat jika kode

tersebut berakhiran 4 atau seperti yang tertulis pada hasil

pekerjaan K3 yaitu berakhiran 4 = 5 × 5 × 1 = 25. K3

menjelaskan bahwa jumlah angka yang dapat mengisi ratusan

adalah 5 yaitu angka selain 0 dan 4 karena kode tersebut

merupakan bilangan yang terdiri dari 3 digit dan berakhiran 4.

4) K3 mencari banyaknya kode yang dapat dibuat jika kode

tersebut berakhiran 6 atau seperti yang tertulis pada hasil

pekerjaan K3 yaitu berakhiran 6 = 5 × 5 × 1 = 25. K3

menjelaskan bahwa jumlah angka yang dapat mengisi ratusan

adalah 5 yaitu angka selain 0 dan 6 karena kode tersebut

merupakan bilangan yang terdiri dari 3 digit dan berakhiran 6.

5) K3 menjumlahkan hasil yang diperoleh pada perhitungan

sebelumnya yaitu 30 + 25 + 25 + 25 = 105. Sehingga K3

menyimpulkan bahwa banyaknya kode yang terdiri dari 3

angka/digit jika angka pada kode tersebut tidak boleh berulang

dan kode merupakan bilangan genap adalah 105


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

154

Langkah-langkah pengerjaan yang dilakukan K3 untuk

menjawab pertanyaan (b) adalah sebagai berikut:

1) K3 menghitung banyaknya kode dengan awalan 3 dan

memperoleh hasil 15 kode seperti tertulis pada hasil pekerjaan

siswa yaitu awalan 3 = 1 × 3 × 5 = 15. Berdasarkan tanya

jawab yang dilakukan, K3 menjelaskan bahwa angka yang

dapat menempati ratusan adalah satu yaitu angka 3 itu sendiri.

Sedangkan banyaknya angka yang dapat mengisi puluhan

adalah tiga angka yaitu 4,5 dan 6 karena angka tersebut harus

lebih besar dari 330 dan tidak boleh berulang. Selanjutnya,

jumlah angka yang dapat mengisi puluhan adalah lima yaitu

angka bukan 3 dan angka yang tidak digunakan pada kolom

puluhan.

2) K3 menghitung banyaknya kode dengan awalan 4 dan

memperoleh hasil 15 kode seperti tertulis pada hasil pekerjaan

siswa yaitu awalan 4 = 1 × 6 × 5 = 30. Berdasarkan

penjelasan K3, banyaknya angka yang menempati ratusan

adalah satu yaitu angka 4 itu sendiri, sedangkan banyaknya

angka yang menempati puluhan adalah enam angka yaitu angka

selain 4. Selanjutnya banyaknya angka yang menempati

puluhan adalah sebanyak lima angka yaitu angka selain 4 dan

selain angka yang digunakan pada kolom puluhan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

155

3) K3 menghitung banyaknya kode dengan awalan 5 dan

memperoleh hasil 30 kode seperti tertulis pada hasil pekerjaan

siswa yaitu awalan 5 = 1 × 6 × 5 = 30. Berdasarkan

penjelasan K3, banyaknya angka yang menempati ratusan

adalah satu yaitu angka 5 itu sendiri, sedangkan banyaknya

angka yang menempati puluhan adalah enam angka yaitu angka

selain 5. Selanjutnya banyaknya angka yang menempati

puluhan adalah sebanyak lima angka yaitu angka selain 5 dan

selain angka yang digunakan pada kolom puluhan.

4) K3 menghitung banyaknya kode dengan awalan 6 dan

memperoleh hasil 30 kode seperti tertulis pada hasil pekerjaan

siswa yaitu awalan 6 = 1 × 6 × 5 = 30. Berdasarkan

penjelasan K3, banyaknya angka yang menempati ratusan

adalah satu yaitu angka 6 itu sendiri, sedangkan banyaknya

angka yang menempati puluhan adalah enam angka yaitu angka

selain 6. Selanjutnya banyaknya angka yang menempati

puluhan adalah sebanyak lima angka yaitu angka selain 6 dan

selain angka yang digunakan pada kolom puluhan.

5) K3 menjumlahkan hasil yang diperoleh pada perhitungan

sebelumnya yaitu 15 + 30 + 30 + 30 = 105. Sehingga K3

menyimpulkan bahwa banyaknya kode yang terdiri dari 3

angka/digit jika angka pada kode tersebut tidak boleh berulang

dan lebih besar dari 330 adalah 105 kode.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

156

Berdasarkan hasil pekerjaan mereka dapat disimpulkan bahwa

K3 mampu menganalisis informasi-informasi yang terdapat di

dalam soal dan membaginya ke dalam bagian yang lebih kecil untuk

mengenali pola atau hubungan. Informasi yang diperoleh tersebut

selanjutnya dievaluasi dan digunakan untuk menggeneralisasikan

ide serta merancang cara untuk menyelesaikan soal.

2. Deskripsi Hasil Pekerjaan Siswa pada Materi Permutasi dari Unsur-

unsur yang Berbeda

Deskripsi hasil pekerjaan siswa pada materi permutasi dari unsur-

unsur yang berbeda adalah deskripsi hasil pekerjaan siswa untuk masalah

yang bertujuan untuk membekali siswa dengan kemampuan menganalisis,

mengevaluasi, dan mencipta atau yang dikenal dengan Higher Order

Thinking Skills (HOTS). Oleh karena itu, peneliti hanya mendeskripsikan

masalah 3. Yang menjadi kelas uji coba pada materi ini adalah kelas XI

IPS 2. Oleh karena itu, subjek yang dideskripsikan adalah K8, K9, dan

K10.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

157

1) Kelompok 8 (K8)

Gambar 4.4 Hasil Pekerjaan K8

Langkah-langkah pengerjaan yang dilakukan oleh K8 adalah sebagai

berikut:

1) K8 menuliskan 4 3 1 2 1. Berdasarkan tanya jawab yang

dilakukan, K8 menjelaskan bahwa ia dapat menulis seperti itu

atas dasar konsep pada aturan pengisian tempat (filling slot) yang

sudah diperoleh pada pertemuan sebelumnya. Slot pertama diisi

oleh 4 yang artinya banyaknya kemungkinan bendera yang dapat

dipancang pada slot pertama adalah 4 bendera. Slot kedua diisi

oleh 3 yang artinya banyaknya kemungkinan bendera yang dapat

dipancang pada slot kedua adalah 3 bendera. Slot ketiga/tengah

diisi oleh 1 bendera saja karena soal menginginkan bendera putih

selalu berada di tengah. Slot keempat diisi oleh 2 yang artinya

banyaknya kemungkinan bendera yang dapat dipancang pada


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

158

slot keempat adalah 2 bendera. Sedangkan slot terakhir diisi oleh

1 yang artinya banyaknya kemungkinan bendera yang dapat

dipancang pada slot terakhir adalah 1 bendera.

2) K8 menghitung banyaknya susunan bendera menggunakan

konsep permutasi dengan unsur yang berbeda. Jika dilihat pada

jawaban di atas, K8 mengalami kekeliruan dalam penulisan

simbol. Simbol yang ditulis K8 di antara permutasi 1 unsur dari

4 unsur dengan permutasi 1 unsur dari 3 unsur adalah sama

dengan, padahal seharusnya menggunakan operasi perkalian,

tetapi proses perhitungan yang dilakukan K8 menggunakan

perkalian untuk menyelesaikannya sehingga hasil yang

diperoleh K8 benar. Hasil yang diperoleh adalah 24 susunan

bendera, jika bendera putih selalu berada di tengah.

Berdasarkan hasil pekerjaan mereka dapat disimpulkan

bahwa K8 mampu menganalisis informasi-informasi yang

terdapat di dalam soal dan membaginya ke dalam bagian yang

lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungan. Informasi yang

diperoleh tersebut selanjutnya dievaluasi dan digunakan untuk

menggeneralisasikan ide serta merancang cara untuk

menyelesaikan soal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

159

2) Kelompok 9 (K9)

Gambar 4.5 Hasil Pekerjaan K9

Langkah-langkah pengerjaan yang dilakukan K9 adalah sebagai

berikut:

1) K9 membuat ilustrasi menggunakan 5 slot. Slot pertama diisi oleh

4 yang artinya banyaknya kemungkinan bendera yang dapat

dipancang pada slot pertama adalah 4 bendera. Slot kedua diisi

oleh 3 yang artinya banyaknya kemungkinan bendera yang dapat

dipancang pada slot kedua adalah 3 bendera. Slot ketiga/tengah

diisi oleh 1 bendera saja karena soal menginginkan bendera putih

selalu berada di tengah. Slot keempat diisi oleh 2 yang artinya

banyaknya kemungkinan bendera yang dapat dipancang pada slot

keempat adalah 2 bendera. Sedangkan slot terakhir diisi oleh 1

yang artinya banyaknya kemungkinan bendera yang dapat

dipancang pada slot terakhir adalah 1 bendera.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

160

2) K9 menentukan nilai n dan r yaitu 4. Hal ini dikarenakan bendera

yang dapat dipindahkan adalah 4, sedangkan bendera putih sudah

pasti berada di tengah.

3) K9 menghitung banyaknya susunan bendera menggunakan

konsep permutasi dengan unsur yang sama dan memperoleh 24

susunan.

Berdasarkan hasil pekerjaan mereka dapat disimpulkan bahwa

K9 mampu menganalisis informasi-informasi yang terdapat di dalam

soal dan membaginya ke dalam bagian yang lebih kecil untuk

mengenali pola atau hubungan. Informasi yang diperoleh tersebut

selanjutnya dievaluasi dan digunakan untuk menggeneralisasikan ide

serta merancang cara untuk menyelesaikan soal.

3) Kelompok 10 (K10)

Gambar 4.6 Hasil Pekerjaan K10


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

161

Langkah-langkah pengerjaan yang dilakukan K10 adalah

sebagai berikut:

1) K10 membuat ilustrasi menggunakan 5 slot. Slot pertama diisi

oleh 4 yang artinya banyaknya kemungkinan bendera yang dapat

dipancang pada slot pertama adalah 4 bendera. Slot kedua diisi

oleh 3 yang artinya banyaknya kemungkinan bendera yang dapat

dipancang pada slot kedua adalah 3 bendera. Slot ketiga/tengah

diisi oleh 1 bendera saja karena soal menginginkan bendera putih

selalu berada di tengah. Slot keempat diisi oleh 2 yang artinya

banyaknya kemungkinan bendera yang dapat dipancang pada slot

keempat adalah 2 bendera. Sedangkan slot terakhir diisi oleh 1

yang artinya banyaknya kemungkinan bendera yang dapat

dipancang pada slot terakhir adalah 1 bendera.

2) K10 menentukan nilai n dan r yaitu 4. Hal ini dikarenakan

bendera yang dapat dipindahkan adalah 4, sedangkan bendera

putih sudah pasti berada di tengah.

3) K10 menghitung banyaknya susunan bendera menggunakan

konsep permutasi dengan unsur yang sama dan memperoleh 24

susunan.

Berdasarkan hasil pekerjaan mereka dapat disimpulkan bahwa

K10 mampu menganalisis informasi-informasi yang terdapat di

dalam soal dan membaginya ke dalam bagian yang lebih kecil untuk

mengenali pola atau hubungan. Informasi yang diperoleh tersebut


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

162

selanjutnya dievaluasi dan digunakan untuk menggeneralisasikan ide

serta merancang cara untuk menyelesaikan soal.

3. Deskripsi Hasil Pekerjaan Siswa pada Materi Permutasi Siklis

Deskripsi hasil pekerjaan siswa pada materi permutasi dari unsur-

unsur yang berbeda adalah deskripsi hasil pekerjaan siswa untuk masalah

yang bertujuan untuk membekali siswa dengan kemampuan menganalisis,

mengevaluasi, dan mencipta atau yang dikenal dengan Higher Order

Thinking Skills (HOTS). Oleh karena itu, peneliti hanya menganalisis

masalah 2. Yang menjadi kelas uji coba pada materi ini adalah kelas XI

IPS 2. Oleh karena itu, kelompok yang dideskripsikan adalah K8, K9, dan

K10.

1) Kelompok 8 (K8)

Gambar 4.7 Hasil Pekerjaan K8


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

163

Langkah-langkah pengerjaan yang dilakukan K8 adalah sebagai

berikut:

1) K8 menghitung banyaknya cara duduk ketujuh orang tersebut

menggunakan konsep permutasi siklis dan memperoleh hasil 720

susunan duduk.

2) K8 membuat ilustrasi susunan duduk jika Bayu dan Dean duduk

berdekatan. Oleh karena posisi duduk melingkar maka Bayu dan

dean dijadikan patokan oleh K8 karena Bayu dan Dean harus

duduk berdekatan. Sehingga K8 tidak perlu lagi menggunakan

rumus permutasi siklis dalam menyelesaikan soal tersebut.

3) Banyaknya susunan duduk dari 3 orang selain Bayu dan Dean

adalah 3! Atau 6 susunan. Oleh karena Bayu dan Dean dapat

berpindah tempat duduk sebanyak 2 kali, maka K8 mengalikan

hasil yang diperoleh dengan 2 yaitu 6 × 2 = 12. Sehingga,

banyaknya susunan duduk dengan posisi elingkar jika Bayu dan

Dean harus duduk berdekatan adalah 12 susunan.

4) K8 mengurangkan hasil yang telah diperoleh pada jawaban (a)

dengan jawaban yang sudah diperoleh pada jawaban (b) yaitu

24 − 12 = 12. Berdasarkan hasil tanya jawab, K8 menjelaskan

bahwa, untuk memperoleh banyaknya susunan duduk jika

terdapat 2 orang yang tidak mau berdekatan, maka kita dapat

menggunakan banyaknya susunan duduk tanpa syarat dikurangi

banyaknya susunan duduk jika 2 orang harus duduk berdekatan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

164

Hal ini dikarenakan jika banyaknya susunan duduk 2 orang harus

duduk berdekatan ditambah dengan banyaknya susunan duduk

jika terdapat 2 orang yang tidak mau berdekatan maka akan

menghasilkan banyaknya susunan duduk yang tanpa syarat.

Berdasarkan hasil pekerjaannya dapat disimpulkan bahwa K8

mampu menganalisis informasi-informasi yang terdapat di dalam

soal dan membaginya ke dalam bagian yang lebih kecil untuk

mengenali pola atau hubungan. Informasi yang diperoleh tersebut

selanjutnya dievaluasi dan digunakan untuk menggeneralisasikan ide

serta merancang cara untuk menyelesaikan soal.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

165

2) Kelompok 9 (K9)

Gambar 4.8 Hasil Pekerjaan K9

Langkah-langkah pengerjaan yang dilakukan K9 adalah sebagai

berikut:

1) K9 menghitung banyaknya cara duduk kelima orang tersebut

menggunakan konsep permutasi siklis dan memperoleh hasil 24

susunan duduk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

166

2) K9 menghitung banyaknya posisi duduk jika dean duduk

disebelah kiri dan bayu duduk disebelah kanan menggunakan

konsep permutasi siklis dan memperoleh hasil 6 susunan duduk.

K9 mengurangkan nilai n dengan 2 dikarenakan bayu dan dean

harus duduk berdekatan aka bayu dan dean dijadikan patokan.

3) K9 menghitung banyaknya posisi duduk jika dean duduk

disebelah kanan dan bayu duduk disebelah kiri menggunakan

konsep permutasi siklis dan memperoleh hasil 6 susunan duduk.

K9 mengurangkan nilai n dengan 2 dikarenakan bayu dan dean

harus duduk berdekatan aka bayu dan dean dijadikan patokan.

4) K9 menjumlahkan hasil yang diperoleh yaitu 6 + 6 = 12

5) K9 membuat ilustrasi posisi duduk dengan memberi nomor 1

sampai 5.

6) K9 menghitung banyaknya posisi duduk jika Bayu berada di

nomor 1 dan Dean berada dinomor 3 menggunakan konsep

permutasi siklis dan memperoleh hasil 6 susunan. K9

mengurangkan nilai n dengan 2 karena Dean dan Bayu tidak

boleh duduk berdekatan dan mereka menjadi patokan.

7) K9 menghitung banyaknya posisi duduk jika Bayu berada di

nomor 1 dan Dean berada dinomor 4 menggunakan konsep

permutasi siklis dan memperoleh hasil 6 susunan. K9

mengurangkan nilai n dengan 2 karena Dean dan Bayu tidak

boleh duduk berdekatan dan mereka menjadi patokan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

167

8) K9 menjumlahkan hasil yang diperoleh yaitu 6 + 6 = 12.

Menurut K9, perhitungan dan konsep yang digunakan dalam

menghitung banyaknya susunan duduk jika bayu dan Dean tidak

boleh berdekatan sudah benar dan mewakili semua kemungkinan.

Jika K9 mencari banyaknya posisi duduk jika Bayu di nomor 3

dan Dean di nomor 1 maka akan terjadi pengulangan susunan

duduk, begitu juga jika K9 mencari banyaknya posisi duduk jika

dean dinomor 1 dan Bayu di nomor 4.

Berdasarkan hasil pekerjaan mereka dapat disimpulkan bahwa

K9 mampu menganalisis informasi-informasi yang terdapat di dalam

soal dan membaginya ke dalam bagian yang lebih kecil untuk

mengenali pola atau hubungan. Informasi yang diperoleh tersebut

selanjutnya dievaluasi dan digunakan untuk menggeneralisasikan ide

serta merancang cara untuk menyelesaikan soal.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

168

3) Kelompok 10 (K10)

Gambar 4.9 Hasil Pekerjaan K10

Langkah-langkah pengerjaan yang dilakukan K10 adalah

sebagai berikut:

1) K10 menghitung banyaknya cara duduk ketujuh orang tersebut

menggunakan konsep permutasi siklis dan memperoleh hasil 720

susunan duduk.

2) K10 membuat ilustrasi susunan duduk jika Bayu dan Dean duduk

berdekatan. K10 menjadikan bayu dan Dean sebagai patokan dan

karena Bayu dan Dean harus berdekatan maka Bayu dan Dean
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

169

dapat dianggap 1. Sehingga K10 mengetahui nilai n sama dengan

4.

3) K10 menghitung banyaknya susunan duduk menggunakan

konsep permutasi siklis dan memperoleh hasil 6 susunan.

4) K10 membuat ilustrasi duduk jika Bayu dan Dean duduk

berdekatan lagi. K10 menjelaskan ada kemungkinan Bayu dan

Dean berpindah tempat duduk. Sehingga hasil yang diperoleh

pada perhitungan sebelumnya dikalikan dengan 2 atau seperti

tertulis pada lembar jawaban yaitu 6 × 2 = 12. Sehingga,

banyaknya susunan duduk dengan posisi elingkar jika Bayu dan

Dean harus duduk berdekatan adalah 12 susunan.

5) K10 membuat ilustrasi posisi duduk jika Bayu dan dean tidak

boleh duduk berdekatan.

6) K10 mencoba menghitung secara manual menggunakan diagram

pohon namun hasil yang diperoleh masih keliru. Setelah

melakukan diskusi bersama temannya, S6 mengurangkan hasil

yang telah diperoleh pada jawaban (a) dengan jawaban yang

sudah diperoleh pada jawaban (b) yaitu 24 − 12 = 12.

Berdasarkan hasil tanya jawab, K10 menjelaskan bahwa, untuk

memperoleh banyaknya susunan duduk jika terdapat 2 orang

yang tidak mau berdekatan, maka kita dapat menggunakan

banyaknya susunan duduk tanpa syarat dikurangi banyaknya

susunan duduk jika 2 orang harus duduk berdekatan. Hal ini


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

170

dikarenakan jika banyaknya susunan duduk 2 orang harus duduk

berdekatan ditambah dengan banyaknya susunan duduk jika

terdapat 2 orang yang tidak mau berdekatan maka akan

menghasilkan banyaknya susunan duduk yang tanpa syarat.

Berdasarkan hasil pekerjaan mereka dapat disimpulkan bahwa

K10 mampu menganalisis informasi-informasi yang terdapat di dalam

soal dan membaginya ke dalam bagian yang lebih kecil untuk

mengenali pola atau hubungan. Informasi yang diperoleh tersebut

selanjutnya dievaluasi dan digunakan untuk menggeneralisasikan ide

serta merancang cara untuk menyelesaikan soal.

D. Revisi Lintasan Belajar

Lintasan belajar yang telah diuji coba direvisi sebelum digunakan pada

kelas penelitian. Revisi didasarkan pada hasil uji coba dan masukkan dari guru

rekan penelitian. Terdapat tiga revisi yang dilakukan oleh peneliti untuk

lintasan belajar yang telah diujicobakan, yaitu:

1. Revisi untuk Lintasan Belajar pada Materi Aturan Perkalian

Revisi untuk lintasan belajar ini yaitu pada LAS. Peneliti mengubah

format LAS dimana tidak menyertakan langkah-langkah penyelesaian

pada LAS. Hal ini didasarkan pada pengalaman di kelas uji coba di mana

siswa menjadi terpaku pada langkah penyelesaian yang terdapat di dalam

soal. Hal ini menyebabkan kreativitas siswa dalam menyelesaikan

masalah menjadi kurang nampak.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

171

2. Revisi untuk Lintasan Belajar pada Materi Permutasi dari Unsur-unsur

yang Berbeda

Revisi untuk lintasan belajar ini yaitu peneliti menambah jumlah soal

HOTS yang akan digunakan dalam pembelajaran yang semula hanya satu

soal ditambah menjadi dua soal.

3. Revisi untuk Lintasan Belajar pada Materi Permutasi Siklis

Revisi untuk lintasan belajar ini yaitu peneliti mengganti soal HOTS yang

akan digunakan dalam pembelajaran dengan soal yang baru.

E. Deskripsi Proses Pembelajaran pada Tahap Penelitian Lintasan Belajar

Proses pembelajaran pada tahap penelitian terdiri atas proses

pembelajaran untuk materi aturan perkalian, proses pembelajaran untuk

materi permutasi dari unsur-unsur yang berbeda, dan proses pembelajaran

untuk materi permutasi siklis. Subjek yang mengikuti proses pembelajaran

pada tahap penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 2 dan siswa kelas XI IPS

3 SMA Kolese De Britto. Subjek tahap penelitian pada materi aturan perkalian

adalah siswa kelas XI IPS 2. Sedangkan, subjek tahap penelitian pada materi

permutasi dari unsur-unsur yang berbeda dan permutasi siklis adalah siswa

kelas XI IPS 3. Pelaksanaan uji coba yang bersamaan dengan pelaksanaan

penelitian menjadi alasan perbedaan subjek di atas. Berikut adalah deskripsi

proses pembelajaran yang terjadi pada tahap penelitian.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

172

1. Deskripsi Proses Pembelajaran pada Materi Aturan Perkalian

Proses pembelajaran yang berorientasi pada HOTS menggunakan

model Problem Based Learning (PBL). Pada proses pembelajaran,

peneliti memberikan empat masalah kontekstual berkaitan dengan materi

aturan perkalian. Keempat masalah tersebut disajikan secara tertulis

dalam LAS. LAS pertama memuat masalah 1 dan masalah 2. Sedangkan,

LAS kedua memuat masalah 3 dan masalah 4. Masalah 1 dan masalah 2

merupakan masalah kontekstual yang bertujuan untuk membekali siswa

dengan kemampuan mengingat, memahami, dan mengaplikasikan atau

yang dikenal dengan Lower Order Thinking Skills (LOTS). Sedangkan

masalah 3 dan masalah 4 merupakan masalah kontekstual yang bertujuan

untuk membekali siswa dengan kemampuan menganalisis, mengevaluasi,

dan mencipta atau yang dikenal dengan Higher Order Thinking Skills

(HOTS). Penerapan HOTS terjadi setelah siswa menemukan konsep

tentang aturan perkalian melalui penyajian masalah 3 dan masalah 4.

Berikut adalah keempat masalah yang diberikan kepada siswa:

a. Tono mempunyai 3 buah baju berwarna putih, cokelat dan merah dan

3 buah celana berwarna abu-abu, hitam dan biru. Ada berapa pilihan

warna baju dan celana yang dapat dikenakan oleh Tono?

b. Untuk menuju Salatiga dari Yogyakarta harus melewati Klaten. Dari

Yogyakarta ke Klaten ada 4 jalan yang dapat ditempuh dan dari Klaten

ke Salatiga ada 3 jalan yang dapat ditempuh. Dengan berapa jalan Adi

dapat pergi dari Yogyakarta ke Salatiga?


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

173

c. Berapakah banyak bilangan yang terdiri atas 3 angka yang dapat

dibentuk dari angka-angka 2, 4, 5, 7, dan 9, jika:

 Tiap angka boleh berulang.

 Tiap angka tidak boleh berulang.

 Tiap angka tidak boleh berulang dan merupakan bilangan ganjil.

d. Seorang pengusaha mebel ingin memberi kode pada kursi-kursi yang

telah ia buat. Kode tersebut merupakan bilangan yang terdiri dari 3

angka yang diambil dari angka-angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, dan 6. Tentukan

banyaknya kode yang dapat dibentuk, jika:

 Angka-angka tidak boleh berulang dan merupakan bilangan

genap.

 Angka-angka tidak boleh berulang dan kode tersebut lebih besar

dari 330.

Proses pembelajaran menggunakan model PBL terdiri atas lima fase

yang didalamnya memuat kegiatan yang dilakukan oleh guru maupun

siswa. Deskripsi proses pembelajaran akan dibagi ke dalam dua bagian.

Pertama, deskripsi proses pembelajaran untuk masalah 1 dan masalah 2.

Kedua, deskripsi proses pembelajaran untuk masalah 3 dan masalah 4.

a) Masalah 1 dan Masalah 2

Fase 1: Orientasi Siswa pada Masalah

1) Peneliti membagikan lembar aktivitas siswa (LAS)

2) Peneliti meminta siswa untuk mencermati masalah yang tertera

pada lembar aktivitas siswa (LAS) dan mengajukan pertanyaan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

174

bila terdapat hal-hal yang belum dipahami terkait masalah yang

disajikan dan guru memberikan penjelasan untuk hal yang belum

dipahami siswa berkaitan dengan masalah yang disajikan.

Fase 2 dan 3: Mengorganisasi Siswa untuk Belajar dan

Membimbing Penyelidikan Siswa

1) Peneliti membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri atas 4-5

orang berdasarkan posisi duduk.

2) Siswa menyelesaikan masalah yang disajikan dalam LAS secara

berkelompok. Dalam menyelesaikan masalah 1 dan masalah 2,

siswa terlebih dahulu membuat pemisalan dan selanjutnya

menentukan banyaknya kemungkinan dengan menggunakan tabel

dan diagram pohon.

3) Peneliti berkeliling untuk mengamati dan membimbing proses

diskusi siswa. Peneliti juga mengamati proses dan cara

penyelesaian masalah yang digunakan siswa. Hal ini menjadi

bahan pertimbangan bagi peneliti untuk fase berikutnya yaitu

mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya

1) Peneliti meminta siswa untuk menyajikan hasil pekerjaan mereka

di papan tulis.

2) Dua orang siswa menyajikan hasil diskusi kelompok mereka di

papan tulis. Siswa pertama menyajikan hasil diskusi untuk

masalah 1 dan siswa kedua menyajikan hasil diskusi untuk


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

175

masalah 2. Siswa pertama dan siswa kedua menggunakan tabel

dan diagram pohon untuk menyelesaikan masalah 1 dan masalah

2.

3) Kedua siswa menjelaskan hasil pekerjaan yang disajikan di papan

tulis kepada teman-temannya. Siswa pertama menjelaskan bahwa

dengan menggunakan tabel dan diagram pohon diperoleh 9 pasang

baju dan celana yang dapat dikenakan oleh Tono. Selanjutnya,

siswa kedua menjelaskan bahwa dengan menggunakan tabel dan

diagram pohon diperoleh 12 yang dapat dilalui Andi dari

Yogyakarta ke Salatiga melalui Klaten.

4) Peneliti meminta siswa untuk menjelaskan mengapa 3 × 3 dan

4 × 3. Beberapa siswa mengalami kesulitan ketika mengubah

bentuk penjumlahan ke dalam bentuk perkalian.

Fase 5: Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan

Masalah

1) Peneliti meminta siswa untuk melihat apakah ada pola atau

hubungan tertentu yang muncul.

2) Siswa menjelaskan bahwa ada pola dan hubungan yang muncul

berdasarkan proses penyelesaian untuk masalah 1 dan masalah

2. Untuk masalah 1, dari 3 baju dan 3 celana dapat disusun 9

pasangan baju dan celana yang dapat dikenakan Tono. Siswa

menjelaskan bahwa 9 itu tidak lain adalah hasil kali dari 3 dan 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

176

Demikian juga untuk masalah 2, 12 tidak lain adalah hasil kali

dari 4 dan 3.

3) Peneliti memperkuat penjelasan siswa dengan menjelaskan

bahwa memasangkan baju dan celana dilakukan dalam dua

langkah yang saling bebas. Langkah pertama yaitu untuk baju

dapat dilakukan dengan 3 cara dan langkah kedua untuk celana

dapat dilakukan dengan 3 cara. Maka banyaknya cara untuk

memasangkan baju dan celana adalah 3 × 3 cara. Demikian

untuk masalah 2.

4) Peneliti meminta siswa untuk menentukan banyaknya cara

menyusun atau melakukan suatu prosedur dalam dua langkah

yang saling bebas. Misalkan langkah pertama dapat dilakukan

dengan 𝑛1 cara dan langkah kedua dapat dilakukan dengan 𝑛2

cara.

5) Siswa menentukan menentukan banyaknya cara menyusun atau

melakukan suatu prosedur dalam dua langkah yang saling bebas

yaitu 𝑛1 × 𝑛2 cara.

6) Peneliti meminta siswa untuk membuat generalisasi untuk

prosedur yang dapat dilakukan dalam 𝑘 langkah yang saling

bebas.

7) Peneliti menyempurnakan generalisasi yang dibuat siswa

berkaitan dengan prosedur yang dapat dilakukan dalam 𝑘

langkah yang saling bebas yaitu 𝑛1 × 𝑛2 × . . . × 𝑛𝑘 cara.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

177

Penerapan HOTS terjadi setelah siswa menemukan konsep tentang

aturan perkalian. Peneliti menyajikan masalah 3 dan masalah 4 yang

merupakan soal kontekstual yang berorientasi pada HOTS.

b) Masalah 3 dan Masalah 4

Fase 1: Orientasi Siswa pada Masalah

1) Peneliti membagikan lembar aktivitas siswa (LAS)

2) Peneliti meminta siswa untuk mencermati masalah yang tertera

pada lembar aktivitas siswa (LAS) dan mengajukan pertanyaan

bila terdapat hal-hal yang belum dipahami terkait masalah yang

disajikan dan guru memberikan penjelasan untuk hal yang belum

dipahami siswa berkaitan dengan masalah yang disajikan.

Fase 2 dan 3: Mengorganisasi Siswa untuk Belajar dan

Membimbing Penyelidikan Siswa

1) Berbeda dengan masalah 1 dan masalah 2, untuk masalah 3 dan 4

ini setiap siswa mendapat LAS. Peneliti meminta siswa untuk

berdiskusi dan menyelesaikan masalah 3 dan 4 dan menuliskan

hasil diskusi tersebut di dalam LAS mereka masing-masing.

2) Siswa menyelesaikan masalah yang disajikan dalam LKS secara

berkelompok. Beberapa siswa dapat langsung menyelesaikan

masalah 3 dan masalah 4 tanpa topangan dari peneliti. Sedangkan,

siswa yang lain masih membutuhkan topangan dari peneliti.

Topangan yang diberikan pun beragam. Untuk siswa yang harus

ditopang penuh peneliti memulai topangan dengan memberikan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

178

pertanyaan pancingan terkait jumlah langkah yang diperlukan

untuk prosedur yang diminta. Setelah siswa memahami hal

tersebut, peneliti membimbing siswa untuk memahami apa yang

diminta dalam soal. Untuk masalah 3, banyak siswa menglami

kesulitan ketikan hendak menyelesaikan masalah (c). Peneliti

memberikan topangan secara klasikal dengan mengajukan

pertanyaan bilamana suatu bilangan yang terdiri atas 3 angka

dikatakan ganjil. Beberapa siswa menjawab bahwa jika angka

yang menempati tempat satuan adalah angka ganjil. Untuk

masalah 4, banyak siswa mengalami kekeliruan ketika

menyelesaikan masalah (a). Mereka lupa bahwa kode yang dibuat

adalah bilangan yang terdiri atas 3 angka. Karena merupakan

bilangan, maka bilangan itu tidak dapat diawali dengan 0 atau

dengan kata lain 0 tidak mungkin menempati tempat ratusan.

Untuk mengatasi hal ini, peneliti meminta siswa untuk

menentukan jumlah bilangan genap yang dapat dibentuk untuk

masing-masing, dimulai jika bilangan genap tersebut diakhiri oleh

0 dan seterusnya. Siswa juga mengalamai kesulitan ketika

menyelesaikan masalah (b). Peneliti memberikan topangan

dengan meminta siswa mengajukan pertanyaan: jika untuk

membentuk bilangan genap dan ganjil yang pertama-tama yang

kita perhatikan adalah bilangan yang menempati tempat satuan,

maka untuk membentuk bilangan yang lebih besar dari 330, apa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

179

yang harus kita perhatikan? Siswa menjawab bahwa yang

pertama-tama harus diperhatikan adalah angka yang menempati

tempat ratusan.

3) Peneliti berkeliling untuk mengamati dan membimbing proses

diskusi siswa. Peneliti juga mengamati proses dan cara

penyelesaian masalah yang digunakan siswa. Hal ini menjadi

bahan pertimbangan bagi peneliti untuk fase berikutnya yaitu

mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya

1) Peneliti meminta siswa untuk menyajikan hasil pekerjaan mereka

di papan tulis.

2) Dua orang siswa menyajikan hasil pekerjaan mereka di papan

tulis. Siswa pertama menyajikan hasil pekerjaan untuk masalah 3

dan siswa kedua menyajikan hasil pekerjaan untuk masalah 4.

Penentuan siswa didasarkan pada pengamatan yang dilakukan

oleh siswa pada fase sebelumnya.

3) Kedua siswa menjelaskan hasil pekerjaan yang disajikan di papan

tulis kepada teman-temannya.

4) Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk betanya

jika ada hal yang belum jelas atau belum dipahami.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

180

2. Deskripsi Proses Pembelajaran pada Materi Permutasi dari Unsur-

unsur yang Berbeda

Proses pembelajaran yang berorientasi pada HOTS menggunakan

model Problem Based Learning (PBL). Pada proses pembelajaran,

peneliti memberikan tiga masalah kontekstual berkaitan dengan materi

Permutasi dari Unsur-unsur yang Berbeda. Ketiga masalah tersebut

disajikan secara tertulis dalam LAS. LAS pertama memuat masalah 1 dan

masalah 2. Sedangkan, LAS kedua memuat masalah 3. Masalah 1 dan

masalah 2 merupakan masalah kontekstual yang bertujuan untuk

membekali siswa dengan kemampuan mengingat, memahami, dan

mengaplikasikan atau yang dikenal dengan Lower Order Thinking Skills

(LOTS). Sedangkan masalah 3 merupakan masalah kontekstual yang

bertujuan untuk membekali siswa dengan kemampuan menganalisis,

mengevaluasi, dan mencipta atau yang dikenal dengan Higher Order

Thinking Skills (HOTS). Penerapan HOTS terjadi setelah siswa

menemukan konsep tentang permutasi dari unsur-unsur yang berbeda

melalui penyajian masalah 3. Berikut adalah ketiga masalah yang

diberikan kepada siswa:

a. Penjaringan bakal calon kepengurusan OSIS SMA Guna Bangsa

menghasilkan 5 kandidat yang memenuhi kualifikasi dan akan maju

dalam pemilihan OSIS periode 2017/2018. Dari kelima bakal calon

tersebut akan dipilih empat orang yang masing-masing akan

menduduki jabatan ketua, wakil, sekretaris, dan bendahara.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

181

Bantulah panitia pemilihan OSIS SMA Guna Bangsa menyusun

kemungkinan susunan kepengurusan OSIS Guna Bangsa periode

2017/2018!

b. Seorang petugas Samsat DIY Yogyakarta ingin membuat nomor

kendaraan yang terdiri dari huruf dan angka. Nomor kendaraan

harus diawali dengan AB, diikuti oleh 4 angka berlainan bukan 0

dan diakhiri oleh dua huruf berbeda selain A dan B. Ada berapa

banyak plat nomor yang dapat dibuat oleh petugas Samsat tersebut?

c. Berapa banyak urutan yang dapat terjadi jika 5 bendera yang

berwarna putih, merah, kuning, hijau dan biru dipancang pada tiang-

tiang dalam satu baris, sehingga bendera berwarna putih ada

ditengah-tengah?

d. Terdapat bendera berwarna putih, merah, kuning, hijau, biru dan

ungu. Bendera-bendera tersebut dipancang pada tiang-tiang dalam

satu baris. Tentukan banyaknya susunan jika bendera putih dan biru

harus berdekatan?

Proses pembelajaran menggunakan model PBL terdiri atas lima fase

yang di dalamnya memuat kegiatan yang dilakukan oleh guru maupun

siswa. Deskripsi proses pembelajaran akan dibagi ke dalam dua bagian.

Pertama, deskripsi proses pembelajaran untuk masalah 1 dan masalah 2.

Kedua, deskripsi proses pembelajaran untuk masalah 3.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

182

a) Masalah 1 dan Masalah 2

Fase 1: Orientasi Siswa pada Masalah

1) Peneliti membagikan lembar aktivitas siswa (LAS). Setiap siswa

memperoleh LAS.

2) Peneliti meminta siswa untuk mencermati masalah yang tertera

pada lembar aktivitas siswa (LAS) dan mengajukan pertanyaan

bila terdapat hal-hal yang belum dipahami terkait masalah yang

disajikan dan guru memberikan penjelasan untuk hal yang belum

dipahami siswa berkaitan dengan masalah yang disajikan.

Fase 2 dan 3: Mengorganisasi Siswa untuk Belajar dan

Membimbing Penyelidikan Siswa

1) Peneliti meminta siswa untuk membentuk kelompok yang terdiri

atas 5 orang

2) Peneliti meminta siswa untuk menyelesaikan masalah 1 dan

masalah 2 yang terdapat di dalam LAS secara berkelompok.

3) Siswa menyelesaikan masalah yang disajikan dalam LAS. Siswa

menggunakan diagram pohon dan slot untuk menyelesaikan

masalah 1 dan masalah 2.

4) Peneliti berkeliling untuk mengamati dan membimbing proses

diskusi siswa. Peneliti juga mengamati proses dan cara

penyelesaian masalah yang digunakan siswa. Hal ini menjadi

bahan pertimbangan bagi peneliti untuk fase berikutnya yaitu

mengembangkan dan menyajikan hasil karya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

183

Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya

1) Peneliti meminta siswa untuk menyajikan hasil pekerjaan

kelompok mereka di papan tulis.

2) Dua orang siswa menyajikan hasil pekerjaan kelompok mereka di

papan tulis. Siswa pertama menyajikan hasil pekerjaan untuk

masalah 1 dan siswa kedua menyajikan hasil pekerjaan untuk

masalah 2.

3) Kedua siswa menjelaskan hasil pekerjaan yang disajikan di papan

tulis kepada teman-temannya. Siswa pertama menjelaskan bahwa

dengan diagram pohon dan slot diperoleh 120 susunan

kepengurusan OSIS yang mungkin. Selanjutnya, siswa kedua

menjelaskan bahwa dengan menggunakan diperleh 1669248 plat

nomor yang dapat dibuat oleh petugas Samsat Yogyakarta.

4) Peneliti meminta siswa untuk mengajukan pertanyaan jika ada hal

yang mau ditanyakan atau belum dipahami.

Fase 5: Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan

Masalah

1) Peneliti meminta siswa memperhatikan bahwa susunan

kepengurusan A sebagai ketua, B sebagai sekretaris, dan C sebagai

bendahara berbeda dengan susunan kepengurusan B sebagai

ketua, C sebagai sekretaris, dan A sebagai bendahara. Begitu juga

dengan susunan kepengurusan yang lain.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

184

2) Peneliti memperkenalkan kepada siswa bahwa proses menyusun

banyaknya kemungkinan susunan baik kepengurusan OSIS

maupun plat nomor kendaraan di atas disebut dengan

“permutasi”.

3) Peneliti meminta siswa menjelaskan apa yang dimaksudkan

dengan permutasi dan banyaknya permutasi berdasarkan proses

yang telah mereka lakukan untuk menyelesaikan kedua masalah di

atas.

4) Peneliti meminta salah satu siswa untuk membuat penjelasan

tentang apa yang dimaksudkan dengan permutasi dan banyaknya

permutasi.

5) Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk

menyempurnakan jawaban siswa sebelumnya atau menyampaikan

jawaban mereka apabila memiliki jawaban berbeda.

6) Peneliti menguatkan kesimpulan yang telah dibuat oleh siswa

tentang permutasi dan banyaknya permutasi sebagai berikut:

7) Peneliti mengajukan pertanyaan berikut,” Susunan yang kalian

bentuk untuk kepengurusan OSIS dan nomor plat kendaraan di

atas adalah susunan yang dibentuk dari sebagian atau dari seluruh

objek yang tersedia?

8) Peneliti menguatkan jawaban siswa dengan mengatakan bahwa

susunan yang dibentuk untuk kedua masalah di atas adalah

susunan yang dibentuk dari sebagian objek yang tersedia.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

185

9) Peneliti menjelaskan bahwa dalam hubungannya dengan

permutasi, masalah di atas adalah masalah permutasi 𝑟 unsur yang

diambil dari 𝑛 unsur yang berbeda.

10) Peneliti menyampaikan definisi permutasi 𝑟 unsur yang diambil

dari 𝑛 unsur yang berbeda dan menuliskannya di papan tulis.

Penerapan HOTS terjadi setelah siswa menemukan konsep tentang

permutasi dari unsur-unsur yang berbeda. Peneliti menyajikan masalah 3

yang merupakan soal kontekstual yang berorientasi pada HOTS.

b) Masalah 3 dan Masalah 4

Kegiatan pembelajaran yang dideskripsikan adalah kegiatan

pembelajaran yang memuat aktivitas guru dan siswa dalam

menyelesaikan masalah 3. Masalah 4 diselesaikan oleh siswa dengan

mengacu pada proses penyelesaian masalah 3.

Fase 1: Orientasi Siswa pada Masalah

1) Peneliti membagikan lembar aktivitas siswa (LAS)

2) Peneliti meminta siswa untuk mencermati masalah yang tertera

pada lembar aktivitas siswa (LAS) dan mengajukan pertanyaan

bila terdapat hal-hal yang belum dipahami terkait masalah yang

disajikan dan guru memberikan penjelasan untuk hal yang belum

dipahami siswa berkaitan dengan masalah yang disajikan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

186

Fase 2 dan 3: Mengorganisasi Siswa untuk Belajar dan

Membimbing Penyelidikan Siswa

1) Peneliti meminta siswa untuk menyelesaikan masalah yang

terdapat di dalam LAS. Beberapa siswa menyelesaiakan masalah

secara mandiri dan beberapa siswa lainnya menyelesaikan

masalah secara berkelompok.

2) Beberapa siswa dapat langsung menyelesaikan masalah 3 tanpa

topangan dari peneliti. Sedangkan, siswa yang lain masih

membutuhkan topangan dari peneliti. Peneliti memberikan

topangan dengan meminta siswa memperhatikan jumlah bendera

yang tersedia. Siswa langsung menangkap maksud peneliti dan

selanjutnya membuat lima slot dan menuliskan angka 1 pada slot

yang terletak di tengah-tengah. Selanjutnya, siswa dapat

menetukan jumlah bendera yang menempati massing-masing slot

secara mandiri bersama anggota kelompoknya.

3) Peneliti berkeliling untuk mengamati dan membimbing proses

diskusi siswa. Peneliti juga mengamati proses dan cara

penyelesaian masalah yang digunakan siswa. Hal ini menjadi

bahan pertimbangan bagi peneliti untuk fase berikutnya yaitu

mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya

1) Peneliti meminta siswa untuk menyajikan hasil pekerjaan

kelompok mereka di papan tulis.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

187

2) Salah satu siswa menyajikan hasil pekerjaan kelompoknya di

papan tulis. Penentuan siswa didasarkan pada pengamatan yang

dilakukan oleh siswa pada fase sebelumnya.

3) Siswa tersebut menjelaskan hasil pekerjaan yang disajikan di

papan tulis kepada teman-temannya.

4) Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk betanya

jika ada hal yang belum jelas atau belum dipahami.

3. Deskripsi Proses Pembelajaran pada Materi Permutasi Siklis

Proses pembelajaran yang berorientasi pada HOTS menggunakan

model Problem Based Learning (PBL). Pada proses pembelajaran,

peneliti memberikan dua masalah kontekstual berkaitan dengan materi

Permutasi Siklis. Kedua masalah tersebut disajikan secara tertulis dalam

LAS. Masalah 1 merupakan masalah kontekstual yang bertujuan untuk

membekali siswa dengan kemampuan mengingat, memahami, dan

mengaplikasikan atau yang dikenal dengan Lower Order Thinking Skills

(LOTS). Sedangkan masalah 2 merupakan masalah kontekstual yang

bertujuan untuk membekali siswa dengan kemampuan menganalisis,

mengevaluasi, dan mencipta atau yang dikenal dengan Higher Order

Thinking Skills (HOTS). Penerapan HOTS terjadi setelah siswa

menemukan konsep tentang permutasi siklis melalui penyajian masalah 2.

Berikut adalah kedua masalah yang diberikan kepada siswa:

a. Berapa banyak susunan duduk yang dapat dibentuk jika:

 2 orang duduk mengelilingi sebuah meja bundar?


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

188

 3 orang duduk mengelilingi sebuah meja bundar?

 4 orang duduk mengelilingi sebuah meja bundar?

 5 orang duduk mengelilingi sebuah meja bundar?

 6 orang duduk mengelilingi sebuah meja bundar?

Bagaimana jika 𝑛 orang duduk mengelilingi sebuah meja bundar?

b. Ada tujuh orang yaitu A,B,C,D,E,F,G duduk mengelilingi meja

bundar. Tentukan banyaknya susunan tempat duduk jika:

 tidak ada ketentuan

 A dan D harus duduk berdekatan

 A dan D tidak boleh duduk berdekatan

Proses pembelajaran menggunakan model PBL terdiri atas lima fase

yang di dalamnya memuat kegiatan yang dilakukan oleh guru maupun

siswa. Deskripsi proses pembelajaran akan dibagi ke dalam dua bagian.

Pertama, deskripsi proses pembelajaran untuk masalah 1. Kedua,

deskripsi proses pembelajaran untuk masalah 2.

a) Masalah 1

Fase 1: Orientasi Siswa pada Masalah

1) Peneliti membagikan lembar aktivitas siswa (LAS). Setiap siswa

memperoleh LAS.

2) Peneliti meminta siswa untuk mencermati masalah yang tertera

pada lembar aktivitas siswa (LAS) dan mengajukan pertanyaan

bila terdapat hal-hal yang belum dipahami terkait masalah yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

189

disajikan dan guru memberikan penjelasan untuk hal yang belum

dipahami siswa berkaitan dengan masalah yang disajikan.

Fase 2 dan 3: Mengorganisasi Siswa untuk Belajar dan

Membimbing Penyelidikan Siswa

1) Peneliti meminta siswa untuk membentuk kelompok yang terdiri

atas 5 orang.

2) Peneliti meminta siswa untuk menyelesaikan masalah 1 yang

terdapat di dalam LAS secara berkelompok.

3) Siswa menyelesaikan masalah yang disajikan dalam LAS. Siswa

menggunakan diagram pohon untuk menyelesaikan masalah 1.

Beberapa siswa mengalami kesulitan untuk menentukan jumlah

susunan duduk dalam posisi melingkar yang mungkin terjadi.

Peneliti meminta siswa untuk langsung mempraktikan bersama

teman sekelompoknya. Setelah mengulang beberapa kali siswa

akhirnya dapat menentukan susunan duduk yang mungkin terjadi

dalam posisi melingkar sesuai dengan jumlah orang yang terdapat

pada masalah dan mengembangkannya untuk 𝑛 orang.

4) Peneliti berkeliling untuk mengamati dan membimbing proses

diskusi siswa. Peneliti juga mengamati proses dan cara

penyelesaian masalah yang digunakan siswa. Hal ini menjadi

bahan pertimbangan bagi peneliti untuk fase berikutnya yaitu

mengembangkan dan menyajikan hasil karya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

190

Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya

1) Peneliti meminta siswa untuk menyajikan hasil pekerjaan

kelompok mereka di papan tulis.

2) Salah seorang siswa menyajikan hasil pekerjaan kelompoknya di

papan tulis.

3) Siswa menjelaskan hasil pekerjaan yang disajikan di papan tulis

kepada teman-temannya. Ia menjelaskan jumlah susunan duduk

yang mungkin terjadi jika 2 orang duduk mengelilingi sebuah meja

bundar dan seterusnya sampai yang terakhir jika 6 orang duduk

mengelilingi meja bundar. Peneliti meminta siswa tersebut untuk

tidak menjelaskan jumlah susunan duduk yang mungkin terjadi

jika 𝑛 orang duduk mengelilingi sebuah meja bundar.

4) Peneliti meminta siswa untuk mengajukan pertanyaan jika ada hal

yang mau ditanyakan atau belum dipahami.

Fase 5: Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan

Masalah

1) Peneliti meminta siswa yang menyajikan hasil pekerjaan di papan

tulis untuk menjelaskan hubungan antara jumlah orang yang

duduk melingkar dan jumlah susunan duduk yang mungkin terjadi.

2) Siswa tersebut menjelaskan bahwa jika 2 orang duduk

mengelilingi sebuah meja bundar maka susunan yang duduk yang

mungkin adalah 1 susunan, jika 3 orang duduk mengelilingi

sebuah meja bundar maka susunan yang duduk yang mungkin


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

191

adalah 2 susunan, jika 4 orang duduk mengelilingi sebuah meja

bundar maka susunan yang duduk yang mungkin adalah 6

susunan, jika 5 orang duduk mengelilingi sebuah meja bundar

maka susunan yang duduk yang mungkin adalah 24 susunan, dan

jika 6 orang duduk mengelilingi sebuah meja bundar maka

susunan yang duduk yang mungkin adalah 120 susunan. Jika

diperhatikan 1, 2, 6, 24, dan 120 tidak lain adalah hasil dari

1!, 2!, 3!, 4!, dan 5!. Siswa bersangkutan selanjutnya menjelaskan

bahwa berdasarkan hubungan tersebut dapat disimpulkan bahwa

jika terdapat 2 orang yang duduk mengelilingi sebuah meja

bundar, maka susunan duduk yang mungkin adalah (2 − 1)!. Jadi,

jika terdapat 𝑛 orang yang duduk mengelilingi sebuah meja

bundar, banyaknya susunan duduk yang mungkin adalah (𝑛 − 1)!.

3) Peneliti menjelaskan bahwa banyak susunan objek dalam posisi

melingkar seperti yang terdapat dalam masalah yang disajkan

disebut dengan permutasi siklis.

4) Peneliti menjelaskan bahwa banyaknya cara menyusun 𝑛 objek

secara melingkar dalam urutan berlainan adalah:

𝑃𝑠𝑖𝑘𝑙𝑖𝑠 = (𝑛 − 1)!

Penerapan HOTS terjadi setelah siswa menemukan konsep tentang

permutasi siklis. Peneliti menyajikan masalah 2 yang merupakan soal

kontekstual yang berorientasi pada HOTS.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

192

b) Masalah 2

Fase 1: Orientasi Siswa pada Masalah

1) Peneliti membagikan lembar aktivitas siswa (LAS)

2) Peneliti meminta siswa untuk mencermati masalah yang tertera

pada lembar aktivitas siswa (LAS) dan mengajukan pertanyaan

bila terdapat hal-hal yang belum dipahami terkait masalah yang

disajikan dan guru memberikan penjelasan untuk hal yang belum

dipahami siswa berkaitan dengan masalah yang disajikan.

Fase 2 dan 3: Mengorganisasi Siswa untuk Belajar dan

Membimbing Penyelidikan Siswa

1) Peneliti meminta siswa untuk menyelesaikan masalah yang

terdapat di dalam LAS. Beberapa siswa menyelesaiakan masalah

secara mandiri dan beberapa siswa lainnya menyelesaikan

masalah secara berkelompok.

2) Beberapa siswa dapat langsung menyelesaikan masalah 2 tanpa

topangan dari peneliti. Sedangkan, siswa yang lain masih

membutuhkan topangan dari peneliti. Peneliti memberikan

topangan dengan meminta siswa memperhatikan jumlah orang

yang terdapat di dalam soal. Siswa langsung menangkap maksud

peneliti dan selanjutnya menentukan 𝑛. Topangan selanjutnya

diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan menyelesaikan

soal (b). Peneliti meminta siswa mengingat kembali apa yang

sudah mereka praktikan untuk menjawab masalah 1. Pada praktik


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

193

tersebut, selalu ada 1 orang yang dijadikan patokan. Selanjutnya,

peneliti mengembalikan fokus siswa ke soal (b) dengan

menanyakan siapa yang menjadi fokus. Siswa menjelaskan yang

menjadi fokus adalah A dan D, sehingga mereka dihitung 1.

Selanjutnya, peneliti menanyakan apakah ada kemungkinan A dan

D bertukar posisi? Siswa menjelaskan bahwa ada. Topangan ini

selanjutnya membantu mereka untuk menjawab soal (b) dan soal

(c).

3) Peneliti berkeliling untuk mengamati dan membimbing proses

diskusi siswa. Peneliti juga mengamati proses dan cara

penyelesaian masalah yang digunakan siswa. Hal ini menjadi

bahan pertimbangan bagi peneliti untuk fase berikutnya yaitu

mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya

1) Peneliti meminta siswa untuk menyajikan hasil pekerjaan mereka

di papan tulis.

2) Salah satu siswa menyajikan hasil pekerjaannya di papan tulis.

Penentuan siswa didasarkan pada pengamatan yang dilakukan

oleh siswa pada fase sebelumnya.

3) Siswa tersebut menjelaskan hasil pekerjaan yang disajikan di

papan tulis kepada teman-temannya.Peneliti memberikan

kesempatan kepada siswa lain untuk betanya jika ada hal yang

belum jelas atau belum dipahami.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

194

Pembahasan:

Berdasarkan proses yang terjadi di dalam kelas peneliti telah menerapkan

pembelajaran yang berorientasi pada Higher Order Thinking Skills (HOTS).

Hal ini ditandai dengan:

1. Peneliti mengajarkan keterampilan melalui konteks dunia nyata. Hal ini

ditandai oleh penggunaan soal kontekstual dalam pembelajaran.

2. Mengajarkan bahasa dan konsep-konsep berpikir tingkat tinggi. Hal ini

ditandai oleh peyampaian indikator pencapaian kompetensi dan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai oleh peneliti kepada siswa di awal proses

pembelajaran.

3. Peneliti membuat perencanaan waktu diskusi untuk memasuki

keterampilan berpikir tingkat tinggi. Peneliti membagi siswa ke dalam

kelompok dan meminta siswa untuk mendiskusikan masalah yang

disajikan. Siswa diberi kebebasan untuk menentukan solusi atas masalah

yang diajukan. Solusi yang beragam dan bebeda disajikan di papan tulis

dan dipertanggungjawabkan oleh penyaji.

4. Peneliti mengajarkan konsep-konsep pokok secara eksplisit. Proses ini

terjadi setelah siswa menyelesaikan masalah yang disajikan oleh peneliti

untuk membekali mereka dengan kemampuan yang merupakan kategori

Lower Order Thinking Skils (LOTS). Peneliti terlebih dahulu meminta

siswa memuat kesimpulan berdasarkan apa yang sudah mereka kerjakan.

Proses ini dilakukan peneliti untuk mengarahkan siswa kepada konsep.

Kesimpulan tersebut akan disempurnakan oleh peneliti.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

195

5. Peneliti memberikan Scaffolding. Peneliti memberikan scaffolding di

awal pembelajaran melalui berbagai contoh dan hanya bila diperlukan

untuk membangun kekuatan siswa.

6. Peneliti menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang dapat

mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif antara lain,

Adakah cara lain? Bagaimana jika? Manakah yang salah? Apa yang akan

terjadi? Pertanyaan ini muncul selama proses pembelajaran dan diskusi

berlangsung.

F. Deskripsi Hasil Pekerjaan Siswa pada Tahap Penelitian Lintasan Belajar

Deskripsi hasil pekerjaan siswa pada tahap penelitian terdiri atas analisis

hasil pekerjaan siswa untuk materi aturan perkalian, permutasi dari unsur-

unsur yang berbeda, dan permutasi siklis. Deskripsi hasil pekerjaan siswa

hanya dilakukan untuk masalah yang bertujuan untuk membekali siswa

dengan kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta atau yang

dikenal dengan Higher Order Thinking Skills (HOTS). Deskripsi hasil

pekerjaan siswa untuk masalah HOTS dilakukan terhadap tiga dari tujuh

kelompok yang dibentuk dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan

karena kesamaan proses pengerjaan yang dilakukan oleh tiap kelompok.

Ketujuh kelompok yang dibentuk pada kelas XI IPS 3 adalah K1, K2, K3, K4,

K5, K6, dan K7 dan yang akan dideskripsikan adalah hasil pekerjaan K1, K2,

dan K3. Selanjutnya, ketujuh kelompok yang dibentuk pada kelas XI IPS 3

adalah K8, K9, K10, K11, K12, K13, dan K14 dan yang akan dideskripsikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

196

adalah hasil pekerjaan K8, K9, dan K10. Berikut adalah deskripsi hasil

pekerjaan siswa pada tahap uji coba. Berikut adalah deskripsi hasil pekerjaan

siswa pada tahap penelitian.

1. Deskripsi Hasil pekerjaan Siswa pada Materi Aturan Perkalian

Deskripsi hasil pekerjaan siswa pada materi aturan perkalian adalah

deskripsi hasil pekerjaan siswa untuk masalah yang bertujuan untuk

membekali siswa dengan kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan

mencipta atau yang dikenal dengan Higher Order Thinking Skills (HOTS).

Oleh karena itu, peneliti hanya menganalisis masalah 4.

1) Kelompok 8 (K8)

Gambar 4.10 Hasil Pekerjaan K8

Untuk menjawab soal (a), K8 terlebih dahulu menentukan

jumlah kode yang mungkin dbentuk jika angka genap yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

197

menempati tempat satuan adalah 0. K8 memperoleh 30 kode yang

mungkin dibentuk jika angka genap yang menempati tempat satuan

adalah 0. Selanjutnya, K8 menentukan jumlah kode yang mungkin

dibentuk jika angka genap yang menempati tempat puluhan dan

tempat satuan bukan 0. K8 memperoleh 60 kode yang mungkin

dibentuk jika angka genap yang menempati tempat puluhan dan

satuan bukan 0. Yang terakhir, K8 menentukan jumlah kode yang

mungkin dibentuk jika angka genap yang menempati tempat puluhan

adalah 0. K8 memperoleh 15 kode yang mungkin dibentuk jika angka

genap yang menempati tempat puluhan adalah 0. Jadi, K8

memperoleh 105 kode yang mungkin dibentuk dari angka 0, 1, 2, 3,

4, 5, 6 jika disyaratkan kodenya merupakan bilangan genap yang

terdiri atas 3 angka dan angka-angkanya tidak boleh berulang.

Untuk menjawab soal (b), K8 terlebih dahulu menentukan

jumlah kode yang mungkin dibentuk jika angka yang menempati

tempat ratusan adalah 4, 5, dan 6. K8 memperoleh 90 kode yang

mungkin dibentuk jika angka yang menempati tempat ratusan adalah

4, 5, dan 6. Selanjutnya, K8 menentukan jumlah kode yang mungkin

dibentuk jika angka yang menempati tempat ratusan adalah 3. K8

memperoleh 15 kode yang mungkin dibentuk jika angka 3

menempati tempat ratusan. Jadi, K8 memperoleh 105 kode yang

mungkin dibentuk dari angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6 jika disyaratkan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

198

kodenya merupakan bilangan yang lebih besar dari 330 dan angka-

angkanya tidak boleh berulang.

Berdasarkan jawaban mereka, diketahui bahwa K8 mampu

menganalisis informasi-informasi yang terdapat di dalam soal dan

membaginya ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola

atau hubungan. Informasi yang diperoleh tersebut selanjutnya

dievaluasi dan digunakan untuk menggeneralisasikan ide serta

merancang cara untuk menyelesaikan soal.

2) Kelompok 9 (K9)

Gambar 4.11 Hasil Pekerjaan K9

Untuk menjawab soal (a), K9 terlebih dahulu menentukan

jumlah kode yang mungkin dbentuk jika angka genap yang

menempati tempat satuan adalah 0. K9 memperoleh 30 kode yang

mungkin dibentuk jika angka genap yang menempati tempat satuan

adalah 0. Selanjutnya, K9 menentukan jumlah kode yang mungkin

dibentuk jika angka genap yang menempati tempat satuan bukan 0.

K9 memperoleh 75 kode yang mungkin dibentuk jika angka genap

yang menempati tempat satuan bukan 0. Jadi, K9 memperoleh 105


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

199

kode yang mungkin dibentuk dari angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6 jika

disyaratkan kodenya merupakan bilangan genap yang terdiri atas 3

angka dan angka-angkanya tidak boleh berulang.

Untuk menjawab soal (b), K9 terlebih dahulu menentukan

jumlah kode yang mungkin dibentuk jika angka yang menempati

tempat ratusan adalah 3. K9 memperoleh 15 kode yang mungkin

dibentuk jika angka 3 menempati tempat ratusan. Selanjutnya, K9

menentukan jumlah kode yang mungkin dibentuk jika angka yang

menempati tempat ratusan lebih besar dari 3. K9 memperoleh 90

kode yang mungkin dibentuk jika angka yang menempati tempat

ratusan lebih besar dari 3. Jadi, K9 memperoleh 105 kode yang

mungkin dibentuk dari angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6 jika disyaratkan

kodenya merupakan bilangan yang lebih besar dari 330 dan angka-

angkanya tidak boleh berulang.

Berdasarkan jawaban mereka, diketahui bahwa K9 mampu

menganalisis informasi-informasi yang terdapat di dalam soal dan

membaginya ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola

atau hubungan. Informasi yang diperoleh tersebut selanjutnya

dievaluasi dan digunakan untuk menggeneralisasikan ide serta

merancang cara untuk menyelesaikan soal.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

200

3) Kelompok 10 (K10)

Gambar 4.12 Hasil Pekerjaan K10

Langkah-langkah pengerjaan yang dilakukan K10 untuk

menjawab pertanyaan (a) adalah sebagai berikut:

1) K10 menghitung banyaknya kode jika kode tersebut

berakhiran 0 menggunakan aturan pengisian tempat (filling

slot). K10 menjelaskan bahwa kode yang ingin dibuat adalah

kode yang merupakan bilangan yang terdiri dari 3 angka

dimana angka tidak boleh berulang dan merupakan bilangan

genap. Oleh sebab itu, diperlukan 3 slot dimana pertama untuk

banyaknya angka yang mengisi ratusan, slot kedua untuk

banyaknya angka yang mengisi puluhan dan slot ketiga untuk

banyaknya angka yang mengisi satuan. Selain itu kode tersebut

harus genap, maka slot yang menjadi kunci untuk menentukan

banyaknya kode adalah slot terakhir, dimana slot terakhir

harus diisi oleh angka 0,2,4,6.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

201

2) K10 menentukan banyaknya angka pada satuan adalah 1 yaitu

0 itu sendiri. Banyaknya angka pada ratusan adalah 6 yaitu

1,2,3,4,5,6. Sedangkan banyaknya angka pada puluhan adalah

5 yaitu angka selain 0 dan angka yang sudah terpakai di slot

ratusan.

3) K10 mengalikan hasil yang diperoleh menggunakan konsep

pada aturan perkalian yaitu 6 × 5 × 1 = 30

4) K10 menghitung banyaknya kode jika kode tersebut

berakhiran bukan 0 menggunakan aturan pengisian tempat

(filling slot). Berdasarkan tanya jawab, K10 menjelaskan

maksud dari berakhiran bukan nol adalah untuk angka genap

selain 0 yaitu 2,4 dan 6.

5) K10 menentukan banyaknya angka pada satuan adalah 3 yaitu

2,4 dan 6. Banyaknya angka pada ratusan adalah 5 yaitu angka

selain 0 dan selain angka yang sudah digunakan pada slot

satuan. Sedangkan banyaknya angka pada puluhan adalah 5

yaitu angka selain angka yang sudah terpakai di slot ratusan

dan slot satuan.

6) K10 mengalikan hasil yang diperoleh menggunakan konsep

pada aturan perkalian yaitu 5 × 5 × 3 = 75

7) K10 menjumlahkan hasil yang diperoleh yaitu 75 + 30 =

105. Sehingga banyaknya kode yang nerupakan suatu


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

202

bilangan 3 angka/digit dimana kode tersebut tidak boleh

berulang dan merupakan bilangan genap adalah 105 kode.

8) K10 tidak menyelesaikan soal nomor (b).

Berdasarkan jawaban mereka, diketahui bahwa K10 mampu

menganalisis informasi-informasi yang terdapat di dalam soal dan

membaginya ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali

pola atau hubungan. Informasi yang diperoleh tersebut selanjutnya

dievaluasi dan digunakan untuk menggeneralisasikan ide serta

merancang cara untuk menyelesaikan soal.

2. Deskripsi Hasil Belajar Siswa pada Materi Permutasi dari Unsur-

unsur yang Berbeda

Deskripsi hasil pekerjaan siswa pada materi permutasi dari unsur-unsur

yang berbeda adalah deskripsi hasil pekerjaan siswa untuk masalah yang

bertujuan untuk membekali siswa dengan kemampuan menganalisis,

mengevaluasi, dan mencipta atau yang dikenal dengan Higher Order

Thinking Skills (HOTS). Oleh karena itu, peneliti hanya menganalisis

masalah 3 dan masalah 4. Yang menjadi kelas penelitian pada materi ini

adalah kelas XI IPS 3.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

203

1) Kelompok 1 (K1)

 Masalah 3

Gambar 4.13 Hasil Pekerjaan K1

Langkah-langkah pengerjaan yang dilakukan K1 adalah sebagai

berikut:

1) K1 menentukan nilai 𝑟. Nilai 𝑟 menunjukkan banyaknya

bendera yang dapat disusun atau berpindah tempat. Bendera-

bendera yang dapat disusun atau dipindahkan hanya ada 4

yaitu bendera merah, kuning, hijau dan biru. Sedangkan

bendera putih tidak dapat berpindah tempat karena soal

menginginkan bendera putih selalu berada di tengah.

2) K1 menentukan nilai 𝑛 dengan mengurangkan total bendera

dengan bendera putih sehingga nilai 𝑛 yang diperoleh adalah

4. Berdasarkan tanya jawab yang dilakukan, K1 menjelaskan

bahwa bendera putih tidak dapat berpindah tempat sehingga

bendera yang dapat disusun atau dapat berpindah tempat

adalah bendera merah, kuning, hijau dan biru.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

204

3) K1 menghitung banyaknya cara menyusun kelima bendera

jika bendera berwarna putih selalu berada di tengah

menggunakan konsep permutasi dengan unsur yang berbeda

dan memperoleh hasil 24 susunan.

 Masalah 4

Gambar 4.14 Hasil Pekerjaan K1

Langkah-langkah pengerjaan yang dilakukan adalah sebagai

berikut:

1) K1 membuat ilustrasi menggunakan kotak dimana masing-

masing kotak diisi dengan angka dan warna bendera. Kotak

pertama diisi angka 4, kotak kedua diisi angka 3, kotak

ketiga diisi bendera putih, kotak keempat diisi bendera biru,

kotak kelima diisi angka 2 dan kotak terakhir diisi angka 1.

Angka-angka tersebut merupakan kemungkinan-

kemungkinan yang dapat terjadi jika bendera tersebut

dipancang dengan bendera putih dan biru berada di tengah.

2) K1 menghitung banyaknya cara menyusun kelima bendera

jika bendera berwarna putih dan biru selalu berada di tengah

menggunakan konsep permutasi dengan unsur yang berbeda


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

205

dan memperoleh hasil 24 susunan. Perhitungan pertama ini

jika bendera putih dipancang terlebih dahulu setelah itu

bendera biru.

3) K1 membuat ilustrasi menggunakan kotak dimana masing-

masing kotak diisi dengan angka dan warna bendera. Kotak

pertama diisi angka 4, kotak kedua diisi angka 3, kotak

ketiga diisi bendera biru, kotak keempat diisi bendera putih,

kotak kelima diisi angka 2 dan kotak terakhir diisi angka 1.

Angka-angka tersebut merupakan kemungkinan-

kemungkinan yang dapat terjadi jika bendera tersebut

dipancang dengan bendera putih dan biru berada di tengah.

4) K1 menghitung banyaknya cara menyusun kelima bendera

jika bendera berwarna putih dan biru selalu berada di tengah

menggunakan konsep permutasi dengan unsur yang berbeda

dan memperoleh hasil 24 susunan. Perhitungan kedua ini

jika bendera biru dipancang terlebih dahulu setelah itu

bendera putih.

5) K1 menjumlahkan hasil yang diperoleh yaitu 24 + 24 =

48 susunan. Sehingga banyaknya susunan bendera jika

bendera putih dan biru selalu berada di tengah adalah 48

susunan.

Berdasarkan jawaban mereka, diketahui bahwa K1

mampu menganalisis informasi-informasi yang terdapat di


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

206

dalam soal dan membaginya ke dalam bagian yang lebih kecil

untuk mengenali pola atau hubungan. Informasi yang diperoleh

tersebut selanjutnya dievaluasi dan digunakan untuk

menggeneralisasikan ide serta merancang cara untuk

menyelesaikan soal.

2) Kelompok 2 (K2)

 Masalah 3

Gambar 4.15 Hasil Pekerjaan K2

Langkah-langkah pengerjaan yang dilakukan K2 adalah sebagai

berikut:

1) K2 menentukan nilai 𝑛. Nilai 𝑛 yang diperoleh K2 adalah 4.

Berdasarkan tanya jawab yang dilakukan, K2 menjelaskan

bahwa nilai 𝑛 = 4 dikarenakan bendera putih tidak dapat

berpindah tempat sehingga bendera yang dapat disusun atau

dapat berpindah tempat adalah bendera merah, kuning, hijau

dan biru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

207

2) K2 menentukan nilai 𝑟. Nilai 𝑟 menunjukkan banyaknya

bendera yang dapat disusun atau berpindah tempat. Bendera-

bendera yang dapat disusun atau dipindahkan hanya ada 4

yaitu bendera merah, kuning, hijau dan biru. Sedangkan

bendera putih tidak dapat berpindah tempat karena soal

menginginkan bendera putih selalu berada di tengah.

3) K2 menghitung banyaknya cara menyusun kelima bendera jika

bendera berwarna putih selalu berada di tengah menggunakan

konsep permutasi dengan unsur yang berbeda dan memperoleh

hasil 24 susunan. Selain itu K2 juga membuat 5 kotak dimana

kotak pertama diisi angka 4, kotak kedua diisi angka 3, kotak

ketiga diarsir karna kotak ketiga sudah pasti diisi oleh bendera

putih, kotak kedua diisi oleh angka 2 dan kotak terakhir diisi

oleh angka 1. Angka-angka tersebut menjelaskan banyaknya

kemungkinan yang dapat terjadi jika bendera-bendera tersebut

ditancapkan. Berdasarkan tanya jawab yang dilakukan, K2

melakukan hal tersebut berdasarkan konsep aturan pengisian

tempat (filling slot) yang telah dipelajari sebelumnya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

208

 Masalah 4

Gambar 4.16 Hasil Pekerjaan K2

Langkah-langkah pengerjaan yang dilakukan K2 adalah sebagai

berikut:

1) K2 menghitung banyaknya cara menyusun kelima bendera jika

bendera berwarna putih dan biru selalu berada di tengah

menggunakan konsep permutasi dengan unsur yang berbeda dan

memperoleh hasil 24 susunan. Perhitungan pertama ini jika

bendera biru dipancang terlebih dahulu setelah itu bendera putih.

2) K2 menghitung banyaknya cara menyusun kelima bendera jika

bendera berwarna putih dan biru selalu berada di tengah

menggunakan konsep permutasi dengan unsur yang berbeda dan

memperoleh hasil 24 susunan. Perhitungan kedua ini jika bendera

putih dipancang terlebih dahulu setelah itu bendera biru.

3) K2 mengetahui bahwa nilai 𝑛 dan 𝑟 adalah 4. Berdasarkan tanya

jawab yang dilakukan, K2 menjelaskan bahwa nilai 𝑛 = 4


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

209

dikarenakan bendera putih dan biru tidak dapat berpindah tempat

sehingga bendera yang dapat disusun atau dapat berpindah tempat

adalah bendera merah, kuning, hijau, dan ungu. Nilai 𝑟

menunjukkan banyaknya bendera yang dapat disusun atau

berpindah tempat. Bendera-bendera yang dapat disusun atau

dipindahkan hanya ada 4 yaitu bendera merah, kuning, hijau dan

ungu. Sedangkan bendera putih dan biru tidak dapat berpindah

tempat karena soal menginginkan bendera putih dan biru selalu

berada di tengah.

4) K2 menjumlahkan hasil yang diperoleh yaitu 24 + 24 = 48.

Sehingga, banyaknya susunan bendera jika bendera putih dan biru

selalu berada di tengah adalah 48 susunan.

Berdasarkan jawaban mereka, diketahui bahwa K2 mampu

menganalisis informasi-informasi yang terdapat di dalam soal dan

membaginya ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola

atau hubungan. Informasi yang diperoleh tersebut selanjutnya

dievaluasi dan digunakan untuk menggeneralisasikan ide serta

merancang cara untuk menyelesaikan soal.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

210

3) Kelompok 3 (K3)

 Masalah 3 dan 4

Gambar 4.17 Hasil Pekerjaan K3

Gambar 4.18 Hasil Pekerjaan K3

Langkah-langkah pengerjaan yang dilakukan K3 adalah sebagai

berikut:

1) K3 menentukan nilai 𝑛. Nilai 𝑛 yang diperoleh K3 adalah 4.

Berdasarkan tanya jawab yang dilakukan, K3 menjelaskan bahwa


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

211

nilai 𝑛 = 4 dikarenakan bendera putih tidak dapat berpindah

tempat sehingga bendera yang dapat disusun atau dapat berpindah

tempat adalah bendera merah, kuning, hijau dan biru.

2) K3 menentukan nilai 𝑟. Nilai 𝑟 menunjukkan banyaknya bendera

yang dapat disusun atau berpindah tempat. Bendera-bendera yang

dapat disusun atau dipindahkan hanya ada 4 yaitu bendera merah,

kuning, hijau dan biru. Sedangkan bendera putih tidak dapat

berpindah tempat karena soal menginginkan bendera putih selalu

berada di tengah.

3) K3 menghitung banyaknya cara menyusun kelima bendera jika

bendera berwarna putih selalu berada di tengah menggunakan

konsep permutasi dengan unsur yang berbeda dan memperoleh

hasil 24 susunan.

4) Untuk menyelesaikan soal nomor 3, K3 terlebih dahulu

menentukan nilai 𝑛. Nilai 𝑛 yang diperoleh K3 adalah 4.

Berdasarkan tanya jawab yang dilakukan, K3 menjelaskan bahwa

nilai 𝑛 = 4 dikarenakan bendera putih dan biru tidak dapat

berpindah tempat sehingga bendera yang dapat disusun atau dapat

berpindah tempat adalah bendera merah, kuning, hijau, dan ungu.

5) K3 menentukan nilai 𝑟. Nilai 𝑟 menunjukkan banyaknya bendera

yang dapat disusun atau berpindah tempat. Bendera-bendera yang

dapat disusun atau dipindahkan hanya ada 4 yaitu bendera merah,

kuning, hijau dan ungu. Sedangkan bendera putih dan biru tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

212

dapat berpindah tempat karena soal menginginkan bendera putih

dan biru selalu berada di tengah.

6) K3 menghitung banyaknya cara menyusun kelima bendera jika

bendera berwarna putih dan biru selalu berada di tengah

menggunakan konsep permutasi dengan unsur yang berbeda dan

memperoleh hasil 24 susunan. Perhitungan pertama ini jika

bendera putih dipancang terlebih dahulu setelah itu bendera biru.

7) K3 menghitung banyaknya cara menyusun kelima bendera jika

bendera berwarna putih dan biru selalu berada di tengah

menggunakan konsep permutasi dengan unsur yang berbeda dan

memperoleh hasil 24 susunan. Perhitungan kedua ini jika bendera

biru dipancang terlebih dahulu setelah itu bendera putih.

Berdasarkan jawaban mereka, diketahui bahwa K3 mampu

menganalisis informasi-informasi yang terdapat di dalam soal dan

membaginya ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola

atau hubungan. Informasi yang diperoleh tersebut selanjutnya

dievaluasi dan digunakan untuk menggeneralisasikan ide serta

merancang cara untuk menyelesaikan soal.

3. Deskripsi Hasil Pekerjaan Siswa pada Materi Permutasi Siklis

Deskripsi hasil pekerjaan siswa pada materi permutasi siklis adalah

deskripsi hasil pekerjaan siswa untuk masalah yang bertujuan untuk

membekali siswa dengan kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan

mencipta atau yang dikenal dengan Higher Order Thinking Skills (HOTS).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

213

Oleh karena itu, peneliti hanya menganalisis masalah 2. Yang menjadi

kelas penelitian pada materi ini adalah kelas XI IPS 3.

1) Kelompok 1 (K1)

Gambar 4.19 Hasil Pekerjaan K1

Langkah-langkah pengerjaan yang dilakukan K1 adalah sebagai

berikut:

1) K1 menghitung banyaknya cara duduk ketujuh orang

tersebut menggunakan konsep permutasi siklis dan

memperoleh hasil 720 susunan duduk.

2) K1 membuat ilustrasi susunan duduk jika AD harus

berdekatan.

3) K1 mengetahui bahwa nilai n adalah 6 karena AD harus

berdekatan sehingga AD dianggap satu orang.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

214

4) K1 menghitung banyaknya susunan duduk menggunakan

konsep permutasi siklis dan diperoleh hasil 120 susunan.

5) K1 menghitung banyaknya susunan duduk AD karena

susunanya bisa AD ataupun DA.1

6) K1 mengalikan hasil yang diperoleh yaitu 120 × 2 = 240.

Sehingga susunan duduk yang diperoleh jika A harus duduk

dekat D dengan posisi melingkar adalah 240 susunan.

1) K1 mengurangkan hasil yang diperoleh pada pertanyaan (a)

yaitu banyaknya susunan duduk jika tidak ada syarat atau

ketentuan apapun dengan jawaban pada pertanyaan (b) yaitu

banyaknya susunan duduk jika AD harus berdekatan atau

seperti yang tertulis pada lembar jawaban K1 yaitu 720 −

240 = 480. Berdasarkan tanya jawab yang dilakukan, K1

menjelaskan bahwa berdasarkan logika jika banyaknya

susunan duduk jika AD harus duduk berdekatan dijumlahkan

dengan banyaknya susunan duduk jika AD tidak mau duduk

bersebalahan maka akan menghasilkan banyaknya susunan

duduk tanpa syarat apapun, konsep itulah yang digunakan

K1 dalam menyelesaikan soal (c).

Berdasarkan jawaban mereka, diketahui bahwa K1 mampu

menganalisis informasi-informasi yang terdapat di dalam soal

dan membaginya ke dalam bagian yang lebih kecil untuk

mengenali pola atau hubungan. Informasi yang diperoleh


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

215

tersebut selanjutnya dievaluasi dan digunakan untuk

menggeneralisasikan ide serta merancang cara untuk

menyelesaikan soal.

2) Kelompok 2 (K2)

Gambar 4.20 Hasil Pekerjaan K2

Langkah-langkah pengerjaan yang dilakukan K2 adalah sebagai

berikut:

1) K2 menghitung banyaknya cara duduk ketujuh orang

tersebut menggunakan konsep permutasi siklis dan

memperoleh hasil 720 susunan duduk.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

216

2) K2 membuat ilustrasi susunan duduk jika AD harus

berdekatan sehingga K2 mengetahui nilai n adalah 6 karena

AD harus berdekatan sehingga AD dianggap satu orang.

3) K2 menghitung banyaknya susunan duduk menggunakan

konsep permutasi siklis dan diperoleh hasil 120 susunan.

Namun AD bisa bertukar posisi duduk karena susunanya

bisa AD ataupun DA sehingga K2 mengalikan 120 dengan

2. Sehingga susunan duduk yang diperoleh jika A harus

duduk dekat D dengan posisi melingkar adalah 240 susunan.

4) K2 menuliskan susunan tidak ada ketentuan dikurangi AD

harus berdekatan sama dengan AD tidak boleh berdekatan.

5) K2 mengurangkan hasil yang diperoleh pada pertanyaan (a)

yaitu banyaknya susunan duduk jika tidak ada ketentuan

dengan jawaban pada pertanyaan (b) yaitu banyaknya

susunan duduk jika AD harus berdekatan atau seperti yang

tertulis pada lembar jawaban K2 yaitu 720 − 240 = 480.

Berdasarkan tanya jawab yang dilakukan, K2 menjelaskan

bahwa jika banyaknya susunan duduk jika AD harus duduk

berdekatan dijumlahkan dengan banyaknya susunan duduk

jika AD tidak mau duduk bersebalahan maka akan

menghasilkan banyaknya susunan duduk tanpa syarat

apapun, konsep itulah yang digunakan K2 dalam

menyelesaikan soal (c).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

217

Berdasarkan jawaban mereka, diketahui bahwa K2 mampu

menganalisis informasi-informasi yang terdapat di dalam soal

dan membaginya ke dalam bagian yang lebih kecil untuk

mengenali pola atau hubungan. Informasi yang diperoleh

tersebut selanjutnya dievaluasi dan digunakan untuk

menggeneralisasikan ide serta merancang cara untuk

menyelesaikan soal.

3) Kelompok 3 (K3)

Gambar 4.21 Hasil Pekerjaan K3

Langkah-langkah pengerjaan yang dilakukan K3 adalah sebagai

berikut:

1) K3 menghitung banyaknya cara duduk ketujuh orang

tersebut menggunakan konsep permutasi siklis dan

memperoleh hasil 720 susunan duduk.

2) K3 membuat daftar nama orang yaitu A,B,C,D,E,F,G.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

218

3) K3 membuat ilustrasi susunan duduk jika AD harus

berdekatan.

4) K3 mengetahui bahwa nilai n adalah 6 karena AD harus

berdekatan sehingga AD dianggap satu orang.

5) K3 menghitung banyaknya susunan duduk menggunakan

konsep permutasi siklis dan aturan pengisian tempat dalam

menyelesaikan soal (b). Menggunakan konsep permutasi

siklis diperoleh hasil 120 susunan. Namun AD bisa bertukar

posisi duduk karena susunanya bisa AD ataupun DA

sehingga K3 mengalikan 120 dengan 2. Sehingga susunan

duduk yang diperoleh jika A harus duduk dekat D dengan

posisi melingkar adalah 240 susunan.

6) K3 mengurangkan hasil yang diperoleh pada pertanyaan a

yaitu banyaknya susunan duduk jika tidak ada syarat atau

ketentuan apapun dengan jawaban pada pertanyaan b yaitu

banyaknya susunan duduk jika AD harus berdekatan atau

seperti yang tertulis pada lembar jawaban K3 yaitu 720 −

240 = 480. Berdasarkan tanya jawab yang dilakukan, K3

menjelaskan bahwa berdasarkan logika jika banyaknya

susunan duduk jika AD harus duduk berdekatan dijumlahkan

dengan banyaknya susunan duduk jika AD tidak mau duduk

bersebalahan maka akan menghasilkan banyaknya susunan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

219

duduk tanpa syarat apapun, konsep itulah yang digunakan

K3 dalam menyelesaikan soal (c).

Berdasarkan jawaban K3, diketahui bahwa K3 mampu

menganalisis informasi-informasi yang terdapat di dalam soal

dan membaginya ke dalam bagian yang lebih kecil untuk

mengenali pola atau hubungan. Informasi yang diperoleh tersebut

selanjutnya dievaluasi dan digunakan untuk menggeneralisasikan

ide serta merancang cara untuk menyelesaikan soal.

G. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah:

1. Peneliti tidak melakukan observasi sebelum melakukan penelitian

sehingga peneliti harus beradaptasi terlebih dahulu dengan situasi,

kondisi, dan kelas penelitian.

2. Kajian peneliti untuk topik HOTS masih sangat kurang. Hal disebabkan

karena sebagian besar sumber yang membahas tentang HOTS berbahasa

Inggris.

3. Pelaksanaan uji coba yang dilakukan bersamaan dengan penelitian

membuat peneliti bekerja ekstra terutama dalam mengatur waktu dan

menyebabkan beberapa perubahan ketika proses penelitian berlangsung

terutama berkaitan dengan kelas uji coba dan kelas penelitian.

4. Minimnya pengetahuan dan pemahaman peneliti tentang HOTS membuat

penelitian ini masih sangat jauh dari sempurna.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

220

H. Refleksi

Saya dan teman-teman sudah diharuskan untuk menentukan judul

penelitian sejak semester 1. Pak Andy, dalam perkuliahan Kajian Topik

Penelitian meminta kami untuk segera mencari topik yang bisa diteliti. Topik

penelitian yang mau saya teliti saat itu adalah tentang pemecahan masalah.

Namun, topik ini akhirnya berubah setelah kami kedatangan Pak Joyo, salah

satu guru matematika di SMA Kolese De Britto pada perkuliahan Kajian

Topik Penelitian. Beliau sengaja diundang oleh Pak Andy untuk berdiskusi

dan berbagi pengalaman tentang penelitian kepada kami. Pada kesempatan itu

beliau secara khusus berbicara mengenai Higher Order Thinking Skills

(HOTS), yang mana merupakan salah satu topik yang sedang menjadi fokus

penelitian beberapa tahun terakhir. Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa

saat ini beliau sedang mempelajari tentang Higher Order Thinking Skills

(HOTS) dan mencoba untuk menerapkannya dalam pembelajaran di kelas.

Lebih dari itu, beliau sangat mengharapkan ada di antara kami yang meneliti

topik ini. Saya secara pribadi sangat tertarik dengan penjelasan Pak Joyo

berkaitan dengan Higher Order Thinking Skills (HOTS). Selepas pertemuan

dengan Pak Joyo, saya memutuskan untuk mengambil Higher Order Thinking

Skills (HOTS) sebagai topik penelitian saya. Keinginan ini saya sampaikan

kepada Pak Andy dalam suatu kesempatan perkuliahan kajian topik. Pak

Andy menyetujui dan meminta saya agar segera menentukan judul penelitian.

Sampai waktunya melaporkan judul penelitian, saya belum menemukan

rumusan judul yang pasti. Yang ada dalam pikiransaya saat itu adalah tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

221

penerapan Higher Order Thinking Skills (HOTS) dalam pembelajaran.

Akhirnya, dengan bantuan Pak Andy, saya menemukan rumusan judul untuk

penelitian saya yaitu Pengembangan Pengelolaan Pembelajaran

Matematika yang Berorientasi pada Higher Order Thinking Skills

(HOTS) Kelas XI IPA SMA Kolese De Britto.” Dengan dirumuskannya

judul penelitian ini, Pak Andy meminta untuk mulai mendalami tentang

Higher Order Thinking Skills (HOTS), mengkaji jurnal dan artikel tentang

Higher Order Thinking Skills (HOTS), dan selanjutnya mulai menyusun BAB

I. Saya mulai mengkaji tentang pengembangan pembelajaran, pengelolaan

pembelajaran, dan semua hal tentang Higher Order Thinking Skills (HOTS).

Kesulitan terbesar yang saya hadapi saat itu adalah sedikitnya jurnal dan

artikel Indonesia tentang Higher Order Thinking Skills (HOTS). Artikel dan

jurnal tentang Higher Order Thinking Skills (HOTS) yang saya dapat pada

umumnya berbahasa Inggris. Keadaan ini mengaharuskan saya untuk

menerjemahkan artikel dan jurnal tersebut ke dalam bahasa Indonesia terlebih

dahulu sebelum akhirnya mendalami dan mengambil poin-poin pentingnya.

Kemampuan bahasa Inggris yang pas-pasan sering membuat saya putus asa

dan menjadi malas. Lepas semester 1, bersamaan dengan berakhirnya

perkuliahan Kajian Topik Penelitian saya menyelesaikan BAB I dan BAB II.

Namun, semuanya masih seadanya dan jauh dari sempurna. Masih ada banyak

hal yyang harus saya benahi berdasarkan masukkan dan saran baik dari Pak

Andy maupun dari teman-teman ketika saya memaparkan rancangan

penelitian saya pada perkuliahan Kajian Topik Penelitian.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

222

Masuk semester 2, saya melanjutkan penulisan untuk BAB III. Kami

dianjurkan untuk menggunakan Design Research dalam penelitian kami. Satu

lagi masalah yang harus saya hadapi. Pengetahuan saya tentang Design

Research sangat minim. Hal ini membuat saya membutuhan waktu yang

sangat lama untuk menyelesaikan BAB III. Setelah terhenti cukup lama, saya

akhirnya mulai mengerjakan lagi BAB III setelah berdiskusi dengan Mbak

Anisa, teman sekelass saya. Mbak Anisa menjelaskan tentang Design

Research dan memberikan salah satu buku tentang Design Research. BAB III

selesai dan saya memaparkan di kelas dalam perkuliahan Metode Penelitian.

Banyak masukkan dan perbaikan yang saya terima saat itu, secara khusus

berkaitan dengan desain proses pembelajaran dan teknik analisis data. Saya

diminta untuk menjabarkan kedua hal ini secara lebih detail. Setelah

melakukan beberapa perbaikan, akhirnya BAB III disetujui oleh Pak Andy.

Selain saya, ada dua teman lain yang juga meneliti tentang Higher Order

Thinking Skills (HOTS), yaitu Wiwin dan Kakak Elvin. Wiwin mengkaji

tentang pengembangan soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) dan Kakak

Elvin mengkaji tentang kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal Higher

Order Thinking Skills (HOTS). Awal semester 3, Pak Andy mengadakan

pertemuan bersama kami dan Pak Joyo. Beliau menyampaikan bahwa

penelitian ini selanjutnya menjadi penelitian kelompok dengan dosen

pembimbing yang sama, sekolah tempat penelitian yang sama, guru rekan

penelitian yang sama, kelas penelitian yang sama, dan materi yang digunakan

untuk penelitian yang sama juga. Materi penelitian yang akan digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

223

adalah kaidah pencacahan dan kelas yang akan diteliti adalah kelas XI IPS

SMA Kolese De Britto. Kami diminta untuk menyiapkan segala hal yang

berhubungan dengan penelitian kami. Saya secara pribadi diminta untuk

menyiapkan Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP) untuk materi kaidah

pencacahan yang meliputi Aturan Perkalian, Permutasi seluruhnya, dan

Kombinasi. Kami juga membuat kesepakatan bahwa seterusnya kami akan

bertemu setiap hari Jumat guna membahas persiapan penelitian kami.

Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP) yang saya buat mengalami beberapa

kali perubahan sebelum akhirnya benar-benar disetujui dan bisa digunakan

untuk penelitian. Kesulitan terbesar saya saat membuat RPP adalah menyusun

indikator pencapaian kompetensi. Saya kesulitan untuk menentukan indikator

yang benar-benar HOTS. Selain itu, saya juga masih kurang memahami

bagaimana menerpkan HOTS dalam pembelajaran. Solusi untuk masalah

pertama saya peroleh dari Pak Andy dan Pak Joyo. Pak Andy dan Pak Joyo

meminta saya untuk mengkaji kata kerja operasional untuk menganalisis,

mengevaluasi, dan mencipta. Selanjutnya, solusi untuk kesulitan kedua saya

peroleh dari Pak Hongki. Beliau menjelaska bahwa implementasi HOTS

terjadi setelah siswa menemukan, memahami, dan menguasai konsep tentang

materi yang diajarkan yang ditandai dengan pemberian soal HOTS. Setelah

melalui persiapan yang cukup panjang, saya dan teman akhirnya memulai

penelitian pada bulan November sampai dengan Desember tahun 2017 yang

lalu. Penelitian berjalan dengan pendampingan Pak Joyo. Pak Joyo

memberikan evaluasi terkait kegiatan pembelajaran setelah pembelajaran di


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

224

kelass berakhir. Saya menyadari banyak sekali kekurangan selama penelitian

berlangsung. Persiapan yang masih sangat kurang dan rasa kurang percaya

diri kadang membuat saya putus asa. Saya juga masih harus beradaptasi

dengan subjek dalam kelas penelitian. Puji Tuhan, setelah melewati banyak

hal, saya dapat meyelesaikan penelitian ini. Sambil meneliti saya juga

memperbaiki BAB I-BAB III. Ada beberapa hal yang harus saya perbaiki dan

juga saya lengkapi.

Semester 3 berakhir dan saya sudah selesai meneliti. Selanjutnya adalah

memulai proses analisis data. Saya berhenti cukup lama sebelum akhirnya

benar-benar mulai menyusun BAB IV. Saya bingung harus memulai

darimana. Materi yang diteliti juga sangat banyak. Hal ini akhirnya membuat

saya putus asa dan malas. Hal ini semakin diperparah karena saya tidak

menyampaikan kebingungan saya kepada Pak Andy. Saya mulai mengerjakan

BAB IV setelah betanya kepada Nadus. Berbekal penjelasan dari Nadus saya

mulai mengerkan BAB IV. Selain itu, saya, Wiwin, dan Kakak Elvin betemu

dan berdiskusi untuk memutuskan materi mana yang akan dianalisis. Hasilnya

adalah saya hanya akan membahas tentang Aturan Perkalian, Permutasi dari

Unsur-unsur yang Berbeda, dan Permutasi Siklis. Proses analisis dan

penyusunan BAB IV mulai berjalan dan beberapa orang terdekat saya

semakin sering menanyakan kabar tesis saya. Kadang risih dan terganggu

juga. Tetapi pada akhirnya kebiasaan mereka ini yang membuat saya terpacu

dan merasa punya tanggung jawab untuk segera menyelesaikan tesis saya.

Salah satu yang sangat rajin mengingatkan adalah Nadus. “Ayo semangat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

225

biar cepat ujian,” kalimat yang hampir setiap hari keluar dari mulutnya Nadus.

Dalam proses pengerjaan, saya masih sering merasa tidak percaya diri dengan

apa yang saya kerjakan. Selalu merasa kalau apa yang saya kerjakan belum

pas dan belum sesuai. Setelah sekian lama bergumul sendiri, saya akhirnya

mulai memperoleh titik terang ketika Pak Andy meminta kami bertemu untuk

membahas tesis Wiwin. Saya memperoleh beberapa masukan yang sangat

berharga untuk proses analisis saya. Setelah pertemuan itu kami terutama saya

secara pribadi tidak pernah bertemu Pak Andy. Saya juga tidak mengirimkan

hasil analisis saya kepada Pak Andy. Sampai akhirnya Pak Andi mengirimkan

pesan WA kepada saya dan meminta untuk bertemu guna membahas tesis

saya. Saya mengirimkan tesis saya kepada beliau dan mendapat beberapa

masukan dan perbaikan. Pak Andy menyampaikan bahwa secara keseluruahn

sudah cukup dan bisa dilengkapi untuk persiapan ujian.

Di akhir refleksi ini saya mau memanjatkan puji dan syukur ke hadirat

Allah Tritunggal yang Mahakudus, untuk segala berkat dan rahmat yang

boleh saya terima sehngga bisa menyelesaian tesis ini. Saya juga mau

mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak, yang dengan caranya

masing-masing telah mendukung dan membantu saya sehingga bisa

menyelesaikan tesis ini.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengembangan desain pembelajaran

matematika yang berorientasi pada Higher Order Thinking Skills (HOTS)

pada siswa kelas XI Sosial SMA Kolese De Britto Yogyakarta dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Langkah-langkah pengembangan desain pembelajaran matematika yang

berorientasi pada HOTS pada materi aturan perkalian dan permutasi,

yaitu: (a) spesifikasi asumsi-asumsi atau preposisi-preposisi yang

mendasar; (b) mengidentifikasi kompetensi, (c) menggambarkan secara

spesifik kompetensi-kompetensi,; (d) menentukan tingkat-tingkat

kriteria dan jenis asesmen; (e) mengelompokkan dan menyusun tujuan

pengajaran; (f) mendesain strategi pembelajaran; (g) mengorganisasikan

sistem pengelolaan; (h) melaksanakan percobaan program; (i) menilai

desain pembelajaran, dan (j) memperbaiki program. Proses

pembelajaran yang berorientasi pada HOTS menggunakan model

Problem Based Learning (PBL). Pada proses pembelajaran, peneliti

memberikan masalah-masalah kontekstual berkaitan dengan materi

aturan perkalian dan permutasi. Penyajian masalah diawali dengan

masalah kontekstual yang bertujuan untuk membekali siswa dengan

kemampuan mengingat, memahami, dan mengaplikasikan atau yang

dikenal dengan Lower Order Thinking Skills (LOTS) dan selanjutnya

221
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

222

masalah kontekstual yang bertujuan untuk membekali siswa dengan

kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta atau yang

dikenal dengan Higher Order Thinking Skills (HOTS). Penerapan HOTS

terjadi setelah siswa menemukan konsep tentang aturan perkalian dan

permutasi.

2. Pembelajaran yang berorientasi pada Higher Order Thinking Skills

(HOTS) menuntut siswa untuk lebih aktif dan mengembangkan

kemampuan berpikir mereka. Hasil pekerjaan siswa selama proses

pembelajaran menunjukkan bahwa secara keseluruhan siswa telah

mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi pada level menganalisis

dan mengevaluasi. Siswa mampu menganalisis informasi-informasi

yang terdapat di dalam soal dan membaginya ke dalam bagian yang

lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungan. Informasi yang

diperoleh tersebut selanjutnya dievaluasi dan digunakan untuk

menggeneralisasikan ide serta merancang cara untuk menyelesaikan

soal.

B. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan peneliti terkait penelitian yang telah

dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Higher Order Thinking Skills (HOTS) merupakan kemampuan yang

harus dimiliki oleh siswa di abad ini. Oleh karena itu, menjadi keharusan

bagi para guru untuk menerapkan Higher Order Thinking Skills (HOTS)

dalam pembelajaran di kelas.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

223

2. Mengingat pengelolaan pembelajaran yang berorientasi pada Higher

Order Thinking Skills (HOTS) masih sangat sedikit dibahas oleh peneliti

Indonesia, maka perlu mengkaji lebih banyak jurnal atau artikel luar

yang secara khusus membahas tentang hal ini.

3. Untuk penelitian selanjutnya, bisa memaksimalkan penggunaan

pertanyaan-pertanyaan yang memancing siswa untuk berpikir pada level

berpikir tingkat tinggi.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim Abdulah, Nur Liyuna Zainal Abidin, & Marlina Ali. (2015). “Analysis
of Student Higher Order Thinking Skills (HOTS) Problems for the Topic of
Fraction.” Canadian Centre of Science and Education. Vol. 11. No. 21, pp.
133.
Abdullah. 2006. Pembelajaran Matematika Realistik untuk Pokok Bahasan
Kesebangunan di Kelas IX SMP Negeri 2 Kencong Jember. Surabaya: Tesis
Pasca Sarjana UNESA.
Anderson & Krathwohl. 2015. Kerangka Landasan untuk Pembelajaran,
Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anwar, Chairul. 2017. Teori-Teori Pendidikan Klasik Hingga Kontemporer.


Yogyakarta: IRCiSoD

Brookhart, Susan M. 2010. How to Assess Higher-Order Thinking Skills in Your


Classroom.
Christina Murray, Eileen. 2011. “Implementing Higher Order Thinking in Middle
School Mathematics Classroom.” (Unpublished Doctoral Dissertation).
University of Georgia.
Daryanto. 2013. Inovasi Pembelajaran Efektif. Bandung: Yrama Widya.
Jim Rubin & Manikya Rajakaruna. 2015. “ Teaching and Assessing Higher Order
Thinking in the Mathematics Classroom with Clickers.” International
Society of Educational Research. Vol. 10. No. 1, pp. 37-51.
Kasturi, Dafik, Ojat Darojat. (2015). “ Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Problem Posing Berorientasi Penerapan Higher Order Thinking Skills pada
Materi Kesebangunan Kelas IX.” Pancaran. Vol. 4, No. 1. pp. 11-32.
King, Ph.D., FJ, Ludwika Goodson, M.S., dan Faranak Rohani, Ph.D. Higher
Order Thinking Skills. A publication of the Educational Services Program,
now known as the Center for Advancement of Learning and Assessment.

xxiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lubis, Mara Samin Lubis. 2016. Diktat Teori Belajar dan Pembelajaran
Matematika. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Jurusan pendidikan
Matematika. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.

Prahmana, Rully Charitas Indra. 2017. Design Research (Teori dan


Implementasinya: Suatu Pengantar). Yogyakarta: Rajawali Pers.
Robyn Collins. (2014). “Skills for the 21st Century: teaching higher order thinking.”
Curriculum Leadership Journal. Vol. 12. Issue 14.

Rusman. 2016. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme


Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Bandung: Kencana.
Widodo, Tri, & Sri Kadarwati. 2013. “Higher Order Thinking Berbasis Pemecahan
Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Berorientasi Pembentukan
Karakter Siswa.” Cakrawala Pendidikan. Th. XXXII. No. 1.

xxv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran1|1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

Satuan Pendidikan : SMA


Kelas/Semester : XI/1
Mata Pelajaran : Matematika
Topik : Aturan Perkalian dan Bilangan Faktorial
Waktu : 2 × 45 menit

A. Standar Kompetensi
Menggunakan aturan statistika, kaidah pencacahan, dan sifat-sifat peluang dalam
pemecahan masalah.
B. Kompetensi Dasar
Menggunakan aturan perkalian, permutasi, dan kombinasi dalam pemecahan masalah.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1) Menganalisis informasi tentang aturan perkalian dan mampu menstrukturkan
informasi-informasi tersebut ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola
atau hubungannya.
2) Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan berkaitan dengan pola atau hubungan
dalam aturan perkalian.
3) Membuat hipotesis berkaitan dengan konsep aturan perkalian.
4) Membuat generalisasi ide tentang konsep aturan perkalian.
5) Merancang strategi untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan aturan
perkalian.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan pembelajaran, siswa diharapkan dapat :
1) Menganalisis informasi tentang aturan perkalian dan mampu menstrukturkan
informasi-informasi tersebut ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola
atau hubungannya.
2) Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan berkaitan dengan pola atau hubungan
dalam aturan perkalian.
3) Membuat hipotesis berkaitan dengan konsep aturan perkalian.
4) Membuat generalisasi ide tentang konsep aturan perkalian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran1|2

5) Merancang strategi untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan aturan


perkalian.
E. Materi Pokok
1. Kaidah Pencacahan
Aturan Perkalian
2. Bilangan Faktorial
F. Model/Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran : Problem-Based Learning (PBL)
Pendekatan Pembelajaran : Pendekatan Saintifik (Scientific).
Metode Pembelajaran : Penemuan Terbimbing, Pemecahan Masalah, Diskusi,
Tanya Jawab, Tugas.
G. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan Apersepsi 10 menit
1. Guru memberikan gambaran tentang pentingnya mempelajari
tentang aturan perkalian.
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Inti Masalah 1 70 menit
Tono mempunyai 3 buah baju berwarna putih, cokelat dan
merah dan 3 buah celana berwarna abu-abu, hitam dan biru.
Ada berapa pilihan warna baju dan celana yang dapat
dikenakan oleh Tono?
Fase 1: Orientasi Siswa pada Masalah
1) Guru membagikan lembar aktivitas siswa (LAS)
2) Guru meminta siswa untuk mencermati masalah yang
tertera pada lembar aktivitas siswa (LAS) dan
mengajukan pertanyaan bila terdapat hal-hal yang belum
dipahami terkait masalah yang disajikan dan guru
memberikan penjelasan untuk hal yang belum dipahami
siswa berkaitan dengan masalah yang disajikan.
3) Guru meminta siswa menuliskan informasi-informasi
penting yang terdapat di dalam masalah yang disajikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran1|3

Fase 2 dan 3: Mengorganisasi Siswa untuk Belajar dan


Membimbing Penyelidikan Siswa
Kemungkinan 1: Siswa menentukan banyaknya pilihan
warna baju dan celana yang dapat dikenakan oleh Tono
dengan cara mendaftar.
1) Guru mengajukan petanyaan berikut, “Bagaimana cara
kalian menentukan pilihan warna baju dan celana yang
dapat dikenakan oleh Tono?”
2) Siswa mengatakan bahwa mereka melakukannya dengan
cara mendaftar.
3) Siswa membuat daftar pilihan warna baju dan celana
yang dapat dikenakan oleh Tono sebagai berikut: (baju
putih-celana abu-abu, baju putih-celana hitam, baju
putih-celana biru, baju cokelat-celana abu-abu, baju
cokelat-celana hitam, baju cokelat-celana biru, baju
merah-celana abu-abu, baju merah-celan hitam, baju
merah-celana biru).
4) Berdasarkan daftar yang dibuat pada langkah 3, siswa
menentukan bahwa terdapat 9 pasangan pilihan warna
baju dan celana yang dapat dikenakan oleh Tono.
Kemungkinan 2: Siswa menentukan banyaknya cara
memasangkan baju dan celana yang dimilki Tono dengan
menggunakan tabel:
1) Guru mengajukan petanyaan berikut, “Bagaimana cara
kalian menentukan pilihan warna baju dan celana yang
dapat dikenakan oleh Tono?”
2) Siswa mengatakan bahwa mereka menentukan pilihan
warna baju dan celana yang dapat dikenakan oleh Tono
dengan membuat tabel.
3) Siswa membuat pemisalan untuk 3 baju dan 3 celana
yang dimiliki oleh Tono, sebagai berikut:
 Baju Putih :𝑃
 Baju Cokelat :𝐶
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran1|4

 Baju Merah :𝑀
 Celana Abu-abu :𝐴
 Celana Hitam :𝐻
 Celana Biru :𝐵
4) Siswa membuat daftar pilihan warna baju dan celana
yang dapat dikenakan oleh Tono dengan tabel sebagai
berikut:

Celana A H B
Baju
P (P,A) (P,H) (P,B)
C (C,A) (C,H) (C,B)
M (M,A) (M,H) (M,B)

5) Berdasarkan tabel yang telah dibuat, siswa menentukan


bahwa terdapat 9 pasangan pilihan warna baju dan celana
yang dapat dikenakan oleh Tono.
Kemungkinan 3: Siswa menentukan banyaknya cara
memasangkan baju dan celana yang dimilki Tono dengan
menggunakan diagram pohon.
1) Guru mengajukan petanyaan berikut, “Bagaimana cara
kalian menentukan pilihan warna baju dan celana yang
dapat dikenakan oleh Tono?”
2) Siswa mengatakan bahwa mereka menentukan pilihan
warna baju dan celana yang dapat dikenakan oleh Tono
dengan membuat diagram pohon.
3) Siswa membuat pemisalan untuk 3 baju dan 3 celana
yang dimiliki oleh Tono, sebagai berikut:
 Baju Putih :𝑃
 Baju Cokelat :𝐶
 Baju Merah :𝑀
 Celana Abu-abu :𝐴
 Celana Hitam :𝐻
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran1|5

 Celana Biru :𝐵
4) Siswa membuat daftar pilihan warna baju dan celana
yang dapat dikenakan oleh Tono dengan diagram pohon
sebagai berikut:

A
P H
B
A
C H
B
A
M H
B

6) Berdasarkan diagram pohon yang telah dibuat, siswa


menentukan bahwa terdapat 9 pasangan pilihan warna
baju dan celana yang dapat dikenakan oleh Tono, yaitu:
PA, PH, PB, CA, CH, CB, MA, MH, MB.
Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya
1) Guru meminta perwakilan kelompok untuk menyajikan
hasil diskusi.
2) Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang lain
untuk mengajukan pertanyaan atau sanggahan atas apa
yang telah dituliskan dan dijelaskan oleh teman mereka.
3) Guru memberikan topangan dan penjelasan seperlunya
jika siswa mengalami kebingungan dan kesulitan.
Masalah 2
Untuk menuju Salatiga dari Yogyakarta harus melewati
Klaten. Dari Yogyakarta ke Klaten ada 4 jalan yang dapat
ditempuh dan dari Klaten ke Salatiga ada 3 jalan yang dapat
ditempuh. Dengan berapa jalan Adi dapat pergi dari
Yogyakarta ke Salatiga?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran1|6

Fase 1: Orientasi Siswa pada Masalah


1) Guru membagikan lembar aktivitas siswa (LAS)
2) Guru meminta siswa untuk mencermati masalah yang
tertera pada lembar aktivitas siswa (LAS) dan
mengajukan pertanyaan bila terdapat hal-hal yang belum
dipahami terkait masalah yang disajikan dan guru
memberikan penjelasan untuk hal yang belum dipahami
siswa berkaitan dengan masalah yang disajikan.
3) Guru meminta siswa menuliskan informasi-informasi
penting yang terdapat di dalam masalah yang disajikan.
Fase 2 dan 3: Mengorganisasi Siswa untuk Belajar dan
Membimbing Penyelidikan Siswa
Kemungkinan 1: Siswa menentukan banyaknya jalan yang
dapat ditempuh Adi dari Yogyakarta menuju Salatiga dengan
diagram pohon.
1) Guru mengajukan petanyaan berikut, “Bagaimana cara
kalian menentukan banyaknya jalan yang dapat ditempuh
oleh Adi dari Yogyakarta ke Salatiga?”
2) Siswa mengatakan bahwa mereka menentukan
banyaknya jalan yang dapat ditempuh oleh Adi dengan
membuat diagram pohon.
3) Siswa membuat pemisalan untuk 4 jalan dari Yogyakarta
ke Klaten dan 3 jalan dari Klaten ke Salatiga, sebagai
berikut:
 Yogyakarta-Klaten : 𝐴, 𝐵, 𝐶, 𝐷
 Klaten- Salatiga : 1, 2, 3
4) Siswa membuat daftar jalan yang dapat ditempuh Adi
dari Yogyakarta ke Salatiga dengan diagram pohon
sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran1|7

1
A 2
3
1
B 2
3
1
c 2
3
1
D 2
3

5) Berdasarkan diagram pohon yang telah dibuat, siswa


menentukan bahwa terdapat 12 jalan yang dapat
ditempuh Adi untuk pergi dari Yogyakarta ke Salatiga,
yaitu: A1, A2, A3, B1, B2, B3, C1, C2, C3, D1, D2, D3.

Kemungkinan 2:
1) Guru mengajukan petanyaan berikut, “Bagaimana cara
kalian menentukan banyaknya jalan yang dapat ditempuh
oleh Adi dari Yogyakarta ke Salatiga?”
2) Siswa mengatakan bahwa mereka terlebih dahulu
membuat pemisalan untuk 4 jalan dari Yogyakarta ke
Klaten dan 3 jalan dari Klaten ke Salatiga, sebagai
berikut:
 Yogyakarta-Klaten : 𝐴, 𝐵, 𝐶, 𝐷
 Klaten- Salatiga : 1, 2, 3
3) Selanjutnya siswa menentukan jalan yang dapat
ditempuh Adi dari Yogyakarta ke Salatiga dengan
dengan membuat gambar sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran1|8

A
1
B
Yogyakarta Klaten 2 Salatiga
C

D 3

4) Berdasarkan diagram pohon yang telah dibuat, siswa


menentukan bahwa terdapat 12 jalan yang dapat
ditempuh Adi untuk pergi dari Yogyakarta ke Salatiga,
yaitu: A1, A2, A3, B1, B2, B3, C1, C2, C3, D1, D2, D3.

Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya


1) Guru meminta perwakilan kelompok untuk menyajikan
hasil diskusi.
2) Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang lain
untuk mengajukan pertanyaan atau sanggahan atas apa
yang telah dituliskan dan dijelaskan oleh teman mereka.
3) Guru memberikan topangan dan penjelasan seperlunya
jika siswa mengalami kebingungan dan kesulitan.
Fase 5: Menganalisis dan Mengevaluasi Proses
Pemecahan Masalah (Masalah 1 dan Masalah 2)
1. Berdasarkan proses penyelesaian untuk kedua masalah,
guru meminta siswa untuk melihat apakah ada pola atau
hubungan tertentu yang muncul?
2. Siswa melihat ada pola dan hubungan yang muncul
berdasarkan proses penyelesaian untuk masalah 1 dan
masalah 2. Untuk masalah 1, dari 3 baju dan 3 celana
dapat disusun 9 pasangan baju dan celana yang dapat
dikenakan Tono. Siswa menjelaskan bahwa 9 itu tidak
lain adalah hasil kali dari 3 dan 3. Demikian juga untuk
masalah 2, 12 tidak lain adalah hasil kali dari 4 dan 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran1|9

3. Guru meminta siswa untuk membuat hipotesis


banyaknya cara menyusun atau melakukan suatu
prosedur dalam dua langkah yang saling bebas. Misalkan
langkah pertama dapat dilakukan dengan 𝑛1 cara dan
langkah kedua dapat dilakukan dengan 𝑛2 cara.
“Jika suatu prosedur dapat dilakukan dengan dua
langkah yang saling bebas, dimana langkah pertama
dapat dilakukan dengan 𝒏𝟏 cara dan langkah kedua
dapat dilakukan dengan 𝒏𝟐 cara, maka prosedur
tersebut dapat dilakukan dengan 𝒏𝟏 × 𝒏𝟐 cara.”
4. Guru meminta siswa untuk membuat generalisasi untuk
prosedur yang dapat dilakukan dalam 𝑘 langkah yang
saling bebas.
5. Guru menyempurnakan generalisasi yang dibuat siswa
berkaitan dengan prosedur yang dapat dilakukan dalam 𝑘
langkah yang saling bebas, sebagai berikut:
Jika suatu prosedur dapat dilakukan dalam 𝒌
langkah yang saling bebas dimana langkah pertama
dapat dikerjakan dengan 𝒏𝟏 cara, langkah kedua
dengan 𝒏𝟐 cara, dan seterusnya, sehingga langkah ke-
𝒌 dapat dikerjakan dengan 𝒏𝒌 cara, maka prosedur
tersebut dapat dilakukan dengan 𝒏𝟏 × 𝒏𝟐 × . . . ×
𝒏𝒌 cara.
Masalah 3:
Berapakah banyak bilangan yang terdiri atas 3 angka yang dapat
dibentuk dari angka-angka 2, 4, 5, 7, dan 9, jika:
a. Tiap angka boleh berulang.
b. Tiap angka tidak boleh berulang.
c. Tiap angka tidak boleh berulang dan merupakan bilangan
ganjil.
Masalah 4:
Seorang pengusaha mebel ingin memberi kode pada kursi-kursi yang
telah ia buat. Kode tersebut merupakan bilangan yang terdiri dari 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 1 | 10

angka yang diambil dari angka-angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, dan 6. Tentukan


banyaknya kode yang dapat dibentuk, jika:
a. Angka-angka tidak boleh berulang dan merupakan bilangan
genap.
b. Angka-angka tidak boleh berulang dan kode tersebut lebih
besar dari 330.
 Bilangan Faktorial
Bila 𝑛 bilangan bulat positif, maka bilangan faktorial
didefinisikan dengan 𝑛! dan didefinisikan sebagai berikut:
𝑛! = 𝑛 × (𝑛 − 1) × (𝑛 − 2) ×. . . .× 1 × 2 × 3
Didefinisikan pula 1! = 1 dan 0! = 1
Notasi 𝑛! dibaca 𝑛 faktorial.
Contoh:
6! = 6 × 5 × 4 × 3 × 2 × 1 = 720
Penutup 1. Siswa diminta menyimpulkan tentang aturan perkalian dan 10 menit
bilangan faktorial.
2. Guru menguatkan kesimpulan yang dibuat siswa tentang aturan
perkalian dan bilangan faktorial.
3. Guru memberikan tugas berkaitan dengan aturan perkalian dan
bilangan faktorial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 2 | 12

LEMBAR AKTIVITAS SISWA


Satuan Pendidikan : SMA
Kelas/Semester : XI/1
Mata Pelajaran : Matematika
Topik : Aturan Perkalian dan Bilangan Faktorial
Waktu : 2 × 45 menit

A. Standar Kompetensi
Menggunakan aturan statistika, kaidah pencacahan, dan sifat-sifat peluang dalam
pemecahan masalah.
B. Kompetensi Dasar
Menggunakan aturan perkalian, permutasi, dan kombinasi dalam pemecahan masalah.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1) Menganalisis informasi tentang aturan perkalian dan mampu menstrukturkan
informasi-informasi tersebut ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola
atau hubungannya.
2) Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan berkaitan dengan pola atau hubungan
dalam aturan perkalian.
3) Membuat hipotesis berkaitan dengan konsep aturan perkalian.
4) Membuat generalisasi ide tentang konsep aturan perkalian.
5) Merancang strategi untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan aturan
perkalian.

Lembar Kerja
ATURAN PERKALIAN
I. Eksplorasi
Masalah 1
Tono mempunyai 3 buah baju berwarna putih, cokelat dan merah dan 3 buah celana
berwarna abu-abu, hitam dan biru. Ada berapa pilihan warna baju dan celana yang dapat
dikenakan oleh Tono?
Penyelesaian:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 2 | 13

Langkah awal untuk menentukan banyaknya pilihan warna baju dan celana yang dapat
dikenakan Tono adalah membuat pemisalan untuk masing-masing baju dan celana,
sebagai berikut:
 Baju Putih :𝑃
 Baju Cokelat : . ..
 Baju Merah : . ..
 Celana Abu-abu :𝐴
 Celana Hitam : . ..
 Celana Biru : . ..

Selanjutnya, banyaknya pilihan warna baju dan celana yang dapat dikenakan Tono
dapat ditentukan dengan menggunakan tabel dan diagram pohon.
a. Tabel

Celana A ... ...


Baju
P (P,A) (. . . , . . .) (. . . , . . .)
... (. . . , . . .) (. . . , . . .) (. . . , . . .)
... (. . . , . . .) (. . . , . . .) (. . . , . . .)

Jadi, berdasarkan tabel yang telah dibuat, terdapat . . . pasangan pilihan warna
baju dan celana yang dapat dikenakan oleh Tono.
Coba nyatakan banyaknya pilihan warna baju dan celana yang dapat dikenakan
Tono sebagai berikut:
... ...

b. Diagram Pohon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 2 | 14

A
P ...
...
...
... ...
...
...
... ...
...
Jadi, berdasarkan diagram pohon yang telah dibuat, terdapat . . . pasangan
pilihan warna baju dan celana yang dapat dikenakan oleh Tono.
Coba nyatakan banyaknya pilihan warna baju dan celana yang dapat dikenakan
Tono sebagai berikut:
... ...

Masalah 2
Untuk menuju Salatiga dari Yogyakarta harus melewati Klaten. Dari Yogyakarta ke
Klaten ada 4 jalan yang dapat ditempuh dan dari Klaten ke Salatiga ada 3 jalan yang
dapat ditempuh. Dengan berapa jalan Adi dapat pergi dari Yogyakarta ke Salatiga?
Penyelesaian:
S1
K1 ...
...
...
... ...
...
Y
...
... ...
...
...
... ...
...

Jadi, berdasarkan diagram pohon yang telah dibuat, terdapat . . . alternatif jalan
yang dapat ditempuh Adi dari Yogyakarta ke Salatiga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 2 | 15

Coba nyatakan banyaknya alternatif jalan yang dapat ditempuh Adi dari
Yogyakarta ke Salatiga.
... ...

II. Penyimpulan
Berdasarkan hasil eksplorasi dapat disimpulkan bahwa:
 9, yang merupakan banyaknya pasangan pilihan warna baju dan celana yang dapat
dikenakan oleh Tono tidak lain adalah hasil dari . .. × . . ..
 12, yang adalah banyaknya alternatif jalan yang dapat ditempuh Adi dari
Yogyakarta ke Salatiga tidak lain adalah hasil dari . .. × . . ..
 Banyaknya cara menyusun atau melakukan suatu prosedur dalam dua langkah yang
saling bebas, misalkan langkah pertama dapat dilakukan dengan 𝑛1 cara dan
langkah kedua dapat dilakukan dengan 𝑛2 cara adalah . . . . cara.
 Banyaknya cara menyusun atau melakukan suatu prosedur dalam 𝑘 langkah yang
saling bebas, misalkan langkah pertama dapat dilakukan dengan 𝑛1 cara, langkah
kedua dapat dilakukan dengan 𝑛2 cara, dan seterusnya sampai langkah ke 𝑘 dengan
𝑛𝑘 cara adalah . . . . cara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 3 | 16

LEMBAR AKTIVITAS SISWA


(LAS)
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas/ Semester : XI/ 1
Mata Pelajaran : Matematika
Topik : Aturan Perkalian
Nama : ………………………………………………………………................

Masalah 3
Berapakah banyak bilangan yang terdiri atas 3 angka yang dapat dibentuk dari angka-angka 2,
4, 5, 7, dan 9, jika:
a. Tiap angka boleh berulang.
b. Tiap angka tidak boleh berulang.
c. Tiap angka tidak boleh berulang dan merupakan bilangan ganjil.

………………………………………………………………………………………………………………….............................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................……
……………………………………………………………………………………………………………..................................................
..................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................…………
……………………………………………………………………………………………………….......................................................
..................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................………………
………………………………………………………………………………………………….............................................................
..................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................……………………
……………………………………………………………………………………………..................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
………………………………………………………………………………………………………………….............................................
..................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................……
……………………………………………………………………………………………………………..................................................
..................................................................................................................................................................

...........................................................................................................……………………………………………………
……………………………………………………………...................................................................................................
............................................................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 3 | 17

Masalah 4
Seorang pengusaha mebel ingin memberi kode pada kursi-kursi yang telah ia buat. Kode
tersebut merupakan bilangan yang terdiri dari 3 angka yang diambil dari angka-angka 0, 1, 2,
3, 4, 5, dan 6. Tentukan banyaknya kode yang dapat dibentuk, jika:
a. Angka-angka tidak boleh berulang dan merupakan bilangan genap.
b. Angka-angka tidak boleh berulang dan kode tersebut lebih besar dari 330.

………………………………………………………………………………………………………………….............................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................……
……………………………………………………………………………………………………………..................................................
..................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................…………
……………………………………………………………………………………………………….......................................................
..................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................………………
………………………………………………………………………………………………….............................................................
..................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................……………………
……………………………………………………………………………………………..................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
………………………………………………………………………………………………………………….............................................
..................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................……
……………………………………………………………………………………………………………..................................................
..................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................…………
……………………………………………………………………………………………………….......................................................
..................................................................................................................................................................
………………………………………………………………………………………………………………….............................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................……
……………………………………………………………………………………………………………..................................................
..................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................………………
………………………………………………………………………………………………….............................................................
..................................................................................................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 4 | 18

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

Satuan Pendidikan : SMA


Kelas/Semester : XI/1
Mata Pelajaran : Matematika
Topik : Permutasi
Waktu : 3 × 45 menit

A. Standar Kompetensi
Menggunakan aturan statistika, kaidah pencacahan, dan sifat-sifat peluang dalam
pemecahan masalah.
B. Kompetensi Dasar
Menggunakan aturan perkalian, permutasi, dan kombinasi dalam pemecahan masalah.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1) Menganalisis informasi tentang permutasi dan mampu menstrukturkan informasi-
informasi tersebut ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau
hubungannya.
2) Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan berkaitan dengan pola atau hubungan
dalam permutasi.
3) Membuat hipotesis berkaitan dengan konsep permutasi.
4) Membuat generalisasi ide tentang konsep permutasi.
5) Merancang strategi untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan permutasi.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan pembelajaran, siswa diharapkan dapat :
1) Menganalisis informasi tentang permutasi dan mampu menstrukturkan informasi-
informasi tersebut ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau
hubungannya.
2) Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan berkaitan dengan pola atau hubungan
dalam permutasi.
3) Membuat hipotesis berkaitan dengan konsep permutasi.
4) Membuat generalisasi ide tentang konsep permutasi.
5) Merancang strategi untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan permutasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 4 | 19

E. Materi Pokok
1. Permutasi
1.1 Permutasi dari Unsur-Unsur yang Berbeda
1.2 Permutasi yang Memuat Beberapa Unsur yang Sama
1.3 Permutasi Siklis
1.4 Permutasi Berulang
F. Model/Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran : Problem-Based Learning (PBL)
Pendekatan pembelajaran : Pendekatan Saintifik (Scientific).
Metode Pembelajaran : Penemuan Terbimbing, Pemecahan Masalah, Diskusi,
Tanya Jawab, Tugas.

G. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan Apersepsi 10 menit
1. Guru memberikan gambaran tentang pentingnya memahami
permutasi.
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Inti 1.1 Permutasi dari Unsur-Unsur yang Berbeda 115
Fase 1: Orientasi Siswa pada Masalah menit
1) Guru menyajikan masalah berikut:
Penjaringan bakal calon kepengurusan OSIS SMA Guna
Bangsa menghasilkan 5 kandidat yang memenuhi
kualifikasi dan akan maju dalam pemilihan OSIS periode
2017/2018. Dari kelima bakal calon tersebut akan dipilih
empat orang yang masing-masing akan menduduki jabatan
ketua, wakil, sekretaris, dan bendahara. Bantulah panitia
pemilihan OSIS SMA Guna Bangsa menyusun
kemungkinan susunan kepengurusan OSIS Guna Bangsa
periode 2017/2018!
2) Guru meminta siswa untuk mencermati masalah yang
disajikan dan mengajukan pertanyaan bila terdapat hal-hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 4 | 20

yang belum dipahami terkait masalah yang disajikan dan


guru memberikan penjelasan untuk hal yang belum
dipahami siswa berkaitan dengan masalah yang disajikan.
3) Guru meminta siswa mencermati dan mencatat informasi-
informasi penting yang terdapat di dalam masalah yang
disajikan.
Fase 2 dan 3: Mengorganisasi Siswa untuk Belajar dan
Membimbing Penyelidikan Siswa
1) Guru mengajukan petanyaan berikut, “Bagaimana cara
kalian menentukan banyaknya kemungkinan susunan
kepengurusan OSIS SMA Guna Bangsa periode
2017/2018?”
2) Siswa mengatakan bahwa mereka menentukan banyaknya
kemungkinan susunan kepengurusan OSIS SMA Guna
Bangsa periode 2017/2018 dengan membuat diagram
pohon.
3) Siswa membuat pemisalan untuk kelima bakal calon,
sebagai berikut:
 Bakal Calon Pertama : 𝐴
 Bakal Calon Kedua : 𝐵
 Bakal Calon Ketiga : 𝐶
 Bakal Calon Keempat: 𝐷
 Bakal Calon Kelima : 𝐸

4) Siswa menentukan banyaknya kemungkinan susunan


kepengurusan OSIS SMA Guna Bangsa periode 2017/2018
sebagai berikut:
Kemungkinan 1:
 Susunan yang Mungkin Jika Bakal Calon Petama
Menduduki Posisi Ketua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 4 | 21

D
C
E
C
B D
E
C
E
D
D
B
E
B
C D
E
B
E
D
A
C
B
E
B
D C
E
B
E
C
C
B
D
B
E C
D
B
D
C

Banyaknya kemungkinan susunan kepengurusan OSIS


SMA Guna Bangsa jika bakal calon perrtama menduduki
jabatan ketua adalah 24 susunan.
5) Siswa menjelaskan bahwa untuk satu bakal calon terdapat
24 susunan kepengurusan, maka untuk lima bakal calon
banyak kemungkinan susunan kepengurusan OSIS SMA
Guna Bangsa periode 2017/2018, yaitu:
= 24 + 24 + 24 + 24 + 24
= 5 × 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 4 | 22

= 120
Kemungkinan 2:
1) Siswa menjelaskan proses pengerjaan mereka sebagai
berikut:
Dibuat empat buah kotak kosong, sebab terdapat empat
posisi jabatan yang mau diduduki:
 Kotak pertama, akan oleh 5 kandidat mengingat
terdapat 5 calon kandidat pengurus OSIS
5
 Kotak kedua, akan diisi oleh 5-1= 4 kandidat karena 1
kandidat sudah menduduki jabatan ketua:
5 4
 Kotak ketiga, akan diisi oleh 5-2= 3 kandidat karena 2
kandidat masing-masing sudah menduduki jabatan
ketua dan wakil:
5 4 3
 Kotak keempat, akan diisi oleh 5-3= 2 kandidat karena
3 kandidat masing-masing sudah menduduki jabatan
ketua, wakil, dan sekretaris:
5 4 3 2

2) Siswa menentukan banyak kemungkinan kemungkinan


susunan kepengurusan OSIS SMA Guna Bangsa periode
2017/2018, yaitu:
=5×4×3×2
= 120

Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya


1) Guru meminta salah satu siswa untuk menuliskan hasil
pekerjaannya di papan tulis dan meminta siswa tersebut
menjelaskan apa yang sudah ia tuliskan kepada teman-
teman yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 4 | 23

2) Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang lain


untuk mengajukan pertanyaan atau sanggahan atas apa
yang telah dituliskan dan dijelaskan oleh teman mereka.
3) Guru memberikan topangan dan penjelasan seperlunya jika
siswa mengalami kebingungan dan kesulitan.
Fase 1: Orientasi Siswa pada Masalah
1) Guru menyajikan masalah berikut:
Seorang petugas Samsat DIY Yogyakarta ingin membuat nomor
kendaraan yang terdiri dari huruf dan angka. Nomor kendaraan
harus diawali dengan AB, diikuti oleh 4 angka berlainan bukan
0 dan diakhiri oleh dua huruf berbeda selain A dan B. Ada
berapa banyak plat nomor yang dapat dibuat oleh petugas
Samsat tersebut?
2) Guru meminta siswa untuk mencermati masalah yang disajikan
dan mengajukan pertanyaan bila terdapat hal-hal yang belum
dipahami terkait masalah yang disajikan dan guru memberikan
penjelasan untuk hal yang belum dipahami siswa berkaitan
dengan masalah yang disajikan.
3) Guru meminta siswa mencermati dan menuliskan informasi-
informasi penting yang terdapat di dalam masalah yang
disajikan.

Fase 2 dan 3: Mengorganisasi Siswa untuk Belajar dan


Membimbing Penyelidikan Siswa
1) Guru mengajukan petanyaan berikut, “Bagaimana cara kalian
menentukan banyaknya plat nomor yang dapat dibuat oleh
petugas Samsat tersebut?
2) Siswa menjelaskan proses pengerjaan mereka sebagai berikut:
Dibuat 4 buah kotak kosong, sebab plat nomor yang dibuat
terdiri 4 angka
Kotak pertama, akan diisi oleh AB:
AB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 4 | 24

Kotak kedua, akan diisi oleh 9 angka mengingat terdapat 9


angka yang tersedia:
AB 9

Kotak ketiga, akan diisi oleh 9-1= 8 angka karena 1 angka sudah
terpakai pada kotak kedua dan syaratnya tidak ada pengulangan:
AB 9 8

Kotak keempat, akan diisi oleh 9-2= 7 angka karena 2 angka


sudah terpakai pada kotak kedua dan ketiga:
AB 9 8 7
Kotak kelima, akan diisi oleh 9-3= 6 angka karena 3 angka sudah
terpakai pada kotak kedua, ketiga, dan keempat:
AB 9 8 7 6

Kotak keenam, akan diisi oleh 24 huruf karena 2 huruf sudah


terpakai pada kotak pertama:
AB 9 8 7 6 24
Kotak ketujuh, akan diisi oleh 23 huruf karena 3 huruf sudah
terpakai pada kotak pertama dan keenam:
AB 9 8 7 6 24 23

3) Siswa menentukan banyak plot nomor yang dapat dibuat oleh


petugas Samsat tersebut adalah:
9 × 8 × 7 × 6 × 24 × 23 = 1669248.
Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya
1) Guru meminta salah satu siswa untuk menuliskan hasil
pekerjaannya di papan tulis dan meminta siswa tersebut
menjelaskan apa yang sudah ia tuliskan kepada teman-teman
yang lain.
2) Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang lain untuk
mengajukan pertanyaan atau sanggahan atas apa yang telah
dituliskan dan dijelaskan oleh teman mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 4 | 25

3) Guru memberikan topangan dan penjelasan seperlunya jika


siswa mengalami kebingungan dan kesulitan.
Fase 5: Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan
Masalah (Masalah 1 dan Masalah 2)
1) Guru meminta siswa memperhatikan bahwa susunan
kepengurusan A sebagai ketua, B sebagai sekretaris, dan C
sebagai bendahara berbeda dengan susunan kepengurusan B
sebagai ketua, C sebagai sekretaris, dan A sebagai bendahara.
Begitu juga dengan susunan kepengurusan yang lain.
2) Guru memperkenalkan kepada siswa bahwa proses menyusun
banyaknya kemungkinan susunan baik kepengurusan OSIS
maupun plat nomor kendaraan di atas disebut dengan
“permutasi”.
3) Guru meminta siswa menjelaskan apa yang dimaksudkan
dengan permutasi dan banyaknya permutasi berdasarkan proses
yang telah mereka lakukan untuk menyelesaikan kedua
masalah di atas.
4) Guru meminta salah satu siswa untuk membuat penjelasan
tentang apa yang dimaksudkan dengan permutasi dan
banyaknya permutasi.
5) Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk
menyempurnakan jawaban siswa sebelumnya atau
menyampaikan jawaban mereka apabila memiliki jawaban
berbeda.
6) Guru menguatkan kesimpulan yang telah dibuat oleh siswa
tentang permutasi dan banyaknya permutasi sebagai berikut:
 Permutasi
Suatu susunan yang dapat dibentuk dari suatu kumpulan
benda/objek yang diambil sebagian/seluruhnya dengan
memperhatikan urutan.

 Banyaknya Permutasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 4 | 26

Banyak susunan yang dapat dibentuk dari sekumpulan


benda/objek yang diambil sebagian/seluruhnya dengan
memperhatikan urutan.
 Sifat: banyaknya permutasi dari 𝑛 benda yang berlainan
adalah 𝑛!
7) Guru mengajukan pertanyaan berikut,” Susunan yang kalian
bentuk untuk kepengurusan OSIS dan nomor plat kendaraan di
atas adalah susunan yang dibentuk dari sebagian atau dari
seluruh objek yang tersedia?
8) Guru menguatkan jawaban siswa dengan mengatakan bahwa
susunan yang dibentuk untuk kedua masalah di atas adalah
susunan yang dibentuk dari sebagian objek yang tersedia.
Guru menjelaskan bahwa dalam hubungannya dengan
permutasi, masalah di atas adalah masalah permutasi 𝑟 unsur
yang diambil dari 𝑛 unsur yang berbeda.
9) Guru menyampaikan definisi berikut:
Permutasi 𝑟 unsur yang diambil dari 𝑛 unsur yang berbeda
adalah susunan 𝑟 unsur tersebut dalam suatu urutan. Banyaknya
permutasi 𝑟 unsur yang diambil dari 𝑛 unsur yang berbeda,
dinotasikan 𝑃(𝑛,𝑟) ,
𝑛!
𝑃(𝑛,𝑟) =
(𝑛 − 𝑟)!
Implementasi HOTS
Masalah 3
Berapa banyak urutan yang dapat terjadi jika 5 bendera yang
berwarna putih, merah, kuning, hijau dan biru dipancang pada tiang-
tiang dalam satu baris, sehingga bendera berwarna putih ada
ditengah-tengah?

1.2 Permutasi Siklis


Fase 1: Orientasi Siswa pada Masalah
1) Guru menyajikan masalah berikut:
Ada berapa susunan yang dapat dibentuk jika:
a. 2 orang duduk mengelilingi sebuah meja bundar?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 4 | 27

b. 3 orang duduk mengelilingi sebuah meja bundar?


c. 4 orang duduk mengelilingi sebuah meja bundar?
d. 5 orang duduk mengelilingi sebuah meja bundar?
e. 6 orang duduk mengelilingi sebuah meja bundar?
Jika ada n orang yang duduk mengelilingi sebuah meja
bundar, berapa banyak susunan yang dapat dibentuk?

2) Guru meminta siswa untuk mencermati masalah yang


disajikan dan mengajukan pertanyaan bila terdapat hal-hal
yang belum dipahami terkait masalah yang disajikan dan
guru memberikan penjelasan untuk hal yang belum
dipahami siswa berkaitan dengan masalah yang disajikan.
3) Guru meminta siswa mencermati dan menuliskan informasi-
informasi penting yang terdapat di dalam masalah yang
disajikan.
Fase 2 dan 3: Mengorganisasi Siswa untuk Belajar dan
Membimbing Penyelidikan Siswa
1) Guru mengajukan pertanyaan berikut, “Bagaimana cara
kalian menentukan banyaknya susunan tempat duduk?
2) Siswa menjelaskan proses pengerjaan mereka sebagai
berikut (untuk kasus 3 orang):

A A

C B B C

Gambar 1.a Gambar 1.b

2 Gambar 1.a, susunannya dapat dibaca: 𝐴𝐵𝐶, 𝐵𝐶𝐴, 𝐶𝐴𝐵


3 Gambar 1.b, susunannya dapat dibaca: 𝐴𝐶𝐵, 𝐶𝐵𝐴, 𝐵𝐴𝐶
Banyak susunan yang dapat dibentuk = 2
Selanjutnya guru meminta siswa untuk menjelaskan proses
pengerjaan untuk 4, 5, 6, dan n orang.
Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 4 | 28

1) Guru meminta salah satu siswa untuk menuliskan hasil


pekerjaannya di papan tulis dan meminta siswa tersebut
menjelaskan apa yang sudah ia tuliskan kepada teman-
teman yang lain.
2) Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang lain
untuk mengajukan pertanyaan atau sanggahan atas apa
yang telah dituliskan dan dijelaskan oleh teman mereka.
3) Guru memberikan topangan dan penjelasan seperlunya
jika siswa mengalami kebingungan dan kesulitan.
Fase 5: Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan
Masalah (Masalah 1 dan Masalah 2)
1) Guru menjelaskan bahwa dari tiga orang yang menempati
kursi yang mengelilingi suatu meja terdapat 2 susunan
yang berbeda.
2) Guru menjelaskan bahwa banyak susunan objek dalam
posisi melingkar disebut dengan permutasi siklis.
3) Guru menjelaskan bahwa banyaknya cara menyusun 𝑛
objek secara melingkar dalam urutan berlainan adalah:
𝑃𝑠𝑖𝑘𝑙𝑖𝑠 = (𝑛 − 1)!
Implementasi HOTS:
Bayu, Dean, Thomas, Jhon, dan Henry duduk mengelilingi sebuah
meja bundar. Ada berapa susunan duduk yang mungkin, jika:

a. Tidak ada ketentuan sama sekali


b. Bayu san Dean harus saling berdekatan
c. Bayu dan Dean tidak boleh saling berdekatan
Penutup 1. Siswa diminta menyimpulkan tentang apa yang sudah dipelajari 10 menit
berkaitan dengan permutasi.
2. Guru menguatkan kesimpulan yang dibuat siswa tentang permutasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 5 | 30

LEMBAR AKTIVITAS SISWA


(LAS)
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas/ Semester : XI/ 1
Mata Pelajaran : Matematika
Topik : Permutasi dari Unsur-unsur yang Berbeda
Nama : ………………………………………………………………................

1. Penjaringan bakal calon kepengurusan OSIS SMA Guna Bangsa menghasilkan 5 kandidat
yang memenuhi kualifikasi dan akan maju dalam pemilihan OSIS periode 2017/2018. Dari
kelima bakal calon tersebut akan dipilih empat orang yang masing-masing akan
menduduki jabatan ketua, wakil, sekretaris, dan bendahara. Bantulah panitia pemilihan
OSIS SMA Guna Bangsa menyusun kemungkinan susunan kepengurusan OSIS Guna
Bangsa periode 2017/2018!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 5 | 31

2. Seorang petugas Samsat DIY Yogyakarta ingin membuat nomor kendaraan yang terdiri
dari huruf dan angka. Nomor kendaraan harus diawali dengan AB, diikuti oleh 4 angka
berlainan bukan 0 dan diakhiri oleh dua huruf berbeda selain A dan B. Ada berapa banyak
plat nomor yang dapat dibuat oleh petugas Samsat tersebut?

3. Berapa banyak susunan yang dapat terjadi jika 5 bendera berwarna putih, merah, kuning,
hijau, dan biru dipasang pada tiang-tiang dalam satu baris, sehingga bendera yang
berwarna putih ada di tengah?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 6 | 32

LEMBAR AKTIVITAS SISWA


(LAS)
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas/ Semester : XI/ 1
Mata Pelajaran : Matematika
Topik : Permutasi Siklis
Nama : ………………………………………………………………................

1. Ada berapa susunan yang dapat dibentuk jika:


a. 2 orang duduk mengelilingi sebuah meja bundar?
b. 3 orang duduk mengelilingi sebuah meja bundar?
c. 4 orang duduk mengelilingi sebuah meja bundar?
d. 5 orang duduk mengelilingi sebuah meja bundar?
e. 6 orang duduk mengelilingi sebuah meja bundar?
Jika ada n orang yang duduk mengelilingi sebuah meja bundar, berapa banyak susunan
yang dapat dibentuk?
2. Bayu, Dean, Thomas, Jhon, dan Henry duduk mengelilingi sebuah meja bundar. Ada
berapa susunan duduk yang mungkin, jika:
a. Tidak ada ketentuan sama sekali
b. Bayu dan Dean harus saling berdekatan
c. Bayu dan Dean tidak boleh saling berdekatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 7 | 33

LEMBAR AKTIVITAS SISWA


(LAS)
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas/ Semester : XI/ 1
Mata Pelajaran : Matematika
Topik : Aturan Perkalian
Nama : ………………………………………………………………................

Masalah 1
Tono mempunyai 3 buah baju berwarna putih, cokelat dan merah dan 3 buah celana berwarna
abu-abu, hitam dan biru. Ada berapa pilihan warna baju dan celana yang dapat dikenakan oleh
Tono?

………………………………………………………………………………………………………………….............................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................……
……………………………………………………………………………………………………………..................................................
..................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................…………
……………………………………………………………………………………………………….......................................................
..................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................………………
………………………………………………………………………………………………….............................................................
..................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................……………………
……………………………………………………………………………………………..................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
………………………………………………………………………………………………………………….............................................
..................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................……
……………………………………………………………………………………………………………..................................................
..................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................…………
……………………………………………………………………………………………………….......................................................
..................................................................................................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 7 | 34

Masalah 2
Untuk menuju Salatiga dari Yogyakarta harus melewati Klaten. Dari Yogyakarta ke Klaten ada
4 jalan yang dapat ditempuh dan dari Klaten ke Salatiga ada 3 jalan yang dapat ditempuh.
Dengan berapa jalan Adi dapat pergi dari Yogyakarta ke Salatiga?

………………………………………………………………………………………………………………….............................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................……
……………………………………………………………………………………………………………..................................................
..................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................…………
……………………………………………………………………………………………………….......................................................
..................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................………………
………………………………………………………………………………………………….............................................................
..................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................……………………
……………………………………………………………………………………………..................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
………………………………………………………………………………………………………………….............................................
..................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................……
……………………………………………………………………………………………………………..................................................
..................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................…………
……………………………………………………………………………………………………….......................................................
..................................................................................................................................................................
………………………………………………………………………………………………………………….............................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................……
……………………………………………………………………………………………………………..................................................
..................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................………………
………………………………………………………………………………………………….............................................................
..................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................……………………
……………………………………………………………………………………………..................................................................
……………………………………………………………………………………………..................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 7 | 35

Masalah 3
Berapakah banyak bilangan yang terdiri atas 3 angka yang dapat dibentuk dari angka-angka 2,
4, 5, 7, dan 9, jika:
a. Tiap angka boleh berulang.
b. Tiap angka tidak boleh berulang.
c. Tiap angka tidak boleh berulang dan merupakan bilangan ganjil.

………………………………………………………………………………………………………………….............................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................……
……………………………………………………………………………………………………………..................................................
..................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................…………
……………………………………………………………………………………………………….......................................................
..................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................………………
………………………………………………………………………………………………….............................................................
..................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................……………………
……………………………………………………………………………………………..................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
………………………………………………………………………………………………………………….............................................
..................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................……
……………………………………………………………………………………………………………..................................................
..................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................…………
……………………………………………………………………………………………………….......................................................
..................................................................................................................................................................
………………………………………………………………………………………………………………….............................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................……
……………………………………………………………………………………………………………..................................................
..................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................………………
………………………………………………………………………………………………….............................................................
..................................................................................................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 7 | 36

Masalah 4
Seorang pengusaha mebel ingin memberi kode pada kursi-kursi yang telah ia buat. Kode
tersebut merupakan bilangan yang terdiri dari 3 angka yang diambil dari angka-angka 0, 1, 2,
3, 4, 5, dan 6. Tentukan banyaknya kode yang dapat dibentuk, jika:
a. Angka-angka tidak boleh berulang dan merupakan bilangan genap.
b. Angka-angka tidak boleh berulang dan kode tersebut lebih besar dari 330.

………………………………………………………………………………………………………………….............................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................……
……………………………………………………………………………………………………………..................................................
..................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................…………
……………………………………………………………………………………………………….......................................................
..................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................………………
………………………………………………………………………………………………….............................................................
..................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................……………………
……………………………………………………………………………………………..................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
………………………………………………………………………………………………………………….............................................
..................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................……
……………………………………………………………………………………………………………..................................................
..................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................…………
……………………………………………………………………………………………………….......................................................
..................................................................................................................................................................
………………………………………………………………………………………………………………….............................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................……
……………………………………………………………………………………………………………..................................................
..................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................………………
………………………………………………………………………………………………….............................................................
..................................................................................................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 8 | 37

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

Satuan Pendidikan : SMA


Kelas/Semester : XI/1
Mata Pelajaran : Matematika
Topik : Permutasi
Waktu : 3 × 45 menit

A. Standar Kompetensi
Menggunakan aturan statistika, kaidah pencacahan, dan sifat-sifat peluang dalam
pemecahan masalah.
B. Kompetensi Dasar
Menggunakan aturan perkalian, permutasi, dan kombinasi dalam pemecahan masalah.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1) Menganalisis informasi tentang permutasi dan mampu menstrukturkan informasi-
informasi tersebut ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau
hubungannya.
2) Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan berkaitan dengan pola atau hubungan
dalam permutasi.
3) Membuat hipotesis berkaitan dengan konsep permutasi.
4) Membuat generalisasi ide tentang konsep permutasi.
5) Merancang strategi untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan permutasi.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan pembelajaran, siswa diharapkan dapat :
1) Menganalisis informasi tentang permutasi dan mampu menstrukturkan informasi-
informasi tersebut ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau
hubungannya.
2) Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan berkaitan dengan pola atau hubungan
dalam permutasi.
3) Membuat hipotesis berkaitan dengan konsep permutasi.
4) Membuat generalisasi ide tentang konsep permutasi.
5) Merancang strategi untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan permutasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 8 | 38

E. Materi Pokok
1. Permutasi
1.1 Permutasi dari Unsur-Unsur yang Berbeda
1.2 Permutasi yang Memuat Beberapa Unsur yang Sama
1.3 Permutasi Siklis
1.4 Permutasi Berulang
F. Model/Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran : Problem-Based Learning (PBL)
Pendekatan pembelajaran : Pendekatan Saintifik (Scientific).
Metode Pembelajaran : Penemuan Terbimbing, Pemecahan Masalah, Diskusi,
Tanya Jawab, Tugas.

G. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan Apersepsi 10 menit
1. Guru memberikan gambaran tentang pentingnya memahami
permutasi.
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Inti 1.1 Permutasi dari Unsur-Unsur yang Berbeda 115
Fase 1: Orientasi Siswa pada Masalah menit
1) Guru menyajikan masalah berikut:
Penjaringan bakal calon kepengurusan OSIS SMA Guna
Bangsa menghasilkan 5 kandidat yang memenuhi
kualifikasi dan akan maju dalam pemilihan OSIS periode
2017/2018. Dari kelima bakal calon tersebut akan dipilih
empat orang yang masing-masing akan menduduki jabatan
ketua, wakil, sekretaris, dan bendahara. Bantulah panitia
pemilihan OSIS SMA Guna Bangsa menyusun
kemungkinan susunan kepengurusan OSIS Guna Bangsa
periode 2017/2018!
2) Guru meminta siswa untuk mencermati masalah yang
disajikan dan mengajukan pertanyaan bila terdapat hal-hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 8 | 39

yang belum dipahami terkait masalah yang disajikan dan


guru memberikan penjelasan untuk hal yang belum
dipahami siswa berkaitan dengan masalah yang disajikan.
3) Guru meminta siswa mencermati dan mencatat informasi-
informasi penting yang terdapat di dalam masalah yang
disajikan.
Fase 2 dan 3: Mengorganisasi Siswa untuk Belajar dan
Membimbing Penyelidikan Siswa
1) Guru mengajukan petanyaan berikut, “Bagaimana cara
kalian menentukan banyaknya kemungkinan susunan
kepengurusan OSIS SMA Guna Bangsa periode
2017/2018?”
2) Siswa mengatakan bahwa mereka menentukan banyaknya
kemungkinan susunan kepengurusan OSIS SMA Guna
Bangsa periode 2017/2018 dengan membuat diagram
pohon.
3) Siswa membuat pemisalan untuk kelima bakal calon,
sebagai berikut:
 Bakal Calon Pertama : 𝐴
 Bakal Calon Kedua : 𝐵
 Bakal Calon Ketiga : 𝐶
 Bakal Calon Keempat: 𝐷
 Bakal Calon Kelima : 𝐸

4) Siswa menentukan banyaknya kemungkinan susunan


kepengurusan OSIS SMA Guna Bangsa periode 2017/2018
sebagai berikut:
Kemungkinan 1:
 Susunan yang Mungkin Jika Bakal Calon Petama
Menduduki Posisi Ketua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 8 | 40

D
C
E
C
B D
E
C
E
D
D
B
E
B
C D
E
B
E
D
A
C
B
E
B
D C
E
B
E
C
C
B
D
B
E C
D
B
D
C

Banyaknya kemungkinan susunan kepengurusan OSIS


SMA Guna Bangsa jika bakal calon perrtama menduduki
jabatan ketua adalah 24 susunan.
5) Siswa menjelaskan bahwa untuk satu bakal calon terdapat
24 susunan kepengurusan, maka untuk lima bakal calon
banyak kemungkinan susunan kepengurusan OSIS SMA
Guna Bangsa periode 2017/2018, yaitu:
= 24 + 24 + 24 + 24 + 24
= 5 × 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 8 | 41

= 120
Kemungkinan 2:
1) Siswa menjelaskan proses pengerjaan mereka sebagai
berikut:
Dibuat empat buah kotak kosong, sebab terdapat empat
posisi jabatan yang mau diduduki:
 Kotak pertama, akan oleh 5 kandidat mengingat
terdapat 5 calon kandidat pengurus OSIS
5
 Kotak kedua, akan diisi oleh 5-1= 4 kandidat karena 1
kandidat sudah menduduki jabatan ketua:
5 4
 Kotak ketiga, akan diisi oleh 5-2= 3 kandidat karena 2
kandidat masing-masing sudah menduduki jabatan
ketua dan wakil:
5 4 3
 Kotak keempat, akan diisi oleh 5-3= 2 kandidat karena
3 kandidat masing-masing sudah menduduki jabatan
ketua, wakil, dan sekretaris:
5 4 3 2

2) Siswa menentukan banyak kemungkinan kemungkinan


susunan kepengurusan OSIS SMA Guna Bangsa periode
2017/2018, yaitu:
=5×4×3×2
= 120

Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya


1) Guru meminta salah satu siswa untuk menuliskan hasil
pekerjaannya di papan tulis dan meminta siswa tersebut
menjelaskan apa yang sudah ia tuliskan kepada teman-
teman yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 8 | 42

2) Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang lain


untuk mengajukan pertanyaan atau sanggahan atas apa
yang telah dituliskan dan dijelaskan oleh teman mereka.
3) Guru memberikan topangan dan penjelasan seperlunya jika
siswa mengalami kebingungan dan kesulitan.
Fase 1: Orientasi Siswa pada Masalah
1) Guru menyajikan masalah berikut:
Seorang petugas Samsat DIY Yogyakarta ingin membuat nomor
kendaraan yang terdiri dari huruf dan angka. Nomor kendaraan
harus diawali dengan AB, diikuti oleh 4 angka berlainan bukan
0 dan diakhiri oleh dua huruf berbeda selain A dan B. Ada
berapa banyak plat nomor yang dapat dibuat oleh petugas
Samsat tersebut?
2) Guru meminta siswa untuk mencermati masalah yang disajikan
dan mengajukan pertanyaan bila terdapat hal-hal yang belum
dipahami terkait masalah yang disajikan dan guru memberikan
penjelasan untuk hal yang belum dipahami siswa berkaitan
dengan masalah yang disajikan.
3) Guru meminta siswa mencermati dan menuliskan informasi-
informasi penting yang terdapat di dalam masalah yang
disajikan.

Fase 2 dan 3: Mengorganisasi Siswa untuk Belajar dan


Membimbing Penyelidikan Siswa
1) Guru mengajukan petanyaan berikut, “Bagaimana cara kalian
menentukan banyaknya plat nomor yang dapat dibuat oleh
petugas Samsat tersebut?
2) Siswa menjelaskan proses pengerjaan mereka sebagai berikut:
Dibuat 4 buah kotak kosong, sebab plat nomor yang dibuat
terdiri 4 angka
Kotak pertama, akan diisi oleh AB:
AB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 8 | 43

Kotak kedua, akan diisi oleh 9 angka mengingat terdapat 9


angka yang tersedia:
AB 9

Kotak ketiga, akan diisi oleh 9-1= 8 angka karena 1 angka sudah
terpakai pada kotak kedua dan syaratnya tidak ada pengulangan:
AB 9 8

Kotak keempat, akan diisi oleh 9-2= 7 angka karena 2 angka


sudah terpakai pada kotak kedua dan ketiga:
AB 9 8 7
Kotak kelima, akan diisi oleh 9-3= 6 angka karena 3 angka sudah
terpakai pada kotak kedua, ketiga, dan keempat:
AB 9 8 7 6

Kotak keenam, akan diisi oleh 24 huruf karena 2 huruf sudah


terpakai pada kotak pertama:
AB 9 8 7 6 24
Kotak ketujuh, akan diisi oleh 23 huruf karena 3 huruf sudah
terpakai pada kotak pertama dan keenam:
AB 9 8 7 6 24 23

3) Siswa menentukan banyak plot nomor yang dapat dibuat oleh


petugas Samsat tersebut adalah:
9 × 8 × 7 × 6 × 24 × 23 = 1669248.
Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya
1) Guru meminta salah satu siswa untuk menuliskan hasil
pekerjaannya di papan tulis dan meminta siswa tersebut
menjelaskan apa yang sudah ia tuliskan kepada teman-teman
yang lain.
2) Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang lain untuk
mengajukan pertanyaan atau sanggahan atas apa yang telah
dituliskan dan dijelaskan oleh teman mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 8 | 44

3) Guru memberikan topangan dan penjelasan seperlunya jika


siswa mengalami kebingungan dan kesulitan.
Fase 5: Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan
Masalah (Masalah 1 dan Masalah 2)
1) Guru meminta siswa memperhatikan bahwa susunan
kepengurusan A sebagai ketua, B sebagai sekretaris, dan C
sebagai bendahara berbeda dengan susunan kepengurusan B
sebagai ketua, C sebagai sekretaris, dan A sebagai bendahara.
Begitu juga dengan susunan kepengurusan yang lain.
2) Guru memperkenalkan kepada siswa bahwa proses menyusun
banyaknya kemungkinan susunan baik kepengurusan OSIS
maupun plat nomor kendaraan di atas disebut dengan
“permutasi”.
3) Guru meminta siswa menjelaskan apa yang dimaksudkan
dengan permutasi dan banyaknya permutasi berdasarkan proses
yang telah mereka lakukan untuk menyelesaikan kedua
masalah di atas.
4) Guru meminta salah satu siswa untuk membuat penjelasan
tentang apa yang dimaksudkan dengan permutasi dan
banyaknya permutasi.
5) Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk
menyempurnakan jawaban siswa sebelumnya atau
menyampaikan jawaban mereka apabila memiliki jawaban
berbeda.
6) Guru menguatkan kesimpulan yang telah dibuat oleh siswa
tentang permutasi dan banyaknya permutasi sebagai berikut:
 Permutasi
Suatu susunan yang dapat dibentuk dari suatu kumpulan
benda/objek yang diambil sebagian/seluruhnya dengan
memperhatikan urutan.

 Banyaknya Permutasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 8 | 45

Banyak susunan yang dapat dibentuk dari sekumpulan


benda/objek yang diambil sebagian/seluruhnya dengan
memperhatikan urutan.
 Sifat: banyaknya permutasi dari 𝑛 benda yang berlainan
adalah 𝑛!
7) Guru mengajukan pertanyaan berikut,” Susunan yang kalian
bentuk untuk kepengurusan OSIS dan nomor plat kendaraan di
atas adalah susunan yang dibentuk dari sebagian atau dari
seluruh objek yang tersedia?
8) Guru menguatkan jawaban siswa dengan mengatakan bahwa
susunan yang dibentuk untuk kedua masalah di atas adalah
susunan yang dibentuk dari sebagian objek yang tersedia.
Guru menjelaskan bahwa dalam hubungannya dengan
permutasi, masalah di atas adalah masalah permutasi 𝑟 unsur
yang diambil dari 𝑛 unsur yang berbeda.
9) Guru menyampaikan definisi berikut:
Permutasi 𝑟 unsur yang diambil dari 𝑛 unsur yang berbeda
adalah susunan 𝑟 unsur tersebut dalam suatu urutan. Banyaknya
permutasi 𝑟 unsur yang diambil dari 𝑛 unsur yang berbeda,
dinotasikan 𝑃(𝑛,𝑟) ,
𝑛!
𝑃(𝑛,𝑟) =
(𝑛 − 𝑟)!
Implementasi HOTS
Masalah 3
Berapa banyak urutan yang dapat terjadi jika 5 bendera yang
berwarna putih, merah, kuning, hijau dan biru dipancang pada tiang-
tiang dalam satu baris, sehingga bendera berwarna putih ada
ditengah-tengah?
Masalah 4
Terdapat bendera berwarna putih, merah, kuning, hijau, biru dan
ungu. Bendera-bendera tersebut dipancang pada tiang-tiang dalam
satu baris. Tentukan banyaknya susunan jika bendera putih dan biru
harus berdekatan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 8 | 46

1.2 Permutasi Siklis


Fase 1: Orientasi Siswa pada Masalah
1) Guru menyajikan masalah berikut:
Ada berapa susunan yang dapat dibentuk jika:
a. 2 orang duduk mengelilingi sebuah meja bundar?
b. 3 orang duduk mengelilingi sebuah meja bundar?
c. 4 orang duduk mengelilingi sebuah meja bundar?
d. 5 orang duduk mengelilingi sebuah meja bundar?
e. 6 orang duduk mengelilingi sebuah meja bundar?
Jika ada n orang yang duduk mengelilingi sebuah meja
bundar, berapa banyak susunan yang dapat dibentuk?

2) Guru meminta siswa untuk mencermati masalah yang


disajikan dan mengajukan pertanyaan bila terdapat hal-hal
yang belum dipahami terkait masalah yang disajikan dan
guru memberikan penjelasan untuk hal yang belum
dipahami siswa berkaitan dengan masalah yang disajikan.
3) Guru meminta siswa mencermati dan menuliskan informasi-
informasi penting yang terdapat di dalam masalah yang
disajikan.
Fase 2 dan 3: Mengorganisasi Siswa untuk Belajar dan
Membimbing Penyelidikan Siswa
1) Guru mengajukan pertanyaan berikut, “Bagaimana cara
kalian menentukan banyaknya susunan tempat duduk?
2) Siswa menjelaskan proses pengerjaan mereka sebagai
berikut (untuk kasus 3 orang):

A A

C B B C

Gambar 1.a Gambar 1.b

2 Gambar 1.a, susunannya dapat dibaca: 𝐴𝐵𝐶, 𝐵𝐶𝐴, 𝐶𝐴𝐵


3 Gambar 1.b, susunannya dapat dibaca: 𝐴𝐶𝐵, 𝐶𝐵𝐴, 𝐵𝐴𝐶
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 8 | 47

Banyak susunan yang dapat dibentuk = 2


Selanjutnya guru meminta siswa untuk menjelaskan proses
pengerjaan untuk 4, 5, 6, dan n orang.
Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya
1) Guru meminta salah satu siswa untuk menuliskan hasil
pekerjaannya di papan tulis dan meminta siswa tersebut
menjelaskan apa yang sudah ia tuliskan kepada teman-
teman yang lain.
2) Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang lain
untuk mengajukan pertanyaan atau sanggahan atas apa
yang telah dituliskan dan dijelaskan oleh teman mereka.
3) Guru memberikan topangan dan penjelasan seperlunya
jika siswa mengalami kebingungan dan kesulitan.
Fase 5: Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan
Masalah (Masalah 1 dan Masalah 2)
1) Guru menjelaskan bahwa dari tiga orang yang menempati
kursi yang mengelilingi suatu meja terdapat 2 susunan
yang berbeda.
2) Guru menjelaskan bahwa banyak susunan objek dalam
posisi melingkar disebut dengan permutasi siklis.
3) Guru menjelaskan bahwa banyaknya cara menyusun 𝑛
objek secara melingkar dalam urutan berlainan adalah:
𝑃𝑠𝑖𝑘𝑙𝑖𝑠 = (𝑛 − 1)!
Implementasi HOTS:
Ada tujuh orang yaitu A,B,C,D,E,F,G duduk mengelilingi meja bundar.
Tentukan banyaknya susunan tempat duduk jika:

a. tidak ada ketentuan


b. A dan D harus duduk berdekatan
c. A dan D tidak boleh duduk berdekatan
Penutup 1. Siswa diminta menyimpulkan tentang apa yang sudah dipelajari 10 menit
berkaitan dengan permutasi.
2. Guru menguatkan kesimpulan yang dibuat siswa tentang permutasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 9 | 49

LEMBAR AKTIVITAS SISWA


(LAS)
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas/ Semester : XI/ 1
Mata Pelajaran : Matematika
Topik : Permutasi dari Unsur-unsur yang Berbeda
Nama : ………………………………………………………………................

1. Penjaringan bakal calon kepengurusan OSIS SMA Guna Bangsa menghasilkan 5 kandidat
yang memenuhi kualifikasi dan akan maju dalam pemilihan OSIS periode 2017/2018. Dari
kelima bakal calon tersebut akan dipilih empat orang yang masing-masing akan
menduduki jabatan ketua, wakil, sekretaris, dan bendahara. Bantulah panitia pemilihan
OSIS SMA Guna Bangsa menyusun kemungkinan susunan kepengurusan OSIS Guna
Bangsa periode 2017/2018!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 9 | 50

2. Seorang petugas Samsat DIY Yogyakarta ingin membuat nomor kendaraan yang terdiri
dari huruf dan angka. Nomor kendaraan harus diawali dengan AB, diikuti oleh 4 angka
berlainan bukan 0 dan diakhiri oleh dua huruf berbeda selain A dan B. Ada berapa banyak
plat nomor yang dapat dibuat oleh petugas Samsat tersebut?

3. Berapa banyak susunan yang dapat terjadi jika 5 bendera berwarna putih, merah, kuning,
hijau, dan biru dipasang pada tiang-tiang dalam satu baris, sehingga bendera yang
berwarna putih ada di tengah?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 9 | 51

4. Terdapat bendera berwarna putih, merah, kuning, hijau, biru dan ungu. Bendera-bendera
tersebut dipancang pada tiang-tiang dalam satu baris. Tentukan banyaknya susunan jika
bendera putih dan biru harus berdekatan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 1 0 | 52

LEMBAR AKTIVITAS SISWA


(LAS)
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas/ Semester : XI/ 1
Mata Pelajaran : Matematika
Topik : Permutasi Siklis
Nama : ………………………………………………………………................

1. Ada berapa susunan yang dapat dibentuk jika:


a. 2 orang duduk mengelilingi sebuah meja bundar?
b. 3 orang duduk mengelilingi sebuah meja bundar?
c. 4 orang duduk mengelilingi sebuah meja bundar?
d. 5 orang duduk mengelilingi sebuah meja bundar?
e. 6 orang duduk mengelilingi sebuah meja bundar?
Jika ada n orang yang duduk mengelilingi sebuah meja bundar, berapa banyak susunan
yang dapat dibentuk?
2. Ada tujuh orang yaitu A,B,C,D,E,F, dan G duduk mengelilingi meja bundar. Tentukan
banyaknya susunan tempat duduk jika:
a. tidak ada ketentuan
b. A dan D harus duduk berdekatan
3. A dan D tidak boleh duduk berdekatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 1 1 | 53

MATERI ATURAN PERKALIAN


 Masalah 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 1 1 | 54

 Masalah 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 1 1 | 55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 1 1 | 56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 1 1 | 57

 Masalah 3

 Masalah 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 1 1 | 58

PERMUTASI DARI UNSUR-UNSUR YANG BERBEDA


 Masalah 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 1 1 | 59

 Masalah 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 1 1 | 60

 Masalah 3

 Masalah 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 1 1 | 61

PERMUTASI SIKLIS
 Masalah 1

 Masalah 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 1 1 | 62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 1 2 | 63

MATERI ATURAN PERKALIAN


 Masalah 4

PERMUTASI DARI UNSUR-UNSUR YANG BERBEDA


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 1 2 | 64

 Masalah 3

 Masalah 4

PERMUTASI SIKLIS

 Masalah 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 1 2 | 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 1 3 | 66

MATERI ATURAN PERKALIAN

 Masalah 4

PERMUTASI DARI UNSUR-UNSUR YANG BERBEDA


 Masalah 3 dan 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 1 3 | 67

PERMUTASI SIKLIS

 Masalah 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 1 4 | 68

MATERI ATURAN PERKALIAN


 Masalah 1

 Masalah 2

 Masalah 3

 Masalah 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 1 4 | 69

PERMUTASI DARI UNSUR-UNSUR YANG BERBEDA


 Masalah 1

 Masalah 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 1 4 | 70

 Masalah 3

PERMUTASI SIKLIS
 Masalah 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 1 4 | 71

 Masalah 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 1 5 | 72

MATERI ATURAN PERKALIAN

 Masalah 4

PERMUTASI DARI UNSUR-UNSUR YANG BERBEDA


 Masalah 3

PERMUTASI SIKLIS

 Masalah 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 1 5 | 73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 1 6 | 74

MATERI ATURAN PERKALIAN

 Masalah 4

PERMUTASI DARI UNSUR-UNSUR YANG BERBEDA

 Masalah 3

PERMUTASI SIKLIS

 Masalah 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 1 6 | 75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

L a m p i r a n 1 7 | 76

Anda mungkin juga menyukai