Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk dapat
memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan
(Depkes RI, 2007).
Masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan
pengunjung di rumah sakit dihadapkan pada resiko terjadinya infeksi atau infeksi
nosokomial yaitu infeksi yang didapat di rumah sakit, baik karena perawatan atau
datang berkunjung ke rumah sakit. Angka infeksi nosokomial terus meningkat (Al
Varado, 2000) mencapai sekitar 9 % (variasi 3-21%) atau lebih dari 1,4 juta pasien
rawat inap di rumah sakit seluruh dunia (Pedoman PPI Depkes RI, 2008)
Untuk meminimalkan resiko terjadinya infeksi di rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya, perlu diterapkan pencegahan dan pengendalian infeksi
(PPI), yaitu program pelatihan, pencegahan dan pengendalian penyakit menular.

B. Dasar Hukum
1. KEMENKES No.382/menkes/SK/III/2007 tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan lainnya
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di
Lingkungan Departemen Kesehatan.
3. Keputusan Menteri Kesehatan republic Indonesia Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesi Nomor
1165.A./Menkes/SK/X/2004 tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit.

1
C. Target Yang Ingin Dicapai
1. Terpenuhinya sarana prasarana pelayanan Komite Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di rumah sakit dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan patient safety
2. Terlaksananya kegiatan pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang
multidisiplin antar profesi dan bekerja secara interdisiplin.
3. Terlaksananya program kegiatan Pelayanan dan Pencegahan infeksi guna
mendukung akreditasi Rumah sakit.

2
BAB II
PANDUAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

A. Pengertian
Alat pelindung diri adalah seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk
melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya dari bahaya
kerja.
Alat pelindung diri adalah peralatan keselamatan yang harus dipergunakan oleh
personil apabila berada dalam suatu tempat kerja yang berbahaya. APD telah
digunakan selama bertahun-tahun untuk melindungi pasien dari mikroorganisme yang
ada pada petugas kesehatan. Namun dengan munculnya AIDS dan Hepatitis C, serta
meningkatnya kembali tuberculosis dibanyak Negara. Pemakaian APD menjadi sangat
penting untuk melindungi petugas. Dengan demikian pemakaian APD yang tepat dan
benar menjadi sangat penting.
APD semua peralatan yang melindungi pekerja selama bekerja termasuk pakaian
yang harus dipakai pada saat bekerja, masker, sarung tangan, pelindung mata, sepatu
dll.

B. AREA PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI


Penggunaan APD di tempat kerja disesuaikan dengan pajanan bahaya yang di hadapi di
area kerja. Berikut adalah jenis APD yang diperlukan :
No Nama Ruang Jenis APD Keterangan
1. Kamar Jenazah - Masker Untuk melindungi petugas
- Sarung tangan panjang Kesehatan
- Apron kedap air
- Sepatu boot
- Baju
- Gaun
- Google
- Kaca Mata
- Topi
2. KBR - masker
- topi
- sarung tangan
- apron kedap air
- sepatu pelindung
- google/kacamata
3. OK - masker Untuk melindungi petugas

3
- topi kesehatan
- sarung tangan steril
- gaun/baju steril
- google
- sepatu pelindung
4. IGD - masker Untuk melindungi petugas
- sarung tangan steril kesehatan
- sarung tangan bersih
- apron kedap air
5 Rawat inap - masker Untuk melindungi petugas
- sarung tangan steril kesehatan
- sarung tangan bersih
- gaun/baju steril
6. Poliklinik - masker Untuk melindungi petugas
- sarung tangan kesehatan
- apron jika perlu
7. Laboratorium - masker Untuk melindungi petugas
- sarung tangan kesehatan
- gaun/apron
- sandal pelindung
8. Radiologi - masker Untuk melindungi petugas
- sarung tangan kesehatan
- apron pelindung
radiasi
9. Gizi - masker Untuk melindungi petugas
- celemek dan corpus kesehatan
- sarung tangan
plastic/bersih
- apron kedap air
10. Fisioterapi - masker Untuk melindungi petugas
- sarung tangan kesehatan
11. CSSD - masker Untuk melindungi petugas
- sarung tangan kesehatan
- apron kedap air
- gaun
- topi
- sandal pelindung
12. Laundry - masker Untuk melindungi petugas

4
- topi kesehatan
- apron kedap air
- sarung tangan rumah
tangga
- sepatu pelindung/ boot

C. Panduan Umum Alat Pelindung Diri


1. tangan harus selalu dibersihkan meskipun menggunakan APD
2. lepas dengan anti bila perlu segala perlengkapan APD yang dapat digunakan
kembali, yang sudah rusak atau sobek segera diganti. Setelah mengetahui APD
tersebut berfungsi optimal
3. lepaskan semua APD sesegera mungkin setelah selesai memberikan pelayanan dan
hindari kontaminasi dengan :
a. lingkungan di luar ruang isolasi
b. para pasien atau pekerja lain
c. diri anda sendiri.
4. Buang semua perlengkapan APD dengan hati-hati dan segera membersihkan
tangan.
a. Perkirakan resiko terpajan cairan tubuh atau area kontaminasi sebelum
melakukan kegiatan perawatan kesehatan
b. Pilih APD sesuai dengan perkiraan resiko terjadi pajanan.

D. Jenis-jenis Alat Pelindung Diri


1. Sarung tangan : melindungi tangan dari bahan yang dapat menularkan penyakit
dan melindungi pasien dari mikroorganisme yang berada di tangan petugas
kesehatan. Sarung tangan merupakan penghalang (barrier) fisik paling penting
untuk mencegah penyebaran infeksi. Sarung tangan harus diganti antara setiap
kontak dengan satu pasien ke pasien lainnya, untuk menghindari kontaminasi
silang. Ingat, memakai sarung tangan tidak dapat menggantikan tindakan mencuci
tangan atau pemakaian antiseptik yang digosokkan ke tangan.
Tiga saat petugas perlu memakai sarung tangan :
a. Perlu untuk menciptakan barrier protektif dan cegah kontaminasi yang berat.
Sedinfeksi tangan tidak cukup untuk memblok transmisi kontak bila
kontaminasi berat, missal menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, eksresi,
mucus membrane, kulit yang tidak utuh.
b. Dipakai untuk menghindari transmisi mikroba di tangan petugas kepada pasien
saat dilakukan tindakan terhadap kulit pasien yang tidak utuh, mucus
membran.

5
c. Mencegah tangan petugas terkontaminasi mikroba dari pasien transmisi kepada
pasien lain. Perlu kepatuhan untuk pemakaian sarung tangan sesuai standar.
Memakai sarung tangan tidak menggantikan perlunya cuci tangan, karena
sarung tangan dapat berlubang walaupun kecil, tidak Nampak selama
melepasnya sehingga tangan terkontaminasi. Ingat : sebelum memakai sarung
tangan dan setelah melepas sarung tangan lakukan kebersihan tangan
menggunakan antiseptic cair atau handrub berbasis alcohol.

Jenis-jenis sarung tangan


a. Sarung tangan bersih
b. Sarung tangan steril
c. Sarung tangan rumah tangga.

Bagan Alur Pemilihan Jenis Sarung Tangan

Apakah kontak dengan Tanpa sarung tangan


darah atau cairan tubuh Tidak

Ya

Sarung Tangan
rumah Apakah kontak dengan
pasien ? Tidak
Tangga/ sarung
tangan
Ya Bersih

Sarung tangan bersih


Apakah kontak dengan Atau sarung tangan
jaringan dibawah kulit Tidak
Steril

Ya

6
Sarung tangan steril atau

Sarung tangan DTT

Hal yang harus dilakukan bila persediaan sarung tangan terbatas :

Bila sumber daya terbatas dan jumlah sarung tangan periksa tidak memadai, sarung
tangan bedah sekali pakai (disposible yang sudah digunakan dapat diproses ulang
dengan cara :
a. Bersihkan dan desinfeksi dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
b. Dicuci dan dibilas, serta dikeringkan
c. Hanya digunakan pada tindakan-tindakan yang tidak menembus jaringan tubuh.
Jangan memproses ulang sarung tangan yang retak, mengelupas, atau memiliki
lubang atau robekan yang dapat terdeteksi.
Bila sarung tangan rumah tangga tidak tersedia, gunakan dua lapis sarung tangan
periksa atau sarung tangan bedah yang telah diproses untuk memberikan
perlindungan yang cukup bagi petugas kebersihan, petugas laundry, pekarya serta
menangani membuang limbah medis. Selain itu pemakaian bedak pada sarung
tangan tidak direkomendasikan.

hal yang harus diperhatikan pada pemakaian sarung tangan


a. Gunakan sarung dengan ukuran yang sesuai, khususnya untuk sarung tangan
bedah. Sarung tangan yang tidak sesuai dengan ukuran dapat mengganggu
keterampilan dan mudah robek
b. Jaga agar kuku selalu pendek untuk menghindari resiko sarung tangan robek
c. Tarik sarung tangan ke atas manset gaun (jika anda memakaianya) untuk
melindungi pergelangan tangan.
d. Gunakan pelembab larut dalam air ( tidak mengandung lemak) untuk mencegah
kulit tangan kering/ berkeringat.
e. Jangan gunakan krim berbahan dasar minyak karena akan merusak sarung
tangan bedah karena berbahan lateks.
f. Jangan menggunakan cairan pelembab yang mengandung parfum karena dapat
menyebabkan iritasi pada kulit.

g. Jangan menuyimpan sarung tangan ditempat dengan suhu yang terlalu panas
atau terlalu dingin misalnya dibawah sibnar matahari langsung, di dekat
pemanas, AC, cahaya ultraviolet, mesin rontgen karena dapat merusak bahan
sarung tangan sehingga mengurangi efektivitas sebagai pelindung.

7
Reaksi alergi terhadapa sarung tangan
Reaksi terhadap sarung tangan lateks semakin banyak dilaporkan oleh berbagai
petugas fasilitas kesehatan, termasuk bagian rumah tangga, petugas laboratorium
dan dokter gigi. Jika memungkinkan, sarung bebas lateks (nitril) atau sarung tangan
lateks rendah alergen harus digunakan, jika dicurigai terjadi alergi (reaksi alergi
terhadap nitril juga terjadi, tetapi lebih jarang). Selain itu, pemakaian sarung tangan
bebas bedak juga direkomendasikan. Sarung tangan dengan bedak dapat
menyebabkan reaksi lebih banyak, karena bedak pada sarung tangan membawa
partikel lateks ke udara. Jika hal ini tidak memungkinkan, pemakaian sarung tangan
kain atau vinil di bawah sarung tangan lateks dapat membantu mencegah
sensitivitas kulit. Meskipun demikian, tindakan ini tidak akan dapat mencegah
sensitisasi pada membran mukosa mata dan hidung (gamer 1996).
Pada sebagian orang yang sensitif, gejala yang muncul adalah warna merah pada
kulit, hidung berair dan gatal – gatal pada mata, yang mungkin berulang atau
semakin parah misalnya menyababkan gangguan pernapasan seperti astma. Reaksi
alergi terhadap lateks dapat muncul dalam waktu 1 bulan pemakaian. Tetapi pada
umumnya reaksi baru terjadi setelah pemakaian yang lebih lama, sekitar 3-5 tahun
bahkan sampai 15 tahun (bauman, 1992) meskipun pada orang yang rentan. Belum
ada terapi atau desensitisasi untuk mengatasi alergi lateks, satu-satunya pilihan
adalah menghindari kontak.

2. MASKER harus cukup besar untuk menutupi hidung, mulut, bagian bawah dagu
dan rambut pada wajah (jenggot). Masker dipakai untuk menahan cipratan yang
keluar sewaktu petugas kesehatan atau petugas bedah berbicara, batuk atau bersin
serta untuk mencegah percikan darah atau cairan tubuh lainnya memasuki hidung
atau mulut petugas kesehatan. Bila masker tidak terbuat dari bahan tahan cairan,
maka masker tersebut tidak efektif untuk mencegah kedua hal tersebut.
Masker yang ada, terbuat dari berbagai bahan seperti katun ringan, kain kassa,
kertas dan bahan sintetik yang beberapa di antaranya tahan cairan. Masker yang
dibuat dari katun atau kertas sangat nyaman tetapi tidak dapat menahan cairan atau
tidak efektif sebagai filter. Masker yang dibuat dari bahan sintetik dapat
memberikan perlindungan dari tetesan partikel berukuran besar (>5mm) yang
terbesar melalui batuk atau bersin ke orang yang berada di dekat pasien (kurang
dari 1 meter). Namun masker bedah terbaik sekalipun tidak dirancang untuk benar
benar menutup pas secara erat (menempel sepenuhnya pada wajah) sehingga
mencegah kebocoran udara pada bagian tepi nya. Dengan demikian masker tidak
dapat secara efektif menyaring udara yang dihisap.

8
Pada perawatan pasien yang telah diketahui atau dicurigai menderita penyakit
menular melalui udara atau droplet, masker yang digunakan harus dapat mensegah
pasrikel mencapai membran mukosa dari petugas kesehatan.

Contoh masker bedah :

Ketika melepas masker, pegang bagian talinya karena bagian tengah masker
merupakan bagian yang paling banyak terkontaminasi (rothrock dan Smith 2003).
Masker dengan efisiensi tinggi merupakan jenis masker khusus yang
diromendasikan. Nila penyaringan udara dianggap penting misalnya pada
perawatan seseorang yang telah diketahui atau dicurigai menderita flu burung atau
SARS. Masker dengan efisiensi tinggi misalnya N-95 melindungi dari partikel
dengan ukuran <5 mikron yang dibawa oleh udara. Pelindung ini terdiri dari
banyak lapisan bahan penyaring dan harus dapat menempel dengan erat pada
wajah tanpa ada kebocoran. Dilain pihak pelindung ini juga lebih mengganggu
pernapasan dan lebih mahal daripada masker bedah. Sebelum petugas memakai
masker N-95 perlu dilakukan fit test pada setiap pemakiannya.
Ketika sedang merawat pasien yang telah diketahui atau dicurigai menderita
penyakit menular melalui airborne maupun droplet, seperti flu burung atau SARS,
petugas kesehatan harus menggunakan masker efisiensi tinggi. Pelindung ini
merupakan masker, gogel dan visor melindungi wajah dari percikan darah. Untuk
melindungi petugas dari infeksi saluran napas maka diwajibkan menggunakan
masker sesuai aturan standart. Pada fasilitas kesehatan yang memadai petugas
dapat memakai respirator sebagai pencegahan saat merawat pasien multi drug
resisteance (MDR) TB.

CONTOH MASKER

9
Perangkat N-95 yang telah disetifikasi oleh US National Institute for Occupational
Safety dan Health (NIOSH), disetujui oleh European CE, atau standar
nasional/regional yang sebanding dengan standar tersebut dari negara yang
memproduksinya. Masker efisiensi tinggi dengan tingkat efisiensi lebih tinggi
dapat juga digunakan. Masker efisiensi tinggi seperti khususnya N-95 harus diuji
pengepasannya (fit test) untuk menjamin bahwa perangkat tersebut pas dengan
benar pada wajah pemakainya.

Pemakaian masker efisiensi tinggi


Petugas kesehatan harus :
 Memeriksa sisi masker yang menempel pada wajah untuk melihat apakah
lapisan utuh dan tidak cacat. Jika bahan penyaring rusak atau kotor, buang
masker tersebut. Selain itu. Selain itu masker yang ada keretakan, terkikis,
terpotong atau terlipat pada sisi dalam masker juga tidak dapat digunakan.
 Memeriksa tali-tali masker untuk memastikan tidak terpotong atau rusak.
Tali harus menempel dengan baik disemua titik sambungan.
 Memastikan bahwa klip hidung yang terbuat dari logam (jika ada) berada
pada tempatnya dan berfunsi dengan baik.

Fit test untuk masker efiensi tinggi


Fungsi masker akan terganggu/tidak efektif, jika masker tidak dapat melekat secara
sempurna pada wajah, seperti pada keadaan dibawah ini :
 Adanya jenggot, cambang atau rambut yang timbuh pada wajah bagian
bawah.
 Atau adanya gagang kacamata
 Ketiadaan satu atau dua gigi pada kedua sisi dapat mempengaruhi
perlekatan
 Bagian wajah masker
 Apabila klip hidung dari loham dipencet/dijepit, karena akan menyebabkan
kebocoran. Ratakan klip tersebut di atas hidung setelah anda memasang
masker, menggunakan kedua telunjuk dengan cara menekan dan menyusir
bagian atas masker.
 Jika mungkin, dianjurkan fir test dilakukan setiap saat sebelum memakai
masker efiensi tinggi.

10
Cara fit test respirator pasrticular
Langkah 1

Genggamlah respirator dengan satu tangan, posisikan sisi depan bagian hidung
pada ujung jari-jari anda. Biarkan tali pengikat respirator menjuntai bebas di bawah
tangan anda
Langkah 2

Posisikan respirator di bawah dagu anda dan sisi untuk hidung berada diatas.
Langkah 3

Tariklah tali pengikat respirator yang atas dan posisikan tali agak tinggi dibelakang
kepala anda diatas telinga. Tariklah tali pengikat respirator yang bawah dan
posisikan tali di bawah telinga.
Langkah 4

Letakkan jari – jari kedua tangan anda di atas bagian hidung yang terbuat dari
logam. Tekan sisi logam tersebut (gunakan dua jari dari masing-masing tangan)
mengikuti bentuk hidung anda. Jangan menekan respirator dengan satu tangan
karena dapat mengakibatkan respirator bekerja kurang efektif.

11
Langkah 5

Tutup bagian depan respirator dengan kedua tangan, dan hati-hati agar posisi
respirator tidak berubah.
a. Pemeriksaan segel positif
Menghembuskan nafas kuat-kuat. Tekanan positif di dalam respirator berarti
tidak ada kebocoran. Bila terjadi kebocoran atau posisi dan atau ketegangan
tali. Uji kembali kerapatan respirator. Ulangi langkah tersebut sampai respirator
benar-benar tertutup rapat.
b. Pemeriksaan segel negatif
Tarik napas dalam-dalam. Bila tidak ada kebocoran, tekanan negatif akan
membuat respirator menempel ke wajah.
Kebocoran akan menyebabkan hilangnya tekanan negatif di dalam respirator
akibat udara masuk melalui celah-celah pada segelnya.

Kewaspadaan
Beberapa masker mengandung komponen lateks dan tidak bisa digunakan oleh
individu yang alergi terhadap lateks. Petugas harus diberi cukup waktu untuk
menggunakan dan mengepaskan masker dengan baik sebelum bertemu dengan
pasien.
3. ALAT PELINDUNG MATA
Melindungi petugas dari percikan darah atau cairan tubuh lain dengan cara
melindungi mata mencakup kacamata (goggles) plastik bening, kacamata
penagaman, pelindung wajah dan visor. Kacamata koreksi atau kacamata dengan
lensa polos juga dapat digunakan, tetapi hanya jika ditrambahkan pelindung pada
bagian sisi mata. Petugas kesehatan harus menggunakan masker dan pelindung
mata atau pelindung wajah, jika dilakukan tugas yang memungkinkan adanya
percikan cairan secara tidak sengaja ke arah wajah. Bila tidak tersedia pelindung
wajah, petugas kesehatan dapat menggunakan kacamata pelindung atau kacamata
biasa serta masker.

12
Kacamata alat pelindung mata

4. PELINDUNG WAJAH jenis yang serin digunakan adalah face Shield digunakan
untuk melindungi wajah secara menyeluruh

5. Topi
Digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan kulit dan
rambut tidak masuk ke dalam luka selama pembedahan. Topi harus cukup besar
untuk menutup semua rambut. Meskipun topi dapat memberikan sejumlah
perlindungan pada pasien, tetapi tujuan utamanya adalah untuk melindungi
pemakainya dari darah atau cairan tubuh yang terpercik atau menyemprot.
6. Gaun pelindung
Digunakan untuk menutupi atau mengganti pakaian biasa atau seragam lain, pada
saat merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular
melalaui droplet/airborne. Pemakaian gaun pelindung terutama terutama adalah
untuk melindungi baju dan kulit petugas kesehatan dari sekresi respirasi. Ketika
merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular tersebut.
Petugas kesehatan harus mengenakan gaun pelindung setiap memasuki ruangan
untuk merawat pasien karena ada kemungkinan terpercik atau tersemprot darah,
cairan tubuh, sekresi atau ekskresi. Pangkal sarung tangan harus menutupi ujung
lengan gaun sepenuhnya. Lepaskan gaun sebelum meninggalkan area pasien.
Setelah gaun dilepas, pastikan bahwa pakaian dan kulit tidak kontak dengan bagian
yang potensial tercemar, lalu cuci tangan segera untuk mencegah berpindahnya
organisme.

13
Kontaminasi pada pakaian yang dipakai saat bekerja diturunkan 20-100x dengan
memakai gaun pelindung. Perawat yang memakai apron plastik saat merawat
pasien bedah abdomen dapat menurunkan transmisi s.aureus 30x dibandingkan
perawat yang memakai baju seragam dan ganti tiap hari.
7. Apron
Yang terbuat dari karet atau plastik,merupakan tahan air untuk sepanjang bagian
depan tubuh petugas kesehatan. Petugas kesehatan harus mengenakan apron
dibawah gaun penutup ketika melakukan perawatan langsung pada pasien,
membersihkan pasien, atau melakukan prosedur dimana ada risiko tumpahan
darah, cairan tubuh atau sekresi. Hal ini penting jika gaun pelindung tidak than air.
Apron akan mencegah cairan tubuh pasien mengenai baju dan kulit petugas
kesehatan.
8. Pelindung kaki
Digunakan untuk melindungi kaki dari cedera akibat benda tajam atau benda berat
yang mungkin jatuh secara tidak disengaja ke atas kaki. Oleh karena itu “sandal
jepit” atau sepatu yang terbuat dari bahan lunak “kain” tidak boleh dikenakan.
Sepatu boot karet atau sepatu kulit tertutup memberikan lebih banyak
perlindungan. Tetapi harus dijaga tetap bersih dan bebas kontaminasi darah atau
tumpahan cairan tubuh lain. Penutup sepatu tidak diperlukan jika sepatu bersih.
Sepatu yang than terhadap benda tajam atau terhadap air harus tersedia di kamar
bedah.
Sebuah penelitian menyatakan bahwa penutup sepatu dari kain kertas dapat
meningkatkan kontaminasi karena memungkinkan darah merembes melalui sepatu
dan seringkali digunakan sampai diluar ruang operasi. Kemudian dilepas tanpa
sarung tangan sehingga terjadi pencemaran (Summers et al, 1992)

Gambar pelindung kaki

14
E. PEMAKAIAN APD DI FASILITAS KESEHATAN
Bagaimana mengenakan / menggunakan dan melepas APD
1. Faktor-faktor penting yang harus diperhatikan pada pemakaian APD
 Kenakan APD sebelum kontak dengan pasien, umumnya sebelum memasuki
ruangan pasien
 Gunakan dengan hati – hati jangan menyebarkan kontaminasi
 Lepas dan buang secara hati – hati ke tempat limbah infeksius yang telah
disediakan di ruang ganti khusus. Lepas masker di luar ruangan
 Segera lakukan pembersihan tangan dengan langkah – langkah membersihkan
tangan sesuai pedoman.
2. Cara menggunakan APD
Langkah – langkah mengenakan APD pada perawatan ruang isolasi kontak dengan
Airborne adalah sebagai berikut :
a. Kenakan baju kerja sebagai lapisan pertama pakaian pelindung
b. Kenakan pelindung kaki
c. Kenakan sepasang sarung tangan pertama
d. Kenakan gaun luar
e. Kenakan celemek plastik
f. Kenakan sepasang sarung tangan kedua
g. Kenakan masker
h. Kenakan penutup kepala
i. Kenakan pelindung mata
3. Prinsip – prinsip PPI yang perlu diperhatikan pada pemakaian APD
a. Gaun pelindung
 Tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga lutu, lengan hingga bagian
pergelangan tangan dan selubungkan ke belakang punggung.
 Ikat bagian belakang leher dan pinggang

b. Masker
 Eratkan tali atau karet elastis pada bagian tengah kepala dan leher
 Paskan klip hidung dari logam fleksibel pada batang hidung

15
 Paskan dengan erat pada wajah dan di bawah dagu sehingga melekat dengan
baik
 Periksa ulang pengepasan masker.

c. Kacamata atau pelindung wajah


Pasang pada wajah dan mata dan sesuaikan agar pas

d. Sarung tangan
Tarik hingga menutupi bagian pergelangan tangan gaun isolasi

4. Langkah – langkah melepaskan APD pada perawatan ruang isolasi kontak dan
airborne adalah sebagai berikut :
a. Desinfeksi sepasang sarung tangan bagian luar
b. Desinfeksi celemek dan pelindung kaki
c. Lepaskan sepasang sarung tangan bagian luar
d. Lepaskan celemek
e. Lepaskan gaun bagian luar
f. Desinfeksi tangan yang mengenakan sarung tangan
g. Lepaskan pelindung mata
h. Lepaskan penutup kepala
i. Lepaskan masker
j. Lepaskan pelindung kaki
k. Lepaskan sepasang sarung tangan bagian dalam

16
l. Cuci tangan dengan sabun dan air sesuai standar

a. Sarung tangan
 Ingatlah bahwa bagian luar sarung tangan telah terkontaminasi
 Pegang bagian luar sarung tangan dengan sarung tangan lainnya, lepaskan
 Pegang sarung tangan yang telah dilepas dengan menggunakan tangan yang
masih memakai sarung tangan
 Selipkan jari tangan yang sudah tidak memakai sarung tangan di bawah sarung
tangan yang belum dilepas dipergelangan tangan
 Lepaskan sarung tangan di atas sarung tangan pertama
 Buang sarung tangan tempat limbah infeksius

b. Kacamata atau pelindung wajah


 Ingatlah bahwa bagian luar kacamata atau pelindung wajah telah
terkontaminasi
 Untuk melepasnya, pegang karet atau gagang kacamata
 Letakkan diwadah yang telah disediakan untuk diproses ulang atau dalam
tempat limbah ifeksius.

c. Gaun pelindung
 Ingatlah bahwa bagian depan gaun dan lengan gaun pelindung telah
terkontaminasi
 Lepas tali
 Tarik dari leher dan bahu dengan memegang bagian dalam gaun pelindung
saja.
 Balik gaun pelindung
 Lipat atau gulung menjadi gulungan dan letakkan di wadah yang telah
disediakan untuk diproses ulang atau buang di tempat limbah infeksius.

17
d. Masker
 Ingatlah bahwa bagian depan masker telah terkontaminasi, jangan sentuh
 Lepaskan tali bagian bawah dan kemudian tali atau karet bagian atas
 Buang ke tempat limbah infeksius

18
BAB III
PENUTUP

Alat pelindung Terhadap pasien Terhadap petugas kesehatan


Diri (APD)
Jas dan celemek Mencegah kontak mikro Mencegah badan/kulit petugas
plastik organisme dan tangan. kesehatan kontak dengan percikan
Tubuh dan pakaian petugas darah atau cairan tubuh penderita
kesehatan kepada pasien
Sepatu pelindung Mengurangi kemungkinan Mencegah perlukaan kaki oleh benda
terbawanya mikroorganisme tajam yang terkontaminasi atau atau
dari ruang lain atau ruangan terjepit benda berat (misalnya
mencegah luka karena menginjak
benda tajam atau kejatuhan alat
kesehatan) dan mencegah kontak
dengan darah atau cairan tubuh
lainnya
Sarung tangan Mencegah kontak mikro Mencegah kontak tangan petugas
organisme pada tangan dengan darah dan cairan tubuh
petugas kesehatan kepada penderita lainnya, selaput lendir, kulit
pasien yang tidak utuh atau alat kesehatan
dan permukaan yang telah
terkontaminasi
Kacamata Mencegah membran mukosa petugas
pelindung kesehatan kontak dengan percikan
darah atau cairan tubuh penderita
Masker Mencegah kontak droplet Mencegah membran mukosa petugas
dari mulut dan hidung kesehatan (hidung dan mulut) kontak
petugas kesehatan yang dengan percikan darah atau cairan
mengandung tubuh penderita.
mikroorganisme dan
terpercik saat bernafas,
bicara atau batuk kepada
pasien
Pemakaian APD merupakan satu langkah yang akan memberikan pengaruh yang sangat
besar dalam proses pelayanan dan peningkatan mutu rumah sakit, termasuk sebagai kunci
dalam pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit. Didalam pelaksanaannya
diharapkan semua staf di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bima telah terpapar dan
mampu mengimplementasikan dilapangan, dan mampu memberikan contoh/mengedukasi
kepada pasien, keluarga pasien, dan para pengujung di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Bima.
Dengan adanya panduan penggunaan APD ini semoga langkah dan usaha Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Bima dalam pencapaian mutu dan kualitas Rumah Sakit yang lebih
baik akan tercapai. Dalam payung payung yang lebih besar dan lebih luas panduan ini di

19
dalam pedoman pelaksanaan tim pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Bima.

20
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bekerjasama dengan PERDALIN RSPI Prof.


Dr. Sulianti Saroso, Jakarta (2011), Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya

21

Anda mungkin juga menyukai