Anda di halaman 1dari 16

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP

DI KAMPUNG WISATA JAMBANGAN SURABAYA

Studi Kasus Surabaya Green and Clean & Bank Sampah PITOE di Kelurahan Jambangan
Surabaya

Makalah

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah :


Geografi untuk pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup
Dr. Ketut Prasetyo, M.S.

Oleh :
LISANDY EVELINE ISFADIAN
17071315001

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


PROGRAM PENDIDIKAN PASCASARJANA
PRODI S2 PENDIDIKAN GEOGRAFI
2018
DAFTAR ISI
Cover…………………………………………………………………………………….…. i
Daftar Isi………………………………………………………………………………...…. ii
BAB I – PENDAHULUAN………………………………………………..……...……….1
A. Latar Belakang…………………………………………………………………...…….. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………… 2
C. Tujuan……………………………………………………………………………….…. 2

BAB II – HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………………… 3


A. Profil Kampung Wisata Jambangan Surabaya………………………………………..... 3
B. Partisipasi Masyarakat Kampung Jambangan Dalam Melaksanakan Kegiatan
Lingkungan…………………………………………………………………………….. 4
BAB III – PENUTUP……………………………...…………………...…………………. 13
A. Kesimpulan………………………………………………………………………..…… 13
B. Saran…………………………………………………………………………………… 13

Daftar Pustaka…………………………….…………………………………….………... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Partisipasi masyarakat merupakan suatu proses teknis untuk memberikan kesempatan
dan kewenangan yang lebih luas kepada masyarakat untuk secara bersama-sama
memecahkan berbagai persoalan. Partisipasi adalah sebuah instrumen atau alat untuk
mencapai hasil dan dampak program/kebijakan yang lebih baik, sedangkan dalam
argumen demokratisasi dan pemberdayaan, partisipasi adalah sebuah proses untuk
meningkatkan kapasitas individu-individu (Cooke dan Kothari, 2002:37). Salah satu
bentuk partisipasi atau keikutsertaan masyarakat dapat diwujudkan dengan menjaga serta
memelihara kebersihan lingkungan dimana ia berada. Karena kebersihan lingkungan
merupakan hal yang tidak dapat dijauhkan dari sebuah kehidupan manusia. Kebersihan
lingkungan itu sendiri adalah menciptakan sebuah lingkungan yang sehat sehingga dapat
mencegah berbagi penyakit yang disebabkan oleh pencemaran lingkungan.Kebersihan
lingkungan meliputi kebersihan tempat tinggal, tempat bersekolah, tempat bekerja, dan
berbagai sarana umum lainnya.
Kenyataannya, kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup dirasa masih kurang.
Hal ini ditandai dengan keadaan tempat tinggal yang kumuh (slum area) serta lingkungan
yang jauh dari persyaratan kehidupan yang layak. Hal ini ditunjukkan dengan rumah -
rumah yang padat, fasilitas air minum yang kurang, pengaliran air limbah rumah tangga
yang tidak lancar, serta tempat pembuangan sampah yang kurang sehingga memengaruhi
kualitas lingkungan baik fisik maupun sosial bagi penduduknya. Pembangunan
lingkungan perkotaan yang baik dan sehat diamanatkan dalam Undang-undang RI No. 18
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Menurut Pasal 28 Ayat 1 Undang-undang RI
No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, yang berbunyi “masyarakat dapat
berperan serta dalam pengelolaan sampah yang diselenggarakan Pemerintah dan/atau
pemerintah daerah.” Itu artinya bahwa partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah
sangat dibutuhkan demi terwujudnya lingkungan yang baik, sehat, bersih dan rapi.
Salah satu kampung yang terdapat di Kota Surabaya dengan tingkat partisipasi
masyarakat yang baik dalam pengelolaan sampah dan lingkungan adalah Kampung
Jambangan. Partisipasi masyarakat yang baik di Kampung Jambangan ini pada
kenyataannya berhasil mengubah Kampung Jambangan yang dulunya kumuh, bau, penuh
kotoran, bahkan tradisi buang hajat di sungai yang melekat pada masyarakat Jambangan
dengan banyaknya WC – WC terapung yang dikenal dengan sebutan "Helikopter", yang
dulu menghias di sepanjang sungai yang membelah kampung itu
(http://www.suarasurabaya.net/fokus/145/2014/131312 -Jambangan,-Surganya-Surabaya,
akses: 20 Februari 2016), sekarang menjadi sebuah kampung yang dikenal sebagai
Kampung Wisata Lingkungan. Keberhasilan Jambangan mengubah perilaku masyarakat
untuk lebih peduli akan lingkungan juga berhasil menghantarkan Kelurahan Jambangan,
Kecamatan Jambangan mendapatkan penghargaan Kalpataru dengan kategori perintis
lingkungan yang diberikan oleh Presiden Republik Indonesia kepada Ibu Sriyatun
(http://www.menlh.go.id/penghargaan-kalpataru/, akses: 20 Februari 2016). Salah satu
RW (Rukun Warga) yang terdapat di Kelurahan Jambangan dengan tingkat partisipasi
masyarakat yang baik dalam pengelolaan sampah adalah RW III. RW III Kelurahan

1
Jambangan, Kecamatan Jambangan menjadi salah satu RW teladan di Kota Surabaya
karena keberhasilannya mengubah sampah – sampah yang ada, yang semula tidak
berharga, menjadi suatu komoditas yang memiliki nilai ekonomis dan dapat digunakan
kembali. Hal ini kemudian yang membuat RW III Kelurahan Jambangan berhasil
mendapat berbagai prestasi dan penghargaan baik pada tingkat regional maupun nasional.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah profil dari Kampung Jambangan Surabaya?
2. Bagaimanakah bentuk partisipasi masyarakat Kampung Jambangan dalam
melaksanakan kegiatan lingkungan?

C. Tujuan
1. Memahami profil dari Kampung Jambangan Surabaya.
2. Memahami bentuk partisipasi masyarakat Kampung Jambangan dalam melaksanakan
kegiatan lingkungan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Profil Kampung Wisata Jambangan Surabaya
Jika berkunjung ke Jawa Timur, tepatnya di Kota Surabaya, terdapat sebuah
Kampung wisata bernama Jambangan. Kampung Wisata Jambangan punya keunikan.
Seperti nama Jambangan yang berarti tempat bunga atau pot, filosofi ini sesuai dengan
kondisi tempat tersebut yakni indah dan menarik. Tak salah apabila kawasan ini
kemudian menjelma menjadi sebuah kampung wisata. Padahal sebelumya Jambangan
dikenal sangat jorok dan kumuh.Tahun 1960, wilayah ini masuk menjadi kawasan
Surabaya bersama dengan beberapa area lainnya seperti Karangpilang, Wiyung dan
Tandes. Sejak saat itu, banyak warga menempati masing-masing wilayah baru tersebut.
Sayangnya, penempatan lahan baru tersebut tidak diikuti dengan penataan lingkungan
yang baik. Alhasil, daerah tersebut yang paling banyak penduduknya serta paling banyak
pula menghasilkan limbah sampah dan kakus yang kian tidak terkendali (Ipank, 2013).
Kelurahan Jambangan termasuk Kelurahan yang masyarakatnya termasuk golongan
masyarakat swasembada. Masyarakat swasembada merupakan masyarakat yang memiliki
kemandirian lebih tinggi dalam bidang sosial, ekonomi, dan budaya. Kelurahan
swasembada mulai berkembang dan maju dengan prasarana yang lebih lengkap dengan
lembaga formal dan informal telah berjalan sesuai fungsinya, keterampilan dan
pendidikan masyarakat telah semakin tinggi (Tanuwijaya, 2016).
Selain lingkungan yang kumuh, juga tidak ada permukiman yang sejajar dan juga
tidak teratur. Bahkan karena berdekatan dengan wilayah industri di Karangpilang dan
Sepanjang, banyak pendatang yang memilih bermukim di sepanjang Sungai Kali
Surabaya. Dalam waktu singkat, jumlah pemukim meningkat dan membuat daerah
Jambangan menjadi pemukiman padat penduduk.Kedatangan para kaum urban ini tidak
diikuti dengan penataan lingkungan yang sehat. Hasilnya di wilayah pinggiran kali,
sekitar tahun 1960-an hingga 1980-an, sepanjang pinggir kali Surabaya dipenuhi sampah
dan kakus semi permanen (Tanuwijaya, 2016).
Pada tahun 1973 salah seorang warga bernama Sriyatun Djupri berinisiatif mengajak
warga sekitar sungai untuk melestarikan lingkungan kampung agar lebih bersih teratur,
rapi serta layak huni. Ajakan tersebut berupa pemeliharaan lingkungan seperti penanaman
pohon, membersihkan bantaran sungai, hingga pemanfaatan barang bekas pakai.
Akhirnya usahanya pun memunculkan kesadaran masyarakat sehingga kampung tersebut
menjadi lebih bersih dan tertata. Berkat usaha dan kegigihannya Sriyatun dianugerahi
penghargaan kalpataru atas jasanya melestarikan lingkungan hidup disekitar tempat
tinggalnya. Walaupun kini Sriyatun telah wafat, namun usahanya tetap dilanjutkan oleh
warga masyarakat yang lambat laun menjadi kampung wisata Jambangan. Kesadaran
masyarakat akan kesehatan dan pengelolaan lingkungan yang baik diwujudkan dalam
bentuk daur ulang sampah dan hajat. Kegiatan ini dilakukan sejak tahun 2000 dan mulai
beroperasi dengan baik tahun 2003 yang dikelola secara komunal. Hal ini dilakukan
karena sampah yang dihasilkan warga per RW mencapai satu truk sampah dalam kurun
waktu satu minggu (Ipank, 2013).
Namun pada sepuluh tahun terakhir, Kelurahan Jambangan berubah menjadi kampung
bersih dan hijau. Hal tersebut didasari atas kesadaran warga setempat untuk berpartisipasi

3
dalam menciptakan kebersihan lingkungan. Warga masyarakat pun turut serta
mengembangkannya dengan membentuk kader-kader lingkungan serta kegiatan
pengelolaan sampah dan berhasil membentuk Kelurahan Jambangan sehingga menjadikan
sebagai perkampungan yang bertolak belakang dari kondisi sebelumnya. Jambangan
bahkan menjadi kampung percontohan yang berhasil menjadi daerah bersih dan hijau di
Surabaya. Selain itu, Kelurahan Jambangan merupakan daerah yang menjadi salah satu
ikon tempat pengelolaan lingkungan terbaik (Tanuwijaya, 2016).

Gambar 2.1. Profil Kampung Jambangan Saat Ini

B. Partisipasi Masyarakat Kampung Jambangan Dalam Melaksanakan Kegiatan


Lingkungan
1. Program Green and Clean
Demi terciptanya lingkungan yang baik, sehat, bersih dan rapi yang berbasis
masyarakat. Pemerintah Kota Surabaya menghasilkan satu program lintas bidang
yaitu Surabaya Green and Clean. Program ini dilaksanakan oleh Pemerintah Kota
Surabaya sejak tahun 2005. Program ini diinisiasi oleh Pemkot yang diwakili Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya, pihak media yaitu Jawa Pos, dan pihak
swasta yakni Yayasan Unilever Indonesia (YUI). Program Surabaya Green and Clean
ini merupakan bentuk strategi sosialisasi, edukasi, dan apresiasi kepada masyarakat
demi peningkatan kualitas lingkungan. Selain itu Surabaya Green and Clean juga
digunakan sebagai ajang kompetisi di bidang kebersihan, penghijauan, dan kesehatan
antar Kecamatan di Kota Surabaya (Fu'adah, 2016).
Surabaya Green and Clean adalah program pengelolaan sampah berbasis
masyarakat yang dilaksanakan oleh pemerintah kota Surabaya yang meliputi berbagai
aspek lingkungan, seperti penanganan limbah domestik, perbaikan aliran air dan
penanaman pohon. Pada tahun 2005 pemerintah kota Surabaya membuat beberapa
kompetisi untuk mempopulerkan dan membawa program ini ke tingkat yang lebih
luas. Sejak tahun 2005 dengan dukungan dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
lokal kota Surabaya dari program pendidikan tentang pengelolaan sampah. Subtansi
dari program pendidikan termasuk bagaimana memilah sampah organik dan non
organik. Pemanfaatan limbah dengan cara menerapkan prinsip Reduce, Reuse, Recyle.
Reduce artinya mengurangi atau menurunkan jumlah sampah setiap hari. Reuse
artinya menggunakan kembali barang-barang yang dimiliki, sehingga barang masih
dapat digunakan sebelum dibuang. Recycle yaitu dengan mengupayakan barang-
barang bekas dapat digunakan kembali dengan cara mendaur ulang (Fu'adah, 2016).
Perencanaan, ditandai dengan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan-
kegiatan yang merencanakan program pembangunan yang akan dilaksanakan di
4
Kelurahan atau desa, serta menyusun rencana kerjanya. Partisipasi masyarakat dalam
perencanaan hakikatnya hanya menentukan tujuan dari serangkaian kegiatan yang
akan dilaksanakan dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada. Pelaksanaan yang
merupakan tahap terpenting dalam sebuah kegiatan, sebab inti dari kegaiatan adalah
pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi masyarakat dapat dilihat dari keaktifan
masyarakat mengikuti segala kegiatan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
Pengawasan merupakan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan atau diadakan untuk
penyempurnaan dan penilaian sehingga dapat mencapai tujuan seperti yang
direncanakan. Sangat penting untuk mengetahui sampai di mana pekerjaan sudah
dilaksanakan, mengevaluasi dan menentukan tindakan korektif atau tindak lanjut,
sehingga pengembangan pekerjaan dapat ditingkatkan pelaksanaannya.
Partisipasi dalam penerimaan dan pemanfaatan hasil pembangunan dapat
dibedakan menjadi beberapa hal : pertama, manfaat material seperti peningkatan
pendapatan atau aset lain yang penting bagi kepentingan pribadi. Kedua, manfaat
sosial, pendidikan, kesehatan dan jasa-jasa lain. Sedangkan partisipasi dalam
menerima hasil pembangunan berarti : 1) menerima setiap hasil pembangunan seolah-
olah milik sendiri, 2) menggunakan, memanfaatkan setiap hasil pembangunan, 3)
mengusahakan (menjadikan suatu lapangan usaha dan mengeksploitasikannya), 4)
memelihara secara rutin dan sistematis, tidak dibiarkan rusak dengan anggapan bahwa
kelak ada bantuan pemerintah untuk pembangunan baru, 5) mengatur penggunaan dan
pemanfaatannya, pengusahaan dan pengamanannya.
Pertama, perencanaan dimana tahap awal dalam menyusun suatu rancangan
kegiatan, disini partisipasi masyarakat dapat dilihat dari keterlibatan masyarakat
dalam penentuan tujuan dari serangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan. Partisipasi
masyarakat dalam tahap perencanaan merupakan hal yang penting karena dapat
membantu menyumbangkan pikiran atau gagasan untuk membuat suatu keputusan
bersama. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan kegiatan lomba SGC ini berawal
dari sosialisasi yang dilakukan oleh kader lingkungan kepada pengurus RW dan RT,
selanjutnya masing-masing kertua RT bersosialisasi kepada warganya terkait kegiatan
lomba SGC yang akan dilaksanakan.
Kedua, partisipasi dilihat dari pelaksanaannya, dimana kegiatan dijalankan.
Menurut teori Cohen dan Uphoff partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
merupakan hubungan antara perencanaan dan pelaksanaannya cukup erat, masalah
pelaksanaanya sudah cukup dipertimbangkan dalam menyusun rencana, hal ini agar
terdapat jaminan yang lebih besar dalam merealisasikan tujuan dan sasaran-sasaran
rencana itu. Partisispasi dari pelaksanaanya dilihat dari pelaksanaan serta keaktifan
masyarakat untuk ikut melaksanakan pekerjaan dengan memberikan kontibusi berupa
tenaga atau keahlian untuk menunjang setiap kegiatan tersebut.Partisipasi masyarakat
dalam menyumbangkan tenaga dimana mereka mengikuti kegiatan seperti pengolahan
sampah, menjaga lingkungan bersih dan sehat, melakukan penanaman pohon dan
bunga disetiap rumah, sudah seperti yang diharapkan, dimana kesadaran masyarakat
dalam kegiatan yang dilaksanakan cukup tinggi. Masyarakat secara sadar dan suka
rela mengikuti prosedur pelaksanaan dengan semestinya, dari hal tersebut jika

5
dikaitkan dengan teori Cohen dan Uphoff, dapat dikatakan bahwa masyarakat dapat
merealisasikan tujuan dan sasaran-sasaran rencana itu sesuai dengan perencanaan.
Ketiga, partisipasi masyarakat dalam pengawasan dapat dilihat dari pihak yang
bertanggung jawab dalam pengawasan kegiatan lomba SGC, yakni Dinas Kebersihan
dan Pertamanan Kota Surabaya serta kader lingkungan di RW 03 Kelurahan
Jambangan. Partisipassi pengawasan juga dapat dilihat dari keterlibatan masyarakat
secara aktif untuk turut mengawasi jalannya kegiatan. Pengawasan menurut teori
Cohen dan Uphoff bahwa dalam tahap ini masyarakat harus melakukan
penyempurnaan dan penilaian sehingga dapat mencapai tujuan seperti yang
direncanakan. Mengevaluasi dan menentukan tindakan korektif atau tindak lanjut,
sehingga pengembangan pekerjaan dapat ditingkatkan pelaksanaannya.Dalam hal ini
masyarakat sudah memiliki tingkat partisipasi pengawasan yang mampu menjalankan
kegiatan sesuai dengan prosedur dan juga kegiatan dilaksanakan tanpa adanya
penyelewengan yang berarti.
Keempat, Partisipasi masyarakat dilihat dari pemanfaatan dan pemeliharaan,
dalam hal ini tentunya masyarakat dituntut untuk tidak hanya melakukan pemanfaatan
saja, namun juga harus melakukan pemeliharaan dengan sebaik mungkin terhadap
hasil kegiatan yang sudah dilakukan. Ditinjau dengan teori Cohen dan Uphoff bahwa
aktivitas partisipasi dalam penerimaan dan pemanfaatan hasil kegiatan dapat dilihat
dari: pertama, manfaat material seperti meningkatkan kreatifitas serta dari segi
ekonomi mereka dapat menabung dari hasil pengolahan sampah, yaitu dengan
menjual kerajinan dari daur ulang sampah yang dapat menghasilkan produk-produk
yang berguna untuk keperluan sehari-hari, seperti tas, dompet taplak meja, bunga dan
lain sebagainya. Kedua, manfaat kesehatan yaitu lingkungan asri (bersih, sehat,
nyaman) karena lingkungan yang bersih dapat meminimalisir berbagai penyakit,
mengurangi pencemaran lingkungan, mengurangi terjadinya bencana yang disebabkan
oleh sampah yang tidak di kelola dengan baik seperti banjir. Sedangkan partisipasi
dalam menerima hasil pembangunan yakni : 1) masyarakat menerima setiap hasil dari
kegiatan lomba SGC seolah-olah milik sendiri, 2) menggunakan, memanfaatkan
setiap hasil kegiatannya, 3) mengusahakan (menjadikan suatu lapangan usaha yaitu
usaha daur ulang sampah dan mengeksploitasikannya), 4) masyarakat memelihara
secara rutin dan sistematis untuk menjaga kebersihan lingkungan dan terus melakukan
usaha pengelolaan lingkungan sehat yang berbasis masyarakat di RW 03 Jambangan.

Gambar 2.2. Karya – Karya yang Dihasilkan Warga dari Daur Ulang Sampah

6
Aktivitas partisipasi masyarakat dalam pengawasan yaitu mereka saling
menjaga lingkungannya, mengawasi setiap kegiatan seperti halnya saling
mengingatakan apabila ada penyelewengan terkait dengan kegiatan ini, mereka saling
menegur apabila ada kegiatan yang tidak sesuai dengan aturan yang telah
disepakati.selain pengawasan yang dilakukan oleh kader lingkungan dan juga Dinas
Kebersihan dan Pertamanan kota Surabaya sendiri. Aktivitas partisipasi masyarakat
dalam pemanfaatan dan pemeliharaan dapat dilihat dari manfaat yang dirasakan oleh
masyarakat dalam kegiatan lomba SGC yang telah dilakukan. Manfaat material
seperti meningkatkan kreatifitas serta dari segi ekonomi mereka dapat menabung dari
hasil pengolahan sampah.Manfaat kesehatan yaitu lingkungan asri (bersih, sehat,
nyaman). Partisipasi dalam menerima hasil kegiatan yaitu masyarakat menerima
setiap hasil dari kegiatan lomba SGC seolah-olah milik sendiri, menggunakan,
memanfaatkan setiap hasil kegiatannya, mengusahakan (menjadikan suatu lapangan
usaha yaitu usaha daur ulang sampah dan mengeksploitasikannya), masyarakat
memelihara secara rutin dan sistematis untuk menjaga kebersihan lingkungan dan
terus melakukan usaha pengelolaan lingkungan sehat yang berbasis masyarakat di
RW 03 Jambangan (Fu'adah, 2016).

2. Pengelolaan Sampah Bank PITOE Jambangan


Bank Sampah PITOE Jambangan yang pada awalnya merupakan bank sampah yang
didirikan atas inisiatif masyarakat setempat. Tidak hanya itu, partisipasi masyarakat
yang baik dalam pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan juga
membuat Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia, Prof. Dr. Balthasar
Kambuaya, MBA., tertarik untuk mengunjungi dan meresmikan Bank Sampah PITOE
Jambangan secara langsung pada tanggal 8 Maret 2013.
Bank Sampah PITOE RW III Jambangan masuk dalam 3 besar bank sampah
terbaik di Kota Surabaya, dimana hingga tahun 2013 Bank Sampah PITOE RW III
Jambangan ini memiliki jumlah nasabah ± 85 orang dan omzet pendapatan perbulan
hingga ± Rp. 10.500.000,-. Keberhasilan Bank Sampah PITOE RW III Jambangan
menjadi salah satu bank sampah terbaik di Kota Surabaya ini tentunya tidak dapat
terlepas dari partisipasi masyarakat didalamnya. Bank Sampah PITOE RW III
Jambangan masuk dalam 3 besar bank sampah terbaik di Kota Surabaya, dimana
hingga tahun 2013 Bank Sampah PITOE RW III Jambangan ini memiliki jumlah
nasabah ± 85 orang dan omzet pendapatan perbulan hingga ± Rp. 10.500.000,-.
Keberhasilan Bank Sampah PITOE RW III Jambangan menjadi salah satu bank
sampah terbaik di Kota Surabaya ini tentunya tidak dapat terlepas dari partisipasi
masyarakat didalamnya.
Masyarakat memiliki kesempatan untuk menentukan nasib mereka sendiri dan
juga nasib operasional Bank Sampah PITOE Jambangan, meskipun pembuatan
keputusan telah dilakukan oleh pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan dalam
rapat internal sebelumnya. Antusiasme masyarakat dalam proses pembuatan
keputusan terbukti dengan kehadiran masyarakat dalam setiap pertemuan dan
keaktifan masyarakat dalam memberikan usulan pada saat pertemuan.

7
a. Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan
Kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan Dalam
proses kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan,
masyarakat secara aktif terlibat didalamnya. Sama halnya dengan yang
dikemukakan oleh Dhokhikah, et.al, dalam pelaksanaan kegiatan pemanfaatan
sampah, pertama – tama masyarakat memilah dan memisahkan sampah dari
rumahnya masing masing menjadi dua, yaitu sampah basah dan sampah kering.
Sampah basah seperti sisa sayuran dikumpulkan, dipotong – potong, dan
dimasukkan kedalam komposter. Sedangkan untuk sampah kering seperti sampah
plastic bekas, botol kemasan air mineral bekas, gelas kemasan air mineral bekas,
dan sebagainya dikumpulkan, dipilah berdasarkan jenisnya, dan dibersihkan, yang
kemudian dibawa oleh masyarakat ke Bank Sampah PITOE Jambangan. Sampah
yang dibawa oleh para masyarakat Bank Sampah PITOE Jambangan, lalu
ditimbang sesuai dengan jenisnya satu per satu. Setelah ditimbang kemudian
dicatat dalam buku catatan seperti layaknya sebuah bank pada umumnya oleh
pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan. Sampah – sampah masyarakat yang
telah ditimbang dan dicatat ini kemudian dipilah oleh pengurus bank sampah,
dibersihkan bila diperlukan, dirapikan, dan dimasukkan kedalam gudang bank
sampah, yang selanjutnya siap untuk diambil oleh pengepul. Selain dijual ke
pengepul, sampah – sampah yang ada di Bank Sampah PITOE juga dijual ke
pengrajin daur ulang.

Gambar 2.3. Pengumpulan Sampah untuk dikelola

Antusiasme masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sampah di


Bank Sampah PITOE Jambangan dapat dikatakan tinggi. Hal ini ditunjukkan
dengan setiap minggunya ada saja masyarakat yang menyetorkan sampahnya,
sehingga menyebabkan tidak jarang kapasitas gudang Bank Sampah PITOE
Jambangan tidak mencukupi untuk menampung sampah – sampah tersebut.
Keaktifan dan kemauan masyarakat untuk membantu pengurus Bank Sampah
PITOE Jambangan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sampah di Bank
Sampah PITOE Jambangan juga menjadi bukti antusiasme masyarakat yang
tinggi. Masyarakat tidak segan – segan untuk membantu pengurus Bank Sampah
PITOE jika masyarakat tidak sedang sibuk. Peran serta yang biasanya diberikan
oleh masyarakat adalah membantu pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan
dalam memilah dan membersihkan sampah – sampah setelah kegiatan

8
penimbangan selesai dilakukan. Selain itu, partisipasi lainnya yang diberikan oleh
masyarakat adalah dengan ikut menjaga sarana dan prasarana yang ada di Bank
Sampah PITOE, sehingga sarana dan prasarananya tidak hilang atau rusak.
Masyarakat juga ikut mempromosikan Bank Sampah PITOE Jambangan
kepada orang lain yang belum mengetahui adanya Bank Sampah PITOE
Jambangan. Disisi lain, peran serta masyarakat dalam proses kegiatan pengelolaan
sampah juga terletak pada dukungan mereka kepada pengurus Bank Sampah
PITOE Jambangan dengan memberikan makanan ringan, snack, kue, roti, ataupun
minuman.

b. Partisipasi Masyarakat dalam Pemanfaatan Hasil


Kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan Hasil
kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan yang
dapatdinikmati oleh masyarakat setidaknya dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu
aspek pendapatan (ekonomi), aspek lingkungan, dan aspek sosial.
Pertama dalam aspek pendapatan (ekonomi), dimana masyarakat dapat
menikmati hasil dari proses pelaksanaan pengelolaan sampah di Bank Sampah
PITOE Jambangan berupa uang dari hasil penjualan sampah. Melalui pengelolaan
sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan ini, sampah yang dulunya terbuang
begitu saja, ternyata dapat menjadi tambahan penghasilan yang cukup lumayan
bagi masyarakat melalui adanya Bank Sampah PITOE Jambangan ini. Hasil uang
atau tabungan dari masyarakat memang tidak terlalu besar, sehingga tidak dapat
mencukupi kebutuhan hidup primer sehari – hari. Namun, uang atau tabungan
yang diperoleh oleh masyarakat ini biasanya digunakan oleh masyarakat sebagai
tambahan untuk memenuhi kebutuhan sekunder, misalnya untuk membeli tak‟jil,
membeli kue – kue kering untuk lebaran, ataupun untuk tambahan membayar
uang sekolah anak.
Manfaat kedua adalah terkait pada kebersihan lingkungan sekitarnya.
Masyarakat merasa bahwa dengan adanya pengelolaan sampah di Bank Sampah
PITOE Jambangan ini jumlah tumpukkan sampah yang ada dirumah menjadi
semakin berkurang dan membuat lingkungan di wilayah Jambangan Tama
menjadi bersih dari sampah. Disisi lain, keterlibatan masyarakat dalam
pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan sedikit banyaknya
membantu Pemerintah Kota Surabaya dalam menangani permasalahan sampah
yang semakin menumpuk dan menggunung di TPA Benowo. Selain itu,
keberadaan Bank Sampah PITOE Jambangan juga membuat masyarakat semakin
sadar untuk menggunakan dan menerapkan salah satu konsep 3R, yaitu reuse
(menggunakan kembali). Melalui adanya Bank Sampah PITOE Jambangan,
masyarakat tidak malu dan tidak segan untuk membeli dan mempergunakan
kembali barang yang dianggap sebagai sampah oleh pemilik sebelumnya.
Manfaat ketiga yang diperoleh masyarakat adalah terletak pada aspek sosial.
Masyarakat merasa bahwa dengan adanya kegiatan pengelolaan sampah di Bank
Sampah PITOE Jambangan setiap hari Minggu semakin meningkatkan keguyuban
antar masyarakat di wilayah Jambangan Tama. Masyarakat yang setiap hari jarang
untuk bersosialisasi dan keluar rumah karena kesibukan dan padatnya aktivitas
yang harus dilakukan, menjadi dapat bersosialisasi satu sama lain melalui adanya
kegiatan di Bank Sampah PITOE Jambangan ini. Dari hasil temuan peneliti
selama berada dilapangan dan teori mengenai partisipasi masyarakat dalam
pemanfaatan hasil sebagaimana dikemukakan oleh Kaho dapat disimpulkan

9
bahwa terdapat banyak sekali hasil yang dimanfaatkan oleh masyarakat dari
kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan, dimana
setidaknya dapat dilihat dari tiga aspek manfaat, yaitu dari aspek ekonomi, aspek
lingkungan, dan aspek sosial. Masyarakat dapat menikmati setiap hasil dari
kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan secara adil dan
sesuai dengan pengorbanan serta norma yang berlaku. Tabungan sampah yang
dimiliki oleh masing – masing masyarakat menjadi bukti bahwa hasil tabungan
yang didapat sesuai dengan pengorbanan masyarakat dalam kegiatan penyetoran
sampahnya.

c. Partisipasi masyarakat dalam evaluasi kegiatan


Pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan diketahui bahwa
masyarakat tidak dilibatkan dalam proses evaluasi di Bank Sampah PITOE
Jambangan. Proses evaluasi kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE
Jambangan dilakukan dengan dua cara. Pertama, dilakukan dalam rapat internal
pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan untuk kemudian hasilnya disampaikan
kepada masyarakat atau pilihan yang kedua adalah dengan menampung seluruh
usulan dan masukan yang disampaikan oleh masyarakat untuk kemudian dibawa
dalam rapat internal pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan. Namun, bukan
berarti usul dan masukan yang disampaikan oleh masyarakat ini dapat langsung
disetujui dan dilaksanakan oleh pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan.
Hal ini bergantung pada apakah pengurus sanggup untuk melaksanakan usul
dan masukan yang diberikan tersebut. Proses evaluasi dilakukan secara rutin
minimal satu kali dalam setahun. Laporan keuangan Bank Sampah PITOE
Jambangan dalam satu tahun menjadi bentuk evaluasi yang dilakukan oleh
pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan. Secara terbuka pengurus memberikan
lembaran fotocopy laporan keuangan selama satu tahun kepada masyarakat. Dari
hasil temuan peneliti selama berada dilapangan dan teori mengenai partisipasi
masyarakat dalam pemanfaatan hasil sebagaimana dikemukakan oleh Kaho dapat
disimpulkan bahwa masyarakat tidak dilibatkan dalam proses evaluasi kegiatan di
Bank Sampah PITOE Jambangan secara bersama.
Evaluasi kegiatan dilakukan dalam rapat internal pengurus Bank Sampah
PITOE Jambangan. Masyarakat hanya sebatas memberikan usulan dan masukan
kepada pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan, dimana hal ini tidak berarti
bahwa usul yang diberikan dapat 100% diterima dan dilaksanakan oleh pengurus
Bank Sampah PITOE Jambangan. Dalam proses evaluasi, masyarakat hanya
menerima lembaran laporan keuangan Bank Sampah PITOE Jambangan selama
satu tahun.

Gambar 2.4. Pengumpulan Laporan Keuangan dan Pembagian Tabungan


Masyarakat

10
d. Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat
1) Motif Ekonomi
Masyarakat terdorong untuk memberikan peran sertanya dalam setiap
kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan karena
ingin mendapatkan uang dari hasil tabungan sampah. Sampah yang
sebelumnya hanya dibuang begitu saja, ternyata dapat memberikan
penghasilan tambahan bagi masyarakat melalui adanya Bank Sampah PITOE
Jambangan.

2) Motif sosial
Motivasi untuk menciptakan keguyuban dalam motif ini, masyarakat
terdorong untuk memberikan peran sertanya dalam setiap kegiatan
pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan karena ingin
menciptakan keguyuban dengan masyarakat lain. Ditengah kesibukannya,
masyarakat ingin melakukan sosialisasi dan komunikasi dengan masyarakat
lainnya melalui adanya kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE
Jambangan.

3) Motif psikologi
Motivasi untuk pencapaian prestasi tempat tinggalnya dalam motif ini,
masyarakat terdorong untuk memberikan peran sertanya dalam setiap kegiatan
pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan karena masyarakat
ingin agar tempat tinggalnya memenangkan banyak kompetisi, baik yang
diadakan oleh Pemerintah maupun pihak – pihak lainnya. Semangat kompetitif
yang tinggi disertai dengan keinginan yang tinggi untuk memenangkan
kompetisi membuat tingkat kepedulian masyarakat terhadap lingkungan
semakin meningkat.

4) Kepuasan Diri karena Lingkungan menjadi Bersih


Faktor yang mendorong masyarakat untuk memberikan peran sertanya
dalam setiap kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE
Jambangan adalah karena ingin melihat lingkungan sekitarnya menjadi bersih.
Ada suatu kepuasan tersendiri dalam diri masyarakat ketika melihat
tumpukkan sampah didalam rumah menjadi berkurang, lingkungan sekitar
menjadi lebih bersih dan bebas dari sampah, serta dapat membantu Pemerintah
Kota Surabaya untuk mengurangi jumlah sampah yang menggunung di TPA
Benowo.

5) Motivasi dan Dukungan dari Pemerintah


Faktor yang mendorong masyarakat untuk memberikan peran sertanya
dalam setiap kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE
Jambangan adalah karena adanya motivasi dan dukungan dari pihak
pemerintah, baik Pemerintah Kota Surabaya, Camat Jambangan, Lurah
Jambangan, Ketua RW maupun Ketua RT yang ada diwilayah Jambangan.
Dukungan – dukungan seperti dana hingga dukungan moril lainnya membuat
masyarakat semakin terpacu untuk memberikan peran sertanya. Pemimpin
dalam hal ini menjadi figur contoh bagi masyarakat.

11
6) Motivasi dan Dukungan Pengurus Bank
Faktor yang mendorong masyarakat untuk memberikan peran sertanya
dalam setiap kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE
Jambangan adalah karena adanya motivasi dari pihak pengurus Bank Sampah
PITOE Jambangan, yang mana sering mengingatkan warga untuk tetap
menjaga kebersihan lingkungan.

7) Motivasi dan Dukungan Kader Lingkungan


Kader lingkungan juga memegang peran penting dan menjadi faktor
yang mendorong masyarakat untuk memberikan peran sertanya dalam setiap
kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan. Kader
lingkungan diposisikan sebagai agent of change dalam merubah perilaku
masyarakat yang dulunya masyarakat Jambangan ini memiliki kebiasaan
membuang sampah dan hajat dikali menjadi masyarakat yang memiliki
budaya hidup bersih dan sehat. Kader lingkungan ini yang kemudian menjadi
ujung tombak dalam pembentukan perilaku dan meningkatkan partisipasi
masyarakat.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aktivitas partisipasi masyarakat dalam perencanaan, masyarakat dalam perencanaan
kegiatan lomba SGC ini berawal dari sosialisasi yang dilakukan oleh kader lingkungan
kepada pengurus RW dan RT, selanjutnya masing-masing kertua RT bersosialisasi
kepada warganya terkait kegiatan lomba SGC yang akan dilaksanakan. Aktivitas
partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan lomba SGC di RW 03 Kelurahan
Jambangan yang dilakukan oleh masyarakat dari pengolahan sampah, masyarakat
mendirikan bank sampah di masing – masing RT, dengan pengurus 5 orang, yaitu sebagai
penerimaan, penimbagan, dan pemilahan.
Selain itu, masyarakat berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, pelaksanaan, dan
pemanfaatan hasil pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan. Namun,
masyarakat tidak berpartisipasi dalam proses evaluasi. Faktor – faktor yang
mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di Bank Sampah
PITOE Jambangan, antara lain motif ekonomi, motif sosial untuk menciptakan
keguyuban, motif psikologi untuk pencapaian prestasi tempat tinggal dan kepuasan diri
karena lingkungan menjadi bersih, motivasi dan dukungan dari Pemerintah, motivasi dan
dukungan pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan, motivasi dan dukungan kader
lingkungan, komunikasi dengan masyarakat yang lancar, dan forum warga yang rutin
dilakukan.
Dalam 2 hal program pengelolaan lingkungan diatas, Kampung Jambangan berhasil
menerapkan peduli pada lingkungan melalui reward dan education

B. Saran
Kepada tokoh masyarakat agar lebih meningkatkan pendekatan persuasif dan
sosialisai kepada masyarakat terkait dengan kegiatan rapat-rapat yang akan dilakukan.
Terjalinnya komunikasi yang baik maka akan menimbulkan kerjasama dan kekompakan
dalam pelaksanaan kegiatan.
Bagi seluruh warga masyarakat diharapkan lebih memprioritaskan kepentingan dan
kemajuan Kelurahan Jambangan dapa khususnya daripada memprioritaskan kepentingan
pribadi dan golongan.
Kepada Pemerintah Kota Surabaya diharapkan dapat meningkatkan program-program
sejenis demi terciptanya kesejahteraan masyarakat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Fu'adah, A. M. (2016). Aktivitas Partisipasi Masyarakat Kelurahan Jambangan dalam


Kegiatan Green and Clean Kota Surabaya. Kajian Moral dan Kewarganegaraan , 02, 441-
455.

Ipank. (2013, Desember 28). Berwisata di Lingkungan Sehat Kampung Wisata Jambangan
Surabaya. Retrieved Mei 3, 2018, from Panduan wisata surabaya :
http://surabaya.panduanwisata.id/wisata-alam/berwisata-di-lingkungan-sehat-kampung-
wisata-jambangan-surabaya/

Tanuwijaya, F. (2016). Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah di Bank Sampah


PITOE Jambangan Kota Surabaya. Lingkungan , 230-244.

14

Anda mungkin juga menyukai