Studi Kasus Surabaya Green and Clean & Bank Sampah PITOE di Kelurahan Jambangan
Surabaya
Makalah
Oleh :
LISANDY EVELINE ISFADIAN
17071315001
Daftar Pustaka…………………………….…………………………………….………... 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Partisipasi masyarakat merupakan suatu proses teknis untuk memberikan kesempatan
dan kewenangan yang lebih luas kepada masyarakat untuk secara bersama-sama
memecahkan berbagai persoalan. Partisipasi adalah sebuah instrumen atau alat untuk
mencapai hasil dan dampak program/kebijakan yang lebih baik, sedangkan dalam
argumen demokratisasi dan pemberdayaan, partisipasi adalah sebuah proses untuk
meningkatkan kapasitas individu-individu (Cooke dan Kothari, 2002:37). Salah satu
bentuk partisipasi atau keikutsertaan masyarakat dapat diwujudkan dengan menjaga serta
memelihara kebersihan lingkungan dimana ia berada. Karena kebersihan lingkungan
merupakan hal yang tidak dapat dijauhkan dari sebuah kehidupan manusia. Kebersihan
lingkungan itu sendiri adalah menciptakan sebuah lingkungan yang sehat sehingga dapat
mencegah berbagi penyakit yang disebabkan oleh pencemaran lingkungan.Kebersihan
lingkungan meliputi kebersihan tempat tinggal, tempat bersekolah, tempat bekerja, dan
berbagai sarana umum lainnya.
Kenyataannya, kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup dirasa masih kurang.
Hal ini ditandai dengan keadaan tempat tinggal yang kumuh (slum area) serta lingkungan
yang jauh dari persyaratan kehidupan yang layak. Hal ini ditunjukkan dengan rumah -
rumah yang padat, fasilitas air minum yang kurang, pengaliran air limbah rumah tangga
yang tidak lancar, serta tempat pembuangan sampah yang kurang sehingga memengaruhi
kualitas lingkungan baik fisik maupun sosial bagi penduduknya. Pembangunan
lingkungan perkotaan yang baik dan sehat diamanatkan dalam Undang-undang RI No. 18
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Menurut Pasal 28 Ayat 1 Undang-undang RI
No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, yang berbunyi “masyarakat dapat
berperan serta dalam pengelolaan sampah yang diselenggarakan Pemerintah dan/atau
pemerintah daerah.” Itu artinya bahwa partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah
sangat dibutuhkan demi terwujudnya lingkungan yang baik, sehat, bersih dan rapi.
Salah satu kampung yang terdapat di Kota Surabaya dengan tingkat partisipasi
masyarakat yang baik dalam pengelolaan sampah dan lingkungan adalah Kampung
Jambangan. Partisipasi masyarakat yang baik di Kampung Jambangan ini pada
kenyataannya berhasil mengubah Kampung Jambangan yang dulunya kumuh, bau, penuh
kotoran, bahkan tradisi buang hajat di sungai yang melekat pada masyarakat Jambangan
dengan banyaknya WC – WC terapung yang dikenal dengan sebutan "Helikopter", yang
dulu menghias di sepanjang sungai yang membelah kampung itu
(http://www.suarasurabaya.net/fokus/145/2014/131312 -Jambangan,-Surganya-Surabaya,
akses: 20 Februari 2016), sekarang menjadi sebuah kampung yang dikenal sebagai
Kampung Wisata Lingkungan. Keberhasilan Jambangan mengubah perilaku masyarakat
untuk lebih peduli akan lingkungan juga berhasil menghantarkan Kelurahan Jambangan,
Kecamatan Jambangan mendapatkan penghargaan Kalpataru dengan kategori perintis
lingkungan yang diberikan oleh Presiden Republik Indonesia kepada Ibu Sriyatun
(http://www.menlh.go.id/penghargaan-kalpataru/, akses: 20 Februari 2016). Salah satu
RW (Rukun Warga) yang terdapat di Kelurahan Jambangan dengan tingkat partisipasi
masyarakat yang baik dalam pengelolaan sampah adalah RW III. RW III Kelurahan
1
Jambangan, Kecamatan Jambangan menjadi salah satu RW teladan di Kota Surabaya
karena keberhasilannya mengubah sampah – sampah yang ada, yang semula tidak
berharga, menjadi suatu komoditas yang memiliki nilai ekonomis dan dapat digunakan
kembali. Hal ini kemudian yang membuat RW III Kelurahan Jambangan berhasil
mendapat berbagai prestasi dan penghargaan baik pada tingkat regional maupun nasional.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah profil dari Kampung Jambangan Surabaya?
2. Bagaimanakah bentuk partisipasi masyarakat Kampung Jambangan dalam
melaksanakan kegiatan lingkungan?
C. Tujuan
1. Memahami profil dari Kampung Jambangan Surabaya.
2. Memahami bentuk partisipasi masyarakat Kampung Jambangan dalam melaksanakan
kegiatan lingkungan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Profil Kampung Wisata Jambangan Surabaya
Jika berkunjung ke Jawa Timur, tepatnya di Kota Surabaya, terdapat sebuah
Kampung wisata bernama Jambangan. Kampung Wisata Jambangan punya keunikan.
Seperti nama Jambangan yang berarti tempat bunga atau pot, filosofi ini sesuai dengan
kondisi tempat tersebut yakni indah dan menarik. Tak salah apabila kawasan ini
kemudian menjelma menjadi sebuah kampung wisata. Padahal sebelumya Jambangan
dikenal sangat jorok dan kumuh.Tahun 1960, wilayah ini masuk menjadi kawasan
Surabaya bersama dengan beberapa area lainnya seperti Karangpilang, Wiyung dan
Tandes. Sejak saat itu, banyak warga menempati masing-masing wilayah baru tersebut.
Sayangnya, penempatan lahan baru tersebut tidak diikuti dengan penataan lingkungan
yang baik. Alhasil, daerah tersebut yang paling banyak penduduknya serta paling banyak
pula menghasilkan limbah sampah dan kakus yang kian tidak terkendali (Ipank, 2013).
Kelurahan Jambangan termasuk Kelurahan yang masyarakatnya termasuk golongan
masyarakat swasembada. Masyarakat swasembada merupakan masyarakat yang memiliki
kemandirian lebih tinggi dalam bidang sosial, ekonomi, dan budaya. Kelurahan
swasembada mulai berkembang dan maju dengan prasarana yang lebih lengkap dengan
lembaga formal dan informal telah berjalan sesuai fungsinya, keterampilan dan
pendidikan masyarakat telah semakin tinggi (Tanuwijaya, 2016).
Selain lingkungan yang kumuh, juga tidak ada permukiman yang sejajar dan juga
tidak teratur. Bahkan karena berdekatan dengan wilayah industri di Karangpilang dan
Sepanjang, banyak pendatang yang memilih bermukim di sepanjang Sungai Kali
Surabaya. Dalam waktu singkat, jumlah pemukim meningkat dan membuat daerah
Jambangan menjadi pemukiman padat penduduk.Kedatangan para kaum urban ini tidak
diikuti dengan penataan lingkungan yang sehat. Hasilnya di wilayah pinggiran kali,
sekitar tahun 1960-an hingga 1980-an, sepanjang pinggir kali Surabaya dipenuhi sampah
dan kakus semi permanen (Tanuwijaya, 2016).
Pada tahun 1973 salah seorang warga bernama Sriyatun Djupri berinisiatif mengajak
warga sekitar sungai untuk melestarikan lingkungan kampung agar lebih bersih teratur,
rapi serta layak huni. Ajakan tersebut berupa pemeliharaan lingkungan seperti penanaman
pohon, membersihkan bantaran sungai, hingga pemanfaatan barang bekas pakai.
Akhirnya usahanya pun memunculkan kesadaran masyarakat sehingga kampung tersebut
menjadi lebih bersih dan tertata. Berkat usaha dan kegigihannya Sriyatun dianugerahi
penghargaan kalpataru atas jasanya melestarikan lingkungan hidup disekitar tempat
tinggalnya. Walaupun kini Sriyatun telah wafat, namun usahanya tetap dilanjutkan oleh
warga masyarakat yang lambat laun menjadi kampung wisata Jambangan. Kesadaran
masyarakat akan kesehatan dan pengelolaan lingkungan yang baik diwujudkan dalam
bentuk daur ulang sampah dan hajat. Kegiatan ini dilakukan sejak tahun 2000 dan mulai
beroperasi dengan baik tahun 2003 yang dikelola secara komunal. Hal ini dilakukan
karena sampah yang dihasilkan warga per RW mencapai satu truk sampah dalam kurun
waktu satu minggu (Ipank, 2013).
Namun pada sepuluh tahun terakhir, Kelurahan Jambangan berubah menjadi kampung
bersih dan hijau. Hal tersebut didasari atas kesadaran warga setempat untuk berpartisipasi
3
dalam menciptakan kebersihan lingkungan. Warga masyarakat pun turut serta
mengembangkannya dengan membentuk kader-kader lingkungan serta kegiatan
pengelolaan sampah dan berhasil membentuk Kelurahan Jambangan sehingga menjadikan
sebagai perkampungan yang bertolak belakang dari kondisi sebelumnya. Jambangan
bahkan menjadi kampung percontohan yang berhasil menjadi daerah bersih dan hijau di
Surabaya. Selain itu, Kelurahan Jambangan merupakan daerah yang menjadi salah satu
ikon tempat pengelolaan lingkungan terbaik (Tanuwijaya, 2016).
5
dikaitkan dengan teori Cohen dan Uphoff, dapat dikatakan bahwa masyarakat dapat
merealisasikan tujuan dan sasaran-sasaran rencana itu sesuai dengan perencanaan.
Ketiga, partisipasi masyarakat dalam pengawasan dapat dilihat dari pihak yang
bertanggung jawab dalam pengawasan kegiatan lomba SGC, yakni Dinas Kebersihan
dan Pertamanan Kota Surabaya serta kader lingkungan di RW 03 Kelurahan
Jambangan. Partisipassi pengawasan juga dapat dilihat dari keterlibatan masyarakat
secara aktif untuk turut mengawasi jalannya kegiatan. Pengawasan menurut teori
Cohen dan Uphoff bahwa dalam tahap ini masyarakat harus melakukan
penyempurnaan dan penilaian sehingga dapat mencapai tujuan seperti yang
direncanakan. Mengevaluasi dan menentukan tindakan korektif atau tindak lanjut,
sehingga pengembangan pekerjaan dapat ditingkatkan pelaksanaannya.Dalam hal ini
masyarakat sudah memiliki tingkat partisipasi pengawasan yang mampu menjalankan
kegiatan sesuai dengan prosedur dan juga kegiatan dilaksanakan tanpa adanya
penyelewengan yang berarti.
Keempat, Partisipasi masyarakat dilihat dari pemanfaatan dan pemeliharaan,
dalam hal ini tentunya masyarakat dituntut untuk tidak hanya melakukan pemanfaatan
saja, namun juga harus melakukan pemeliharaan dengan sebaik mungkin terhadap
hasil kegiatan yang sudah dilakukan. Ditinjau dengan teori Cohen dan Uphoff bahwa
aktivitas partisipasi dalam penerimaan dan pemanfaatan hasil kegiatan dapat dilihat
dari: pertama, manfaat material seperti meningkatkan kreatifitas serta dari segi
ekonomi mereka dapat menabung dari hasil pengolahan sampah, yaitu dengan
menjual kerajinan dari daur ulang sampah yang dapat menghasilkan produk-produk
yang berguna untuk keperluan sehari-hari, seperti tas, dompet taplak meja, bunga dan
lain sebagainya. Kedua, manfaat kesehatan yaitu lingkungan asri (bersih, sehat,
nyaman) karena lingkungan yang bersih dapat meminimalisir berbagai penyakit,
mengurangi pencemaran lingkungan, mengurangi terjadinya bencana yang disebabkan
oleh sampah yang tidak di kelola dengan baik seperti banjir. Sedangkan partisipasi
dalam menerima hasil pembangunan yakni : 1) masyarakat menerima setiap hasil dari
kegiatan lomba SGC seolah-olah milik sendiri, 2) menggunakan, memanfaatkan
setiap hasil kegiatannya, 3) mengusahakan (menjadikan suatu lapangan usaha yaitu
usaha daur ulang sampah dan mengeksploitasikannya), 4) masyarakat memelihara
secara rutin dan sistematis untuk menjaga kebersihan lingkungan dan terus melakukan
usaha pengelolaan lingkungan sehat yang berbasis masyarakat di RW 03 Jambangan.
Gambar 2.2. Karya – Karya yang Dihasilkan Warga dari Daur Ulang Sampah
6
Aktivitas partisipasi masyarakat dalam pengawasan yaitu mereka saling
menjaga lingkungannya, mengawasi setiap kegiatan seperti halnya saling
mengingatakan apabila ada penyelewengan terkait dengan kegiatan ini, mereka saling
menegur apabila ada kegiatan yang tidak sesuai dengan aturan yang telah
disepakati.selain pengawasan yang dilakukan oleh kader lingkungan dan juga Dinas
Kebersihan dan Pertamanan kota Surabaya sendiri. Aktivitas partisipasi masyarakat
dalam pemanfaatan dan pemeliharaan dapat dilihat dari manfaat yang dirasakan oleh
masyarakat dalam kegiatan lomba SGC yang telah dilakukan. Manfaat material
seperti meningkatkan kreatifitas serta dari segi ekonomi mereka dapat menabung dari
hasil pengolahan sampah.Manfaat kesehatan yaitu lingkungan asri (bersih, sehat,
nyaman). Partisipasi dalam menerima hasil kegiatan yaitu masyarakat menerima
setiap hasil dari kegiatan lomba SGC seolah-olah milik sendiri, menggunakan,
memanfaatkan setiap hasil kegiatannya, mengusahakan (menjadikan suatu lapangan
usaha yaitu usaha daur ulang sampah dan mengeksploitasikannya), masyarakat
memelihara secara rutin dan sistematis untuk menjaga kebersihan lingkungan dan
terus melakukan usaha pengelolaan lingkungan sehat yang berbasis masyarakat di
RW 03 Jambangan (Fu'adah, 2016).
7
a. Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan
Kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan Dalam
proses kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan,
masyarakat secara aktif terlibat didalamnya. Sama halnya dengan yang
dikemukakan oleh Dhokhikah, et.al, dalam pelaksanaan kegiatan pemanfaatan
sampah, pertama – tama masyarakat memilah dan memisahkan sampah dari
rumahnya masing masing menjadi dua, yaitu sampah basah dan sampah kering.
Sampah basah seperti sisa sayuran dikumpulkan, dipotong – potong, dan
dimasukkan kedalam komposter. Sedangkan untuk sampah kering seperti sampah
plastic bekas, botol kemasan air mineral bekas, gelas kemasan air mineral bekas,
dan sebagainya dikumpulkan, dipilah berdasarkan jenisnya, dan dibersihkan, yang
kemudian dibawa oleh masyarakat ke Bank Sampah PITOE Jambangan. Sampah
yang dibawa oleh para masyarakat Bank Sampah PITOE Jambangan, lalu
ditimbang sesuai dengan jenisnya satu per satu. Setelah ditimbang kemudian
dicatat dalam buku catatan seperti layaknya sebuah bank pada umumnya oleh
pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan. Sampah – sampah masyarakat yang
telah ditimbang dan dicatat ini kemudian dipilah oleh pengurus bank sampah,
dibersihkan bila diperlukan, dirapikan, dan dimasukkan kedalam gudang bank
sampah, yang selanjutnya siap untuk diambil oleh pengepul. Selain dijual ke
pengepul, sampah – sampah yang ada di Bank Sampah PITOE juga dijual ke
pengrajin daur ulang.
8
penimbangan selesai dilakukan. Selain itu, partisipasi lainnya yang diberikan oleh
masyarakat adalah dengan ikut menjaga sarana dan prasarana yang ada di Bank
Sampah PITOE, sehingga sarana dan prasarananya tidak hilang atau rusak.
Masyarakat juga ikut mempromosikan Bank Sampah PITOE Jambangan
kepada orang lain yang belum mengetahui adanya Bank Sampah PITOE
Jambangan. Disisi lain, peran serta masyarakat dalam proses kegiatan pengelolaan
sampah juga terletak pada dukungan mereka kepada pengurus Bank Sampah
PITOE Jambangan dengan memberikan makanan ringan, snack, kue, roti, ataupun
minuman.
9
bahwa terdapat banyak sekali hasil yang dimanfaatkan oleh masyarakat dari
kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan, dimana
setidaknya dapat dilihat dari tiga aspek manfaat, yaitu dari aspek ekonomi, aspek
lingkungan, dan aspek sosial. Masyarakat dapat menikmati setiap hasil dari
kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan secara adil dan
sesuai dengan pengorbanan serta norma yang berlaku. Tabungan sampah yang
dimiliki oleh masing – masing masyarakat menjadi bukti bahwa hasil tabungan
yang didapat sesuai dengan pengorbanan masyarakat dalam kegiatan penyetoran
sampahnya.
10
d. Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat
1) Motif Ekonomi
Masyarakat terdorong untuk memberikan peran sertanya dalam setiap
kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan karena
ingin mendapatkan uang dari hasil tabungan sampah. Sampah yang
sebelumnya hanya dibuang begitu saja, ternyata dapat memberikan
penghasilan tambahan bagi masyarakat melalui adanya Bank Sampah PITOE
Jambangan.
2) Motif sosial
Motivasi untuk menciptakan keguyuban dalam motif ini, masyarakat
terdorong untuk memberikan peran sertanya dalam setiap kegiatan
pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan karena ingin
menciptakan keguyuban dengan masyarakat lain. Ditengah kesibukannya,
masyarakat ingin melakukan sosialisasi dan komunikasi dengan masyarakat
lainnya melalui adanya kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE
Jambangan.
3) Motif psikologi
Motivasi untuk pencapaian prestasi tempat tinggalnya dalam motif ini,
masyarakat terdorong untuk memberikan peran sertanya dalam setiap kegiatan
pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan karena masyarakat
ingin agar tempat tinggalnya memenangkan banyak kompetisi, baik yang
diadakan oleh Pemerintah maupun pihak – pihak lainnya. Semangat kompetitif
yang tinggi disertai dengan keinginan yang tinggi untuk memenangkan
kompetisi membuat tingkat kepedulian masyarakat terhadap lingkungan
semakin meningkat.
11
6) Motivasi dan Dukungan Pengurus Bank
Faktor yang mendorong masyarakat untuk memberikan peran sertanya
dalam setiap kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE
Jambangan adalah karena adanya motivasi dari pihak pengurus Bank Sampah
PITOE Jambangan, yang mana sering mengingatkan warga untuk tetap
menjaga kebersihan lingkungan.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aktivitas partisipasi masyarakat dalam perencanaan, masyarakat dalam perencanaan
kegiatan lomba SGC ini berawal dari sosialisasi yang dilakukan oleh kader lingkungan
kepada pengurus RW dan RT, selanjutnya masing-masing kertua RT bersosialisasi
kepada warganya terkait kegiatan lomba SGC yang akan dilaksanakan. Aktivitas
partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan lomba SGC di RW 03 Kelurahan
Jambangan yang dilakukan oleh masyarakat dari pengolahan sampah, masyarakat
mendirikan bank sampah di masing – masing RT, dengan pengurus 5 orang, yaitu sebagai
penerimaan, penimbagan, dan pemilahan.
Selain itu, masyarakat berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, pelaksanaan, dan
pemanfaatan hasil pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan. Namun,
masyarakat tidak berpartisipasi dalam proses evaluasi. Faktor – faktor yang
mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di Bank Sampah
PITOE Jambangan, antara lain motif ekonomi, motif sosial untuk menciptakan
keguyuban, motif psikologi untuk pencapaian prestasi tempat tinggal dan kepuasan diri
karena lingkungan menjadi bersih, motivasi dan dukungan dari Pemerintah, motivasi dan
dukungan pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan, motivasi dan dukungan kader
lingkungan, komunikasi dengan masyarakat yang lancar, dan forum warga yang rutin
dilakukan.
Dalam 2 hal program pengelolaan lingkungan diatas, Kampung Jambangan berhasil
menerapkan peduli pada lingkungan melalui reward dan education
B. Saran
Kepada tokoh masyarakat agar lebih meningkatkan pendekatan persuasif dan
sosialisai kepada masyarakat terkait dengan kegiatan rapat-rapat yang akan dilakukan.
Terjalinnya komunikasi yang baik maka akan menimbulkan kerjasama dan kekompakan
dalam pelaksanaan kegiatan.
Bagi seluruh warga masyarakat diharapkan lebih memprioritaskan kepentingan dan
kemajuan Kelurahan Jambangan dapa khususnya daripada memprioritaskan kepentingan
pribadi dan golongan.
Kepada Pemerintah Kota Surabaya diharapkan dapat meningkatkan program-program
sejenis demi terciptanya kesejahteraan masyarakat.
13
DAFTAR PUSTAKA
Ipank. (2013, Desember 28). Berwisata di Lingkungan Sehat Kampung Wisata Jambangan
Surabaya. Retrieved Mei 3, 2018, from Panduan wisata surabaya :
http://surabaya.panduanwisata.id/wisata-alam/berwisata-di-lingkungan-sehat-kampung-
wisata-jambangan-surabaya/
14