Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Depkes RI, 2008).
Untuk mencapai tujuan tersebut, diselenggarakan upaya kesehatan yang
terpadu dan menyeluruh dalam bentuk kesehatan perseorangan dan
kesehatan masyarakat melalui pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan. Salah satu
program yang telah ditetapkan yaitu penanggulangan penyakit menular
termasuk pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
(Depkes RI, 2009).
Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit yang cenderung meningkat
jumlah kasus dan penyebarannya, serta sering menimbulkan Kejadian Luar
Biasa (KLB) dan kematian (Kemenkes RI, 2011).
World Health Organization (WHO) memperkirakan insiden demam
dengue telah meningkat selama 50 tahun terakhir. Insiden demam dengue
terdapat di daerah tropik maupun subtropik, terjadi lebih dari 100 juta
penduduk tiap tahun, termasuk 500.000 kasus DBD dengan Case Fatality
Rate (CFR) 6% terutama pada anak-anak (Achmadi, 2010).
Tahun 2016 ditandai oleh wabah demam berdarah besar di seluruh dunia.
Di Amerika terjadi lebih dari 2,38 juta kasus dan di Brazil terjadi 1,5 juta
kasus, kira-kira tiga kali lebih tinggi daripada tahun 2014 dengan CFR 0,7%
(WHO, 2016).
Pada tahun 2015 terdapat sebanyak 102.801 kasus DBD dengan CFR
0,27% di Malaysia (WHO, 2015). Pada tahun 2016 terdapat 1.771 kasus di
Kamboja dengan CFR 0,22%, di Laos sebanyak 5.373 kasus dengan CFR
0,18% (WHO, 2016). Di Philipina terdapat 176.411 kasus dengan CFR
0,23% dan di Vietnam terdapat sebanyak 122.020 kasus dengan CFR
0,03% (WHO, 2017).

1
Di Indonesia penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1968 di
Surabaya dengan jumlah penderita 58 orang dan CFR sebesar 41,37%,
namun konfirmasi virologis baru didapat pada tahun 1972 (Lestari, 2007).
Terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, WHO mencatat Negara
Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara
(Achmadi, 2010).
Kementerian Kesehatan RI (2015), menyatakan bahwa jumlah penderita
DBD yang dilaporkan sebanyak 129.650 kasus dengan Insidens Rate (IR)
50,7 per 100.000 penduduk dan CFR sebesar 0,83%, terjadi kenaikan kasus
pada tahun 2015 dibandingkan tahun 2014 yaitu sebanyak 100.347 kasus
dengan IR 39,8 per 100.000 penduduk.
Pengawasan pada saat hamil dapat menurunkan Angka Kematian Ibu
(AKI) maupun Angka Kematian Bayi (AKB). Sebagai cermin kemampuan
setiap bangsa untuk memberikan pelayanan dan pengayoman medis
terhadap masyarakatnya (Siti Bandiyah, 2009).
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah
besar di negara berkembang. Sekitar 25-50% kematian wanita usia subur di
negara miskin disebabkan hal berkaitan dengan kehamilan. Kematian saat
melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita usia muda pada
masa puncak produktifitasnya (Saifudin, 2006). Survey Demografi
Kesehatan Indonesia tahun 2012 AKI tercatat mencapai 359 per 100.000
kelahiran hidup (SDKI, 2012).
Kondisi diatas dipengaruhi pula oleh kurangnya pengetahuan ibu hamil
mengenai komplikasi / penyulit pada masa kehamilan. WHO memperkirakan
lebih dari 585.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil atau bersalin. Di
Asia selatan, wanita berkemungkinan 1:18 meninggal akibat kehamilan atau
persalinan selama kehidupannya. Lebih dari 50 % kematian di negara
berkembang sebenarnya dapat dicegah dengan teknologi yang ada serta
biaya relatif rendah ( Saifudin et al ,2002 ; 3 ).
Pengetahuan tentang tanda bahaya pada kehamilan sangat membantu
menurunkan AKI, karena dengan mengetahui tanda bahaya pada kehamilan
seorang ibu hamil akan lebih cepat mencari tempat pelayanan kesehatan
sehingga risiko pada kehamilan akan dapat terdeteksi dan tertangani lebih
dini.
2
Berdasarkan Survei Mawas Diri di wilayah Kelurahan Pradah Kali Kendal
RT 04 RW 01 dalam rangka untuk mengetahui permasalahan kesehatan
yang ada di Puskesmas wilayah kerja Dukuh Kupang, ditemukan
permasalahan yaitu rendahnya pencegahan dan penanggulangan demam
berdarah, serta pengetahuan mengenai tanda-tanda bahaya pada
kehamilan. Pada hasil Survei Mawas Diri ini nantinya akan dilakukan
pembahasan pada pertemuan Musyawarah Masyarakat Daerah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
masalah: rendahnya pencegahan dan penanggulangan demam berdarah,
serta pengetahuan mengenai tanda-tanda bahaya pada kehamilan di
kelurahan Pradah Kali Kendal RT 04 RW 01.

1.3 Tujuan
A. Tujuan Umum
1. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan demam berdarah
2. Meningkatkan pengetahuan masyakat mengenai tanda-tanda bahaya pada
kehamilan
B. Tujuan Khusus
1. Mencari upaya yang tepat untuk mencegah dan menanggulangi demam
berdarah
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya demam berdarah
3. Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pada kehamilan
4. Membentuk masyarakat yang tanggap terhadap adanya tanda-tanda bahaya
pada kehamilan

1.4 Manfaat
1. Bagi Pendidikan
Hasil kegiatan ini diharapkan dapat memperluas wawasan masyarakat
umum tentang pencegahan dan penanggulangan demam berdarah, serta
pengetahuan mengenai tanda-tanda bahaya pada kehamilan
2. Bagi Puskesmas

3
Hasil kegiatan ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk
menurunkan angka kasus DB di wilayah kerja puskesmas dan membantu
program KIA dalam menurunkan AKI dengan mengenalkan tanda bahaya
pada kehamilan sehingga resiko pada kehamilan dapat terdeteksi dan
tertangani sedini mungkin.
3. Bagi Responden
Menjadi lebih tanggap dalam upaya pencegahan dan penanggulangan
demam berdarah, serta mengenali adanya bahaya pada kehamilan.
4. Bagi Peneliti
Hasil kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
informasi, perbandingan, serta referensi bagi peneliti selanjutnya.

4
5

Anda mungkin juga menyukai