Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

EPILEPSI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Profesi Ners Departemen


Keperawatan Anak di Ruang 7 RSUD Dr.Saiful Anwar Malang

OLEH :
MASROFIQOH
2018.04.065

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
2019
Lembar Pengesahan
Laporan Pendahuluan
Epilepsi
Ruang 7 RSUD Dr.Saiful Anwar Malang

Mengetahui ,
Mahasiswa

MASROFIQOH

Pembimbing Klnik Pembimbing Institusi

( ) ( )

Kepala Ruangan

( )
Lembar Pengesahan
Asuhan Keperawatan
Epilepsi
Ruang 7 RSUD Dr.Saiful Anwar Malang

Mengetahui,
Mahasiswa

MASROFIQOH

Pembimbing Klinik Pembimbing Institusi

( ) ( )

Kepala Ruangan

( )
LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP PENYAKIT
A. Definisi
Meningokel adalah salah satu dari tiga jenis kelainan bawaan spina
bifida. Meningokel adalah meningens yang menonjol melalui vertebra yang
tidak utuh dan teraba sebagai suatu benjolan berisi cairan dibawah kulit. Spina
bifida (sumbing tulang belakang) adalah suatu celah pada tulang belakang
(vertebra), yang terjadi karena bagian dari satu atau beberapa vertebra gagal
menutup atau gagal terbentuk secara utuh (Wafi Nur, 2010).
Meningokel merupakan kelainan kongenital SSP yang paling sering
terjadi. Biasanya terletak di garis tengah. Meningokel biasanya terdapat di
daerah servikal atau daerah torakal sebelah atas. Kantong hanya berisi selaput
otak, sedangkan korda tetap dalam korda spinalis (dalam durameter tidak
terdapat saraf). Tidak terdapat gangguan sensorik dan motorik. Bayi akan
menjadi normal sesudah operasi (IKA-FKUI. Hal-1136).
Meningokel adalah penonjolan dari pembungkus medulla spinalis
melalui spina bifida dan terlihat sebagai benjolan pada permukaan.
Pembengkakan kistis ini ditutupi oleh kulit yang sangat tipis (Prinsip
Keperawatan Pediatric, Rosa M. sachrin. Hal-283).

B. Klasifikasi
Kelainan pada spina bifida bervariasi, sehingga dikelompokkan menjadi
beberapa jenis yaitu :
1. Spina Bifida Okulta
Merupakan spina bifida yang paling ringan. Satu atau beberapa
vertebra tidak terbentuk secara normal, tetapi korda spinalis dan
selaputnya (meningens) tidak menonjol. Spina bifida okulta merupakan
cacat arkus vertebra dengan kegagalan fusi pascaerior lamina vertebralis
dan seringkali tanpa prosesus spinosus, anomali ini paling sering pada
daerah antara L5-S1, tetapi dapat melibatkan bagian kolumna vertebralis,
dapat juga terjadi anomali korpus vertebra misalnya hemi vertebra. Kulit
dan jaringan subkutan diatasnya bisa normal atau dengan seberkas rambut
abnormal, telangietaksia atau lipoma subkutan. Spina bifida olkuta
merupakan temuan terpisah dan tidak bermakna pada sekitar 20%
pemerikasaan radiografis tulang belakang. Sejumlah kecil penderita bayi
mengalami cacat perkembangan medula dan radiks spinalis fungsional
yang bermakna. Secara patologis kelainan hanya berupa defek yang kecil
pada arkus pascaerior.
2. Meningokel
Meningokel melibatkan meningen, yaitu selaput yang bertanggung
jawab untuk menutup dan melindungi otak dan sumsum tulang belakang.
Jika Meningen mendorong melalui lubang di tulang belakang (kecil,
cincin-seperti tulang yang membentuk tulang belakang), kantung disebut
Meningokel. Meningokel memiliki gejala lebih ringan daripada
myelomeningokel karena korda spinalis tidak keluar dari tulang pelindung,
Meningokel adalah meningens yang menonjol melalui vertebra yang tidak
utuh dan teraba sebagai suatu benjolan berisi cairan di bawah kulit dan
ditandai dengan menonjolnya meningen, sumsum tulang belakang dan
cairan serebrospinal. Meningokel seperti kantung di pinggang, tapi disini
tidak terdaoat tonjolan saraf corda spinal. Seseorang dengan meningocele
biasanya mempunyai kemampuan fisik lebih baik dan dapat mengontrol
saluran kencing ataupun kolon.
3. Myelomeningokel
Myelomeningokel ialah jenis spina bifida yang kompleks dan
paling berat, dimana korda spinalis menonjol dan keluar dari tubuh, kulit
diatasnya tampak kasar dan merah. Penaganan secepatnya sangat di
perlukan untuk mengurangi kerusakan syaraf dan infeksi pada tempat
tonjolan tesebut. Jika pada tonjolan terdapat syaraf yamg mempersyarafi
otot atau extremitas, maka fungsinya dapat terganggu, kolon dan ginjal
bisa juga terpengaruh. Jenis myelomeningocale ialah jenis yang paling
sering dtemukan pada kasus spina bifida. Kebanyakan bayi yang lahir
dengan jenis spina bifida juga memiliki hidrosefalus, akumulasi cairan di
dalam dan di sekitar otak.

C. Etiologi
Penyebab spesifik dari meningokel atau spina bifida belum diketahui.
Banyak factor seperti keturunan dan lingkungan diduga terlibat dalam
terjadinya defek ini. Tuba neural umumnya lengkap empat minggu setelah
konsepsi. Hal-hal berikut ini telah ditetapkan sebagai faktor penyebab; kadar
vitamin maternal rendah, termasuk asam folat: mengonsumsi klomifen dan
asam valfroat: dan hipertermia selama kehamilan. Diperkirakan hampir 50%
defek tuba neural dapat dicegah jika wanita bersangkutan meminum vitamin-
vitamin prakonsepsi, termasuk asam folat. (buku saku keperawatan pediatric
e/3 [Cecila L. Betz & Linda A. Sowden.2002] hal-468)

D. Manfestasi Klinis
Gejalanya bervariasi, tergantung kepada beratnya kerusakan pada korda
spinalis dan akar saraf yang terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan
atau tanpa gejala, sedangkan yang lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah
yang dipersarafi oleh korda spinalis maupun akar saraf yang terkena. Gejalanya
berupa :
a. penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai bawah pada bayi
baru lahir
b. Jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya
c. Kelumpuhan/kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki
d. Penurunan sensasi
e. Inkontinensia uri (beser) maupun inkontinensia tinja
f. Korda spinalis yang terkena rentan terhadap infeksi (meningitis).Gejala
pada spina bifida okulta
g. Seberkas rambut pada daerah sakral (panggul bagian belakang)
h. Lekukan pada daerah sakrum

E. Patofisiologi
Umumnya, ensefalokel terjadi pada periode awal kehamilan, tepatnya di
awal minggu ke-4 kehamilan. Pada saat itu, perkembangan embriologi, yang
melibatkan sistem saraf pusat. Persyarafan mengembangkan dan membentuk
tabung untuk memisahkan diri dari jaringan tulang kepala. Kegagalan untuk
menutup jaringan saraf menyebabkan beberapa kelainan, di mana ensefalokel.
Ensefalokel disebabkan oleh defek tulang kepala, biasanya terjadi pada,
oksipital kadang-kadang juga di hidung, frontal atau parietal pada defek sering
disertai oleh jaringan besar hermiasi otak (eksensefalus). Selain itu, ensefalokel
juga dapat terjadi karena kegagalan penutupan tabung saraf selama
perkembangan janin.
Selain penyebab diatas meningoensefalokel menurut Hipotesa-hipotesa
yang ada meliputi mutasi autosomal dominan, faktor lingkungan, diet, infeksi
jamur, virus dan parasit serta usia ibu pada saat terjadinya konsepsi. Defek
cranium pada lesi EFE terletak pada pertemuan antara os.Frontale dan
os.ethmoidale atau foramen caecum, Kadang-kadang dijumpai cartilage crista
galli pada tepi posterior defek, lateralnya atau bahkan cartilage tersebut
terbelah menjadi dua bagian pada tepi lateral defek. Crista galli seringkali
mengalami distorsi, tepi anteriornya halus dan berbentuk konkav dan lamina
cribrosa biasanya terdorong ke inferior dibawah planum sphenoidalis dan
membentuk sudut 45 – 50 derajat dengan bidang orbito-meatal. Tulang
cranium dan wajah merupakan hasil osifikasi membrane dan tulang basis cranii
adalah osifikasi cartilage. Kebanyakan tulang cranium dan wajah telah
mengalami osifikasi pada saat lahir.
Pada awal bulan kedua intrauterine, mesoderm yang mengelilingi
vesikel otak yang sedang tumbuh meningkatkan ketebalannya dan membentuk
massa terlokalisir meluas ke depan membentuk dasar ossis sphenoidalis dan
ethmoidale serta septum nasale.
Pada akhir bulan ketiga intrauterin, os.frontale dan os.ethmoidale masih
terpisah, meskipun pada saat lahir telah menjadi satu. Pada masa intrauterin
yang sangat dini, os.frontale nampak sebagai lamina mesoderm yang meluas ke
inferior bertemu dengan mesoder basis cranii yang akan membentuk
os.ethmoidale. Defek tulang ini bersifat menetap dan mesoderm sekitarnya
mengalami kondrifikasi dan osifikasi. Tampaknya, protrusi meningeal dan
jaringan saraf terjadi lebih dulu dan defek tulang terbentuk disekitarnya. Bila
tabung meningeal dan jaringan saraf dipisahkan pada lehernya dan tidak lagi
ada ganjalan pada defek tulang, maka dengan cepat akan terjadi pengurangan
diameter defek tulang dan akhirnya menutup.
Ini berarti bahwa, tabung meningeal dan syaraf yang menghalangi defek
tulang bertanggung jawab atas menetapnya dan juga terbentuknya defek tulang
ini. Sulit dibayangkan bahwa pada jaringan fetus yang sedang sangat aktif
tumbuh, gagal mengalami proses penutupan (fusi) normalnya tanpa adanya
obstruksi, terutama jika jaringan saraf yang sama demikian cepat tumbuhnya
dan menutup lubang pada saat elemen penghalang telah dihilangkan.
Dari beberapa seri EFE yang pernah dilaporkan, dikatakan bahwa 50-
78% EFE disertai dengan kelainan intrakranial seperti aganesis corpus
callosum, kelainan pola ventrikel, atrofi otak, midline shift, arachnoid cyst,
hydrocephalus, konfigurasi otak yang tidak teratur, porencephalic cyst, stenosis
aquaductus.
F. Pathway

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pengambilan CSS untuk pemeriksaan sel darah putih dan sensitivitas
mikro-organisme. Glukosa dan protein dalam CSS mengindikasikan
meningitis
2. X foto kepala, untuk melihat deformitas
3. USG kepala : untuk melihat kelainan-kelainan lain seperti hidrosefalus, dll
4. Scan : untuk melihat kelainan kongenital lain yang menyertai seperti
porensefali, hidrosefalus, melihat lokasi serta besarnya defek tulang dan
untuk mengetahui derajat pembengkakan dan tempat nekrosis
5. Resonance Imaging (MRI), pemeriksaan seluruh organ dari susunan
Syaraf Pusat, Musculoskeletal, Thorax dan abdomen radiasi
H. Penatalaksanaan
Tujuan dari pengobatan awal spina bifida, termasuk meningokel adalah
mengurangi kerusakan saraf akibat spina bifida, meminimalkan komplikasi
(misalnya infeksi), serta membantu keluarga dalam menghadapi kelainan ini.
Pembedahan dilakukan untuk menutup lubang yang terbentuk dan
untuk menutup lubang yang terbentuk dan untuk mengobati hidrosefalus,
kelainan ginjal dan kandung kemih serta kelainan bentuk fisik yang sering
menyertai spina bifida.
Terapi fisik dilakukan agar pergerakan sendi tetap terjaga dan untuk
memperkuat fungsi otot. Untuk mengobati atau mencegah meningitis, infeksi
saluran kemih dan infeksi lainnya, diberikan antibiotik. Untuk membantu
memperlancar aliran air kemih bisa dilakukan penekanan lembut diatas
kandung kemih.
Pada kasus yang berat kadang harus dilakukan pemasangan kateter.
Diet kaya serat dan program pelatihan buang air besar bisa membantu
memperbaiki fungsi saluran pencernaan. Untuk mengatasi gejala
muskuloskeletal (otot dan kerangka tubuh) perlu campur tangan dari ortopedi
(bedah tulang) maupun terapi fisik. Kelainan saraf lainnya diobati sesuai
dengan jenis dan luasnya gangguan fungsi yang terjadi. Kadang-kadang
pembedahan shunting untuk memperbaiki hidrisefalus akan menyebabkan
berkurangnya mielimeningokel secara spontan (Patofisiologi corwin: 195,
KMB 3; 2176).

I. Komplikasi
1. Hidrosefalus ditandai oleh penimbunan CSS dibagian mana saja dari
ventrikel otak, dan dapat ternadi akibat pembentukan CSS berlebihan,
sumbatan aliran CSS didalam system ventrikel atau penurunan penyerapan
CSS keluar ventrikel
2. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan / retardasi mental, gangguan
penglihatan
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Anamnesa
1. Identitas bayi
2. Identitas ibu
3. Riwayat kehamilan ibu
Kadar alfa-fetoprotein dalam serum ibu dan cairan amnion ditemukan
meningkat pada usia kehamilan 16-18 minggu
4. Riwayat kelahiran
Seksio sesaria terencana atau normal
5. Riwayat keluarga
Anak sebelumnya menderita spina bifida
6. Riwayat atau adanya faktor resiko
Jenis kelamin laki-laki
b. Pemeriksaan Fisik
Observasi adanya manifestasi meningokel
1. Kantong yang dapat dilihat
2. Gangguan sensori biasanya disfungsi motorik paralel
 Di bawah vertebra lumbal kedua
- Flaksid, paralis parsial arefleksik pada ekstremitas bawah
- Berbagai derajat defisit sensori
- Inkontinensia aliran berlebihan dengan penetesan urin konstan
- Kurang kontrok defekasi
- Porlapsos rektal (kadang-kadang)
 Di bawah vertebra sakrum ketiga
- Tidak ada kerusakan motorik
- Dapat berupa anestesia sadel dengan paralis sfingter kandung
kemih dan sfingter anus
 Deformitas sendi (terkadang terjadi di uterus)
- Talipes valgus atau kontraktur varus
- Kifosis
- Skoliosis lumbosakral
- Dislokasi pinggul
3. Lakukan atau bantu dengan pemeriksaan neurologis untuk
menentukan tingkat kerusakan motorik dan sensorik
4. Inspeksi meningokel untuk adanya perubahan pada penampilan seperti
abrasi, robekan, atau tanda infeksi
5. Observas adanya tanda-tanda hidrosefalus
6. Observasi adanya tanda-tanda alergi lateks
7. Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian
 Radiologi
 Tomografi

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak b/d peningkatan tekanan
intrakranial
2. Resiko tinggi infeksi b/d luka operasi
3. Gangguan mobilitas fisik b/d kelainan bentuk tubuh

C. Rencana Asuhan Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai