KATARAK KONGENITAL
Disusun oleh:
Arin Mulanatio
Nandina Rosa
I Wayan Pande Adhyaksa
Vinka Gatriningtyas
Vania Revanita
Pembimbing:
Dr. Reine Natalie Cristine, Sp.M
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan anugerah-Nya referat berjudul “Katarak Kongenital” ini dapat
diselesaikan. Adapun maksud penyusunan referat ini adalah dalam rangka
memenuhi tugas kepaniteraan bagian Ilmu Penyakit Mata di Rumah Sakit Umum
UKI dengan berbekal pengetahuan dan bimbingan yang diperoleh baik selama
kepaniteraan berlangsung maupun pada saat kuliah dalam program sarjana
kedokteran.
Banyak pihak yang turut membantu dan berperan dalam penyusunan
referat ini, dan untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada Dr. Reine Natalie Cristine, Sp.M, selaku pembimbing referat
Akhir kata, tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari masih
terdapat kekurangan dalam penulisan referat ini, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran untuk menjadi pembelajaran penulisan
selanjutnya.
Penulis
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Katarak kongenital adalah kekeruhan lensa yang telah muncul pada saat
bayi lahir atau muncul dalam waktu singkat setelah lahir (Hejtmancik, 2008)
Disebutkan dalam referensi lain, katarak kongenital merupakan kekeruhan lensa
yang yang terjadi sebelum perkembangan refleks fiksasi terjadi yaitu sebelum usia
2-3 bulan.3
2.2 Epidemiologi
Angka kejadian katarak kongenital di Inggris adalah 2,49 per 10.000
populasi dapa bayi berumur 1 tahun. Insidensi meningkat menjadi 3,46 per 10.000
populasi berumur 15 tahun karena keterlambatan diagnosis. Setiap tahunnya di
Inggris terdapat 200-300 kasus bayi lahir dengan katarak kongenital. Katarak
kongenital bertanggungjawab sekitar 10% dari seluruh kehilangan penglihatan
pada anak, di seluruh dunia diperkirakan 1 dari 250 bayi lahir memiliki beberapa
bentuk katarak (Paul dan John, 2007). Di Indonesia belum ada data yang
signifikan tentang angka kejadian katarak kongenital.4
Lensa terdiri atas kapsul, korteks, dan nukleus. Kapsul lensa adalah sebuah
membran yang semipermeabel yang mempermudah air dan elektrolit masuk. Pada
bagian depan lensa terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus dan korteks
terbentuk dari lamellae konsentris yang panjang. Garis-garis persambungan yang
terbentuk ini membentuk huruf Y yang dapat dilihat dengan slitlamp dimana
bentuk huruf Y tegak pada anterior dan terbalik pada posterior. Nukleus lensa
lebih keras daripada bagian korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-
serat lamellar subepitel terus diproduksi sehingga lensa lama-kelamaan menjadi
lebih besar dan kurang elastik5.
Lensa manusia terdiri atas protein yaitu sekitar 33% dari berat keseluruhan
lensa. Protein lensa dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan kelarutan nya dalam
air, yaitu protein yang larut dalam air dan protein yang tidak larut dalam air.
Sekitar 80% protein lensa merupakan fraksi yang larut dalam air dan terutama
terdiri dari kelompok protein yang disebut crystallins. Protein crystallins ini telah
dibagi dalam 2 kelompok besar, yaitu alpha dan gamma crystallins beta.
Sedangkan protein lensa yang tidak larut dalam air merupakan protein penyusun
membran dan sitoskeleton. Keseimbangan komposisi kedua jenis protein lensa ini
penting dalam mempertahankan transparansi lensa. Pada kondisi tertentu seperti
penuaan, tinggi nya kadar radikal bebas, dan gangguan metabolisme glukosa,
akan mengubah protein lensa yang larut dalam air menjadi protein lensa yang
tidak larut dalam air sehingga berpengaruh pada kejernihan lensa5.
Transparansi lensa juga diatur oleh keseimbangan air dan kation (Natrium
dan Kalium) dimana kedua kation ini berasal dari humor aqueos dan vitreus.
Kadar kalium di bagian anterior lebih tinggi dibandingkan bagian posterior dan
kadar natrium lebih tinggi di bagian posterior daripada anterior lensa. Ion kalium
akan bergerak ke bagian posterior ke humor aqueos dan ion natrium bergerak ke
arah sebaliknya yaitu ke anterior untuk menggantikan ion kalium dan keluar
melalui pompa aktif Na-K ATPase. Fungsi pompa natrium bekerja dengan cara
memompa ion natrium keluar dan menarik ion kalium ke dalam dimana
mekanisme ini tergantung dari pemecahan ATP dan diatur oleh enzim Na-K
ATPase. Inhibisi dari Na-K ATP ase akan menyebabkan hilangnya keseimbangan
kation sehingga terjadi peningkatan kadar air dalam lensa dan gangguan dari
hidrasi lensa ini menyebabkan kekeruhan lensa 5.
2.4 Etiologi
Katarak terbentuk saat protein didalam lensa menggumpal bersama-sama
membentuk sebuah clouding atau bentuk yang menyerupai permukaan es. Ada
banyak alasan yang menyebabkan katarak kongenital, yaitu antara lain: 6,7
1. Herediter (isolated – tanpa dihubungkan dengan kelainan mata atau
sistemik) seperti autosomal dominant inheritance.
2. Herediter yang dihubungkan dengan kelainan sistemik dan sindrom
multisistem.
Kromosom seperti Down’s syndrome (trisomy 21), Turner’s
syndrome.
Penyakit otot skelet atau kelainan otot seperti Stickler syndrome,
Myotonic dystrophy.
Kelainan sistem saraf pusat seperti Norrie’s disease.
Kelainan ginjal seperti Lowe’s syndrome, Alport’s syndrome.
Kelainan mandibulo-facial seperti Nance-Horan cataract-dental
syndrome.
Kelainan kulit seperti Congenital icthyosis, Incontinentia pigmenti
3. Infeksi seperti toxoplasma, rubella (paling banyak), cytomegalovirus,
herpes simplex, sifilis, poliomielitis, influenza, Epstein-Barr virus saat
hamil
4. Obat-obatan prenatal (intra-uterine) seperti kortikosteroid dan vitamin A
5. Radiasi ion prenatal (intra-uterine) seperti x-rays,
6. Kelainan metabolik seperti diabetes pada kehamilan,
7. Tapi penyebab terbanyak pada kasus katarak adalah idiopatik, yaitu tidak
diketahui penyebabnya
2.5 Patofisiologi
Pembentukan lensa selama invaginasi dari lapisan ektoderm overlying the
optic vesicle. Nukleus embrionik berkembang dari minggu ke enam
gestasi. Nukleus fetal yang mengelilingi nukleus emrionik. Saat lahir,
nukleus embrionik dan fetal membentuk lensa paling banyak. Setelah
lahir, fiber kortikal lensa dilapisi dari konversi epitel lensa anterior ke
dalam fiber kortikal lensa.8
The Y sutures adalah sebuah pertanda penting karena mengidentifikasi luas
dari nucleus fetal. Bahan tepi lensa ke sutura Y adalah bagian korte lensa,
sebaliknya bahan lensa dan meliputi sutura Y adalah inti. Pada slit lamp,
sutura Y bagian anterior terorientasi tegak lurus dan sutura Y bagian
posterior terbalik.8
Beberapa hal yang merusak (seperti infeksi, trauma, metabolik) terhadap
nukleus atau serabut lensa mungkin menghasilkan sebuah opacity
(katarak) dari media lenticular yang bersih. Lokasi dan bentuk dari
kekeruhan berwarna putih(lekokoria) biasa digunakna untuk menentukan
waktu kerusakan dan etiologi.8
Berikut ini tabel yang membedakan karakteristik morfologi katarak pada anak:
2.7 Diagnosis
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Diagnosis katarak kongenital secara umum dapat ditegakkan dari
anamnesa dengan orang tua mengenai keluhan utama, riwayat keluarga dan
riwayat kelahiran yang Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan absen nya red
reflex yang menandakan adanya masalah pada lensa.7
Gejala klinis pada katarak kongenital adalah silau, bercak putih pada pupil
disebut leukokoria, penglihatan berkurang, cahaya tidak dapat melalui lensa,
karena tidak lagi transparan. Pada anak yang lebih tua mata bisa berubah. Ini
disebut strabismus, atau dikenal dengan juling. Terjadi karena mata tidak bisa
fokus dengan baik.12 Pemeriksaan mata secara menyeluruh dapat menegakkan
diagnosis dini katarak kongenital. Lensa yang keruh dapat terlihat tanpa bantuan
alat khusus dan tampak sebagai warna keputihan pada pupil yang seharusnya
berwarna hitam. Bayi gagal menunjukkan kesadaran visual terhadap lingkungan
di sekitarnya dan kadang terdapat nistagmus.8
Pemeriksaan dengan slit lamp pada kedua bola mata tidak hanya melihat
adanya katarak tetapi juga dapat mengidentifikasi waktu terjadinya saat di dalam
rahim dan jika melibatkan sistemik dan metabolik. Pemeriksaan dilatasi fundus
direkomendasikan untuk pemeriksaan kasus katarak unilateral dan bilateral. Bila
fundus okuli tidak dapat dilihat dengan pemeriksaan oftalmoskopi indirek, maka
sebaiknya dilakukan pemeriksaan ultrasonografi.3,9
Anamnesis mata
Untuk mengetahui gejala dan tanda awal terjadinya katarak dilakukan anamnesis
terlebih dahulu. Namun informasi yang diperoleh masih subjektif.
1) Keluhan utama
- Onset (sejak kapan)
- Lokasi (satu atau kedua mata)
- Kronologi (awal mula timbul bagaimana)
- Faktor yang memperberat dan memperingan keluhan
- Kualitas dan kuantitas serta ada gejala penyerta tidak
2) Riwayat kesehatan
- Riwayat kencing manis ada tidak
- Riwayat hipertensi ada tidak
- Riwayat glaukoma ada tidak
3) Riwayat keluarga
Riwayat keluarga berhubungan dengan gangguan mata seperti glaukoma dan
katarak.
USG B scan
B-scan ultrasonography (USG) adalah alat non-invasif sederhana untuk
mendiagnosis lesi pada segmen posterior bola mata. Kondisi umum seperti
katarak, degenerasi vitreous, pelepasan retina, trauma okular, melanoma koroid,
dan retinoblastoma dapat dievaluasi secara akurat dengan modalitas ini. B-scan
USG hemat biaya, yang merupakan pertimbangan penting dalam pengaturan
pedesaan. Selain itu, tidak invasif dan mudah tersedia dan hasilnya dapat
direproduksi.
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada katarak kongenital bilateral sangat
diperlukan untuk menegakkan etiologinya. Pemerikasaan laboratorium yang
2,3
diperlukan: Laboratorium rutin, TORCH titer, Urine Reduksi, Red cell
galactokinase. Untuk katarak unilateral dilakukan pemeriksaan titer TORCH dan
tes Venereal Disease Research Laboratory (VDRL). Untuk katarak bilateral dapat
dilakukan pemeriksaan hitung darah lengkap, BUN, titer TORCH, VDRL, urin
reduksi, asam amino pada urin, kalsium dan fosfor.
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan katarak kongenital sangat berbeda dengan perawatan
katarak terkait usia. Beberapa katarak tidak menyebabkan gangguan penglihatan
dan tidak membutuhkan terapi pembedahan. Jika katarak memberi efek pada
penglihatan, dipertimbangkan pembedahan untuk mengeluarkan lensa dari mata.
Katarak sedang hingga berat yang mengganggu penglihatan, atau sebuah katarak
yang hanya ada pada satu mata membutuhkan operasi pengangkatan katarak.
Kebanyakan bedah katarak (nonkongenital), dimasukkan lensa intraokular buatan
(IOL) kedalam mata. Namun penggunaan IOL pada anak-anak masih kontroversi.