Anda di halaman 1dari 33

Bagian Keperawatan Maternitas

Program Profesi Ners


Stikes Mega Rezky Makassar

ANALISA KASUS GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI PADA Nn. SR


DENGAN KISTA BARTOLINI DI RUANG AZ-ZAHRA
RSUD HAJI MAKASSAR

Disusun Oleh:
KELOMPOK IB
ISMA HAJAR, S.Kep
ZULKIFLI, S.Kep

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

Dibuat Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik


Bagian Keperawatan Maternitas Program
Studi Pendidikan Profesi Ners
Stikes Mega Rezky
Makassar
2018
BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi pada era globalisasi dan modernisasi ini telah
terjadi perubahan dan kemajuan disegala aspek dalam menghadapi
perkembangan lingkungan, kesehatan dan kebersihan, dimana masyarakat
khususnya wanita, dituntut untuk selalu menjaga kebersihan fisik dan
organ tubuhnya. Salah satu organ tubuh yang paling penting dan sensitif
serta memerlukan perawatan khusus adalah organ reproduksi. Perubahan
perilaku seksual mengakibatkan dua masalah besar, yaitu kehamilan yang
tidak diinginkan, penyakit hubungan seksual, dan penyakit radang
panggul (Manuaba, 2010).
Masalah kesehatan reproduksi menjadi perhatian bersama dan bukan
hanya individu yang bersangkutan, demikian alat reproduksi sangat erat
hubungannya dengan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi
(AKB) salah satu penyakit sistem reproduksi wanita sejenis kista yang
paling sering ditemukan adalah kista bartholini. Kebanyakan kasus ini
terjadi pada usia 20-30 tahun dengan sekitar 1 dalam 50 wanita akan
mengalami kista bartholini atau abses, pada wanita pasca menopause
dapat berkembang menjadi kanker (Jie, 2010).
Berdasarkan data yang di dapat dari Dinkes Propinsi Jawa Tengah
tahun 2010 yang berasal dari laporan Rumah Sakit dan Puskesmas,
terdapat 7.345 kasus tumor, yang terdiri dari tumor jinak sebanyak 4.678
(68%) kasus dan tumor ganas 2.667 (42%) kasus (Dinkes Jateng, 2010).
Pasien dengan kista bartholini membutuhkan pertolongan medis yang
tepat, jika tidak segera ditangani akan mengakibatkan infeksi dan
kematian (Prawirohardjo, 2011). Berdasarkan studi pendahuluan yang
dilakukan di RSU Assalam Gemolong Sragen pada tanggal 10 Oktober
2014, jumlah ibu dengan gangguan sistem reproduksi dari bulan januari
2013- September 2014 sebanyak 425 kasus, untuk infeksi saluran kencing
116 kasus (27,29%), mioma uteri 59 kasus (13,88%), kista ovari 79 kasus
(18,58%), endometriosis sebanyak 70 kasus (16,47), amenor
sebanyak 57 kasus (13,42), menometroragi sebanyak 21 kasus
(4,94%), infertil 14 kasus (3,29%), dan kista bartholini sebanyak 9 kasus
(2,11%).
Berdasarkan data-data tersebut penulis tertarik untuk mengambil studi
kasus dengan judul “ Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Reproduksi
Pada Nn. SR dengan Kista Bartholini di RSUD Haji Makassar”.

b. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka didapatkan suatu perumusan
masalah yaitu “ Bagaimana penerapan asuhan keperawatan gangguan
sistem reproduksi pada Nn. SR dengan kista Bartholini di RSUD Haji
Makassar

c. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan, ketrampilan, dan
pengalaman nyata penulis dalam melaksanakan asuhan
keperawatan gangguan sistem reproduksi pada Nn. SR dengan
kista bartholini.
2. Tujuan Khusus
a. Diharapkan penulis mampu :
1) Untuk melakukan pengkajian data pada Nn. SR dengan
gangguan sistem reproduksi dengan kista bartholini.
2) Untuk menentukan klasifikasi data pada Nn. SR dengan
gangguan sistem reproduksi dengan kista bartholini.
3) Untuk menentukan analisa data pada Nn. SR dengan
gangguan sistem reproduksi dengan kista bartholini.
4) Untuk menetapkan diagnosa keperawatan yang muncul
pada Nn. SR dengan gangguan sistem reproduksi dengan
kista bartholini.
5) Untuk menentukan rencana tindakan pada Nn. SR
dengan gangguan sistem reproduksi dengan kista bartholini.
6) Untuk melakukan pelaksanaan tindakan pada Nn. SR
dengan gangguan sistem reproduksi dengan kista
bartholini.
7) Untuk mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada Nn.
SR dengan gangguan sistem reproduksi dengan kista
bartholini.

b. Penulis mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan


kasus nyata di lapangan pada kasus ibu dengan gangguan
sistem reproduksi kista bartholini.
c. Penulis mampu memberi alternatif pemecahan masalah pada
Nn. SR dengan gangguan sistem reproduksi dengan kista
bartholini.

d. Manfaat
Laporan studi kasus ini diharapkan dapat memberikan guna dan manfaat
bagi:
1. Bagi Penulis
Untuk mendapatkan pengetahuan, wawasan, dan ketrampilan penulis
dalam mengatasi dan melaksanakan asuhan keperawatan dengan
gangguan sistem reproduksi kista bartholini, serta mendapatkan
pengalaman yang nyata dalam penanganan kasus gangguan
reproduksi dengan kista bartholini.
2. Bagi Profesi
Sebagai salah satu masukan bagi perawat sebagai upaya
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang optimal berupa
pemantauan, memberikan informasi serta pelayanan yang tepat dan
adekuat dalam memberikan asuhan keperawatan, khususnya pada
kasus ibu dengan gangguan sistem reproduksi kista bartholini
3. Bagi Institusi Pendidikan
a. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan agar Rumah Sakit dapat lebih meningkatkan mutu
pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya
pada kasus gangguan sistem reproduksi dengan kista bartholini
agar lebih tepat menangani kasus.
b. Bagi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai sumber bacaan atau referensi untuk
meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan khususnya pada
kasus gangguan sistem reproduksi kista bartholini.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Defenisi
Kista bartolini merupakan tumor kistik jinak yang timbul pada
kelenjar bartolini yang merupakan muara lubrikasi atau tempat produksi
cairan pelumas vulva. Kelenjar Bartholini berkembang dari epithelium
pada area posterior dari vestibula. Kelenjar ini terletak secara bilateral
pada dasar dari labia minora dan proses drainasenya melalui duktus
dengan panjang 2-2.5 cm, Kelenjar tersebut biasanya hanya berukuran
sebesar kacang polong dan jarang melebihi ukuran 1 cm. Kelenjar ini tidak
bisa dipalpasi kecuali jika terjadi infeksi atau penyakit lainnya.
(Dinata.2011)
Kista bartolini merupakan benjolan berbentuk kantong yang
mengandung cairan. Bekas abses bartolini yang telah sembuh
nanahnya dinitralisasi menjadi cairan seperti lendir, tertimbun dalam
lumen karena salurannya buntu,sudah tidak sakit (dolor tidak ada),
tidak berubah warna (kolor sama dengan warna kulit), dan sudah dapat
dipergunakan untuk jalan atau hubungan seksual (Manuaba, 2008).
2. Etiologi
Dinata (2011) menyebutkan infeksi pada kelenjar ini dapat terjadi
akibat adanya infeksi microorganisme seperti:
Virus : Herpes, klamidia trakomatis
Jamur: Kandida albikan, asinomises
Bakteri: Neisseria gonorrhoeae, stafilokokus dan E.coli
Mikroorganisme tersebut menyumbat saluran lubrikasi pada vagina
yang mengakibatkan tidak keluarnya cairan lubrikasi yang mestinya keluar
(perempuan yang belum 40 tahun). Cairan yang telah diproduksi namun
tidak dapat dikeluarkan atau terperangkap, akan menumpuk pada kelenjar
bartolini dan mudah berubah menjadi serupa dengan nanah. Penumpukan
cairan ini, akan membentuk benjolan yang semakin membesar.
3. Patofisiologi
Sumbatan duktus utama kelenjar bartolini menyebabkan retensi
sekresi dan dilatasi kistik. Kelenjar bartholini membesar, merah, nyeri,
dan lebih panas dari daerah sekitarnya. Isi didalamnya berupa nanah
dapat keluar melalui duktus atau bila tersumbat (biasanya akibat
infeksi) mengumpul didalam menjadi abses (Mansjoer, dkk, 2007).
Tersumbatnya bagian distal dari duktus Bartholin dapat
menyebabkan retensi dari sekresi, dengan akibat berupa pelebaran duktus
dan pembentukan kista. Kista tersebut dapat menjadi terinfeksi, dan abses
bisa berkembang dalam kelenjar. Kelenjar BartholiIn sangat sering
terinfeksi dan dapat membentuk kista atau abses pada wanita usia
reproduksi. Kista dan abses bartholin seringkali dibedakan secara klinis.
Kista Bartholin terbentuk ketika ostium dari duktus tersumbat,
sehingga menyebabkan distensi dari kelenjar dan tuba yang berisi cairan.
Sumbatan ini biasanya merupakan akibat sekunder dari peradangan
nonspesifik atau trauma. Kista bartholin dengan diameter 1-3 cm
seringkali asimptomatik. Sedangkan kista yang berukuran lebih besar,
kadang menyebabkan nyeri dan dispareunia. Abses Bartholin merupakan
akibat dari infeksi primer dari kelenjar, atau kista yang terinfeksi. Pasien
dengan abses Bartholin umumnya mengeluhkan nyeri vulva yang akut
dan bertambah secara cepat dan progresif. Abses kelenjar Bartholin
disebakan oleh polymicrobial (Amiruddin, 2004)
4. Manifetasi klinik
Pada saat kelenjar bartholini terjadi peradangan maka akan
membengkak, merah dan nyeri tekan. Kelenjar bartholini membengkak
dan terasa nyeri bila penderita berjalan dan sukar duduk (Djuanda, 2007).
Kista bartholini tidak selalu menyebabkan keluhan akan tetapi kadang
dirasakan sebagai benda yang berat dan menimbulkan kesulitan pada
waktu koitus. Bila kista bartholini berukuran besar dapat menyebabkan
rasa kurang nyaman saat berjalan atau duduk. Tanda kista bartholini yang
tidak terinfeksi berupa penonjolan yang tidak nyeri pada salah satu sisi
vulva disertai kemerahan atau pambengkakan pada daerah vulva disertai
kemerahan atau pembengkakan pada daerah vulva (Amiruddin, 2004).
Adapun jika kista terinfeksi maka dapat berkenbang menjadi abses
bartholini dengan gajala klinik berupa (Amiruddin, 2004) :
a. Nyeri saat berjalan, duduk, beraktifitas fisik atau berhubungan
seksual.
b. Umunnya tidak diserati demam kecuali jika terifeksi dengan
organisem yang ditularkan melaui hubungan seksual.
c. Pembengkakan pada vulva selam 2-4 hari.
d. Biasanya ada secret di vagina.
e. Dapat terjadi rupture spontan.
Menurut Revina (2012) tanda dan gejala yang muncul
disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adanya peradangan atau
trauma sehingga mengakibatkan adanya dilatasi kistik dukus. Kista
ini biasanya tidak berbahaya dan tidak memerlukan pengobatan.
Pada ukuran yang membesar akan menimbulkan dispareunia
sehingga penderita akan mengeluhkan sakit. Abses kelenjar bartholin
yang disertai dengan adanya dispareunia sehingga mengakibatkan
anda nyeri vulva sampai mengakibatkan sakit ketika berjalan. Abses
ini akan kambuh dengan adanya sederhana dan drainase. Hal ini
terjadi karena adanya inflamasi. Gejala yang sering diderita oleh
pasien adalah adanya rasa sakit, unilateral dan ditandai dengan
adanya tanda-tanda kemunculan selulitas. Kemudian ukuran akan
berubah membesar dan akan pecah dan bersifat nonpurulent
Gejala infeksi kista bartholini menurut Manuaba (2005),
antara lain:
1) tampak sulit berjalan karena rasa nyeri
2) Temperatur badan dapat meningkat
3) Infeksi akan tampak:
a) Pembengkakan , warna merah dengan kulit mengkilat.
b) Palpasi: terasa sangat nyeri, terkesan pembentukan
abses, terdapat selulitis jaringan sekitarnya.
5. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Hispatologi
2. Radiografi (MRI dan CT-scan)
6. Penalaksanaan
1. Insisi atau drainase
Insisi atau drainase merupakan prosedur yang cepat dan
mudah dilakukan serta memberikan pengobatan langsung pada
pasien, namun prosedur ini harus diperhatikan karena ada
kecenderungan kekambuhan kista atau abses. Ada studi yang
melaporkan, Bahwa terdapat 13% kegagalan pada prosedur ini
(Pernoll, 2009).
2. World catheter
World catheter merupakan sebuah kateter kecil dengan
balon yang dapat digembungkan dengan saline pada ujung
distalnya, biasanya digunakan untuk mengobati kista dan abses
bartholini, panjang dari kateter karet ini adalah sekitar 1 inci
dengan diameter No. 10 French Foley kateter. Balon kecil di
ujung world catheter dapat menampung sekitar 3-4 ml larutan
saline (Prawirohardjo, 2011).
3. Marsupialisasi
Marsupialisasi artinya dibuat lubang yang besar sekitar 2-3 cm,
sehingga seluruh isinya dapat dikeluarkan. Sementara itu dinding
kista atau absesnya di jahit ke kulit dari labium mayora. Dengan
demikian dinding kista atau absesnya akan menempel satu sama
lainnya (Prawirohardjo, 2011).
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Wawancara
Identitas klien, keluhan utama (nyeri), riwayat obstetrik, riwayat
ginekologi, riwayat perkawinan, pekerjaan, pendidikan, keluhan sejak
kunjungan terakhir, pengeluaran pervaginam, riwayat kehamilan,
riwayat persalinan.
b. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)
Tanda-tanda vital: Tekanan darah normal, nadi meningkat (> 100
x/mnt), suhu meningkat (> 370C), RR normal (16 – 20 x/mnt)
Genitalia: Nyeri pada area genitalia, adanya benjolan lunak dan supel
berisi cairan berwarna kuning dan berbau, adanya perubahan warna
kulit, udem pada labia mayor posterior, adannya pengeluaran cairan
pada kelenjar bartolini
c. Pemeriksaan Diagnostik
 Pemeriksaan darah
 Pemeriksaan urin
 Pemeriksaan kultur cairan vagina
d. Terapi
Pemberian antibiotik spektrum luas

2. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran
lubrikasi dan peningkatan tekanan pada pembuluh darah genitalia
2) Hipertermi berhubungan dengan adanya proses inflamasi
3) Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan dan proses
inflamasi
4) Kecemasan berhubungan dengan adanya benjolan pada labia mayora
posterior dan prosedur pembedahan yang akan dijalani.
3. Intervensi keperawatan

Diagnosa Perencanaan Keperawatan


Keperawatan Tujuan dan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Nyeri akut NOC: 1. Kaji keluhan nyeri dengan Mempengaruhi pengawasan
berhubungan Setelah diberikan asuhan menggunakan skala nyeri, serta keefektifan intervensi
dengan proses keperawatan selama 2 X 24 jam perhatikan lokasi, karakteristik dan
inflamasi pada diharapkan klien memperlihatkan intensitas serta observasi vital sign
saluran lubrikasi rasa nyaman/ nyeri berkurang/ 2. Jelaskan pada klien dan orang tua Pengetahuan klien mempengaruhi
dan peningkatan nyeri hilang mengenai penyebab nyeri yang tindakan dan perilaku klien
tekanan pada dirasakan klien saat ini menghadapi keadaannya
pembuluh darah Kriteria Evaluasi: 3. Observasi ketidaknyamanan non Intensitas nyeri yang dirasakan dapat
genitalia - Menunjukkan kemampuan verbal dan ungkapan verbal dipertimbangkan dengan ungkapan
penggunaan ketrampilan verbal mau nonverbal yang
relaksasi, 4. Bantu klien menemukan posisi ditampilkan
- Ungkapan verbal klien bahwa nyaman/ mobilisasi. Mempengaruhi kemampuan klien
nyeri berkurang, 5. Anjurkan klien untuk latihan napas untuk rileks, tidur dan istirahat secara
- ekspresi wajah tampak rileks, dalam dan imajinasi visual atau efektif
skala nyeri 1 – 2 (0-5). teknik relaksasi. Memfokuskan kembali perhatian,
meningkatkan rasa kontrol,
Kolaborasi meningkatkan kemampuan koping
6. Berikan obat analgesic sesuai dalam manajemen nyeri.
program
Memblokir reseptor nyeri sehingga
dapat mengurangi nyeri
Hipertermi NOC: 1. Ukur tanda-tanda vital setiap 8 jam Deteksi dini jika kondisi klien
berhubungan Setelah dilakukan tindakan membaik atau memburuk
dengan adanya keperawatan selama 2x24 jam 2. Kaji pengetahuan klien mengenai Pengetahuan klien mempengaruhi
proses inflamasi diharapkan temperatur tubuh penyebab demam dan penangan tindakan dan perilaku klien
dalam batas normal (36,50C – demam di rumah menghadapi keadaannya
37,50C) 3. Anjurkan klien/ keluarga untuk Suhu tubuh yang tinggi memperbesar
meningkatkan intake cairan penguapan sehingga klien lebih
Kriteria Evaluasi: mudah dehidrasi
- Suhu tubuh dalam rentang 4. Kompres pada daerah vena besar Membantu menurunkan panas tubuh
normal (36,50C – 37,50C), dengan vasodilatasi pembuluh darah
- tidak terjadi peningkatan suhu, Kolaborasi
- klien tampak tenang. 5. Pemberian terapi antipiretik Menurunkan suhu tubuh dan menjaga
klien dari komplikasi yang lebih berat
dari peningkatan suhu
Resiko infeksi NOC : 1. Observasi vital sign, Mengidentifikasi penyimpangan dan
berhubungan kemajuan sesuai intervensi yang
Setelah diberikan asuhan
dengan dilakukan.
keperawatan selama 2 X 24 jam
kerusakan 2. Lakukan vulva hygine Mencegah terjadinya infeksi
dihariapkan Infeksi tidak terjadi.
jaringan dan 3. Anjurkan pasien membasuh vulva Mencegah infeksi secara dini.
proses inflamasi Kriteria hasil: tanda infeksi tidak setiap habis berkemih dengan cara
ada, luka episiotomi kering dan yang benar
bersih, takut berkemih dan BAB 4. Kolaborasi pemberia obat antibioti Mengurangi intensitas resiko infeksi
tidak ada.
Kecemasan NOC: 1. Bina hubungan saling percaya Mempengaruhi keterbukaan klien
berhubungan Setelah dilakukan tindakan dalam perawatan
dengan adanya keperawatan selama 2x24 jam 2. Kaji tingkat pengetahuan klien Mempengaruhi pola dan metode
benjolan pada diharapkan klien memperlihatkan tentang masalah yang dihadapi pemberian informasi bagi klien
labia mayora rasa cemas berkurang atau hilang 3. Berikan kesempatan pada klien dan Memberi kesempatan pada klien untuk
posterior dan keluarga untuk memberikan mengungkapkan perasaannya dan
prosedur Kriteria Evaluasi: pertanyaan terkait masalah klien membantu perawat dalam pemberian
pembedahan - tidak terjadi peningkatan suhu, informasi yang tepat sasaran
yang akan - klien tampak tenang. 4. Berikan informasi yang akurat Pengetahuan klien dan
dijalani - ekspresi wajah tampak rileks, tentang kondisi kesehatan klien dan keterlibatannya dalam intervensi,
- ungkapan verbal klien bahwa penyembuhannya mendorong klien untuk mengontrol
dirinya tidak lagi merasa cemas, dan menurunkan kecemasan
klien 5. Libatkan keluarga untuk Kehadiran dan perhatian terhadap
menenangkan dan memotivasi klien kondisi menjadi salah satu motivasi
bagi klien untuk lebih tenang

4. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat serta bukan atas petunjuk tenaga
kesehatan yang lain. Sedangkan tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan
bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain. (Mitayani, 2009)

5. Evaluasi
Merupakan penilaian perkembangan ibu hasil implementasi keperawatan yang berpedoman kepada hasil dan tujuan yang
hendak dicapai. (Mitayani, 2009)
BAB III
TINJAUAN KASUS
Kelompok IB
Seminar Keperawatan Maternitas

Tanggal Pengkajian : 29 Desember


2018 PUKUL : 14.30
Ruangan/RS : Az-Zahra/
RSUD HAJI MAKASSAR
PENGKAJIAN

I. Data Umum Klien


No. Reg : 25 74 13
Initial : Nn. “SR”
Usia : 15 Tahun
Alamat : Jl. Balang Baru 3 No. 28
Tgl masuk RS : 29 Desember 2018 Pukul 14.20
Tgl pengkajian : 29 Desember 2018 Pukul 14.30
Tindakan medis : pemasangan IVFD dan pemeriksaan Laboratorium
II. Masalah utama
Keluhan utama : bisul pada kemaluan kanan dan telah meletus keluar lendir
darah bercampur nanah
Riwayat keluhan utama : bisul disertai rasa nyeri sejak 3 hari yang lalu di
kemaluan kanan
P : adanya benjolan yang telah meletus pada vagina yang memperberat jika
benjolan itu tergesek dipakaian dan yang memperingan ketika pasien pelan-
pelan dalam bergerak atau tidak tersentuh dengan pakaian klien
Q : seperti tertusuk-tusuk dan perih
R : kemaluan kanan
S : skala nyeri sedang (skala 5)
T : mendadak (±5-10 menit)

III. Pengkajian
Seksualitas
Subjektif :
Usia menarche : 13 tahun
Siklus haid : 3-5 hari
Durasi haid : 28-30 cyclus
Rabas pervagina : Tidak ada
Obyektif :
PAP smear terakhir : tidak pernah
Tes serologi : tidak pernah
Makanan dan cairan
Subjektif :
Masukan oral 4 jam terakhir : nasi dan lauk pauk
Mual/muntah : tidak
Hilang nafsu makan : tidak
Pola makan : teratur
Frekuensi : 3 x/hari ½ porsi
Konsumsi cairan : ± 2500 cc/hari
Masalah mengunyah : Tidak ada
Objektif :
Turgor kulit : Elastic
Membran mukosa mulut : Lembab
Sirkulasi
Subjektif
Riwayat Peningkatan TD : Tidak ada
Masalah jantung : Tidak ada
Objektif
TD : 100/80 mmHg
Fresk.Napas : 20 x/i
Irama jantung : teratur
Kualitas : kuat
Suhu : 36,4ºC
Nadi : 20 x/i
Akral : hangat
Nyeri
Subjektif :
Lokasi : kemaluan kanan
Intensitas (skala 1-10) : 5
Frekuensi : tidak menentu
Durasi : ± 5-10 menit
Faktor yang berhubungan : Nyeri dirasakan secara mendadak
Objektif :
Wajah meringis : Ya
Melindungi area yang sakit : Ya
Fokus menyempit : Ya
Pernafasan
Subjektif :
Dispnoe/Batuk : Tidak
Penggunaan alat bantu pernafasan : Tidak ada
Objektif :
Frekuensi : 20 x/menit
Irama : Teratur
Bunyi nafas : Vesikuler
Karakteristik sputum : Tidak terdapat sputum
Hasil pemeriksaan penunjang/Tgl 29 Desember 2018 (Kimia Darah)

HASIL PASIEN NILAI RUJUKAN

-
WBC 13.80 10 ³ / µ L (4,00 - 10,00)
-
NEUT# 11.22 10 ³ / µ L (2.00 - 7.50)
-
LYMPH# 1.34 10 ³ / µ L (1.00 - 4.00)
-
MONO# 1.00 10 ³ / µ L (0.20 - 1.00)
-
EO# 0.18 10 ³ / µ L (0.00 - 0.50)
-
BASO# 0.06 10 ³ / µ L (0.00 - 0.20)
-
IG# 0.02 10 ³ / µ L (0.00 - 7.0)
-
NEUT% 81.4 % (50.0 – 70.0)
-
LYMPH% 9.7 % (25.0 – 40.0)
-
MONO% 7.2 % (2.0 – 8.0)
-
EO% 1.3 % (2.0 – 4.0)
-
BASO% 0.4 % (0.0 – 1.0)
-
IG% 0.1 % (0.0 – 72.0)

- RBC 4.99 106 µ L (4.00 – 5.00)


- HGB 12.9 g/dl (12.0 – 16.0)
- HCT 38.5 % (36.0 – 48.0)
- MCV 77.2 fL (84.0 – 96.0)
- MCH 25.9 pg (28.0 – 34.0)
- MCHC 33.5 g/dL (32.0 – 36.0)
- RDW-SD 37.5 fL (39.0 – 52.0)
- RDW-CV 13.1 % (11.0 – 14.5)

- PLT 255 10 ³ / µ L (150 – 450)


- PDW 10.4 fL (11.0 – 18.0)
- MPV 9.9 fL (7.4 – 10.0)
- P-LCR 22.1 % (13.0 – 43.0)
- PCT 0.25 % (0.15 – 0.50)
Terapi Obat (Tgl 29 Desember 2018)
Nama Obat Dosis Indikasi
Ceftriaxone 1gr/12 jam/IV Mengobati dan mencegah
infeksi yang disebabkan oleh
bakteri
PROSES KEPERAWATAN

A. Klasifikasi data
1. Data Subjektif
a. Klien mengatakan ada bisul pada kemaluan kanan dan telah meletus
keluar lendri darah bercampur nanah
b. Klien mengeluh nyeri pada kemaluan kanan
c. P : adanya benjolan yang telah meletus pada vagina yang
memperberat jika benjolan itumtergesek dipakaian dan yang
memperingan ketika pasien pelan-pelan dalam bergerak
Q : seperti tertusuk-tusuk dan perih
R : kemaluan kanan
S : skala nyeri sedang (skala 5)
T : mendadak (±5-10 menit)
2. Data Objektif
a. Klien nampak meringis
b. TD : 100/80 mmHg
S : 36,4ºC
N : 80 x/i
P : 20 x/i
c. Terpasang IVFD
d. WBC 13.80 10 ³ / µ L
B. Analisa Data
No Data Masalah
1 DS : Nyeri Akut
 Klien mengatakan ada bisul pada kemaluan
kanan dan telah meletus keluar lendri darah
bercampur nanah
 Klien mengeluh nyeri pada kemaluan kanan
 P : adanya benjolan yang telah meletus pada
vagina yang memperberat jika benjolan
itumtergesek dipakaian dan yang memperingan
ketika pasien pelan-pelan dalam bergerak
Q : seperti tertusuk-tusuk dan perih
R : kemaluan kanan
S : skala nyeri sedang (skala 5)
T : mendadak (±5-10 menit)

DO :
- Klien tampak meringis
- TD : 100/80 mmHg
S : 36,4ºC
N : 80 x/i
P : 20 x/i
2 DS : Resiko Infeksi
 Klien mengatakan ada bisul pada kemaluan
kanan dan telah meletus keluar lendri darah
bercampur nanah
DO :
 TD : 100/80 mmHg
S : 36,4ºC
N : 80 x/i
P : 20 x/i
 Terpasang IVFD
 WBC 13.80 10 ³ / µ L

C. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran lubrikasi dan
peningkatan tekanan pada pembuluh darah genitalia
2. Resiko infeksi berhungan dengan kerusakan jaringan dan proses inflamasi
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


1 1. Nyeri akut Klien dapat
berhubungan dengan menunjukkan 1. Observasi TTV 1. Mengidentifikasi
proses inflamasi pada nyeri penyimpangan
saluran lubrikasi dan berkurang, indikasi kemajuan
peningkatan tekanan dengan kriteria atau
pada pembuluh darah hasil : penyimpangan
genetalia ditandai  Klien dari hasil yang
dengan ; mengatakan diharapkan
DS : nyeri 2. Lakukan 2. Mengetahui
- Klien mengatakan ada berkurang pengkajian tingkat nyeri yang
bisul pada kemaluan  Klien tidak nyeri secara dirasakan klien
kanan dan telah terlalu komprehensif sehingga dapat
meletus keluar lendri mengerang menentukan dan
darah bercampur kesakitan. mengambil
nanah intervensi
- Klien mengeluh nyeri selanjutnya.
pada kemaluan kanan 3. Ajarkan teknik 3. Penanganan nyeri
- P : adanya benjolan relaksasi nafas tidak selamanya
yang telah meletus dalam diberikan obat.
pada vagina yang Nafas dalam
memperberat jika dapat membantu
benjolan itumtergesek mengurangi
dipakaian dan yang tingkat nyeri
memperingan ketika 4. Kolaborasi 4. Mengurangi
pasien pelan-pelan pemberian intensitas nyeri
dalam bergerak analgetik dengan menekan
Q : seperti tertusuk- rangsang nyeri
tusuk dan perih pada nosiseptor.
R : kemaluan kanan
S : skala nyeri sedang
(skala 5)
T : mendadak (±5-10
menit)
DO :
- Klien tampak
meringis
- TD : 100/80 mmHg
S : 36,4ºC
N : 80 x/i
P : 20 x/i
2 Resiko infeksi Infeksi tidak 1. Observasi 1. Mengidentifikasi
behubungan dengan terjadi. vital sign, penyimpangan
keruakan jaringan dan Kriteria hasil: dan kemajuan
proses inflamasi - Tanda sesuai intervensi
ditandai dengan ; infeksi tidak yang dilakukan.
Faktor resiko : ada. 2. Lakukan 2. Mencegah
DS : vulva hygine terjadinya infeksi
 Klien 3. Anjurkan 3. Mencegah
mengatakan ada pasien infeksi secara
bisul pada membasuh dini.
kemaluan kanan vulva setiap
dan telah habis
meletus keluar berkemih
lendri darah dengan cara
bercampur yang benar.
nanah 4. Kolaborasi 4. Mengurangi
DO : pemberia obat intensitas resiko
 TD : 100/80 antibiotik infeksi
mmHg
S : 36,4ºC
N : 80 x/i
P : 20 x/i
 Terpasang
IVFD
 WBC 13.80 10 ³
/µL
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
HARI PERTAMA

No.Dx Hari/Tgl Jam Implementasi


1 Sabtu, 29 21.30 5. Melakukan pengkajian nyeri secara
Desember komprehensif
2018 Hasil:
P : adanya benjolan yang telah meletus
pada vagina yang memperberat jika
benjolan itumtergesek dipakaian dan yang
memperingan ketika pasien pelan-pelan
dalam bergerak
Q : seperti tertusuk-tusuk dan perih
R : kemaluan kanan
S : skala nyeri sedang (skala 5)
T : mendadak (±5-10 menit)
6. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
Hasil : Klien mengikuti instruksi
7. Penalaksaan pemberian obat antibiotik
1 21.35 Hasil : inj cefotaxime 1 gram /12 jam/ iv
8. Mengobservasi TTV
2 01.30 Hasil :
TD : 100/80 mmHg
2,1 05.30 N : 80 x/mnt
P : 20x/mnt
S : 36 oC
9. Menganjurkan pasien membasuh vulva
setiap habis berkemih dengan cara yang
benar.
2 06.15 Hasil : klien mengerti dan ingin
melakukan instruksi yang diberikan
10. Melakukan vulva hygine
Hasil : telah dilakukan vulva hygine

2 07.00
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
HARI KEDUA

No.Dx Hari/Tgl Jam Implementasi


1 Minggu, 14.30 1. Melakukan pengkajian nyeri secara
30 komprehensif
Desember Hasil:
2018 P : adanya benjolan yang telah meletus
pada vagina yang memperberat jika
benjolan itumtergesek dipakaian dan yang
memperingan ketika pasien pelan-pelan
dalam bergerak
Q : seperti tertusuk-tusuk dan perih
R : kemaluan kanan
S : skala nyeri sedang (skala 5)
T : mendadak (±5-10 menit)
2. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
Hasil : Klien mengikuti instruksi
3. Menganjurkan pasien membasuh vulva
1 14.35 setiap habis berkemih dengan cara yang
benar.
2 14.50 Hasil : klien mengerti dan ingin
melakukan instruksi yang diberikan
4. Mengobservasi TTV
Hasil :
TD : 100/80 mmHg
1,2 18.00 N : 80 x/mnt
P : 20x/mnt
S : 36 oC
EVALUASI KEPERAWATAN
HARI PERTAMA

No Dx Diagnosa Keperawatan Hari/Tgl Jam Evaluasi Perkembangan

1 Nyeri akut berhubungan Minggu, 30 08.00 S :


dengan proses inflamasi Desember - Klien mengatakan masih nyeri
pada saluran lubrikasi 2018 pada kemaluan kanan
dan peningkatan tekanan O:
pada pembuluh darah - Skala Nyeri 4
genitalia - Ekspresi wajah meringis
- TTV :
TD : 100/80 mmHg
N : 80 x/mnt
P : 20x/mnt
S : 36oC
A : Masalah nyeri belum teratasi
P : Lanjutkan Intevensi
1. Observasi TTV
2. Lanjutkan pengkajian nyeri
secara komprehensif
3. Anjurkan teknik relaksasi
4. Kolaborasi pemberian
analgetik
2 Resiko infeksi Minggu, 30 08.00 S : Klien mengatakan ada bisul pada
berhungan dengan Desember kemaluan kanan dan telah meletus
kerusakan jaringan dan 2018 keluar lendri darah bercampur nanah
proses inflamasi 0:
- Tampak bisul telah meletus dan
keluar nanah
- Terpasang IVFD
A : Resiko Infeksi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
5. Observasi vital sign
6. Lakukan vulva hygine
7. Anjurkan pasien membasuh
vulva setiap habis berkemih
dengan cara yang benar
8. Kolaborasi pemberian obat
antibiotik
EVALUASI KEPERAWATAN
HARI KEDUA

No Dx Diagnosa Keperawatan Hari/Tgl Jam Evaluasi Perkembangan

1 Nyeri akut berhubungan Minggu, 30 21.00 S :


dengan proses inflamasi Desember - Klien mengatakan masih nyeri
pada saluran lubrikasi 2018 pada kemaluan kanan
dan peningkatan tekanan O:
pada pembuluh darah - Skala Nyeri 4
genitalia - Ekspresi wajah meringis
- TTV :
TD : 100/80 mmHg
N : 80 x/mnt
P : 20x/mnt
S : 36 oC
A : Masalah nyeri belum teratasi
P : Lanjutkan Intevensi
1. Observasi TTV
2. Lanjutkan pengkajian nyeri
secara komprehensif
3. Anjurkan teknik relaksasi
4. Kolaborasi pemberian
analgetik
2 Resiko infeksi Minggu, 30 21.00 S : Klien mengatakan ada bisul pada
berhungan dengan Desember kemaluan kanan dan telah meletus
kerusakan jaringan dan 2018 keluar lendri darah bercampur nanah
proses inflamasi 0:
- Tampak bisul telah meletus dan
keluar nanah
- Terpasang IVFD
A : Resiko Infeksi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Observasi vital sign
2. Lakukan vulva hygine
3. Anjurkan pasien membasuh
vulva setiap habis berkemih
dengan cara yang benar
4. Kolaborasi pemberian obat
antibiotik
DAFTAR PUSTAKA

Dinata, Fredy. (2011). Jurnal: Kelainan pada Kelenjar Bartolin.


Bandung; Media Komunikasi PPDS ObGyn Unair

Mansjoer, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media


Aesculapius

Manuaba, I. B. G. 2005. Dasar-Dasar Teknik Operasi Ginekologi.


Jakarta: EGC

Manuaba, dkk. 2008. Gawat darurat Obstetri Ginekologi & Obstetri


Ginekologi sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC

Pernoll, 2008. Buku Saku Obstetri & Ginekologi. Jakarta: EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai