Anda di halaman 1dari 5

1.

6 Pengambilan Keputusan Legal Etis

Membuat keputusan bukanlah hal yang mudah, tetapi merupakan suatu tantangan bagi
seorang, Dalam era global dan serba cepat ini, langkah untuk mengambil keputusan harus cepat
dan tepat pula.

1.6.1 Tipe Pengambilan Keputusan

1. Pengambilan keputusan yang kurang tanggapan (metode yang kurang diperhatikan)


2. Pengambilan keputusan dengan cara otomatis
3. Pengambilan keputusan minoritas (yang lebih pandai yang unggul)
4. Pengambilan keputusan mayoritas (melalui pemungutan suara)
5. Pengambilan keputusan dengan consensus
6. Pengambilan keputusan dengan suara bulat

1.6.2 Faktor-faktor yang berpengaruh dalam keputusan Etis

A. Tingkat Pendidikan

Rhodes (1985) berependapat bahwa semakin tinggi latar belakang pendidikan


perawat akan membantu perawat untuk membuat suatu keputusan etis. Salah satu tujuan
dan program pendidikan tinggi bagi perawat adalah meningkatkan keahlian kognitif dan
kemampuan membuat keputusan. (Pardue,1987).

Penelitian oleh Hoffman, Donoghue dan Duffield (2004) menunjukkan bahwa


taraf pendidikan dan pengalaman tidak terkait secara signifikan dengan pembuatan
keputusan etis dalam keperawatan klinis. Faktor yang bertanggung jawab terhadap
variabilitas yang besar dalam pembuatan keputusan etis dalam keperawatan klinis adalah
nilai peran.

B. Pengalaman

Perawat yang sedang menjalani studi tingkat sarjana menunjukkan bahwa


pengalaman yang lalu dalam menangani masalah-masalah etika atau dilema etik dalam
asuhan keperawatan dapat membantu proses pembuatan keputusan yang beretika. Oleh
karena itu, penggalian pengalaman lalu yang lain dari pengalaman keperawatan secara
umum memungkinkan pendekatan yang lebih relevan.

C. Faktor Agama Dan Adat Istiadat

Agama serta latar belakang adat istiadat merupakan faktor utama dalam membuat
keputusan etis. Setiap perawat disarankan memahami nilai yang diyakini maupun kaidah
agama yang dianutnya. Untuk memahami ini dibutuhkan proses. Semakin tua seseorang
akan semakin banyak pengalaman dan belajar, mereka akan lebih mengennal siapa
dirinya dan nilai yang dimilikinya.

D. Komisi Etik

Komisi Etik Keperawatan memberi forum bagi perawat untuk berbagi perhatian
dan mencari solusi pada saat mereka mengalami dilema etik yang tidak dijelaskan oleh
dewan etik kelembagaan. Komisi etik tidak hanya memberi pendidikan dan menawarkan
nasehat melainkan pula mendukung rekan-rekan perawat dalam mengatasi dilema etik
yang ditemukkan dalam praktik sehari-hari. Dengan adanya komisi etik, perawat
mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk semakin terlibat secara formal dalam
pengambilan keputusan yang etis dalam organisasi perawat kesehatan.

E. Faktor Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi

Kemajuan di bidang kesehatan telah mampu meningkatkan kualitas hidup serta


mampu memperpanjang usia manusia dengan ditemukkannya berbagai mesin mekanik
kesehatan, cara prosedur baru, dan bahan/obat baru. Misalnya klien dengan gangguan
ginjal yang dapat diperpanjang usiannya berkat adanya mesin hemodialisis. Wanita yang
mengalami kesulitan hamil dapat dibantu dengan inseminasi. Kemajuan ini menimbulkan
pertanyaan yang berhubungan dengan etika.
F. Faktor Legislasi Dan Keputusan Yuridis

Perubahan sosial dan legislasi secara konstan saling berkaitan. Setiap perubahan
sosial atau legislasi menyebabkan timbulnya suatu tindakan yang merupakan reaksi
perubahan tersebut. Legislasi merupakan jaminan tindakan menuntut hukum sehingga
orang yang bertindak tidak sesuai hukum dapat menimbulkan suatu konflik.

1.6.3 Teori Dasar Pembuatan Keputusan Etis

1. Teleologi
Merupakan suatu doktrin yang menjelaskan fonomena berdasarkan akibat yang
dihasilkan atau konsekuensi yang dapat terjadi. Teori ini menekankan pada
pencapaian hasil akhir yang terjadi pencapaian hasil dengan kebaikan maksimal dan
ketidakbaiakan sekecil mungkin bagi manusia.
2. Deontologi
Prinsip toeri ini pada suatu aksi atau tindakan dan menekan pada nilai moralnya
serta tindakan secara moral benar atau salah Perinsip moral atau yang terkait dengan
tugasnya harus bersifat univesal dan tidak kondisional. Terori ini dikembangkan
menjadi 5 perinsip:
1. Kemurahan hati
2. Keadilan
3. Otonomi
4. Kejujuran

1.6.4 Kode Etik Perawat Indonesia


Keputusan Munas VI PPNI di Bandung, Nomor: 09/MUNAS-VI/PPNI/2000
tentang Kode Etik Keperawatan Indonesia.
Yaitu:
1. Perawat dan Klien
2. Perawat dan Praktik
3. Perawat dan Masyarakat
4. Perawat dan Teman Sejawat
5. Perawat dan Profesi

1.6.5 Kerangka Pembuatan Keputusan Etis

1. Nilai dan kepercayaan pribadi


2. Kode etik perawat Indonesia
3. Kerangka pembuatan keputusan
4. Konsep moral keperawatan
5. Teori perinsip etika

1.6.6 Prinsip-prinsip Etik


Menurut Code for Nurses with Interpretive Statement (ANA, 1985), dalam Potter
dan Perry (1997) dan juga PPNI (2003) dalam Sumijatun (2009), prinsip-prinsip etik
meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Respek
Perilaku perawat yang menghormati klien dan keluarganya.
2. Otonomi
Otonomi berkaitan dengan hak seseorang untuk mengatur dan membuat
keputusan sendiri, meskipun demikian masih terdapat berbagai keterbatasan.
3. Beneficence (Kemurahan Hati)
4. Non-malaficence
Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk tidak menimbulkan
kerugian atau cedera pada kliennya.
5. Veracity (Kejujuran)
6. Konfidensialitas (Kerahasiaan)
7. Fidelity (kesetiaan)
8. Justice (Keadilan)

1.6.7 Strategi Penyelesaian Permasalahan Etis

1. Menentukan apakah ada masalah etis atau dan dilema.


2. Mengidentifikasi nilai-nilai dan prinsip-prinsip kunci yang terlibat makna apa.
3. Rank nilai-nilai etis atau prinsip-prinsip yang profesional Anda dalam penilaian
yang paling relevan dengan masalah atau dilemma.
4. Mengembangkan rencana tindakan yang konsisten dengan etika prioritas yang
telah ditetapkan sebagai pusat untuk.
5. Rencana melaksanakan, memanfaatkan praktek keterampilan dan kompetensi
yang paling sesuai.
6. Merefleksikan hasil etis ini proses pengambilan keputusan.

Anda mungkin juga menyukai