Anda di halaman 1dari 74

LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA

JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era serba teknologi ini teknik pengelasan sangat diperlukan untuk berbagai
proses pengerjaan industri seperti, pemotongan logam dan penyambungannya,
konstruksi bangunan baja, dan konstruksi permesinan yang memang tidak dapat
dipisahkan dengan teknologi manufaktur. Teknologi pengelasan termasuk yang paling
banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan seperti bangunan dan mesin
yang dibuat dengan teknik pengelasan menjadi ringan dan lebih sederhana dalam proses
pembuatannya. Kualitas dari hasil pengelasan sangat tergantung pada keahlian dari
penggunanya dan persiapan sebelum pelaksanaan pengelasaan.
Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam menjadi satu akibat panas
dengan atau tanpa pengaruh tekanan atau dapat juga didefinisikan sebagai ikatan
metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom. Definisi las
berdasarkan DIN (Deutche Industrie Normen) adalah ikatan metalurgi pada sambungan
logam atau logam panduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Secara
umum pengelasan dapat didefinisikan sebagai penyambungan dari beberapa batang
logam dengan memanfaatkan energi panas.
Terdapat tiga tahapan yang secara berurutan berperan dalam proses manufaktur
komponen yang di las, yaitu design, produksi, dan inspeksi. Pada tahap pertama
designer harus mengetahui tentang sumber peralatan dan teknik pengelasan yang
tersedia, mengetahui prinsip kerjanya, dan mampu mengetahui tentang tipe sambungan
yang cocok. Tahap kedua seorang engineer produksi harus memiliki latar belakang
pengetahuan mengenai proses pengelasan, mengetahui cara untuk mencegah cacat las,
melakukan perhitungan biaya. Fase ketiga seorang inspektor harus mengetahui metode
inspeksi yang tersedia, menguasai prinsip kerja dari berbagai proses las, mengetahui
berbagai standar dan peraturan.
Pada dasarnya teknik penyambungan logam sebenarnya terbagi dalam dua
kelompok besar, yaitu:
1. Penyambungan sementara (temporary joint), yaitu teknik penyambungan logam
yang dapat dilepas kembali,
2. Penyambungan tetap (permanent joint), yaitu teknik penyambungan logam dengan
cara mengubah struktur logam yang akan disambung dengan penambahan logam
pengisi. Termasuk dalam kelompok ini adalah solder, brazing, dan pengelasan.

Kelompok 3 KS-2A 1
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Dari teknik tersebut dijadikan sebagai dasar dibentuknya benda-benda logam seperti
yang dimaksud pada uraian diatas. Dalam hal ini proses pengelasan terdiri dari las listrik
dan las gas.

1.2 Tujuan
Adapun fungsi/tujuan dilaksanakannya praktikum pengelasan adalah sebagai
berikut:
1. Mahasiswa dapat memahami teknik sambungan menggunakan las gas dan las listrik,
2. Mahasiswa dapat memahami mengenai las gas dan las listrik, sehingga mampu
menoperasikannya,
3. Mahasiswa dapat mengetahui peralatan dan bahan pengelasan, sehingga mampu
melakukan pekerjaan sesuai lembar kerja, seperti menggabungkan beberapa batang plat
menggunakan las membentuk kesatuan konstruksi sesuai kebutuhan,
4. Mahasiswa dapat melakukan proses pengelasan yang baik,
5. Mahasiswa dapat mengetahui APD yang digunakan.

1.3 Ruang Lingkup


Saat ini teknik las telah dipergunakan secara luas dan yang dimanfaatkan dalam
berbagai bidang. Luasnya penggunaan teknologi las disebabkan karena bangunan dan
mesin yang dibuat dengan mempergunakan teknik pengelasan ini menjadi lebih murah.
Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi sangat luas meliputi tower,
jembatan, rangka baja, perpipaan, dll.
Selain itu proses pengelasan dapat juga dipergunakan untuk reparasi misalnya untuk
mengisi lubang-lubang coran, membuat lapisan keras pada perkakas, mempertebal
bagian-bagian yang sudah aus dan macam-macam reparasi lainnya. Pengelasan bukan
tujuan utama dari konstruksi tetapi hanya merupakan sarana untuk mencapai nilai
ekonomi pembuatan yang lebih baik. Karena itu rancangan dan cara pengelasan harus
betul-betul memperhatikan kesesuaian antara sifat-sifat las dengan kegunaan konstruksi
serta keadaan sekitarnya. Lingkup teori pengelasan baja ini berorientasi pada las gas
dan las listrik. Pada Las Gas (Asetilin & Oksigen) digunakan untuk pemotongan baja
baik berupa plat maupun profil serta pengelasan baja yang sering digunakan pada
pekerjaan konstruksi baja bangunan. Untuk pengelasan las listrik disini busur listrik
dibangkitkan oleh mesin las AC (Alternating Current) & DC (Direct Current) biasa.

Kelompok 3 KS-2A 2
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

1.4 Sistematika Pelaporan


BAB I merupakan bab pendahuluan yang berisi: latar belakang, tujuan, ruang lingkup,
dan sistematika penulisan.
BAB II berisi dasar teori yang berisi tentang: pengertian las secara umum, las gas, las
listrik, alat-alat yang digunakan dan keselamatan kerja.
BAB III membahas 6 macam job individu dalam praktikum las gas maupun las listrik
serta 1 job aplikasi.
BAB IV merupakan bab penutup yang berisi: kesimpulan ,saran, dan lampiran .

Kelompok 3 KS-2A 3
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Umum Las


Las menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (1994), adalah penyambungan besi
dengan cara membakar. Menurut Maman Suratman (2001:1) mengatakan tentang
pengertian mengelas, yaitu salah satu cara menyambung dua bagian logam secara
permanen dengan menggunakan tenaga panas. Sedangkan menurut Sriwidharto, las
adalah suatu cara untuk menyambung benda padat dengan jalan mencairkannya melalui
pemanasan. Berdasarkan definisi dari DIN (Deutch Industrie Normen) las adalah ikatan
metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau
cair. Dari definisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las adalah sambungan
setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas.
Pengelasan (welding) adalah salah salah satu teknik penyambungan logam dengan
cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan
dan dengan atau tanpa logam penambah dan menghasilkan sambungan yang continue.
Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam kontruksi sangat luas, meliputi
perkapalan, jembatan, rangka baja, bejana tekan, pipa pesat, pipa saluran dan
sebagainya. Disamping untuk pembuatan, proses las dapat juga dipergunakan untuk
reparasi misalnya untuk mengisi lubang-lubang pada coran. Membuat lapisan las pada
perkakas mempertebal bagian-bagian yang sudah aus dan macam-macam reparasi
lainnya.
Pada saat ini telah dipergunakan lebih dari 40 jenis pengelasan termasuk pengelasan
yang dilaksanakan dengan cara menekan dua logam yang disambung sehingga terjadi
ikatan antara atom-atom molekul dari logam yang disambungkan, klasifikasi dari cara-
cara pengelasan ini akan diterangkan lebih lanjut. Pada waktu ini pengelasan dan
pemotongan merupakan pengelasan pengerjaan yang amat penting dalam teknologi
produksi dengan bahan baku logam. Dari pertama perkembangannya sangat pesat telah
banyak teknologi baru yang ditemukan. Sehingga boleh dikatakan hampir tidak ada
logam yang dapat dipotong dan di las dengan cara-cara yang ada pada waktu ini.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, las adalah menyambungkan dua bagian logam
atau lebih dengan menggunakan energi panas.

Kelompok 3 KS-2A 4
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

2.2 Las Gas


2.2.1 Pengertian Las Gas
Las gas adalah pengelasan yang dilaksanakan dengan pencampuran 2 jenis gas
sebagai pembentuk nyala api dan sebagai sumber panas. Dalam las gas ini, gas yang
digunakan adalah campuran dari gas oksigen (O2) dan gas lain sebagai gas bahan
bakar (fuel gas).
Pengelasan dengan gas dilakukan dengan cara membakar bahan bakar gas
dengan oksigen sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat
mencairkan logam induk dan logam pengisi. Sebagai bahan bakar dapat digunakan
gas-gas asetilin, propan atau hydrogen. Diantara ketiga bahan bakar yang paling
banyak digunakan di bengkel-bengkel adalah gas asetilin memiliki rumus kimia
C2H2. Gas ini terbentuk apabila karbit (Karbida Calsium/CaCo2) dicampurkan
dengan air (CaCo2 + 2H2O  C2H2 + Ca (OH)2 + Kalori). Kelebihan yang
dimiliki gas Asetilen antara lain, menghasilkan temperatur nyala api yang lebih
tinggi dari gas bahan bakar lainnya, baik bila dicampur dengan udara ataupun
oksigen, sehingga las gas pada umumnya diartikan sebagai las oksi-asetilin. Karena
tidak memerlukan tenaga listrik, maka oksi-asetilin banyak digunakan walaupun
pemakaiannya tidak sebanyak las busur elektroda terbungkus.

2.2.2 Teknik Pengelasan dan Posisi Pengelasan


a. Teknik Pengelasan Maju
Pada pengelasan maju, bahan tambah mendahului blander. Pelelehan cenderung
dibagian permukaan, sehingga dampak bakar (penetrasi) tidak mendalam. Adanya
pemanasan pendahuluan mengakibatkan daerah panas menjadi lebih luas sehingga
dapat menimbulkan tegangan panas yang tinggi. Logam yang dilas selama proses
pendinginan tidak terlindungi, sehingga jalur sambungan las yang sempurna sukar
diperoleh. Keuntungan pada teknik pengelasan maju adalah penggunaan gas yang
efisien karena adanya panas pendahuluan.
Teknik pengelasan maju banyak digunakan untuk mengelas baja (bukan baja
paduan) dengan tebal sama atau lebih kecil dari 3 mm, pipa baja dengan tebal lebih
kecil 3,5 mm, besi tuang, dan logam non fero. Untuk logam dengan ukuran tebal, lebih
besar atau sama dengan 1,5 mm, gerakan blander diayunkan/berayun. Sedangkan
untuk tebal kurang dari 1,5 m gerakan ayunan semakin berkurang.
 Kawat bahan tambah mendahului, blander las mengikuti,
 Pelelehan bagian atas,

Kelompok 3 KS-2A 5
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

 Pengelasan keseluruhan tanpa landasan.

b. Teknik Pengelasan Mundur


Teknik pengelasan kebelakang (mundur) blander las mendahului bahan tambah.
Blander dituntun lurus bergerak mundur, sedangkan bahan tambah diselamkan dalam
kampuh las sambil mengaduk-aduk (berbentuk spiral). Dampak bakar (penetrasi)
yang terjadi cukup dalam dan logam lasan selama proses pendinginan mendapatkan
perlindungan oleh gas karbid yang belum terbakar. Sehingga untuk mendapatkan hasil
las yang sempurna lebih mudah dibandingkan dengan arah pengelasan maju. Daerah
panas lebih sempit sehingga penyusutan dan timbulnya tegangan panas relatif kecil.
Pada cara pengelasan ini celah kampuh sambungan las dapat diperkecil, sehingga
volume kampuh las menjadi kecil. Dengan demikian penggunaan bahan tambah dapat
efisien. Kekurangan dalam pengelasan mundur ini adalah tidak adanya pemanasan
pendahuluan sehingga penggunaan gas karbid menjadi lebih banyak.
Baik teknik las maju maupun mundur jika posisi benda lasan mendatar tidak
begitu menyulitkan. Pada teknik pengelasan arah mundur dengan posisi diatas kepala,
pinggiran jalur sambungan harus dileleh lebih awal dengan baik dan kawat disodorkan
benar-benar tembus keatas.

c. Posisi Pengelasan Di Bawah Tangan


Pengelasan di bawah tangan adalah proses pengelasan yang dilakukan di bawah
tangan dan benda kerja terletak di atas bidang datar. Sudut ujung pembakar
(blander) terletak diantara 60° dan kawat pengisi (filler rod) dimiringkan dengan
sudut antara 30° - 40° dengan benda kerja. Kedudukan ujung pembakar ke sudut
sambungan dengan jarak 2 - 3 mm agar terjadi panas maksimal pada sambungan. Pada
sambungan sudut luar, nyala diarahkan ke tengah sambungan dan gerakannya adalah
lurus.

d. Posisi Pengelasan Datar (Horizontal)


Pada posisi ini benda kerja berdiri tegak sedangkan pengelasan dilakukan dengan
arah mendatar sehingga cairan las cenderung mengalir ke bawah, untuk itu
ayunan blander sebaiknya sekecil mungkin. Kedudukan blander terhadap benda kerja
menyudut 70° dan miring kira-kira 10° di bawah garis mendatar, sedangkan kawat
pengisi dimiringkan pada sudut 10° di atas garis mendatar.

Kelompok 3 KS-2A 6
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

e. Posisi Pengelasan Tegak (Vertical )


Pada pengelasan dengan posisi tegak, arah pengelasan berlangsung ke atas atau ke
bawah. Kawat pengisi ditempatkan antara nyala api dan tempat sambungan yang
bersudut 45° - 60° dan sudut blander sebesar 80°.

f. Posisi Pengelasan Diatas Kepala (Overhead)


Pengelasan dengan posisi ini adalah yang paling sulit dibandingkan dengan posisi
lainnya dimana benda kerja berada di atas kepala dan pengelasan dilakukan dari
bawahnya. Pada pengelasan posisi ini sudut blander dimiringkan 10° dari garis vertikal
sedangkan kawat pengisi berada di belakangnya bersudut 45° - 60°.

2.2.3 Nyala Api


Nyala api asetilin terbagi dalam 3 penyalaan :
1. Nyala Api Netral
Nyala api
Nozzle

Inti nyala
Gambar 1. Nyala Api Netral.

Nyala ini terjadi bila perbandingan antara gas oksigen dan asetilin
sebanding. Fungsinya yaitu untuk mengelas baja dan besi tuang serta pengelasan
biasa, dengan ciri-ciri sebagai berikut seperti pada Gambar 1:
a. Kerucut dalam berwarna putih bersinar,
b. Kerucut luar berwarna biru bening,
c. Inti nyala pendek dan tumpul,
d. Tidak terlalu berdesis.

2. Nyala Api Karburasi

Nozzle Nyala ekor

Gambar 2. Nyala Api Karburasi

Kelompok 3 KS-2A 7
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Bila gas asetilin yang digunakan melebihi dari gas oksigen dan diantara kerucut
dalam dan luar akan timbul kerucut nyala baru yang berwarna biru. Fungsinya adalah
untuk mengeras permukaan logam, untuk mengelas logam putih dan digunakan untuk
membrazing,dengan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut seperti pada Gambar 2:
a. Kerucut api besar,
b. Mempunyai nyala ekor,
c. Inti nyala tumpul dan panjang.

3. Nyala Api Oksidasi

Nyala api
Nozzle

Inti nyala

Gambar 3. Nyala Api Oksidasi.


Bila gas oksigen lebih dari jumlah yang diperlukan untuk menghasilkan nyala
netral maka menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubah dari putih bersinar
menjadi ungu. Bila nyala ini digunakan untuk mengelas maka akan terjadi proses
oksidasi atau dekarburasi pada logam cair. Dengan kata lain, nyala oksidasi adalah
nyala yang terlalu banyak oksigen. Fungsinya adalah untuk mengelas logam lunak,
seperti tembaga, alumunium dan kuningan, serta untuk memotong logam. Ciri-ciri dari
nyala api oksidasi adalah seperti pada Gambar 3:
a. Ujung inti nyala runcing,
b. Suaranya berdesis,
c. Inti nyala lebih kecil.
Selain untuk mengelas, las oksi-asetilin juga dapat digunakan untuk memotong
baja baik berupa plat maupun berupa bentuk profil lainnya. Pemotongan ini terjadi
karena adanya reaksi antara oksigen dan baja. Pada permulaan pemotongan, baja
dipanaskan terlebih dahulu dengan api oksi-asetilin sampai mencapai suhu antara
8000C - 9000C, kemudian gas oksigen tekanan tinggi atau saluran gas oksigen lainnya
disemburkan ke bagian yang dipanaskan tersebut dan terjadilah proses pembakaran
yang membentuk oksida besi. Karena titik cair oksida besi lebih rendah dari baja,
maka oksida besi tersebut mencair dan terhembus oleh gas dari saluran oksigen
sehingga terpotong.

Kelompok 3 KS-2A 8
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Hasil pemotongan akan dinyatakan baik apabila memenuhi syarat-syarat sebagai


berikut:
1. Alur potong harus kecil,
2. Permukaan potong harus halus,
3. Terak harus mudah terkelupas, dan
4. Sisi atas pemotongan membulat.

2.2.4 Bagian-Bagian Tabung Las Gas


1. Tabung Asetilin
Tabung asitelin terdiri dari tabung yang terbuat dari bahan baja yang mempunyai
bentuk pendek dan kegemuk-gemukan. Tabung asetilin terbuat dari bahan baja yang
pada bagian dasarnya dibuat sumbat pengaman dan di dalamnya ada lapisan aseton,
maksudnya untuk menjaga keselamatan dari tabung ini, apabila terjadi sesuatu tidak
meledak berkeping-keping. Tabung ini harus tahan terhadap tekanan 15 kg/cm 2
tabung ini biasanya berwarna merah, putih, dan kuning tetapi yang umum adalah
berwarna merah.

2. Tabung Zat Asam (oksigen)


Tabung zat asam terbuat dari bahan yang sama dengan tabung asitelin, tetapi
mempunyai bentuk yang agak ramping dan agak tinggi dibandingkan dengan tabung
asitelin. Tabung ini terbuat dari bahan baja. Tabung ini harus tahan terhadap tekanan
150 kg/cm2.

3. Selang Karet asitelin dan oksigen


Selang karet untuk asitelin biasanya berwarna merah sedangkan selang karet
untuk zat asam berwarna biru. Selang karet ini sifatnya kuat tetapi elastis, tidak kaku
dan harus tahan terhadap tekanan gas kurang lebih 10 kg/cm 2. Diameter selang karet
ini yang umum untuk digunakan digunakan adalah lubang dalamnya berdiameter
5mm, 6mm, dan 7,5 mm.

4. Regulator
Regulator atau lebih tepat dikatakan dengan katup penutup tekan, dipasang pada
katup tabung deng tujuan untuk mengurangi atau menurunkan tekanan hingga
mencapai tekanan kerja torch. Regulator berfungsi untuk mengatur tekanan kerja yang
konstan walaupun tekanan isi dalam botol/tabung selalu berubah-ubah.

Kelompok 3 KS-2A 9
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Pada regulator, terdapat bagian-bagian, seperti saluran masuk, katup pengaturan


tekan kerja, katup pengaman, alat pengukuran tekanan tabung, alat pengukuran
tekanan kerja dan katup pengatur keluar gas menuju selang.

5. Blender
Blender adalah suatu tempat untuk mencampur gas asitelin dan zat asam serta
mengatur keluarnya gas untuk pembakar, seperti pada Gambar 4 , 4a dan 4b.

Gambar 4. Blender Set

Gambar 4a. Blender Las Gambar 4b. Blender Potong

6. Tip
Tip adalah ujung pembakar las seperti pada Gambar 5. Tip ini biasanya terbuat
dari bahan tembaga, dan pemakaian disesuaikan dengan tebal pelat bisa dilihat di
Tabel 1.

Kelompok 3 KS-2A 10
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Gambar 5. Tip/Nozzle

Tabel.1 Pemakaian Tip sesuai Nomor dan tebal pelat


Tebal Plat Tekanan Campuran
No.
( mm ) ( bar )

1 0,5 – 1 2,5

2 1–2 2,5

3 2–4 2,5

4 4–6 2,5

5 6–9 2,5

6 9 – 14 2,5

7 14 – 20 2,5

8 20 – 30 2,5

Kelompok 3 KS-2A 11
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

2.3 Las Listrik


2.3.1 Pengertian Las Listrik
Las listrik adalah suatu proses penyambungan logam dengan menggunakan tenaga
listrik sebagai sumber panas. Jenis sambungan dengan las listrik ini adalah merupakan
sambungan tetap.

2.3.2 Mesin Listrik


Mesin listrik diklasifikasikan mesin las AC (Alternating Current) seperti Gambar
6 dan mesin las DC (Direct Current) seperti Gambar 7, mesin las AC biasanya berupa
trafo las, sedangkam mesin las DC selain trafo yang dilengkapi dengan rectifier atau
diode (perubah arus bolak balik menjadi arus searah) biasanya menggunakan motor
penggerak baik mesin disel atau motor bensin dan motor listrik. Mesin las AC yang
menggunakan transformator atau trafolas.

Gambar.6 Alternating Current


Gambar.7 Direct Curret (DC)
(AC)
2.3.3 Arus Listrik
1. Arus Searah (DC)
Pada jenis arus ini, elektron-elektron bergerak sepajang penghantar hanya dalam
satu arah.

2. Arus Bolak-Balik (AC)


Arah aliran dari arus bolak-balik adalah merupakan gelombang sinusoida yang
memotong garis nol pada interval waktu 1/100 detik untuk mesin dengan frekwensi 50
Hz. Tiap siklus gelombang terdiri dari setengah gelombang positif dan setengah

Kelompok 3 KS-2A 12
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

gelombang seperti pada Gambar 8. Arus bolak-balik dapat diubah menjadi arus searah
dengan menggunakan pengubah arus (rectifier).

Gambar 8. Arus AC.

2.3.4 Pengkutuban Elektroda


1) Pengkutuban Langsung
Pada pengkutuban langsung, kabel elektroda dipasang Pada terminal negatif dan
kabel massa pada terminal positif. Pengkutuban langsung sering disebut sebegai sirkuit
las listrik dengan elektroda negatif. (DC-).

2) Pengkutuban Terbalik
Untuk pengkutuban terbalik, kabel elektroda dipasang pada terminal positif dan
kabel massa dipasang pada terminal negative. Pengkutuban terbalik sering disebut
sirkuit las listrik dengan elektroda positif (DC+)

Gambar 9. Pengkutuban Langsung Gambar 10. Pengkutuban Terbalik


(DC-). (DC+).

Kelompok 3 KS-2A 13
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

3) Pengaruh Pengkutuban pada Hasil Las


Pemilihan jenis arus maupun pengkutuban pada pangelasan bergantung kepada:
a) Jenis bahan dasar yang akan dilas.
b) Jenis elektroda yang dipergunakan.

Pengaruh pengkutuban pada hasil las adalah pada penembusan lasnya seperti pada
Gambar 11. Pengkutuban langsung akan menghasilkan penembusan yang dangkal
sedangkan pada pengkutuban terbalik akan terjadi sebeliknya. Pada arus bolak-balik
penembusan yang dihasilkan antara keduanya.

Gambar 11. Hasil Penembusan Las Pengaruh


Pengkutuban.

2.3.5 Pesawat Las


Pesawat-pesawat las yang dipakai bermacam-macam, tapi bila ditinjau dari jenis
arus yang keluar dapat digolongkan sebagai berikut:
a) Pesawat las arus bolak-balik (AC).
b) Pesawat las arus searah (DC).
c) Pesawat las arus bolak-balik dan searah (AC-DC) yang merupakan gabungan dari
pesawat AC den DC.

1) Pesawat Las Arus Bolak-Balik (AC)


Macam-macam pesawat las ini seperti Transformator las, pembangkit listrik motor
diesel atau motor bensin. Transformator las yang kebanyakan digunakan di industri-
industri mempunyai kapasitas 200 sampai 500 amper. Pesawat las ini sangat banyak
dipakai karena biaya operasinya yang rendah disamping harganya yang relatif murah.
Voltase keluar dari pesawat transformator ini antara 38 sampai 70 volt.
2) Pesawat Las Arus Searah (DC)

Kelompok 3 KS-2A 14
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Pesawat las arus searah ini dapat berupa pesawat transformator rectifier,
pembangkit listrik motor diesel atau motor bensin, maupun pesawat pembangkit listrik
yang digerakkan oleh motor listrik.
Salah satu jenis dari pesawat las arus searah yaitu pesawat pembangkit listrik yang
digerakkan oleh motor tistrik (motor generator).

3) Pesawat Las AC-DC


Pesawat las ini merupakan gabungan dari pesawat las arus bolak-balik dan arus
searah. Dengan, pesawat ini akan lebih banyak kemungkinan pemakaiannya karena
arus yang keluar dapat arus searah maupun arus bolak-balik. Pesawat las jenis ini
misalnya transformator-rectifier maupun pembangkit listrik motor diesel.

2.3.6 Alat-Alat Bantu Las


1) Kabel Las
Kabel las biasanya dibuat dari tembaga yang dipilin dan dibungkus dangan karet
isolasi Yang disebut kabel las ada tiga macam yaitu:
a) Kabel elektroda,
b) Kabel massa, dan
c) Kabel tenaga.
Kabel elektroda adalah kabel yang menghubungkan pesawat las dengan elektroda .
Kabel massa menghubungkan pesawat las dengan benda kerja. Kabel tenaga adalah
kabel yang menghubungkan sumber tenaga atau jaringan listrik dengan pesawat las.
Kabel ini biasanya terdapat pada pesawat las AC atau AC – DC, seperti pada Gambar
12.

Gambar 12. Kabel Las.

Kelompok 3 KS-2A 15
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

2) Pemegang Elektroda
Ujung yang tidak berselaput dari elektroda dijepit dengan pemegang elektroda.
Pemegang elektroda terdiri dari mulut penjepit dan pegangan yang dibungkus oleh
bahan penyekat. Pada waktu berhenti atau selesai mengelas, bagian pegangan yang
tidak berhubungan dengan kabel digantungkan pada gantungan dari bahan fiber atau
kayu, seperti pada Gambar 13.

Gambar 13. Holder.

3) Palu Terak
Palu Terak digunakan untuk melepaskan dan mengeluarkan terak las pada jalur las
dengan jalan memukulkan atau menggoreskan pada daerah las. Berhati-hatilah
membersihkan terak las dengan palu las karena kemungkinan akan memercik ke mata
atau ke bagian badan lainnya, seperti Gambar 14.

Gambar 14. Palu Terak.

4) Sikat Kawat
Dipergunakan untuk:
a) Membersihkan benda kerja yang akan dilas,
b) Membersihkan terak Las yang sudah lepas dari jalur las oleh pukulan palu las.
Gambar di bawah ini adalah sikat kawat yang umumnya digunakan.

Kelompok 3 KS-2A 16
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Gambar 15. Sikat Kawat.

5) Klem Massa
Klem massa adalah suatu alat untuk menghubungkan kabel massa ke benda kerja.
Biasanya klem massa dibuat dari bahan dengan penghantar listrik yang baik seperti
Tembaga agar arus listrik dapat mengalir dengan baik, klem massa ini dilengkapi
dengan pegas yang kuat yang dapat menjepit benda kerja dengan baik, seperti Gambar
16.
Walaupun demikian permukaan benda kerja yang akan dijepit dengan klem massa
harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran-kotoran seperti karat, cat, minyak.

Gambar 16. Klem Masa.

6) Slip Joint
Penjepit digunakan untuk memegang atau memindahkan benda kerja yang masih
panas, seperti pada Gambar 17.

Kelompok 3 KS-2A 17
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Gambar 17. Slip Joint.

2.3.7 Elektroda (Filler atau Bahan Isi)


1) Syarat Elektroda
a) Mampu pengelasan semua posisi,
b) Terak mudah dibuang,
c) Mempunyai titik lebur tinggi, dan
d) Praktis membentuk kampuh las.

2) Elektroda Berselaput
Elektroda berselaput yang dipakai pada las busur listrik mempunyai perbedaan
komposisi selaput maupun kawat inti. Pelapisan fluksi pada kawat inti dapat dengan
cara destrusi, semprot atau celup. Ukuran standar diameter kawat inti dari 1,5 mm
sampai 7 mm dengan panjang antara 350 sampai 450 mm. Jenis-jenis selaput fluksi
pada elektroda misalnya selulosa, kalsium karbonat (CaCO 3), titanium dioksida,
kaolin, kalium oksida mangan, oksida besi, serbuk besi, besi silikon, besi mangan dan
sebagainya dengan persentase yang berbeda-beda, untuk tiap jenis elektroda.
Tebal selaput elektroda berkisar antara 10% sampai 50% dari diameter elektroda
tergantung dari jenis selaput. Pada waktu pengelasan, selaput elektroda ini akan turut
mencair dan menghasilkan gas CO2 yang melindungi cairan las, busur listrik dan
sebagian benda kerja terhadap udara luar. Udara luar yang mengandung O 2 dan N akan
dapat mempengaruhi sifat mekanik dari logam las. Cairan selaput yang disebut terak
akan terapung dan membeku melapisi permukaan las yang masih panas.

3) Elektroda Baja Lunak


Dan bermacam-macam jenis elektroda baja lunak perbedaannya hanyalah pada
jenis selaputnya. Sedang kan kawat intinya sama.

Kelompok 3 KS-2A 18
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

a) E 6010 dan E 6011


Elektroda ini adalah jenis elektroda selaput selulosa yang dapat dipakai untuk
pengelesan dengan penembusan yang dalam. Pengelasan dapat pada segala posisi dan
terak yang tipis dapat dengan mudah dibersihkan. Deposit las biasanya mempunyai
sifat sifat mekanik yang baik dan dapat dipakai untuk pekerjaan dengan pengujian
Radiografi. Selaput selulosa dengan kebasahan 5% pada waktu pengelasan akan
menghasilkan gas pelindung. E 6011 mengandung Kalium untuk mambantu
menstabilkan busur listrik bila dipakai arus AC.

b) E 6012 dan E 6013


Kedua elektroda ini termasuk jenis selaput rutil yang dapat manghasilkan
penembusan sedang. Keduanya dapat dipakai untuk pengelasan segala posisi, tetapi
kebanyakan jenis E 6013 sangat baik untuk posisi pengelesan tegak arah ke bawah.
Jenis E 6012 umumnya dapat dipakai pada ampere yang relatif lebih tinggi dari E
6013. E 6013 yang mengandung lebih benyak Kalium memudahkan pemakaian pada
voltage mesin yang rendah. Elektroda dengan diameter kecil kebanyakan dipakai
untuk pangelasan pelat tipis.

c) E 6020
Elektroda jenis ini dapat menghasilkan penembusan las sedang dan teraknya
mudah dilepas dari lapisan las. Selaput elektroda terutama mengandung oksida besi
dan mangan. Cairan terak yang terlalu cair dan mudah mengalir menyulitkan pada
pengelasan dengan posisi lain dari pada bawah tangan atau datar pada las sudut.

d) Elektroda dengan Selaput Serbuk Besi


Selaput elektroda jenis E 6027, E 7014. E 7018. E 7024 dan E 7028 mengandung
serbuk besi untuk meningkatkan efisiensi pengelasan. Umumnya selaput elektroda
akan lebih tebal dengan bertambahnya persentase serbuk besi. Dengan adanya serbuk
besi dan bertambah tebalnya selaput akan memerlukan ampere yang lebih tinggi.

e) Elektroda Hydrogen Rendah


Selaput elektroda jenis ini mengandung hydrogen yang rendah (kurang dari 0,5 %),
sehingga deposit las juga dapat bebas dari porositas. Elektroda ini dipakai untuk
pengelasan yang memerlukan mutu tinggi, bebas porositas, misalnye untuk

Kelompok 3 KS-2A 19
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

pengelasan bejana dan pipa yang akan mengalami tekanan. Jenis-jenis elektroda
hydrogen rendah misalnya E 7015, E 7016 dan E 7018.

1) Kondisi Pengelasan
Berikut ini diberikan daftar kondisi pengelasan untuk elektroda Philips baja
lunak dan baja paduan rendah.

2) Elektroda Untuk Besi Tuang


Elektroda yang dipekai untuk mengelas besi tuang adalah sebagei berikut:
- elektroda baja
- elektroda nikel
- elektrode perunggu
- elektroda besi tuang

4) Elektroda nikel
Elektroda jenis ini dipakai untuk mengelas besi tuang, bila hasil las masih
dikerjakan lagi dengan mesin. Elektroda nikel dapat dipakai dalam sagala posisi
pengelasan. Rigi-rigi las yang dihasilkan elektroda ini pada besi tuang adalah rata dan
halus bila dipakai pada pesawat las DC kutub terbalik. Karakteristik elektroda nikel
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

5) Elektroda baja
Elektroda jenis ini bila dipakai untuk mengelas besi tuang akan menghasilkan
deposit las yang kuat sehingga tidak dapat dikerjakan dengan mesin. Dengan demikian
elektroda ini dipakai bila hasil las tidak dikerjakan lagi. Untuk mengelas besi tuang
dengan elektroda baja dapat dipakai pesawat las AC atau DC kutub terbalik.

6) Elektroda perunggu
Hasil las dengan memakai elektroda ini tahan terhadap retak, sehingga panjang las
dapat ditambah. Kawat inti dari elektroda dibuat dari perunggu fosfor dan diberi
selaput yang menghasilkan busur stabil.

Kelompok 3 KS-2A 20
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

7) Elektroda dengan Hydrogen rendah


Elektroda jenis ini pada dasarnya dipakai untuk baja yang mengandung karbon
kurang dari 1,5%. Tetapi dapat juga dipakai pada pengelasan besi tuang dengan hasil
yang baik. Hasil lasnya tidak dapat dikerjakan dengan mesin.

a) Elektroda Untuk Aluminium.


Aluminium dapat dilas listrik dengan elektroda yang dibuat dari logam yang sama.
Pemilihan elektroda aluminium yang sesuai dengan pekerjaan didasarkan pada tabel
keterangan dari pabrik yang membuatnya. Elektroda aluminium AWS-ASTM AI-43
untuk las busur listrik adalah dengan pasawat las DC kutub terbalik dimana
pemakaian arus dinyatakan dalam tabel berikut.

b) Elektroda untuk palapis Keras


Tujuan pelapis keras dari segi kondisi pemakaian yaitu agar alat atau bahan tahan
terhadap kikisan, pukulan dan tahan aus. Untuk tujuan itu maka Elektroda untuk
pelapis keras dapat diklasifikasikan dalam tiga macam yaitu:
- elektroda tahan kikisan.
- elektroda tahan pukulan.
- elektroda tahan aus.

c) Elektroda tehan kikisan.


Elektroda jenis ini dibuat dari tabung chrom karbida yang diisi dengan serbuk-
serbuk karbida. Elektroda dengan diameter 3,25 mm - 6,5 mm dipakai peda pesawat
las AC atau DC kutub terbalik.
Elektroda ini dapat dipakai untuk pelapis keras permukaan pada sisi potong yang
tipis, peluas lubang dan beberapa type pisau.

d) Elektroda tahan pukulan.


Elektroda ini dapat dipakai pada pesawat las AC atau DC kutub terbalik. Dipakai
untuk pelapis keras bagian pemecah dan palu.

8) Klasifikasi Elektroda
Elektroda digunakan sebagai bahan tambah dalam proses pengelasan. Elektroda
tersebut dibuat dari macam-macam logam seperti logam baja, besi luang, stainless

Kelompok 3 KS-2A 21
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

steel, aluminium dan sebagainya, tergantung dari tujuan dan komposisi dari logam
yang akan di las. Penggunaan elektroda bisa dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Penggunaan Elektroda

Tebal Diameter Kekuatan arus (Ampere)


bahan Elektroda
(mm)
(mm)

1 1,5 20 – 35

1 - 1,5 2 35 – 60

1,5 - 2,5 2,6 60 – 100

2,5 - 4 3,25 90 – 150

4–6 4 120 – 180

6 – 10 5 150 – 220

10 – 16 6 200 – 300

> 16 8 280 - 400

Elektroda baja lunak dan baja paduan rendah untuk las busur listrik manurut
klasifikasi AWS (American Welding Society) dinyatakan dengan tanda E XXXX
seperti pada Gambar 18 yang artinya sebagai berikut:
1) E menyatakan elektroda busur listrik
2) XX (dua angka) sesudah E menyatakan kekuatan tarik deposit las dalam ribuan
Ib/in2 lihat table.
3) X (angka ketiga) menyatakan posisi pangelasan.
kode angka 1 – untuk semua posisi
kode angka 2 – untuk posisi flat dan horizontal
kode angka 3 – hanya untuk posisi flat
4) X (angka keempat) menyataken jenis selaput dan jenis arus yang cocok dipakai
untuk pengelasan lihat Tabel 3.

Kelompok 3 KS-2A 22
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Tabel 3. Jenis serbuk, posisi pengelasan, jenis arus, dan kua tarik elektroda

Contoh : E 6013

Artinya:
a) Kekuatan tarik minimum den deposit las adalah 60.000 Ib/in2 atau 42 kg/mm2,
b) Dapat dipakai untuk pengelasan segala posisi,
c) Jenis selaput elektroda Rutil-Kalium dan pengelasan dengan arus AC atau DC+ atau
DC–.

Gambar 18. Elektroda

2.3.8 Memilih Besarnya Arus Listrik


Besarnya arus listrik untuk pengelasan tergantung pada ukuran diameter dan
macam elektroda las.
Pada prakteknya dipilih empere pertengahan. Sabagai contoh; untuk elektroda. E
6010, ampere minimum dan maximum adalah 80 ampere sampai 120 ampere.
Sehingga dalam hal ini ampere pertengahan 100 ampere.

Kelompok 3 KS-2A 23
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

1. Cara-cara Menyalakan Busur


Untuk mamperoleh busur yang baik di perlukan pangaturan arus (ampere) yang
tepat sesuai dengan type dan ukuran elektroda, Menyalakan busur dapat dilakukan
dengan 2 (dua) cara seperti pada Gambar 19 dan 20, yaitu:

Gambar 19. Cara Goresan. Gambar 20. Cara Sentakan.

2. Pengaruh panjang busur pada hasil las. Panjang busur (L) yang normal adalah
kurang lebih sama dengan diameter (D) kawat inti elektroda.
1) Bila panjang busur tepat (L = D), maka cairan elektroda akan mengalir dan
mengendap dengan baik.
Hasilnya:
a) Rigi-rigi las yang halus dan baik.
b) Tembusan las yang baik.
c) Perpaduan dengan bahan dasar baik.
d) Percikan teraknya halus.
2) Bila busur terlalu panjang (L > D), maka timbul bagian-bagian yang berbentuk
bola dari cairan elektroda.
Hasilnya:
a) Rigi-rigi las kasar.
b) Tembusan las dangkal.
c) Percikan teraknya kasar dan keluar dari jalur las.

3) Bila busur terlalu pendek, akan sukar memeliharanya, bisa terjadi pembekuan
ujung elektroda pada pengelasan (lihat gambar 158 c).
Hasilnya:
a) Rigi las tidak merata.
b) Tembusan las tidak baik.

Kelompok 3 KS-2A 24
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

c) Percikan teraknya kasar dan berbentuk bola.


3. Pengaruh Besar Arus.
Besar arus pada pengelasan mempengaruhi hasil las (Lihat Gambar 21 dan 22).
Bila arus terlalu rendah akan menyebabkan sukarnya penyalaan busur listrik dan busur
listrik yang terjadi tidak stabil. Panas yang terjadi tidak cukup untuk melelehkan
elektroda dan bahan dasar sehingga hasilnya merupakan rigi-rigi las yang kecil dan
tidak rata serta penembusan yang kurang dalam.
Sebaliknya bila arus terlalu besar maka elektroda akan mencair terlalu cepat dan
menghasilkan permukaan las yang lebih lebar dan penembusan yang dalam.
Besar arus untuk pengelasan tergantung pada jenis kawat las yang dipakai, posisi
pengelasan serta tebal bahan dasar.

Gambar 21. Arus Gambar 22. Arus


Tinggi Rendah
2.3.9 Gerakan Elektroda
Gerakan elektroda pada saat pengelesan ada 5 macam yaitu :
1. Lurus.
2. Meligkar, seperti Gambar 23.
3. Segitiga, seperti Gambar 24.
4. Zig – zag, seperti Gambar 25.
5. Trapezium

Gambar 23. Alur Gambar 24. Alur Gambar 25. Alur Zig-
Melingkar Segitiga zag

Kelompok 3 KS-2A 25
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

2.3.10 Pengaruh Kecepatan Elektroda Pada Hasil Las


Kecepatan tangan menarik atau mendorong elektroda waktu mengelas harus stabil,
sehingga menghasilkan rigi-rigi las yang rata dan halus. Tidak dibolehkan rigi-rigi las
yang berbentuk gergaji.
Jika elektroda digerakkan tarlalu lambat, akan dihasilkan jalur yang kuat dan lebar.
Hal ini dapat pula menimbulkan kerusakan sisi las, terutama bila bahan dasar tipis.
Bila elektroda digerakkan terlalu cepat, tembusan lasnya dangkal oleh karena
kurang waktu pemanasan bahan dasar dan kurang waktu untuk cairan elektroda
menembus bahan dasar.
Bila kecepatan gerakan elektroda tepat, daerah perpaduan dengan bahan dasar dan
tembusan lasnya baik.

2.4 Perlengkapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


1. Topeng Las
Topeng las maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan mata dari
sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit maupun mata
seperti pada Gambar 26. Sinar Las yang sangat terang/kuat itu tidak boleh dilihat
dangan mata langsung sampai jarak 16 meter. Topeng las ini dilengkapi dengan kaca
khusus yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut. Ukuran kaca
Las yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan.
Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun dalam
dilapisi dengan kaca putih.

2. Pelindung Tangan
Perlindungan untuk tangan ada dua yaitu sarung tangan seperti pada Gambar 27
dan arm protector seperti pada Gambar 28. Bahan dasarnya dari kulit atau asbes lunak
supaya bias meredam panas. Pada waktu mengelas harus selalu memakai sarung
tangan dan arm protector.

3. Pelindung Badan
Ada tiga jenis pelindung badan saat mengelas, yaitu apron seperti pada Gambar
29, jaket las seperti pada Gambar 30, dan over all seperti pada Gambar 31. Baju
las/Apron dibuat dari kulit atau dari asbes. Baju las yang lengkap dapat melindungi

Kelompok 3 KS-2A 26
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

badan dan sebagian kaki. Bila mengelas pada posisi diatas kepala, harus memakai baju
las yang lengkap. Pada pengelasan posisi lainnya dapat dipakai apron.

4. Sepatu Las
Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api seperti Gambar
32. Bila tidak ada sepatu las, sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai.

5. Kamar Las
Kamar Las dibuat dari bahan tahan.api. Kamar las penting agar orang yang ada
disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las seperti pada Gambar 33. Untuk
mengeluarkan gas, sebaiknya kamar las dilengkapi dangan sistim ventilasi. Didalam
kamar las ditempatkan meja Las. Meja las harus bersih dari bahan-bahan yang mudah
terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya kebakaran oleh percikan terak las
dan bunga api.

6. Masker Las
Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik, maka
gunakanlah masker las, agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun.

Kelompok 3 KS-2A 27
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

BAB III
LANGKAH KERJA
A. ALAT DAN BAHAN
1. Job individu
3.1 LAS GAS

No Nama Alat Gambar


1 Satu set peralatan las gas:
a. Tabung yang berisi gas
oksigen.
b. Tabung yang berisi gas
asetilin.
c. Regulator oksigen.
d. Regulator asetilin.
e. Slang dan klem oksigen.
f. Slang dan klem asetilin.
g. Blander las.
h. Safety valve (katup
pengaman).
i. Kunci pas atau kunci Inggris.
j. Seal tape/thread seal.
k. Kunci pembuka gas dan
obeng.
l. Air sabun.
2 Kaca mata las gas.

Kelompok 3 KS-2A 28
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

3 Sarung tangan.

4 Apron.

5 Safety Shoes.

6 Jas lab/wear pack.

7 Mistar baja.

Kelompok 3 KS-2A 29
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

8 Pemantik api.

9 Slip Joint.

10 Palu baja kepala lancip.

11 Ragum Plat.

12 Sikat baja.

Kelompok 3 KS-2A 30
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

13 Penggores Scriber

14 Ruang dan meja las gas.

15 Landasan paron dan palu baja.

16 Block letter.

17 Jarum pembersih nozzel.

Kelompok 3 KS-2A 31
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

a) Job Las Gas

Tujuan :
1. Mahasiswa dapat menyetel perlengkapan las gas.
2. Mahasiswa dapat mengatur jenis-jenis api untuk pengelasan las gas.
3. Mahasiswa dapat mencairkan benda kerja sebagai dasar awal pengelasan las gas.
4. Mahasiswa dapat mempraktekkan teori yang didapat, sehingga bisa memahami
tingkat kemudahan dan kesulitan yang ada dalam praktek.

Syarat :
1. Telah mempelajari teori praktek las gas.
2. Telah mempelajari teori keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Pakailah peralatan sesuai fungsinya.
4. Mengikuti arahan yang dijelaskan oleh pengajar praktek.

3.1.1 Membuat Jalur Las Tanpa Bahan Tambah/Mencairkan Plat

1. Mempersiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan.


2. Memakai pakaian keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Memasang/menyetel perlengkapan las gas (bila belum terpasang) dengan langkah
sebagai berikut:
a. Periksalah dahulu apakah semua peralatan dan sarung tangan bersih dari minyak
atau pelumas lainnya.
b. Tempatkanlah tabung gas oksigen dan asetilin dengan terikat pada dinding atau
pada gerobak dorong di tempat yang aman (atau jauh dari api).
c. Bersihkanlah lubang tabung gas ataupun peralatan sensitif lainnya dari debu.
d. Pasanglah regulator pada masing-masing tabung dengan memakai kunsi pas dan
perlu diingat regulator oksigen atau peralatan oksigen lainnya memakai ulir kanan
artinya memasang mur searah jarum jam dan memasang mur asetilin kebalikan
dari arah jarum jam (mur untuk asetilin mempunyai cowakan sebagai tanda ulir
kiri).
e. Hubungkan slang pada lubang atau pipa pengeluaran gas regulator (pada
manometer tekanan pengeluaran gas), baik untuk gas oksigen maupun asetilin dan
kencangkan slang tersebut dengan klem oksigen dan klem asetilin. Untuk

Kelompok 3 KS-2A 32
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

peralatan oksigen mempunyai standar internasional yaitu biru, sedangkan untuk


asetilin yaitu merah, kuning atau putih.
f. Sebelum memasang blander las slang harus bebas dari debu.
g. Pasanglah slang oksigen maupun asetilin pada blander las. Pasanglah ukuran mulut
nozzel yang mempunyai kapasitas untuk mengelas plat 1 - 2 mm (kapasitas nozzel
lihat tulisan yang ada pada nozzel).
h. Setelah memasang blander las maka selanjutnya memeriksa kemungkinan adanya
kebocoran gas dengan langkah sebagai berikut:
i. Tutuplah katup gas pada blander,
ii. Bukalah katup kedua gas pada tabung searah jarum jam 1/4 - 1/2 putaran
dan lihatlah manometer tekanan isi pada regulator harus menunjukkan
tekanan 150 kg/cm2 untuk manometer oksigen dan 15 - 20 kg/cm2 untuk
asetilin berarti isi tabung penuh,
iii. Aturlah katup manometer pengeluaran pada regulator searah jarum jam,
untuk oksigen tekanan yang dipakai yaitu 2.5 - 5 kg/cm2 dan untuk tekanan
asetilin yaitu 0.25 - 0.5 kg/cm2,
iv. Tutup lagi katup pada tabung dan perhatikan jarum pada manometer, bila
tekanan turun berarti ada kebocoran dan bila tetap berarti tidak ada
kebocoran,
v. Untuk meyakinkan bocor atau tidaknya instalasi las gas, maka semua
bagian sambungan diolesi dengan air sabun dan apabila ada kebocoran akan
terlihat ada gelembung. Bila ada kebocoran maka perbaikilah sambungan
tersebut dengan memakai seal tape/tread seal dan kencangkan kembali
murnya.
4. Bukalah katup tabung oksigen dan asetilin pada tabung dengan ketentuan yang telah
ditetapkan, katup pada blander dalam kondisi tertutup,
5. Letakkan benda kerja di atas meja kerja yang dialasi dengan batu tahan api atau batu
bata merah,
6. Bukalah katup pada blander, untuk katup oksigen diputar sedikit dan untuk katup
asetilin lebih banyak memutarnya dari pada oksigen dan nyalakan mulut nozzel
tersebut memakai pemantik api. Bila tidak nyala atur kembali pengeluaran gas hingga
nyala,
7. Setelah api las nyala, atur nyala api hingga netral,
8. Peganglah blander pada posisi 600 – 700 terhadap permukaan benda kerja (arah maju
pengelasan) dan 900 terhadap arah lain seperti yang terlihat pada gambar kerja,

Kelompok 3 KS-2A 33
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

9. Panaskan benda kerja sampai mencair mulai dari tepi kanan dan arahkan inti nyala api
yang berwarna biru pada satu tempat hingga timbul kawah las, dan atur inti nyala
sekitar 2 – 3 mm di atas bahan yang akan dicairkan/dilas,
10. Tunggulah hingga kawah las mencapai diameter 5mm dan doronglah kawah las
tersebut dengan cara memutar-mutar ujung nozzel dengan tujuan untuk mendapatkan
lebar las yang sama,
11. Setelah selesai, langkah berikutnya yaitu meratakan benda kerja yang terkena
deformasi akibat panas (melengkung) dengan cara menjepit benda kerja tersebut
dengan ragum plat hingga rata. Atau memukul benda kerja tersebut dengan palu baja
di atas landasan paron,
12. Dalam kondisi dingin bersihkan benda kerja dengan sikat kawat dan berilah identitas
yang mengerjakan nomor absen dan kelas dengan memakai block letter dan serahkan
kepada pengajar praktek untuk dinilai,
13. Bila sudah selesai praktek semua peralatan dan lokasi kerja dibersihkan, serta peralatan
dikembalikan kepada teknisi dengan kondisi utuh seperti semula.

Catatan :
1. Untuk membuat garis las pada benda kerja pakailah meteran plat dan penggores
scriber/blade gergaji bekas.
2. Bila pada penyalaan las terjadi letupan kecil maka bersihkan lubang nozzel dengan
jarum pembersih dan perbesar gas asetilin hingga tidak terjadi letupan.
3. Untuk mengurangi deformasi akibat panas maka harus digunakan klem dan las
catat (las pendek)
4. Bila pada saat proses pengelasan terdapat buih, maka artinya terjadi nyala oksidasi.

Kelompok 3 KS-2A 34
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Gambar Kerja

Kelompok 3 KS-2A 35
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

3.1.2 Membuat Jalur Las dan Bahan Tambah

1. Mempersiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan,


2. Memakai pakaian keselamatan dan kesehatan kerja,
3. Memasang/menyetel perlengkapan las gas seperti pada job 1. Bila sudah terpasang
dilanjutkan ke langkah berikutnya,
4. Bukalah katup tabung oksigen dan asetilin pada tabung dengan ketentuan gas oksigen
2.5 - 5 kg/cm2 dan asetilin 0.25 - 0.5 kg/cm2.
5. Letakkan benda kerja di atas meja kerja yang dialasi dengan batu tahan api atau batu
bata merah,
6. Bukalah katup pada blander, untuk katup oksigen diputar sedikit dan untuk katup
asetilin lebih banyak memutarnya dari pada oksigen dan nyalakan mulut nozzel
tersebut memakai pemantik api. Bila tidak nyala atur kembali pengeluaran gas hingga
nyala,
7. Setelah api las nyala, atur nyala api hingga netral,
8. Peganglah blander pada posisi 600 – 700 terhadap permukaan benda kerja (arah maju
pengelasan) dan 900 terhadap arah lain seperti yang terlihat pada gambar kerja,
9. Panaskan benda kerja sampai mencair mulai dari tepi kanan dan arahkan inti nyala api
yang berwarna biru pada satu tempat hingga timbul kawah las, dan atur inti nyala
sekitar 2 - 3 mm di atas bahan yang akan dicairkan/dilas,
10. Tunggulah hingga kawah las mencapai diameter  5mm dan doronglah kawah las
tersebut sambil memasukkan bahan tambah berupa kawat berdiameter 2 - 3 mm pada
posisi 300 - 400 terhadap permukaan benda kerja, putar-putarlah ujung nozzel secara
kontinyu dengan tujuan untuk mendapatkan lebar las yang sama,
11. Setelah selesai, langkah berikutnya yaitu meratakan benda kerja yang terkena
deformasi akibat panas (melengkung) dengan cara menjepit benda kerja tersebut
dengan ragum plat hingga rata. Atau memukul benda kerja tersebut dengan palu baja
di atas landasan paron,
12. Dalam kondisi dingin bersihkan benda kerja dengan sikat kawat dan berilah identitas
yang mengerjakan nomor absen dan kelas dengan memakai block letter dan serahkan
kepada pengajar praktek untuk dinilai,
13. Bila sudah selesai praktek semua peralatan dan lokasi kerja dibersihkan, serta peralatan
dikembalikan kepada teknis dalam kondisi utuh semula.

Kelompok 3 KS-2A 36
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Catatan :
1. Untuk membuat garis las pada benda kerja pakailah meteran plat dan penggores
scriber/blade gergaji bekas.
2. Bila pada penyalaan las terjadi letupan kecil maka bersihkan lubang nozzel dengan
jarum pembersih dan perbesar gas asetilin hingga tidak terjadi letupan.

Kelompok 3 KS-2A 37
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Gambar Kerja

Kelompok 3 KS-2A 38
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

3.1.3 Membuat Sambungan Plat dengan Plat

1. Mempersiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan,


2. Memakai pakaian keselamatan dan kesehatan kerja,
3. Memasang/menyetel perlengkapan las gas seperti pada job 1. Bila sudah terpasang
dilanjutkan ke langkah berikutnya,
4. Bukalah katup tabung oksigen dan asetilin pada tabung dengan ketentuan gas oksigen
2.5 - 5 kg/cm2 dan asetilin 0.25 - 0.5 kg/cm2.
5. Letakkan benda kerja di atas meja kerja yang dialasi dengan batu tahan api atau batu
bata merah,
6. Bukalah katup pada blander, untuk katup oksigen diputar sedikit dan untuk katup
asetilin lebih banyak memutarnya dari pada oksigen dan nyalakan mulut nozzel
tersebut memakai pemantik api. Bila tidak nyala atur kembali pengeluaran gas hingga
nyala,
7. Setelah api las nyala, atur nyala api hingga netral,
8. Peganglah blander pada posisi 600 - 700 terhadap permukaan benda kerja (arah maju
pengelasan) dan 900 terhadap arah lain seperti yang terlihat pada gambar kerja.
9. Panaskan benda kerja sampai mencair mulai dari tepi kanan dan arahkan inti nyala api
yang berwarna biru pada satu tempat hingga timbul kawah las, dan atur inti nyala
sekitar 2 - 3 mm di atas bahan yang akan dicairkan/dilas,
10. Tunggulah hingga kawah las mencapai diameter  5mm dan doronglah kawah las
tersebut sambil memasukkan bahan tambah berupa kawat berdiameter 2 - 3 mm pada
posisi 300 - 400 terhadap permukaan benda kerja, putar-putarlah ujung nozzel secara
kontinyu dengan tujuan untuk mendapatkan lebar las yang sama,
11. Setelah selesai, langkah berikutnya yaitu meratakan benda kerja yang terkena
deformasi akibat panas (melengkung) dengan cara menjepit benda kerja tersebut
dengan ragum baja hingga rata. Atau memukul benda kerja tersebut dengan palu baja
di atas landasan paron,
12. Dalam kondisi dingin bersihkan benda kerja dengan sikat kawat dan berilah identitas
yang mengerjakan nomor absen dan kelas dengan memakai block letter dan serahkan
kepada pengajar praktek untuk dinilai.
13. Bila sudah selesai praktek semua peralatan dan lokasi kerja dibersihkan, serta
peralatan dikembalikan kepada teknis dalam kondisi utuh semula

Kelompok 3 KS-2A 39
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Catatan :
1. Untuk membuat garis las pada benda kerja pakailah meteran plat dan penggores
sciber/blade gergaji bekas.
2. Bila pada penyalaan las terjadi letupan kecil maka bersihkan lubang nozzel dengan
jarum pembersih dan perbesar gas asetilin hingga tidak terjadi letupan.
3. Untuk mengurangi deformasi akibat panas maka harus digunakan klem dan las
catat (las pendek).

Kelompok 3 KS-2A 40
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Gambar Kerja

Kelompok 3 KS-2A 41
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

3.2 LAS LISTRIK

No Nama Alat Gambar


1 Electrode Holder

(penjepit elektroda).

2 Palu Terak.

3 Sarung tangan.

4 Apron.

Kelompok 3 KS-2A 42
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

5 Safety Shoes.

6 Jas lab/wear pack.

7 Mistar Baja.

8 Mesin AC/DC.

9 Sikat Baja.

Kelompok 3 KS-2A 43
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

10 Tang Penjepit.

11 Klem F.

12 Topeng las.

13 Ruang dan meja las listrik.

Kelompok 3 KS-2A 44
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

14 Landasan paron dan palu baja


kepala lancip.

15 Block letter.

b) Job Las Listrik

Tujuan:
1. Mahasiswa diharapkan dapat menyetel perlengkapan las listrik.
2. Mahasiswa diharapkan dapat membuat jalur las tanpa ayunan sebagai dasar awal
pengelasan las listrik elektroda terbungkus.
3. Mahasiswa diharapkan dapat menerapkannya dalam kondisi tertentu pada konstruksi
baja.
4. Mahasiswa diharapkan mengenal tingkat kesulitan pada pekerjaan las sehingga dapat
mengatasi dari kesulitan tersebut dan dapat mengenal las yang baik maupun yang
kurang baik secara pengamatan visual.
5. Untuk mengetahui apa yang menjadi kendala dalam proses pengelasan.

Syarat:
1. Telah mempelajari teori keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Telah mempelajari teori praktek las listrik.
3. Pakailah peralatan sesuai fungsinya.
4. Mengikuti arahan yang dijelaskan oleh Instruktur.

Kelompok 3 KS-2A 45
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

3.2.1 Membuaut Jalur Las


1. Mempersiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan,
2. Memakai alat pelindung diri (APD) sebelum melaksanakan praktikum,
3. Membuat garis pedoman pada benda kerja menggunakan kapur atau penggoreng scriber,
dengan jarak 2,5 cm antar garis nya dan garis batas pinggir 0,5 sampai 1 cm.
4. Memasang/menyetel perlengkapan las listrik dengan langkah sebagai berikut:
a) Pasang kabel elektroda dan masa pada mesin las, yang mana kabel elektroda dan
massa untuk jenis elektroda yang akan dipakai bisa dihubungkan pada kutub positif
atau negatif (DC±),
b) Pasang kabel mesin las pada jaringan yang telah disediakan,
c) Tempatkan benda kerja pada meja las yang terbuat dari baja,
d) Pasang elektroda pada penjepit elektroda dan pasang klem masa pada meja las.
5. Atur handle ampere yang ada pada mesin las sesuai dengan kebutuhan, dalam hal ini
ampere yang akan digunakan antara 80 - 120 ampere. Pengelasan pada plat tipis yaitu 3
mm digunakan amper sekitar 80 - 100 ampere untuk diameter elektroda 2,6 mm,
6. Nyalakan/hidupkan mesin las,
7. Tempatkan elektroda di atas benda kerja sekitar 10 mm dan tutuplah muka dengan
topeng las kemudian mulailah menyalakan elektroda dengan cara digoreskan atau
dihentakan pada daerah benda kerja yang akan dilas,
8. Setelah nyala atur posisi pengelasan 70 - 800 ke arah jalur yang akan dilas (lihat gambar
kerja) dan aturlah jarak busur elektroda terhadap benda kerja sekitar diameter elektroda
yang dipakai. Gerakan ujung elektroda lurus atau zig-zag. Dan usahakan gerakan yang
dilakukan konstan agar didapatkan hasil yang seragam,
9. Setelah selesai, matikan mesin las lalu bersihkan hasil pengelasan dengan cara pukul
hasil lasan memakai palu terak dan bersihkan hasil pengelasan memakai pahat dan sikat
kawat,
10. Berilah indentitas pada benda uji dengan menggunakan block letter yang dipukul
menggunakan palu baja di aats landasan paron,
11. Setelah selesai praktek matikan mesin las dan semua peralatan berikut lokasi kerja
dibersihkan, serta peralatan dikembalikan kepada teknisi dengan kondisi utuh seperti
semula.
Catatan:

Kelompok 3 KS-2A 46
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Apabila elektroda habis sebelum jalur las selesai, maka harus diadakan penyambungan
jalur las, maka bersihkan daerah yang akan disambung dari terak dengan memakai palu
terak dan sikat kawat.
Gambar kerja

Kelompok 3 KS-2A 47
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

3.2.2 Membuat Sambungan Plat dengan Plat


1. Mempersiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan,
2. Memakai alat pelindung diri (APD) sebelum melaksanakan praktikum,
3. Memasang/menyetel perlengkapan las listrik dengan langkah sebagai berikut:
a) Pasang kabel elektroda dan masa pada mesin las, yang mana kabel elektroda dan
massa untuk jenis elektroda yang akan dipakai bisa dihubungkan pada kutub positif
atau negatif (DC±),
b) Pasang kabel mesin las pada jaringan yang telah disediakan,
c) Tempatkan benda kerja pada meja las yang terbuat dari baja,
d) Pasang elektroda pada penjepit elektroda dan pasang klem masa pada meja las.
4. Atur handle ampere yang ada pada mesin las sesuai dengan kebutuhan, dalam hal ini
ampere yang akan digunakan antara 80 - 120 ampere. Pengelasan pada plat tipis yaitu 3
mm digunakan amper sekitar 80 - 100 ampere untuk diameter elektroda 2,6 mm,
5. Simpan benda uji yang akan di las dan pastikan posisinya terkunci. Gunakan klem untuk
menyatukan dua buah plat tersebut,
6. Nyalakan mesin las,
7. Buat titik-titik diujung ujung dan tengah plat,
8. Tempatkan elektroda diatas benda kerja sekitar 10 mm dan tutuplah muka dengan
topeng las, lalu nyalakan elektroda dengan cara digoreskan atau dihentakan,
9. Setelah menyala, atur posisi pengelasan sudut pengelasan 70 - 800 ke arah jalur yang
akan di las dan 450 miring terhadap plat yang disambung dan jarak pengelasan sekitar
diameter elektroda yang dipakai. Gerakan ujung elektroda secara melingkar atau zig-
zag,
10. Setelah selesai, matikan mesin las lalu bersihkan hasil pengelasan dengan cara pukul
hasil lasan memakai palu terak dan bersihkan hasil pengelasan memakai pahat dan sikat
kawat,
11. Berilah indentitas pada benda uji dengan menggunakan block letter yang dipukul
menggunakan palu baja di atas landasan paron,
12. Semua peralatan berikut lokasi kerja dibersihkan, serta peralatan dikembalikan kepada
teknisi dengan kondisi utuh seperti semula.
Catatan:

Kelompok 3 KS-2A 48
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Apabila elektroda habis sebelum jalur las selesai, maka harus diadakan penyambungan
jalur las, maka bersihkan daerah yang akan disambung dari terak dengan memakai palu
terak dan sikat kawat.

Gambar Kerja

Kelompok 3 KS-2A 49
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

3.2.3 Membuat Sambungan Tumpu

1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan,


2. Gunakan alat pelindung diri (APD) sebelum melaksanakan praktikum,
3. Memasang/menyetel perlengkapan las listrik dengan langkah sebagai berikut:
a) Pasang kabel elektroda dan masa pada mesin las, yang mana kabel elektroda dan
massa untuk jenis elektroda yang akan dipakai bisa dihubungkan pada kutub positif
atau negatif (DC±),
b) Pasang kabel mesin las pada jaringan yang telah disediakan,
c) Tempatkan benda kerja pada meja las yang terbuat dari baja,
d) Pasang elektroda pada penjepit elektroda dan pasang klem masa pada meja las.
4. Atur handle ampere yang ada pada mesin las sesuai dengan kebutuhan, dalam hal ini
ampere yang akan digunakan antara 80 - 120 ampere. Pengelasan pada plat tipis yaitu 3
mm digunakan amper sekitar 80 - 100 ampere untuk diameter elektroda 2,6 mm,
5. Simpan benda uji yang akan di las dan pastikan posisinya terkunci. Gunakan klem untuk
menyatukan dua buah plat tersebut, dalam posisi saling berimpit dengan lebar yang
saling berimpit sekitar 1 cm,
6. Nyalakan mesin las,
7. Buat titik–titik diujung ujung dan tengah plat,
8. Tempatkan elektroda diatas benda kerja sekitar 10 mm dan tutuplah muka dengan
topeng las, lalu nyalakan elektroda dengan cara digoreskan atau dihentakan,
9. Setelah menyala, atur posisi pengelasan sudut pengelasan 70 - 800 ke arah jalur yang
akan di las dan 450 miring terhadap plat yang disambung dan jarak pengelasan sekitar
diameter elektroda yang dipakai. Gerakan ujung elektroda secara melingkar atau zig-
zag,
10. Setelah selesai, matikan mesin las lalu bersihkan hasil pengelasan dengan cara pukul
hasil lasan memakai palu terak dan bersihkan hasil pengelasan memakai pahat dan sikat
kawat,
11. Berilah indentitas pada benda uji dengan menggunakan block letter yang dipukul
menggunakan palu baja di atas landasan paron,

Kelompok 3 KS-2A 50
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

12. Bila sudah selesai praktek matikan mesin las, dan semua peralatan berikut lokasi kerja
dibersihkan, serta peralatan dikembalikan kepada teknisi dengan kondisi utuh seperti
semula.

Catatan:
Apabila elektroda habis sebelum jalur las selesai, maka harus diadakan penyambungan
jalur las, maka bersihkan daerah yang akan disambung dari terak dengan memakai palu
terak dan sikat kawat.

Kelompok 3 KS-2A 51
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Gambar Kerja

Kelompok 3 KS-2A 52
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

3.3 Job Aplikasi


- PERALATAN DAN BAHAN
a. ALAT UTAMA

No Nama Alat Gambar Keterangan

1. Kunci Pas.
Untuk membuka memasang
kembali mur dan baut pada
rangka jembatan

2. Kunci Ring.

Untuk membuka dan


memasang kembali mur dan
baut pada rangka jembata

3. Palu Cakar

Untuk mempermudah
pembukaan mur dan baut
yang terlalu kencang

Kelompok 3 KS-2A 53
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

4. Pipa Baja

Untuk mempermudah
pembukaan mur dan baut
dengan cara menjadi kunci
pas

5. Sarung Tangan

Untuk melindungi tangan


dari goresan akibat rangka
jembatan

b. Bahan

No Nama Bahan Gambar Keterangan

1. Baut dan Mur

8M x 25 Untuk mengencangkan dan


mempersolid rangka
jembatan, dan
menggantikan mur dan
baut yang sudah usang.

Kelompok 3 KS-2A 54
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

2. Kapur Tulis

Untuk menandai bagian-


bagian dari rangka
jembatan

3. Cat Besi

Untuk mengcat rangka


jembatan yang sudah
berkarat dan using

4. Thinner

Untuk membersihkan cat


yang berceceran

Kelompok 3 KS-2A 55
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

3.3.1 Langkah kerja job Aplikasi bongkar pasang rangka jembatan baja

1. Gunakan perlengkapan kerja yang sesuai dengan K3,


2. Siapkan jembatan rangka batang yang akan dibongkar,
3. Tentukan bagian tengah dari jembatan,
4. Beri tanda pada bagian jembatan seperti (A1kanan,B1kiri, atau D1kanan),
5. Mulai lah pembongkaran dari 1 bagian dulu untuk memudahkan dalam pengelompokan,
6. Mulai pembongkaran dengan menggunakan kunci pas ukuran diameter 13 dan kunci
putar sebagai penahan atau sebaliknya,
7. Masukan baut dan mur bekas ke dalam suatu wadah,
8. Buatlah gambar proyeksi dari jembatan di tempat yang agak luas untuk memudahkan
pengelompokan dari susuan jembatan rangka batang,
9. Setelah selesai 1 sisi, lanjutkan pada sisi selanjutnya dan ulangi langkah ke 5 – 7,
10. Setelah semua bagian jembatan dapat terbongkar, bersihkan karat yang ada di setiap
baja dari jembatan dengan menggunakan sikat kawat dan amplas hingga karat hilang,
11. Siapkan cat, kuas, dan thinner. Rendam kuas ke thinner jika kuas masih dalam keadaan
keras, lalu tuangkan sedikit thinner ke dalam cat,
12. Setelah bagian-bagian bersih dari karat, lakukan pengecatan untuk melindungi baja dari
karat, dalam praktik kali ini digunakan warna hitam untuk mengecat
13. Siapkan terpal atau alas untuk menyimpan baja yang telah dicat di bawah terik matahari,
14. Tunggu hingga baja benar-benar kering,
15. Kelompokan kembali bagian-bagian jembatan menurut jenisnya dan letak nya,
16. Siapkan mur dan baut yang baru ditambah dengan kunci pas ukuran diameter 13 dan
kunci putar,
17. Pasang bagian jembatan satu demi satu, untuk mempercepat pemasangan kembali,
bagilah kelas menjadi tiga kelompok untuk pemasangan, dan lakukan pengerjaan
pemasangan pada tiap sisi jembatan yang berbeda,
18. Catatan dalam pemasangan adalah jangan dulu memasangkan mur dengan kunci, namun
dengan tangan terlebih dahulu,
19. Setelah tiap sisi terpasang semuanya, barulah rangkai tiap-tiap sisi agar kembali menjadi
satu bagian yang utuh,
20. Periksa kembali apabila ada bagian yang belum dipasang dengan mur,
21. Setelah semua bagian terpasang, barulah kencangankan mur dengan menggunakan
kunci pas.

Kelompok 3 KS-2A 56
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

DIMENSI PANJAN JUMLA


NO KODE GAMBAR
(mm) G (cm) H

A1kr L 50.20.3 56,8 2


1

2 A2kr L 50.20.3 52 2

3 A3kr L 50.20.3 50,7 2

4 A4kr L 50.20.3 50,5 2

5 A5kr L 50.20.3 51 2

6 A6kr L 50.20.3 49,8 2

7 A1kn L 50.20.3 56,8 2

8 A2kn L 50.20.3 52 2

9 A3kn L 50.20.3 50,7 2

10 A4kn L 50.20.3 50,5 2

11 A5kn L 50.20.3 51 2

Kelompok 3 KS-2A 57
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

12 A6kn L 50.20.3 49,8 2

13 D1kr L 30.17.2 49,4 1

14 D2kr L 30.17.2 58,2 1

15 D3kr L 30.17.2 60,3 1

16 D4kr L 30.17.2 64,2 1

17 D5kr L 30.17.2 65,5 1

18 D1kn L 30.17.2 49,4 1

19 D2kn L 30.17.2 58,2 1

20 D3kn L 30.17.2 60,3 1

21 D4kn L 30.17.2 64,2 1

22 D5kn L 30.17.2 65,5 1

23 V1kr L 30.17.2 25 1

24 V2kr L 30.17.2 34,7 1

Kelompok 3 KS-2A 58
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

25 V3kr L 30.17.2 41,6 1

26 V4kr L 30.17.2 45,6 1

27 V5kr L 30.17.2 48,4 1

28 V1kn L 30.17.2 25 1

29 V2kn L 30.17.2 34,7 1

30 V3kn L 30.17.2 41,6 1

31 V4kn L 30.17.2 45,6 1

32 V5kn L 30.17.2 48,4 1

33 B1kr L 50.20.2 102,3 2

34 B2kr L 50.20.2 100,07 2

35 B3kr L 50.20.2 50,3 2

36 B4kr L 50.20.2 49,5 1

37 B1kn L 50.20.2 102,3 2

Kelompok 3 KS-2A 59
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

38 B2kn L 50.20.2 100,07 2

39 B3kn L 50.20.2 50,3 2

40 B4kn L 50.20.2 49,5 1

41 GM1 L 50.30.3 94 2

42 GM2 L 50.30.3 94 1

43 GM3 L 50.30.3 94 2

44 GM4 L 50.30.3 94 2

45 GM5 L 50.30.3 94 2

46 DGM1Kr L 17.17.2 67 1

47 DGM2Kr L 17.17.2 67 1

48 DGM3Kr L 50.30.3 67 2

Kelompok 3 KS-2A 60
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

49 DGM4Kr L 50.30.3 67 2

50 DGM5Kr L 50.30.3 66,7 1

51 DGM6Kr L 50.30.3 64,5 1

52 DGM1Kn L 17.17.2 67 1

53 DGM2Kn L 17.17.2 67 1

54 DGM3Kn L 50.30.3 67 2

55 DGM4Kn L 50.30.3 67 2

56 DGM5Kn L 50.30.3 66,7 1

57 DGM6Kn L 50.30.3 64,5 1

Kelompok 3 KS-2A 61
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

BAUT YANG DIGUNAKAN

Baut yang digunakan yaitu M8 X 25, yang maksudnya, M adalah jenis ulir metric, 8
adalah diameter batang baut yaitu 8mm dan 25 adalah panjang batang baut yaitu 25 mm,
sementara itu kepala baut berdiameter 14 mm.

JUMLAH
NO KODE GAMBAR
BAUT

1 PS-A-KR 1 8

2 PS-A-KR 2 6

3 PS-A-KR 3 10

4 PS-A-KR 4 6

5 PS-A-KR 5 10

6 PS-A-KN 1 8

Kelompok 3 KS-2A 62
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

7 PS-A-KN 2 6

8 PS-A-KN 3 10

9 PS-A-KN 4 6

10 PS-A-KN 5 10

11 PS-B-KR 1 6

12 PS-B-KR 2 7

13 PS-B-KR 3 11

Kelompok 3 KS-2A 63
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

14 PS-B-KR 4 7

15 PS-B-KR 5 11

16 PS-B-KR 6 7

17 PS-B-KN 1 6

18 PS-B-KN 2 7

19 PS-B-KN 3 10

20 PS-B-KN 4 6

Kelompok 3 KS-2A 64
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

21 PS-B-KN 5 10

22 PS-B-KN 6 6

23 PS-G 1 10

24 PS-G 2 20

25 PS-G 3 8

26 PS-G-KR 1 8

Kelompok 3 KS-2A 65
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

27 PS-G-KR 2 6

28 PS-G-KR 3 14

29 PS-G-KR 4 8

30 PS-G-KR 5 12

31 PS-G-KR 6 14

32 PS-G-KN 1 8

33 PS-G-KN 2 6

Kelompok 3 KS-2A 66
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

34 PS-G-KN 3 14

35 PS-G-KN 4 8

36 PS-G-KN 5 12

37 PS-G-KN 6 14

TOTAL BAUT 336

Kelompok 3 KS-2A 67
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Kelompok 3 KS-2A 68
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Kelompok 3 KS-2A 69
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

Kelompok 3 KS-2A 70
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah mengikuti praktek kerja las di laboratorim konstruksi baja pada selama
±10 hari, dan membuat laporan praktikumnya, akhirnya penulis dapat menyimpulkan
semua kegiatan praktikum ini sebagai berikut :

1. Secara umum ada 6 teknik dalam pengelasan, baik las gas ataupun las listrik
diantaranya;
a. Teknik Pengelasan Maju
b. Teknik Pengelasan Mundur
c. Posisi Pengelasan Di Bawah Tangan
d. Posisi Pengelasan Datar (Horizontal)
e. Posisi Pengelasan Tegak (Vertical )
f. Posisi Pengelasan Diatas Kepala (Overhead)
2. Mengelas adalah salah satu cara menyambungkan baja yang paling banyak
digunakan oleh masyarakat. Terdapat dua jenis pengelasan yaitu las gas dan las
listrik. Las gas adalah pengelasan yang dilaksanakan dengan pencampuran 2 jenis
gas sebagai pembentuk nyala api dan sebagai sumber panas. Sedangkan las listrik
adalah suatu proses penyambungan logam dengan menggunakan tenaga listrik
sebagai sumber panas.
3. Dalam pengelasan di butuhkan peralatan dan bahan pegelasan, seperti tabung
oksigen, tabung asitelin, regulator, tip, mesin listrik, dan sebagai nya. Sehingga
dibutuhkan pengetahun mengenai bagian-bagian dan fungsi setiap bagian tersebut.
4. Untuk proses dan hasil yang baik dari pengelasan di butuhkan teknik dan ketelitian
dari setiap pekerjaannya.
Mengelas dapat menyebabkan beberapa kecelakaan yang berakibat buruk namun
dapat diminimalisir dengan alat keselamatan dan kesehatan kerja. Ada beberapa

Kelompok 3 KS-2A 71
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

macam alat K3 yang digunakan diantaranya topeng las, sarung tangan, apron, safety
shoes, dan lain sebagainya.

4.2 Saran
Saran yang penulis dapat sampaikan setelah mengikuti praktikum di laboratoriun
konstruksi baja dan menyusun laporan praktikumnya adalah:
1. Ketika akan melakukan pekerjaan las, mahasiswa dan mahasiswi hendaknya selalu
memperhatikan keselamatan kerja dengan memakai pakaian las dengan lengkap
agar tidak terjadi kecelakaan sewaktu proses pengejaan las.
2. Diperlukannya kejujuran dalam melaksanakan semua job yang diberikan dan dalam
pengambilan plat baja harus sesuai dengan jatah masing-masing job.
3. Jika mengalami kesulitan ketika sedang melaksanakan job, segera konsultasikan
kepada dosen pembimbing agar job yang telah dibuat tidak salah
4. Dalam penyusunan laporan praktikum juga diperlukan berbagai macam sumber agar
dalam penyusunan laporan lebih baik.

Kelompok 3 KS-2A 72
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

4.3 lampiran

Kelompok 3 KS-2A 73
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext. 266 Bandung

DAFTAR PUSTAKA
1. Oka. 2013. Keselamatan kerja. http://lookallup.blogspot.com/2011/11/alat-
keselamatan
kerjalaslistrik.html
2. http://rozaqml.blogspot.com/2015/01/laporan-praktikum-pengelasan.html
3. 02-Bahan Ajar Las Listrik.ppt .Bandung: Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri
Bandung

Kelompok 3 KS-2A 74

Anda mungkin juga menyukai