Seorang Perempuan Berusia 55 tahun dengan Hipertensi Urgency dan Herpes Zooster
Pembimbing
Diterjemahkan oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2018
CASE REPORT
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Pembimbing Ilmu Penyakit Dalam
Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Pembimbing
Dipresentasikan di hadapan
STATUS PASIEN
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. SR
Alamat : Suruh Pendem
Umur : 55 tahun
No. RM : 1790xx
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Status : Menikah
Tanggal masuk Rumah Sakit : 24 Mei 2018
2. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Sakit kepala dan sakit perut.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Dua hari sebelum masuk rumah sakit pasien megeluhkan panas
pada telinga kanan yang menjalar ke muka. Panas pada telinga disertai
dengan rasa nyeri dan terdapat dompo pada telinga kanan pasien.
Keluhan tersebut dirasakan sepanjang hari, dan tidak ada factor yang
memperingan keluhan tersebut. Keluhan nyeri kepala (-), mual (+),
muntah (-), nyeri perut (-) demam (-) batuk (-) pilek (-). Kemudian
pasien berobat ke dokter pada keesokan harinya, dan pasien mengaku
mendapatkan obat suntikan pereda rasa nyeri yang diberikan dokter,
dan membawa obat pulang yaitu Omeprazole 2x20 mg, Ranitidine
2x150mg, dan Levovloksasin 2x500mg.
Pasien datang ke IGD RSUD Karanganyar dengan keluhan
nyeri perut yang juga dirasakan sejak malam hari sebelum masuk
rumah sakit. Nyeri dirasakan pada seluruh perut. Keluhan tersebut
dirasakan mendadak setelah pasien mengkonsumsi obat dari dokter
(Omeprazole 2x20 mg, Ranitidine 2x150mg, dan Levovloksasin
2x500mg). Pasien mengaku tidak ada faktor yang memperberat serta
memperingan nyeri perut. Keluhan nyeri dirasakan terus menerus
sepanjang malam hingga mengganggu kualitas tidur pasien.
.Pasien juga mengeluhkan sakit kepala. Keluhan dirasakan
sejak malam hari sebelum masuk rumah sakit. Sakit kepala dirasakan
pada semua bagian kepala. Kepala terasa seperti diikat. Pasien
mengatakan tidak ada yang memperberat dan memperingan sakit
kepala. Sakit kepala tidak disertai keluhan badan atau lingkungan
terasa berputar. Keluhan sudah pernah dirasakan pasien sebelumnya,
tetapi tidak sampai seberat saat ini.
Pasien juga mengeluhkan mual dan tidak sampai muntah sejak
pagi hari sebelum masuk Rumah sakit. Keluhan tidak diperberat dan
diperingan oleh makanan.
Pasien juga mengatakan badan terasa lemas. Keluhan
dirasakan bersamaan dengan sakit kepala. Pasien tidak memiliki
riwayat anemia, dan hari ini sudah sarapa. Pasien mengatakan, sudah
memiliki riwayat tekanan darah tinggi kurang lebih 5 tahun lamanya.
Pasien biasa mengkonsumsi obat penurun tensi yaitu amlodipin 5 mg
yang didapat dari dokter puskesmas. Namun, sudah 2 bulan ini obat
habis dan pasien tidak pernah kontrol lagi. Tekanan darah tertinggi
dari pasien selama setahun adalah 160 dan terendah 130 (systole,
untuk diastole pasien tidak ingat).
Pasien juga mengatakan kurang memperhatikan kebiasaan
makannya. Sehingga ketika ditanya mengenai konsumsi garam
berlebihan pasien kurang paham.
d. Riwayat Kebiasaan
- Riwayat Merokok : disangkal
- Riwayat Konsumsi alkohol : disangkal
- Riwayat Konsumsi NAPZA : disangkal
3. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak Lemah
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 210/130 mmHg
Frekuensi nadi : 96 x/menit
Frekuensi nafas : 18 x/menit
Suhu : 36,7oC
Berat badan : 61 Kg
Tinggi badan : 156 cm
Status gizi : Over weight (IMT 26 kg/m2)
Status generalis
Kepala-Leher
Kulit : Berwarna sawo matang, ikterus (-), sianosis (-)
Thorax
Inspeksi :
Bentuk dan ukuran : Bentuk dada kiri dan kanan simetris, barrel
chest (-), pergerakan dinding dada simetris
Permukaan dada : Papula (-), purpura (-), ekimosis (-), spider
naevi (-), massa (-), ictus cordis : tidak terlihat
Iga dan sela iga : Pelebaran ICS (-), retraksi (-)
Fossa jugularis : Tidak tampak deviasi
Tipe pernafasan : Torako-abdominal
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi :
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Ekstremitas
- Akral hangat
- Tidak ada deformitas
- Tidak ada massa
- Tidak ada clubbing finger
- Tidak ada edema
Gennitalia
Tidak dilakukan pemeriksaan.
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Laboratorium
LAB RESULT FLAGS UNIT NORMAL
Hemoglobin 12,9 G/% 12-16
Hematokrit 43,5 Vol% 37.00-47.00
Lekosit 8,39 /mm3 5-10
Trombosit 266 Mm3 150-300
Eritrosit 4,72 Juta/ ul 4.00-5.00
MPV 8.7 fL 6.5-12.0
PDW 146,3 9.0-17.0
MCV 92,3 Fl 82.0-92.0
MCH 27,3 Pg 27.0-31.0
MCHC 29,6 % 32.0-37.0
Gran% 79.6 % 50.0-70.0
Limfosit% 12,3 % 25.0-40.0
Monosit% 7.0 % 3.0-9.0
- GDS : 157 mg/dl
- Fungsi ginjal
Pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan
Ureum 22 10,0-50,0 mg/dl
Kreatinin 0,83 0,6-1,1 mg/dl
- EKG
Interpretasi :
- Frekuensi : 300/4 = 75x/menit
- Ritme :
o Reguler
o Interval PR = 4x0.04 = 0.16 (N= 0.12-0.20)
o Interval QRS = 2x0.04 = 0.08 (N = 0.06-0.10)
o Dropped beats (-)
o Pause (-)
- Jenis irama : irama sinus
- Zona transisi : V2-V3
- Aksis : lead I (+) dan aVF (+) = normal
- Gelombang T: T inverted pada V1-V4
- Kesimpulan: Ischemic antero septal
5. DIAGNOSIS
- Hipertensi Emergency
- Ischemic Heart Disease
- Herpes Zooster
6. PENATALAKSANAAN
a. Preventif : Diet rendah garam, olahraga teratur, menghindari faktor
risiko seperti stress
b. Kuratif :
Terapi Medikamentosa :
- Inf. RL 20 tpm
- Inj. Cefotaxime 1gr/12 jam
- Cetirizine 1x10mg
- Amlodipine 1x10mg
- Captopril 2x25mg
- Clonidine 2x10 tab
- Acyclovir 5x800mg
Terapi nonmedikamentosa :
- Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.
- Menghindari stress.
- Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat. Anjurkan kepada
pasien penderita hipertensi untuk melakukan olahraga senam
aerobic atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali
seminggu.
- Konsultasi dengan dokter spesialis kulit dan kelamin
7. PROGNOSIS
- Quo ad vitam : Dubia ad bonam
- Quo ad functionam : Dubia ad bonam
- Quo ad sanactionam : Dubia ad bonam
8. FOLLOW UP
Tanggal Pemeriksaan
24-05-2018 S/ sakit kepala (+), terasa panas dan nyeri pada daerah yang terkena
dompo, nafsu makan menurun (+), nyeri dada (-), nyeri perut (+),
sesak nafas (-)
P/
- Inf. RL 20 tpm
- Inj. Cefotaxime 1gr/12 jam
- Cetirizine 1x10mg
- Amlodipine 1x10mg
- Captopril 2x25mg
- Clonidine 2x10 tab
- Acyclovir 5x800mg
25-05-2018 S/ sakit kepala (+) berkurang , panas dan nyeri pada daerah yang
terkena dompo, nafsu makan menurun (+), mata kanan teraa sakit,
nyeri perut berkurang, nyeri dada (-), sesak nafas (-)
A/ HT Emergency terkontrol
Herpes Zooster
P/
- Inf. RL 20 tpm
- Inj. Cefotaxime 1gr/12 jam
- Cetirizine 1x10mg
- Amlodipine 1x10mg
- Captopril 2x25mg
- Clonidine 2x10 tab
26-05-2018 S/ sakit kepala (-), terasa panas dan nyeri pada daerah yang terkena
dompo, nafsu makan (+), nyeri dada (-), sesak nafas (-), nyeri perut
(-), mual (-)
P/
- Inf. RL 20 tpm
- Inj. Cefotaxime 1gr/12 jam
- Cetirizine 1x10mg
- Amlodipine 1x10mg
- Captopril 2x25mg
- Clonidine 2x10 tab
28/5/18 S/ sakit kepala (-), terasa panas dan nyeri pada daerah yang terkena
dompo berkurang (+), nafsu makan (+), nyeri dada (-), sesak nafas
(-)
A/ HT Emergency terkontrol
Herpes Zooster
P/
- Inf. RL 20 tpm
- Inj. Cefotaxime 1gr/12 jam
- Cetirizine 1x10mg
- Amlodipine 1x10mg
- Captopril 2x25mg
- Clonidine 2x10 tab
Pasien BLPL
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. HIPERTENSI
1. DEFINISI
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah diukur
dengan spygmomanometer yang telah dikalibrasi dengan tepat (80% dari
ukuran manset menutupi lengan) setelah pasien beristirahat nyaman, posisi
duduk punggung tegak atau terlentang paling sedikit selama 5 menit
sampai 30 menit setelah merokok atau minum kopi.
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai
hipertensi esensial. Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi
primer untuk membedakannyadengan hipertensi lain yang sekunder karena
sebab-sebab yang diketahui.
2. EPIDEMIOLOGI
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang
memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke
untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan
untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam
kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara
yang ada di dunia. Semakin meningkatnya populasi usia lanjut maka
jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah.
Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara
berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di
perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini
didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan
penduduk saat ini.
3. ETIOLOGI
Penyebab hipertensi esensial tidak diketahui dengan pasti.
Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus.
Hipertensi ini disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan. Hipertensi
sekunder disebabkan oleh faktor primer yang diketahui yaitu seperti
kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, stres akut, kerusakan vaskuler
dan lain-lain. Adapun penyebab paling umum pada penderita hipertensi
maligna adalah hipertensi yang tidak terobati. Risiko relatif hipertensi
tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko yang dapat
dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.
4. FAKTOR RISIKO
Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor
genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat
dimodifikasi meliputi stres, obesitas dannutrisi.
a. Faktor genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan
menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi.
Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler
dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu
dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali
lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu
didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat
hipertensi dalam keluarga.
b. Umur
Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan
umur. Pasien yang berumur di atas 60 tahun, 50 – 60 %
mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90
mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada
orang yang bertambah usianya. Hipertensi merupakan penyakit
multifaktorial yang munculnya oleh karena interaksi berbagai
faktor. Dengan bertambahnya umur, maka tekanan darah juga akan
meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami
penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada
lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur
menyempit dan menjadi kaku.
Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan
pembuluh darah besar yang berkurang pada penambahan umur
sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik
meningkat sampai decade kelima dan keenam kemudian menetap
atau cenderung menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan
beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan
resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah
yaitu reflex baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya sudah
berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana
aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun.
c. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan
wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler
sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami menopause
dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam
meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar
kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam
mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan
estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada
usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan
sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi
pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana
hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan
umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada
wanita umur 45-55 tahun.
d. Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam
dari pada yang berkulit putih.Sampai saat ini, belum diketahui
secara pasti penyebabnya. Namun pada orang kulit hitam
ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap
vasopressin lebih besar.
e. Obesitas
Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan
darah pada kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Menurut
National Institutes for Health USA (NIH, 1998), prevalensi
tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh
(IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk
wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17%
untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi normal
menurut standar internasional).
f. Pola asupan garam dalam diet
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization
(WHO) merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat
mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang
direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4
gram sodium atau 6 gram garam) perhari.
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi
natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk
menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga
volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume
cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume
darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi.
Karena itu disarankan untuk mengurangi konsumsi
natrium/sodium. Sumber natrium/sodium yang utama adalah
natrium klorida (garam dapur), penyedap masakan monosodium
glutamate (MSG), dan sodium karbonat.
Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang
dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu
sendok teh. Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih karena
budaya masakmemasak masyarakat kita yang umumnya boros
menggunakan garam dan MSG.
g. Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok
berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi
maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami
ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr.
Thomas S Bowman dari Brigmans and Women’s Hospital,
Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada
riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan
perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok perhari
dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek
terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan
dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada
kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang
perhari.
h. Tipe kepribadian
Secara statistik pola perilaku tipe A terbukti berhubungan
dengan prevalensi hipertensi. Pola perilaku tipe A adalah pola
perilaku yang sesuai dengan kriteria pola perilaku tipe A dari
Rosenman yang ditentukan dengan cara observasi dan pengisian
kuisioner self rating dari Rosenman yang sudah dimodifikasi.
Mengenai bagaimana mekanisme pola perilaku tipe A
menimbulkan hipertensi banyak penelitian menghubungkan
dengan sifatnya yang ambisius, suka bersaing, bekerja tidak pernah
lelah, selalu dikejar waktu dan selalu merasa tidak puas. Sifat
tersebut akan mengeluarkan katekolamin yang dapat menyebabkan
prevalensi kadar kolesterol serum meningkat, hingga akan
mempermudah terjadinya aterosklerosis. Stress akan meningkatkan
resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan
menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stress ini dapat
berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan
karakteristik personal.
5. MANIFESTASI KLINIS
Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita
hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal
hipertensi yaitu sakit kepala, pusing, gelisah, jantung berdebar,
perdarahanhidung, sukar tidur, sesak nafas, cepat marah, telinga
berdenging, tekuk terasa berat, berdebar dan sering kencing di malam hari.
Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai meliputi
gangguan penglihatan, saraf, jantung, fungsi ginjal dan gangguan serebral
(otak) yang mengakibatkan kejang dan perdarahan pembuluh darah otak
yang mengakibatkan kelumpuhan, ganguan kesadaran hingga koma .
6. PATOFISIOLOGI
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya
angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme
(ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan
darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati.
Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah
menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I
diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki
peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH)
dan rasa haus.
ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja
pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan
meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh
(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggiosmolalitasnya. Untuk
mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkandengan
cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah
meningkatyang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks
adrenal.Aldosteronmerupakan hormon steroid yang memiliki peranan
penting pada ginjal. Untuk mengaturvolume cairan ekstraseluler,
aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengancara
mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan
diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler
yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
Patogenesis dari hipertensi esensial merupakan multifaktorial dan
sangat komplek.Faktor-faktor tersebut merubah fungsi tekanan darah
terhadap perfusi jaringan yang adekuat meliputi mediator hormon,
aktivitas vaskuler, volume sirkulasi darah, kaliber vaskuler, viskositas
darah, curah jantung, elastisitas pembuluh darah dan stimulasi
neural.Patogenesishipertensi esensial dapat dipicu oleh beberapa faktor
meliputi faktor genetik, asupan garamdalam diet, tingkat stress dapat
berinteraksi untuk memunculkan gejala hipertensi.
Perjalanan penyakit hipertensi esensial berkembang dari hipertensi
yang kadang-kadang muncul menjadi hipertensi yang persisten. Setelah
periode asimtomatik yang lama, hipertensi persisten berkembang menjadi
hipertensi dengan komplikasi, dimana kerusakan organ target di aorta dan
arteri kecil, jantung, ginjal, retina dan susunan saraf pusat. Progresifitas
hipertensi dimulai dari prehipertensi pada pasien umur 10-30 tahun
(dengan meningkatnya curah jantung) kemudian menjadi hipertensi dini
pada pasien umur 20-40 tahun (dimana tahanan perifer meningkat)
kemudian menjadi hipertensi pada umur 30-50 tahun dan akhirnya
menjadi hipertensi dengan komplikasi pada usia 40-60 tahun.
7. PENATALAKSANAAN
Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara
bertahap dan target tekanan darah tinggi dicapai secara progresif dalam
beberapa minggu. Dianjurkan untuk menggunakan obat antihipertensi
dengan masa kerja panjang atau yang memberikan efikasi 24 jam dengan
pemberian sekali sehari. Pilihan memulai terapi dengan 1 jenis obat
antihipertensi atau dengan kombinasi tergantung tekanan darah awal dan
ada tidaknya komplikasi. Jika terapi dimulai dengan 1 jenis obat dalam
dosis rendah dan kemudian tekanan darah belum mencapai target, maka
langkah selanjutnya adalah meningkatkan dosis obat tersebut atau
berpindah ke antihipertensi lain dengan dosis rendah.
Efek samping umumnya bisa dihindarkan dengan dosis rendah baik
tunggal maupun kombinasi. Sebagian besar pasien memerlukan kombinasi
obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah tetapi terapi
kombinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan dan menurunkan
kepatuhan pasien karena jumlah obat yang semakin bertambah.
Kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien
hipertensi adalah:
CCB dan BB
CCB dan ACEI atau ARB
CCB dan diuretika
AB dan BB
Kadang diperlukan 3 atau 4 kombinasi obat
BAB III
PEMBAHASAN
8. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi antara lain:
Aterosklerosis
Penyakit jantung koroner
Penyakit arteri perifer atau penyakit oklusi arteri perifer
Aneurisma
Gagal jantung
Stroke
Edema paru
Gagal ginjal
Kebutaan (pecahnya pembuluh darah pada mata)
Sindrom metabolik
9. PROGNOSIS
Hipertensi dapat dikendalikan dengan baik dengan pengobatan
yang tepat. Terapi dengan kombinasi perubahan gaya hidup dan obat-
obatan antihipertensi biasanya dapat menjaga tekanan darah pada tingkat
yang tidak akan menyebabkan kerusakan pada jantung atau organ lain.
Kunci untuk menghindari komplikasi serius dari hipertensi adalah
mendeteksi dan mengobati sebelum kerusakan terjadi.
BAB IV
PENUTUP
Sudoyo, A. W., dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed. IV. Jakarta: FK-
UI.
William and Price. Bab VI: Krisis hipertensi dalam Buku Patofisiologi, Edisi 5,
Editor Harjianto. Jakarta: EGC. 2002. p.108-110.
Roesma J. Bab 175: krisis hipertensi, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
edisi 5, editor Sudoyo A.W dkk. Jakrta: Interna Publishing. 2009. p.1103-
1104.
Sjaharudin H, Sally N. Bab XII: Edema Paru Aku dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, edisi 5, editor Sudoyo A.W dkk. Jakarta: Interna Publishing. 2009.
p. 1920-1923.