Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan sangat pesatnya perkembangan IPTEK, maka banyak


tatanan dan pola hidup yang berubah pada masyarakat. Perkembangan teknologi
komunikasi dan infomasi penduduk dunia semakin lebih dekat, kontak antar
bangsa semakin intens, terjadi perubahan kultur bangsa. Globalisasi kultur
menyebabkan perubahan pada penduduk: cara hidup berubah, persepsi berubah ,
dan interaksi mereka juga berubah.

Pada abad 21 ini perkembangan IPTEK juga berdampak pada perubahan


dunia kerja, teknologi digital, jaringan global dan perubahan pemahaman akan
makna pembelajaran. Dengan tunututan dunia kerja yang semakin beragam, maka
sekolah harus mempunyai peran dalam pembentukan Sumber Daya Manusia
(SDM).

Untuk mencetak generasi yang siap dalam menghadapi masa depan,


pemerintah telah menyiapkan kurikulum 2013. Kurikulum ini disusun untuk
mengantisipasi perkembangan masa depan. Inti dari kurikulum 2013 adalah pada
upaya penyederhanaan dan tematik-integratif. Titik beratnya, bertujuan untuk
mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan
observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa
yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran.
Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan
penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni,
dan budaya. Melalui pendekatan itu diharapkan siswa kita memiliki kompetensi
sikap, ketrampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif,
inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam
menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa
depan yang lebih baik.

Strategi pengembangan pendidikan dapat dilakukan pada upaya


meningkatkan capaian pendidikan melalui pembelajaran siswa aktif berbasis
kompetensi; efektivitas pembelajaran melalui kurikulum, dan peningkatan
kompetensi dan profesionalitas guru; serta lama tinggal di sekolah dalam arti
penambahan jam pelajaran.

Gambar 1: Strategi meningkatkan capaian pendidikan

Rasionalitas penambahan jam pelajaran dapat dijelaskan bahwa perubahan


proses pembelajaran (dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu) dan
proses penilaian (dari berbasis output menjadi berbasis proses dan output)
memerlukan penambahan jam pelajaran. Di banyak negara, seperti AS dan Korea
Selatan, akhirakhir ini ada kecenderungan dilakukan menambah jam pelajaran.
Diketahui juga bahwa perbandingan dengan negara-negara lain menunjukkan jam
pelajaran di Indonesia relatif lebih singkat. Bagaimana dengan pembelajaran di
Finlandia yang relatif singkat. Jawabnya, di negara yang tingkat pendidikannya
berada di peringkat satu dunia, singkatnya pembelajaran didukung dengan
pembelajaran tutorial yang baik.

Di Indonesia sendiri Boarding School atau sekolah berasrama tumbuh


menjadi tren yang mulai berkembang di berbagai daerah di Indonesia. Bahkan
beberapa sekolah negri sudah menerapkan sistem ini sebagai bentuk adaptasi
terhadap tuntutan pendidikan di era modern seperti sekarang.

Dengan sistem boarding penambahan jam pembelajaran akan lebih mudah


dilakukan karena siswa akan lebih mudah beradaptasi dengan jadwal baru
dibandingkan sekolah biasa. Siswa berasrama juga memiliki waktu lebih efektif
dalam pembelajaran karena aktivitas mereka telah dikunci di area sekolah dan
asrama. Sehingga penerapan sistem baru dengan kurikulum yang baru akan lebih
mudah diterapkan.
Penerapan sistem pembelajaran dengan kurikulum terbaru dan penerapan
boarding school belum cukup efektif untuk membentuk SDM sesuai dengan target
yang ingin dicapai jika kondisi fisik sekolah sendiri tidak berubah dari sistem
sebelumnya. Jika merujuk pada sistem sekolah abad 21 maka ada 3 hal yang harus
ditanamkan dalam lingkungan sekolah, yaitu lingkungan fisik (fasilitas dan
bangunan sekolah), lingkungan sosial dan emosional, serta lingkungan akademik.

SMAIT Insantama merupakan salah satu sekolah islam berasrama terbaik


dengan program-program sekolah yang variatif dan bagus. Secara lingkungan
sosial dan emosional siswa Insantama dikontrol dengan pendekatan keagamaan.
Sedangkan secara lingkungan akademik dilakukan seleksi masuk berupa ujian
tulis dan wawancara sehingga siswa yang bisa lolos adalah siswa yang berhasil
melalui tahap tersebut.

Namun secara lingkungan fisik SMAIT Insantama belum masih


menggunakan sistem konvensional. Layout kelas masih dalam posisi berjajar,
teacher-centered, keseragaman antara satu kelas dengan kelas lain, siswa lebih
banyak diam ditempat dan lain sebagainya. Untuk itu dibutuhkan keserasian
antara sistem pendidikan dengan lingkungan fisik sehingga perubahan yang
diharapkan dapat dicapai.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang diatas. Maka, dapat diidentifikasi beberapa


masalah yang berkaitan dengan latar belakang diatas yaitu:

 Perubahan sistem pembelajaran tidak diiringi dengan perubahan


lingkungan fisik sekolah.

 Kegiatan siswa berasrama lebih kompleks dari siswa sekolah biasa.

 Layout kelas masih menerapkan teacher-centered

 Keseragaman antara satu kelas dengan kelas lain.

 Kondisi fisik sekolah tidak berubah walaupun sudah mengalami perubahan


kurikulum beberapa kali.
 Sekolah memiliki space yang kecil sehingga fasilitas sekolah banyak yang
belum ada

 Belum ada ruang santai bagi siswa sebagai tempat refreshing

 Kegiatan siswa monoton hanya sekitaran asrama dan sekolah

 Ruang kegiatan siswa sempit karna bangunan asrama dan sekolah berada pada
satu gedung

 Sekolah belum memiliki ruang makan sehingga siswa makan di selasar kelas dan
asrama.

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan


beberapa masalah yang berkaitan dengan identifikasi masalah diatas yaitu:

a. Apakah perubahan sistem pembelajaran diiringi dengan perubahan


lingkungan fisik sekolah?

b. Apakah layout kelas masih menggunakan sistem teacher-centered?

c. Apakah space yang dimilki sekolah cukup untuk menampung fasilitas-


fasilitas bagi siswa dan guru?

d. Bagaimana kegiatan siswa dengan kondisi asrama dan sekolah berada pada
satu gedung?

e. Apakah kegiatan siswa dan guru sudah terfasilitasi dengan baik?

1.2 Tujuan dan Sasaran Perancangan

a. Tujuan

Tujuan dari perancangan ini adalah sebagai berikut:

Merancang fasilitas SMA IT Insantama Magelang berupa gedung


sekolah dan asrama yang mampu meningkatkan kefektifan sistem
pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2013.
b. Sasaran

 Menyesuaikan perubahan sistem pembelajaran dengan lingkungan fisik


sekolah
 Memenuhi kebutuhan kegiatan pembelajaran di kelas.
 Memenuhi kebutuhan fasilitas dapur
 Memenuhi kebutuhan fasilitas ruang makan
 Memenuhi kebutuhan fasilitas perpustakaan
 Memenuhi kebutuhan olahraga dan bermain siswa
 Menyusun layout ruangan menjadi lebih interaktif
 Memenuhi kebutuhan furnitur yang cocok untuk mendukung keaktifan
siswa

1.1 Batasan Perancangan

Untuk memfokuskan perancangan maka dibuat batas perancangan sebagai


berikut:

a. Objek perancangan terdiri dari 2 lantai dengan masing-masing luasan


sekitar 850 m2 dan total luas bangunan 7000 m2.
b. Interior sekolah dan asrama harus mampu membantu pencapaian dari
sistem kurikulum sekolah
c. Ruangan yang akan dirancang yaitu ruang kelas, kantor guru, runag
makan, dapur, asrama putra, asrama musyrif, ruang TU, auditorium dan
laboratorium.

1.1 Metode Perancangan


Sebelum melakukan perancangan, penulis mengumpulkan data mengenai
topik perancangan dengan beberapa metode yang dilakukan yaitu melakukan
survey dengan beberapa kegiatan seperti:
a. Data Primer
 Observasi
Mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dengan melakukan
pengukuran dan analisa site.

 Wawancara
Melakukan wawancara secara langsung dengan narasumber dengan
melakukan tanya jawab kepada Wakil Kepala Sekolah bidang Sarana
Prasarana SMIT Insantama.

a. Data Sekunder
 Studi Banding
Melakukan peninjauan langsung dan pengamatan terhadap
beberapa Boarding School sejenis. Dengan menganalisa kebutuhan
sekolah dan fasilitas yang tersedia untuk mengetahui kekurangan dan
kelebihan sekolah yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam proses perancangan.

 Studi Literatur
Studi literatur diperoleh dari berbagai sumber yaitu Internet, buku
(E-book), jurnal, dan majalah guna menjadi acuan yang berkaitan dengan
perancangan.

Proses pengumpulan data merupakan serangkaian tindakan untuk


mengumpulkan input yang akan diolah dalam proses perancangan
menjadi output berupa hasil perancangan (Desain). Dalam proses
perancangan ini terdapat beberapa langkah yang dilalui, yaitu:

a. Input atau programming


Merupakan proses mengumpulkan informasi untuk diolah menjadi
dasar perancangan. Programming merupakan kumpulan data yang
berhubungan dengan fakta dari permasalahan seperti kebutuhan ruang,
kebutuhan fasilitas dll untuk mendapatkan standar besaran ruang yang
dibutuhkan.

b. Analisa
Merupakan proses merencanakan dan menetapkan fasilitas ruang
yang dibutuhkan untuk menunang kegiatan yang akan diakomodasi dari
segi jumlah, jenis, pola hubungan ruang dan kualitas.

c. Tema dan Konsep


Merupakan aktivitas untuk menghasilkan ide atau gagasan utama
yang akan menjadi acuan dalam proses perancangan berupa suasana atau
suatu keadaan yang ingin dicapai dalam perancangan. Ide tersebut berasal
dari Analisa berdasarkan data-data yang telah didapatkan.

d. Output atau Perancangan


Merupakan kegiatan untuk merealisasikan tema dan konsep dengan
melakukan preliminaries design, design development untuk menghasilkan
desain akhir. Hasil perancangan berupa gambar kerja dan gambar presentasi
yang diharapkan sesuai dengan identifikasi masalah sehingga perencanaan
perancangan dapat terwujud dengan baik guna memenuhi kebutuhan panti
asuhan.
BAB II

LITERATUR & DATA PERENCANAAN DAN PERANCANGAN


INTERIOR BOARDING SCHOOL

SMPIT INSANTAMA MAGELANG DENGAN PENDEKATAN DESAIN


SEKOLAH ABAD 21 (21ST CENTURY SCHOOL DESIGN)

2.1. Pengertian Judul

Judul Perencanaan dan Perancangan Interior Boarding Scool Sekolah


Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Insantama Magelang dengan
Pendekatan Desain Sekolah Abad 21 (21st Century School Design) mengandung
makna dari beberapa istilah yang dapat diuraikan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia sebagai berikut:

Perencanaan /pe.ren.ca.na.an/ n proses, cara, perbuatan merencanakan


(merancangkan)

Perancangan /pe.ran.cang.an/ n proses, cara, perbuatan merancang.

Interior /in.te.ri.or/ n 1 bagian dalam gedung (ruang dan sebagainya); 2 tatanan


perabot (hiasan dan sebagainya) di dalam ruang dalam gedung dan sebagainya.

Boarding school adalah sistem sekolah dengan asrama, dimana peserta didik dan
juga para guru dan pengelola sekolah tinggal di asrama yang berada dalam
lingkungan sekolah dalam kurun waktu tertentu biasanya satu semester diselingi
dengan berlibur satu bulan sampai menamatkan sekolahnya (Arsy Karima Zahra,
2008: 145).

Sekolah Menengah Pertama (SMP) terdiri dari pengertian sekolah /se.ko.lah/ n


1 bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan
memberi pelajaran, pengertian menengah / me.ne.ngah./ n 1 pergi ke tengah; a 2
sedang; tidak besar dan tidak kecil (tentang ukuran) dan pengertian pertama /
per.ta.ma/ num 1 kesatu; 2 mula-mula; 3 terutama, terpenting.
Pendekatan / pen.de.ka.tan/ n 1 proses, cara, perbuatan mendekati (hendak)
berdamai, bersahabat, dan sebagainya) 2 Antr usaha dalam rangka aktivitas
penelitian untuk mengadakan hubungan denga orang yang diteliti, metode untuk
mencapai pengertian tentang masalah penelitian; acangan

Desain

Perancangan dalam KBBI berarti proses, perbuatan merancang. Menurut


Al-Bahra Bin Ladjamudin dalam bukunya yang berjudul Analisis & Desain
Sistem Informasi (2005 : 39), menyebutkan bahwa : ”Perancangan adalah suatu
kegiatan yang memiliki tujuan untuk mendesign sistem baru yang dapat
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi perusahaan yang diperoleh dari
pemilihan alternatif sistem yang terbaik.”

Menurut My Earth dalam makalahnya yang berjudul Perancangan sistem


dan Analisis, menyebutkan bahwa: ”Perancangan adalah suatu kegiatan membuat
desain teknis berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan pada kegiatan analisis.”
[http://meylonesome.blogspot.com/2008/12/perancangan-sistem-dananalisis.html]

Menurut Syifaun Nafisah (2003:2) "Perancangan adalah penggambaran,


perencanaan dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen yang
terpisah ke dalam suatu kesatuan yang utuh dan berfungsi". Menurut Mohamad
Subhan (2012:109) "Perancangan adalah proses pengembangan spesifikasi baru
berdasarkan rekomendasi hasil analisis system."

2.1.1.2. Boarding School

Boarding school adalah sistem sekolah dengan asrama, dimana peserta


didik dan juga para guru dan pengelola sekolah tinggal di asrama yang berada
dalam lingkungan sekolah dalam kurun waktu tertentu biasanya satu semester
diselingi dengan berlibur satu bulan sampai menamatkan sekolahnya (Arsy
Karima Zahra, 2008: 145).

“Boarding Schoolyang baik dijaga dengan ketat agar tidak terkontaminasi


oleh hal-hal yang tidak sesuai dengan sistem pendidikan atau dengan ciri khas
suatu sekolah berasrama” (Arsy Karima Zahra, 2008: 145). Dengan demikian
peserta didik terlindungi dari hal-hal yang negatif seperti merokok, narkoba,
tayangan film atau sinetron yang tidak mendidik dan sebagainya. Di sekolah
dengan sistem ini, para siswa mendapatkan pendidikan dengan kuantitas dan
kualitas yang berada di atas rata-rata pendidikan dengan sistem konvensional.

Perbedaan boarding school dengan sekolah umum lainnya adalah kelas


di boarding school cenderung sedikit dengan jumlah siswa-siswi yang tidak
banyak seperti kelas sekolah umum. Hal ini dilakukan agar para guru bisa
melakukan pendekatan ke para siswa-siswi (Gaztambide-Fernández, Rubén,
2009). Diboarding school bisa mengeluarkan siswa-siswi dari kelas apabila siswa
tersebut tidak terlihat minat dalam berpartisipasi dikelas untuk belajar
(Gaztambide-Fernández, Rubén, 2009). Di boarding school kegiatan seperti
olahraga atau kesenian tidak temasuk dalam kegiatan ektrakulikuler, mereka
mencakup semua aspek belajar (Gaztambide-Fernández, Rubén, 2009).
Boarding school menyediakan sarana dan prasarana untuk memenuhi
kebutuhan siswa. Lengkapnya fasilitas yang ada untuk menyalurkan bakat dan
hobi siswa-siswi. Siswa-siswi di boarding schoolmemiliki kesempatan untuk
mengeksplorasi berbagai kepentingan, mengambil bidang yang diminati, dan
menunjukkan bakat mereka (Gaztambide-Fernández, Rubén, 2009)

2.1.1.3 Desain Sekolah Abad 21 (21st Century School Design)

Anda mungkin juga menyukai