Anda di halaman 1dari 26

TUGAS

PERALATAN TAMBANG

“CYCLE TIME”

“ CONTOH PENENTUAN CYCLE TIME PADA ALAT BERAT EXCAVATOR /


BACKHOE”

NAMA : DAVID TRI RISKI

NIM : 15220021

PRODI : TEKNIK PERTAMBANGAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

FAKULTAS TEKNIK

TAHUN AJARAN 2015/2016


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat
dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya untuk
memenuhi tugas mata kuliah peralatan tambang.
Tujuan pembuatan laporan ini selain untuk memenuhi tugas mata kuliah peralatan
tambang, tetapi juga diharapkan mampu memberikan ilmu pengetahuan mengenai tentang
calorific batubara dan diharapkan laporan ini bisa bermanfaat sebagai referensi untuk bahan
pembelajaran bagi mahasiswa/i.Serta tak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun, penulis
harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi semua pihak yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
BAB I

PENDAHULUAN

A.TEORI DASAR CYCLE TIME (WAKTU EDAR UNIT)

Cycle Time yaitu waktu yang diperlukan oleh alat berat untuk melakukan satu siklus kerja.
Dalam operasi alat berat produksi di lapangan, umumnya semua berjalan pada sebuah siklus.

Siklus Excavator = gali, ayun muat, buang, ayun kosong, gali, dst.
Siklus Dump truck = muat, travel isi, buang, travel kosong, muat, dst.

Disamping aktivitas-aktivitas tersebut terdapat pula waktu menunggu (delay time) bila terjadi
antrian untuk mengisi atau memuat.

Komponen waktu edar untuk alat dorong, misalnya bulldozer adalah waktu dorong material
sampai jarak tertentu, waktu kembali mundur, manuver, maupun siap dorong kembali.

Waktu Edar (cycle time) terdiri dari dua jenis, yaitu :

1. waktu tetap (fixed time), yang termasuk kedalam waktu tetap adalah waktu pengisian
atau pemuatan termasuk manuver dan menunggu, waktu pengosongan muatan, waktu
membelok dan mengganti gigi dan percepatan,
2. variabel (variable time), adalah waktu mengangkut muatan dan kembali kosong .

Hal-hal yang mempengaruhi nilai cycle time alat angkut :

1. Skill Operator, dikarenakan operator harus memahami prosedur penggunaan dan


perawatan unit.
2. Tikungan jalan yang tajam, karena dapat memperlambat kecepatan alat angkut dan
berpengaruh pada cycle time alat angkut itu sendiri.
3. Jalan yang licin, terutama pasca terjadinya hujan sehingga diperlukan ekstensi waktu
untuk rawatan jalan dan slippery time.
4. Banyaknya persimpangan jalan yg crowded sehingga memaksa unit alat angkut untuk
memperlambat kecepatan bahkan berhenti untuk mengantri berlalu lalang.
5. Kerusakan Jalan, dalam hal ini pun kita harus memperhatikan nilai Daya Dukung Tanah
terhadap Unit-Unit yang berlalu lalang melewatinya, juga memperhatikan material yang
berkualitas untuk dijadikan jalan produksi, serta penambahan Unit Grader untuk
memperbaiki kualitas jalan dengan tepat waktu agar tidak mengganggu kegiatan produksi
tambang.
6. Kondisi unit, hal ini sangat krusial, karena itu diperlukan maintenance secara berkala
untuk memantau kondisi unit.
7. Kesehatan Operator, karena itu sangat penting halnya untuk mengutamakan semboyan :
"Safety First", terutama kesehatan dan waktu istirahat yang teratur (Minimal 8 jam untuk
operator alat).
8. Dimensi manuver di point loading.
9. Terdapatnya bongkahan material besar yang mengganggu travel unit alat angkut.

B. Latar Belakang
Dalam pekerjaan konstruksi baik itu membangun suatu gedung, jalan, jembatan ataupun
Pekerjaan konstruksi lainnya sangat membutuhkan alat-alat yang dapat mendukung pekerjaan
tersebut. Alat-alat yang digunakan dalam pekerjaan konstruksi tidak hanya alat-alat ringan yang
sudah biasa digunakan dalam membangun konstruksi sederhana tetapi untuk konstruksi yang
dirancang tidak sederhana sangat memerlukan alat-alat berat.Alat-alat berat mempunyai faktor
efektifitas dan efisiensi yang lebih besar dibandingkan dengan pekerjaan yang dilakukan secara
manual. Alat-alat berat ini tidak dapat begitu saja didistribusikan ke lapangan karena
membutuhkan alat berat lainnya yang berfungsi sebagai alat pengangkut.
Tidak hanya alat-alat berat saja yang perlu diangkut ke lapangan tetapi bahan-bahan
bangunan ataupun material memerlukannya. Pemilihan alat angkut sangat berpengaruh terhadap
barang yang akan diangkutnya, kondisi medan yang akan dilalui ke lapangan, dan juga
tergantung pada fungsi dari alat angkut tersebut. Dalam pekerjaan konstruksi, alat berat
dibedakan berdasarkan beberapa klasifikasi, salah satunya berdasrkan klasifikasi fungsional dan
klasiikasi operasional alat berat.
Berdasarkan klasifikasi fungsional alat berat dibedakan sebagai alat pengolahan lahan, alat
penggali, alat pengangkut material, alat pemindah material, alat pemadatan, alat pemroses
material, dan alat penempatan akhir material. Sedangkan berdasarkan klasifikasi operasional alat
berat dibedakan menjadi: alat dengan penggerak dan alat statis. Contoh alat berat yaitu :
excavator, Dump Truck, Trailer, bulldozer, scaper , Dumper, dan alat-alat lain. Alat angkut
khusus tersebut mempunyai fungsi, kelebihan, dan kekurangan yang berbeda-beda. Adapun yang
dijelaskan dalam makalah ini adalah mengenai excavator/Backhoe.
A. Tujuan
- Memahami jenis – jenis alat berat.
- Mengetahui fungsi apa saja yang terdapat di alat berat tersebut.
- Memahami kegunaan dari alat berat.

B. Batasan Masalah
- Pada pembahasan kali ini hanya membahas alat berat excavator / backhoe.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Excavator / backhoe adalah alat yang digunakan untuk melakukan pekerjaan galian tanah.
serta meratakan dinding tebing tanah/menggaruk terutama pada perbukitan. Sebagian besar
excavator dilengkapi dengan arms hidrolik dan kabel yang terdapat dibagian depan lengan
berfungsi untuk menggerakan bucket agar dapat mengangkat, meletakan dan mengeruk material .
Kebanyakan pompa hidrolik dikendalikan dari gearbox power

Excavator/Backhoe mampu menggali segala jenis tanah kecuali batuan yang harus
dihancurkan terlebih dahulu Sesuai dengan namanya, alat ini dibuat agar dapat berfungsi sebagai
penggali maupun pemuat tanah tanpa harus banyak berpindah tempat dengan menggunakan
tenaga power take off dari mesin yang dimilikinya.
1. Bagian – bagian excavator/ backhoe

Gambar 2 Bagian – bagian excavator

Secara garis besar bagian excavator/ backhoe ada 3 bagian utama yaitu Bagian atas yang
(dapat berputar) disebut superstructure, Bagian bawah (untuk gerak maju, mundur/berjalan)
disebut Undercarriage Attachment unit, adalah perlengkapan yang diganti sesuai kebutuhan
(bucet, Arm,Boom, Arm Cylinder, attachment hoist cylinder dll.
Struktur bawah adalah penggerak utama yang dapat crawler (rantai) atau wheel mounted
(roda karet) merupakan bagian untuk berjalan. Khusus pada excavator wheel mounted
dimaksudkan agar memiliki kecepatan gerak atau berpindah dari suatu tempat ketempat lain
dengan relative lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan crawler excavator, sehingga
wheel excavator besar memiliki dua mesin penggerak, yang pertama sebagai mesin penggerak
travelling unit kendaraannya (truck) dan lainnya merupakan mesin penggerak alat excavator
seperti revolving unit maupun penggerak attachment unit dalam melakukan fungsinya sebagai
alat penggali, pengangkat maupun pemuat. Sedang bagian revolving unit merupakan bagian
untuk berputar mendatar.
1. Pengendali attachment
Pengendalian attachment unit dari excavator dapat dibedakan dengan dua macam cara, yaitu :
a. Pengendalian dengan Cable controlled
b. Pengendalian dengan Hydraulic controlled

Prinsip kerja cable controlled Excavator/Backhoe dioperasikan dengan menempatkan boom


pada sudut yang dikehendaki, kemudian menarik kabel pengangkat (arm cylinder) bersamaan
dengan mengulir kabel penarik (attachment hoist cylinder) dimana bucket telah ditempatkan
pada kedudukan yang dikehendaki. Ujung bebas boom diturunkan dengan melepaskan tegangan
pada kabel pengangkat sehingga gigi bucket mengenai bahan yang akan digali. Jika bucket telah
terisi, maka kabel penarik akan digulung. Bucket diangkat dengan manaikan boom, dan
kemudian berputar ke tempat pembuangan tanah atau sebuah truk.
Prinsip kerja pengendalian hidrolik adalah berdasarkan kerja hidrolis yaitu menggunakan
media cairan (minyak pelumas) yang dimampatkan dengan membuka dan menutup katup katup
kompresi sehingga mempunyai tenaga dorong yang besar.
Kelebihan kendali Hidrolis adalah :

 Kecepatan operasional (waktu siklus lebih cepat)


 Efisiensi tinggi
 Ketepatan dan ketelitian dalam menggali lebih baik
 Control penuh terhadap attachment

A. Biaya Kepemilikan dan Pengopersian Alat Berat


Alat berat yang dimiliki sendiri oleh suatu perusahaan konstruksi akan sangat
menguntungkan dalam memenangkan tender proyek konstruksi dan menyelesaikan proyek yang
dikerjakan karena biaya pemakaian akan menjadi lebih kecil. Akan tetapi dalam kepemilikan alat
perlu pertimbangan apakah suatu perusahaan akan menggunakan alat tersebut secara continue
atau tidak. Jika alat digunakan secara continue maka kepemilikan alat akan optimal tapi jika
tidak digunakan terus menerus akan menjadi beban bagi perusahaan. Pertimbangan lain yang
perlu diperhatikan adalah pada umumnya suatu alat tidak bekerja sendiri namun bekerja dengan
alat lain dalam satu kelompok. Jadi perusahaan konstruksi perlu analisis untuk melihat lebih
menguntungkan mana antara memiliki alat atau sewa.
1. Sumber Alat berat
Dalam dunia konstruksi alat berat yang dipakai dapat berasal dari berbagai sumber
yaitu:
- Alat berat yang dibeli kontraktor
Perusahaan konstruksi alat berat sebagai asset perusahaan. Keuntungan dari pembelian ini adalah
biaya pemakaian per jam kecil jika alat tersebut digunakan secara optimal. Selain itu dalam
proses tender kadang pemilik proyek melihat bonafiditas suatu kontraktor berdasarkan
kepemilikan alat.
- Alat berat yang disewa- beli oleh kontraktor
Pengadaan alat juga dapat berasal dari perusahaan leasing alat berat. Yang dimkasud dengan
sewa beli adalah pengadaan alat dengan pembayaran pada perusahaan leasing dalam jangka
waktu yang lama dan diakhir masa sewa beli tersebut alat menjadi milik pihak penyewa. Sewa
beli alat umumnya dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Biaya pemakaian umumnya lebih
tinggi daripada memiliki alat tersebut namaun terhindar dari resiko investasi alat yang besar
diawal.
- Alat berat yang disewa kontraktor
Perusahaan konstruksi juga dapat mengadakan alat berat dari perusahaan penyewaan. Alat berat
yang disewa biasanya dalam jangka waktu yang tidak lama. Biaya pemakaian dengan metode
sewa biasanya harganya sangat tinggi namun pihak kontraktor terbebas dari biaya investasi yang
besar diawal.
2. Biaya Alat berat
Biaya alat berat merupakan biaya yang harus dikeluarkan setiap alat berat beroperasi .
Adapun biaya utama ini meliputi biaya kepemilikan (owning cost) dan biaya operasi (operating
cost).
Owning cost adalah biaya kepemilikan alat yang harus diperhitungkan selama alat yang
bersangkutan dioperasikan, apabila alat tersebut milik sendiri. Biaya ini harus diperhitungkan
karena alat semakin lama akan berkurang hasil produksinya, bahkan pada waktu tertentu alat
sudah tidak dapat diproduksi lagi dan hal ini disebut depresiasi, biaya tersebut meliputi :
- Biaya penyusutan alat
Nilai penyusutan adalah nilai dari suatu alat berat yang telah berkurang akibat nilai sisa
dari alat tersebut. Nilai sisa adalah harga alat bekas sesudah umur ekonomis (10% dari
harga alat)

Operating cost adalah biaya operasi alat yaitu biaya-biayayang dikeluarkan selama alat
tersebut digunakan. Biaya operasi ini meliputi:
- Bahan bakar : Untuk konsumsi bahan bakar alat tergantung dari besar kecilnya daya mesin yang
digunakan disamping kondisi medan yang ringan atau berat yang menentukan. Pabrik alat
biasanya memberikan prakiraan konsumsi bahan bakar sesuai daya mesin alat yang dinyatakan
dalam liter/jam atau gallon/jam. Perlu diperhatikan bahwa selama pengoperasian alat mesin tidak
selalu bekerja 100% misalnya saja pada alat gali, pemakaian tenaga mesin 100% hanya pada
waktu menggali dan mengangkat tanah saja, sedang pada waktu bucket kosong mesin tidak
menggunakan tenaga penuh. Efisiensi kerja operator dalam satu jam kerja juga tidak penuh
100% misalnya hanya 50 menit/jam saja, hal ini disebut dengan operating factor, yang semakin
besar operating factor maka makin besar pula tenaga mesin bekerja untuk lebih jelasnya, maka
rumus penggunaan bahan bakar perjam adalah:

Bensin : BBM = 0.06 x HP x eff


Solar : BBM = 0.04 x HP x eff

- Minyak Pelumas : Kebutuhan minyak pelumas dan minyak hidrolis tergantung pada besarnya
bak karter (crank case) dan lamanya periode pengganti minyak pelumas, biasanya antara 100
sampai 200 jam pemakaian. Untuk kebutuhan minyak pelumas, minyak hidrolis, gemuk dan
filter biasanya pembuat memberikan prakiraan yang dinyatakan dalam liter/jam tergantung
kondisi medan. Kondisi medan terbagi menjadi 3 yaitu :
· Ringan : Gerakan – gerakan teratur dan banyak istirahat, tidak membawa muatan penuh
· Sedang : Gerakan-gerakan teratur muatan tidak penuh
· Berat : Bekerja terus menerus dengan tenaga mesin penuh.
Apabila dari pabrik tidak memberikan prakiraan konsumsi minyak maka dapat dihitung dengan
rumus:

Keterangan : q : Kebutuhan minyak (gallon/jam)


HP : Daya mesin ( tenaga kuda )
C : Kapasitas bak karter ( galon)
t : waktu pemakaian ( jam )
- Biaya ban : Biaya ban tergantung dari harga ditempat alat yang bersangkutan dioperasikan dan
prakiraan umur ban menurut pengalaman atau menuurut rekomendasi pabrik pembuatnya.
Besarnya biaya penggantian ban ditentukan dengan rumus berikut:

- Penggantian suku cadang : Suku cadang yang dimaksud adalah bajak, ujung mata pisau pada
buldoser dan alat-alat khusus lainnya yang kerusakannya lebih cepat disbanding suku cadang
yang lain, waktu kerusakan tidak tentu, tergantung pemakaian dan medan kerja. Untuk
menghitung biaya suku cadang khusus ini tidak termasuk dalam pos perbaikan dan pemeliharaan
tapi dihitung dalam pos tersendiri.
- Gaji Operator : Untuk menghtung gaji atau upah operato, factor yang mempengaruhi adalah
kecakapan dan pengalaman operator, kemampuan pemilik alat dan kondisi social Negara yang
bersangkutan.

A. Waktu siklus dan kerja excavator


Gerakan yang diperlukan dalam pengoperasian backhoe adalah :
Ada 6 gerakan dasar excavator yang mencakup gerakan-gerakan pada masing-masing
bagian yaitu:

 Gerakan boom : merupakan gerakan boom yang mengarahkan bucket menujutanah


galian.
 Gerakan bucket menggali: merupakan gerakan bucket saat menggali material
 Gerakan bucket membongkar: merupakan gerakan bucket yang arahnya berlawanan
saat menggali
 Gerakan lengan: merupakan gerakan mengangkat lengan dengan radius sampai 100°
 Gerakan slewing ring : gerakan pada as yang bertujuan agar bagian atas backhoe
dapat berputas sampai 360°
 Gerakan stuktur bawah: digunakan untuk berpindah tempat jika area selesai digali.

Keenam gerakan tersebut merupakan lamanya waktu siklus, namun demikian kecepatan
waktu siklus ini tergantung pada besar kecilnya ukuran backhoe, makin kecil backhoe maka
waktu siklus akan lebih cepat karena lebih gesit, berlainan dengan backhoe yang berukuran
besar. Demikian juga dengan kondisi kerja, akan mempengaruhi kelincahan daripada backhoe,
seperti : Pada penggalian tanah liat, penggalian parit dan lainnya. Tanah yang sulit digali maka
waktu pengisian bucket yang diperlukan akan menjadi lama, juga pada pekerjaan penggalian
parit yang dalam jarak pembuangan yang jauh, maka bucket harus bergerak lebih jauh, dengan
demikian maka waktu siklus juga akan menjadi lama, demikian pula pembuang tanah atau
pemuat tanah dari backhoe ke truk yang berada sebidang akan mempengaruhi waktu siklus.

B. Pemilihan track shoe


Biasanya excavator bekerja pada kondisi yang berbeda-beda, seperti pada tanah perkerasan,
tanah lembek atau lunak, permukaan berbatu dan lain-lainnya, berdasarkan pengalaman hal ini
akan menimbulkan permasalahan terhadap penggunaan trackshoe. Jika trackshoe bekerja pada
tanah permukaan yang keras maka trackshoe bagian bawah akan mengalami kerusakan atau aus
dengan sangat cepat, sehingga perlu dilakukan pemilihan trackshoe yang benar-benar tepat
Untuk penggunaan umum sebaiknya menggunakan tipe “triple gouser section” (roda kelabang
dengan tiga lapisan/bagian), karena memiliki traksi yang baik dan memberikan kerusakan yang
minimum terhadap permukaan tanah maupun jalan. Dibanding dengan jenis double grouser
section. Untuk penggunaan traksi yang maksimum biasanya digunakan jenis single grouser
section.Lebar trackshoe biasanya berkisar antara 18”, 20”, 22”, 24”, 28”, 30”, 32”, 36”, dan 40”.
A. Menghitung produktivitas Backhoe
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas backhoe
1. Faktor Keadaan pekerjaan
Keadaan dan jenis tanah

 Tipe dan ukuran saluran (jika membuat saluran)


 Jarak pembuangan
 Kemampuan operator
 Job management/pengaturan operational dan sebagainya

2. Faktor keadaan mesin

 Attachment yang cocok untuk jenis pekerjaan yang bersangkutan


 Kapasitas bucket
 Waktu siklus banyak dipengaruhi oleh kecepatan travel dan sistem hidrolis

Kapasitas pengangkatan
3. Pengaruh kedalaman pemotongan dan sudut swing
Faktor dalamnya pemotongan dan faktor swing dapat dijelaskan sebagai berikut : Dalam
pemotongan atau cutting yang diukur dari permukaan dimana excavator berada mempengaruhi
kesulitan dalam pengisian bucket secara optimal dengan sekali gerakan mungkin diperlukan
beberapa kali gerakan untuk dapat mencapai isi bucket yang optimal. Tentu saja kondisi ini
mempengaruhi lama siklus. Menghadapi kondisi demikian, maka operator mempunyai beberapa
pilihan :

 Mengisi bucket sampai penuh dengan beberapa kali gerakan, atau


 Mengisi dan membawa material seadanya dari hasil satu gerakan.

Namun pilihan tersebut membawa konsekwensi produktivitas menjadi berkurang sehingga efek
ini perlu diperhitungkan.

Gambar 6. Jangkauan kerja excavator


Cara penggunaan tabel :
Misal ukuran bucket 1 CuYd, dalam maksimum 10 feet (jarak dari permukaan dimana shovel
bekerja sampai dasar tebing), sudut swing 75 derajat, jenis tanah lempung berpasir. Tentukan
faktor swing dan kedalaman galian.
Pada tabel 1. kedalaman optimum yang dapat dicapai untuk bucket ukuran di 1 CuYd pada lajur
lumpur berpasir diperoleh angka 6.0, berarti kedalaman pemotongan yang optimum adalah : =
6/10 x 100% = 60%. Selanjutnya pada tabel 2 dibawah faktor swing dan kedalaman dicari angka
60%, tarik horizontal kekanan, dibawah angka 75, terdapat angka 0,96 jadi faktor swing dan
kedalaman adalah 0,96.
Tabel 2. Pengaruh Faktor Swing dan Faktor Kedalamannya

Sumber : Peurfoy, 1985

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi produksi shovel adalah : faktor kondisi pekerjaan
dan faktor pengisian bucket.

Tabel 4. Faktor Pengisian Bucket


Material Faktor Pengisian
Pasir kerikil 0.90 – 1.00
Tanah biasa 0.80 – 0.90
Tanah liat keras 0.65 – 0.75
Tanah liat basah 0.50 – 0.60
Batu pecahan baik 0.60 – 0.75
Batu pecahan kurang baik 0.40 – 0.50
Sumber : Rochmanhadi, 1985

Produksi Kerja Backhoe atau Excavator


1. Kapasitas Produksi
dimana : Q = Produksi per-jam (m3/jam)
q = Produksi per siklus (m3)
Cm = Watu siklus (detik)
E = Efisiensi kerja
Produksi per-siklus (q) = q1 x K
Dimana : q1 = Kapasitas ujung menurut spesifikasi
K = Faktor bucket, lihat tabel

Tabel 5. Faktor Bucket


Kondisi Pemuatan Faktor
Ringa Menggali dan memuat stockpile atau material yang telah 1.0 – 0.0
n dikeruk oleh excavator lain, yang tidak membutuhkan gaya
gali dan dapat dibuat munjung dalam bucket
Sedan Menggali dan memuat stockpile lepas dari tanah yang lebih 0.8 – 0.6
g sulit untuk digali dan dikeruk tetapi dapat dimuat hampir
munjung.
Pasir kering, tanah berpasir, tanah campuran tanah liat, tanah
liat, gravel yang belum disaring, pasir yang telah memadat dan
sebagainya, atau menggali dan memuat gravel langsung dari
bukit gravel asli.
Agak Menggali dan memuat batu-batu pecah, tanah liat yang keras, 0.6 – 0.5
sulit pasir campur kerikil, tanah berpasir, tanah koloidal liat, tanah
liat dengan kadar air tinggi yang telah di stockpile oleh
excavator lain.
Sulit untuk mengisi bucket dengan material tersebut.
Sulit Bongkahan, batuan besar dengan bentuk tak teratur dengan 0.5 – 0.4
ruangan diantaranya batuan hasil ledakan, batuan bundar, pasir
campur tanah liat, tanah liat yang sulit untuk dikeruk dengan
bucket.
Sumber : Rochmanhadi, 1985

1. Waktu siklus
Cm = Waktu gali + (Waktu putar x 2) + waktu buang

2. Waktu Gali (detik)


Waktu gali biasanya tergantung pada kedalaman gali
Tabel 6. Waktu Gali
Kondisi Gali / Ringan Sedang Agak sulit Sulit
Kedalaman gali (detik) (detik) (detik) (detik)
0–2m 6 9 15 26
2–4m 7 11 17 28
4 - lebih 8 13 19 30
Sumber : Rochmanhadi, 1985

Waktu putar tergantung dari sudut putar dan kecepatan putar


Tabel 7. Waktu putar (detik)
Sudut Putar Waktu Putar
45 – 90 (derajat) 4–7
90 – 180 (derajat) 5–8
Sumber : Rochmanhadi, 1985

Waktu buang tergantung daripada kondisi pembuangan material (detik)


- Pembuangan kedalam Dumptruck = 4 – 7 detik
- Ketempat pembuangan = 3 – 6 detik
dimana : A = produksi per-jam (m2/jam)
Cm = Waktu siklus
E = Efisiensi kerja

a. Waktu Siklus
Waktu siklus = Waktu perapihan + waktu travel

Tabel 9. Kecepatan Perapihan Medan


Panjang tebing Kecepatan perapihan
0 – 0.5 0.2
0.5 – 1 0.1
1–2 0.08
2–4 0.05
4 – lebih 0.02
Sumber : Rochmanhadi, 1985

a. Efisiensi Kerja
Efisiensi kerja berkisar antara 0.2 – 0.4

Peranan Teknologi dalam perhitungan kerja excavator /Backhoe


— Selain dari segi produktifitas dan kapasitas, faktor lain dalam inovasi
excavator/backhoe adalah perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi dapat
digolongkan menjadi dua yaitu perkembangan fungsional dan perkembangan ekonomis.

 — Perkembangan fungsional menekan pada peningkatan fingsi dari bagian-bagian


peralatan sehingga yang diperoleh menjadi lebih baik dari segi kualitas maupun
kuantitas.
 — Perkembangan ekonomis menekankan adanya perubahan dalam pembiayaan, dimana
peralatan yang baru dapat menghemat pengeluaran biaya oprasional dan pemeliharaan.

Yang perlu diperhatikan dalam pengoperasian backhoe adalah :


1. Mobilisasi shovel ke lokasi kerja
2. Kondisi lokasi dan jenis pekerjaan
3. Waktu yang tersedia dalam menyelesaikan pekerjaan
4. Pengadaan suku cadang
5. Jangkauan attachment dari backhoe
Waktu siklus
Pengisian bucket = 7 detik
Mengangkat beban & swing = 10 detik
Dumping (pembuangan) = 5 detik
Swing kembali = 5 detik

Waktu tetap, percepatan dan lain lain 4 detik


Jumlah = 31 detik = 0.5 menit
Banyaknya trip = 60/0,5 = 120 trip/jam
Produksi teoritis = 1,39 BCY/trip x 120 trip per-jam = 166,8 BCY

Faktor Koreksi :
Efisiensi kerja = 50 min/jam = 0,84
Kondisi kerja & tata laksana sedang = 0,65
Faktor swing dan kedalaman galian, tanah biasa = 9,7 feet
Kedalaman optimum = 6,0/9,7 x 100% = 60%
Swing 90 derajat = 0,91
Faktor pengisian = 0,85
Faktor koreksi total = Fk: 0,84 x 0,65 x 0,91 x 0,85 = 0,42
Sehingga produksi perjam = 166,8 BCY/jam x 0,42 = 70,06 BCY/jam

2. Pekerjaan tanah dengan menggunakan Type Backhoe : PC 200-6 (Komatsu) tanah biasa dengan
sweel 20,5 %.

— Data cycle time :


1. Kedalam galian : 3m
2. Kondisi galian : sedang
3. Sudut swing bucket : 90 – 180 derajat
4. Tempat pembuangan : Dump Truck

— Efisiensi Pekerjaan :
1. Keadaan alat : Sangat baik
2. Pemeliharaan alat : Baik sekali
3. Operator : Terampil
4. Keadaan cuaca : Terang, segar

— Spek Backhoe type PC 200-6 (Komatsu) :


1. Kapasitas : 19 ton
2. Kapasitas bucket : 0,8 m3
3. Lebar bucket : 1, 45 m

— Bucket Factor
1. Tanah biasa : (0.8 s/d 0.9) diambil 0.8

— Cycle Time
1. Waktu gali : 11 detik
2. Waktu putar : 6 detik
3. Waktu buang : 5 detik

— Efisiensi Pekerjaan :
1. Keadaan alat : 0.83
2. Operator : 0.80
3. Keadaan cuaca : 0.90

P = 3600/C x S x V x B x E

 Cycle Time (C)


C = t1 + 2t2 + t3
C = 11 + 2x6 + 5
C = 28 detik

— Swing Dept Factor (S)


Kedalaman optimum = Kedalam galian x 100 %
Kedalaman galian max. Backhoe

Kedalam galian = 3m
Kedalaman galian max. Backhoe = 2.08 m
Kedalam optimum = 145 %
Swing dept factor = 0,795 (sudut diambil 120°)

— Volume Bucket (V)


Kapasitas bucket = 0.80 m3, keadaan munjung +/- 1 m3
Sweel = 20.5 %
Jadi, kapasitas bucket = 1/1,205 = 0.83 m3

— Bucket Fill Factor (B)


Material tanah biasa = 0.80 – 0.90 (diambil 0.80)

— Efisiensi Pekerjaan (E)


Efisiensi Pekerjaan = 0.83 x 0.80 x 0.90
Efisiensi Pekerjaan = 0.60

— Jadi Produktivitas Backhoe


P = 3600/C x S x V x B x E
P = 3600/28 x 0,795 x 0.83 x 0.80 x 0.60
P = 40,72 M3/Jam
BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa produktivitas backhoe sangat
dipengaruhi oleh :
1. Jenis excavator/backhoe yang dipakai
2. Kondisi tanah yang digali
3. Kedalaman galian
4. Sudut swing bucket
5. Tempat pembuangan
6. Kondisi alat dan perawatan alat
7. Keterampilan operator
8. Keadaan cuaca
DAFTAR PUSTAKA

http://umarcivilengineering.blogspot.co.id/2015/02/excavator.html

Anda mungkin juga menyukai