1. Dampak Limbah Industri Tekstil terhadap Perairan
2. Stoikiometri Elektrolisis 2.1. Reaksi-reaksi Sel Elektrolisis 2.2. Hukum-hukum Faraday 2.3. Konstanta Kesetimbangan dan Kespontanan Reaksi Elektrolisis
Pembahasan :
1. Dampak Limbah Industri Tekstil terhadap Perairan
Pencemaran lingkungan akibat industri tekstil adalah berupa pencemaran debu yang dihasilkan dari penggunaan mesin berkecepatan tinggi dan limbah cair yang berasal dari tumpahan air cucian tempat pencelupan larutan kanji dan proses pewarnaan (Pratiwi, 2010). Limbah-limbah buangan dari industri tekstil dapat mencemari lingkungan, terutama perairan. Zat warna yang digunakan untuk pewarna tekstil (salah satunya Azo), jika dibuang ke perairan dapat menutupi permukaan badan air sehingga menghalangi sinar matahari untuk masuk ke dalam perairan. Berkurangnya sinar matahari yang masuk ke perairan akan menyebabkan kandungan oksigen di dalam air menurun sehingga dapat menghambat keberlangsungan hidup serta perkembangbiakan biota air di perairan. Pencemaran limbah tekstil juga dapat mengurangi nilai estetika badan air yang menyebabkan airnya berwarna keruh. Nilai estetika suatu badan air juga menurun dengan timbulnya bau yang tidak sedap seperti bau amoniak dan asam sulfida hasil penguraian limbah oleh bakteri secara anaerob karena badan air mempunyai kandungan oksigen yang sangat minim. Selain itu, tercemarnya perairan juga memberikan dampak kepada manusia. Air yang tercemar mengadung senyawa kimia yang bersifat toksik bagi manusia jika digunakan untuk keperluan sehari-hari, seperti untuk minum dan untuk memasak sehingga dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia. 2. Stoikiometri Elektrolisis 2.1 Reaksi-reaksi Sel Elektrolisis a. Reduksi katoda, memperhatikan jenis kation, ketentuan: Jika kation sukar tereduksi, maka H2O tereduksi menjadi H2 2H2O(l) + 2e 2OH–(aq) + H2(g) Jika kation tidak sukar tereduksi, maka kation logam tersebut yang tereduksi menjadi logamnya. Mx+(aq) + x e M(s) Ion H+ dari asam tereduksi menjadi H2 2H+(aq) + 2e H2(g) Jika elektrolit berupa lelehan/leburan/ cairan (tidak mengandung air), maka kation apapun tetap tereduksi menjadi logamnya. Mx+(aq) + x M(s) b. Oksidasi anoda, memperhatikan jenis elektroda dan anion, ketentuan: Jika elektroda tidak inert, maka yang teroksidasi adalah anoda. M(s) Mx+(aq) + x e Jika elektroda inert, maka: Ion OH- dari basa teroksidasi menjadi O2 4OH-(aq) O2(g) + 2H2O(l) + 4e Ion halida teroksidasi menjadi gas halogen 2X–(aq) X2(g) + 2e Jika ion sisa asam yang mengandung O atau F, maka air teroksidasi menjadi O2 2H2O(aq) O2(g) + 4H+(aq) + 4e Contoh : Tuliskan reaksi elektrolisis dari larutan CuSO4 menggunakan elektroda grafit (karbon)! Jawab : Berarti Cu2+ mengalami reduksi dan air mengalami oksidasi. Samakan koefisien elektron dan ion yang bereaksi agar habis. E : 2CuSO4 2Cu2+ + 2SO42- K (-) : 2Cu2+ + 4e 2Cu A (+) : 2H2O O2 + 4H+ + 4e + 2CuSO4 + 2H2O O2 + 2Cu + 4H+ + 2SO42- 2.2 Hukum-hukum Faraday Hukum-hukum Faraday menjelaskan tentang hukum kelistrikan yang berkaitan dengan sel elektrolisis. a. Hukum Faraday I berbunyi: ”Massa zat yang dihasilkan (G) pada elektrolisis sebanding dengan jumlah muatan listrik yang digunakan (Q)” b. Hukum Faraday II berbunyi: “Massa zat yang dihasilkan (G) pada elektrolisis sebanding dengan massa ekuivalen zat (ME) tersebut” c. Hubungan Hukum Faraday I dan II
d. Nilai k (tetapan Faraday) dan nilai ME
e. Rumus akhir dari Hukum-hukum Faraday
f. Jumlah mol elektron
2.3 Konstanta Kesetimbangan dan Kespontanan Reaksi Elektrolisis
a. Konstanta Kesetimbangan Pada saat reaksi dalam keadaan setimbang, maka harga Q = K, K adalah konstanta kesetimbangan reaksi sel dan Q adalah kuosien reaksi. Saat mencapai kesetimbangan, reaksi kimia tidak melakukan kerja sehingga besar beda potensial antara kedua elektroda adalah nol ; RT 0 = Eo – ln K ln K = (nFE°)/RT nF b. Kespontanan Reaksi Spontan atau tidaknya reaksi dapat dilihat dari perubahan tanda energi bebas Gibbs, ΔG-nya atau perubahan harga entropi, ΔS-nya. Jika ΔG positif maka, reaksi tidak spontan atau tidak dapat terjadi. Tetapi, jika tanda ΔG reaksi adalah negatif maka, reaksi berlangsung spontan. Sementara untuk ΔS adalah kebalikannya. Jika ΔS bertanda + dan ΔG bertanda negatif maka, reaksi tersebut berlangsung dengan spontan. ΔG = -nFE0 ΔG = ΔH -T ΔS c. Contoh Besar beda potensial (DGL) untuk sel Zn │ Zn Cl2 (0,05 M) ││ Ag Cl (s), Ag adalah 1,015 V pada suhu 298 K. a. Tulislah reaksi selnya b. Hitung energi bebas gibbs nya c. Hitung tetapan kesetimbangan Jawab: a. Sel Zn │ Zn Cl2 (0,05 M) ││ Ag Cl (s), Ag dapat dituliskan dalam bentuk persamaan reaksi : Anoda : Zn Zn2+ + 2e- Katoda : 2 AgCl(s) + 2 e- 2 Ag(s) + 2Cl- + Zn + 2 AgCl(s) 2 Ag + Zn2+ + 2 Cl- b. Besarnya energi bebas Gibbs Δ Go = - nFE = - 2 x 96500 x 1,015 volt = - 195895 joule/ mol n menunjukkan jumlah elektron yang terlibat dalam reaksi setengah sel, yaitu 2 c. Penentuan tetapan kesetimbangan K nFE ln K = − RT 195895 =− 8,314x298
= -79,067 jadi K = 4,58 x 10-35
Daftar Pustaka :
Skoog, Holler, dan Crouch. 2007. Principles of Instrumental Analysis. Edisi 6.
Belmont: Thomson Brooks/Cole. Pratiwi, Y. (2010). PENENTUAN TINGKAT PENCEMARAN LIMBAH INDUSTRI TEKSTIL BERDASARKAN NUTRITION VALUE COEFICIENT INDIKATOR. Jurnal Teknologi, [online] 3(2), p.130. Available at: http://jurtek.akprind.ac.id/bib/penentuan-tingkat- pencemaran-limbah-industri-tekstil-berdasarkan-nutrition-value-coeficient-bioi [Accessed 25 Sep. 2018]. Hiskia Ahmad, 1992. Elektrokimia dan Kinetika Kimia. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti Suyanta, Dr. (2013). REDOKS DAN ELEKTROKIMIA. [ebook] Yogyakarta. Available at: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/.../suyanta-msi- dr/modulplpgredokselektrokimia.pdf [Accessed 25 Sep. 2018].