Anda di halaman 1dari 20

Bab VI.

Lembaga Negara dan Perundang-Undangan (Sebelum Perubahan UUD 1945)


1. Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia
Indonesia adalah suatu negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat)
dengan pengertian bahwa pola yang diambil tidak menyimpang dari negara
berdasarkan atas hukum pada umumnya (genus begrip), namun disesuaikan dengan
keadaan di Indonesia, dengan menggunakan ukuran pandangan hidup maupun
pandangan bernegara bangsa Indonesia.
Dalam Penjelasan umum UUD 1945 (sebelum perubahan) dinyatakan sebagai
berikut :
a. Indonesia adalah berdasar Rechtstaat bukan Machtstaat (kekuasaan belaka)
b. Pemerintahan berdasar sistem konstitusi, bukan absolutism.
c. Kekuasaan Tertinggi Negara di MPR, kedaulatan rakyat dipegang oleh
MPR. MPR menetapkan UUD dan GBHN. Presiden adalah mandataris dari
MPR.
d. Presiden merupakan penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi di
bawah majelis.
e. Presiden tidak bertangggung jawab kepada DPR, melainkan presiden
bekerja sama dalam membentuk UU dan menetapkan APBN
f. Menteri negara adalah pembantu presiden.
g. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas
Dengan demikian, presiden sebelum perubahan UUD 1945 adalah pemegang
kekuasaan ‘eksekutif’ dan juga ‘legislatif’ dengan persetujuan DPR. Hal ini
membuktikan bahwa dulu UUD 1945 tidak menganut ajaran Trias Politica dari
Montesquieu.
Menurut ajaran Trias Politica , kekuasaan itu harus dipisahkan-pisahkan dan
masing-masing dilakukan oleh oragan tersendiri,tetapi di dalam praktek kenegaraan
teori ini tidak dapat diterapkan secara mutlak oleh karena fungsi kekuasaan dan organ
negara perlu ada pembedaan. Kenyataannya satu organ negara mungkin melakukan
lebih dari satu fungsi kekuasaan negara, misalnya organ eksekutif dapat saja memegang
kekuasaan legislatif. Dapat disimpulkan Indonesia menganut sistem pembagian
kekuasaan (distribution of powers) dalam penyelenggaraan Pemerintahan Negara
Republik Indonesia.
2. Presiden Penyelenggara Tertinggi Pemerintahan Negara
Berdasar pasal 4 ayat (1) UUD 1945 (sebelum perubahan), Presiden adalah Kepala
Pemerintahan NKRI. Menurut Jellinek pemerintahan memiliki arti formil dan material.
Dalam arti formal mengandung kekuasaan mengatur (verordnungsgewalt) dan kekuasaan
memutus (entscheidungsgewalt). Dalam arti material berisi unsur memerintah dan unsur
melaksanakan. Dengan demikian presiden juga memiliki fungsi membentuk peraturan.
Hal ini didukung oleh pendapat,
Van Wijk dan W Konijnenbelt, menyatakan bahwa pelaksanaan (uitvoering) dapat
berarti pengeluaran penetapan-penetapan.
Van Vollenhoven, Pemerintahan bisa berarti lembaga (oeverheid), dan juga fungsi
(funtie). Pemerintahan dalam arti luas terdiri atas empat fungsi :
a. Ketataprajaan (bestuur)
b. Pengaturan (regeling)
c. Keamanan/kepolisian (Politie)
d. Peradilan (Rechtspraak)
Dengan demikian sesuai UUD 1945, presiden selain memegang kekuasaan
pemerintahan, ia juga penyelenggara tetinggi pemerintah negara yang menjalanan
seluruh tugas dan fungsi pemerintahan dalam arti luas.

3. Presiden Penyelenggaran Pemerintahan dan perundang-undangan


Berdasar pada teori Jellinek dan Van Vollenhoven , presiden itu bertugas
menyelenggarakan pemerintahan termasuk juga pengaturan, sebagai penyelenggara
pemerintahan presiden dapat membentuk peraturan perundang-undangan yang diperlukan
oleh karena presiden juga merupakan pemegang kekuasaaan pengaturan di Indonesia yaitu:
a. Pembentukan UU dengan persetujuan DPR ( pasal 5 ayat (1) UUD 1945)
b. Pembentukan Peraturan Pemerintah (pasal 5 ayat (2) UUD 1945)
c. Pembentukan PERPU (pasal 22 ayat (1) UUD 1945)
d. Pembentukan KEPPRES ( pasal 4 ayat (1) UUD 1945)

4. Presiden Pemegang Kekuasaan Membentuk Undang-undang Dengan


Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
Sesuai dengan pasal 5 ayat (1), dapat ditafsir presidenlah yang membentuk UU, DPR
hanya memberikan persetujuan menerima atau menolak. Namun dalam bagian penjelasan
ayat tersebut terdapat kata ‘bersama-sama’ , menurut A.Hamid S.Attamimi, arti bersama-
sama berarti berbarengan atau serentak, dengan demikian dalam hal pembentukan UU,
presidenlah yang melaksanakan kekuasaan pembentukannya, sedangkan DPR
melaksanakan (pemberian) persetujuannya dengan berbarengan,serentak, bersama-sama.

5. Dewan Perwakilan Rakyat Memberi Persetujuan Setiap Rancangan Undang-


undang
Kalimat memberikan persetujuan setiap rancangan undang-undang dari
pemerintah ( Penjelasan pasal 20 UUD 1945 sebelum perubahan), tidak berarti bahwa
DPR harus selalu setuju terhadap semua rancangan UU. Dengan demikian perkataan
dengan persetujuan DPR itu seharusnya diartikan dengan kesepakatan DPR atau
dengan persesuaian DPR.

6. Hakikat Undang – undang menurut Rosseau


Menurut Rosseau, yaitu teori kedaulatan rakyat mengatakan bahwa tujuan negara itu
adalah untuk menegakkan hukum dan menjamin kebebasan warganegaranya dalam
pengertian kebebasan dalam batas perundang-undangan. Dalam hal ini pembentukan UU
menjadi hak rakyat sendiri untuk membentuknya, sehingga UU merupakan penjelmaan dari
kemauan dari keamauan dan kehendak rakyat. Di Indonesia, kemauan rakyat diserahkan
oleh rakyat kepada MPR yang kemudian MPR memandatkannya kepada Presiden.
Kemudia presiden membentuk UU dengan persetujuan DPR.

7. Cita Negra dan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia


Menurut Soepomo, cita negara Indonesia adalah cita negara Intergralistik. Menurut
soepomo, sebelum membicarakan soal persatuan negara atau negara serikat, republic atau
monarki, terlebih dahulu harus membicarakan soal apa yang disebut negara itu, negara
menurut dasar pengertian apa, oleh karena segala pembentukan susunan negara itu
tergantung pada dasar pengertian negara (staatsidee).
Menurut Soepomo struktur sosial Indonesia yang asli tidak lain adalah ciptaan
kebudayaan Indonesia, ialah buat aliran pikiran atau semangat kebatinan bangsa Indonesia.
Semangat kebatinan, strutur kerohanian dari bangsa Indonesia bersifat dan bercita-cita
persatuan hidup, persatuan kawula dan gusti, yaitu persatuan anatara dunia luar dan dunia
batin, antara makrakosmos dan mikrokosmos, antara rakyat dan pemimpinnya. Kemudia
cita negara Indonesia ini disetujui pada rapat BPUPKI 14 Juli 1945 yang kemudian diganti
namanya menjadi cita negara persatuan.
8. Lembaga-lembaga Negara Lainnya
Menurut Prayudi Atmosudirjo , kekuasaan negara atau dengan istilah susunan penguasa
negara adalah sebagai berikut:
a. Penguasa Konstitutif : MPR
b. Penguasa Legislatif : Presiden dan DPR
c. Penguasa eksekutif : presiden dan pejabat-pejabat pemerintah
d. Penguasa Administratif : presiden ( dengan mengepalai administrasi negara)
e. Penguasa Militer : presiden, dengan membawahi angkatan perang
f. Penguasa Yudikatif : MA, dengan membawahi aparatur Peradilan (korsa hakim)
g. Penguasa inspektif : BPK

Bab VII. Lembaga Negara dan Perundang-undangan (Sesudah Perubahan UUD 1945)
1. Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia
Perubahan UUD 1945 telah dilakukan sebanyak empat kali, telah membawa dampak
pada sistem pemerintahan di Negara Republik Indonesia. Menurut perubahan UUD 1945
menyatakan bahwa:
a. Negara Indonesia adalah negara hukum (pasal 1 ayat (3) UUD 1945 perubahan)
b. Kekuasaan Negara yang tertinggi adalah di tangan rakyat ( pasal 1 ayat (2) UUD
1945 Perubahan)
c. MPR terdiri atas anggota DPR dan DPD yang dipilih melalui pemilihan umum.
d. Presiden ialah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi ( pasal 4 ayat
(1) UUD 1945)
e. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR, dalam hal ini berdasarkan pasal
20 ayat (1) UUD 1945 DPR memagang kekuasaan dalam membentuk UU, dan
mendapat persetujuan dari Presiden.
f. Menteri negara adalah pembantu presiden
g. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas, dalam hal ini keduduka DPR adalah
kuat, dewan ini tidak dapat dibubarkan presiden, namun DPR dapat mengusulkan
pemberhentian presiden kepada MPR melalui putusan MK.
Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa presiden adalah pemegang kekuasaan
pemerintahan dalam arti eksekutif dan kekuasaan membentuk UU bersama DPR.
Banyak pendapat bahwa sesudah perubahan UUD 1945 Indonesia sudah menerapkan
teori trias Politica, namun menurut Prof Maria Farida Indonesia tidak menganut sistem
pemisahan kekuasaan (separation of powers)
2. Presiden Penyelenggara Tertinggi Pemerintahan Negara
Pasal 4 ayat (1) UUD 1945 tidak mengalami perubahan, dengan demikian sesudah
perubahan presiden tetap sebagai penyelenggara tertinggi pemerintahan negara. Namun
sekarang presiden dipilih secara langsung oleh rakyat sesuai pasal 6A UUD 1945
Perubahan , sehingga kedudukan presiden lebih kuat dibanding sebelum perubahan.
Presiden mendapar mandat dari rakyat bukan dari MPR.

3. Presiden Penyelenggara Pemerintahan dan Perundang-undnagan


Dalam penyelenggara pemerintah, presiden dapat membentuk peraturan perundang-
undangan yaitu UU bersama DPR, pembentukkan peraturan pemerintah, dan pembentuk
perpu.

4. Dewan Perwakilan rakyat memegang kekuasaan Membentuk undang-undang


bersama Presiden.
Pasal 5 ayat (1) UUD 1945 UUD perubahan dihubungkan dengan pasal 20 ayat (2)
UUD 1945 perubahan menetapkan bahwa setiap rancangan UU dibahas oleh DPR dan
presiden untuk mendapat persetujuan bersama. Persetujuan bersama ini diartikan sebgai
sebuah kesepakatan. Dengan demikian kewenangan presiden dalam membentuk UU tidak
jauh berbeda dari sebelumnya.

5. Lembaga-lembaga negara lainnya


Menurut perubahan UUD 1945, lembaga negara di Indonesia adalah sebagai berikut :
a. MPR
b. DPR
c. DPD
d. Presiden
e. MA
f. MK
g. KY
h. BPK
Bab VIII. Lembaga Pemerintahan dan Peurndang –undangan (sebelum perubahan UUD 1945)
1. Presiden
Sebelum perubahan UUD 1945, presiden adalah kepala negara, mandataris MPR, dan
penyelenggara tertinggi pemerintahah negara Republik Indonesia. Sebagai mandataris
MPR, presiden bertugas menjalankan haluan negara menurut GBHN yang ditetapkan oleh
MPR. Presiden diangkat oleh majelis dan bertanggung jawab kepada majelis. Presiden
adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi dibawah majelis, dan dalam
menjalankan pemerintah negara, kekuasaan dan tanggungjawab adalah di tangan presiden.
Presiden memiliki kekuasaan eksekutif dan legislatif dengan persetujuan DPR, dengan
demikian presiden juga penyelenggara tertinggi perundang-undangan negara. Sesuai UUD
tugas presiden yakni :
a. Menjalankan UUD 1945
b. Menjalankan GBHN
c. Menjalankan pemerintahan negara umumnya
Dalam tugasnya presiden dibantu oleh seorang wakil presiden, menteri-menteri, pejabat
Setingkat menteri, dan juga kepala lembaga pemerintah non departemen. Wakil presiden
bertanggungjawab kepada presiden, tidak membentuk peraturan perundang-undangan,
apabila keadaan mendesak maka wakil presiden dapat membuat peraturan atas nama
presiden.

2. Menteri-menteri Negara
Pasal 17 UUD 1945 menyatakan bahwa presiden dibantu oleh menteri-menteri negara,
menteri inilah yang menjalankan kekuasaan pemerintah (puvoir executive) di dalam
praktek. Sebagai pemimpin departemen, menteri mengetahui seluk-beluk mengenai
lingkungan kerjanya dan bidang tugasnya, oleh karena itu menteri punya pengaruh besar
terhadap presiden dalam menentuksn politik negara yang berhubungan dengan
departemennya. Dengan demikian jelas bahwa Indonesia menganut sistem Presidensiil.
Menteri yang membantu presiden adalah menteri-menteri negara mencakup :
a. Menteri koordinator (menko)
Berdasarkan keputusan presiden No 12 Tahun 1978 menko adalah menteri negara
pembantu presiden dengan tugas pokok mengkoordinasikan penyiapan dan
penyusunan kebijaksanaan serta pelaksanaannya di bidang tertentu dalam kegiatan
pemerintahan negara.
b. Menteri Negara (Meneg)
Berdasarkan keputusan presiden No 44 Tahun 1933, menteri negara adalah
pembantu presiden yang menangani bidang tugas tertentu yang melampaui bidang
tugas suatu departemen.
c. Menteri Departemen (menteri)
Berdasarkan keputusan presiden No 15 tahun 1984, menteri negara yang termasuk
dalam lembaga-lembaga pemerintah dalam perundang-undangan adalah hanya
menteri menteri departemen. Menko dan meneg tidak merupakan lembaga-lembaga
pemerintah dalam perundang-undangan, sebab dalam membentuk perundang-
undangan yang berwenang adalah menteri departemen. Menko dan meneg hanya
membuat peraturan intern saja, jadi tidak mengikat umum.
Selain menteri, presiden juga dibantu oleh pejabat stingkat menteri (sebelum perubahan
UUD 1945 yaitu :panglima angkatan bersenjata republik Indonesia, Jaksa Agung RI,
Gubernur BI.

3. Kepala Lembaga Pemerintahan Non Departemen


Ada yang disebut badan (badan administrasi kepegawaian Negara), lembaga ( Lembaga
Ilmu pengetahuan Indonesia), biro ( biro pusat statistic), maupun tidak disebut bentuk
kelembagaannya (arsip nasional)

4. Direktorat Jenderal Departemen


Berdasar keputusan presiden No 44 Tahun 1974, Direktorat jenderal departemen dapat
mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang bersifat teknis, melaksanakan lebih
lanjut kebijaksanaan dari menterinya sebagai delegasian.

5. Badan Negara
Dibentuk dengan suatu undang-undang, berfungsi menyelenggarakan urusan-
urusan yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat, misalnya petamina, bank
Indonesie, dan perusahaan kereta api. Badan negara ini diberi kewenangan membentuk
peraturan perundang-undangan yang merupakan pelaksanaan dalam menjalankan tugas
dan fungsinya berdasarkan suatu atribusi, dimana kewenangan ini ditentukan dalam UU
pembentukannya.
6. Pemerintah Daerah
Dalam pasal 18 UUD 1945 dinyatakan bahwa daerah negara Republik
Indonesia dibagi menjadi daerah-daerah yang lebih kecil dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan. Pembagian daerah ini tidak menjadikan adanya negara
di dalam negara Republik Indonesia. Sesuai pasal tersebut pemerintah diwajibkan
untuk melaksanakan desentralisasi dan dekonsentrasi di bidang ketatanegaraan.
Dalam pasal 3 ayat (1) UU no 5 tahun 1974 menyatakan bahwa dalam rangka
pelaksanaan asas desentralisasi dibentuk dan disusun daerah tingkat I dan daerah
tingkat II.
Dalam pasal 72 UU No 5 Tahun 1974 menyatakan bahwa pelaksanaan
dkonsentrasi, wilayah Indonesia dibagi dalam wilayah-wilayah propinsi dan ibukota
negara, wilayah propinsi dibagi dalah wilayah kabupaten dan kota madya, wilayah
kabupaten dan kota madya dibagi dalam wilayah kecamatan.
Pemerintah daerah adalah kepala daerah (eksekutif) dan dewan perwakilan
daerah (legislatif), yang secara bersama menetapkan peraturan daerah.

7. Kepala Daerah
Gubernur memimpin daerah tingkat I, Bupati untuk kabupaten, walikota madya
untuk kota madya ( daerah tingkat II), walikota untuk kota administratif, camat untuk
kecamatan. Kepala daerah memiliki dua fungsi yaitu sebagai kepala daerah otonom
yang memimpin penyelenggaraan dan bertanggungjawab sepenuhnya tentang jalannya
pemerintahan daerah, dan fungsi sebagai kepala wilayah yang memimpin
penyelenggaraan urusan pemerintahan umum yang menjadi tugas pemerintah pusat di
daerah. Kepala daerah membentuk peraturan perundang-undangan yang bersifat
delegasian.

Bab IX Lembaga perintahan dan perundang-undangan ( sesudah perubahan UUD 1945)


1. Presiden
Sesudah perubahan UUD 1945, presiden adalah kepala negara dan
penyelenggaraa tertinggi pemerintahan Negara Republik Indonesia. Perubahan
ketentuan pasal 1 ayat (2) dimaksudkan untuk mengoptimalkan dan meneguhkan
paham kedaulatan rakyat yakni pelaksanaan kedaulatan rakyat tidak lagi dijalankan
sepenuhnya oleh sebuah lembaga negara yaitu MPR. Melainkan melalu cara-cara dan
oleh berbagai lembaga yang ditentukan oleh UUD 1945 yaitu melalui Pemilu. Aturan
dalam undang-undang dasar 1945 itulah yang mengatur dan membagi pelaksanaan
kedaulatan rakyat kepada rakyat itu sendiri dana tau kepada berbagai lembaga negara.
Dengan demikian, tidak dikenal lagi istilah lembaga tertinggi negara, kedudukan
masing-masing lembaga negara tergantung pada wewenang,tugas,dan fungsi yang
diberikan oleh UUD 1945.
Menurut teori Rousseau, rakyat dapat berada di dua tempat, yaitu rakyat sebagai
“citoyen” yang berarti rakyat yang memerintah atau yang berdaulat, dan rakyat sebagau
“sujet” yang berarti rakyat yang diperintah, maka posisi presiden sesudah perubahan
UUD 1945 menjadi lebih kuat dibanding sebelum perubahan.
Dalam perubahan UUD 1945 dinyatakan presiden dan wakil presiden dipilih
dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat, berarti rakyat sebagai “citoyen” telah
memberikan mandatnya kepada presiden secara langsung. Setelah perubahan UUD
1945, maka pejabat setingkat menteri hanya satu yaitu Jaksa Agung Republik
Indonesia. Selain itu tidak ada lagi dewan pertimbangan agung yang ada adalah dewan
pertimbangan presiden.
Dewan pertimbangan presiden adalah lembaga pemerintah yang bertugas
memberikan nasehat dan pertimbangan kepada presiden dalam menjalankan kekuasaan
pemerintahan negara, baik diminta atau tidak. Dewan pertimbangan presiden terdiri
atas ketua merangkap anggota dan 8 orang anggota.

2. Menteri-menteri negara
Berdasarkan peraturan presiden No 9 TAHUN 2005, kementerian negara
Indonesia terdiri : (catatan : bisa cek perpres terbaru yaitu perpres nomor 7 tahun 2015)
a. Kementerian Koordinator
Merupakan unsur pelaksana pemerintah yang dipimpin oleh menko.
b. Departemen
Dipimpin oleh menteri, mempunyai tugas membantu presiden dalam
menyelenggarakan sebagai tugas pemerintahan di bidang masing-masing.
c. Kementerian negara
Dipimpin oleh menteri negara
Selain itu presiden juga dibantu oleh :
a. Sekretariat negara
Dipimpin oleh menteri sekretaris negara, menyelenggarakan fungsi :
- Pemberian dukungan teknis dan administrasi kepada presiden dan wakil
presiden dalam pelaksanaan tugasnya menyelenggarakan kekuasaan
negara.
- Penyiapan naskah-naskah presiden dan wakil presiden
- Koordinasi pemberian pelayanan kerumahtanggan dan keprotokolan
kepada presiden dan wakil presiden.
- Koordinasi pemberian dukungan teknis dan administrasi kepada
presiden dalam menyelenggarakan kekuasaan tertinggi atas AD, AL,
AU.
- Penyelenggaraan administrasi pengangkatan, pemindagabm dan
pemberhentian dalam dan dari jabatan atau pangkat pegara negeri sipil
di lingkungat sekretariat negara dan pejabat negara.
- Pemberian dukungan teknis dan administrasi serta analisis dalam rangka
penyiapan izin prakarsa dan penyelesaian rancangan UU, peraturan
pemerintah, dan perpu serta pemberian pertimbangan kepada sekretaris
kabinet dalam penyusunan rancangan peraturan presiden.
- Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan presiden dan wakil presiden.
- Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh peraturan perundang-
undangan.
b. Sekretariat kabinet
Dipimpin oleh sekretaris kabinet, memiliki fungsi:
- Pemantauan dan evaluasi serta penyampaian analisis atas pelaksanaan
kebijakan dan program pemerintah di bidang politik, keamananan,
perekonomian, kesejahteraan rakyat, hukum
- Pemberian dukungan teknis dan administrasi serta analisi dalam rangka
penyiapan rancangan peraturan presiden, keputusan presiden, dan
intruksi presiden
- Penyelenggaraan dan pengadministrasian sidang-sidang kabinet, rapat
atau pertemuan dengan para menteri kabinet dana tau pejabat setingkat
menteri, panglima TNI, KAPOLRI, kepala lembaga pemerintahan non
departemen,dll
- Pemantauan rapat-rapat koordinasi yang diselenggarakan oleh para
menteri coordinator.
- Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan presiden dan wakil presiden.
3. Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen
Berdasarkan pada keputusan presiden No 103 Tahun 2001 (bisa dilihat di internet),
LPND adalah lembaga pemerintah pusat yang dibentuk untuk melaksanakan tugas
pemerintahan tertentu oleh presiden, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Macam : LAN, ANRI, BKN, PERPUSNAS, BAPPENAS,BAPEDAL, BPS, BSN,
BAPETEN, BATAN, BIN, LEMSANEG, BULOG, BKKBN, LAPAN,
BAKOSURTANAL, BPKP, LIPI, BPPT, BKPM, BPN, BPOM, LIN, LEMHANNAS,
BP BUDPAR.

4. Direktorat Jenderal Departemen


Diatur dalam perpres 9 tahun 2005 ( sekarang perpres 7 tahun 2015), direktorat
jenderal adalah unsur pelaksana tugas dan fungsi departemen yang berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada menteri, dan dipimpin oleh direktur jenderal. Fungsi :
- Penyiapan perumusan kebijakan departemen di bidangnya
- Pelaksanaan kebijakan dibidangnya
- Penyusunan standar,norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di
bidangnya
- Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
- Pelaksanaan administrasi direktorat jenderal

5. Badan “Hukum” Negara


Merupakan lembaga negara yang dibentuk dengan suatu undang-undang,
contohnya yaitu bank Indonesia ( UU No 23 tahun 1999 , perubahannya UU No 3
Tahun 2004). Peraturan bank Indonesia merupakan salah satu jenis peraturan
perundang-undangan di Tingkat pusat.

6. Pemerintah Daerah
Peralihan presiden soeharto kepada B.J. Habibi, terdapat perubahan yang
mendasar yaitu dengan dibentuknya UU No 22 Tahun 1999 tentang pemerintan daerah
(sekarang UU No 32 tahun 2004). Kemudian dalam pasal 18 UUD 1945 perubahan,
pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota mempunyai kewenangan untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan, dalam rangka melaksanakan
otonomi dan tugas pembantuan. Dengan demikian kewenangan pemerintah daerah
dalam pembentukan peraturan daerah tersebut diberikan secara atribusi.

7. Kepala Daerah
Pasal 146 UU 32 tahun 2004 menyatakan bahwa kepala daerah mempunyai
kewenangan untuk membentuk peraturan kepala daerah (bersifat mengatur/regeling)
ataupun keputusan kepala daerah (bersifat menetapkan/beschikking)

Bab X. jenis Peraturan Perundang – undangan


1. Fungsi undang-undang dan perpu
a. Undang undang
Peraturan perundang-undangan yang tertinggi di NKRI, dibentuk oleh DPR dengan
persetujuan presiden. (pasal 5 ayat (1) dan 20 UUD 1945), menandakan bahwa
kekuasaan membentuk undang-undang itu sebenarnya dipegang secara bersama
oleh DPR dan presiden.
b. Peraturan pemerintah pengganti undang-undang (PERPU)
Setingkat dengan UU, berdasar pada pasal 22 UUD 1945. Perpu ini ditetapkan
oleh presiden dalam hal memaksa yang harus segera diatasi, karena pada saat itu
presiden tidak dapat mengaturnya dengan undang-undang, yang pembentukkannya
relatif lebih lama.
Keadaan memaksa tersebut tidak selalu ada hubungannya dengan bahaya, tetapi
cukup kiranya apabila menurut keyakinan presiden terdapat keadaan yang
mendesak. Misalnya penetapan perpu no 1 tahun 1984 tentang penangguhan mulai
berlakunya UU pajak pertambahan Nilai 1984 yang dilatarbelakangi oleh harga
yang melonjak naik sehingga terjadi krisi ekonomi di Indonesia.
Perpu memiliki waktu yang terbatas sebab secepat mungkin harus dimintakan
persetujuan DPR, jika disetujui maka akan menjadi UU, jika tidak disetujui maka
akan dicabut.DPR dalam menyetujui perpu juga memiliki hak amandemen (hak
untuk mengubah)

2. Fungsi peraturan pemerintah


Merupakan peraturan perundang-undangan yang dibentuk presiden untuk
melaksanakan undang-undanga berdasarkan pasal 5 ayat (2) UUD 1945. Peraturan
pemerintah dapat dibentuk meskipun dalam undang-undangnya tidak ditentukan secara
tegas supaya diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah. Karakteristik peraturan
pemerintah menurut A. Hamid S. Attamimi :
a. Peraturan pemerintah tidak dapat dibentuk tanpa terlebih dahulu ada UU
yang menjadi “induknya”
b. Peraturan pemerintah tidak dapat mencamtumkan sanksi pidana apabila UU
yang bersangkutan tidak mencantumkan sanksi pidana.
c. Ketentuan PP tidak dapat menambah atau mengurangi ketentuan UU yang
bersangkutan
d. Untuk menjalankan, menjabarkan, atau merinci ketentuan UU, PP dapat
dibentuk meski ketentuan UU tersebut tidak memintanya secara tegas.
e. Ketentuan PP berisi peraturan atau gabungan peraturan dan penetapan.

3. Fungsi Peraturan Presiden


Peraturan presiden (dulu keppres) dibentuk oleh presiden berdasarkan Pasal 4
ayat (1) UUD 1945, perpres dapat merupakan pengaturan secra langsung berdasarkan
atribusi (dari UUD) maupun bersifat delegasi dari suatu PP dan UU yang
dilaksanakannya. Perpres tidak selalu bersifat penetapan dan berlaku sekali selesai ,
tetapi dapat juga merupakan keputusan yang mengatur dan berlaku terus menerus.

4. Fungsi Peraturan Menteri


Peraturan menteri (dulu keputusan menteri) dibentuk oleh menteri berdasarkan
pasal 17 UUD 1945. Menteri-menteri yang dapat membentuk Permen adalah menteri-
menteri yang memegang suatu departemen. Peraturan menteri ini bersifat mengatur
(regeling).

5. Fungsi Peraturan Kepala Lembaga Nega pemerintahan Non Departemen


Jenis peraturan yang setingkat lebih rendah dari peraturan menteri. Penemtapan
peraturan kepala LPND dibawah peraturan menteri tersebut hanyalah bersifat teknis
saja, dalam penyelenggaraan fungsi fungsi dan tugasnya LPND dikoordinasikan oleh
menteri koordinator.
6. Fungsi Peraturan Direktorat Jenderal Departemen
Merupakan peraturan yang dibentuk sebagai penjabaran dari peraturan menterinya,
sehingga pengaturannya bersifat teknis saja, sebab pengaturan yang bersifat kebijakan
dibuat oleh menteri.

7. Fungsi Peraturan Badan Hukum Negara


Peraturan perundang-undangan yang kewenangan pembentukannya ditentukan
dalam UU Pembentukan badan hukum negara tersebut secara atribusi. Peraturan badan
hukum negara ( khusus bank Indonesia) ditetapkan dalam penjelasan pasal 7 ayat ($)
UU No 10 Tahun 2004 yang mencamtumkan secara tegas Bank Indonesia sebagai
pembentuk peraturan perundang-undangan.

8. Fungsi Peraturan Daerah


a. Peraturan Daerah Provinsi
Peraturan yang dibentuk oleh Gubernur bersama-sama dengan DRPD Provinsi,
dalam melaksanakan otonmi daerah. Kewenangan pembentukan peraturan
daerah provinsi dapat berupa atribusi sesuai pasal 136 UU No 32 tahun 2004,
dapat juga berupa delegasi dari peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi.
b. Peraturan Gubernur
Pelaksanaan dari peraturan daerah provinsi yang berdasar pada pasal 146 UU
No 32 Tahun 2004.
c. Peraturan Daerah Kabupaten/kota
Peraturan yang dibentuk oleh Bupati atau walikota bersama-sama dengan
DPRD daerah kabupaten/kota.
d. Peraturan Bupati atau Walikota
Pelaksanaan dari peraturan daerah kabupaten/kota yang berdasar pada pasal 146
UU No 32 tahun 2004, ataupun untuk mengatur urusan dalam rangka tugas
pembantuan (medebewind). Kepala daerah juga dapat membentuk keputusan
kepala derah yang bersifat penetapan.
9. Peraturan perundang-undangan peninggalan zaman Hindia Belanda
Pada zaman I.S jenis peraturan perundang-undangan yang berlaku di Hindia Belanda :
a. WET
Dibentuk di negeri Belanda oleh regering dan staten general bersama-sama
dengan nasehat (advies) dari raad van state. Beberapa WET yang masih berlaku
sampai saat ini misalnya Wetboek van Straftrecht (KUHP), Wetboek van
koophandel ( KUHD), burgerlijk Wetboek (KUHPer). Berbagai WET yang berlaku
di Indonesia disetingkatkan dengan Undang-undang.
b. Algemene Maatregel van Bestuur (AMvB)
Dibentuk oleh Kroon (raja) dan menteri-menteri serta mendapat nasehat dari
raad van state.
c. Ordonantie
Peraturan yang dibentuk oleh Governeur Generaal (Gubernur Jenderal) dan
Volksraad ( Dewan Rakyat), di Jakrta dan berlaku bagi wilayah Hindia Belanda.
d. Regeringsverordening (Rv)
Dibentuk oleh Gouverneur Generaal di Jakarta dan berlaku di wilayah Hindia
Belanda. Disetingkatkan dengan peraturan pemerintah.

10. Peraturan Perundang-undangan peninggalan zaman Orde Lama


Berupa penetapan presiden dan peraturan presiden yang dibentuk oleh presiden
berdasarkan surat presiden kepada ketua DPR No 3639/Hk/59. Permasalahan yang
timbul adalah beberapa penetapan dan peraturan presiden sampai sekarang belum
diganti Undang-undang yang baru sehingga keadaannya tak menentu dan diibaratkan
sebagai peraturan yang bergentayangan.

11. Peraturan Presiden Peninggalan zaman Orde Baru


Berdasarkan pasal 54 dan 56 UU no 10 Tahun 2004, segala keputusan yang bersifat
mengatur harus disebut dengan istilah ‘peraturan’, namun hal ini justru menimbulkan
beberapa masalah seperti bagaimana dengan keputusan yang tidak bersifat mengatur
sebelum UU No 10 tahun 2004 ini diundangkan.
Bab XI Fungsi Dari Berbagai Jenis Peraturan Perundang-undangan
1. Fungsi Undang-Undang dan PERPU
Undang-undang merupakan peraturan yang mengatur lebih lanjut ketentuan-
ketentuan yang diatur dalam UUD 1945, lalu dalam pasal 22 UUD 1945 dalam hal
memaksa Presiden dapat membentuk PERPU. Dengan demikian, fungsi PERPU adalah
sama dengan UU.
- Meyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam UUD 1945
yang tegas-tegas menyebutnya, seperti tentang perjanjian internasional
(pasal 11 ayat (3) UUD 1945)
- Pengaturan lebih lanjut secara umum aturan dasar lainnya dalam batang
tubuh UUD 1945, fungsi ini dirumuskan dalam penjelasan umum UUD
1945 alinea ke IV walaupun tidak secara tegas menyatakan bahwa
ketentuan dalam batang tubuh UUD 1945 harusd diatur dengan UU.
- Pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam ketetapan MPR yang tegas
tegas menyebutnya. Contohnya pada pasal 6 Ketetapan MPR No
III/MPR/2000
- Pengaturan di bidang materi konstitusi. Seperti organisasi, tugas, dan
susunan lembaga tinggi negara, serta tata hubungan antara negara dan
warga negara. Contoh : UU Perpajakan, UU tentang Mahkamah Agung.

2. Fungsi Peraturan Pemerintah


- Pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam undang-undang yang tegas-tegas
menyebutnya. Berdasarkan pasal 5 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa
presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan UU. Contoh: pasal
31ayat (2) UU No 9 Tahun 1990 ‘pelaksanaan pembinaan sebagaimana…. Diatur
lebih lanjut dengan peraturan pemerintah’.
- Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan lain dalam UU yang
mengatur meskipun tidak tegas-tegas menybutnya.

3. Fungsi Peraturan Presiden


- Menyelenggarakan pengaturan secara umum dalam rangka penyelenggaraan
kekuasaan pemerintahan. Berdasarkan pada pasal 4 ayat (1) UUD 1945.
- Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam peraturan pemerintah
yang tegas-tegas menyebutnya.
- Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan lain dalam peraturan
pemerintah, meskipun tidak tegas-tegas menyebutnya

4. Fungsi Peraturan Menteri


- Menyelenggarakan pengaturan secra umum dalam rangka penyelenggaraan
kekuasaan pemerintahan di bidangnya.
- Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam peraturan presiden
- Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam UU yang tegas-tegas
menyebutnya.
- Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam PP yang tegas-tegas
menyebutnya

5. Fungsi Peraturan Kepala Lemabaga Pemerintahan Non Depatemen


- Menyelenggarakan pengaturan secra umum dalam rangka penyelenggaraan
kekuasaan pemerintahan di bidangnya.
- Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam peraturan presiden

6. Fungsi Peraturan Direktur Jenderal Departemen


- Menyelenggarakan perumusan kebijakan teknis peraturan menteri
- Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam peraturan Menteri.

7. Fungsi Peraturan Badan Hukum Negara


- Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam UU yang
mengatribusikan, dan peraturan pemerintah yang bersangkutan
- Menyelenggarakan secra umum dalam rangka penyelenggaraan fungsi dan
tugasnya

8. Fungsi Peraturan Daerah


Pasal 136 UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah:
a. Menyelenggarakan pengaturan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan
tugas pembantuan
b. Menyelenggarakan pengaturan sebagai penjabaran lebih lanjut peraturan
perundang-undanagn yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas masing-
masing daerah.
c. Menyelenggarakan pengaturan hal-hal yang tidak bertentang dengan kepentingan
umum.
d. Menyelenggarakan pengaturan hal-hal yang tidak bertentangan dengan peraturan
yang lebih tinggi (tingkat pusat).

9. Fungsi Peraturan Kepala daerah


Pasal 146 UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah:
a. Menyelenggarakan pengaturan dalam rangka pelaksanaan peraturan daerah yang
bersangkutan.
b. Menyelenggarakan pengaturan atas kuasa peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi .
c. Tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum
d. Tidak boleh bertentangan dengan peraturan daerah
e. Tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Bab XII Materi Muatan Undang-undang dan peraturan perundang-undangan lainnya


1. Materi muatan undang-undang (sebelum perubahan UUD 1945)
a. Dari ketentuan dalam batang tubuh UUD 1945
Terdapat 18 masalah yang harus diatur, ditetapkan, dan dlaksanakan dengan
Undang-undang, dari 18 tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok :
- Hak-hak asasi manusia: pasal 12, 23 ayat (2), 23 (3),26(1), 26(2), pasal
28, pasal 30 (2), 31(1)
- Pembagian kekuasaan negara: pasal 2(1), 19(1),24(1), 24(2), 25
- Penetapan organisasi dan alat kelengkapan negara : pasal 16(1), pasal
18, 23(1),23(4), 23(5).
b. Berdasarkan wawasan negara berdasarkan atas hukum
- Polizeistaat, sebagai reaksi dari adanya kekuasaan negara yang absolut,
dalam masa ini UU dibentuk oleh negara
- Rechstaat sempit/liberal, perkembangan lebih lanjut dari polizistaat
negara hanya berfungsi ketertiba dan ketenangan masyarakat. Mulai
adanya perlindungan hak asasi manusia dan perinsip
pemisahan/pembagian kekuasaan.
- Rechtstaat formal, ciri cirinya ditandai dengan perlindungan hak-hak
asasi manusia, prinsip pemisahan/pembagian kekuasaan, prinsip
pemerintahan berdasarkan undang-undang, perinsip adanya peradilan
administrasi.
- Rechtstaat material/sosial, ciri-cirinya ditandai dengan perinsip
perlindungan hak-hak asasi, perinsip pemisahan/pembagian kekuasaan,
perinsi pemerintahan berdasar undang-undang, perinsip peradilan
administrasi, prinsip pemerintahan yang menciptakan kemakmuran
rakyat.
c. Berdasarkan wawasan pemerintahan bersarkan sistem konstitusi
(konstitusonalisme)
Kekuasaan perundang-undangan di Indonesia terikat pada UUD dan Hukum dasar
sedangkan kekuasaaan pemerintahan terikat pada undang-undang dan hukum
negara.
Secara keseluruhan maka materi muatan dari Undang-undang yaitu :
a. Yang tegas-tegas di perintahkan oleh UUD dan TAP MPR
b. Yang mengatur lebih lanjut ketentuan UUD
c. Yang mengatur hak hak asasi manusia
d. Yang mengatur hak dan kewajiban warganegara
e. Yang mengatur pembagian kekuasaan negara
f. Yang mengatur organisasi pokok lembaga lembaga tinggi negara
g. Yang mengatur pembagian wilayah/daerah negara
h. Yang mengatur siapa warganegara dan cara memperoleh/kehilangan
kewarganegaraan.
i. Yang dinyatakan oleh suatu undang-undang untuk diatur dengan undang-undang.

2. Materi muatan peraturan perundang-undangan lainnya


a. PERPU , materi muatannya sama dengan UU.
b. Peraturan Pemerintah, materi muatannya keseluruhan materi muatan UU yang
dilimpahkan kepadanya.
c. Keputusan Presiden, materi muatannya sisa dari materi muatan UU dan PP
d. Peraturan dibawah keputusan presiden, materi muatannya bersifat atribusian
maupun delegasian dari peraturan yang lebih tinggi.
3. Materi Muatan peraturan perundang-undangan ( sesudah perubahan UUD 1945)
a. Materi muatan UU
Masih dengan cara A Hamid S.Atamimi:
- Ketentuan dalam batang tubuh UUD 1945 perubahan
Setelah mengalami perubahan, terdapat 43 hal yang diperintahkan unutk
diatur dengan undang-undang, dapat dikelompokkan menjadi :
kelompok lembaga negara, kelompok penetapan organisasi dan alat
kelengkapan negara, kelompok hak-hak asasi manusia, kelompok
pengaturan wilayah negara, kelompok pengaturan atribut negara, dan
kelompok lain-lain. Untuk selebihnya sama penjelasannya dengan
sebelum perubahan.
Namun untuk sekarang materi muatan undang-undang sudah secara tegas
tercantum dalam pasal 8 UU No 10 Tahun 2004 yaitu :
a. Hak-hak asasi manusia
b. Hak dan kewajiban warga negara
c. Pelaksanaan dan penegakan kedaulatan negara serta pembagian negara dan
pembagian daerah
d. Wilayah negara dan pembagian daerah.
e. Kewarganegaraan dan kependudukan
f. Keuangan negara

b. Materi muatan PERPU, sama dengan UU


c. Materi Muatan PP, pasal 10 UU No 10 tahun 2004 berisi materi unutk menjalankan
undang-undang sebagaimana mestinya.
d. Materi muatan Perpres, pasal 11 UU No 10 tahun 2004, berisi materi yang
diperintahkan oleh UU atau materi untuk melaksanakan PP
e. Materi muatan peraturan daerah, pasal 12 UU No 10 Tahun 2004, Seluruh materi
muatan dalam rangka penyelenggaaan otonomi daerah dan tugas pembantuan.
f. Materi muatan peraturan desa, pasal 13 UU no 10 Tahun 2004, seluruh materi
muatan dalam rangka penyelenggaraan urusan desa atau setingkat serta penjabaran
lebih lanjut peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai