Anda di halaman 1dari 13

Vol 2 Nomor 1.

Januari-Juni 2014 Jurnal Fropil

ANALISIS DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG


DIVERIFIKASI DENGAN HASIL UJI PILE DRIVING ANALYZER
TEST DAN CAPWAP
(Studi Kasus Proyek Pembangunan Gedung Kantor Bank Sumsel Babel
di Pangkalpinang)

Andi Yusti
Alumni Jurusan Teknik Sipil Universitas Bangka Belitung
Email:andiyusti.ay@gmail.com

Ferra Fahriani
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Bangka Belitung
Email:f2_ferra@yahoo.com

ABTRAK

Pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan
tanah, atau bagian bangunan yang terletak dibawah permukaan tanah yang mempunyai
fungsi memikul beban bagian bangunan lain diatasnya (Joseph E. Bowles, 1997). Pada
pengaplikasian dilapangan sering mengesampingkan analisis daya dukung pondasi dan
penurunan pondasi yang tepat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan
membandingkan daya dukung pondasi tiang tunggal secara analitis dan numeris dengan
pengujian dinamik tes di lapangan atau Pile Driving Analyzer (PDA) dan CAPWAP.
Secara analitis, perhitungan dilakukan dengan analisis manual menggunakan metode
Bagemann, deRuiter dan Beringen, Mayerhof (1976), Mayerhof (1956),  , Tomlinson
(1977) yang dilakukan dengan menghitung kapasitas daya dukung pondasi tiang pancang
berdasarkan data-data dari lapangan yang didapat dari pengujian CPT dan SPT,
sedangkan numeris yaitu menghitung dengan menggunakan metode elemen hingga
menggunakan program Plaxis 2D V.8. Perhitungan dilakukan pada dua titik pengujian
dilapangan yaitu titik S1, S2 untuk pengujian CPT sedangkan pengujian SPT yaitu titik
BH1, BH2 yang akan diverifikasi dengan pengujian PDA dan CAPWAP pada Proyek
Pembangunan Gedung Kantor Bank Sumsel Babel di Pangkalpinang.Dari hasil analisis
secara manual dan program, dapat disimpulkan bahwa metode Mayerhof (1956) memiliki
nilai rentang paling kecil dibandingkan dengan metode-metode lainya yang diverifikasi
dengan pengujian PDA dan CAPWAP. Nilai Qu sebesar 128,298 ton berbanding 118 ton,
dan 102 ton pada titik BH1. Sedangkan pada titik BH2 Qu sebesar 118,679 ton berbanding
165 ton, dan 163 ton.

Kata kunci : Pondasi, Daya dukung pondasi, Plaxis 2D, PDA, CAPWAP.

PENDAHULUAN Sedangkan untuk struktur bawah terdiri


Bangunan struktur gedung sipil terdiri dari konstruksi pondasi. Pondasi adalah
dari struktur atas dan struktur bawah. struktur bagian bawah bangunan yang
Bangunan struktur atas terdiri dari berhubungan langsung dengan tanah, atau
konstruksi kolom, balok, plat, dll. bagian bangunan yang terletak dibawah

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung 19


Jurnal Fropil Vol 2 Nomor 1. Januari-Juni 2014

permukaan tanah yang mempunyai fungsi lempung (clay) dengan tanah keras yang
memikul beban bagian bangunan lain terletak pada kedalaman yang dalam dan
diatasnya (Joseph E. Bowles, 1997). apabila beban yang harus dipikul pondasi
besar sangat cocok digunakan pondasi
Pondasi merupakan bagian penting
tiang pancang sebagai pilihan dalam
dari satu bangunan sipil, pondasi sebagai
kontruksi bangunan.
dasar penahan beban terdasar dari suatu
konstruksi. Jalan, gedung, jembatan, Ada beberapa metode yang dapat
bendungan, dan kontruksi sipil lainnya digunakan untuk perhitungan daya dukung
tanpa pondasi yang kuat pasti akan pondasi tiang pancang. Pemilihan metode
mengalami kegagalan kontruksi. Pada yang digunakan tergantung dengan
pengaplikasian dilapangan sering parameter data tanah yang dipakai.
mengesampingkan analisis daya dukung Pengujian tanah dilapangan yang paling
pondasi yang tepat. Desain pondasi hanya sering dilakukan biasanya terdiri dari uji
berdasarkan pengalaman pribadi, sehingga sondir dan bor log.
penulis menganggap hal ini perlu di angkat
Pembahasan dalam penelitian ini
karena pondasi menjadi landasan adalah analisis daya dukung pondasi tiang
terpenting dari keberhasilan dalam pancang secara manual, program dengan
bangunan sipil. beberapa metode yang akan diverifikasi
Pondasi ada dua jenis, yaitu pondasi dengan hasil dinamik tes dilapangan yaitu
dangkal dan pondasi dalam. Pondasi PDA dan CAPWAP. Pile Driving Analyzer
dangkal adalah pondasi yang tidak (PDA) adalah sistem yang paling banyak
membutuhkan galian tanah terlalu dalam digunakan untuk pengujian beban secara
karena lapisan tanah dangkal sudah cukup dinamik dan pengawasan pemancangan di
keras, apalagi bangunan yang akan dunia. PDA akan menghasilkan keluaran
dibangun hanya rumah sederhana. (output) berupa daya dukung ultimit
Sedangkan pondasi dalam adalah pondasi pondasi (Qu). Penginputan data PDA yang
yang membutuhkan pengeboran atau dianalisis dengan CAPWAP akan
pemancangan dalam karena lapisan tanah menghasilkan keluaran (output) berupa
yang kerasberada di kedalaman cukup daya dukung ultimit pondasi (Qu), daya
dalam, biasanya digunakan oleh bangunan dukung gesek tiang (Qu), Daya dukung
besar, jembatan, struktur lepas pantai, dan ujung tiang (Qu), penurunan total, dan
sebagainya. Jenis pondasi dalam terbagi penurunan maksimum pada tiang.
lagi menjadi dua, yaitu pondasi tiang dan
pondasi bor. Tiang pancang merupakan TINJAUAN PUSTAKA
Parameter-Parameter Tanah
salah satu contoh jenis pondasi tiang pada
pondasi dalam. Penentuan jenis pondasi Ada beberapa parameter-parameter
yang akan digunakan dipengaruhi beberapa tanah yang menjadi acuan untuk
faktor, diantaranya adalah kedalaman tanah mendapatkan korelasi data laboratorium
keras, jenis tanah pada lokasi, dan beban berdasarkan observasi di lapangan. Hasil
yang akan dipikul oleh pondasi. Jenis tanah pengujian Standard Penetration Test (SPT)

20 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung


Vol 2 Nomor 1. Januari-Juni 2014 Jurnal Fropil

selain mendapatkan nilai (N-SPT), juga keadaan jenuh (w), berat volume kering,
dapat diketahui struktur geologi tanah pada dan berat jenis tanah (Gs) untuk
titik lokasi pengujian. Dengan melakukan mendapatkan korelasi data yang akan
pendekatan struktur geologi tanah dapat digunakan untuk analisis daya dukung
diketahui angka pori (e), kadar air dalam pondasi tiang pancang

Tabel 1 Hasil interprestasi data tanah titik BH1


Data Lapangan Data Korelasi
  sat
Kedalaman w cu
Jenis Tanah N-SPT Gs e (t/m³) (t/m³)
(m) (%) (kN/m²)

0-5,50 Lempung 6,4 2,715 1,15 40 36,667 1,768 1,798


5,5-7,7 Lanau 7,5 2,65 0,4 15 50 2,177 2,179
7,7-11 Lempung 9,2 2,715 1,15 40 60 1,768 1,798
Nop-15 Lempung 26 2,715 1,15 40 180 1,768 1,798
15-28 Lempung 60 2,715 1,15 40 375 1,768 1,798
28-30 Lempung 60 2,715 1,15 40 375 1,768 1,798

Tabel 2 Hasil interprestasi data tanah titik BH 2


Data Lapangan Data Korelasi
Kedalaman cu  
Jenis Tanah N-SPT Gs e w (%) (t/m³) sat (t/m³)
(m) (kN/m²)
0-5,10 Lempung 7,5 2,715 1,15 40 50 1,768 1,798
5,10-7,60 Lanau 6,667 2,65 0,4 15 36,667 2,177 2,179
7,60-8,85 Lempung 8 2,715 1,15 40 56,667 1,768 1,798
8,85-13,5 Lanau 14,6 2,65 0,4 15 93,333 2,177 2,179
13,5-17 Lanau 39,8 2,65 0,4 15 253,333 2,177 2,179
17-18,5 Pasir 53 2,67 0,45 16 340 2,136 2,152
18,5-24,5 Lanau 56,571 2,65 0,4 15 356,667 2,177 2,179
24,5-30 Lanau 60 2,65 0,4 15 375 2,177 2,179

Kapasitas Dukung Ultimit Tiang tiang. Umumnya, bila tanah homogen,


Tunggal tahanan gesek dinding yang berupa adhesi
Kapasitas dukung tiang adalah antara sisi tiang dan tanah akan
kemampuan atau kapasitas tiang dalam berpengaruh besar pada kapasitas
mendukung beban (Hardiyatmo, 2011). ultimitnya.
Jika dalam kapasitas dukung pondasi
Kapasitas dukung ultimit tiang ( Qu ),
dangkal satuannya adalah satuan tekanan
dihitung dengan persamaan umum yaitu :
(kPa) maka dalam kapasitas dukung tiang
Q Q Q
pancang satuannya adalah satuan gaya u b s ............................. (1)
(kN). Kapasitas ultimit tiang yang Q = A f
b b b ................................... (2)
dipancang dalam tanah kohesif, adalah
Q = A f
jumlah tahanan gesek sisi tiang dan s s s ................................... (3)
tahanan ujungnya. Besar tahanan gesek dengan,
Qu = kapasitas dukung ultimit tiang (kN)
tiang tergantung dari bahan dan bentuk

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung 21


Jurnal Fropil Vol 2 Nomor 1. Januari-Juni 2014

Q = tahanan ujung ultimit (kN) f b  5c


b u ; dibatasi f  150 kg/cm²
b
Q = tahanan gesek ultimit (kN)
s
(15000 kN/m²) ................. (7)
A = luas ujung bawah tiang (m²)
b q
A = luas selimut tiang (m²) cu  c
s N
f = tahanan ujung satuan tiang (kN/m k ............................................ (8)
b
f = tahanan gesek satuan tiang (kN/m²)
s dengan,
f b = tahanan ujung satuan, maksimum 150
Metode Bagemann kg/cm² (15000 kN/m²)
Untuk tiang dalam tanah kohesif, cu = kohesi tak terdrainase (undrianed)
umumnya, tahanan konus ( qc ) N k = koefisien tak berdimensi, nilainya
dihubungkan dengan kohesi tak terdrainase antara 15 sampai 20, biasanya
diambil 20.
(undrained cohesion) (cu), yaitu
Bagemann, 1965 dalam (Hardiyatmo,
Untuk tiang pada tanah kohesif
2011) :
(lempung), tahanan gesek satuan
cu .N k  qc (kg/cm²) .................... (4)
ditentukan dari nilai kohesi tak terdrainase
Nilai N k berkisar diantara 10-30, ( cu  q / 20  0,05q ) :
c c
tergantung dari sensitifitas, kompresibilitas f s   (q / N )  0,05 .q
dan adhesi antara tanah dan mata sondir. c k c ............... (9)
Dalam hitungan biasanya N k diambil antara
dengan,
15-20. Tahanan ujung tiang diambil pada f s = tahanan gesek satuan, maksimum
nilai qc rata-rata yang dihitung dari 8d 1,2 kg/cm² (120 kPa)
diatas dasar tiang sampai 4d dibawah dasar cu = kohesi tak terdrainase (undrained)
tiang. Tahanan gesek persatuan luas ( f s )  =faktor adhesi, diambil 1 untuk
lempung terkonsolidasi normal, dan
dari tiang pancang, secara aman, dapat 0,5 untuk lempung terkonsolidasi
diambil sama dengan tahanan gesek sisi berlebihan
konus ( q f ) Bagemann, 1965 (dalam N k = koefisien tak berdimensi, nilainya
antara 15 sampai 20, biasanya
Hardiyatmo, 2011), yaitu : diambil 20.
f s .  q f (kN/m²) ............................ (5)
Metode Mayerhof 1976
Kapasitas ultimit tiang pancang,
Kapasitas ultimit tiang dapat dihitung
dinyatakan dengan dalam persamaan :
secara empiris dari nilai N hasil uji SPT.
Q  Ab f b  As f s ............................... (6)
u Mayerhof (1976) mengusulkan persamaan
untuk menghitung tahanan ujung tiang :
Metode deRuiter dan Beringen
Untuk tiang pada lempung, tahanan Qb  Ab (38 N )( Lb / d )  380 N ( Ab )
.. (10)
ujung satuan dari analisis tegangan total
seperti halnya pada teori kapasitas dukung dengan N adalah nilai N rata-rata
pondasi dangkal pada tanah lempung : yang dihitung dari 8d di atas dasar tiang

22 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung


Vol 2 Nomor 1. Januari-Juni 2014 Jurnal Fropil

sampai 4d di bawah dasar tiang, sedang A = luas penampang dasar tiang (m²)
p
Lb/d adalah rasio kedalaman yang nilainya
A = luas selimut tiang (m²)
dapat kurang dari L/d bila tanahnya s
belapis-lapis dan Ab/ adalah luas ujung N = harga N-SPT rata-rata
bawah tiang.
Untuk tahanan ujung tiang dengan Kapasitas dukung ultimit tiang tunggal
memperhatikan faktor kedalaman, dengan menggunakan koreasi data
Mayerhof (1976) menyarankan untuk tiang laboratorium dihitung dengan rumus
dalam lanau tidak plastis : umum untuk nilai Qb .
f b  0,4 N 60 ' ( L / d ) r  3 N 60 ' r Q  Ab f b
.... (11) b ................................. (14)
dengan,
fb  c N  p
b c b ....................... (15)
fb = tahanan ujung satuan tiang (kN/m²)
N 60 ' = N-SPT yang dikoreksi terhadap dengan,
Qb = tahanan ujung bawah ultimit (kN)
pengaruh prosedur lapangan dan
tekanan overburden f b = tahanan ujung satuan tiang (kN/m²)
r = tegangan referensi = 100 kN/m²
A = luas penampang dasar tiang (m²) =
b
L = kedalaman penetrasi tiang (m) 0,3 x 0,3 = 0,09 m²
c b = c u pada kedalaman ujung tiang = 13
D = diameter tiang (m)
meter
N c = faktor kapasitas dukung ( N c = 9 ;
Nilai maksimum dari persamaan Skempton, 1959)
diberikan, bila L/d ≥ 7,5. Dalam p = p ; tekanan overburden ujung
b 0
menghitung tahanan gesek satuan (fs), bawah tiang.
Mayerhof, 1976 (dalam Hardiyatmo, 2011)
menyarankan untuk tiang perpindahan Metode α
besar (tiang pancang) pada tanah kohesif : Untuk menentukan tahanan gesek
1 tiang yang dipancang di dalam tanah
fs   r N 60
50 ........................... (12) lempung, digunakan faktor adhesi (  )
dengan, yang dikumpulkan McClelland (1974)
fs pada Gambar 3.7. Tahanan gesek tiang
= tahanan gesek satuan tiang (kN/m²)
N 60 dinyatakan oleh persamaan (3.12) :
= N-SPT yang dikoreksi terhadap
pengaruh prosedur lapangan saja Q = A f
s s s ................................. (16)
r = tegangan referensi = 100 kN/m² f  c   .c
s d u .......................... (17)
Metode Mayerhof 1956
Qu  40.N b . Ap  0,2 . N . As dengan,
...... (13) Q = tahanan gesek ultimit (kN)
dengan, s
Qu = kapasitas dukung ultimit tiang (ton) A = luas selimut tiang (m²)
s
N = harga N-SPT pada elevasi dasar
b
tiang

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung 23


Jurnal Fropil Vol 2 Nomor 1. Januari-Juni 2014

fs = tahanan gesek per satuan luas seperti yang diperlihatkan dalam Gambar
(kN/m²) 2.
c = adhesi antara tiang dan tanah di
d
sekitarnya (kN/m²)
 = faktor adhesi diambil dari
Gambar1
c = kohesi tak terdrainase rata-rata di
u
sepanjang tiang (kN/m²)

Berikut ini gambar faktor adhesi (  )


yang dikumpulkan McClelland (1974):

Gambar 2. Hubungan antara faktor adhesi


dan kohesi untuk tiang pancang dalam
tanah lempung (Tomlinson, 1977)

Kapasitas Dukung Tiang Kelompok


Terzaghi dan Peck, (1948)
Gambar 1. Faktor adhesi (  ) yang
menyatakan kapasitas ultimit dalam
dikumpulkan McClelland (1974)
persamaan :

Metode Tomlinson 1977 Qg  2D( B  L)c  1,3cb N c BL


.... (20)
Dalam metode Tomlinson, 1977
dengan,
(dalam Hardiyatmo, 2011), tahanan gesek
tiang juga dinyatakan dalam persamaan Q g = kapasitas ultimit kelompok tiang,
berikut ini : nilainya harus tidak melampaui
Q = A f nQu (dengan n  jumlah tiang
s s s ................................. (18)
f  c   .c dalam kelompoknya) (kN)
s d u ......................... (19)
dengan, c = kohesi tanah di sekelilingi
c d = adhesi antara tiang dan tanah di kelompok tiang (kN/m²)
sekitarnya (kN/m²)
 c b = kohesi tanah di bawah dasar
= faktor adhesi diambil dari Gambar 2
cu = kohesi undrained (kN/m²) kelompok tiang (kN/m²)

Untuk faktor adhesi, Tomlinson, 1977 B = lebar kelompok tiang, dihitung dari
(dalam Hardiyatmo, 2011) memperhatikan pinggir tiang-tiang (m)
pengaruh bentuk-bentuk lapisan tanah L = panjang kelompok tiang (m)

24 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung


Vol 2 Nomor 1. Januari-Juni 2014 Jurnal Fropil

D = kedalaman tiang di bawah mm), penurunan akibat beban kerja


permukaan tanah (m) (working load) yang terjadi lebih kecil dari
10 mm untuk faktor aman yang tidak
N c = faktor kapasitas dukung
kurang dari 2,5 Tomlinson, 1977 (dalam
Faktor pengali 1,3 pada suku Hardiyatmo, 2011). Besarnya beban kerja
persamaan kedua adalah untuk luasan (working load) atau kapasitas dukung tiang
kelompok tiang yang berbentuk empat ijin ( Qa ) dengan memperhatikan
persegi panjang. Untuk bentuk-bentuk keamanan terhadap keruntuhan adalah nilai
luasan yang lain dapat disesuaikan dengan kapasitas ultimit ( Qu ) dibagi dengan faktor
persamaan-persamaan kapasitas dukung
aman (F) yang sesuai.
Terzaghi pada pondasi dangkal.
Variasi besarnya faktor aman yang telah
Kapasitas Ijin tiang banyak digunakan untuk perancangan tiang
pancang :
Untuk memperoleh kapasitas ijin
Q
tiang, maka kapasitas ultimit tiang dibagi Qa  u
2,5 .................................... (21)
dengan faktor aman tertentu. Fungsi faktor
aman adalah : dengan,

1. Untuk memberikan keamanan terhadap Qa = kapasitas dukung tiang ijin


ketidakpastian dari nilai kuat geser dan
Qu = kapasitas ultimit
kompresibilitas yang mewakili kondisi
lapisan tanah. 2,5 = Nilai faktor aman yang disarankan
2. Untuk meyakinkan bahwa penurunan Tomlinson, (1977).
tidak seragam diantara tiang-tiang
masih dalam batas-batas toleransi.
METODE PENELITIAN
3. Untuk meyakinkan bahwa bahan tiang Lokasi Penelitian
cukup aman dalam mendukung beban Lokasi penelitian dalam penelitian ini
yang bekerja. berada pada Jl. Jendral Sudirman
Pangkalpinang. Adapun titik penelitian
4. Untuk meyakinkan bahwa penurunan
adalah proyek Pembangunan Gedung
total yang terjadi pada tiang tunggal
Kantor Bank Sumsel Babel. Peta Lokasi
atau kelompok tiang masih dalam batas-
penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.
batas toleransi.
5. Untuk mengantisipasi adanya Tahapan Penelitian
ketidakpastian metode hitungan yang
Tahapan ini disederhanakan dalam
digunakan.
bentuk flowchart atau diagram alir sesuai
Sehubungan dengan butir (4) dari hasil Gambar 4. Diagram alir dimaksudkan
banyak pengujian-pengujian beban tiang, untuk mempermudah tahapan-tahapan
baik tiang pancang maupun tiang bor yang yang akan dilakukan dalam proses
berdiameter kecil sampai sedang (600 penelitian.

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung 25


Jurnal Fropil Vol 2 Nomor 1. Januari-Juni 2014

Lokasi

Gambar 3. Peta lokasi penelitian

Gambar 4. Diagram alir penelitian

Metode Analisis dengan Metode α dan Tomlinson 1977.


Analisis daya dukung pondasi tiang Analisis Program dengan Plaxis 2D V.8
pancang dilakukan secara manual untuk mendapatkan daya dukung ultimit
menggunakan beberapa metode dengan tiang pancang (Qu).
data pengujian yang didapatkan dilapangan
berupa, hasil Cone Penetrasion Test (CPT)
HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan Metode Bagemann, deRuiter dan
Beringan. Hasil Standard Penetrasion Test Hasil analisis manual kapasitas dukung
(SPT) dengan Metode Mayerhof 1976 dan tiang tunggal dan kapasitas ijin tiang untuk
1956.Hasil Korelasi Data Laboratorium

26 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung


Vol 2 Nomor 1. Januari-Juni 2014 Jurnal Fropil

tiang pancang dapat dilihat pada Tabel 3 Perhitungan daya dukung tiang tunggal
dan 4 berikut ini : dengan program PLAXIS 2D Versi 8
Perhitungan daya dukung pondasi
Tabel 3 Kapasitas ultimit tiang dan
menggunakan metode elemen hingga
kapasitas ijin tiang BH1
dengan program Plaxis 2D versi 8 untuk
Metode Qu(ton) F Qa(ton)
mendapatkan kapasitas ultimit (Qu) tiang
Bagemann 578,6 231,44
deRuiter dan Beringen 220,95 88,38 tunggal sebagai perbandingan lain
Mayerhof 1976 64,289 25,716 berdasarkan analisis program. Parameter-
2,5 parameter tanah yang digunakan adalah
Mayerhof 1956 128,298 51,319
 73,181 29,272 berdasarkan korelasi data tanah dari hasil
Tomlinson 1977 104,051 41,62 pengujian SPT yang didapatkan di
lapangan. Parameter tanah yang digunakan
Tabel 4 Kapasitas ultimit tiang dan
dapat dilihat pada Tabel 5 dan 6.
kapasitas ijin tiang BH2
Metode Qu(ton) F Qa(ton)
Bagemann 431,92 172,768
deRuiter dan Beringen 211,5 84,6
Mayerhof 1976 57,707 23,083
2,5
Mayerhof 1956 118,679 47,471
 64,16 25,664
Tomlinson 1977 74,455 29,782
Tabel 5 Parameter-parameter tanah dari titik pengujian BH1
Data Lapangan Data Korelasi
Kedalaman cu   sat   E(kN/m Ky
Jenis Tanah (kN/m3) (Clay) Kx (m/hari)
(m) (kN/m2) (kN/m3) 2) (m/hari)
0-5,50 Lempung 36,667 17,679 17,977 29,96 0,35 2000 0,001 0,001
5,5-7,7 Lanau 50 21,768 21,786 31,5 0,3 2000 0,001 0,001
7,7-11 Lempung 60 17,679 17,977 33,88 0,35 2000 0,001 0,001
Nop-15 Lempung 180 17,679 17,977 40,6 0,35 7000 0,001 0,001
15-28 Lempung 375 17,679 17,977 46 0,35 7000 0,001 0,001
28-30 Lempung 375 17,679 17,977 46 0,35 7000 0,001 0,001

Tabel 6 Parameter-Parameter Tanah Dari Titik Pengujian BH2


Data Lapangan Data Korelasi
Kedalaman cu   sat   E(kN/m Kx
Jenis Tanah (kN/m3) (Clay) Ky (m/hari)
(m) (kN/m2) (kN/m3) 2) (m/hari)
0-5,10 Lempung 50 17,679 17,977 31,5 0,35 2000 0,001 0,001
5,10-7,60 Lanau 36,667 21,768 21,786 30,33 0,3 2000 0,001 0,001
7,60-8,85 Lempung 56,667 17,679 17,977 32,2 0,35 2000 0,001 0,001
8,85-13,5 Lanau 93,333 21,768 21,786 36,61 0,3 2000 0,001 0,001
13,5-17 Lanau 253,333 21,768 21,786 41,92 0,3 2000 0,001 0,001
17-18,5 Pasir 340 21,36 21,517 46 0,3 100000 86,4 86,4
18,5-24,5 Lanau 356,667 21,768 21,786 46 0,3 2000 0,001 0,001
24,5-30 Lanau 375 21,768 21,786 46 0,3 2000 0,001 0,001

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung 27


Jurnal Fropil Vol 2 Nomor 1. Januari-Juni 2014

Hasil analisis program Plaxis 2D versi


8 yang diperoleh dari pemasukan data input
(Tabel 5 dan 6) berupa data korelasi
berdasarkan data tanah di lapangan dan
data spesifikasi tiang pancang dari Proyek
Pembangunan Gedung Kantor Bank
Sumsel Babel di Pangkalpinang sebagai
berikut.

Gambar 6 Hasil kalkulasi dari fase–fase


titik BH2, Nilai Σ –Msf

Besarnya nilai Σ -Msf = 1,5648 dengan


data korelasi titik BH2, maka nilai daya
dukung ultimit tiang pancang ( Qu ) dengan
program Plaxis 2D versi 8 adalah :
Qu
Q P 
Gambar 5 Hasil kalkulasi dari fase–fase all all   Msf
titik BH1, Nilai Σ –Msf
Qu = Pall x  Msf
dengan,
Besarnya nilai Σ -Msf = 1,8361 dengan Qall  Pall = daya dukung ijin tiang = 60
data korelasi titik BH1, maka nilai daya ton
dukung ultimit tiang pancang ( Qu ) dengan Qu = daya dukung ultimit (ton)
program Plaxis 2D versi 8 adalah :  Msf = hasil bagi dari parameter
Qu kekuatan sebenarnya
Q P  terhadap parameter kekuatan
all all   Msf
yang telah direduksi.
Qu = Pall x  Msf
Jadi, daya dukung ultimit tiang ( Qu )
dengan,
Qall  Pall = daya dukung ijin tiang = 60 adalah :
ton Qu = 60 Ton x 1,5648 = 93,888 Ton.
Qu = daya dukung ultimit (ton)
Perhitungan Daya Dukung Tiang
 Msf = hasil bagi dari parameter
Kelompok
kekuatan sebenarnya
Formula untuk menghitung kapasitas
terhadap parameter kekuatan
yang telah direduksi. dukung kelompok tiang yang disarankan
Terzaghi dan Peck, 1948 (dalam
Jadi, daya dukung ultimit tiang ( Qu )
Hardiyatmo 2011) yang digunakan untuk
adalah : menghitung daya dukung tiang kelompok.
Qu = 60 Ton x 1,8361 = 110,166 Ton.

28 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung


Vol 2 Nomor 1. Januari-Juni 2014 Jurnal Fropil

Qg  2D( B  L)c  1,3cb N c BL Perbandingan Hasil Analisis Manual,


Plaxis 2D dengan PDA dan CAPWAP
Hasil perhitungan daya dukung tiang Perbandingan analisis manual,
kelompok dan daya dukung ijin tiang program Plaxis dengan hasil PDA dan
kelompok dapat dilihat pada Tabel 7. CAPWAP dapat dilihat pada Tabel 8 dan
Tabel 7 Kapasitas ultimit kelompok tiang Tabel 9. Analisis manual, hasil analisis
dan kapasitas ijin kelompok tiang program Plaxis pada titik BH1 akan
Titik Q ga dibandingkan dengan titik hasil PDA dan
Q g (ton) F
pengujian (ton) CAPWAP pada pengujian nomor tiang
BH1 2193,487 877,395 pancang 175. Analisis manual, hasil
2,5
BH2 1741,716 696,686 analisis program Plaxis pada titik BH2
akan dibandingkan dengan titik hasil PDA
dan CAPWAP pada pengujian nomor tiang
pancang 126.
Tabel 8. Perbandingan hasil analisis manual, Plaxis 2D pada titik BH1 dengan hasil PDA
dan CAPWAP
Qu PDA CAPWAP
Metode (ton) No.175 No.175
(ton) (ton)
Bagemann 578,6
deRuiter dan Beringen 220,95
Mayerhof 1976 64,289
Mayerhof 1956 128,298 118 102
Alpha 73,181
Tomlinson 1977 104,051
PLAXIS 2D V.8 110,166

Tabel 9. Perbandingan hasil analisis manual, Plaxis 2D pada titik BH2 dengan hasil PDA
dan CAPWAP
Qu
PDA CAPWAP
Metode (ton) No.126 No.126
(ton) (ton)
Bagemann 431,92
deRuiter dan Beringen 211,5
Mayerhof 1976 57,707
Mayerhof 1956 118,679 165 163
Alpha 64,16
Tomlinson 1977 74,455
PLAXIS 2D V.8 93,888

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung 29


Jurnal Fropil Vol 2 Nomor 1. Januari-Juni 2014

Dari hasil perbandingan pada Tabel 8 c. Daya dukung ultimit ( Qu ) pondasi


dan 9 untuk daya dukung ultimit tiang tiang tunggal dengan metode
pancang ( Qu ) dapat disimpukan bahwa Mayerhof (1976) adalah 64,289 ton
untuk titik BH1 dan 57,707 ton utuk
metode Mayerhof (1956) dengan
titik BH2
menggunakan data tanah hasil pengujian
SPT memiliki nilai rentang paling kecil d. Daya dukung ultimit ( Qu ) pondasi
dengan hasil pengujian PDA dan CAPWAP tiang tunggal dengan metode
yang didapatkan di lapangan. Sedangkan Mayerhof (1956) adalah 128,298
metode Bagemann dengan menggunakan ton untuk titik BH1 dan 118,679 ton
data tanah hasil pengujian CPT memiliki untuk titik BH2
nilai rentang paling besar dengan hasil
e. Daya dukung ultimit ( Qu ) pondasi
pengujian PDA dan CAPWAP yang
didapatkan di lapangan, hal tersebut tiang tunggal dengan metode 
dikarenakan pada metode ini tidak adalah 73,181 ton untuk titik BH1
memperhatikan faktor koreksi kondisi dan 64,160 ton untuk titik BH2
lapangan. Dari hasil analisis dapat f. Daya dukung ultimit ( Qu ) pondasi
disimpulkan bahwa daya dukung pondasi tiang tunggal dengan metode
tiang pancang dengan menggunakan data Tomlinson (1977) adalah 104,051
tanah hasil pengujian N-SPT lebih ton untuk titik BH1 dan 74,455 ton
mendekati kondisi lapangan untuk BH2
g. Daya dukung ultimit tiang
KESIMPULAN
kelompok ( Q g ) adalah 2193,487
Berdasarkan analisis secara manual
ton untuk titik BH1 dan 1741,716
beserta program yang telah dilakukan
ton untuk titik BH2.
dapat disimpulkan :
2. Daya dukung ultimit ( Qu ) pondasi
1. Daya dukung ultimit ( Qu ) pondasi tiang
tiang tunggal yang dihitung dengan
tunggal yang dihitung secara manual
program Plaxis 2D versi 8 adalah
dengan beberapa metode yaitu,
110,166 ton untuk titik BH1 dan
a. Daya dukung ultimit ( Qu ) pondasi 93,888 ton untuk titik BH2.
tiang tunggal dengan metode 3. Metode Mayerhof (1956) dengan
Bagemann adalah 578,6 ton untuk menggunakan data tanah hasil
titik S1 dan 431,92 ton untuk titik pengujian Standar Penetrasion Test
S2 (SPT) paling mendekati dengan hasil
b. Daya dukung ultimit ( Qu ) pondasi pengujian PDA dan CAPWAP yang
tiang tunggal dengan metode didapatkan di lapangan.
deRuiter dan Beringen adalah DAFTAR PUSTAKA
220,95 ton untuk titik S1, untuk titik
S2 adalah 211,5 ton

30 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung


Vol 2 Nomor 1. Januari-Juni 2014 Jurnal Fropil

Bowles, Joseph E, 1993, Analisis dan Hardiyatmo, Hary Christady, 2011,


Disain Pondasi, Edisi Kedua, Analisis dan Perancangan Fondasi
Erlangga, Jakarta. II, Edisi Kedua, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Craig, R. F, 1974, Mekanika Tanah, Edisi
Keempat. Hidayad, R.A, 2011, Perbandingan
Hitungan Daya Dukung Tiang
Das, Braja M, 1998, Mekanika Tanah, Jilid Pancang Secara Manual dengan
1, Erlangga, Jakarta. Hasil Output Pemeriksaan Pile
Driving Analyzer (PDA) pada Proyek
Das, Braja M, 1998, Mekanika Tanah, Jilid Pembangunan FKIK UIN, Jurnal
2, Erlangga, Jakarta. Teknik Sipil Universitas Islam
Negeri.
Hardiyatmo, Hary Christady, 1992,
Mekanika Tanah 1, Gramedia Kasturi, S. dan Iskandar, R. 2012, Analisis
Pustaka Utama, Jakarta. Kapasitas Daya Dukung Tiang
Pancang Tunggal dengan Metode
Hardiyatmo, Hary Christady, 2007, Analitis dan Elemen Hingga, Jurnal
Mekanika Tanah 2, Edisi Keempat, Universitas Sumatera Utara.
Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta. Napitupulu, E.D.S. dan Iskandar, R. 2013,
Analisis Kapasitas Daya Dukung
Hardiyatmo, Hary Christady, 2011, Pondasi Tiang Pancang dengan
Analisis dan Perancangan Fondasi I, Metode Analitis dan Elemen Hingga,
Edisi Kedua, Gadjah Mada Jurnal Universitas Sumatera Utara.
University Press, Yogyakarta.
Plaxis Version 8 Material Model Manual

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung 31

Anda mungkin juga menyukai