ID Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Panca PDF
ID Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Panca PDF
Andi Yusti
Alumni Jurusan Teknik Sipil Universitas Bangka Belitung
Email:andiyusti.ay@gmail.com
Ferra Fahriani
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Bangka Belitung
Email:f2_ferra@yahoo.com
ABTRAK
Pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan
tanah, atau bagian bangunan yang terletak dibawah permukaan tanah yang mempunyai
fungsi memikul beban bagian bangunan lain diatasnya (Joseph E. Bowles, 1997). Pada
pengaplikasian dilapangan sering mengesampingkan analisis daya dukung pondasi dan
penurunan pondasi yang tepat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan
membandingkan daya dukung pondasi tiang tunggal secara analitis dan numeris dengan
pengujian dinamik tes di lapangan atau Pile Driving Analyzer (PDA) dan CAPWAP.
Secara analitis, perhitungan dilakukan dengan analisis manual menggunakan metode
Bagemann, deRuiter dan Beringen, Mayerhof (1976), Mayerhof (1956), , Tomlinson
(1977) yang dilakukan dengan menghitung kapasitas daya dukung pondasi tiang pancang
berdasarkan data-data dari lapangan yang didapat dari pengujian CPT dan SPT,
sedangkan numeris yaitu menghitung dengan menggunakan metode elemen hingga
menggunakan program Plaxis 2D V.8. Perhitungan dilakukan pada dua titik pengujian
dilapangan yaitu titik S1, S2 untuk pengujian CPT sedangkan pengujian SPT yaitu titik
BH1, BH2 yang akan diverifikasi dengan pengujian PDA dan CAPWAP pada Proyek
Pembangunan Gedung Kantor Bank Sumsel Babel di Pangkalpinang.Dari hasil analisis
secara manual dan program, dapat disimpulkan bahwa metode Mayerhof (1956) memiliki
nilai rentang paling kecil dibandingkan dengan metode-metode lainya yang diverifikasi
dengan pengujian PDA dan CAPWAP. Nilai Qu sebesar 128,298 ton berbanding 118 ton,
dan 102 ton pada titik BH1. Sedangkan pada titik BH2 Qu sebesar 118,679 ton berbanding
165 ton, dan 163 ton.
Kata kunci : Pondasi, Daya dukung pondasi, Plaxis 2D, PDA, CAPWAP.
permukaan tanah yang mempunyai fungsi lempung (clay) dengan tanah keras yang
memikul beban bagian bangunan lain terletak pada kedalaman yang dalam dan
diatasnya (Joseph E. Bowles, 1997). apabila beban yang harus dipikul pondasi
besar sangat cocok digunakan pondasi
Pondasi merupakan bagian penting
tiang pancang sebagai pilihan dalam
dari satu bangunan sipil, pondasi sebagai
kontruksi bangunan.
dasar penahan beban terdasar dari suatu
konstruksi. Jalan, gedung, jembatan, Ada beberapa metode yang dapat
bendungan, dan kontruksi sipil lainnya digunakan untuk perhitungan daya dukung
tanpa pondasi yang kuat pasti akan pondasi tiang pancang. Pemilihan metode
mengalami kegagalan kontruksi. Pada yang digunakan tergantung dengan
pengaplikasian dilapangan sering parameter data tanah yang dipakai.
mengesampingkan analisis daya dukung Pengujian tanah dilapangan yang paling
pondasi yang tepat. Desain pondasi hanya sering dilakukan biasanya terdiri dari uji
berdasarkan pengalaman pribadi, sehingga sondir dan bor log.
penulis menganggap hal ini perlu di angkat
Pembahasan dalam penelitian ini
karena pondasi menjadi landasan adalah analisis daya dukung pondasi tiang
terpenting dari keberhasilan dalam pancang secara manual, program dengan
bangunan sipil. beberapa metode yang akan diverifikasi
Pondasi ada dua jenis, yaitu pondasi dengan hasil dinamik tes dilapangan yaitu
dangkal dan pondasi dalam. Pondasi PDA dan CAPWAP. Pile Driving Analyzer
dangkal adalah pondasi yang tidak (PDA) adalah sistem yang paling banyak
membutuhkan galian tanah terlalu dalam digunakan untuk pengujian beban secara
karena lapisan tanah dangkal sudah cukup dinamik dan pengawasan pemancangan di
keras, apalagi bangunan yang akan dunia. PDA akan menghasilkan keluaran
dibangun hanya rumah sederhana. (output) berupa daya dukung ultimit
Sedangkan pondasi dalam adalah pondasi pondasi (Qu). Penginputan data PDA yang
yang membutuhkan pengeboran atau dianalisis dengan CAPWAP akan
pemancangan dalam karena lapisan tanah menghasilkan keluaran (output) berupa
yang kerasberada di kedalaman cukup daya dukung ultimit pondasi (Qu), daya
dalam, biasanya digunakan oleh bangunan dukung gesek tiang (Qu), Daya dukung
besar, jembatan, struktur lepas pantai, dan ujung tiang (Qu), penurunan total, dan
sebagainya. Jenis pondasi dalam terbagi penurunan maksimum pada tiang.
lagi menjadi dua, yaitu pondasi tiang dan
pondasi bor. Tiang pancang merupakan TINJAUAN PUSTAKA
Parameter-Parameter Tanah
salah satu contoh jenis pondasi tiang pada
pondasi dalam. Penentuan jenis pondasi Ada beberapa parameter-parameter
yang akan digunakan dipengaruhi beberapa tanah yang menjadi acuan untuk
faktor, diantaranya adalah kedalaman tanah mendapatkan korelasi data laboratorium
keras, jenis tanah pada lokasi, dan beban berdasarkan observasi di lapangan. Hasil
yang akan dipikul oleh pondasi. Jenis tanah pengujian Standard Penetration Test (SPT)
selain mendapatkan nilai (N-SPT), juga keadaan jenuh (w), berat volume kering,
dapat diketahui struktur geologi tanah pada dan berat jenis tanah (Gs) untuk
titik lokasi pengujian. Dengan melakukan mendapatkan korelasi data yang akan
pendekatan struktur geologi tanah dapat digunakan untuk analisis daya dukung
diketahui angka pori (e), kadar air dalam pondasi tiang pancang
sampai 4d di bawah dasar tiang, sedang A = luas penampang dasar tiang (m²)
p
Lb/d adalah rasio kedalaman yang nilainya
A = luas selimut tiang (m²)
dapat kurang dari L/d bila tanahnya s
belapis-lapis dan Ab/ adalah luas ujung N = harga N-SPT rata-rata
bawah tiang.
Untuk tahanan ujung tiang dengan Kapasitas dukung ultimit tiang tunggal
memperhatikan faktor kedalaman, dengan menggunakan koreasi data
Mayerhof (1976) menyarankan untuk tiang laboratorium dihitung dengan rumus
dalam lanau tidak plastis : umum untuk nilai Qb .
f b 0,4 N 60 ' ( L / d ) r 3 N 60 ' r Q Ab f b
.... (11) b ................................. (14)
dengan,
fb c N p
b c b ....................... (15)
fb = tahanan ujung satuan tiang (kN/m²)
N 60 ' = N-SPT yang dikoreksi terhadap dengan,
Qb = tahanan ujung bawah ultimit (kN)
pengaruh prosedur lapangan dan
tekanan overburden f b = tahanan ujung satuan tiang (kN/m²)
r = tegangan referensi = 100 kN/m²
A = luas penampang dasar tiang (m²) =
b
L = kedalaman penetrasi tiang (m) 0,3 x 0,3 = 0,09 m²
c b = c u pada kedalaman ujung tiang = 13
D = diameter tiang (m)
meter
N c = faktor kapasitas dukung ( N c = 9 ;
Nilai maksimum dari persamaan Skempton, 1959)
diberikan, bila L/d ≥ 7,5. Dalam p = p ; tekanan overburden ujung
b 0
menghitung tahanan gesek satuan (fs), bawah tiang.
Mayerhof, 1976 (dalam Hardiyatmo, 2011)
menyarankan untuk tiang perpindahan Metode α
besar (tiang pancang) pada tanah kohesif : Untuk menentukan tahanan gesek
1 tiang yang dipancang di dalam tanah
fs r N 60
50 ........................... (12) lempung, digunakan faktor adhesi ( )
dengan, yang dikumpulkan McClelland (1974)
fs pada Gambar 3.7. Tahanan gesek tiang
= tahanan gesek satuan tiang (kN/m²)
N 60 dinyatakan oleh persamaan (3.12) :
= N-SPT yang dikoreksi terhadap
pengaruh prosedur lapangan saja Q = A f
s s s ................................. (16)
r = tegangan referensi = 100 kN/m² f c .c
s d u .......................... (17)
Metode Mayerhof 1956
Qu 40.N b . Ap 0,2 . N . As dengan,
...... (13) Q = tahanan gesek ultimit (kN)
dengan, s
Qu = kapasitas dukung ultimit tiang (ton) A = luas selimut tiang (m²)
s
N = harga N-SPT pada elevasi dasar
b
tiang
fs = tahanan gesek per satuan luas seperti yang diperlihatkan dalam Gambar
(kN/m²) 2.
c = adhesi antara tiang dan tanah di
d
sekitarnya (kN/m²)
= faktor adhesi diambil dari
Gambar1
c = kohesi tak terdrainase rata-rata di
u
sepanjang tiang (kN/m²)
Untuk faktor adhesi, Tomlinson, 1977 B = lebar kelompok tiang, dihitung dari
(dalam Hardiyatmo, 2011) memperhatikan pinggir tiang-tiang (m)
pengaruh bentuk-bentuk lapisan tanah L = panjang kelompok tiang (m)
Lokasi
tiang pancang dapat dilihat pada Tabel 3 Perhitungan daya dukung tiang tunggal
dan 4 berikut ini : dengan program PLAXIS 2D Versi 8
Perhitungan daya dukung pondasi
Tabel 3 Kapasitas ultimit tiang dan
menggunakan metode elemen hingga
kapasitas ijin tiang BH1
dengan program Plaxis 2D versi 8 untuk
Metode Qu(ton) F Qa(ton)
mendapatkan kapasitas ultimit (Qu) tiang
Bagemann 578,6 231,44
deRuiter dan Beringen 220,95 88,38 tunggal sebagai perbandingan lain
Mayerhof 1976 64,289 25,716 berdasarkan analisis program. Parameter-
2,5 parameter tanah yang digunakan adalah
Mayerhof 1956 128,298 51,319
73,181 29,272 berdasarkan korelasi data tanah dari hasil
Tomlinson 1977 104,051 41,62 pengujian SPT yang didapatkan di
lapangan. Parameter tanah yang digunakan
Tabel 4 Kapasitas ultimit tiang dan
dapat dilihat pada Tabel 5 dan 6.
kapasitas ijin tiang BH2
Metode Qu(ton) F Qa(ton)
Bagemann 431,92 172,768
deRuiter dan Beringen 211,5 84,6
Mayerhof 1976 57,707 23,083
2,5
Mayerhof 1956 118,679 47,471
64,16 25,664
Tomlinson 1977 74,455 29,782
Tabel 5 Parameter-parameter tanah dari titik pengujian BH1
Data Lapangan Data Korelasi
Kedalaman cu sat E(kN/m Ky
Jenis Tanah (kN/m3) (Clay) Kx (m/hari)
(m) (kN/m2) (kN/m3) 2) (m/hari)
0-5,50 Lempung 36,667 17,679 17,977 29,96 0,35 2000 0,001 0,001
5,5-7,7 Lanau 50 21,768 21,786 31,5 0,3 2000 0,001 0,001
7,7-11 Lempung 60 17,679 17,977 33,88 0,35 2000 0,001 0,001
Nop-15 Lempung 180 17,679 17,977 40,6 0,35 7000 0,001 0,001
15-28 Lempung 375 17,679 17,977 46 0,35 7000 0,001 0,001
28-30 Lempung 375 17,679 17,977 46 0,35 7000 0,001 0,001
Tabel 9. Perbandingan hasil analisis manual, Plaxis 2D pada titik BH2 dengan hasil PDA
dan CAPWAP
Qu
PDA CAPWAP
Metode (ton) No.126 No.126
(ton) (ton)
Bagemann 431,92
deRuiter dan Beringen 211,5
Mayerhof 1976 57,707
Mayerhof 1956 118,679 165 163
Alpha 64,16
Tomlinson 1977 74,455
PLAXIS 2D V.8 93,888