PENDAHULUAN
Beton merupakan bahan bangunan yang amat penting dilihat dari volume
pengerjaan yang cukup besar jumlahnya. Perencanaan campuran beton (mix
design) memegang peranan utama dalam penentuan proporsi bahan-bahan
pokok beton, yang menjamin mutu dan kelecakannya. Beberapa metode
perencanaan rancangan campuran beton menghasilkan proporsi campuran
dalam suatu perbandingan berat. Kenyataannya banyak dijumpai pembuatan
beton yang menggunakan proporsi campuran dalam perbandingan volume yang
sudah dilakukan secara turun-temurun.
1
menambahkan tulangan baja pada beton, dimana tulangan tersebut berperan
sebagai penerima beban tarik.
Pada praktek kali ini juga mahasiswa tidak hanya di ajarkan sebagai
pekerja saja melainkan dapat juga menjadi wirausahawan dengan memanfaatkan
peluang dan pesatnya perkembangan beton pada dunia konstruksi.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Penjelasan Umum Beton
Campuran antara semen dan air akan membentuk pasta semen, yang
berfungsi sebagai bahan ikat. Sedangkan pasir dan kerikil merupakan bahan
agregat yang berfungsi sebagai bahan pengisi dan sekaligus sebagai bahan
yang diikat oleh pasta semen. Ikatan antara pasta semen dengan agregat ini
menjadi satu kesatuan yang kompak dan akhirnya dengan berjalannya waktu
akan menjadi keras serta padat yang disebut beton. (Ali Isroni, 2010)
Beton adalah campuran dari agregat kasar, agregat halus, semen ditambah
air dan bahan penambah atau tanpa bahan tambah bila diperlukan. Bahan-
bahan tersebut dicampur sampai homogen dengan perbandingan tertentu.
Karena hidrasi oleh semen dengan air, maka semen dan air dapat
melekatkan butiran-butiran agregat sehingga membentuk massa yang kuat
(mengeras) seperti batu.
Susunan bahan yang terdapat didalam beton umumnya terdiri dari :
1. 3% udara
2. 8% air
3. 15% semen
4. 74% agregat
Beton yang telah mengeras mempunyai sifat mampu menahan gaya tekan
sampai batas yang ditentukan sebaliknya tidak mampu menahan gaya tarik,
3
oleh sebab itu untuk mengatasi sifat beton yang tidak baik ini maka dipasang
tulangan pada beton sehingga beton mampu menahan gaya tekan dan gaya
tarik. Penggabungan kedua bahan ini disebut juga sebagai beton bertulang.
Pekerjaan beton adalah pekerjaan yang penting dalam pembuatan suatu
bangunan. Hal ini dapat dilihat bahwa sebagian besar pembuatan bangunan,
dewasa ini menggunakan beton sebagai struktur utamanya.
Pelaksanaan pembuatan suatu konstruksi beton diperlukan ketentuan
sebagai berikut :
1. Ketelitian pekerjaan pelaksanaannya
2. Pengetahuan tentang pelaksanaan pekerjaan teknologi beton
Kedua hal diatas bila kurang diperhatikan akan berakibat beton yang
dihasilkan kurang baik seperti timbulnya retak-retak, beton tidak rapat air, kuat
tekan yang rendah, bahkan yang lebih berbahaya dapat mengkibatkan
runtuhnya bangunan yang sedang dikerjakan.
Bertolak dari hal penting Hal ini disebabkan dengan adanya pengujian
bahan dapat ditentukan kekuatan dari beton yang diizinkan sehingga mampu
memikul beban yang akan bekerja pada konstruksi tersebut. Dapat
dipertimbangkan juga dari segi nilai ekonominya (dengan biaya yang ditekan
sekecil mungkin tetapi masih dalam batas kekuatan yang diizinkan)
Beton adalah sebuah bahan bangunan yang terbuat dari kombinasi agregat
halus dan kasar serta pasta (campuran semen dan air). Beton itu sendiri
menahan momen lentur atau tarik. Tetapi karena tidak kuat untuk menahan
tarikan tersebut, maka retak lentur terjadi pada taraf pembebanan yang masih
rendah.Untuk mengurangi atau mencegah berkembangnya retak tersebut, maka
dipasang tulangan.
Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan
semenhidrolik (portland cement), agregat kasar, agregat halus, air dan bahan
tambah (admixtureatau additive).
Setelah pencampuran dan peletakkan, beton akan mengering. Tetapi yang
terjadi sebenarnya adalah beton tidak menjadi padat hanya karena air menguap,
4
tapi adanya reaksi hidrasi yang terjadi pada permukaan butiran semen dan
perekatan antar komponen lainnya sehingga membentuk material seperti batu.
Kualitas suatu beton bisa dikatakan bagus apabila sanggup memenuhi
perencanaan kekuatan, campurannya memiliki mibilitas tertentu, serta
campurannya juga tidak boleh mengalami segregasi atau pemisahan selama
proses pengecoran dilakukan. Sedangkan mutu beton yang telah dicapai
melalui prosedur diantaranya adalah rancangan campuran beton, percobaan
campuran yang telah di rancang, minimum penyimpangan 5 %, pengujian
kekentalan adukan denagn alat uji slump, perawatan selama 28 hari, dan
pengujian tekan hancur semua benda uji minimum 15 buah.
5
Kandungan gips, semakin besar akan menyebabkan setting time yang
panjang
Semen yang semakin halus meyebabkan setting time yang semakin
pendek
Ada beberapa jenis semen Portland, yaitu :
6
2.3.2 Agregat
Tujuan pemakaian agregat dalam campuran beton yaitu untuk
menghemat penggunaan semen Portland (sehingga harga bahan campuran
beton menjadi lebih murah), menghasilkan kekuatan yang besar pada
betonnya dan mengurangi terjadinya susut pengerasan.
Gradasi agregat merupakan salah satu faktor yang sangat
diperhatikan, karena bila butir – butir agregat berukuran seragam akan
dihasilkan volume pori yang besar, sebaliknya ukuran butir – butir agregat
bervariasi maka volume pori akan kecil. Hal ini dikarenakan butiran kecil
akan mengisi pori diantara butiran besar. Campuran beton dengan volume
pori sedikit sangat diharapkan karena dengan demikian maka penggunaan
bahan ikat menjadi sedikit.
a. Agregat halus (pasir)
Pasir alam dapat diperoleh dari dalam tanah/pasir galian (Berbutir
tajam, keras, dan bebas dari kandungan garam), pada dasar sungai/pasir
sungai (Berbutir halus dan bulat), dan tepi laut/pasir laut (Berbutir
halus, bulat, dan mengandung garam, sehingga kurang baik untuk
digunakan sebagai bahan campur beton karena dapat menyebabkan
korosi pada tulangan). Pasir yang baik digunakan sebagai bahan campur
dalam pembuatan beton adalah berbutir tajam dan keras (pasir galian),
tidak mudah pecah, dan tidak mengandung lumpur.
b. Agregat kasar (kerikil)
Syarat – syarat yang harus dipenuhi oleh agregat kasar atau kerikil
dalam campuran beton yaitu berbutir keras (tidak mudah hancur) dan
tidak berpori agar dapat menghasilkan beton yang keras dan sifat
tembus airnya kecil, tidak mengandung lempung lebih dari 1%, tidak
mengandung zat reaktif alkali (dapat menyebabkan pengembangan
beton). Ukuran maksimum butir agregat :
Tidak boleh melebihi 3/4 kali jarak bersih antar tulangan baja atau
antara tulangan baja dengan cetakan (bekisting)
Tidak boleh lebih besar dari 1/3 kali tebal plat
7
Tidak boleh lebih besar dari 1/5 kali jarak terkecil antara bidang
samping cetakan
2.3.3 Air
Air merupakan salah satu bahan campuran dalam pembuatan beton.
Air dibutuhkan untuk membantu kelangsungan reaksi semen (tanpa air,
semen tidak akan dapat bereaksi/mengeras), serta menjadi pelumas antara
butir – butir agregat agar adukan beton mudah dikerjakan. Syarat – syarat
air yang digunakan dalam campuran pembuatan beton:
Tidak boleh mengandung lumpur (dapat memperlambat ikatan awal
beton), minyak, asam, alkali (dapat menyebabkan berkurangnya
lekatan antara agregat dengan pasta semen), garam (dapat
menimbulkan korosi pada tulangan) , bahan organic
Secara umum sebaiknya air yang digunakan adalah air yang dapat
diminum, tawar, tidak berbau, dan tidak keruh bila diembus udara
8
1. Bahan tambah kimia untuk mengurangi jumlah air yang
dipakai. Dengan pemakaian bahan tambah ini diperoleh
adukan dengan faktor air semen lebih rendah pada nilai
kekentalan yang sama, atau diperoleh kekentalan adukan
lebih encer pada faktor air semen yang sama.
2. Bahan tambah kimia untuk memperlambat proses ikatan
beton. Bahan ini digunakan misalnya pada satu kasus dimana
jarak antara tempat pengadukan beton dan tempat penuangan
adukan cukup jauh, sehingga selisih waktu antara mulai
pencampuran dan pemadatan lebih dari 1 jam.
3. Bahan tambah kimia untuk mempercepat proses ikatan dan
pengerasan beton. Bahan ini digunakan jika penuangan
adukan di bawah permukaan air, atau pada struktur beton
yang memerlukan waktu penyelesaian segera, misalnya
perbaikan landasan pacu pesawat udara, balok prategang,
jembatan dan sebagainya.
4. Bahan tambah kimia berfungsi ganda, yaitu untuk
mengurangi air dan memperlambat proses ikatan.
5. Bahan kimia berfungsi ganda, yaitu untuk mengurangi
air dan mempercepat proses ikatan dan pengerasan beton.
2. Beton Normal
Berat jenisnya 2200-2500 kg/m3, dipakai hampir pada semua bagian
struktural bangunan. (Biro Enjiniring)
9
3. Beton Berat
Berat jenis >2500 kg/m3, dipakai untuk struktur tertentu, missal
struktur yang harus tahan terhadap radiasi atom. (Biro Enjiniring)
4. Beton Massa
Beton yang dituang dalam volume besar, biasanya untuk pilar,
bendungan dan pondasi turbin pada pembangkit listrik. Pada saat
pengecoran beton jenis ini, pengendalian diutamakan pada pengelolaan
panas hidrasi yang timbul, karena semakin besar massa beton maka suhu
didalam beton semakin tinggi. Bila perbedaan suhu didalam beton dan di
permukaan beton >20oC dapat menimbulkan terjadinya tegangan tarik yang
disertai retak-retak. (Biro Enjiniring)
5. Beton Serat
Komposit dari beton biasa dan bahan lain yang berupa serat, dapat
berupa serat plastic/baja. Beton serat lebih daktai daripada beton biasa,
dipakai pada bangunan hidrolik, landasan pesawat, jalan raya, dan lantai
jembatan. (Biro Enjiniring)
6. Beton Siklop
Beton biasa dengan ukuran agregat relative besar-besar. Agregat
kasar dapat sebesar 20 cm. Beton ini digunakan pada pembuatan bendungan
dan pangkal jembatan. (Biro Enjiniring)
7. Beton Precast
Beton pracetak yang di buat dicetakan dengan ukuran yang sudah
ditentukan atau disesuaikan dengan aplikasi kerja sehingga bisa menghemat
biaya dan efisien waktu.
10
9. Beton Ready Mix
Beton yang sudah siap untuk digunakan tanpa perlu lagi pengolahan
dilapangan. Metoda konvensional biasa disebut dengan site mix, yang
proses pencampurannya dilakukan di lapangan. Penggunaan ready mix,
dapat mempercepat pekerjaan menghemat waktu dengan kualitas beton
yang tetap terjaga.
11
2.5 Proses Pembuatan Beton
2.5.1 Penimbangan material beton
1) Portland Cement (PC)
Portland cement adalah salah satu tipe semen hidraulis dengan
komposisi utamanyaadalah kalsium silikat hidraulis. Hidraulis artinya
tipe semen tersebut akan membatudanmengeras bila bereaksi secara
kimia dengan air. Reaksi kimianya dinamakanreaksi hidrasi.Selama
reaksi hidrasi tersebut semen bercampur dengan airmembentuk masa
batuan. Bila saat PC dan air tersebut berbentuk pasta (pastasemen)
dicampurkan agregat (baik agregat kasar maupun agregat halus) maka
pastasemen tersebut akan melingkupi agregat dan membentuk gaya
adhesi suatu agregat.
Saat pasta semen mengeras maka terbentuklah beton. Kadar semenyang
cukupsesuai rancangan akan memnghasilkan kuat tekan yang sesuai, dan
kadar semen yang kurang akan menghasilkan kuat tekan yang rendah.
Begitupun penggunaan mutu semen yang tepat pemakaiannya sesuai
dengan jenisnya (I, II, III, IV dan V) akan dapat menghasilkan kualitas
sesuai yang diinginkan.
2) Air
Fungsi air di dalam beton adalah :
a) Sebagai bahan penghidrasi semen: semen bisa berfungsi sebagai bahan
pengikat.
b) Sebagai bahan pelumas
c) Mempermudah proses pencampuran agregat dan semen
d) Mempermudah pelaksanaan pengecoran beton (workability)
Syarat air sebagai bahan pencampur beton :
a) Tidak mengandung unsur reaktif alkali
b) Tidak mengandung bahan minyak, asam, zat organis
c) Disarankan memakai air yang bisa diminum.
3). Agregat
Agregat adalah material granural ( suatu bahan yang keras dan kaku yang
dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk
12
suatu beton semen hidraulik atau adukan ( mortar ) misalnya pasir, kerikil
, batu pecah dan sebagainya.
a) Pemilihan Agregat agregat yang akan digunakan sebagai bahan
campuran tergantung dari :
- Tersedianya bahan setempat
- Mutu bahan
- Bentuk / jenis konstruksi yang dibuat
- Harga bahan tersebut
- kriteria pemilihan agregat
13
d) Masukkan pasir, biarkan mencampur
e) Masukkan air ½ bagian sisa dari perbandingan keseluruhan
2.5.4 Pengecoran
14
c) Selama penuangan dan pemadatan harus dijaga agar posisi cetakan
maupun tulangan tidak berubah.
d) Adukan beton jangan dijatuhkan dengan tinggi jatuh lebih dari satu
meter agar tidak terjadi pemisahan bahan pencampurnya.
e) Pengecoran tidak boleh dilakukan pada waktu turun hujan.
f) Sebaiknya tebal lapisan beton untuk setiap kali penuangan tidak lebih
dari 45 cm pada beton massa, dan 30 cm pada beton bertulang.
g) Harus dijaga agar beton yang masih segar tidak diinjak.
h) Tinggi maximum penuangan 50 cm
2.5.5 Pemadatan
15
2.5.6 perawatan
16
2) perawatan pada suhu dingin (lingkungan dingin)
perawatan pada lingkungan dingin adalah dimana suhu berada
di bawah suhu normal, misalnya proyek berada di luar negeri
dan sedang dalam keadaan musim dingin, maka yang dapat
dilakukan adalah :
a) menyemprotkan uap panas pada permukaan beton secara
berkala
17
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Sifat dan Karakteristik Beton
Sifat dan karakteristik campuran beton segar secara tidak langsung akan
mempengaruhi beton yang telah mengeras. Pasta semen tidak bersifat elastis
sempurna, tetapi merupakan viscoelastic-solid. Gaya gesek dalam, susut dan
tegangan yang terjadi biasanya tergantung dari energi pemadatan dan tindakan
preventif terhadap perhatiannya pada tegangan dalam beton. Hal ini tergantung
dari jumlah dan distribusi air, kekentalan aliran gel (pasta semen) dan
penanganan pada saat sebelum terjadi tegangan serta kristalin yang terjadi
untuk pembentukan porinya.
Beberapa sifat dan karakteristik beton yang perlu diperhatikan antara lain
adalah modulus elastisitas beton, kekuatan tekan, permeabilitas dan sifat panas.
Adapun Sifat dan karakteristik beton sebagai berikut :
18
Setelah 28 hari, beton akan mencapai kekuatan penuh dan elemen
konstruksi akan mampu memikul beban luar yang bekerja padanya;
Untuk menjaga keretakan yang lebih lanjut pada suatu penampang
balok, maka dipasang tulangan baja pada daerah yang tertarik;
Pada beton bertulang memanfaatkan sifat beton yang kuat dalam
menerima gaya tekan serta tulangan baja yang kuat menerima gaya
tarik;
Dari segi biaya, beton menawarkan kemampuan tinggi dan harga yang
relative rendah;
Beton hampir tidak memerlukan perawatan dan masa konstruksinya
mencapai 50 tahun serta elemen konstruksinya yang mempunyai
kekakuan tinggi serta aman terhadap bahaya kebakaran;
Salah satu kekurangan yang besar adalah berat sendiri konstruksi; dan
Kelemahan lainnya adalah perubahan volume sebagai fungsi waktu
berupa susut dan rangkak.
19
Gambar 3.1.1 Plot Tegangan Regangan Beton
20
disebut modulus elastis statik. Tulisan ini membatasi persoalan
terdapatnya variansi pengukuran modulus elastis dengan memfokuskan
pada modulus elastis statik (yang diperoleh melalui uji kuat-tekan) dan
modulus elastis berdasarkan rumus hanya pada limit regangan
proporsional elastik, atau membatasi definisi.
Angka modulus elastisitas beton itu sendiri dalam praktek telah
dibawa kepada suatu formulasi empiris yang mengandung faktor kuat
tekan Fc’ (Compressive Strength) beton, seperti dalam beberapa standar
dibawah ini :
Berdasarkan ACI 318-M-83
Ec = 33 Wc 1,5 × fc0,5 (dibatasi untuk fc ≤ 6000 psi)
Diamana : Ec = modulus elastisitas beton (psi)
Wc = berat satuan beton (pcf)
Fc = kuat tekan beton uji silinder 28 hari (psi)
Berdasarkan ACI 363-M-90
Ec = 40000 × Fc0,5 (untuk 3000 ≤ Fc ≤ 6000 psi)
Dimana : Ec = modulus elastisitas beton (psi)
Wc = berat satuan beton (pcf)
Fc = kuat tekan beton uji silinder 28 hari (psi)
21
σ1 = tegangan yang berhubungan dengan Ԑ1
fc’ = kuat tekan beton uji silinder 28 hari
Berdasarkan SKSNI T-15-1991
Ec = 0,043 × Wc1,5 × fc0,5 (untuk 1500 ≤ Wc ≤ 2500 kg/m3)
Dimana : Ec = modulus elastisitas beton (Mpa)
Wc = berat satuan beton (Kg/m3)
Fc = kuat tekan beton uji silinder 28 hari (Mpa)
22
hancur, material banyak kehilangan kekakuannya sehingga kurva tidak
linier lagi.
ε = (∆L/L)
Dengan:
∆L = penurunan arah longitudinal(mm) x 25,4.10-3
L = tinggi beton (jarak antara dua strain gauge (mm))
25,4.10-3 = konversi satuan dial(dari inch ke mm)
23
Beton dengan kandungan air yang lebih tinggi merniliki modulus
elastisitas yang juga lebih tinggi daripada beton dengan spesifikasi yang
sama.
2. Agregat
Nilai modulus dan proporsi volume agregat dalam campuran
mempengaruhi modulus elastisitas beton. Semakin tinggi modulus agregat
dan semakin besar proporsi agregat dalam beton, semakin tinggi pula
modulus elastisitas beton tersebut.
3. Umur Beton
Modulus elastisitas beton meningkat seiring pertambahan umur
beton seperti halnya kuat tekannya, namun modulus elastisitas meningkat
lebih cepat daripada kekuatannya.
4. Mix Design Beton
Jenis beton memberikan nilai E (modulus elastisitas) yang berbeda-
beda pada umur dan kekuatan yang sama.
24
σc = P/A
dengan :
σc = tegangan tekan beton, MPa
P = besar beban tekan, N
A = luas penampang beton, mm2
2. Umur Beton
Kuat tekan beton akan bertambah sesuai dengan bertambahnya umur
beton tersebut. Karena beton ini termasuk bahan yang sangat awet (ditinjau
dari pemakaiannya), maka sebagai standar kuat tekan akan ditetapkan
waktu beton berumur 28 hari. Menurut PBI-1971, hubungan antara umur
dan kekuatan tekan beton dapat dilihat pada tabel 2.4
25
Tabel 3.1.2 Hubungan antara Umur dan Kuat Tekan Beton
Kuat Tekan Beton
Umur (Hari)
(%)
3 40
7 65
14 88
21 95
28 100
90 120
365 135
26
4. Pekerjaan Perawatan (Curing)
Tujuan perawatan beton adalah memelihara beton dalam kondisi
tertentu pasca pembukaan bekisting (demoulding of form work) agar
optimasi kekuatan beton dapat dicapai mendekati kekuatan yang telah
direncanakan. Perawatan ini berupa pencegahan atau mengurangi
kehilangan/penguapan air dari dalam beton yang ternyata masih
diperlukan untuk kelanjutan proses hidrasi. Bila terjadi
kekurangan/kehilangan air maka proses hidrasi akan terganggu/terhenti
dan dapat mengakibatkan terjadinya penurunan perkembangan kekuatan
beton, terutama penurunan kuat tekan
Kondisi perawatan yang baik dapat dicapai dengan menggunakan
salah satu metode di bawah ini :
a. Beton dibasahi terus menerus dengan air
b. Beton direndam di dalam air
c. Beton dilindungi dengan karung basah, film plastic, atau kertas perawatan
tahan air
d. Dengan menggunakan perawatan gabungan acuan-membran cair untuk
mempertahankan uap air semula dari beton basah
e. Perawatan uap untuk beton yang dihasilkan dari kondisi pabrik, seperti
pipa dan balok pra cetak, dan tiang atau girder pra tekan. Temperatur
perawatan uap ini sekitar 150oF.
Lama perawatan tergantung kepada jenis semen, kekuatan, cuaca,
rasio permukaan terekspos per volume, dan kondisi terekspos. Karena
proses perawatan merupakan proses untuk memperbaiki mutu, maka
semakin lama perawatan, semakin baik pula mutu betonnya.
Sehari setelah pengecoran merupakan saat yang terpenting untuk
periode sesudahnya. Oleh sebab itu diperlukan perawatan dengan air
sehingga untuk jangka panjang, kualitas beton, baik kekuatan maupun
kekedapan airnya, dapat lebih baik. Perawatan dengan cara membasahi
menghasilkan beton yang terbaik. Semakin erat pendekatan kondisi
perawatan, semakin kuat beton yang dihasilkan.
27
3.1.3 Permeabilitas
Salah satu faktor yang mempengaruhi durabilitas beton adalah
permeabilitas beton, yaitu kemudahan beton untuk dapat dilalui air.
Macam uji permeabilitas yang lazim dilakukan antara lain permeabilitas
terhadap ion chlorida, permeabilitas terhadap udara, dan permeabilitas
terhadap air. Uji permeabilitas terhadap air sendiri dibedakan menjadi
beberapa kategori, yaitu uji serapan permukaan, uji penyerapan air
(penetrasi), uji kecepatan aliran air, dan uji kapilaritas.
Macam-macam uji tersebut dapat dilakukan uji setempat atau uji
di laboratorium. Uji setempat hingga saat ini masih sulit dilakukan
karena keterbatasan alat dan kondisi lingkungan. Uji di laboratorium lebih
sering dilakukan dengan mengambil contoh beton dari lapangan atau
mencetak secara khusus contoh beton yang akan diuji.
Khusus untuk uji permeabilitas terhadap air, di Indonesia masih
jarang dilakukan karena uji ini membutuhkan waktu yang cukup lama,
harga alat tes permeabilitas yang relatif mahal, dan kondisi lingkungan
tropis yang sangat lembab sehingga bisa mempengaruhi keberhasilan tes
ini. Padahal hasil uji ini sangat penting khususnya untuk struktur
beton di daerah pantai, struktur beton yang terdapat pada permukaan
air dan terendam air. Beton yang teresapi oleh air akan mengalami
degradasi pada ketahanan dan kekuatannya. Untuk itu perlu diadakan
antisipasi pada disain struktur beton yang berhubungan dengan air,
seperti jembatan, pelabuhan, dan basement.
Permeabilitas beton adalah kemudahan beton untuk dapat dilalui air.
Jika beton tersebut dapat dilalui air, maka beton tersebut dikata- kan
permeabel. Jika sebaliknya, maka beton tersebut dikatakan impermeabel.
Maka sifat permeabilitas yang penting pada beton adalah permeabilitas
terhadap air.
Untuk mengetahui dan mengukur permeabilitas beton perlu
dilakukan pengujian. Uji permeabilitas ini terdiri dari dari dua macam: uji
aliran (flow test) dan uji penetrasi (penetration test). Uji yang pertama
digunakan untuk mengukur permeabilitas beton terhadap air bila ternyata
28
air dapat mengalir melalui sampel beton. Uji penetrasi digunakan jika
dalam percobaan permeabilitas tidak ada air yang mengalir melalui
sampel.
Dari data yang dihasilkan oleh uji permeabilitas ini dapat
ditentukan koefisien permeabilitas, suatu angka yang menunjukkan
kecepatan rembesan fluida dalam suatu zat. Pada uji aliran, koefisien
permeabilitas dihitung dengan Rumus Darcy sebagai berikut :
𝜌×𝑔×𝐿×𝑄
K=
𝑃×𝐴
di mana :
K : koefisien permeabilitas (cm/det)
ρ : massa jenis air (kg/cm3)
g : percepatan gravitasi (cm/det2)
L : panjang atau tinggi sampel (cm)
Q : debit aliran air (cm3/det)
P : tekanan air (kg cm/det2/cm2)
A : luas penampang sampel (cm2)
29
w/c : faktor air semen
w : jumlah air bebas dalam beton (g/cm3)
g : massa jenis beton (g/cm3)
α : derajat hidrasi beton
1. Sifat-sifat yang harus dipenuhi dalam jangka waktu lama oleh beton yang
mengeras, seperti kekuatan, keawetan, dan kestabilan volume; dan
2. Sifat-sifat yang harus dipenuhi dalam jangka waktu pendek ketika beton
dalam kondisi plastis (workability) atau kemudahan pengerjaan tanpa
adanya bleeding dan segregation.
Dalam pengerjaan beton segar, tiga sifat penting yang harus selalu diperhatikan
adalah kemudahan pengerjaan, Segregation, dan Bleeding (naiknya air).
(Mulyono, 2004)
30
3.1.5.1 Kemudahan Pengerjaan (Workability)
Kemudahan pengerjaan dapat dilihat dari nilai slump yang identik dengan
tingkat keplastisan beton. Semakin plastis beton, semakin mudah
pengerjaannya. Unsur-unsur yang mempengaruhinya antara lain.
a. Jumlah Air Pencampur
b. Kandungan Semen.
c. Gradasi campuran pasir-kerikil.
d. Bentuk butiran agregat kasar
e. Butir maksimum.
f. Cara pemadatan dan alat pemadat.
3.1.5.3 Bleeding
Kecenderungan air untuk naik ke permukaan pada beton yang baru
dipadatkan dinamakan bleeding. Air yang naik ini membawa semen dan
butir-butir halus pasir, yang pada saat beton mengeras nantinya akan
membentuk selaput (laitance). Bleeding ini dipengaruhi oleh :
31
Susunan butir agregat
Banyaknya air
Kecepatan hidrasi
Proses pemadatan
1. Slump test;
2. Compaction test;
3. Flow test;
4. Remoulding test;
5. Penetration test; dan
6. Mixer test.
1. Kualitas semen;
2. Proporsi semen dalam campuran beton;
3. Kekuatan dan kebersihan agregat;
4. Ikatan/adhesi antar pasta semen dan agregat;
5. Pencampuran yang cukup dari bahan-bahan pembentuk beton; dan
6. Pemadatan beton dan perawatan.
Seperti disebutkan oleh L.J. Murdock dan K.M. Brock bahwa “kecakapan tenaga
kerja adalah salah satu faktor penting dalam produksi suatu bangunan. 3 kinerja
yang dibutuhkan dalam pembuatan beton:
32
Agregat yang dipakai untuk campuran beton :
Kelebihan beton :
Kekurangan beton :
Salah satu yang kita kenal adalah Beton Ringan (lightweight concrete) atau
yang lebih dikenal dengan sebutan Hebel. Beton ringan adalah beton yang memiliki
berat jenis (density) lebih ringan daripada beton pada umumnya. Beton ringan bisa
33
disebut sebagai beton ringan aerasi (Aerated Lightweight Concrete/ALC) atau
sering disebut juga (Autoclaved Aerated Concrete/ AAC) yang mempunyai bahan
baku utama terdiri dari pasir silika, kapur, semen, air, ditambah dengan suatu bahan
pengembang yang kemudian dirawat dengan tekanan uap air.
Pada umumnya berat beton ringan berkisar antara 600 – 1600 kg/m3.
Teknologi material bahan bangunan berkembang terus, salah satunya beton ringan
aerasi (Aerated Lightweight Concrete/ALC) atau sering disebut juga (Autoclaved
Aerated Concrete/ AAC). Sebutan lainnya Autoclaved Concrete, Cellular Concrete
(semen dengan cairan kimia penghasil gelembung udara ), Porous Concrete, dan di
Inggris disebut Aircrete and Thermalite.
Beton ringan AAC ini pertama kali dikembangkan di Swedia pada tahun
1923 sebagai alternatif material bangunan untuk mengurangi penggundulan hutan.
Beton ringan AAC ini kemudian dikembangkan lagi oleh Joseph Hebel di Jerman
Barat di tahun 1943. Pada tahun 1967 bekerja sama dengan Asahi Chemicals
dibangun pabrik Hebel pertama di Jepang.
Sampai saat ini Hebel telah berada di 29 negara dan merupakan produsen
beton aerasi terbesar di dunia. Di Indonesia sendiri beton ringan mulai dikenal sejak
tahun 1995, saat didirikannya PT Hebel Indonesia di Karawang Timur, Jawa Barat.
Ada beberapa kelebihan dari Beton ringan atau Autoclaved Aerated Concrete
(AAC), yaitu:
34
11. Nyaman.
1. Karena ukurannya yang besar, untuk ukuran yang tanggung, akan memakan
waste yang cukup besar;
2. Perekat yang digunakan harus disesuaikan dengan ketentuan produsennya,
umumnya adalah semen instan;
3. Nilai kuat tekannya (compressive strength) terbatas, sehingga sangat tidak
dianjurkan penggunaan untuk perkuatan (struktural); dan
4. Harganya cenderung lebih mahal dari bata konvesional.
Dengan berbagai kelebihan dari beton ringan yang telah disebutkan di atas, saat ini
beton ringan banyak diaplikasi dalam pelbagai proyek dalam bentuk:
1. Blok (bata);
2. Panel; dan
3. Ready mix.
35
Dalam suatu adukan/campuran beton, kadar air sangat diperhatikan
karena menentukan tingkat workability nya atau tidak. Campuran beton
yang terlalu cair akan menyebabkan mutu beton rendah, dan lama
mengering. Sedangkan campuran beton yang terlalu kering menyebabkan
adukan tidak merata dan sulit untuk dicetak. Uji Slump mengacu pada SNI
1972-2008 dan ICS 91.100.30. Slump dapat dilakukan di laboratorium
maupun di lapangan (biasanya ketika ready mix sampai, diuji setiap
kedatangan). Hasil dari Uji Slump beton yaitu nilai slump. Nilai yang
tertera dinyatakan dalam satuan internasional (SI) dan mempunyai
standar.
36
Gamabr 3.2.2 Pengujian tekan beton
37
3.3 Pengaruh Panas Hidrasi pada Beton
Reaksi yang terjadi di dalam semen portland adalah reaksi kimia antara
senyawa potensial dengan air, senyawa-senyawa kalsium silikat, kalsium
aluminat dan kalsium ferit hidrat yang terjadi berupa struktur larutan padat
yang spesifik dan akan mengeras. Reaksi selanjutnya adalah interaksi antar
senyawa hidrat tersebut, masing-masing saling mengikat membentuk strukrur
baru yang kokoh, kaku dan kuat yang biasa disebut pasta, mortar atau beton.
Panas hidrasi pada setiap semen berbeda – beda, ± berkisar 50°C.
Kecepatan hidrasi itu sendiri tergantung oleh temperature, tekanan dan
volume.
3.3.1 Reaktifitas dan komposisi mineral utama serta bahan tambah
Reaksi hidrasi yang terjadi sangat ditentukan oleh reaktifitas
masing-masing senyawa utama. Senyawa C3A adalah yang paling
reaktif, senyawa ini bereaksi dengan cepat, kemudian disusul oleh
senyawa-senyawa C3S dan C2S. Jadi reaksi hidrasi semen portland
akan berjalan dengan cepat sesuai dengan reaktifnya senyawa utama.
Untuk mengatur kecepatan reaksi sesuai yang diinginkan perlu
ditambahkan bahan tambahan, senyawa gypsum ditambahkan sebagai
pengendali reaktifitas senyawa C3A.
Adapaun beberapa faktor yang mempengaruhi proseshidrasi
sebagagai berikut :
1) Kehalusan
Kecepatan reaksi hidrasi semen portland akan bertambah
besar dengan semakin halusnya ukuran partikel. Sebaliknya, jika
ukuran partikel semakin kasar, reaksi hidrasi akan berjalan
semakin lambat. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut, jika
ukuran partikel semakin halus, berarti luas permukaan total
semakin besar. Bertambah luasnya permukaan menyebabkan
kemungkinan terjadinya kontak antara air dengan permukaan
butiran akan menjadi besar. Akibatnya kemungkinan terjadinya
reaksi antara air dengan butiran juga menjadi lebih besar atau
dengan perkataan lain, kecepatan reaksi bertambah besar.
38
2) Perbandingan air dan semen portland
Air dan semen portland merupakan reaktan dalam reaksi
hidrasi, perbandingan konsentrasi antara kedua reaktan tersebut
dan produk yang dihasilkan akan mempengaruhi kesetimbangan
reaksi, kesetimbangan reaksi merupakan salah satu parameter
dari kecepatan reaksi.
3) Waktu
Dengan bertambahnya waktu, kecepatan reaksi masing-
masing senyawa potensial akan berkurang sebab komposisi
senyawa utama mulai habis bereaksi.
4) Temperature
Kecepatan reaksi akan bertambah dengan kenaikan
temperatur. Demikian juga reaksi yang terjadi di dalam semen
portland akan bertambah cepat karena naiknya temperatur. Hal
ini disebabkan karena reaksinya bersifat eksoterm yaitu dengan
melepas sejumlah panas. Jadi tanpa tambahan panas dari luar
pun reaksi ini akan bertambah cepat dengan kenaikan temperatur
akibat panas yang dilepaskan selama reaksi hidrasi.
39
kekuatan semen portland, dan biasa disebut dengan tobermorite
gel. Senyawa C3S merupakan komponen penentu kekuatan awal
semen portland, pada umur 1 – 28 hari, hal ini disebabkan reaksi
hidrasinya yang berlangsung cepat dan kadarnya yang tinggi.
Sedangkan C2S merupakan komponen penentu kekuatan akhir
semen portland, peranannya baru terlihat 28 hari setelah
pengikatan.
40
senyawa gypsum yang terbentuk akan bereaksi dengan
senyawa C3A membentuk senyawa ettringite, senyawa ettringite
merupakan senyawa yang mempunyai volum yang sangat besar
sehingga menyebabkan pemuaian dan dapat menimbulkan
keretakan pada beton.
41
beton massa (mass concrete). Beton massa ini memiliki sifat khusus,
yaitu selama proses pengerasan, beton tersebut mengalami kenaikan
temperatur (suhu) sampai batas tertentu sebagai akibat dari pelepasan
panas hidrasi semen portland. Kenaikan suhu beton tersebut bisa
mencapai 85°C pada bagian dalamnya. Ukuran beton yang cukup
besar/tebal dan karena beton mempunyai sifat “Poor Thermal
Conductivity”, maka suhu ini tidak cepat turun, sehingga akan
terjadi perbedaan suhu yang cukup besar antara bagian dalam dan
bagian permukaan beton, dan apabila hal ini tidak dapat di antisipasi
atau dikendalikan, akan mengakibatkan retakan-retakan pada
permukaan beton yang dapat berlanjut ke bagian dalam beton
sehingga dapat mempengaruhi kekuatan dari konstruksi beton tersebut.
Maksimum perubahan suhu (thermal shock) yang dapat menyebabkan
terjadinya kontraksi dan mengakibatkan retak adalah 40°C/jam
(ACI.207, 2002; ACI 207, 1997).
42
dengan permukaan dan dasar dapat menimbulkan tegangan internal
beton.
Beton memiliki sifat “Poor Thermal Conductivity” Sehingga
beton dengan volume yang besar memerlukan waktu yang relatif lebih
lama untuk melepaskan panas yang dikandungnya. Pada proses
pelepasan panas, bagian permukaan beton akan lebih mudah
melepaskan panas dibandingkan dengan bagian dalam. Hal ini
mengakibatkan selalu terjadi perbedaan suhu antara beton bagian dalam
dan bagian permukaan selama proses pelepasan panas berlangsung hal
ini diilustrasikan dalam Suhu beton segar yang diijinkan dalam
pekerjaan mass concrete adalah 35°C dan perbedaan temperatur beton
antara lapisan inti, permukaan dan dasar adalah ≤ 20°C. Sedangkan
temperatur maksimum yang diijinkan sebesar 70º pada setiap titik
(ACI: ACI. Jurnal Vol. 94. No2.1997). Pada pelaksanaannya di
lapangan, maka dibutuhkan suatu perhatian khusus berupa
pengendalian yang tepat untuk mencapai beton dengan kondisi
yang telah disyaratkan.
43
menggunakan tangki untuk ke lapangan, bertujuan untuk
mengurangi panas hidrasi
3) Waktu Pengecoran
Mencari suhu udarayang tidak panas/pengaruh mata
haru tidak banyak, biasanya pengecoran dapat dilakukan
pukul 4 sore sampai 10 pagi.
4) Destilasi
Memasukkan air ke dalam beton massa menggunakan
pipa kuningan diameter 1 cm sehingga dapat
mengeluarkan air hangat dan engurangi panas hidrasi
Jadi, panas hidrasi itu sendiri sangat berpengaruh dalam proses pembuatan
beton. Apabila panas hidrasi tidak di atasi maka tidak dapat mencapai kadar
air akibatnya semen unhidrat ke hidrat tanpa air tidak dapat bereaksi.
44
rusuk memanjang yang dimaksudkan untuk meningkatkan daya
lekat dan guna menahan gerakan membujur dari batang secara
relatif terhadap beton, disingkat BjTS
45
3) Ukuran dan toleransi
1) Diameter, berat dan ukuran sirip
Diameter dan berat per meter baja tulangan beton polos
seperti tercantum pada Tabel 1. Diameter, ukuran sirip dan
berat per meter baja tulangan beton sirip
Luas
Diameter nominal Berat nominal
penampan
No. Penamaan (d)
g Nominal per meter
(mm)
(L) (cm2) (kg/m)
Dia- Dia-
meter Luas meter Jarak Lebar
Tinggi sirip
nominal Penam- dalam sirip rusuk me-
melintang Berat
pang nominal melintang manjang
Pena- min maks nominal
No nominal
maan mm cm
2
mm mm mm mm mm Kg/m
1 S.6 6 0,2827 5,5
(d 0,3 0,6 (maks)
4,2 (maks)
4,7 0,222
(d) o)
2 S.8 8 0,5027 7,3 0,4 0,8 5,6 6,3 0,395
3 S.10 10 0,7854 8,9 0,5 1,0 7,0 7,9 0,617
4 S.13 13 1,327 12,0 0,7 1,3 9,1 10,2 1,04
5 S.16 16 2,011 15,0 0,8 1,6 11,2 12,6 4,58
6 S.19 19 2,835 17,8 1,0 1,9 13,3 14,9 2,23
7 S.22 22 3,801 20,7 1,1 2,2 15,4 17,3 2,98
8 S.25 25 4,909 23,6 1,3 2,5 17,5 19,7 3,85
9 S.29 29 6,625 27,2 1,5 2,9 20,3 22,8 5,18
10 S.32 32 8,042 30,2 1,6 3,2 22,4 25,1 6,31
11 S.36 36 10,18 34,0 1,8 3,6 25,2 28,3 7,99
12 S.40 40 12,57 38,0 2,0 4,0 28,0 31,4 9,88
13 S.50 50 19,64 48,0 2,5 5,0 38,0 39,3 17,4
46
2) Toleransi diameter
CATATAN
1. Penyimpangan kebundaran adalah perbedaan antara diameter maksimum dan minimum dari
hasil pengukuran pada penampang yang sama dari baja tulangan beton
47
4) Toleransi panjang
Toleransi panjang baja tulangan beton ditetapkan minus 0
mm plus 70 mm
5) Toleransi berat
6(mm)
d 8 (%)
±7
10 d 11 ±6
16 d 28 ±5
d 28 ±4
6 <(mm)
d<8 (%)
±6
10 < d < 11 ±5
16 < d < 28 ±4
d < 28 ± 3,5
48
6) Sifat mekanis
Kelas Nomor Uji tarik Uji lengkung
baja batang uji Batas ulur Kuat tarik Regang Sudut Diameter
tulangan kgf/mm2 kgf/mm2 an lengkung pelengkung
(N/mm2) (N/mm2)
(%)
BjTP 24 No. 2 Minimum 24 Minimum 39 20 1800 3xd
No. 3 (235) (380) 24
BjTP 30 No. 2 Minimum 30 Minimum 45 18 1800 d > 16 = 3xd
No. 3 (295) (440) 20 d > 16 = 4xd
BjTP 30 No. 2 Minimum 30 Minimum 45 10 1800 d ≤ 16 = 3xd
No. 3 (295) (440) 18 d > 16 = 4xd
BjTP 35 No. 2 Minimum 35 Minimum 50 18 1800 d ≥ 16 = 3xd
No. 3 (345) (490) 20
16<d≤40 = 4xd
d ≥ 40 = 5xd
BjTP 40 No. 2 Minimum 40 Minimum 57 16 1800 5xd
No. 3 (390) (500) 18
BjTP 50 No. 2 Minimum 50 Minimum 57 12 1800 d ≤ 25 = 5xd
No. 3 (490) (620) 14 d > 25 = 6xd
CATATAN 1. Hasil uji lengkung tidak boleh terletak pada sisi luar lengkungan
2. Untuk baja tulangan sirip > S.32 nilai renggang dikurangi 2 %
Untuk baja tulangan sirip S.40 dan S.50 dikurangi 4 % dari nilai yang tercantum
pada tabel 6.
2 2
3. 1 kgf/mm = 9,81 N/mm
Tabel Sifat Mekanik
3.4.4 Korosi
Korosi adalah proses kerusakan atau degradasi logam akibat
reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di
lingkungannya. Proses korosi pada besi beton di proyek masih
sering terjadi karena berbagai faktor antara lain :
1) Penyimpanan gudang besi yang kurang tepat. Pada musim hujan
tidak pernah ditutup dengan terpal atau yang lainnya.
2) Pemasangan besi beton yang terlalu lama. Pada musim hujan
seperti ini seharusnya jangan terlalu banyak menyimpak stok
besi karena jika pemasangan pada bangunan masih lama akan
terjadi korosi.
3) Besi yang sudah terpasang namun tidak segera dicor juga akan
berakibat rentan terkena karat.
49
4) Sengaja membeli besi beton yang berkarat karena lebih murah.
Di dunia proyek memang dituntut untuk mengambil keuntungan
yang tinggi namun bukan berarti menurunkan kualitas dengan
membeli besi yang sudah berkarat.
50
dibidang oil & gas, industri, ataupun fabrikasi guna membersihkan
atau mengupas lapisan yang menutupi sebuah obyek yang biasanya
berbahan dasar metal/besi dengan bantuan butiran pasir khusus yang
ditembakkan langsung dari sebuah kompresor bertekanan tinggi ke
obyek.
51
3.4.8.1 Tolak Ukur Kebersihan Sand Blasting
ukuran standar sandblasting adalah Sa 2.5. Sa adalah salah
satu standard tingkat kebersihan yang dikeluarkan oleh Swedish
Institute for Standards disingkat SIS. Kode Sa disini berarti
standard kebersihan Swedish menggunakan Abrasive.
Pengertian Sa.2.5 berarti pembersihan / penyemprotan metal
menghampiri putih “near-white metal blast cleaning”, dengan
pengertian bahwa penyemprotan terhadap permukaan metal
dilakukan sampai warnanya hampir putih. Secara kasat mata,
warnanya mendekati putih, bersih dari segala kotoran seperti
kulit besi, karat, bekas cat, debu, dan sebagainya, yang tertinggal
hanya sedikit noda atau bintik kecil yang samar dan itupun tidak
boleh lebih dari 5% dari total suatu permukaan yang dibersihkan.
Untuk dapat mengetahui secara pasti bahwa tingkat kebersihan
yang dikehendaki telah tercapai, dipakai acuan warna sebagai
perbandingan berupa referensi warna permukaan disebut dengan
visual pictorial surface standard. Sedangkan yang menggunakan
alat dengan magnifier “surface profile comparator” gunanya
untuk melihat tingkat kekasaran permukaan setelah
sandblasting.
Standard-standard yang lain selain Swedish Standard yang
digunakan untuk tingkat pembersihan permukaan ada beberapa,
misalnya standard dari SSPC (Steel Structure Painting Council),
NACE (National Association of Corrosion Engineers), ISO
(International Organization for Standarization), SAA (Standard
Australia), DS (Standard Denmark) dan JUS (Standard
Jugoslavia), tetapi yang sangat umum digunakan saat ini adalah
Standard Swedish, SSPC, dan NACE.
52
BAB IV
JOBSHEET
4.1 Peralatan
Catut Palu
Untuk memotong kawat Untuk memasang tulangan pada tempat
bendrat. bending dan memasang paku.
53
Roll meter Hand Bor dan mata bor
Untuk mengukur tulangan Untuk membuat lubang pada kayu,
besi/baja yang akan digunakan. besi atau tembok.
54
Mesin mixer (molen) Nampan spesi
Untuk mengaduk material bahan Untuk tempat mencampur bahan-
yang akan digunakan sesuai bahan atau material yang akan
dengan proporsi campuran yang digunakan.
telah direncanakan.
55
Cangkul Alat Uji Slump
Digunakan untuk menggali tanah, Untuk melakukan pengujian slump
melakukan pembersihan lahan, dan pada beton segar.
mengambil material untuk diangkut
menggunakan gerobak.
56
Paku Papan Kayu (Bekisting)
57
DAFTAR POTONGAN TULANGAN
NO KODE BENTUK DIAMETER JUMLAH BERAT PANJANG KET.
(mm) (kg) (cm)
1 BEGEL 10 X 18 6 5 0,222 60
2 BEGEL 9 X 12 6 5 0,222 45
58
3. Memotong tulangan besi sesuai dengan ukuran yang telat ditandai
menggunakan alat pemotong
4. Mengukur tempat bending dan menandai sesuai dengan ukuran
sengkang/begel yang akan dibuat yaitu 10cm x 18cm dan 9cm x
12cm
5. Melubangi tempat bending dengan handbor dan memasang besi
penahan sebagai cetakan untuk membengkokkan tulangan agar
dapat membuat begel dengan ukuran yang tepat
6. Membuat begel dengan membengkokkan tulangan menggunakan
pleser sebesar 90° pada keempat sisi sesuai dengan gambar kerja
7. Mengecek hasil pembengkokan sesuai dengan syarat yang
ditentukan (Panjang kait, diameter bengkokan). Hitung/ukur
kelebihan panjang besi tulangan dari yang disyaratkan, sebagai
koreksi untuk pemotongan dan pedoman pengerjaan benda kerja
berikutnya
8. Jika ukuran sudah tepat, melanjutkan pembuatan begel ukuran
10cm x 18cm sebanyak 5 buah dan ukuran 9cm x 12cm sebanyak
5 buah
59
4.4.3 Peralatan dan Bahan
Peralatan : Bahan :
– Pleser Ø6 mm – Tulangan Besi Ø6 mm
– Pleser Ø8 mm – Tulangan Besi Ø8 mm
– Pleser Ø10 mm – Tulangan Besi Ø10 mm
– Alat pemotong tulangan besi – Spidol
– Palu – Kawat bendrat
– Tang Kombinasi
– Catut
– Hand Bor
– Alat pembuat sengkang spiral
– Roll meter
– Besi penyangga
60
4.4.4 Gambar Kerja
61
4. Membuat 2 spiral menggunakan tulangan besi Ø6 mm dengan
menghabiskan 1 lonjor besi dan panjang kurang lebih 12 meter
dengan alat pembuat sengkang spiral
5. Memasang mal pada tulangan besi Ø10 mm sebanyak 8 buah
untuk membuat kolom bundar diameter 40 cm dan memasang mal
pada tulangan besi Ø8 mm sebanyak 8 buah untuk membuat
kolom bundar diameter 20 cm. Pemasangan mal ditempatkan
pada kedua ujung dan pada bagian tengah tulangan besi dengan
menggunakan kawat bendrat
6. Setelah selesai membuat spiral, pasangkan spiral tersebut pada
mal dan tulangan besi yang sudah diikat sesuai dengan gambar
kerja dan diikat rapat menggunakan kawat bendrat dengan jarak
antar ulir 10 cm
62
4.5.3 Peralatan dan Bahan
Peralatan : Bahan :
– Pleser Ø6 mm – Tulangan Besi Ø6 mm
– Pleser Ø10 mm – Tulangan Besi Ø10 mm
– Alat pemotong tulangan besi – Spidol
– Palu – Kawat bendrat
– Tang Kombinasi
– Catut
– Hand Bor
– Roll meter
– Besi penyangga
63
4.5.4 Gambar Kerja
64
4.6 JOB 4 : Praktik Pembuatan Pondasi Telapak
4.6.1 Tujuan
1. Mampu membuat pondasi telapak dengan benar
2. Mengetahui cara memasang kawat bendrat dengan benar dan
kuat
3. Mengetahui dan mampu menggunakan peralatan dengan baik
dan benar
4.6.2 Alat Pelindung Diri (APD)
1. Sepatu Safety
2. Sarung Tangan
4.6.3 Peralatan dan Bahan
Peralatan : Bahan :
– Pleser Ø6 mm – Tulangan Besi Ø6 mm
– Pleser Ø10 mm – Tulangan Besi Ø10 mm
– Alat pemotong tulangan besi – Spidol
– Palu – Kawat bendrat
– Tang Kombinasi
– Catut
– Roll meter
– Tempat bending
65
DAFTAR POTONGAN TULANGAN
66
2. Memahami gambar kerja pondasi telapak
3. Memotong kolom persegi panjang yang telah dibuat pada
JOB 3 sesuai ukuran pada gambar kerja
4. Memotong tulangan besi yang dibutuhkan
5. Membengkokkan tulangan besi yang telah dipotong agar
membentuk kait sesuai gambar kerja
6. Memasang tulangan besi yang telah dipotong dan
dibengkokkan sesuai gambar kerja dengan jarak tulangan
bagi pada bagian alas 10 cm dan jarak antar begel 15 cm
7. Melakukan pengikatan antara sengkang dengan
besi/tulangan utama, dengan kawat bendrat (posisi tulangan
utama berada tepat pada sudut sengkang)
8. Menggabungkan rangkaian tulangan kolom dengan plat
pondasi
9. Mengecek ketepatan dan kerapian dari benda kerja
67
4.7 JOB 5 : Praktik Pembuatan Balok
4.7.1 Tujuan
1. Mampu membuat pondasi telapak dengan benar
2. Mengetahui cara memasang kawat bendrat dengan benar
dan kuat
3. Mengetahui dan mampu menggunakan peralatan dengan
baik dan benar
4.7.2 Alat Pelindung Diri (APD)
1. Sepatu Safety
2. Sarung Tangan
4.7.3 Peralatan dan Bahan
Peralatan : Bahan :
– Pleser Ø6 mm – Tulangan Besi Ø6 mm
– Pleser Ø8 mm – Tulangan Besi Ø8 mm
– Pleser Ø10 mm – Tulangan Besi Ø10 mm
– Alat pemotong tulangan besi – Spidol
– Palu – Kawat bendrat
– Tang Kombinasi
– Catut
– Roll meter
– Tempat bending
68
3.5.1 Gambar Kerja
69
4.8 JOB 6 : Praktik Pembuatan Plat Non-Struktural dan Pengecoran
4.8.1 Tujuan
1. Mampu membuat plat non-struktural dengan benar
2. Mampu melakukan pengecoran secara langsung di lapangan
3. Mengetahui dan mampu menggunakan peralatan dengan
baik dan benar
4.8.2 Alat Pelindung Diri (APD)
1. Sepatu Safety
2. Sarung Tangan
3. Helm Safety
4.8.3 Peralatan dan Bahan
Peralatan : Bahan :
– Pleser Ø6 mm – Tulangan Besi Ø6 mm
– Pleser Ø8 mm – Tulangan Besi Ø8 mm
– Alat pemotong tulangan besi – Kerikil
– Palu – Pasir hitam
– Tang Kombinasi – Semen Portland
– Catut – Papan kayu bekisting
– Roll meter – Pasir urug
– Tempat bending – Beton tahu
– Ember – Pecahan batu bata
– Gerobak dorong – Paku
– Mesin mixer (molen) – Spidol
– Nampan spesi – Kawat bendrat
– Sendok spesi
– Cangkul
– Sekop
– Alat uji slump
70
4.8.4 Langkah Kerja
1. Mengukur area kerja yang telah ditentukan
2. Memahami gambar kerja plat non struktural
3. Menghitung kebutuhan bahan (besi Ø8 mm dan Ø6 mm)
4. Mempersiapkan alat dan bahan
5. Melakukan proses pengerjaan pemotongan besi tulangan
sesuai dengan ukuran dan jumlah yang telah ditentukan
6. Melakukan proses pembengkokan kait tulangan sesuai
ukuran dan jumlah yang telah ditentukan
7. Melakukan pengikatan besi tulangan utama dan tulangan
bagi menggunakan kawat bendrat
8. Memastikan kait tulangan sudah berada pada arah yang tepat
9. Mengecek ketepatan dan kerapian benda kerja dengan area
kerja
10. Memasang beton tahu pada plat plat pijakan yang telah
dibuat
11. Melakukan pemasangan bekisting pada area kerja
12. Menghitung kebutuhan bahan campuran beton yang akan
dibuat
13. Mempersiapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan sesuai
dengan data perhitungan
14. Menyalakan mesin molen yang akan digunakan dan
menempatkan mesin pada tempat yang strategis pada area
kerja
15. Memasukkan bahan yang telah ditimbang yaitu kerikil lalu
pasir, selanjutnya semen, dan yang terakhir air
16. Menunggu sampai adukan tercampur rata dan homogen
17. Setelah adukan rata, adukan dituangkan pada nampan yang
telah disiapkan di bawah molen
18. Melakukan uji slump pada campuran beton segar hingga
slump mencapai ±7
71
19. Setelah uji slump terpenuhi campuran beton diratakan
menggunakan sendok spesi pada area kerja hingga mengisi
seluruh bagian yang telah dibatasi bekisting
20. Membuat lapisan finishing menggunakan pasir, semen, dan
air dengan pengadukan dilakukan secara manual
21. Melakukan pelapisan finishing pada benda kerja dan
diratakan menggunakan perata
72
DAFTAR POTONGAN TULANGAN
300
73
4.9.5 Langkah Kerja
1. Memahami gambar kerja praktik pembuatan plat lantai
2. Menghitung kebutuhan tulangan besi Ø8mm
3. Menyiapkan peralatan yang diperlukan ( Meteran, gunting
tulangan, palu besi, siku-siku, bending sesuai ukuran
tulangan, besi dan balok penahan untuk membengkokan
tulangan)
4. Melakukan proses pengerjaan (Pemotongan, pembengkokan
dst), sampai semua bentuk tulangan yang diperlukan
terpenuhi sesuai dengan ukuran
5. Membuat catatan, besarnya factor Koreksi untuk masing-
masing bentuk tulangan
6. Menggabungkan semua besi tulangan arah memanjang.
Tandai jarak tulangan utama arah melintang dengan spidol
sepanjang daerah lapangan
7. Melakukan hal yang sama pada tulangan utama arah
melintang
8. Melakukan pengikatan antar tulangan utama, arah
memanjang terhadap tulangan utama arah melintang dengan
kawat bendrat. Perhatikan posisi tulangan sesuai gambar
kerja
9. Melakukan pengikatan tulangan didaerah tumpuan,
perhatikan posisi tulangan sesuai gambar kerja
10. Jika semua bagian tulangan sudah terpasang, selanjutnya
pemasangan tulangan bagi dikeempat sisi dengan jumlah dan
posisi sesuai dengan gambar rencana
11. Mengecek ketepatan dan kerapian dari benda kerja
74
BAB V
PEUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1 sifat dan karakteristik beton sngat di pengartuhi oleh modulus elastisitas,
kekuatan beton, dan permeabilitas beton, jika modulus elastisitas besar
maka beton tersebut memiliki tegangan yang cukup besar dalam kondisi
regangan yang masih kecil. Sedangkan kuat tekan sendiri didapat dari
pengujian yang hasilnya menunjukan seberapa besar kekuatan beton
dalam menerima tekanan.
5.1.2 pengendalian mutu dapat dilihat melalui pengujian pengujian seperti
pengujian slump, uji kuat tekan, setting time, dll. Jika dirasa tidak sesuai
dengan perencanaan maka harus dilakukan pengujian ulang dengan
merubah komposisi bahan beton sampai mencapai seperti yang di
rencanakan.
5.1.3 panas hidrasi sangat berpengaruh pada beton, jika beton tidak dapat
mencapai proses hidrasi yang sempurna, akibatnya semen unhidrat tidak
dapat menjadi hidrat karena tanpa air semen tidak dapat bereaksi.
Sehingga kadar air harus tetap dijaga dengan cara curing
5.1.4 karat di akibatkan oleh berbagai faktor, baik itu manusia ataupun
lingkungan, cara mengatasi karat tergantung pada jenis karatnya. Jika
karat dalam kategori karat total maka tulangan baja tersebut tidak dapat
digunakan
5.2 Saran
Dalam pengerjaan dan perencanaan beton sebaiknya dilakukan dengans
serius dan mengikutan aturan yang benar, serta memperhatikan hal hal yang
perlu di perhatikan seperti kualitas, fungsi betonnya, volumenya, bahan bahan
yang digunakan, dsb.
75
DAFTAR PUSTAKA
SNI 07-2025-2002 – Baja Tulangan Brton
Soleman Yoppy. Jurnal “Evaluasi Modulus Elastisitas Beton (EC) berdasarkan
analisis karakteristik agregat
Dr. Kimberly Curtis, Stress-Strain Behavior Concrete, 2004
M.L Leaming : Comparison of Mechanical Properties of High-Streght
Concrate Made With Different Raw Mterials. Transportation Research Record,
No. 1284, pp 23-30. 1999. Earl W Swokowski, Calculus With Analytic
Geometry, 1998
Sugiharto Handoko, Surya Allan. Jurnal “Rancang Bangun Alat Uji
Permeabilitas Beton”. Civil Engineering Dimension, Vol. 6, No 2, 94-100.
September 2004
Rochaeti, dkk. “Pengaruh Panas Hidrasi Beton Dengan Semen Type II
Terhadap Ketebalan Elemen Beton”. Jurnal Teknik sipil & Perencanaan,
Nomor 2 Voume 16. Juli 2014
ACI, 2010, Spesification for structural concrate, American Concrate Institue
301.10.
ASTM, 2012. Standart Spesification for Portland Cemen, American Standart
For Testimg Material C 150/C150M
Mulana. “Reaksi Hidrasi Semen”. 18 Januari 2018 Diakses Pukul 19.05
https://maulhidayat.wordpress.com/2013/02/25/reaksi-hidrasi-semen/
Widodo Agustinus. “pengertian Sand Blasteng”. 17 Januari 2018. Diakses
pukul 18.30 WIB
https://www.bioindustries.co.id/pengertian-sandblasting-3481.html
Ilmu Proyek, “Batas Korosi Besi Yang diijinkan”. 17 Januari 2018. Diakses
pukul 18.48 WIB
http://www.jasasipil.com/2016/01/batas-korosi-besi-beton-yang-
diijinkan.html
Ferdy. “Sifat Karakteristik Beton”. 17 Januari 2018. Diakses pukul 19.18
http://potongan-ilmu-sipil.blogspot.co.id/2013/07/sifat-dan-karakteristik-
beton.html
76
Toriq. “Laporan Praktek Keja Bengkel Beton”. 17 Januari Diakses Pukul 19.43
http://kodokebonceng.blogspot.co.id/2011/06/laporan-praktek-keja-bengkel-
kerja.html
Anonim. “Kuat Tekan Beton”. 18 Januari Diakses Pukul 17.12
http://unitedgank007.blogspot.co.id/2016/01/kuat-tekan-beton.html
Wibawa Kukuh. “Modulus Elastisitas”. 18 Januari Diakses Pukul 18.32
http://tatangw.blogspot.co.id/2011/04/modulus-elastisitas-beton.html
77