I. Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Umur : 29 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Batung 4/2
Agama : Islam
Suku Bangsa : Banjar
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
II. Anamnesis
Dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien di Bangsal Syafa pada tanggal
23 Januari 2014 pukul 12.00 WITA
A. Keluhan utama
Nyeri pada kedua kaki
B. Riwayat penyakit sekarang
Os datang ke IGD RSUD Datu Sanggul dengan keluhan kedua kaki terasa
nyeri. Nyeri yang dirasakan bertambah ketika pasien bergerak sehingga tidak kuat
untuk berjalan lama. Nyeri dirasakan berkurang ketika beristirahat. Keluhan nyeri
awalnya dirasakan pasien 7 bulan sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengakui saat
itu pernah disuntik oleh mantri dan merasa enakan. Namun pasien lupa nama obat
1
yang disuntikan. Sebulan setelah itu kedua kaki terasa nyeri kembali dan di rasa
makin bertambah nyerinya. Pasien merasa kesulitan dari posisi duduk ke posisi berdiri
dan harus di pegang oleh ibunya.
5 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien mengatakan sering merasa tidak
enak badan, lemas dan badan terasa hangat. Nafsu makan pasien saat itu pun
menurun. Terkadang pasien hanya makan 1 x sehari. Bibir kering dan sariawan
membuat pasien sulit untuk makan. Selain itu pasien mengatakan rambutnya sering
rontok sehingga merasa rambutnya tipis sekali.
4 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien mengatakan timbul bercak
kemerahan pada pipinya jika Os berada diluar rumah dan terkena sinar matahari.
Namun saat ini bercak berwarna agak gelap. Bercak tersebut tidak terasa gatal.
3 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh demam. Demam yang
dirasakan sering naik turun. Selain itu pasien mengeluh batuk. Pasien mengkonsumsi
obat paracetamol dan komix. Dan keluhan agak berkurang. Pasien menyangkal
adanya riwayat nyeri dada, sesak nafas dan kejang.
1 bulan sebelum masuk rumah sakit, tangan kanan pasien terasa kesemutan.
Terasa nyeri dan kaku jika jari-jarinya digerakan. 1 minggu sebelum masuk rumah
sakit, kedua kaki makin terasa nyeri dan sulit berjalan. Telapak kaki kanan dan kiri
bengkak. Pada saat masuk ke rumah sakit pasien juga merasa lemas, batuk dan nafsu
makan menurun.
C. Riwayat penyakit dahulu
Pasien menyangkal adanya riwayat penyakit darah tinggi, kencing manis,
ginjal, paru dan asma. Alergi makanan dan obat pun disangkal pasien.
D. Riwayat penyakit keluarga
Ayah pasien memiliki riwayat penyakit paru. Ayah pasien mengalami batuk
berdahak cukup lama dan sering batuk berdarah juga. Namun ayah pasien telah
meninggal dunia dikarenakan TBC paru. Os menyangkal adanya anggota keluarga
yang mengalami penyakit sama seperti pasien. Tidak ada anggota keluarga yang
memiliki riwayat kencing manis, tekanan darah tinggi dan penyakit ginjal.
E. Riwayat psikososial
Pasien tidak pernah memeriksaan dirinya ke rumah sakit. Pasien hanya
mengkonsumsi obat paracetamol dan komix jika keluhan demam dan batuk muncul.
Pasien bekerja sebagai petani karet.
2
III. Pemeriksaan Fisik ( dilakukan tanggal 23 Januari 2014 )
Keadaan umum : Tampak sakit sedang, lemah
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital
Tekanan darah : 100/60mmHg
Suhu : 37,5 °C
Nadi : 80 x/menit, regular, isi cukup, equal
Pernapasan : 20 x/menit, thorako-abdominal
Status gizi :
Berat badan : 34 kg BB = 34 = 15,11 kg / cm 2
Thoraks
Pulmo :
- Inspeksi : Pergerakan simetris, retraksi sela iga (-)
3
- Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri, krepitasi (-)
- Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
- Auskultasi : Suara nafas vesikuler, Rh (-/-), Wh (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris dan ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS VI linea aksilaris anterior sinistra
- Perkusi :
Batas jantung kanan : ICS VI linea midclavikularis dextra
Batas jantung kiri : ICS VI linea aksilaris sinistra
- Auskultasi : Bunyi jantung I = II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : Rata,
- Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba,
- Perkusi : Timpani
- Auskultasi : BU (+) normal 3x/menit
Ekstremitas atas dan bawah
Inspeksi Palpasi
Bentuk : dbn Akral : hangat
Warna kulit : pucat Pitting oedema : - -
Pergerakan : minimal + +
4
IV. Pemeriksaan Penunjang ( 22 Januari 2014 )
Eosinofil 2 1-3 % N
Batang 5 2-5 % N
5
Limfosit 13 % 20-40 % ↓
Monosit 2% 2-8 % N
Deskripsi foto:
Skeletal normal
Cor : CTR < 50%
Pulmo : Tampak inflitrat di apex hemitoraks kanan
Tampak corakan bronkovaskular meningkat di hemitorak kanan dan kiri
Sinus costofrenicus kanan tampak tumpul dan sinus costofrenicus kiri normal
Diafragma kanan dan kiri normal
Kesan : Suspek TBC paru
Suspek Efusi pleura minimal
6
Eritrosit Anisositosis sedang
Poikilositosis sedang ( pensil, tear drop,
stomatosit )
Mikrositik , Hipokrom
Eritrosit 1-2
Lekosit 20-30
Silinder Negatif
Epitel (+)
Kristal Negatif
Bakteri (+)
Kimia
Protein 2+
Glukosa -
Urobilin -
Bilirubin -
7
RESUME
Perempuan 29 tahun mengeluh kedua kaki terasa nyeri, sehingga sulit digerakkan,
lemas (+), demam (+), batuk (+), nafsu makan menurun (+) sehingga menyebabkan berat
badan pasien menurun, sariawan di dalam mulut (+), timbul bercak kemerahan pada kedua
pipi jika pasien berada diluar rumah dan bengkak pada kedua kaki.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan : rambut : rontok dan tipis, wajah tampak pucat,
mata : conjungtiva anemis (+/+), ruam pada kedua pipi (+), sariawan pada mukosa bukal (+),
odeme pada ekstremitas bawah (+/+),
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan : Hb 5,7 g /dL, Trombosit : 210.000,
Leukosit : 9700, HT 18 %, Albumin 1,7 G/dL, Protein total 7,0 G/dL, Ureum 68 mg/dL,
Creatinin 1,1 mg/dL. Coomb Test Direct (+). MDT : Anemia mikrositik hipokrom. Sputum
BTA SPS (-)
DAFTAR MASALAH
1. Artritis (nyeri pada kedua kaki dan tangan)
2. Malar Rash (ruam pada kedua pipi),
3. Underweight (nafsu makan menurun, berat badan menurun, IMT : 15,11 kg / cm 2 )
4. Sariawan, febris, rambut rontok
5. Anemia ( Hb 5,7 g/dL, MDT : Anemia mikrositik hipokrom)
6. Coomb test direct (+),
7. Edema ( Hipoalbumin : Albumin 1,7 G/dL),
PENGKAJIAN MASALAH
1. Nyeri pada kedua kaki
Nyeri pada kedua kaki dirasakan sejak 7 bulan SMRS, namun keluhan sempet
berkurang selama 1 bulan. Setelah itu nyeri dirasakan kembali di kedua kaki hingga
saat ini. Kaku dan nyeri juga dirasakan ditangan kanan pasien sehingga jari–jari
tangan sulit digerakkan.
DD : SLE ( Systemic Lupus Erythematous)
Artritis Rhematoid
Planning Diagnostik : Ds-DNA
Faktor rhematoid serum, Radiologi tangan dan kaki
8
Tx : Metilprednisolon 2x16 mg
Klorokuin 1x1
Edukasi : Menganjurkan pasien untuk cek oftamologi (mata) setiap 4 atau 6 bulan
karna efek samping penggunaan klorokuin
4. Anemia
9
Hb : 5,7 g/dL. Mata : CA +/+, Pasien sering merasa lemas. MDT : Anemia
Mikrositik Hipokrom. Coomb test (+)
DD : Anemia karena penyakit kronis
Anemia hemolitik autoimun DD: SLE
Planning diagnostik : ANA tes, Ds-DNA
Tx : -
Edukasi : Makan makanan yang bernutrisi tinggi (diet rendah garam, diet rendah
lemak)
5. Edema
Albumin : 1,7 g/dL, Ureum 68 mg/dL, Creatinin 1,1 mg/dL.
DD : Hipoalbumin
- Intake protein < gizi buruk
- Gangguan sintesis protein gangguan fungsi hepar ( sirosis hepatis)
- Kehilangan protein melalui urin gangguan fungsi ginjal (nefritis lupus )
Planning diagnostik : SGOT SGPT, USG
Urinalisa, Ds-DNA, Biopsi ginjal
Tx : Metilprednisolon 2 x 16 mg
Kalk 2x1
Edukasi : Diet tinggi kalsium
Diet tinggi protein (putih telur, tempe dan ikan gabus)
FOLLOW UP
10
Tanggal S O A P
23 Januari Nyeri kedua kaki TD:100/60, T:37,5 ºC, Anemia -RL 20 tpm
2014 (+), demam (+), RR:20 x/mnt, HR: 80x/mnt Susp TB -Ranitidin 2x1 amp
batuk (+), kaki PF : -PCT 3x1 tab
bengkak (+), lemas Rambut : Rontok, tipis -Pro transfusi PRC
dan nafsu makan Wajah : pucat, bercak pada - Cek Urin
menurun kedua pipi, mata : CA +/+, *Siang : coomb test +
Ekstremitas bawah : pitting pasien tidak jadi di
oedem +/+ transfusi.
LAB :
Darah lengkap :
HB:5.7, Leukosit:9.700,
LED:80, HT:18, eritrosit:1,9
juta/mm3 , Trombosit 210.000,
GDS:85, protein: 7,0, albumin:
1,7, ureum:68, creatinin:1,1
MDT :
Anemia mikrositik hipokrom
Ro Thoraks : infilitrat (+)
24 Januari Demam (+), batuk TD : 110/60, T : 37,4 ºC, -Anemia -RL 20 tpm
2014 <<, lemas (+), nyeri RR : 20 x/menit, HR : 80 hemolitik -Ranitidin 2x1 amp
kedua kaki (+), x/menit autoimun -PCT 3x1 tab
bengkak pada PF : dd/SLE -VIT B6 1x1
telapak kaki kanan Wajah : bercak merah pada -TB paru -OAT (Rifampisin 450 mg
dan kiri dan sulit kedua pipi, mata : CA +/+, 1x1, INH 300 mg 1x1,
berjalan, Ekstremitas bawah : Pitting Etambutol 1000 mg 1x1,
oedem +/+ PZA 1000 mg 1x1)
LAB: -Metilprednisolon 2x16 mg
Sputum BTA : -
Urinalisa :
protein +2, leukosit 20-30,
epitel +, bakteri +, eritrosit 1-2
25 Januari Nyeri dikedua kaki TD:90/80 , T:36,5 ºC, -SLE -RL 20 tpm
2014 (+), jari tangan RR: 20 x/menit, HR: 80x/menit -TB paru -Ranitidin 2x1 amp
kanan sulit PF : -VIT B6 1x1
digerakkan (+), Wajah : bercak merah pada -OAT (Rifampisin 450 mg
batuk <<, kedua pipi, mata : CA +/+, 1x1, INH 300 mg 1x1,
demam (-), Ekstremitas: Pitting oedem +/+ Etambutol 1000 mg 1x1,
PZA 1000 mg 1x1)
11
-Metilprednisolon 2x16 mg
-Kalk 2x1
26 Januari Nyeri dikedua kaki TD:110/60, T:37,2 ºC, -SLE -RL 20 tpm
2014 (+) jari tangan RR: 20x/menit ,HR:80x/ menit -TB paru -Ranitidin 2x1 amp
kanan sulit PF: -VIT B6 1x1
digerakan, Wajah : mata : CA +/+ -OAT (Rifampisin 450 mg
bengkak << Ekstremitas bawah : pitting 1x1, INH 300 mg 1x1,
oedem +/+ Etambutol 1000 mg 1x1,
PZA 1000 mg 1x1)
-Metilprednisolon 2x16 mg
-Kalk 2x1
Cek sel LE
28 Januari Nyeri kedua kaki TD :100/60 T: 37 5 ºC, -SLE -RL 20 tpm
2014 (+), jari tangan RR: 20 x/menit, HR: 80x/menit -TB paru -Ranitidin 2x1 amp
kanan sulit PF : -VIT B6 1x1
digerakkan. Wajah : mata : CA +/+, -OAT (Rifampisin 450 mg
Ekstremitas: Pitting oedem +/+ 1x1, INH 300 mg 1x1,
LAB : Etambutol 1000 mg 1x1,
Sel LE : - PZA 1000 mg 1x1)
-Metilprednisolon 2x16 mg
-Kalk 2x1
-Klorokuin 1x1
30 Januari Nyeri kedua kaki TD 100/80, T: 37,6 ºC, -SLE -VIT B6 1x1
2014 <<, jari tangan RR: 20 x/menit , HR: 80x/menit -TB paru -OAT (Rifampisin 450 mg
sedikit bisa 1x1, INH 300 mg 1x1,
digerakkan Etambutol 1000 mg 1x1,
PZA 1000 mg 1x1)
-Metilprednisolon 2x16 mg
-Kalk 2x1
Pasien pulang -Klorokuin 1x1
Kontrol 1 minggu lagi
PEMBAHASAN KASUS
12
SLE adalah suatu kondisi yang dikarakteristikkan oleh peradangan kronis dari
jaringan-jaringan tubuh yang disebabkan oleh penyakit autoimun. Penyakit-penyakit
autoimun adalah penyakit-penyakit yang terjadi ketika jaringan-jaringan tubuh diserang oleh
sistim imunnya sendiri. Sistim imun adalah suatu sistim yang kompleks didalam tubuh yang
dirancang untuk melawan agen-agen yang menular, contohnya, bakteri-bakteri, dan
penyerbu-penyerbu asing lainnya. Salah satu dari mekanisme yang digunakan oleh sistim
imun untuk melawan infeksi-infeksi adalah produksi dari antibodi-antibodi. Pasien-pasien
dengan lupus memproduksi antibodi-antibodi yang abnormal didalam darahnya yang
mentargetkan jaringan-jaringan didalam tubuhnya sendiri dari pada agen-agen menular asing.
Karena antibodi-antibodi dan sel-sel peradangan yang mendampinginya dapat melibatkan
jaringan-jaringan dimana saja didalam tubuh, lupus mempunyai potensi untuk mempengaruhi
beragam area-area tubuh.2 Lupus dapat menyebabkan penyakit kulit, jantung, paru-paru,
ginjal, persendian, mata, hemik-limfatik, muskuloskeletal, saluran pencernaan dan sistem
syaraf.3
Pada kasus ini, Ny.N, 29 tahun didiagnosa sebagai SLE. Dari anamnesis ditemukan
keluhan utama nyeri pada kedua kaki yang dirasakan bertambah ketika pasien bergerak
sehingga tidak kuat untuk berjalan lama. Selain itu nyeri dirasakan di tangan kanan dan
membuat jari tangan kanan kaku dan sulit digerakkan. Nyeri yang terjadi ini sesuai dengan
salah satu manifestasi klinis SLE yaitu mengalami radang sendi (arthtritis) selama perjalanan
penyakitnya.4
Selain itu pasien sering mengeluh lelah, demam, nafsu makan yang menurun dan
berat badan yang menurun. Hal tersebut mengacu pada gejala kontutisional dari SLE. Os juga
sering mengalami sariawan karena salah satu gejala yang ditimbulkan jika mengenai
membran mukosa adalah ulkus membran mukosa.
Dari pemeriksaan fisik terlihat wajah pasien yang pucat, konjungtiva anemis dan,
rambut rontok. Pasien juga memiliki bercak kemerahan pada pipinya yang timbul jika Os
terkena sinar matahari ini sesuai dengan salah satu tanda SLE. Lebih dari separuh pasien
dengan SLE mengalami rash khas yang datar dan berwarna merah pada wajah melewati
hidung. Rash wajah, bersama dengan peradangan organ-organ lain, dapat ditimbulkan dan
diperburuk oleh paparan cahaya matahari, yang dikenal dengan fotosensitifitas.2
13
Berdasarkan hasil pemeriksaan lab yang mendukung kearah SLE yaitu Hb 5,7 g /dL,
Coomb Test Direct (+) yang menandakan anemia hemolitik autoimun (AIHA) dan
pemeriksaan urin berupa proteinuria.
Penegakkan diagnosis SLE pada pasien ini berdasarkan kombinasi antara anamnesis,
pemeriksaan fisik dan manifestasi laboratorium yang menunjukkan adanya kelainan yaitu
multisistem. Terpenuhinya 4 dari 11 kriteria dari the American College of Rheumatology
1997 memperkuat penegakan diagnosis Sistemik Lupus Eritematosus.
Ruam malar Eritema yang menetap, rata atau menonjol pada daerah malar dan
cenderung tidak melibatkan lipat nasolabial
Ruam diskoid Plak eritema menonjol dengan keratotik dan sumbatan folikular.
Pada SLE lanjut dapat ditemukan parut atrofik.
Fotosensitivitas Ruam kulit yang diakibatkan reaksi abnormal terhadap sinar
matahari, baik dari anamnesis pasien atau yang dilihat oleh dokter
pemeriksa
Ulkus mulut Ulkus mulut atau orofaring, umumnya tidak nyeri dan dilihat oleh
dokter pemeriksa
Artritis Artritis non erosif yang melibatkan dua atau lebih sendi perifer,
ditandai oleh nyeri tekan, bengkak dan efusi.
Serositis
a. Pleuritis a. Riwayat nyeri pleuritik atau pleuritic friction rub yang
didengar oleh dokter pemeriksa atau terdapat bukti efusi
pleura
b. Perikarditis b. Terbukti rekaman EKG atau perikarditis friction rub atau
terdapat bukti efusi perikard
Gangguan renal a. Proteinuria menetap atau > 0.5 g/hari atau >+3 bila tidak
dilakukan pemeriksaan kuantitatif, atau
b. Silinder selular : berupa siliner eritrosit, hemoglobin,
granular, tubular atau campuran
Gangguan neurologik a. Kejang yang bukan disebabkan oleh obat-obatan atau
14
gangguan metabolik (uremia, KAD, gangguan keseimbangan
elektrolit)
b. Psikosis yang bukan disebabkan oleh obat-obatan atau
gangguan metabolik (uremia, KAD, gangguan keseimbangan
elektrolit)
Gangguan hematologi a. Anemia hemolitik dengan retikulosit atau,
b. Leukopenia < 4.000/mm3 pada dua pemeriksaan/lebih, atau
c. Limfopenia < 1.500/mm3 pada dua pemeriksaan/lebih, atau
d. Trombositopenia < 100.000/mm3 tanpa disebabkan oleh
obat-obatan
Gangguan imunologik a. Anti-DNA : antibodi terhadap native DNA dengan titer yang
abnormal
b. Anti-Sm : terdapat antibodi terhadap antigen antinuklear Sm
c. Temuan positif terhadap antibodi antifosfolipid didasarkan
atas :
- Kadar serum antibodi antikardiolipin abnormal baik IgG
atau IgM
- Tes lupus antikoagulan positif menggunakan metode
standar
- Hasil tes serologi positif palsu terhadap sifilis sekurang-
kurangnya selama 6 bulan, dan dikonfirmasi dengan tes
imobilisasi Treponema Pallidum atau tes fluoresensi
absorbsi antibodi Treponema
Antibodi antinukler Titer abnormal dari antibodi anti-nuklear berdasarkan pemeriksaan
positif (ANA) imunofluoresensi atau pemeriksaan setingkat pada setiap kurun
waktu perjalanan penyakit tanpa keterlibatan obat yang diketahui
berhubungan dengan sindroma lupus yan diinduksi obat
Pada pasien ini didiagnosis sebagai SLE karena telah memenuhi 4 dari 11 kriteria
ACR antara lain ruam malar pada wajah, fotosensitivitas, ulkus mulut, artritis dan gangguan
hematologi berupa anemia hemolitik.
Terapi yang diberikan adalah metilprednisolon 2x16 mg, pemberian kortikosteroid
pada pasien ini bertujuan untuk mengontrol gejala dan menekan produksi autoantibodi.
15
Untuk mengurangi efek samping dari penggunaan kortikosteroid yaitu osteoporosis sehingga
diberikan asupan kalsium berupa kalk 2x1. Selain itu diberikan antimalaria berupa klorokuin
1x1 karena kelainan SLE pada pasien dominan pada kulit dan sendi. Antimalaria juga
digunakan untuk membantu penyapihan kortikosteroid.
TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis.1 TB paru pada pasien ini berdasarkan gejala klinis, sputum BTA dan radiologis.
Dari klinis ditemukan gejala sistemik atau konstitusional berupa demam naik turun, batuk,
lemas, nafsu makan menurun dan berat badan menurun yang dibuktikan dengan penilaian
status gizi berdasarkan IMT dengan hasil 15,11 kg/cm2 (underweight). Selain itu terdapat
kontak langsung dengan penderita TB dalam satu rumah yaitu ayah pasien meninggal karna
TB paru. Hasil sputum BTA SPS didapatkan negatif (-) sedangkan pemeriksaan radiologis
terlihat kesan suspek TB paru.
Pasien dikategorikan sebagai kasus baru, dimana pasien sebelumnya belum pernah
mendapatkan pengobatan TB paru. Terapi yang diberikan berupa OAT Kategori 1
(2RHZE/4R3H3). Fase intensif (2RHZE) menggunakan 4 macam obat yang diminum setiap
hari selama 2 bulan. Sedangkan fase lanjutan (4R3H3) menggunakan 2 macam obat,
diminum 3 kali seminggu selama 4 bulan. 1 Pada pasien ini diberikan Rifampisin 450 mg 1x1,
INH 300 mg 1x1, Etambutol 1000 mg 1x1, PZA 1000 mg 1x1. Karena efek samping
pemberian INH dapat menyebabkan neuropati perifer sehingga diberikan vitamin B6 1x1.
Prognosis pada pasien ini :
Ad vitam : dubia ad malam
Ad fungtionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
Gangguan imunoregulasi
Akti fasi
Komplemen
Mel epas
Permeabilitas vascular
Saraf Mata
GI Tract
Muskuloskeletal
Ginjal mukokutan
Arthritis
17
1. Asril Bahar. 2003. Tuberkulosis Paru in Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi
ketiga. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
18