Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS, EFISIENSI ALOKATIF, DAN EFISIENSI EKONOMI

USAHATANI JAGUNG BERDASARKAN VARIETAS


DI PROVINSI GORONTALO

Analyses of Technical, Allocative, and Economic Efficiencies of Maize Farm


Management by Variety in Gorontalo Province

1 2 2 3
Andi Yulyani Fadwiwati , Sri Hartoyo , Sri Utami Kuncoro , dan I Wayan Rusastra
1
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Gorontalo, Jl. Kopi No.270 Bone Bolango, Provinsi Gorontalo
2
Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor, Jl. Raya Darmaga, Kampus IPB Darmaga Bogor
3
Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Jl. A.Yani No. 70 Bogor
Email: ayulyanifadwiwati@yahoo.co.id

Naskah diterima : 10 Juli 2013 Naskah disetujui terbit : 4 Februari 2014

ABSTRACT

This study aims to measure technical, allocative, and economic efficiencies of maize farming and factors
influencing the technical inefficiency in Boalemo, Pohuwato, and Gorontalo Regencies, Gorontalo Province.
Random sampling was used in selecting the respondents of 355 farmer households in 2012. The data were
analyzed using the Cobb-Douglas stochastic frontier production function. Adoption of new improved variety (VUB)
is more efficient than that of the old one (VUL). VUB’s technical, allocative and economic efficiencies were each
of 84%, 40%, and 34%, respectively. VUL’s technical, allocative and economic efficiencies were 75%, 36%, and
26%, respectively. Factors causing technical inefficiency were educational level, farmer group membership,
access to credit, and agriculture extension. Increased efficiency can be achieved through farm management
improvement, i.e. both technical and managerial capabilities of farmers.

Key words : technical efficiency, allocative efficiency, economic efficiency, farming, maize

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur efisiensi teknis, efisiensi alokatif, dan efisiensi ekonomi usahatani
jagung, serta faktor-faktor apa yang memengaruhi inefisiensi teknis. Penelitian dilakukan di Provinsi Gorontalo,
yaitu Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo dan Kabupaten Pohuwato. Pengambilan sampel dilakukan
dengan metode random sampling, yaitu sebanyak 355 rumah tangga petani dengan menggunakan data cross
section tahun 2012. Metode analisis menggunakan fungsi produksi stochastik frontier Cobb-Douglas, dan
efisiensi alokatif serta ekonomis dianalisis menggunakan pendekatan dari sisi input. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penggunaan varietas unggul baru lebih efisien dibandingkan dengan penggunaan varietas unggul lama
dengan tingkat efisiensi teknis, alokatif dan ekonomi masing-masing 84%, 40%, dan 34% untuk VUB, sedangkan
untuk VUL masing-masing 75%, 36%, dan 26%. Faktor–faktor yang menjadi penyebab inefisiensi teknis adalah
lama pendidikan, keanggotaan dalam kelompok tani, akses kredit dan penyuluhan. Implikasi kebijakan, yaitu
peningkatan efisiensi dapat dilakukan melalui peningkatan manajemen usahatani baik teknis maupun kapabilitas
manajerial petani.

Kata kunci : efisiensi teknis, efisiensi alokatif, efisiensi ekonomi, usahatani, jagung

peluang untuk dikembangkan karena kedu-


PENDAHULUAN
dukannya sebagai sumber utama karbohidrat
dan protein setelah beras (Zubachtirodin et al.,
2007). Posisi jagung dalam diversifikasi
Salah satu tanaman pangan strategis
konsumsi pangan berfungsi mengurangi
dan bernilai ekonomis yang tinggi adalah
ketergantungan terhadap makanan pokok
jagung. Jagung (Zea mays) mempunyai
beras, selain itu juga mempunyai arti penting

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS, EFISIENSI ALOKATIF, DAN EFISIENSI EKONOMI USAHATANI JAGUNG BERDASARKAN
VARIETAS DI PROVINSI GORONTALO
Andi Yulyani Fadwiwati, Sri Hartoyo, Sri Utami Kuncoro, dan I Wayan Rusastra
1
dalam pengembangan industri karena Gorontalo, potensi lahan kering sebesar
merupakan bahan baku untuk industri pangan 447.948 hektar, untuk pengembangan jagung
maupun industri pakan ternak, khususnya 27.565 hektar, yang sudah dimanfaatkan
pakan ternak monogastrik. Proporsi jagung 99.176 hektar (45%) sedangkan yang belum
dalam pakan rata-rata mencapai 51 persen dimanfaatkan 121.230 hektar (55%), sehingga
terutama untuk pakan ayam broiler dan masih terdapat peluang untuk pengembangan-
petelur. Penggunaan jagung yang relatif tinggi nya (Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo,
ini disebabkan oleh harganya yang relatif 2012). Komoditas jagung di Provinsi Gorontalo
murah, mengandung kalori yang tinggi, merupakan komoditas unggulan, namun
mempunyai protein dengan kandungan asam terdapat permasalahan yang dihadapi dalam
amino yang lengkap, mudah diproduksi, dan pengembangan usahatani jagung yaitu
digemari oleh ternak (Tangenjaya et al., 2005). penurunan luas panen, produksi, dan
produktivitas. Dalam lima tahun terakhir (2008
Pemerintah telah mencanangkan
sampai 2012) luas panen jagung menurun
program percepatan peningkatan produksi
sekitar 2,13 persen per tahun, produksi
jagung. Program tersebut menekankan pada
menurun rata-rata 1,68 persen per tahun dan
perluasan areal tanam/panen dan peningkatan
produktivitas menurun sebesar 0,06 persen
Intensitas Pertanaman (IP) karena pada
per tahun (BPS, 2012). Pencapaian produk-
daerah-daerah penghasil jagung di Indonesia
tivitas jagung di Provinsi Gorontalo sebesar 4,5
masih terdapat potensi lahan cukup luas untuk
ton per hektar lebih rendah 0,3 ton per hektar
pengembangan usahatani jagung. Upaya ini
dibandingkan produktivitas jagung nasional
mulai dirintis pada MT 1996/97 yang kemudian
yang mencapai 4,8 ton per hektar.
dilanjutkan dengan program Gerakan Mandiri
Peningkatan Produksi Padi, Kedelai, dan Upaya pemerintah daerah untuk
Jagung (Gema Palagung 2001) pada MT meningkatkan produksi dan produktivitas
1998/99. Program Gema Palagung 2001 usahatani jagung adalah penggunaan varietas
diaktualisasikan dalam Upaya Khusus Pening- unggul baru (hibrida). Varietas unggul baru
katan Ketahanan Pangan Nasional (UPSUS (hibrida) mempunyai hasil 8,9 ton/ha pipilan
PKPN) melalui pemberdayaan masyarakat kering, potensi hasil sekitar 13 ton/ha dan
termasuk petani. Selain program tersebut, toleran terhadap penyakit bulai. Upaya
pada tahun 2005 melalui Badan Litbang peningkatan produksi jagung melalui peng-
Pertanian juga telah melakukan suatu gunaan benih bermutu merupakan langkah
terobosan baru yaitu program Rintisan yang strategis. Varietas unggul baru
Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian penggunaan inputnya lebih tinggi dibandingkan
(PRIMATANI), bertujuan untuk mempercepat varietas unggul lama. Salah satu indikator dari
waktu, meningkatkan kadar dan memperluas efisiensi adalah jika sejumlah output tertentu
prevalensi adopsi teknologi inovatif. dapat dihasilkan dengan menggunakan
sejumlah kombinasi input yang lebih sedikit
Upaya pengembangan Pengelolaan
dan dengan kombinasi input-input tertentu
Tanaman Terpadu (PTT), melalui program
yang dapat meminimumkan biaya produksi
Sekolah Lapang (SL) PTT dimaksudkan
tanpa mengurangi output yang dihasilkan.
sebagai upaya peningkatan produksi nasional,
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Penelitian ini bertujuan untuk menge-
petani dalam mengelola usahataninya. tahui efisiensi teknis, efisiensi alokatif, dan
Peluang peningkatan produksi nasional efisiensi ekonomi usahatani jagung berdasar-
khususnya produksi jagung dalam negeri kan varietas serta faktor-faktor apa yang
masih sangat besar terutama melalui pening- memengaruhi inefisiensi teknis.
katan produktivitas dengan menggunakan
benih bermutu dan varietas unggul baru serta
METODOLOGI PENELITIAN
perluasan areal tanam. Tingkat penggunaan
benih bermutu dari varitas unggul saat ini baru
mencapai 28 persen. Bila penggunaan benih
Kerangka Pemikiran Teoritis
bermutu ditingkatkan, diharapkan adanya
peningkatan produktivitas jagung di dalam Penelitian ini mengacu kepada
negeri. efisiensi yang dikemukakan oleh Farrell (1957)
dan Coelli et al. (1998). Pengukuran efisiensi
Berkaitan dengan pengembangan
menyangkut pengukuran jarak dari titik data
sektor pertanian khususnya jagung di Provinsi

Jurnal Agro Ekonomi. Volume 32 No. 1, Mei 2014: 1-12

2
yang diobservasi terhadap frontiernya. beroperasi dari fungsi produksi frontier pada
Efisiensi dalam produksi disebut dengan tingkat teknologi tertentu. Coelli et al. (1998)
efisiensi ekonomi atau efisiensi produktif. menyatakan bahwa fungsi produksi frontier
Farrel (1957) mengembangkan literatur untuk adalah fungsi produksi yang menggambarkan
melakukan estimasi empiris untuk efisiensi output maksimum yang dapat dicapai dari
teknis, efisiensi alokatif, dan efisiensi ekonomi. setiap tingkat penggunaan input. Apabila suatu
usahatani berada pada titik di fungsi produksi
Usahatani yang diuji efisiensinya
frontier artinya usahatani tersebut efisiensi
berada dititik XA. Jarak antara XAXB
secara teknis. Jika fungsi produksi frontier
menunjukkan adanya inefisiensi teknis yang
diketahui maka dapat diestimasi inefisiensi
merupakan jumlah input yang dapat dikurangi
teknis. Jika fungsi produksi frontier diketahui
tanpa mengurangi jumlah output. Pengurangan
maka dapat diestimasi inefisiensi teknis
input ini biasanya dipersentasekan dengan
melalui perbandingan posisi aktual relatif
ratio XAXB/ OXA untuk mencapai produksi yang
terhadap frontiernya.
efisien secara teknis. Efisiensi teknis dapat
dihitung dengan OXB /OXA (Gambar 1). Titik Jika informasi harga diketahui dan
XB merupakan titik yang efisien secara teknis beberapa perilaku asumsi (seperti minimisasi
karena berada di kurva isoquant. biaya) sesuai, maka efisiensi alokatif (AE)

X2/y
S XA

A

XB XA-XB: inefisiensi teknis


• XB-XC: inefisiensi alokatif
• XA-XC: inefisiensi ekonomis
XC
XD

S’Isoquant
Isocost line
X1/y
0 A’
Sumber : Farrel, 1957 dan Coelli, 1998
Gambar 1. Isokuan, Isocost, Efisiensi Teknis (TE), Efisiensi Alokatif (AE), dan Efisiensi Ekonomis
(EE) dengan pendekatan dua input

Efisiensi alokatif menggunakan kriteria dapat dihitung. Efisiensi alokatif adalah


biaya minimum untuk menghasilkan sejumlah kombinasi X1 dan X2 yang meminimalkan
output tertentu pada isoquant. Informasi ratio biaya. Seluruh observasi pada isocost ‘A’
harga input sebagai kemiringan garis isocost. adalah efisiensi alokatif. Observasi ‘XB’ secara
Jika ratio harga input ditunjukkan oleh kurva teknis efisien, tetapi mempunyai AE yang lebih
isocost AA’, efisiensi alokatif dapat dihitung. kecil dari 1. Efisiensi alokatif didefinisikan
Untuk efisiensi secara alokatif dihitung sebagai: AE= 0XC/0XB. Kombinasi TE dan AE
berdasarkan ratio OXC/OXB. Jarak XCXB menghasilkan efisiensi ekonomi (EE). Hanya
menunjukkan pengurangan biaya yang dapat observasi ‘XD’ secara ekonomis efisien, pada
dilakukan guna mencapai efisiensi alokatif. saat itu isokuan akan bersinggungan dengan
Titik yang efisien secara alokatif dan teknis isocost. Dengan demikian efisiensi ekonomi
atau dengan kata lain efisien secara ekonomi adalah:
berada pada titik XD. Efisiensi ekonomi
EE = TE x AE
merupakan perkalian antara efisiensi teknis
dengan efisiensi alokatif. Untuk efisiensi EE = 0XB/ 0XA x 0XC/ 0XB
ekonomi dihitung berdasarkan ratio OXC/ OXA.
EE = 0XC/ 0XA.
Efisiensi teknis dinyatakan dengan
seberapa jauh penyimpangan suatu usahatani

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS, EFISIENSI ALOKATIF, DAN EFISIENSI EKONOMI USAHATANI JAGUNG BERDASARKAN
VARIETAS DI PROVINSI GORONTALO
Andi Yulyani Fadwiwati, Sri Hartoyo, Sri Utami Kuncoro, dan I Wayan Rusastra
3
Nilai efisiensi ekonomi berkisar antara petani tersebut dipengaruhi oleh kondisi yang
0 dan 1. Nilai 1 menunjukkan usahatani secara menguntungkan (misalnya curah hujan yang
penuh mencapai efisiensi ekonomi, sedangkan cukup, sinar matahari yang memadai, tidak
EE < 1 menunjukkan secara ekonomi inefisien. adanya serangan organisme pengganggu
Metodologi Farrel sudah diaplikasikan secara tanaman/OPT) dimana variabel vi bernilai
luas. Studi yang mengaplikasikan dilakukan positf. Petani yang menghasilkan output
oleh Aigner dan Chu (1968), Aigner, Lovell dan aktual di bawah produksi deterministic frontier,
Schmidt (1977), Meeusen dan van den Broeck dan demikian pula output stochastic frontier-
(1977), kemudian dimodifikasi oleh Bravo- nya berada di bawah output deterministiknya
Ureta (1997). dapat terjadi karena aktivitas produksi petani
dipengaruhi oleh kondisi yang tidak
Aigner et al. (1977) serta Meeusen dan
menguntungkan dimana vi bernilai negatif.
Broeek (1977) dalam Coelli et al. (1998)
Output yang diamati dapat menjadi lebih besar
mengemukakan fungsi stochastic frontier
dari bagian deterministic dari frontier apabila
merupakan perluasan dari model asli
random error yang sesuai lebih besar dari efek
deterministik untuk mengukur efek-efek yang
inefisiensinya (misalnya yi>exp(xiβ) jika vi>ui)
tidak terduga (stochastic frontier) di dalam
(Coelli et al., 1998).
frontier produksi. Dalam fungsi produksi ini
ditambahkan random error, vi ke dalam
variabel acak nonnegatif (non-negative random
Waktu dan Lokasi Penelitian
variable), ui seperti dinyatakan dalam per-
samaan berikut ini: Pemilihan lokasi penelitian
dilaksanakan di Provinsi Gorontalo, yaitu
Yi = X i , β + (vi − ui ); Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo,
dan Kabupaten Pohuwato. Penentuan lokasi
dimana i=1,2,3…N (1) dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan: (1) masing-masing kabupaten
Random error, vi untuk menghitung merupakan daerah sentra produksi jagung,
ukuran kesalahan dan faktor acak lainnya dan (2) usahatani jagung merupakan mata
seperti cuaca, dan lain – lain, bersama – sama pencaharian pokok bagi masyarakat.
dengan efek kombinasi dari variabel input yang Kecamatan contoh yaitu Kecamatan
tidak terdefinisi di fungsi produksi. Variabel vi Limboto dan Kecamatan Pulubala sebagai
merupakan variabel acak yang bebas dan kecamatan contoh di Kabupaten Gorontalo,
secara identik terdistribusi normal Kecamatan Paguyaman, dan Kecamatan
(independent-identically distributed atau i.i.d) Wonosari sebagai kecamatan contoh di
dengan rataan bernilai nol dan ragamnya Kabupaten Boalemo, Kecamatan Patilanggio,
konstan, σv atau N(0, σv ). Variabel ui
2 2
dan Kecamatan Randangan sebagai
diasumsikan i.i.d. eksponensial atau variabel kecamatan contoh di Kabupaten Pohuwato.
acak setengah normal (half-normal variables). Setiap kecamatan dipilih desa yang mewakili
Variabel ui berfungsi untuk menangkap efek petani jagung varietas unggul baru dan petani
inefisiensi teknis. jagung varietas unggul lama. Waktu
Persamaan (1) disebut sebagai fungsi pengambilan data tahun 2012.
produksi stochastic frontier karena nilai output
dibatasi oleh variabel acak (stochastic) yaitu
nilai harapan dari xiβ+vi atau exp (xiβ+vi). Jenis dan Sumber Data
Random error bernilai negatif atau positif dan
Data yang digunakan dalam penelitian
begitu juga output stochastic frontier bervariasi
ini adalah data primer dan sekunder. Data
sekitar bagian tertentu dari model deterministic
primer dikumpulkan melalui metode survei dan
frontier, exp (xiβ). Komponen deterministic dari
wawancara dengan bantuan kuesioner meliputi
model frontier, y = exp (xiβ), mengasumsikan
tingkat produksi jagung, harga-harga input
bahwa berlaku hukum diminishing return to
produksi, harga produksi jagung di tingkat
scale. Petani yang menghasilkan output aktual
petani, jumlah penggunaan tenaga kerja, data
di bawah produksi deterministic frontier,
sosial ekonomi rumah tangga petani, dan
namun output stochastic frontier-nya
penggunaan input usahatani. Data sekunder
melampaui dari output deterministiknya, maka
adalah data pendukung dari instansi terkait.
hal ini dapat terjadi karena aktivitas produksi

Jurnal Agro Ekonomi. Volume 32 No. 1, Mei 2014: 1-12

4
Metode pengambilan contoh dilakukan yi exp( xi β − u i )
dengan metode simple random sampling. TE i = = =
Selanjutnya, dari desa terpilih ditentukan exp( xi β ) exp( xi β )
petani responden yang akan dijadikan contoh exp(−u i ) (4)
dengan pengelompokan varietas unggul
menjadi dua kelompok yaitu varietas unggul
baru (hibrida) dan varietas unggul lama Mengukur efisiensi alokatif dan
(komposit dan lokal). Jumlah petani yang ekonomis terlebih dahulu diturunkan fungsi
dijadikan unit sampel yang diambil sebanyak biaya dual dari fungsi produksi Cobb-Douglas
355 orang yang terbagi menjadi petani yang yang homogen (Debertin 1986). Asumsi yang
menanam varietas unggul baru sebanyak 227 digunakan adalah bentuk fungsi produksi
orang dan petani yang menanam varietas Cobb-Douglas dengan menggunakan dua
unggul lama 128 orang. input seperti berikut:
Penentuan kecamatan dan desa
digunakan metode purposive sampling dengan Y = β 0 x1β 1 x 2β 2 (5)
pertimbangan: (i) merupakan daerah produksi
jagung yang terbesar, (ii) jumlah petani yang Fungsi biayanya adalah:
paling banyak, dan (iii) areal pertanaman yang
paling luas, jika dibandingkan dengan C = p1 x1 + p 2 x 2 (6)
kecamatan/desa di daerah lain yang ada di
Provinsi Gorontalo. Fungsi biaya dual dapat diturunkan
melalui minimisasi biaya dengan kendala
output Y = Y0. Untuk memperoleh fungsi biaya
Metode Analisis dual harus diperoleh nilai expansion path
(perluasan skala usaha) melalui fungsi
Fungsi produksi untuk usahatani Lagrange sebagai berikut:
jagung diasumsikan mempunyai bentuk Cobb-
Douglas yang ditransformasikan ke dalam
bentuk linier logaritma natural. Model fungsi (
L = p1 x1 + p 2 x 2 + λ Y − β 0 x1β 1 x 2β 2 ) (7)
produksi stochastic frontier untuk usahatani Untuk memperoleh nilai X1 dan X2 dapat
jagung varietas unggul baru dan jagung diturunkan sebagai berikut:
varietas unggul lama dianalisis secara terpisah
yaitu: First Order Condition (FOC) :

ln Yi = ln β 0 + β1 ln X 1 + β 2 ln X 2 + β 3 ln X 3
∂L
∂x1
( )
= p1 − λ β 0 β1 x1β1 −1 x 2β 2 = 0 (8)
+ β 4 ln X 4 + β 5 ln X 5 + β 6 ln X 6 +
β 7 ln X 7 + vi − u i (2)
∂L
∂x 2
( )
= p 2 − λ β 0 β 2 x1β1 x 2β 2 −1 = 0 (9)

dimana xi adalah input yang diduga yaitu ∂L


= Y − β 0 x1β 1 x 2β 2 = 0
lahan, benih, pupuk urea, pupuk Phonska, ∂λ (10)
PPC, pestisida, dan tenaga kerja. Faktor -ui
(inefisiensi) yaitu lama pendidikan, Dari persamaan (8) dan (9), diperoleh :
keanggotaan dalam kelompok tani, dummy
akses kredit, dan dummy penyuluhan. p1 p2
λ= β 1−1 β 2
=
β 0 β1 x1 x2 β 0 β 2 x1β 1 x2β 2−1
µ i = δ 0 + δ 1 Z1 + δ 2 Z 2 + δ 3 Z 3 +
p1 β 0 β 2 x1β 1 x2β 2 −1 = p2 β 0 β1 x1β 1−1 x2β 2
δ 4 Z 4 + wt (3)
β 2 x1 p2
=
β1 x2 p1
Langkah selanjutnya menghitung efisiensi
teknis yang diukur dengan:

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS, EFISIENSI ALOKATIF, DAN EFISIENSI EKONOMI USAHATANI JAGUNG BERDASARKAN
VARIETAS DI PROVINSI GORONTALO
Andi Yulyani Fadwiwati, Sri Hartoyo, Sri Utami Kuncoro, dan I Wayan Rusastra
5
biaya total produksi actual (C), sehingga
β   p2 
x1 =  1    x2 persamaan efisiensi ekonomi menjadi :
 β2   p1  C*
EE =
C
 β  p  (17)
x 2 =  2  1  x1
 β1  p 2  Dengan demikian persamaan efisiensi alokatif

Substitusikan nilai x2 ke dalam persamaan (5) adalah:


sehingga diperoleh persamaan sebagai EE
berikut:
EA = ; dengan 0 ≤ AE ≤ 1
TE
β2 (18)
 β β1  p1 
Y = β 0 x1  2  x1 
 β1  p 2  (11) HASIL DAN PEMBAHASAN

Y = β 0 β 2β 2 β1− β 2 p1β 2 p 2− β 2 x1β 1+ β 2 Analisis Fungsi Produksi Usahatani Jagung


(12) Berdasarkan Varietas
Parameter dugaan pada fungsi
β 1+ β 2 Y
x1 = produksi stochastic frontier menunjukkan nilai
β 0 β 2β 2 β1− β 2 p1β 2 p 2− β 2 (13) elastisitas produksi frontier dari input-input
yang digunakan. Tabel 1 menggambarkan
Dari persamaan (13) dapat diperoleh fungsi variabel lahan di setiap varietas nyata
* *
permintaan input untuk x1 dan x2 : terhadap produksi pada taraf α = 5 persen,
dengan nilai masing-masing sebesar 0,53 dan
1 0,32. Angka ini menunjukkan bahwa
 Y  β1 + β 2 penambahan luas lahan (dimana input lainnya
x1* =  β 1 −β 2 β 2 −β 2 
(14) tetap) masih dapat meningkatkan produksi
 β 0 β 2 β1 p1 p 2  jagung. Variabel lahan paling responsif
dibandingkan dengan variabel lainnya karena
1 memiliki koefisien yang terbesar. Hasil ini
 Y  β1 + β 2 konsisten dengan penelitian Anupama (2005),
x 2* =  β 1 −β 2 β 2 −β 2 
(15 Mignouna et al. (2012), Isaac (2012), Bravo-
 β 0 β1 β 2 p1 p 2  Ureta dan Pinheiro (1997), Aye dan
Mungatana (2010), Msuya et al. (2008), dan
Antara (2010) yang melaporkan lahan
Persamaan (14) dan (15) kemudian berpengaruh positif dan signifikan terhadap
disubstitusikan ke dalam persamaan (6) produksi jagung. Namun terjadi kontradiktif
sehingga diperoleh fungsi biaya dual menjadi: dengan hasil penelitian Olawa (2012) bahwa
tidak ada pengaruh yang nyata luas lahan
1 terhadap produksi. Implikasinya adalah jika
 Y  β1 + β 2 pemerintah hendak meningkatkan produksi
C * = p1  β 1 −β 2 β 2 −β 2  maka variabel lahanlah yang seharusnya
 β 0 β 2 β1 p1 p 2  menjadi perhatian utama.

1 Hasil penelitian ini menunjukkan


 Y  β1 + β 2 bahwa untuk meningkatkan produksi jagung
+ p2  β 1 −β 2 β 2 −β 2 
(16) varietas unggul baru masih dapat dilakukan
 β 0 β1 β 2 p1 p 2  dengan menambah luas lahannya serta
memanfaatkan lahan yang selama ini belum
dimanfaatkan di Gorontalo. Potensi lahan
Jondrow et al. (1982) mendefinisikan kering sebesar 447.948 hektar, untuk
efisiensi ekonomi sebagai rasio antara biaya pengembangan jagung 27.565 hektar, yang
total minimum yang diobservasi (C*) dengan sudah dimanfaatkan 99.176 hektar (45%)
sedangkan yang belum dimanfaatkan 121.230

Jurnal Agro Ekonomi. Volume 32 No. 1, Mei 2014: 1-12

6
ha (55%), sehingga masih terdapat peluang varietas unggul lama sebesar 0,2812, 0,1555,
untuk pengembangannya (Dinas Pertanian dan 0,0999.
Provinsi Gorontalo, 2012). Hal yang sama
dikemukakan Subandi (1995) dengan
melakukan penelitian pada lokasi berbeda Efisiensi Teknis, Efisiensi Alokatif, dan
dengan hasil produksi jagung di NTT setiap Efisiensi Ekonomi Usahatani Jagung
tahunnya selalu meningkat dengan rata-rata Berdasarkan Varietas
1,47 persen akibat dari peningkatan luas
penguasaan lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
petani varietas unggul baru sebanyak 202
Usahatani jagung varietas unggul baru petani (88,98%) mencapai tingkat efisiensi
selain lahan, elastisitas produksi frontier dari teknis di atas 0,70 dan sebanyak 25 petani
variabel benih, pupuk urea, pupuk pelengkap (11,02%) masih berada pada kondisi tidak
cair (PPC), pestisida, dan tenaga kerja efisien atau masih mengalami inefisiensi teknis
berpengaruh nyata terhadap produksi jagung dalam usahataninya (Tabel 2). Petani varietas
dengan nilai elastisitas masing-masing 0,1874 unggul lama sebanyak 69 petani (53,91%)
(benih), 0,0713 (urea), 0,0293 (PPC), 0,1031 mencapai tingkat efisiensi teknis di atas 0,70
(pestisida), dan 0,1045 (tenaga kerja). Angka dan sebanyak 59 petani (46,09%) masih
ini menunjukkan bahwa penambahan jumlah berada pada kondisi tidak efisien atau masih
benih, urea, PPC, pestisida, dan tenaga kerja mengalami inefisiensi teknis dalam
masing-masing 1 persen (dengan asumsi input usahataninya.
lain tetap), dapat meningkatkan produksi
jagung varietas unggul baru sebesar 0,1874, Rata-rata efisiensi teknis jagung
0,0713, 0,0293, 0,1031, dan 0,1045. Varietas varietas unggul baru 84 persen, petani yang
unggul lama selain lahan, elastisitas produksi mencapai efisiensi teknis lebih besar 80
frontier dari variabel pupuk urea, pupuk persen sekitar 70.04 persen. Rata-rata
Phonska, dan pestisida berpengaruh nyata efisiensi teknis untuk jagung varietas unggul
terhadap produksi jagung dengan nilai lama adalah 75 persen, petani yang mencapai
elastisitas masing-masing 0,2812 (urea), efisiensi teknis lebih besar 80 persen sekitar
0,1555 (Phonska) dan 0,0999 (pestisida). 39.85 persen. Hal ini menunjukkan masih ada
Angka ini menunjukkan bahwa penambahan ruang untuk meningkatkan efisiensi teknis
jumlah urea, Phonska, dan pestisida masing- melalui peningkatan manajemen usahatani.
masing 1 persen (dengan asumsi input lain
tetap), dapat meningkatkan produksi jagung

Tabel 1. Hasil Pendugaan Fungsi Produksi Stochastic Frontier pada Usahatani Jagung Varietas
Unggul Baru dan Jagung Varietas Unggul Lama dengan Menggunakan Metode Maximum
Likelihood Estimation (MLE) di Provinsi Gorontalo pada Tahun 2012

Varietas unggul baru Varietas unggul lama


Variabel Koefisien standar t-ratio Koefisien standar – t-ratio
– error error
Konstanta 7,0489*** 0,3392 20,7796 5,8746*** 0,4588 12,8042
Luas lahan (X1) 0,5315*** 0,0589 9,0259 0,3174*** 0,0725 4,3773
Benih (X2) 0,1874*** 0,0517 3,6219 0,0006 0,1004 0,0056
Urea (X3) 0,0713*** 0,0369 1,9309 0,2812*** 0,0665 4,2278
Phonska (X4) 0,0354 0,0347 1,1020 0,1555*** 0,0481 3,2366
PPC (X5) 0,0293** 0,0198 1,4805 0,0401 0,0407 0,9844
Pestisida (X6) 0,1031*** 0,0259 3,9791 0,0999*** 0,0592 1,6882
Tenaga kerja (X7) 0,1045** 0,0668 1,5632 0,0523 0,0603 0,8665
Keterangan : *** nyata pada tingkat α = 5persen; ** nyata pada tingkat α = 10 persen.

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS, EFISIENSI ALOKATIF, DAN EFISIENSI EKONOMI USAHATANI JAGUNG BERDASARKAN
VARIETAS DI PROVINSI GORONTALO
Andi Yulyani Fadwiwati, Sri Hartoyo, Sri Utami Kuncoro, dan I Wayan Rusastra
7
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Efisiensi Teknis (ET) Petani Jagung Varietas Unggul Baru dan Petani
Jagung Varietas Unggul Lama di Provinsi Gorontalo pada Tahun 2012

Tingkat Efisiensi Varietas Unggul Baru Varietas Unggul Lama


(%) Jumlah Petani Persentase (%) Jumlah Petani Persentase (%)
≤40 0 - 2 1,56
41-50 0 - 11 8,59
51-60 3 1,32 21 16,41
61-70 22 9,70 25 19,53
71-80 43 18,94 18 14,06
81-90 99 43,60 31 24,22
91-100 60 26,44 20 15,63
Jumlah 227 100,00 128 100,00
Maksimum 98 97
Minimum 54 35
Rata-rata 84 75

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Efisiensi Alokatif (EA) dan Efisiensi Ekonomi (EE) Usahatani Jagung
Varietas Unggul Baru dan Jagung Varietas Unggul Lama di Provinsi Gorontalo pada Tahun
2012

Efisiensi alokatif (EA) Efisiensi Ekonomi (EE)


Varietas unggul Varietas unggul lama Varietas unggul baru Varietas unggul lama
Tingkat
baru
efisiensi
(%) Jumlah Persen- Jumlah Persen- Jumlah Persen- Jumlah Persen-
petani tase (%) petani tase (%) petani tase (%) petani tase (%)
(orang) (orang) (orang) (orang)
≤20 0 - 0 - 10 4,41 25 19,53
21-30 14 6,17 38 29,69 61 26,87 79 61,70
31-40 113 49,78 45 35,16 121 53,30 22 17,20
41-50 95 41,85 41 32,03 33 14,54 2 1,57
51-60 5 2,20 4 3,12 2 0,88 0 -
≥70 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 -
Jumlah 227 100,00 128 100,00 227 100,00 128 100,00
Maksimum 57 45 55 47
Minimum 24 35 17 14
Rata – rata 40 36 34 26

Perbedaan tingkat efisiensi teknis yang penguasaan teknologi, juga disebabkan oleh
dicapai petani di lokasi penelitian kemampuan petani untuk mendapatkan input
mengindikasikan tingkat penguasaan dan produksi, jumlah anggota keluarga usia
aplikasi teknologi yang berbeda-beda. Hal ini produktif berperan bagi petani dalam hal
sejalan dengan pendapat Prayoga (2010) penggunaan input tenaga kerja.
bahwa perbedaan tingkat penguasaan
Efisiensi alokatif dan ekonomi diukur
teknologi dapat disebabkan oleh atribut yang
dengan menggunakan dual cost frontier secara
melekat pada diri petani seperti pengalaman
analisis diturunkan dari fungsi stochastic
berusahatani, umur, dan pendidikan juga dapat
frontier. Distribusi frekuensi efisiensi alokatif
disebabkan oleh faktor eksternal seperti
dan efisiensi ekonomis jagung varietas unggul
penyuluhan. Perbedaan dalam aplikasi
baru dan varietas unggul lama disajikan pada
teknologi yaitu dalam hal penggunaan input
Tabel 3.
produksi disamping disebabkan oleh tingkat

Jurnal Agro Ekonomi. Volume 32 No. 1, Mei 2014: 1-12

8
Efisiensi alokatif (AE) varietas unggul inefisiensi teknik dalam upaya pencapaian
baru dan varietas unggul lama masing-masing tingkat efisiensi ekonomi yang lebih tinggi,
berkisar antara 24-57 persen (VUB) dan 35-45 karena secara teknis kondisi petani dikatakan
persen (VUL). Efisiensi ekonomi (EE) varietas efisien (indeks efisiensi teknis >0,8) dengan
unggul baru dan varietas unggul lama masing- ruang peningkatan efisiensi yang lebih kecil
masing berkisar antara 17-55 persen (VUB) sementara penghematan biaya sebagai
dan 14-47 persen (VUL). Rata-rata AE varietas dampak pencapaian efisiensi alokatif adalah
unggul baru dan varietas unggul lama masing- cukup besar. Upaya yang dapat dilakukan
masing sebesar 40 persen (VUB) dan 36 dalam rangka peningkatan efisiensi alokatif
persen (VUL). Rata-rata EE varietas unggul pada kondisi petani memperhatikan harga
baru dan varietas unggul lama masing-masing input yaitu penambahan input yang kurang
sebesar 34 persen (VUB) dan 26 persen (VUL) atau pengurangan input yang berlebihan
(Tabel 3). Angka ini menunjukkan bahwa pada sehingga dicapai biaya minimum. Penelitian
usahatani jagung varietas unggul baru dan Sianipar (2001) melaporkan bahwa kelompok
varietas unggul lama tingkat efisiensi masih petani jagung yang menggunakan varietas
rendah, terutama EE. Ini menjadi dasar untuk unggul baru (hibrida) lebih efisien dalam
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan penggunaan input.
petani jagung.
Efek kombinasi efisiensi teknis dan
Faktor–Faktor yang Memengaruhi
efisiensi alokatif memperlihatkan bahwa
Inefisiensi Usahatani Jagung Berdasarkan
efisiensi ekonomi varietas unggul baru
Varietas
mempunyai rata-rata 34 persen dengan
kisaran 17-55 persen. Hal ini menunjukkan bila Pengaruh inefisiensi dalam model
stochastik frontier ditunjukkan oleh nilai σ dan
2
petani rata-rata dalam sampel dapat mencapai
efisiensi ekonomi maksimum maka petani γ. Parameter γ merupakan ratio dari varians
dapat merealisasikannya dengan efisiensi teknis (ui) terhadap varians total (εi).
penghematan biaya sebesar 38,2 persen (1- Varietas unggul baru mempunyai koefisien
dugaan dari σ adalah 0,0396 dan γ sebesar
2
34/55), sedangkan pada petani yang tidak
efisien mereka dapat menghemat biaya 0,7457 dan nyata berpengaruh pada tingkat α
sebesar 69,1 persen (1-17/55). = 5 persen. Varietas unggul lama mempunyai
koefisien dugaan dari σ adalah 0,0978 dan γ
2
Efisiensi alokatif (AE) varietas unggul
sebesar 0,9773 dan keduanya nyata
lama berkisar antara 35-45 persen dan
berpengaruh pada tingkat α = 5 persen. Angka
efisiensi ekonomi (EE) berkisar antara 14-47
ini menunjukkan bahwa 75 persen (VUB) dan
persen. Rata-rata AE dan EE sebesar 36 dan
97 persen (VUL) dari variasi hasil diantara
26 persen (Tabel 3). Angka ini menunjukkan
petani sampel disebabkan oleh perbedaan
bahwa pada usahatani jagung varietas unggul
efisiensi teknis dan sisanya sebesar 25 persen
lama tingkat efisiensi masih rendah, terutama
(VUB) dan 3 persen (VUL) disebabkan oleh
EE.
pengaruh eksternal seperti iklim, serangan
Efek kombinasi efisiensi teknis dan hama penyakit, dan kesalahan dalam
efisiensi alokatif memperlihatkan bahwa pemodelan. Hal ini menunjukkan bahwa
efisiensi ekonomi varietas unggul lama pengaruh inefisiensi teknis merupakan faktor
mempunyai rata-rata 26 persen dengan yang berpengaruh nyata di dalam variabilitas
kisaran 14-47 persen. Hal ini menunjukkan output.
bila petani rata-rata dalam sampel dapat
Tabel 4 menampilkan bahwa pen-
mencapai efisiensi ekonomi maksimum maka
didikan signifikan berpengaruh terhadap
petani dapat merealisasikannya dengan
inefisiensi teknis pada tingkat α = 5 persen
penghematan biaya sebesar 44,7 persen (1-
pada varietas unggul baru dengan parameter
26/47), sedangkan pada petani yang tidak
estimasi negatif (-0,0143). Namun pendidikan
efisien mereka dapat menghemat biaya
tidak signifikan berpengaruh terhadap
sebesar 70,2 persen (1-14/47).
inefisiensi teknis pada varietas unggul lama
Berdasarkan temuan di atas, maka dengan parameter estimasi positif (+0,0062).
efisiensi ekonomi masih dapat ditingkatkan. Pendidikan KK (kepala keluarga) rumah
Sementara, inefisiensi alokatif merupakan tangga petani mempunyai tanda negatif
masalah yang serius dibandingkan dengan terhadap inefisiensi teknis dan signifikan. Hal

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS, EFISIENSI ALOKATIF, DAN EFISIENSI EKONOMI USAHATANI JAGUNG BERDASARKAN
VARIETAS DI PROVINSI GORONTALO
Andi Yulyani Fadwiwati, Sri Hartoyo, Sri Utami Kuncoro, dan I Wayan Rusastra
9
ini menyatakan bahwa pendidikan pada tingkat α = 10 persen serta parameter estimasi
varietas unggul baru merupakan variabel negatif (-0,1542). Hasil ini konsisten dengan
penting yang dapat meningkatkan efisiensi. temuan Msuya et al. (2008), Olawa dan Olawa
Artinya semakin lama KK menempuh (2010). Keanggotaan dalam kelompok tani
pendidikan maka petani dapat menurunkan tidak signifikan berpengaruh terhadap
inefisiensi teknisnya dalam mengelola inefisiensi teknis pada varietas unggul lama
usahataninya atau dengan kata lain lebih serta parameter estimasi negatif (-0.0276).
efisien.
Akses terhadap kredit tidak signifikan
Fakta di lapangan membuktikan terhadap inefisiensi teknis pada varietas
bahwa pendidikan petani masih rendah, unggul baru dengan parameter estimasi positif
sehingga menjadi masalah dalam efisiensi dan (+0.0245). Namun akses terhadap kredit
hal ini dapat menjadi landasan bagi kebijakan signifikan terhadap inefisiensi teknis pada
pemerintah untuk meningkatkan pendidikan varietas unggul lama dengan parameter
dan keterampilan manajerial petani. Hasil ini estimasi negatif (-0.1307). Akses kredit
konsisten dengan penelitian Msuya et al. menurunkan efisiensi pada varietas unggul
(2008) bahwa pendidikan formal dapat baru, hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis
mengurangi inefisiensi teknis pada tanaman sebelumnya. Akses kredit memainkan peran
jagung di Tanzania, Essilfie et al. (2011) penting agar usahatani lebih produktif dan
menyatakan pendidikan dapat mengurangi efisien. Fakta di lapangan, banyak petani
inefisiensi teknis pada tanaman jagung di meminjam saprodi pada saat mulai
Western Kenya; Isaac (2011) menyatakan pertanaman, selain itu petani juga meminjam
pendidikan dapat mengurangi inefisiensi teknis dalam bentuk tunai untuk keperluan rumah
pada tanaman jagung di Oyo Nigeria. tangganya. Pembayaran biasanya dilakukan
Kontradiktif dengan temuan Nyagaka et al. setelah panen. Hasil penelitian ini konsisten
(2010) dan Bakhsh et al. (2006). dengan temuan Nyagaka et al. (2010). Hasil
penelitian ini kontradiktif dengan temuan

Tabel 4. Hasil Pendugaan Parameter Model Efek Inefisiensi Teknis Produksi Stochastic Frontier
Petani Jagung Berdasarkan Varietas di Provinsi Gorontalo pada Tahun 2012

Varietas unggul baru Varietas unggul lama


Variabel Standar Standar
Koefisien t-ratio Koefisien t-ratio
d-error d-error

Konstanta 0,4103*** 0,0752 5,4524 0,3595*** 0,1397 2,5725


Lama pendidikan (Z1) -0,0143** 0,0094 -1,5234 0,0062 0,0134 0,4643
Dummy keanggotaan
dalam kelompok tani (Z2) -0,1542** 0,0790 -1,9510 -0,0276 0,0823 -0,3350

Dummy akses kredit (Z3) 0,0245 0,0562 0,4358 -0,1307** 0,0868 -1,5048
Dummy penyuluhan(Z4) -0,1599*** 0,0722 -2,2142 -0,1792*** 0,0950 -1,8863
2
R 0,9006 0,7087
Sigma-squared (Ʃ )
2
0,0396*** 0,0139 2,8410 0,0978*** 0,0297 3,2945
Gamma (γ) 0,7457*** 0,1261 5,9146 0,9773*** 0,0176 55,4452
L-R test 36,9511 23,8231
Keterangan: *** nyata pada tingkat α = 5%; ** nyata pada tingkat α = 10%

Keanggotaan dalam kelompok tani Msuya et al. (2008) bahwa akses kredit
signifikan berpengaruh terhadap inefisiensi berpengaruh signifikan mengurangi inefisiensi
teknis pada varietas unggul baru dengan teknis pada tanaman jagung di Tanzania.

Jurnal Agro Ekonomi. Volume 32 No. 1, Mei 2014: 1-12

10
Akses dengan penyuluhan signifikan unggul baru maupun pada varietas unggul
terhadap inefisiensi teknis pada varietas lama untuk mencapai efisiensi usahatani
unggul baru dan varietas unggul lama dengan maksimum. Peningkatan efisiensi dapat
parameter estimasi negatif masing-masing dilakukan melalui program penyuluhan berupa
(-0,1599) dan (-0,1792). Petani yang mempu- pelatihan atau training, serta peningkatan
nyai akses terhadap penyuluhan mempunyai manajemen usahatani, baik teknis maupun
posisi yang lebih baik menggunakan sumber kapabilitas manajerial petani.
daya yang tersedia dengan menggunakan
Diperlukan pola pembinaan yang
pengetahuan mereka. Hasil ini membuktikan
berkelanjutan oleh pemerintah daerah maupun
bahwa ketersediaan informasi berkontribusi
instansi terkait lainnya mengenai teknik
terhadap peningkatan efisiensi teknis.
budidaya maupun pascapanen, mengingat
Penyuluhan dapat meningkatkan efisiensi
usahatani jagung merupakan sumber
melalui perubahan teknik budidaya, mekani-
pendapatan utama bagi masyarakat Gorontalo.
sasi, penggunaan input baru dan unggul,
jumlah input yang optimal, dan peningkatan
teknologi. Hasil penelitian ini konsisten dengan
temuan Nahraeni (2012) yaitu frekuensi DAFTAR PUSTAKA
penyuluhan bertanda negatif dan berpengaruh
nyata, artinya petani yang menerima
kunjungan penyuluhan lebih banyak dapat Aigner, D. and S.F. Chu. 1968. On Estimation The
mengelola usahataninya lebih efisien; Bakhsh Industry Production Function. American
Economics Review 58 (4):826-839.
et al. (2006) menyatakan kontak dengan
penyuluh bertanda negatif dan berpengaruh Aigner, D., C.A.K. Lovell, and P. Schmidt. 1977.
nyata, artinya petani yang kontak dengan Formulation and Estimation of Stochastic
penyuluh mengelola usahataninya lebih efisien Frontier Production Function Models.
pada usahatani kentang. Journal of Econometrics 6:21-37.
Antara, M. 2010. Analisis Produksi dan Komparatif
antara Usahatani Jagung Hibrida dengan
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Nonhibrida di Kecamatan Palolo
Kabupaten Sigi. Jurnal Agroland 17(1):56-
62.
Kesimpulan Anupama, J., R.P. Singh, and Ranjit Kumar. 2005.
Technical Efficiency in Maize Production in
Penggunaan varietas unggul baru Madhya Pradesh: Estimation and
lebih efisien dibandingkan dengan Implications. Agricultural Economics
penggunaan varietas unggul lama. Efisiensi Research Review 18: 305-315.
teknis, efisiensi alokatif, dan efisiensi ekonomi
Aye, G. and E. Mungatana. 2010. Technical
lebih tinggi pada varietas unggul baru Efficiency of Traditional and Hybrid Maize
dibandingkan dengan varietas unggul lama. Farmers in Nigeria: Comparison of
Secara umum efisiensi teknis cukup tinggi, Alternative Approaches. African Journal of
namun demikian masih terdapat peluang untuk Agricultural Research 5(21): 2909-2917.
meningkatkan efisiensi teknis pada tingkat
Bakhsh, K.A. and B. Ahmad. 2006. Technical
teknologi sekarang untuk mencapai produksi Efficiency and Its Determinant in Potato
optimal. Production: Evidence from Punjab,
Faktor-faktor yang memengaruhi Pakistan. The Lahor Journal of Economics
inefisiensi teknis pada varietas unggul baru 11(2):1-22.
adalah lama pendidikan, keanggotaan dalam BPS. 2009. Statistik Indonesia. Badan Pusat
kelompok tani, dan penyuluhan, sedangkan Statistik. Jakarta.
pada varietas unggul lama adalah BPS. 2012. Gorontalo dalam Angka. Badan Pusat
keanggotaan dalam kelompok tani, akses Statistik. Provinsi Gorontalo. Gorontalo.
kredit, dan penyuluhan.
Bravo-Ureta, B.E. and A.E. Pinheiro. 1997.
Technical, Economic, and Allocative
Efficiency in Peasant Farming: Evidence
Implikasi Kebijakan from the Dominican Republic. The
Masih terdapat peluang untuk mening- Developing Economies XXXV-1 (March
1997): 48 – 67.
katkan efisiensi baik pada usahatani varietas

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS, EFISIENSI ALOKATIF, DAN EFISIENSI EKONOMI USAHATANI JAGUNG BERDASARKAN
VARIETAS DI PROVINSI GORONTALO
Andi Yulyani Fadwiwati, Sri Hartoyo, Sri Utami Kuncoro, dan I Wayan Rusastra
11
Coelli, T.J., D.S. Prasada Rao, and G. E. Battese. Smallholder Maize Farmers in Tanzania.
1998. An Introduction to Efficiency and MPRA Paper No. 14626. Online at http://
Productivity Analysis. Kluwer Academic mpra.ub.uni-muenchen.de/14626.
Publisher. Boston.
Nahraeni, W. 2012. Efisiensi dan Nilai
Debertin, D.L., 1986. Agricultural Production Keberlanjutan Usahatani Sayuran Dataran
Economics. Second Edition. Mc.Graw Hill Tinggi di Provinsi Jawa Barat. Disertasi
Inc. New York. Program Doktor. Sekolah Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.
Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo. 2012. Laporan
Tahunan Dinas Pertanian Provinsi Nyagaka, D.O., A. Gideon, Obare, J. M. Omiti, and
Gorontalo. Dinas Pertanian Provinsi W. Nguyo. 2010. Technical Efficiency in
Gorontalo. Gorontalo. Resource Use: Evidence from Smallholder
Irish Potato Farmers in Nyandarua North
Essilfie, F,L., M.T. Asiamah, and F. Nimoh. 2011. District, Kenya. African Journal of
Estimation of Farm Level Technical Agricultural Research (AJAR) 5 (11): 1179-
Efficiency in Small Scale Maize Production 1186.
in the Mfantseman Municipality in the
Central Region of Ghana: A Stochastic Olawa, O.W. and O.A. Olawa. 2010. Sources of
Frontier Approach. Journal of Development Tecknical Efficiency among Smallholder
and Agricultural Economics 3 (14): 645- Maize Farmer in Osun State of Nigeria.
654. Research Journal of Applied Sciences 5
(2): 115-122,2010.
Farrel, M.J. 1957. The Measurement of Productive
Efficiency. Journal of The Royal Statistical Prayoga, A. 2010. Produktivitas dan Efisiensi Teknis
Society, Series A, 120:253-290. Usahatani Padi Organik Lahan Sawah.
Jurnal Agro Ekonomi 28 (1): 1-19.
Isaac, O. 2011. Technical Efficiency of Maize
Production in Oyo State. Journal of Sianipar, J.E. 2001. Efisiensi Produksi Pada Sistem
Economics and Internasional Finance 3 Usaha Pertanian Jagung di Desa
(4): 211-216. Randuacir Kota Salatiga. Tesis. Program
Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada.
Jondrow, J., C.A. Lovell, I.S. Materov, and Schmidt. Yogyakarta (unpublished).
1982. On The Estimation of Technical
Inefficiency in The Stochastic Frontier Subandi. 1995. Studi Kelayakan Pemanfaatan
Production Function Model. Journal of Lahan Miring untuk Palawija. Laporan
Econometrics. North Holland Publishing Kerjasama PT Rajawali Nusantara
Company 19: 233-238. Indonesia (RNI) dengan Balitjas Maros.
Mignouna, D,B., V.M. Manyong, K.D.S. Mutabazi, Tangendjaya, B., Y. Yusdja, dan N. Ilham. 2005.
E.M. Senkondo, and J.M. Oleke. 2012. Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
Assessing The Technical Efficiency of Untuk Pakan. Ekonomi Jagung Indonesia:
Maize Producers with Imazapyr-Resistent 229-255.
Maize for Striga Control in Western Kenya.
Journal of Development and Agricultural Zubachtirodin, M. S. Pabbage, dan Subandi. 2007.
Economics 4(8): 245-251. Wilayah Produksi dan Potensi
Pengembangan Jagung. Dalam Sumarno,
Msuya, E.E., S. Hisano, and T. Nariu. 2008. et al. (Editor). Jagung: Teknik Produksi
Explaining Productivity Variation among dan Pengembangan: 464-473.

Jurnal Agro Ekonomi. Volume 32 No. 1, Mei 2014: 1-12

12

Anda mungkin juga menyukai