PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan akan terjadi saat adanya pertemuan antara ovum dan
spermatozoon. Janin akan terus berkembang dari minggu ke minggu, sehingga
mengakibatkan perubahan-perubahan baik anatomis, fisiologi serta psikologis
bagi ibu guna menyesuaikan diri dengan kehamilannya. (Varney, 2007).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah yang tertinggi bila
dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Penyebab utama kematian
ibu langsung adalah perdarahan 28%, eklampsia 24%, dan infeksi 11%, dan
penyebab tidak langsung adalah anemia 51%. Anemia merupakan komplikasi
dalam kehamilan yang paling sering ditemukan. Hal ini disebabkan karena
dalam kehamilan keperluan akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi pula
perubahan-perubahan dalam darah dan sumsum tulang. Sekitar 75% anemia
dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi gizi. Sering kali defisiensinya
bersifat multipel dengan manifestasi yang disertai infeksi, gizi buruk atau
kelainan herediter. Namun, penyebab mendasar anemia nutrisional meliputi
asupan yang tidak cukup, absorbsi yang tidak adekuat, bertambahnya zat gizi
yang hilang dan kebutuhan yang berlebihan. Faktor nutrisi utama yang
mempengaruhi terjadinya anemia adalah zat besi, asam folat dan kumpulan
vitamin B.
Kehamilan risiko tinggi adalah suatu keadaan di mana kehamilan itu
dapat berpengaruh buruk terhadap keadaan ibu atau sebaliknya, penyakit ibu
dapat berpengaruh buruk pada janinnya, atau keduanya ini saling berpengaruh.
Kehamilan risiko tinggi (high risk pregnancy) merupakan ancaman (Saifuddin,
2012).
Anemia yaitu suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) darah
kurang dari normal. Kadar Hb normal berbeda untuk setiap kelompok umur dan
jenis kelamin : balita 11 g %, anak usia sekolah 12 g %, wanita dewasa 12 g %,
laki-laki dewasa 13 g %, ibu hamil 11 g % dan ibu menyusui 12 g %. Komplikasi
anemia dalam kehamilan dapat berdampak pada masa kehamilan, persalinan,
nifas, maupun pada janin. Anemia pada ibu hamil diketahui berdampak buruk,
baik bagi kesehatan ibu maupun bayinya.
Anemia merupakan penyebab penting yang melatarbelakangi kejadian
morbiditas dan mortalitas, yaitu kematian ibu pada waktu hamil dan pada waktu
melahirkan atau nifas sebagai akibat komplikasi kehamilan. Selain itu ibu hamil
yang menderita anemia juga beresiko terjadinya perdarahan pada saat
melahirkan. Di samping pengaruhnya kepada kematian dan perdarahan, anemia
pada saat hamil akan mempengaruhi pertumbuhan janin, berat bayi lahir rendah
dan peningkatan kematian perinatal.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada pasien Trimester II
dengan Anemia Ringan dengan menggunakan pola pikir ilmiah melalui
pendekatan manajemen kebidanan menurut varney.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan konsep dasar teori kehamilan dengan anemia
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen kebidanan pada kehamilan
dengan anemia
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pasien kehamilan dengan anemia
dengan pendekatan varney yang terdiri dari :
1) Melakukan pengkajian kehamilan dengan anemia
2) Menginterpretasikan data dasar
3) Mengidentifikasikan diagnosa dan masalah potensial pada pasien
kehamilan dengan anemia
4) Mengidentifikasikan kebutuhan segera pada pasien kehamilan
dengan anemia
5) Merancang intervensi pada pasien kehamilan dengan anemia
6) Melakukan implementasi pada pasien kehamilan dengan anemia
7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan
d. Mendokumentasikan asuhan dalam bentuk catatan SOAP
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Anemia
a. Anemia Pada Kehamilan
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi
ibu, baik dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa
selanjutnya. Penyulit penyulit yang dapat timbul akibat anemia adalah:
keguguran (abortus), kelahiran prematurs, persalinan yang lama akibat
kelelahan otot rahim di dalam berkontraksi (inersia uteri), perdarahan
pasca melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot rahim (atonia
uteri), syok, infeksi baik saat bersalin maupun pasca bersalin serta
anemia yang berat (<4 gr%) dapat menyebabkan dekompensasi kordis.
Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu
pada persalinan (Wiknjosastro, 2007).
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin (Hb) < 11 gr% pada trimester I dan III sedangkan pada
trimester II kadar hemoglobin < 10,5 gr%. Anemia kehamilan di sebut
“potentional danger to mother and child” (potensi membahayakan ibu
dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari
semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan (Bobak, 2005;
Manuaba, 2010).
c. Etiologi
Etiologi anemia dalam kehamilan terbagi menjadi dua yaitu :
1) Didapatkan (acquired)
a) Anemia defisiensi besi
b) Anemia karena kehilangan darah secara akut
c) Anemia karena inflamasi atau keganasan
d) Anemia megaloblastik
e) Anemia hemolitik
f) Anemia aplastik
2) Herediter
a) Thalasemia
b) Hemoglobinopati lain
c) Hemoglobinopati sickle cell
d) Anemia hemolitik herediter
Anemia disebabkan oleh penurunan produksi darah yaitu
hemopoetik, peningkatan pemecahan sel darah (hemolitik), dan
kehilangan darah yaitu hemoragik. Dalam kehamilan, anemia yang
sering ditemukan adalah anemia hemopoetik karena kekurangan zat
besi (anemia defisiensi besi), asam folat (anemia megaloblastik), dan
protein.
d. Klasifikasi Anemia dalam Kehamilan
Untuk menegakkan diagnosa anemia kehamilan dibuuhkan
anamnesa yang akan diperoleh keluhan berupa pucat, lelah,
anoreksia, lemah, lesu, sesak, berdebar-debar, muntah-muntah,
diare. Selain itu dari pemeriksaan fisis dapat ditemukan edema kaki,
tanda malnutrisi seperti anoreksia, depresi mental, glossitis,
ginggivitis, stomatitis, koilonikia, pika, gastritis, thermogenesis yang
terganggu, penyakit kuning, hepatomegali dan splenomegali sesuai
dengan derajat anemia yang diderita.
Pemeriksaan penunjang dan pengawasan dapat dilakukan
dengan alat sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dapat
digolongkan sebagai berikut:
1) Anemia ringan : Hb 10 – 11 gr%
2) Anemia sedang : Hb 7 – 10 gr%
3) Anemia berat : Hb < 7 gr% (1)
Pada permeriksaan laboratorium termasuk pemeriksaan darah
lengkap, penting diketahui pada kehamilan normal, karena
hemoglobin atau hematokrit cenderung rendah. Indeks sel darah
merah membantu menentukan ada tidaknya kelainan abnormal
seperti defisiensi zat besi (MCV yang rendah) atau makrositosis
(MCV yang tinggi). Hemoglobin atau hematokrit harus diulang saat
trimester ketiga (lebih kurang 28 sampai 32 minggu) dan lebih sering
jika diindikasikan. Ras tertentu harus mempunyai tes skrining untuk
kondisi tertentu seperti pada pasien kulit hitam harus menjalani tes
Sickledex atau elektroforesis hemoglobin untuk melihat sickle cell
trait disease dan menentukan defisiensi glucose 6-phosphate
dehydrogenase.
e. Faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil
1) Umur Ibu
Menurut Amiruddin (2007), bahwa ibu hamil yang
berumur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun yaitu
74,1% menderita anemia dan ibu hamil yang berumur 20 – 35
tahun yaitu 50,5% menderita anemia. Wanita yang berumur
kurang dari 20 tahun atau lebihdari 35 tahun, mempunyai risiko
yang tinggi untuk hamil, karena akan membahayakan kesehatan
dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya, beresiko
mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami
anemia.
2) Paritas
Menurut Herlina (2006), Ibu hamil dengan paritas tinggi
mempunyai resiko 1.454 kali lebih besar untuk mengalami anemia
di banding dengan paritas rendah. Adanya kecenderungan bahwa
semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin
tinggi angka kejadian anemia.
3) Kurang Energi Kronis (KEK)
41% (2.0 juta) ibu hamil menderita kekurangan gizi.
Timbulnya masalah gizi pada ibu hamil, seperti kejadian KEK,
tidak terlepas dari keadaan sosial, ekonomi, dan bio sosial dari ibu
hamil dan keluarganya seperti tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, konsums pangan, umur, paritas, dan sebagainya.
Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara
untuk mengetahui resiko Kurang Energi Kronis (KEK) Wanita
UsiaSubur (WUS). Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk
memantau perubahan tatus gizi dalam jangka pendek. Pengukuran
lingkar lengan atas (LILA) dapat digunakan untuk tujuan
penapisan status gizi Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil KEK
adalah ibu hamil yang mempunyai ukuran LILA<23.5 cm. Deteksi
KEK denganukuran LILA yang rendah mencerminkan kekurangan
energi dan protein dalam intake makanan sehari hari yang biasanya
diiringi juga dengan kekurangan zat gizi lain, diantaranya besi.
Dapat diasumsikan bahwa ibu hamil yang menderita KEK
berpeluang untuk menderita anemia (Darlina, 2013).
4) Infeksi dan Penyakit
Zat besi merupakan unsur penting dalam mempertahankan
daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit. Menurut
penelitian, orang dengan kadar Hb <10 g/dl memiliki kadar sel
darah putih (untuk melawan bakteri) yang rendah pula. Seseorang
dapat terkena anemia karena meningkatnya kebutuhan tubuh akibat
kondidi fisiologis (hamil, kehilangan darah karena kecelakaan,
pascabedah atau menstruasi), adanya penyakit kronis atau infeksi
(infeksi cacing tambang, malaria, TBC) (Anonim, 2004).
Ibu yang sedang hamil sangat peka terhadap infeksi dan
penyakit menular. Beberapa di antaranya meskipun tidak
mengancam nyawa ibu, tetapi dapat menimbulkan dampak
berbahaya bagi janin. Diantaranya, dapat mengakibatkan abortus,
pertumbuhan janin terhambat, bayi mati dalam kandungan, serta
cacat bawaan. Penyakit infeksi yang di derita ibu hamil biasanya
tidak diketahui saat kehamilan. Hal itu baru diketahui setelah bayi
lahir dengan kecacatan. Pada kondisi terinfeksi penyakit, ibu hamil
akan kekurangan banyak cairan tubuh serta zat gizi lainnya (Bahar,
2006).
Penyakit yang diderita ibu hamil sangat menentukan kualitas
janin dan bayi yang akan dilahirkan. Penyakit ibu yang berupa
penyakit menular dapat mempengaruhi kesehatan janin apabila
plasenta rusak oleh bakteri atau virus penyebab penyakit.
Sekalipun janin tidak langsung menderita penyakit, namun Demam
yang menyertai penyakit infeksi sudah cukup untuk menyebabkan
keguguran. Penyakit menular yang disebabkan virus dapat
menimbulkan cacat pada janin sedangkan penyakit tidak menular
dapat menimbulkan komplikasi kehamilan dan meningkatkan
kematian janin 30% (Bahar, 2009).
5) Jarak kehamilan
Menurut Ammirudin (2007) proporsi kematian terbanyak
terjadi pada ibu dengan prioritas 1 – 3 anak dan jika dilihat menurut
jarak kehamilan ternyata jarak kurang dari 2 tahun menunjukan
proporsi kematian maternal lebih banyak. Jarak kehamilan yang
terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat untuk
memulihkan kondisi rahimnya agar bisa kembali ke kondisi
sebelumnya. Pada ibu hamil dengan jarak yang terlalu dekat
beresiko terjadi anemia dalam kehamilan. Karena cadangan zat
besi ibu hamil pulih. Akhirnya berkurang untuk keperluan janin
yang dikandungnya.
6) Pendidikan
Pada beberapa pengamatan menunjukkan bahwa kebanyakan
anemia yang di derita masyarakat adalah karena kekurangan gizi
banyak di jumpai di daerah pedesaan dengan malnutrisi atau
kekurangan gizi. Kehamilan dan persalinan dengan jarak yang
berdekatan, dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat social
ekonomi rendah (Manuaba, 2010). Menurut penelitian Amirrudin
dkk (2007), faktor yang mempengaruhi status anemia adalah
tingkat pendidikan rendah.
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan
Anemia
I. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian/Jam :
Tempat Pengkajian :
Nama Pengkaji :
A. Data Subyektif
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama :
Umur /Tanggal lahir : ibu yang hamil< 20 tahun dan >
usia 35 tahun memiliki resiko untuk
mengalami anemia
(Cunningham,2005)
Agama :
Suku/Bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
No.Register :
2. Alasan Kunjungan/Keluhan Utama
Keluhan yang umum terjadi pada ibu dengan anemia antara lain ; cepat
lelah,sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka,
nafsu makan turun ( anoreksia) konsentrasi hilang, nafas pendek (pada
anemia parah), mual muntah dan palpitasi
3. Riwayat kesehatan yang lalu
Riwayat kehamilan dan kelahiran
Adanya riwayat kehamilan seperti abortus,kehamilan ektopik,
molahidatidosa, dan hiperemesis gravidarum dapat terulang pada
kehamilan ini. (Varney,2006)
Adanya kelahiran preterm memungkinkan akan terjadi lagi pada
kehamilan ini.(Linda Wheeler,2003)
Penyakit Kardiovaskuler : hipertensi dan penyakit jantung
Hipertensi dapat berakibat pada pre-eklampsi dan komplikasinya
adalah abrupsio plasenta, disseminated intravascular coagulation,
perdarahan otak, gagal hati, gagal ginjal, IUGR, premature, dan
IUFD
Penyakit jantung dapat memperberat kehamilan dan diperberat
kehamilan dan mengakibatkan emboli paru ,aritmia, pre-eklampsi,
kardiomiopati, dan edema paru (Prawirohardjo,2010)
Penyakit darah: anemia, trombofilia
Anemia pada kehamilan dapat mengganggu pertumbuhan janin.
Trombofilia dapat mengakibatkan keguguran,pre-eklampsi, IUGR.
(Prawirohardjo,2010)
Penyakit paru : abses paru
Penyakit saluran pencernaan : Hiperemesis tingkat III
Dapat menyebabkan diplopia, palsi nervus ke 6, nistagmus, ataksia,
kejang, sindrom korskaff(amnesia) dan kematian.
(Prawirohardjo,2010)
Penyakit hati : hepatitis
Dapat ditularkan pada bayinya saat persalinan maupunmelalui
plasenta. Pada kehamilan tidakberpengaruh banyak. Namun dapat
menyebabkan gagal hati dan karsinoma hepatoseluler primer pada
bayinya.(Varney,2006)
Pada ibu dapat menyebabkan abortus. (Prawirohardjo,2010)
Penyakit ginjal dan saluran kencing : gagal ginjal
Gagal ginjal dapat mengakibatkan anemia
Penyakit endokrin : Hipertiroid, hipotiroid subklinis, DM
Hipertiroid dapat mengakibatkan pre-eklampsi,gagal jantung, dan
keadaan perinatal yang buruk. (Prawirohardjo, 2010)
Hipotiroid subklinis dapat mengakibatkan kelahiran premature,
solusio plasenta, dan gangguan psikomotorik. (Prawirohardjo, 2010)
DM dapat mengakibatkan pre-eklampsi, SC, bayi makrosomia,
hiperbilirubinemia, hipoglikemia, hipokalasemia, polistemia, RDS,
premature, dan IUFD. (Prawirohardjo, 2010)
Penyakit saraf : epilepsy
Dapat mengakibatkan gagal ginjal, hipoksia janin, dan IUGR.
(Varney, 2006)
Penyakit jiwa : psikosis
Adanya gangguan jiwa yang diderita selama hamil dapat
membahayakan bagi ibu dan janinnya. (Varney,2006)
Penyakit system imunologi : Lupus eritematosus sitemik (LES)
Dapat mengakibatkan kematiann janin meningkat,IUGR, dan pre-
eklampsi. (Prawirohardjo,2010)
Penyakit infeksi : IMS,ISK,Varisela,TORCH
IMS dapat mengakibatkan abortus/still birth, BBLR, dan infeksi
perinatal. (Prawirohardjo,2010)
ISK beresiko akan kelahiran preterm,BBLR, Hipertensi, Pre-
eklampsi, dan anemia. (Varney,2006)
Varisela dapat mengakibatkan cacat bawaan pada janin.
(Prawirohardjo,2010)
Toksoplasmosis dapat mengakibatkan malformasi congenital berat.
Rubela dapat berakibat pada abortus, Still birth, kelainan janin.
Sitomegalovirus dapat mengakibatkan kerusakan pada janin. Herpes
dapat mengakibatkan still birth. (Varney,2006)
Riwayat Alergi :
Riwayat operasi/pembedahan :
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Penyakit genetic yang menurun dan meningkat kecenderungannya
pada ras atau etnis tertentu dapat mempengaruhi hasil akhir
kehamilan. (Wheeler,2003)
Pengkajian penyakit menurun( DM, Hipertensi, Leukimia, dll),
menular(TBC, Hepatitis, Varisela, HIV/AIDS, IMS) dan
menahun(Jantung, asma).
5. Riwayat Menstruasi
Adanya riwayat perdarahan yang banyak saat menstruasi dapat
mengakibatkan anemia.
Siklus : 28 ± 2 hari
Lama : 3 – 8 hari
HPHT : merupakan dasar untuk menentukan usia kehamilan dan
taksiran kelahiran. (Varney,2006)
6. Riwayat Obstetrik
No Kehamilan persalinan Anak Nifas
suami ank UK Peny Jenis Pnlg Tmpt Peny JK BB/PB H M Abnrmlts Lktsi Peny
1
2
Kehamilan :
UK : adanya kelahiran premature dapat merupakan indikasi
anemia pada kehamilan sebelumnya.
Penyakit : penyakit yang diderita saat kehamilan yang lalu dapat
terjadi pada kehamilan saat ini. Misalnya : Anemia.
Persalinan :
Penyakit : terjadinya komplikasi seperti perdarahan saat persalinan
terdahulu dapat berulangpada persalinan saat ini yang harus dideteksi
sedini mungkin.
Anak :
Usia : jarak kelahiran yang ≤12 bulan dapat mengakibatkan
premature. Sedangkan jarak kelahiran yang ≤ 1 th
meningkatkan resiko anemia.( Wheeler,2003)
Abnormalitas : adanya abnormalitas pada anak terdahulu dapat
mengindikasikan kelainan genetik .( Wheeler,2003)
7. Riwayat Ginekologi
Adanya riwayat terkena HPV, penyakit radang panggul,
infertilitas, gonorea, klamidia, sifilis, dan kelainan vagina
berpotensi mempengaruhi hasil akhir kehamilan. (Wheeler,2003)
8. Riwayat Kontrasepsi
Jenis kontrasepsi, lama pemakaian, keluhan selama pemakaian alat
kontrasepsi, alasan berhenti menggunakan kontrasepsi.
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Postur tubuh : bahu menurun,postur tubuh
lunglai,berjalan lambat
Kepala : Bersih, tidak nampak lesi,tekstur rambut
kering dan mudah putus,distribusi rambut
menipis
Wajah : tidak Nampak pucat,tidak/ada chloasma
gravidarum
Mata : Simetris,lengkap, sclera warna putih,
konjungtiva pucat, tidak ada gangguan pada
mata, penglihatan jelas
Hidung : Bersih dan tidak ada pernafasan cuping hidung
Mulut : Simetris,bersih,mukosa bibir lembab,tidak
nampak stomatitis,tidak nampak karies dan
karang gigi, tidak nampak peradangan pada
tosil dan uvula,lidah bersih,berwarna merah
dan tremor
Telinga : Simetris,Nampak bersih
Leher : tidak/nampak chloasma Gravidarum
Dada : bentuk normal, simetris, tidak nampak
retraksi dinding dada
Payudara : simetris, ada hyperpigmentasi pada areola,
putting susumenonjol, tidak ada dimpling,
tidak Nampak pengeluaran colostrum.
Abdomen : tidak/ada Linea Nigra, tidak/ada striae albicans,
tampak membesar, tidak ada luka bekas
operasi SC
Genetalia eksterna : bersih, tidak nampak varices, tidak ada edem,
tidak ada pembesaran kelenjar bartholin.
Anus : Tidak nampak hemoroid
Ekstremitas : ektstremitas atas Nampak simetris, cavilary
refill kembali > 2 detik, tidak ada lesi
Ekstremitas bawah Nampak simetris, cavilary
refill kembali > 2 detik, tidak ada lesi.
Palpasi
Kepala : Tidak teraba massa
Wajah : Tidak ada edema
Mata : Tidak ada edema pada palpebra
Telinga : Tidak tegang
Hidung : Tidak ada fraktur
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan
kelenjar limfe, tidak ada bendungan vena
jugularis
Dada : tidak ada tumor atau massa, vocal fremitus
sama kanan dan kiri
Payudara : tidak teraba massa dan pembesaran kelenjar
limfe.
Abdomen : Leopold I – VI (Mochtar,2011)
Leopold I : TFU tidak sesuai usia kehamilan, pada
fundus teraba keras , bulat dan melenting
Leopold II : teraba bagian panjang dan keras seperti papan
pada kanan/kiri ibu dan bagian sebaliknya
teraba bagian kecil janin
Leopold III : pada SBR teraba bagian bagian lunak,kurang
bulat dan tidak melenting
Leopold IV : konvergen/ divergen
TFU :
16 minggu : pertengahan antara simpisis dan pusat
20 minggu : 3 jari bawah pusat (20 cm)
24 minggu : setinggi pusat(23 cm)
Genetalia Eksterna : kelenjar serviks menyekresi sejumlah besar
lendir dengan konsistensi kental atau cair.(
Varney,2006)
Anus : tidak ada hemoroid
Ekstremitas : tidak ada edema, Tanda homan sign negative,
turgor kulit
Auskultasi :
Suara Nafas : tidak ada bunyi nafas tambahan,
Bunyi Jantung : BJ I terdengar jelas dan terdengar mur
mur.(Helen Varney,2006)
Abdomen : Bising usus 5 – 35 x/menit
DJJ 120 – 140x/menit
Perkusi
Dada : Sonor
3. Pemeriksaan Neurologis/Refleks
Refleks biceps/Triceps : positif
Refleks Patella : positif
Refleks babynski : positif
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium :
Anemia ringan : Hb 10 – 11 gr%
Anemia sedang : Hb 7 – 10 gr%
Anemia berat : Hb < 7 gr% (1)
Pemeriksaan USG :
Pemeriksaan diagnostik lainnya :
V. INTERVENSI
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh sebagai kelanjutan
manajemen terhadap diagnosis dan masalah yang telah diidentifikasi.
1. Jelaskan mengenai keadaan pasien
R: penjelasan mengenai pemeriksaan fisik merupakan hak pasien
2. Berikan KIE mengenai bahaya anemia pada kehamilan
R: mengetahui keadaannya sehingga dapat membuat ibu lebih waspada dan
kooperatif terhadap petugas kesehatan
3. Berikan KIE mengenai cara menanggulangi anemia pada kehamilan
R : perbaikan gizi sedini mungkin akan mengurangi bahaya anemia pada
kehamilan lanjut serta persalinan
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisiensi dan aman sesuai dengan rencana asuhan
yang telah disusun. Pelaksaaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang kebersihan dan kefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP.