Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Berbagai bencana yang telah terjadi di Indonesia memberikan banyak
pembelajaran bagi masyarakat di Indonesia bahwa banyaknya korban jiwa dan harta
benda dalam musibah tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan dan ketidaksiapan
masyarakat dalam mengantisipasi bencana alam.
Pengalaman terjadinya bencana Gunung meletus di Kampung Candisewu
Kabupaten Blitar Jawa Timur yang terjadi sejak tahun terdahulu hingga saat ini yang
terakhir terjadi pada tanggal 13 Februari 2014., mengubah paradigma manajemen
penanggulangan bencana yang bersifat tanggap darurat menjadi paradigma pencegahan
dan pengurangan risiko bencana. Penyelenggaraan penanggulangan bencana di Indonesia
dilakukan pada berbagai tahapan kegiatan dan intervensi yang berpedoman pada
kebijakan pemerintah yaitu Undang-Undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana dan Peraturan Pemerintah terkait lainnya. Pentingnya pemahaman mengenai
manajemen bencana akan menjadi dasar dan melaksanakan intervensi pengurangan risiko
bencana dalam penanggulangan bencana.
Pengalaman terjadinya bencana di berbagai daerah baik bencana alam maupun
non alam membuktikan bahwa wilayah Indonesia sangat berpotensi tinggi terhadaop
bencana. Hal ini dikarenakan Indonesia terletak pada tiga lempeng bumi (Indo-Australia,
Eurasia dan Pasifik) sehingga dari posisi geografis ini memberikan dampak keuntungan
dengan berlimpahnya sumberdaya alam seperti minyak bumi, batu bara, lautan dan hutan
yang luas, namun sebaliknya terdapat dampak negatif yakni berbagai macam bahaya
yang berpotensi menimbulkan bencana yang memiliki karakteristik berbeda sehinga
penanganan terhadap setiap bencanapun berbeda. Untuk itu identifikasi karakteristik dan
potensi bencana sangat diperlukan sebagai pengetahuan terhadap pengurangan risiko
bencana.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari bencana ?
2. Apa pengertian dari gunung meletus ?
3. Bagaimana ciri-ciri gunung meletus ?
4. Bagaimana latar belakang dari Gunung Kelud ?
5. Bagaimana dampak dari gunung meletus ( Gunung Kelud ) ?
6. Bagaimana hasil observasi/assesment identifikasi risiko bencana ?
7. Bagaimana solusi dan alternatif pemecahan masalah (Rencana Mitigasi Bencana) ?
8. Bagaimana impementasi dan evaluasi mitigasi bencana ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bencana


Pengertian Bencana (UU No.24 tahun 2007)
a. Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non
alam maupun faktor manusia yang menyebabkan korban jiwa, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda dan dampak psikologis
b. Suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang terjadi secara mendadak/berlanjut yang
menimbulkan dampak pada pola kehidupan normal atau kerusakan ekosistem dan
memerlukan tindakan luar biasa sesegera mungkin.
Menurut Asian Disaster Reduction Center (2003), bencana adalah suatu gangguan serius
terhadap masyarakat yang menimbulkan kerugian secara meluas dan dirasakan baik oleh
masyarakat, berbagai material dan lingkungan (alam) dimana dampak yang ditimbulkan
melebihi kemampuan manusia guna mengatasinya dengan sumber daya yang ada.
Pengertian bencana secara umum yaitu bencana yang terjadi karena adanya pertemuan
tiga unsur yaitu ancaman bencana, kerentanan dan kemampuan yang dipicu oleh suatu
kejadian

2.2 Pengertian Eropsi Gunung Berapi


Gunung berapi adalah tonjolan di permukaan bumi yang terjadi akibat keluarnya magma
dari dalam perut bumi. Proses keluarnya magma ini disebut erupsi (Bambang Sakuntala,
2008). Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang
sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1000 0C. Cairan magma yang keluar dari dalam
bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700-1200 0C. Letusan gunung
berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh radius18 km atau lebih,
sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km. Tidak semua gunung
merapi sering meletus. Gunung berapi yang sering meletus disebut gunung berapi aktif
(Wikipedia C, 2010)

2.3 Ciri – Ciri Erupsi Gunung Berapi


Gunung berapi yang meletus dapat diketahui melalui beberapa tanda, antara lain:
a. Suhu di sekitar gunung akan meningkat secara drastis
b. Sumber air mengering
c. Sering terjadi gempa tremor
d. Binatang yang ada di gunung banyak yang turun
e. Sering terdengar suara gemuruh
Apabila gunung berapi meletus dapat mengeluarkan gas vulkanik ( CO, CO2, H2S, SO2,
dan NO2), lava dan aliran pasir panas, lahar, hujan abu, dan awan panas.
2.4 Profil Gunung Kelud
Gunung Kelud merupakan salah satu gunung api aktif yang ada di Indonesia, yaitu berada
di perbatasan Kabupaten Kediri, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa
Timur. Posisi Gunung Kelud ini lebih dekat dengan Kota Kediri, yaitu berjarak sekitar 36
km. Gunung ini terletak di antara gunung api tua Wilis, Anjasmoro, Arjuno-Welirang, Kawi-
Butak.
Gunung Kelud termasuk dalam tipe stratovulkan dengan karakteristik letusan ekplosif.
Ketinggian Gunung Kelud adalah 1731 m.
Pada tangal 13 Februari 2014 lalu, Gunung Kelud dinyatakan meletus oleh Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). PVMBG menyatakan bahwa letusan
tersebut merupakan letusan terdahsyat dalam catatan sejarah erupi Kelud, bahkan melebihi
erupsi tahun 1990. Waktu erupsi Gunung ini relatif singkat, karena sejak dinaikkan statusnya
dari Normal menjadi Waspada (level II) pada tanggal 2 Februari 2014, aktivitasnya terus
meningkat relatif cepat hingga dinyatakan meletus pada tanggal 13 Februari 2014 tepatnya
pukul 22.50 WIB.
Balai Penelitian dan Observasi Laut mempublikasikan hasil pengamatan satelit Suomi
NPP-VIIRS yang melintasi Gunung Kelud pada tanggal 14 Februari pukul 00:30 WIB,
Satelit Cloud-Aerosol Lidar and Infrared Pathfinder Satellite Observation (CALIPSO) pada
pukul 01:10 WIB, dan Satelit Aqua MODIS. Rekaman menunjukkan Gunung Kelud
menghasilkan abu vulkanik dengan ketinggian mencapai 20 km dengan puncak hampir 30
km.
Rekaman satelit Aqua MODIS menunjukkan persebaran abu vulkanik Kelud meliputi
sepanjang Pulau Jawa hingga Samudera Hindia (Gambar 1.3). Hal tersebut membuktikan
dahsyatnya energi letusan dan banyaknya material yang dilontarkan Gunung Kelud, dan tentu
saja produk letusan tersebut mempengaruhi khalayak yang tinggal di sekitar Gunung Kelud,
terutama yang telah bertempat tinggal di bawah naungannya selama ini.
Masyarakat Kediri, Blitar, dan Malang adalah masyarakat yang terkena dampak letusan
paling besar, terutama berkaitan dengan kerugian material, sementara untuk korban jiwa
akibat letusannya sendiri dilaporkan tidak ada. Tidak ada yang bisa mencegah gunung api
yang sedang meletus, karena ia hanya melakukan penyeimbangan. Apa yang dapat kita
lakukan adalah melakukan persiapan menghadapi konsekuensi penyeimbangan tersebut,
dengan mitigasi.
Penelitian erupsi 2014 Gunung Kelud perlu dilakukan untuk mengurangi kerugian
material dan hilangnya nyawa masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Kelud bila letusan
terjadi lagi nanti. Penelitian tersebut merupakan bagian dari mitigasi bencana. Mengetahui
perilaku Gunung Kelud merupakan langkah awal dari mitigasi bencana tersebut. Cara
mengetahui perilaku Gunung Kelud adalah dengan meneliti produk letusannya, karena
produk inilah yang menjadi cermin apa yang terjadi pada Kelud.
Produk erupsi Gunung Kelud ada 2 macam, yaitu endapan tefra dan endapan lahar.
Endapan tefra terdiri dari 3 jenis mekanisme, yaitu mekanisme jatuhan, aliran, dan seruakan.
Alasan pemilihan produk dengan mekanisme jatuhan untuk diteliti lebih lanjut adalah karena
produk yang berdampak paling luas terhadap kehidupan masyarakat adalah tefra dengan
mekanisme jatuhan. Oleh karena itu persebarannya harus dipetakan, yaitu dalam bentuk peta
isopach dan isomass. Dua hari setelah Gunung Kelud meletus (15-17 Februari 2014) dan 21
hari setelah Gunung Kelud meletus (6-8 Maret 2014) sebanyak 50 stasiun pengamatan di
dalam area persebaran abu vulkanik telah diambil sampel oleh tim peneliti Teknik Geologi
UGM. Tim dari Teknik Geologi UGM yang beranggotakan Dr. Agung Harijoko, S.T.,
M.Eng., Haryo Edi Wibowo, S.T., M.Eng., dan Fitrah Fajar tersebut juga telah mengukur
ketebalan lapisan abu vulkanik di tiap stasiun pengamatan, sehingga data awal yang
diperlukan untuk membuat peta isopach dan isomass telah didapatkan.
2.5 Dampak Eropsi Gunung Berapi
2.5.1. Dampak Positif
Gunung berapi merupakan gunung yang berbahaya yang dapat merusak lingkungan
jika gunung berapi mengeluarkan letusan pada gunung berapi. Biasanya gunung berapi
akan meletus disebabkan oleh beberapa faktor dan akan memberikan siaga jika gunung
berapi akan meletus, sehingga gunung berapi yang akan meletus memberikan dampak
positif maupun negatif.
Berikut adalah penjelasan mengenai dampak positif gunung berapi yang ada di sekitar
lingkungan.
1. Dampak Positif Letusan Gunung Api bagi Manusia
a. Tanah yang dilewati oleh abu vulkanis akibat meletusnya gunung api tersebut,
membuat tanahnya menjadi subur dan sangat baik untuk bercocok tanam. Bagi
penduduk sekitar yang bekerja menggarap lahan untuk ditanami berbagai tanaman
sayur atau lainnya, hal ini akan membawa keuntungan (baca: ciri ciri tanah subur
dan tidak subur)
b. Di daerah gunung berapi memungkinkan untuk didirkan pembangkit listrik yang
berasal dari energy panas gunung berapi.
c. Munculnya mata air makdani yaitu jenis mata air dengan kandungan mineral yang
sangat melimpah.
d. Membuka lapangan pekerjaan baru untuk warga sekitar pegunungan yaitu sebagai
penambang pasir. Materi vulkanik dari gunung berapi yang berupa pasir dapat
dijual dengan harga yang tinggi dan membantu perekonomian warga
e. Jenis jenis hutan yang rusak akibat letusan, akan cepat digantikan dengan
pepohonan baru yang tumbuh membentuk suatu ekosistem baru
f. Berpotensi terjadi hujan orografis di daerah vulkanis
g. Terdapat berbagai bahan tambang seperti belerang, logam, dan permata yang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan perkonomian
h. Dampak meletusnya gunung api adalah munculnya geyser atau sumber mata air
panas yang bagus untuk kesehatan kulit.
i. Banyak ditemukan sumber air panas yang dapat dimanfaatkan untuk pariwisata
2. Dampak Positif Letusan Gunung Api bagi Lingkungan
a. Menjadikan tanah sekitar letusan gunung tambah subur
b. Menghasilkan batu dan pasir bermutu baik untuk bahan bangunan
c. Energi panas yang berasal dari bumi berguna untuk pembangkit tenaga listrik
d. Sumber mineral, diantaranya gypsum, belerang, zeolit, dan lainnya
e. Sumber mata air bagi pertanian, peternakan, dan sebagainya
2.5.2 Berikut adalah penjelasan mengenai dampak negatif gunung berapi :
1. Dampak Negatif Letusan Gunung Api bagi Manusia
a. Abu vulkanik yang panas akan merusak segala yang dilewatinya
b. Pencemaran udara oleh abu gunung api tersebut. Abu gunung berapi memiliki
beberapa kandungan zat berbahaya seperti: hidrogen sulfida (H2S), sulfur dioksida
(SO2), nitrogen dioksida dan material debu yang kemungkinan mengandung racun
c. Melumpuhkan semua kegiatan masyarakat sekitar, termasuk ekonomi yang berhenti
d. Bermacam material yang dikeluarkan gunung berapi dapat memicu munculnya bibit
penyakit, seperti infeksi saluran pernapasan, batuk-batuk, sakit kulit, dan
sebagainya
e. Utamanya untuk gunung berapi yang dimanfaatkan sebagai tempat wisata. Dengan
adanya bencana ini, pariwisata akan terhenti, pemasukan dari wisata pun turut
berhenti. Beberapa gunung api di Indonesia sebagai destinasi wisata contohnya,
gunung Merapi dan Rinjani
f. Terjadinya kecelakaan akibat jalanan yang licin berdebu, makanan terkontaminasi
racun
g. Hujan debu yang menghalangi pandangan dan mencemari udara sekitar yang
menjadi penyebab pemanasan global
h. Lahar panas mengakibatkan kebakaran hutan, sehingga ekosistem hutan terancam.
Termasuk satwa yang tinggal di dalamnya.
i. Abu vulkanik yang bertebaran di angkasa akan mengganggu penerbangan.
2. Dampak Negatif Letusan Gunung Api bagi Lingkungan
a. Bahaya langsung saat gunung meletus seperti awan panas, guguran material letusan
gunung, bebatuan, abu vulkanik, lava dan erosi tanah.
b. Bahaya tak langsung seperti terjadinya polusi udara oleh zat beracun, air tercemar,
lahan rusak.

2.6 Upaya-upaya dalam penanggulangan bencana


Penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya mengurangi risiko bencana meliputi
pengurangan risiko terjadinya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tangga darurat dan
rehabilitasi (Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2010).
Pada dasarnya penyelenggaran ada 3 tahapan yakni:
1. Pra bencana
Pra bencana yaitu situasi tidak terjadi bencana dan situasi terdapat potensi bencana
meliputi kesiapsiagaan dan mitigasi bencana.
A. Kesiapsiagaan yaitu upaya penggunaan kemampuan secara cepat dan tepat dalam
merespon bencana meliputi perencanaan penanggulangan bencana, yaitu
i. Pengenalan dan pengkajian ancaman bencana
ii. Pemahaman tentang kerentanan masyarakat
iii. Analisis kemungkinan dampak bencana
iv. Pilihan tindakan pengurangan resiko bencana
v. Penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana
vi. Alokasi tugas, kewenangan dan sumber daya yg tersedia

B. Mitigasi bencana adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk mengurangi akibat


ancaman bencana.
a. Pengurangan resiko bencana
i. Pengenalan dan pemantauan risiko bencana
ii. Perencanaan partisipatif penanggulangan bencana
iii. Pengembangan budaya sadar bencana
iv. Peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulanggan
v. Penerapan upaya fisik, nonfisik dan penggaturan penanggulangan bencana
b. Pencegahan
i. Identifikasi dan pengenalan secara pasti thd sumber daya atau ancaman bencana
ii. Kontrol thd penguasaan dan pengelolaan SDA yg berpotensi menjadi ancaman
bencana
iii. Penataan ruang dan pengelolaan LH
iv. Penguatan ketahanan social masy.

2. Saat tanggap darurat yang dilakukan dalam situasi terjadi bencana


Tanggap darurat dilakukan melalui:
a. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya
untuk mengidentifikasi cakupan lokasi bencana; jumlah korban; kerusakan prasarana
dan sarana; gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta pemerintahan; dan
kemampuan sumber daya alam maupun buatan.
b. Penentuan status keadaan darurat bencana (dilaksanakan oleh pemerintah sesuai
skala bencana
Penetapan Status Bencana
Status Makna Tindakan
 Menandakan gunung  Wilayah yang terancam bahaya
berapi yang segera atau direkomendasikan untuk dikosongkan
sedang meletus atau ada  Koordinasi dilakukan secara harian
 Piket penuh
keadaan kritis yang
menimbulkan bencana
AWAS

 Letusan pembukaan
dimulai dengan abu dan
asap
 Letusan berpeluang terjadi
dalam waktu 24 jam

 Menandakan gunung  Sosialisasi di wilayah terancam


sedang  Penyiapan sarana darurat
berapi yang
 Koordinasi harian Piket penuh
bergerak ke arah letusan
atau menimbulkan
bencana Peningkatan
intensif kegiatan seismik
Semua data menunjukkan
SIAGA

bahwa aktifitas dapat


segera berlanjut ke letusan
atau menuju pada keadaan
yang dapat menimbulkan
bencana Jika tren
peningkatan berlanjut,
letusan dapat terjadi dalam
waktu 2 minggu
 Ada aktivitas apa pun  Penyuluhan/ sosilisasi
 Penilaian bahaya
bentuknya
kenaikan  Pengecekan sarana
 Terdapat
 Pelaksanaan piket terbatas
aktivitas di atas level
normal
 Peningkatan aktivitas
A WASPAD

seismik dan kejadian


vulkanis lainnya
 Sedikit perubahan
aktivitas yang diakibatkan
oleh aktivitas
magma,tektonik dan
hidrotermal

 Tidak ada gejala aktivitas  Pengamatan rutin


NORMAL

 Survei dan penyelidikan


tekanan magma
 Level aktivitas dasar

( Wikipedia, 2010)
 Nasional: Presiden
 Skala provinsi: Gubenur
 Kabupaten/kotamadya: Bupati/Walikota
 Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana melalui upaya: pencarian dan
penyelamatan korban; pertolongan darurat; dan/atau evakuasi korban.
 Pemenuhan kebutuhan dasar yang meliputi: kebutuhan air bersih dan sanitasi; pangan;
sandang; pelayanan kesehatan; pelayanan psikososial; dan penampungan dan tempat
hunian.
 Perlindungan terhadap kelompok rentan yaitu dengan memberikan prioritas kepada
kelompok rentan (bayi, balita, dan anak-anak; ibu yang sedang mengandung atau
menyusui; penyandang cacat; dan orang lanjut usia) berupa penyelamatan, evakuasi,
pengamanan, pelayanan kesehatan, dan psikososial.
 Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital, dilakukan dengan memperbaiki
dan/atau mengganti kerusakan akibat bencana.

3. Saat setelah bencana


a. Rehabilitasi
Bertujuan mengembalikan dan memulihkan fungsi bangunan dan infrastruktur
yang mendesak dilakukan untuk menindaklanjuti tahap tanggap darurat.
Dilakukan melalui kegiatan :
 Perbaikan lingkungan daerah bencana
 Perbaikan prasarana dan sarana umum
 Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat
 Pemulihan social psikologis; pely.kes
 Rekonsiliasi dan resolusi konflik
 Pemulihan social ekonomi budaya
 Pemulihan keamanan dan ketertiban
 Pemulihan fungsi pemerintahan
 Pemulihan fungsi pelayanan publik

b. Rekonstruksi
Bertujuan membangun kembali daerah bencana dengan melibatkan semua
masyarakat, perwakilan lembaga swadaya masyarakat, dan dunia usaha. Rekonstruksi
dilakukan dengan 2 cara yaitu rekonstruksi fisik dan non fisik.
1) Rekonstruksi fisik
Rekonstruksi fisik adalah tindakan untuk memulihkan kondisi fisik melalui
pembangunan kembali secara permanen sarana dan prasarana permukiman,
pemerintahan dan pelayanan masyarakat (kesehatan, pendidikan, dan lain-lain),
prasarana dan sarana ekonomi (jaringan perhubungan, air bersih, sanitisasi dan
drainase, irigasi, listrik dan telekomunikasi dan lain-lain), sarana prasarana sosial
(ibadah, budaya, dan lain-lain) yang rusak akibat bencana, agar kembali ke
kondisi semula atau bahkan lebih baik dari kondisi
2) Rekonstruksi non fisik
Rekonstruksi non fisik adalh tindakan untuk memperbaiki atau memulihkan
kegiatan pelayanan public dan kegiatan sosial, ekonomi, serta kehidupan
masyarakat antara lain sector kesehatan, pendidikan, perekonomian, pelayanan
kantor pemerintahan, peribadatan, dan kondisi mentak/sosial masyarakat yang
terganggu oleh bencana, kembali ke kondisi pelayanan dan kegiatan semula atau
bahkan lebih baik dari kondisi sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai