Anda di halaman 1dari 30

SKENARIO 2

ANYANG-ANYANGAN
Seorang perempuan, usia 23 tahun, belum menikah, datang ke dokter Puskesmas
dengan keluhan nyeri saat buang air kecil dan anyang-anyangan berulang. Keluhan ini
dirasakan sejak dua hari yang lalu. Dalam pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan kecuali
nyeri tekan supra pubik. Pada pemeriksaan mikroskopis urin didapatkan peningkatan
leukosit. Kemudian pasien disarankan untuk melakukan pemeriksaan kultur urin.

1
KATA SULIT
1. Anyang-anyangan : Buang air kecil berulang. Infeksi yang terjadi karena bakteri
dan kuman paling sering karena Eschericia coli
2. Suprapubik : Bagian atas dari Os. Pubis
3. Kultur urin : Salah satu pemeriksaan lab untuk melihat adanya bakteri

PERTANYAAN
1. Mengapa bisa terjadi peningkatan Leukosit?
2. Mengapa bisa terjadi nyeri saat Buang Air Kecil?
3. Mengapa bisa terjadi nyeri tekan pada suprapubik?
4. Apa penyebab penyakit yang diderita pasien?
5. Apakah faktor resiko perempuan lebih besar dibanding dengan laki-laki?
6. Organ manakah yang mengalami infeksi?
7. Apa saja Indikasi untuk pemeriksaan kultur urin?
8. Bagaimana terap untuk anyang-anyangan?
9. Bagaimana pandangan islam tentang membersihkan urin?

JAWABAN
1. Terjadi karena infeksi saluran kemih bawah, atas, cistitis, pyelofritis, unit berat jenis
rendah. Bila terdapat >5 leukosit/ lapang pandang kecil. Leukosit bentuk sel Gilter
2. Karena urin melewati daerah yang terjadi inflamasi
3. Karena adanya infeksi pada kandung kemih, sehingga nyeri terasa pada daerah
suprapubik
4. Paling sering karena bakteri Eschericia coli, pesudomonas sp, jamur
5. Iya, karena macam-macam faktor resiko
- kurang menjaga kebersihan organ intim
- Kateterisasi
- Ibu hamil
- Seks
- Perbedaan anatomis organ uretra wanita lebih pendek
6. Karena adanya infeksi pada kandung kemih, sehingga nyeri terasa pada daerah
suprapubik
7. Untuk mengetahui jenis bakteri dan obat yang tepat
8. – minum air putih
- Antibiotik
9. Bersihkan sampai bau dan warna hilang.

HIPOTESIS
Faktor resiko kurang menjaga kebersihan organ intim, kateterisasi, Ibu hamil, seks,
perbedaan anatomis organ uretra wanita lebih pendek akan memudahkan
kemungkinan masuknya infeksi bakteri yang dapat merusak lapisan jaringan Vesica
urinaria sehingga menyebabkan inflamasi pada kandung kemih. Ketika terjadi infeksi,
nyeri akan terasa pada saat buang air kecil dan anyang-anyangan. Pada pemeriksaan
fisik akan dijumpai nyeri tekan supra pubik dan pada pemeriksaan lab dilakukan
kultur urin dan urin lengkap untuk memastikan diagnosis Infeksi Saluran Kemih.
Penatalaksanaan berupa antibiotik dan minum air putih yang cukup. Untuk

2
menghindari terjadinya Infeksi karena bakteri, dalam pandangan islam urin adalah
najis yang harus dibersihkan sampai bau dan warna hilang.

3
SASARAN BELAJAR
LI 1. Memahami dan Menjelaskan Ureter, Vesica urinaria, Uretra.
LO 1.1 Memahami dan Menjelaskan Makroskopik Ureter, Vesica urinaria, Uretra.
LO 1.2 Memahami dan Menjelaskan Mikroskopik Ureter, Vesica urinaria, Uretra.
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Miksi
LI 3. Memahami dan Menjelaskan Infeksi Saluran Kemih
LO 3.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Infeksi Saluran Kemih
LO 3.2 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Infeksi Saluran Kemih
LO 3.3 Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih
LO 3.4 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih
LO 3.5 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Infeksi Saluran Kemih
LO 3.6 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Infeksi Saluran Kemih
LO 3.7 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding
LO 3.8 Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Infeksi Saluran Kemih
LO 3.9 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Infeksi Saluran Kemih
LO 3.10 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Infeksi Saluran Kemih
LO 3.11 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Infeksi Saluran Kemih
LI 4. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam mengenai Salasil Baul

4
LI 1. Memahami dan Menjelaskan Ureter, Vesica urinaria, Uretra
LO 1.1 Memahami dan Menjelaskan Makroskopik Ureter, Vesica urinaria, Uretra

URETER

Ureter adalah lanjutan dari renal pelvis yang panjangnya antara 10 sampai 12 inchi
(25-30 cm), dan diameternya sekitar 1 mm sampai 1 cm. Ureter terdiri atas dinding luar yang
fibrus, lapisan tengah yang berotot, dan lapisan mukosa sebelah dalam. Ureter terdiri dari 2
bagian yaitu pars abdominalis pada cavum abdominalis dan pars pelvica pada rongga panggul
(pelvis). Pars abdominalis berubah menjadi pars pelvica setelah menyilang melewati arteri
illiaca communis. Ureter berfungsi untuk menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kemih.
Gerakan peristaltik mendorong urine melalui ureter yang diekskresikan oleh ginjal dan
disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung
kemih. Jalan ureter pada pria dan wanita berbeda terutama pada daerah pelvis karena ada
alat-alat yang berbeda pada panggul. Pada pria ureter menyilang superficial didekat ujungnya
didekat duktus deferen, sedangkan wanita ureter lewat diatas fornix lateral vagina namun
dibawah lig. Cardinal atau A. Uterina.

Pada ureter terdapat 3 daerah penyempitan anatomis, yaitu :

1. Uretropelvico junction, yaitu ureter bagian proksimal mulai dari renal pelvis sampai
bagian ureter yang mengecil
2. Pelvic brim, yaitu persilangan antara ureter dengan pembuluh darah arteri iliaka
3. Vesikouretro junction, yaitu ujung ureter yang masuk ke dalam vesika urinaria (kandung
kemih).

Perdarahan ureter terbagi 2, ureter atas oleh A. Renalis sedangkan ureter bawah oleh
A. Vesicalis Inferior. Untuk persarafan dilakukan oleh plexus hypogastricus inferior T11-L2
melalui neuron simpatis.

5
VESIKA URINARIA

Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli, merupakan tempat
untuk menampung urine yang berasal dari ginjal melalui ureter, untuk selanjutnya diteruskan
ke uretra dan lingkungan eksternal tubuh melalui mekanisme relaksasi sphincter. Vesica
urinaria ketika tidak sedang terisi oleh urin (kosong) memiliki bagian :

1. Fundus vesicae : sisi berbentuk segitiga dan menghadap ke caudodorsal, berhadapan


dengan rectum. Pada pria dipisahkan dari rectum oleh fascia rectovesicalis yang meliputi
vesicular seminalis dan ampulla ductus deferens. Sedangkan pada wanita dipisahkan dari
rectum oleh fornix, portio supravaginalis.
2. Apex / vertex vesicae : terdapat plica umbilicalis mediana dan lig. Umbilicale mediana.
3. Facies Superior : sisi berbentuk segitiga yang dibatasi oleh margo lateral di kedua sisi
lateralnya dan margo posterior di bagian dorsalnya. Terdapat fossa paravesicalis (lekukan
peritoneum di sebelah lateral margo lateral). Pada pria menghadap colon sigmoid dan
lengkung ileum. Sedangkan pada wanita menghadap corpus uteri.
4. Facies Inferior : diliputi oleh fascia endopelvina. Terbagi atas 2 daerah :
a. Area prostatica : berhadapan langsung dengan prostat. Merupakan tempat keluarnya
urethra.
b. Facies inferolateral : dipisahkan dari sympisis pubis dan corpus os. Pubis oleh
spatium retropubica / cavum retzii
5. Cervix Vesicae / Collum vesicae : merupakan tempat bertemunya keduafacies
inferolateral. Pada pria menerus pada prostat. Sedangkan pada wanita terletak di cranial
m.pubococcygeus
6. Angulus posterosuperior : merupakan tempat bertemunya margo lateral dan margo
posterior. Merupakan tempat masuknya ureter

Vesica urinaria ketika penuh terisi oleh urinakan berbentuk oval dan memiliki bagian :

1. Facies Posterosuperior : bagian ini diliputi oleh peritoneum parietal. Padapria dipisahkan
dari rectum oleh excavatio retrovesicalis. Sedangkan padawanita dipisahkan dari rectum
oleh excavation vesicouterina, portio supravaginalis cervicis uteri, fornix anterior vagina.
2. Facies Anteroinferior : bagian ini tidak diliputi oleh peritoneum parietal.
3. Facies Lateralis : bagian ini tidak diliputi oleh peritoneum parietal.

6
Lapisan Vesica Urinaria (VU) dari luar ke dalam :

Tunica Serosa (Peritoneum Parietal) – Tela Subserosa (Fascia Endopelvina) – Tunica


Muscularis (m. detrussor) – Tela Submucosa – Tunica Mucosa.

Pada bagian dalam dari Vesica Urinaria terdapat sebuah area yang disebut dengan
Trigonum Vesicae. Trigonum Vesicae ini dibentuk oleh sepasang ostium ureteris (lubang
tempat masuknya ureter ke dalam Vesica Urinaria) dan ostium urethra internum (OUI) serta
plica interureterica. Pada pria trigonum Vesicae ini akan terfiksasi pada prostat. Sedangkan
pada wanita akan terfiksasi pada dinding anterior vagina. Mucosa pada trigonum Vesicae ini
akan melekat erat pada m. Trigonalis.

Vesica Urinaria bagian cranial divaskularisasi oleh 2 atau 3 a.vesicalis superior (cabang
dari a. umbilicalis). Sedangkan Vesica Urinaria bagian caudal dan cervix divaskularisasi oleh
a. vesicalis inferior. Pada wanita mendapatkan tambahan vaskularisasi dari a. vaginalis. Pada
bagian fundus vesicae pada pria divaskularisasi oleh a. deferentialis dan pada wanita oleh a.
vaginalis dan a. vesicalis inferior.Sedangkan aliran vena nya akan bermuara pada plexus
venosus prostaticus & vesicalis yang akan bermuara pada v.hypogastrica.

Vesica Urinaria mendapatkan persarafan simpatik dari plexus hipogastricus inferior


yaitu : serabut post ganglioner simpatis glandula para vertebralis L1-2 dan serabut
preganglioner parasimpatis N. cervicalis 2,3,4 melalui N. Splancnicus dan plexus
hypogastricus inferior mencapai dinding Vesica Urinaria. Persarafan ini memberikan fungsi
untuk menggiatkan m. spinchter interna dan menginhibisi m. detrussor serta menghantarkan
rasa nyeri dari Vesica Urinaria. Selain itu Vesica Urinaria juga mendapatkan persarafan
parasimpatik dari n. splanchnicus pelvicus Segmen Sacral II-IV. Persarafan ini memberikan
fungsi untuk merelaksasi sfingter interna, menggiatkan m.detrussor, menghantarkan
peregangan dinding Vesica Urinaria dan mengosongkan Vesica Urinaria.

URETRA

1. Saluran terakhir dari sistem urinarius


2. Mulai dari orificium urethra internum sampai orificium urethra externum
3. Pada laki-laki lebih panjang dari perempuan (L=18-20 cm, P=3-4 cm)

Urethra Masculina

7
A. Urethra pars prostatica
Urethra pars prostatica ini terletak di dalam Prostat. Urethra pars prostatica memiliki
panjang sekitar 3 cm. Di dalam prostat, urethra menerima sepasang ductus ejaculatorius
yang merupakan penyatuan antara ductus ekskretorius dan ductus vesicular seminalis.
Selain itu, urethra pars prostatica juga mendapatkan muara dari ductus-ductus dari
kelenjar prostat itu sendiri.

B. Urethra pars membranosa


Urethra pars membranosa merupakan bagian urethra yang paling pendek (1-2cm) dan
juga paling sempit. Urethra pars membranosa terbentang dari apex prostat sampai ke
bulbus penis. Urethra pars membranosa terletak di dalam diaphragma pelvis (diaphragma
urogenitalia). Urethra bagian ini berdinding tipis dan dikelilingi oleh m. sfingter urethra
externa dan merupakan bagian yang mudah robek saat dilakukan kateterisasi urin.

C. Urethra pars spongiosa


Urethra pars spongiosa merupakan bagian urethra yang terpanjang (15 cm) terletak di
dalam bulbus penis, corpus spongiosum dan glans penis.Urethra pars spongiosa juga
dimuarai oleh ductus glandula bulbourethralis dan lacuna urethralis yang merupakan
muara dari ductus glandula urethralis. Terdapat 2 buah pelebaran yakni fossa
intrabulbaris (pelebaran pada bulbus penis) dan fossa navicularis (pelebaran pada glans
penis). Urethra pars spongiosa kemudian akan berakhir pada Orificium (ostium) urethra
externum (OUE) pada glans penis.

Urethra Feminina

Urethra pada wanita hanya berukuran 3,75 - 5cm, berbentuk lurus dan mudah diregangkan.
Karena alasan ini pulalah yang menyebabkan wanita sering mengalami Infeksi Saluran
Kemih (ISK). Urethra akan berakhir pada Orificium (Ostium) Urethra Externum (OUE) pada
vestibulum vagina.

Perdarahan Urethra di urus oleh cabang – cabang arteria pudenda interna


1.A. Dorsalis penis
2.A. Bulbo Urethralis
Persarafan Urethra di urus oleh cabang – cabang N. Pudendus ke N. Dorsalis penis.

8
LO 1.2 Memahami dan Menjelaskan Mikroskopik Ureter, Vesica urinaria, Uretra
URETER

1. Terdiri dari lapisan mukosa,muskularis dan adeventisia.


2. Tunika mukosa mempunyai Lamina propia berupa jaringan ikat jarang dibawah epitel
3. Tunika muskularis terdiri dari 3 lapisan otot polos ,yaitu : sebelah dalam berjalan
longitudinal,di bagian tengah sirkular dan di sebelah luar longitudinal.

Vesika Urinaria

1. Disusun oleh 3 lapisan ,yaitu: Lapisan mukosa, lapisan muskular dan lapisan
adventisia/serosa.
2. Lapisan sel yang menyusun epitel yang terenggang dapat ditemukan sel payung dengan
dindiing apikalnya berwarna asidofil.
3. Dibawah epitel terdapat lamina propia.
4. Tunika muskularis : tersusun oleh lapisan-lapisan otot polos yang berjalan ke berbagai
arah.
5. Tunika adventasia : berupa jaringan ikat,sebagia vesika urinaria ditutupi oleh
loritoneum(serosa).

Urethra Pada Laki-Laki

9
1. Pars Prostatica
a. Paling dekat ke vesica urinaria
b. Ductus ejaculatorius bermuara dekat verumontanum,tonjolan ke dalam lumen.
c. Dilapisi epitel transitional

2. Pars Membranosa
a. Dilapisi epitel bertingkat torak
b. Dibungkus oleh sphinter urethra externa(voluntary)

3. Pars bulbosa/Spongiosa
a. Terletak dalam corpus spongiosum penis
b. Dilapisi epitel bertingkat torak di beberapa tempat terdapat epitel berlapis gepeng

4. Pars Pendulosa
a. Ujung distal lumen urethra melebar : fossa navicularis
b. Kelenjar littre,kelenjar mukosa yang terdapat di sepanjang urethra,terutama pars
pendulosa

Urethra Pada Perempuan

Dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk ,di beberapa tempat terdapat epitel
bertingkat torak. Dipertengahan urethra terdapat sphinter externa (muskular bercorak).

LI 2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Berkemih

10
Pengisian Kandung Kemih

Dinding ureter terdiri dari otot polos yang tersusun dalam serabut-serabut spiral,
longitudinal dan sirkuler, tetapi batas yang jelas dari lapisan otot ini tidak terlihat. Kontraksi
peristalitik yang reguler terjadi 1-5 kali permenit yang menggerakkan urine dari pelvis ginjal
ke kandung kemih, dimana urine masuk dengan cepat dan sinkron sesuai dengan gerakan
gelombang peristaltik. Ureter berjalan miring melalui dinding kandung kemih dan walaupun
disini tidak terdapat alat seperti spingter uretra, jalannya yang miring cenderung membiarkan
ureter tertutup, kecuali sewaktu gelombang peristaltik guna mencegah refluk urine dari
kandung kemih. Sewaktu pengisisan normal kandung kemih, akan terjadi hal-hal sebagai
berikut:

a. Sensasi kandung kemih harus intak


b. Kandung kemih harus tetap dapat berkontraksi dalam keadaan tekanan rendah walaupun
volume urine bertambah.
c. Bladder outlet harus tetap tertutup selama waktu pengisian ataupun saat terjadi
peninggian tekanan intra abdomen yang tiba-tiba.
d. Kandung kemih harus dalam keadaan tidak berkontraksi involunter.

Pengosongan Kandung Kemih

Kandung kemih hanya mempunyai dua fungsi yaitu untuk mengumpulkan (pengisian)
dan mengeluarkan (pengosongan) urin menurut kehendak. Aktifitsas sistem saraf untuk
kedua sistem ini adalah berbeda. Proses berkemih adalah suatu proses yang sangat komplet
dan masih banyak membingungkan. Berkemih dasarnya adalah suatu reflek spinal yang
dirangsang dan dihambat oleh pusat-pusat di otak, seperti halnya perangsangan defekasi, dan
penghambatan ini volunter.

Urine yang masuk kedalam kandung kemih tidak menimbulkan kenaikan tekanan intra
vesikal yang berarti, sampai kandung kemih benar-benar terisi penuh. Seperti otot polos
lainnya otot-otot kandung kemih juga mempunyai sifat elastis bila diregangkan. Pengosongan
kandung kemih melibatkan banyak faktor, tetapi faktor tekanan intra vesikal yang dihasilkan
oleh sensasi rasa penuh adalah merupakan pertama untuk berkontraksinya kandung kemih
secara volunter. Selama berkemih otot-otot perineal dan muskulus spingter uretra eksternus
mengalami relaksasi, sedangkan muskulus detrusor mengalami kontraksi yang menyebabkan
urin keluar melalui uretra. Pita-pita otot polos yang terdapat pada sisi uretra tampaknya tidak
mempunyai peranan sewaktu berkemih, dimana fungsi utamanya diduga untuk mencegah
refluk semen kedalam kandung kemih sewaktu ejakulasi.

Mekanisme pengeluaran urine secara volunter, mulainya tidak jelas. Salah satu
peristiwa yang mengawalinya adalah relaksasi otot diafragma pelvis yang menyebabkan
tarikan otot-otot detrusor kebawah untuk memulai kontraksinya. Otot-otot perineal dan
spingter eksterna berkontraksi secara volunter yang mencegah urine masuk kedalam uretra
atau menghentikan aliran saat berkemih telah dimulai. Hal ini diduga merupakan kemampuan
untuk mempertahankan spingter eksterna dalam keadaan berkontraksi, dimana pada orang
dewasa dapat menahan kencing sampai ada kesempatan untuk berkemih. Setelah berkemih
uretra wanita kosong akibat gravitasi, sedangkan urine yang masih ada dalam uretra laki-laki
dikeluarkan oleh beberapa kontraksi muskulus bulbo kavernosus.

11
Pada orang dewasa volume urine normal dalam kandung kemih yang mengawali reflek
kontraksi adalah 300-400 ml. Didalam otak terdapat daerah perangsangan untuk berkemih di
pons dan daerah penghambatan di mesensefalon. Kandung kemih dapat dibuat berkontraksi
walau hanya mengandung beberapa milliliter urine oleh perangsangan volunter reflek
pengosongan spiral. Kontraksi volunter otot-otot dinding perut juga membantu pengeluaran
urine dengan menaikkan tekanan intra abdomen. Pada saat kandung kemih berisi 300-400 cc
terasa sensasi kencing dan apabila dikehendaki atas kendali pusat terjadilah proses berkemih
yaitu relaksasi spingter (internus dan eksternus) bersamaan itu terjadi kontraksi otot detrusor
buli-buli. Tekanan uretra posterior turun (spingter) mendekati 0 cm H2O sementara itu
tekanan didalam kandung kemih naik sampai 40 cm H2O sehingga urin dipancarkan keluar.

LI 3. Memahami dan Menjelaskan Infeksi Saluran Kemih

LO 3.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang mengenai bagian dari saluran
kemih. Ketika mengenai saluran kemih bawah dinamai sistitis (infeksi kandung kemih)
sederhana, dan ketika mengenai saluran kemih atas dinamai pielonefritis (infeksi ginjal).

ISK merupakan istilah umum untuk menunjukkan penyakit akibat mikroorganisme


yang menyerang saluran kemih sehingga menimbulkan bakteriuria

LO 3.2 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang mengenai bagian dari saluran
kemih. Ketika mengenai saluran kemih bawah dinamai sistitis (infeksi kandung kemih)
sederhana, dan ketika mengenai saluran kemih atas dinamai pielonefritis (infeksi ginjal).
Gejala dari saluran kemih bawah meliputi buang air kecil terasa sakit dan sering buang air
kecil atau desakan untuk buang air kecil (atau keduanya), sementara gejala pielonefritis
meliputi demam dan nyeri panggul di samping gejala ISK bawah. Pada orang lanjut usia dan
anak kecil, gejalanya bisa jadi samar atau tidak spesifik. Kuman tersering penyebab kedua
tipe tersebut adalah Escherichia coli, tetapi bakteri lain, virus, maupun jamur dapat menjadi
penyebab meskipun jarang.

Penyebab terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya


menghuni usus kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari gram negatiftersebut, ternyata
Escherichia coli menduduki tempat teratas kemudian diikuti oleh :

a. Escherichia Coli : 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)


b. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.

Jenis kokus gram positif lebih jarang sebagai penyebab ISK sedangkan Enterococci dan
Staphylococcus aureus sering ditemukan pada pasien dengan batu saluran
kemih, lelaki usia lanjut dengan hiperplasia prostat atau pada pasienyang menggunakan
kateter urin. Demikian juga dengan Pseudomonas aeroginosa dapat menginfeksi saluran
kemih melalui jalur hematogen dan pada kira-kira 25% pasien demam tifoid dapat diisolasi
salmonella dalam urin. Bakteri lain yang dapat menyebabkan ISK melalui cara hematogen
adalah brusella, nocardia,actinomises, dan Mycobacterium tubeculosa. Candida sp
merupakan jamur yang paling sering menyebabkan ISK terutama pada pasien yang

12
menggunkan kateter urin atau pasien yang mendapat pengobatn antibiotic spectrum luas.
Jenis Candida yang palingsering ditemukan adalah Candida albican dan Candida tropicalis.
Semua jamur sistemik dapat menulari saluran kemih secara hematogen.

Faktor predisposisi yang mempermudah untuk terjadinya ISK, yaitu :

1. Bendungan aliran urin


a. Anomali kongenital ; Batu saluran kemih
b. Oklusi ureter (sebagian atau total)
2. Refluks vesikoureter
3. Urin sisa dalam buli-buli karena :
a. Neurogenic bladder
b. Striktura uretra
c. Hipertrofi prostat
4. Diabetes Melitus
5. Instrumentasi
a. Kateter
b. Dilatasi uretra
c. Sitoskopi
6. Kehamilan dan peserta KB
a. Faktor statis dan bendungan
b. PH urin yang tinggi sehingga mempermudah pertumbuhan kuman
7. Senggama

LO 3.3 Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih

Kelompok terbesar pasien dengan ISK adalah wanita dewasa. Kejadian ISK pada
wanita cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Beberapa peningkatan di atas sesuai
dengan waktu tertentu, termasuk peningkatan pada wanita berusia 18-30 tahun yaitu wanita
selama masa remaja dan masa subur (terkait dengan senggama-cystitis honey moon-dan
kehamilan). Wanita dewasa adalah 30 kali lebih mungkin dibandingkan pria untuk terjangkit
ISK. Kejadian ISK pada pria mendekati bahwa perempuan hanya pada pria lebih tua dari 60
tahun; pada pria berusia 65 tahun atau lebih, 10% telah ditemukan memiliki bakteriuria,
dibandingkan dengan 20% perempuan dalam kelompok usia ini.

Tingkat infeksi yang tinggi pada wanita menopause karena kandung kemih atau prolaps
uterus menyebabkan pengosongan kandung kemih tidak lengkap; hilangnya estrogen dengan
perubahan pada flora vagina (terutama, kehilangan lactobasilus), yang memungkinkan
kolonisasi periuretra dengan gram negatif aerob, seperti E coli , dan kemungkinan lebih
tinggi penyakit medis secara bersamaan, seperti diabetes.

Neonatus, anak laki-laki sedikit lebih mungkin dibandingkan perempuan untuk


terjangkit dengan ISK sebagai bagian dari sindrom sepsis gram negatif. Angka kejadian pada
anak usia prasekolah adalah sekitar 2% dan 10 kali lebih umum pada anak perempuan. ISK
terjadi pada 5% dari usia sekolah anak perempuan, tetapi jarang terjadi pada usia sekolah
anak laki-laki.

a. Jenis Kelamin. Sangat umum pada wanita, dan banyak wanita akan mengalami lebih
dari satu. Alasan utama adalah anatomi mereka. Wanita memiliki uretra lebih pendek,
yang menghemat bakteri jarak harus perjalanan untuk mencapai kandung kemih.

13
b. Menjadi aktif secara seksual. Perempuan yang aktif secara seksual cenderung
memiliki infeksi saluran kemih lebih banyak daripada wanita yang tidak aktif secara
seksual.
c. Menggunakan beberapa jenis KB. Yang menggunakan diafragma untuk pengendalian
kelahiran juga mungkin menghadapi risiko lebih tinggi
d. Mengalami menopause. Setelah menopause, infeksi saluran kemih dapat menjadi
lebih umum karena kurangnya estrogen menyebabkan perubahan pada saluran kemih
yang membuatnya lebih rentan terhadap infeksi.
e. Memiliki kelainan saluran kemih Bayi yang lahir dengan kelainan saluran kemih yang
tidak memungkinkan urin meninggalkan tubuh atau menyebabkan urin kembali di
uretra memiliki peningkatan risiko infeksi saluran kemih.
f. Memiliki penyumbatan pada saluran kemih. Batu ginjal atau pembesaran prostat
dapat menjebak urin dalam kandung kemih dan meningkatkan risiko infeksi saluran
kemih.
g. Memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah. Diabetes dan penyakit lain yang
mengganggu sistem kekebalan tubuh . Penurunan pertahanan tubuh terhadap kuman -
dapat meningkatkan risiko infeksi saluran kemih.
h. Menggunakan kateter untuk buang air kecil Orang-orang yang tidak bisa buang air
kecil sendiri dan menggunakan tabung (kateter) untuk buang air kecil memiliki
peningkatan risiko infeksi saluran kemih. Ini mungkin termasuk orang yang dirawat di
rumah sakit, orang dengan masalah neurologis yang membuat sulit untuk mengontrol
kemampuan mereka untuk buang air kecil dan orang-orang yang lumpuh.

LO 3.4 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih

Secara Anatomi

1. ISK bawah, presentasi klinis ISK bawah tergantung dari gender.


A. Perempuan :
a. Sistitis : infeksi VU bermakna
b. Sindrom Uretra akut : presentasi sistitis tanpa ditemukan MO (steril)
B. Laki-laki :
a. Sistitis
b. Prostatitis
Prostatitis akut disebabkan oleh infeksi akut pada kelenjar prostat seluruh,
mengakibatkan demam dan rasa sakit lokal. Mikroskopis, infiltrat neutrophilic,
edema difus, dan microabscesses dapat dilihat, yang dapat bergabung menjadi
koleksi yang lebih besar.
Prostatitis kronis dapat disebabkan oleh penyakit inflamasi yang penyebab
paling umum adalah dari kekambuhan infeksi saluran urin pada pria.
c. Orchitis
Orkitis adalah salah satu infeksi genitourinari beberapa hasil dari patogen virus.
d. Epididimitis
Epididimitis adalah sindrom klinis yang disebabkan oleh infeksi atau peradangan
pada epididimis. Kondisi ini adalah penyebab paling umum dari skrotum akut
pada populasi pria dewasa. Komplikasi jangka panjang termasuk abses, infark,
kambuh, sakit kronis, dan infertilitas
e. Ureteritis

14
2. ISK atas

a. Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan
oleh infeksi bakteri.
b. Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih serta refluk
vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan
jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik.

Secara Klinis

1. ISK Sederhana/ tak berkomplikasi, yaitu ISK yang terjadi pada perempuan yang tidak
hamil dan tidak terdapat disfungsi truktural ataupun ginjal.
2. ISK berkomplikasi, yaitu ISK yang berlokasi selain di vesika urinaria, ISK pada anak-
anak, laki-laki, atau ibu hamil.

Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi:

1. ISK uncomplicated (simple)


ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing
tak baik, anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usia lanjut terutama
mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung
kemih.
2. ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit diberantas,
kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika, sering terjadi
bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagi
berikut:
a. Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesikouretral obstruksi,
atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing menetap dan prostatitis.
b. Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.
c. Gangguan daya tahan tubuh
d. Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus sp yang
memproduksi urease.

LO 3.5 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Infeksi Saluran Kemih

15
Infeksi dapat terjadi melalui penyebaran hematogen (neonatus) atau secara asending
(anak-anak). Faktor predisposisi infeksi adalah fimosis, alir-balik vesikoureter (refluks
vesikoureter), uropati obstruktif, kelainan kongenital buli-buli atau ginjal, dan diaper rash.
Patogenesis infeksi saluran kemih sangat kompleks, karena tergantung dari banyak faktor
seperti faktor pejamu (host) dan faktor organismenya. Bakteri dalam urin dapat berasal dari
ginjal, pielum, ureter, vesika urinaria atau dari uretra.

Beberapa faktor predisposisi ISK adalah obstruksi urin, kelainan struktur, urolitiasis,
benda asing, refluks atau konstipasi yang lama. Pada bayi dan anak anak biasanya bakteri
berasal dari tinjanya sendiri yang menjalar secara asending. Bakteri uropatogenik yang
melekat pada pada sel uroepitelial, dapat mempengaruhi kontraktilitas otot polos dinding
ureter, dan menyebabkan gangguan peristaltik ureter. Melekatnya bakteri ke sel uroepitelial,
dapat meningkatkan virulensi bakteri tersebut.

Mukosa kandung kemih dilapisi oleh glycoprotein mucin layer yang berfungsi sebagai
anti bakteri. Ketika seseorang mencoba untuk menahan kencing agar tidak ngompol, dimana
kontraksi otot kandung kemih ditahan sehingga urin tidak keluar. Hal ini menyebabkan
tekanan tinggi, turbulensi aliran urin dan atau pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas,
kemudian semuanya akan menyebabkan bakteriuria. Dan akhirnya menyebabkan robeknya
lapisan glycoprotein mucin layer sehingga bakteri dapat melekat, membentuk koloni pada
permukaan mukosa, masuk menembus epitel dan selanjutnya terjadi peradangan. Bakteri dari
kandung kemih dapat naik ke ureter dan sampai keginjal melalui lapisan tipis cairan (films of
fluid), apalagi bila ada refluks vesikoureter maupun refluks intrarenal. Bila hanya buli buli
yang terinfeksi, dapat mengakibatkan iritasi dan spasme otot polos vesika urinaria, akibatnya
rasa ingin miksi terus menerus (urgency) atau miksi berulang kali (frequency), sakit waktu
miksi (dysuri). Mukosa vesika urinaria menjadi edema, meradang dan perdarahan
(hematuria).

Infeksi ginjal dapat terjadi melalui collecting system. Pelvis dan medula ginjal dapat
rusak, baik akibat infeksi maupun oleh tekanan urin akibat refluks berupa atrofi ginjal. Pada
pielonefritis akut dapat ditemukan fokus infeksi dalam parenkim ginjal, ginjal dapat
membengkak, infiltrasi lekosit polimorfonuklear dalam jaringan interstitial, akibatnya fungsi
ginjal dapat terganggu. Pada pielonefritis kronik akibat infeksi, adanya produk bakteri atau
zat mediator toksik yang dihasilkan oleh sel yang rusak, mengakibatkan parut ginjal (renal
scarring).

16
LO 3.6 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Infeksi Saluran Kemih

Gejala klinis pada anak :


a. Anak < 3 tahun : demam, muntah, gelisah
b. Anak > 3 tahun : demam, nyeri perut, muntah, hilang nafsu makan, sering kencing, nyeri
pada saat kencing

Setiap tipe dari infeksi saluran kemih memilki tanda – tanda dan gejala yang spesifik,
tergantung bagian saluran kemih yang terkena infeksi:
1. Pyelonephritis akut. Pada tipe ini, infeksi pada ginjal mungkin terjadi setelah meluasnya
infeksi yang terjadi pada kandung kemih. Infeksi pada ginjal dapat menyebabkan rasa
sakit pada punggung atas dan panggul, demam tinggi, gemetar akibat kedinginan, serta
mual atau muntah.
2. Cystitis. Inflamasi atau infeksi pada kandung kemih dapat dapat menyebabkan rasa
tertekan pada pelvis, ketidaknyamanan pada perut bagian bawah, rasa sakit pada saat
urinasi, dan bau yang menyengat dari urin.
3. Uretritis. Inflamasi atau infeksi pada uretra menimbulkan rasa terbakar pada saat urinasi.
Pada pria, uretritis dapat menyebabkan gangguan pada penis.

Bagian dari saluran kemih yang terkena Tanda dan gejala


ISK bagian Atas 
Ginjal (pielonefritis akut)  Punggung atas dan samping (sayap) nyeri
 Demam Tinggi (39.5-40.5oC)
 Gemetar dan menggigil
 Mual& Muntah
 Skoliosis
 Penurunan BB

ISK bagian bawah
Kandung kemih (sistitis) Rasa tidak nyaman bawah perut (suprapubik)
Sering buang air kecil tapi sedikit /anyang-
anyangan (polakisuria)
Nyeri ketika buang air akibat penyempitan VU
atau uretra (stranguria)
Nokturia,disuria
Darah dalam urin
Rasa panas saat kencing
Uretra (uretritis atau sindrom uretra akut/SUA) Ditemukan pada wanita usia 20-50 tahun

ISK rekuren a) Re-infeksi, interval >6 bulan dengan MO


berlainan
b) Relapsing Infection,disebabkan MO yang
sama akibat terapi yang tidak adekuat

17
LO 3.7 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding

Anamnesis

ISK bawah : frekuensi, disuria terminal, polakisuria, nyeri suprapubik.

ISK atas : nyeri pinggang, demam, menggigil, mual dan muntah, hematuria.

Pemeriksaan fisik

Febris, nyeri tekan suprapubik, nyeri ketok sudut kostovertebra, Pasien tampak tidak nyaman,
tetapi tidak keracunan. Kehadiran demam beracun, menggigil, mual, dan muntah
menunjukkan pielonefritis daripada sistitis .Tanda-tanda dehidrasi, seperti membran mukosa
kering dan takikardia. Ekstremitas basah dan gejala orthostasis yang menunjukan nada
vaskular yang buruk akibat bakteremia gram negatif .

Pemeriksaan Penunjang

1. Urinalisis
Sampel urin yang digunakan:
a) Midstream (clean catch/clean volded)
Prosedur mudah dan tidak traumatik
Digunakan untuk urinalisis rutin dan kultur
b) Urin kateter
1. Digunakan pada pasien yang tidak kooperatif atau sulit miksi
2. Spesimen lebih baik
3. Kontaminasi pada menstruasi dapat dihindarkan
4. Tidak digunakan secara rutin untuk pemeriksaan kultur
c) Aspirasi suprapubik
1. Teknik pengambilan spesimen tunggal
2. Kontaminasi uretra dan vagina dapat dihindari
3. Dilakukan biasanya pada anak kecil dan bayi atau pada dewasa dengan ISK
4. Digunakan untuk pemeriksaan sitologi dan kultur bakteri
Tes yang digunakan:
1. Menggunakan Reagen (konvensional)
2. Menggunakan strip reagen(dipstick/carikcelup)

a. Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment
air kemih.
b. Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sedimentair kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus
ataupun urolitiasis.

18
2. Pemeriksaan bakteri (bakteriologis)
Pemeriksaan bakteriologis meliputi:
a. Mikroskopis.
Bahan: urin segar (tanpa diputar, tanpa pewarnaan). Positif → 1 bakteri per lapangan
pandang.
b. Biakan bakteri.
Untuk memastikan diagnosa infeksi saluran kemih.

Pengambilan spesimen Jumlah koloni bakteri per ml urin


Aspirasi supra pubik > 100 cfu/ml dari 1 atau lebih
organisme patogen
Kateter > 20.000 cfu/ml dari 1 organisme
patogen
Urine bag atau urin porsi tengah > 100.000 cfu/ml

3. Tes Kimiawi
Beberapa tes kimiawi dapat dipakai untuk penyaring adanya bakteriuria, diantaranya yang
paling sering dipakai adalah tes reduksi griess nitrate. Dasarnya adalah sebagian besar
mikroba kecuali enterococci mereduksi nitrat

4. Tes darah lengkap (CBC)


a. ISK sederhana (uncomplicated) : Leukosit meningkat atau normal
b. ISK berkomplikasi (complicated) : Leukosit meningkat, anemia pd 40% pasien
abse perinephric

5. Cystoscopy
Jika pasien memiliki infeksi berulang saluran kemih, dokter mungkin menggunakan
tabung panjang, tipis dengan lensa (cystoscope) untuk melihat ke dalam uretra dan
kandung kemih.Cystoscope ini dimasukkan ke dalam uretra dan melewati ke kandung
kemih pasien. Prosedur ini disebut cystoscopy.

6. Rontgen radiologi
Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu atau
kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK. Pemeriksaan ini dapat berupa
foto polos abdomen, pielografi intravena, demikian pula dengan pemeriksaan lainnya,
misalnya ultrasonografi dan CT Scan.

Hasil laboratorium ISK cystitis :

1. Urin keruh berbau busuk


2. Protein < 0,5 g/dl
3. Terdapat sedikit kandungan darah
4. Nitrit positif : adanya enzim nitrat reduktase dari MO yang mereduksi nitrat menjadi nitrit
5. Lekosit esterase positif :deteksi sensitif dan spesifik adanya piuria
6. Sedimen : kenaikan lekosit, bakteri, eritrosit, epithel transitional

19
Hasil laboratorium ISK PNA :

1. Lekositosis ringan
2. Tes fungsi ginjal normal
3. Urin sangat keruh dan berbau busuk
4. Sedimen : kenaikan sel lekosit, bakteri, epithel
5. Silinder : lekosit, granular, kadang-kadang silinder lilin

Hasil laboratorium ISK PNK :

1. Polyuria, nokturia
2. Urin keruh
3. Protein < 2,5g/dl
4. Nitrit positif
5. Lekosit esterase positif
6. Sedimen : kenaikan lekosit
7. Silinder : granular, lilin (besar-besar)

Diagnosis Banding

1. Sistitis nonbakterial adalah istilah yang mencakup semuanya yang terdiri berbagai
gangguan kesehatan, termasuk nonbakterial infeksi (virus, mikobakteri, klamidia, jamur,
schistosomal) dan tidak menular ( sistitis radiasi , kimia, autoimun, hipersensitivitas)
sistitis, serta menyakitkan sindrom kandung kemih / sistitis interstisial ( PBS / IC).
2. Gagal Ginjal karena Pielonefritis akut dapat menyebabkan kerusakan ginjal yang
signifikan; , pembentukan abses (misalnya, nephric, perinephric); sepsis, atau sindrom
sepsis, syok septik, dan kegagalan multiorgan sistem.
3. Refluks vesicoureteral (VUR) adalah aliran abnormal urin dari kandung kemih ke saluran
kemih atas dan penyakit urologi paling umum di masa kecil.Keberadaannya adalah
patologis, dan merupakan faktor risiko yang paling signifikan untuk anak usia jaringan
parut ginjal dan gejala sisa.
4. Obstruksi saluran kemih dapat terjadi pada setiap titik di saluran kencing, dari ginjal ke
meatus uretra.Uropati obstruktif dapat mengakibatkan rasa sakit, infeksi saluran kemih,
kehilangan fungsi ginjal, atau, mungkin, sepsis atau kematian.Gejala hematuria mungkin
ada dengan atau tanpa infeksi.

LO 3.8 Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih

Prinsip umum penatalaksanaan ISK adalah :

1. Eradikasi bakteri penyebab dengan menggunakan antibiotik yang sesuai


2. Mengkoreksi kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi

Tujuan penatalaksanaan ISK adalah mencegah dan menghilangkan gejala, mencegah


dan mengobati bakteriemia dan bakteriuria, mencegah dan mengurangi risiko kerusakan
ginjal yang mungkin timbul dengan pemberian obat-obatan yang sensitif, murah, aman
dengan efek samping yang minimal. Oleh karenan itu pola pengobatan ISK harus sesuai
dengan bentuk ISK, keadaan anatomi saluran kemih,serta faktor-faktor penyerta lainnya.

20
Bermacam cara pengobatan yang dilakukan untuk berbagai bentuk yang berbeda dari ISK,
antara lain :

1. Pengobatan dosis tunggal


2. Pengobatan jangka pendek (10-14 hari)
3. Pengobatan jangka panjang (4-6 minggu)
4. Pengobatan profilaksis dosis rendah
5. Pengobatan supresif.

Pilihan antimikroba berdasarkan Educated Guess (Farmakologi, FKUI)

Jenis infeksi Penyebab tersering Pilihan antimikroba

Sistitis akut E.coli, S.saprophyticus, kuman Nitrofurantion, ampisilin,


gram negative lainnya trimetroprim

Pielonefritis akut E.coli, kuman gram negative Untuk pasien rawat:


lainnya, Streptococcus
Gentamisin(atau
aminoglikosida lainnya),
kotrikmoksazol
parenteral, sefalosporin
generasi III, aztreonam

Untuk pasien berobat


jalan:

Kotrimoksazol oral,
fluorokuinolon,
amoksisilin-asam
klavulanat

Prostatitis akut E.coli, kuman gram negative Kotrimoksazol atau


lainnya, E.faecalis fluorokuinolon, atau
aminoglikosid+ampisilin
parenteral

Prostatitis kronis E.coli, kuman gram negative Kotrimoksazol atau


lainnya, E.faecalis fluorokuinolon atau
trimetroprim

1. Yang termasuk aminoglikosida: gentamisin, tobramisin, netilmisin, dan amikasin


(streptomisin dan kanamisin tidak termasuk)
2. Yang termasuk sefalosporin generasi III: sefotaksim, sefoperazon, setriakson, seftazidin,
sefsulodin, moksalaktam, dll.
3. Yang termasuk fluorokuinolon: siprofloksasin, ofloksasin, pefloksasin, norfloksasin, dll.

21
SULFONAMID

Mekanisme kerja: Kuman memerlukan PABA (p-aminobenzoic-acid)untuk membentuk asam


folat yang digunakan untuk sintesis purin asam nukleat. Sulfonamide merupakan penghambat
kompetitif PABA.

Efek sulfonamide dihambat oleh adanya darah, nanah dan jaringan nekrotik, karena
kebutuhan mikroba akan asam folat berkurang dalam media yang mengandung basa purin
dan timidin.

Kombinasi dengan Trimetoprim menyebabkan hambatan berangkai dalam reaksi


pembentukan asam tetrahidrofolat.

Farmakokinetik

Absorpsi: melalui saluran cerna mudah dan cepat, terutama pada usus halus, beberapa jenis
sulfa di absorpsi di lambung.

Distribusi: Semua sulfonamis terikat dengan protein plasma terutama albumin dalam derajat
yang berbeda-beda. Obat ini tersebar ke seluruh jaringan tubuh, karena itu berguna untuk
infeksi sistemik.

Obat dapat menembus sawar uri dan menimbulkan efek antimikroba dan efek toksik pada
janin.

Sulfonamide di bagi ke dalam 4 golongan besar:

1. sulfonamide dengan absorpsi dan eksresi cepat


2. sulfonamide yang hanya di absorpsi sedikit bila diberikan per-oral dan kerjanya dalam
lumen usus
3. sulfonamide yang terutama di gunakan untuk pemberian topical sulfasetamid
4. sulfonamide dengan masa kerja panjang

SULFADOKSIN

Efek samping

1. Reaksi ini dapat hebat dan kadang bersifat letal. Bila mulai terlihat adannya gejala reaksi
toksik dan sensitisasi, pemakain secepat mungkin dihentikan. Dan tidak diberikan lagi.
2. Gangguan system hematopoetik:anemia hemolitik akut, Agranulositosis(sulfadiazine),
anemia aplastik, trombositopenia ringan, eosinofilia, gejala HPS.
3. Gangguan saluran kemih: anuria dan kematian dapat terjadi kristaluria atau
hematuria(jarang terjadi)
4. Reaksi alergi: gambaran HPS pada kulit dan mukosa bervariasi, berupa kelainan
morbiliform, purpura, petekia, eritema nodosum, eritema multiformis tipe stevens-
johnson, dll. Demam obat dapat terjadi(timbul demam tiba2, pada hari ke tujuh sampai ke
10 pengobatan, di sertai sakit kepala, menggigil, rasa lemah, dan erupsi kulit, semuanya
bersifat reversible).
5. Lain2:mual dan muntah
6. Tidak diberikan pada wanita hamil aterm

22
CORTIMOKSAZOL

1. Trimetropin + sulfametoksazol
2. Mikroba yang peka : enterobacter, klebsiella, diphteri, E.coli, S.aureus, S.viridans, dll
3. Untuk mikroba yang resisten sulfonamid agak resisten trimetropin
4. Farmako dinamik : 2 tahap berurutan rekasi enzimatis
a. Sulfo = hambat PABA,
b. Trime : hambat reaksi dari dehidrofolat → tetrahidrofolat

Farmako kinetik : karena trimetropin lipofilik → volume distribusi >> besar dari
sulfa.

5. Indikasi : ISK, IS nafas, IS cerna, Inf. Genital


6. E.S : megaloblastosis, leukopenia atau trombositopenia, pada kulit karena sulfonamid

GOL. PENISILIN

Farmako dinamik :

a. penisilin menginaktifkan protein yang berada dalam membran sel bakteri yang penting
untuk sintesis dinding sel sehingga bakteri menjadi lisin.
b. Destruksi dinding sel oleh autolisin / enzim degradatif yang dimiliki penisilin.

Farmako kinetik : ditentukan oleh stabilitas obat terhadap asam lambung dan beratnya
infeksi.

Cara pemberian :

Ampisilin + sulbaktam IV, IM

Tikarsilin + as. klavulanat

Amoksisilin ORAL

Amoksisilin + as. klavulanat

Absorbsi tidak lengkap secara oral, tetapi amoksisilin hampir lengkap di absorpsi,
absorbsi penisilin lainnya = penurunan jika ada makanan di dalam lambung = 30-60 menit
sebelum makan / 2-3 jam setelah makan. Distribusi ke seluruh tubuh, penisilin bisa melewati
sawar plasenta = tidak teratogenik. Tidak ke SSP

Ekskresi : melalui ginjal

E.S : hipersensitivitas (angioedem, makulopapular, anafilaktik), diare, nefritis (metisilin),


neurotoksisitas, gangguan pembentukan darah (karbanesilin dan karsilin = antipseudomonas),
toksisitas kation

a. Tidak bisa untuk kuman B-laktamase


b. Resistensi E.Coli

23
c. Efek samping : reaksi alergi , Syok anafilaksis umumnya tidak toksik pada manusia
d. Dapat di gunakan secara oral dan parenteral.

GOL. CEPHALOSPORIN

1. Generasi 3 tunggal atau dalam kombinasi dengan aminoglikosida merupakan obat pilihan
utama untuk infeksi berat oleh Klebsiella , Enterobacter , Proteus , Providencia , Srratia ,
Dan Haemophillus Spesies.
Farmakodinamik :
Generasi I : proteus, E.coli, klebsiella
Generasi II : Haemophilus, enterobacter, Neisseria=gram (-)
Generasi III : contoh : cefritriaavus, cefotaxim, ceftazidim (pseudomonas aeruginosa)
a. Farmako kinetik : IV karena absorbsi oral jelek, distribusi ; luas, ekskresi melaui
empedu ke dalam feses
b. E.S : alergi, perdarahan jika diberikan bersama sefamandol atau sefoperason = anti
vitamin K
2. Efek samping : reaksi alergi , anafilaksis , dengan spasme bronkus dan urtikaria dapat
terjadi
3. Secara oral
4. Obat Mahal

GOL. TETRACYCLIN

1. Efektif untuk infeksi Chlamydia


2. Tidak boleh pada anak-anak dan wanita hamil.
3. Secara Oral

GOL. FLUOROKUINOLON

1. Efektif untuk ISK dengan atau tanpa penyulit disebabkan oleh kuman-kuman yang
multiresisten dan P.Aeruginosa.
2. Siprofloksasin, Norfloksasin, dan Ofloksasin untuk terapi Prostatitis bacterial akut
maupun kronis anak-anak dan ibu hamil tidak boleh.

Farmako dinamik : hambat pemisahan double helix DNA saat replikasi dan transkripsi
dengan bantuan enzim DNA girase → hambat DNA girase pada kuman dan bersifat
bakterisid

Untuk bakteri : kuinolon lama (gram (-)) E.coli, proteus, klebsiella, enterobakter

Flurokuinolon baru : gram (+), gram (-) dan kuman atipik (mycoplasma, klamidia)

Farmako kinetik : diserap baik di saluran cerna, dalam sediaan oral, hanya sakit yang terikat
protein, distribusi baik ke berbagai organ, capai kadar tinggi di prostat, T1/2 panjang → 2x
sehari diperlukan. Di metabolisme di hati, ekskresi ginjal sebagian empedu.

24
Indikasi : ISK, Infeksi saluran nafas, penyakit menular hubungan sex, infeksi tukak dan
sendi, dll.

E.S : mual, muntah, tidak enak diperut : halunisasi, kejang ; hepatotoksik ; fatotoksif dll.

Interaksi obat : antasit = habis berkuran, hambat teofilin, tidak dikombinasi dengan obat yang
dapat perpanjang interval Qtc.

AMINOGLIKOSIDA

1. Farmako dinamik : terhadap MO anaerobik rendah, transpor aminogliko butuh O2,


aktivitas terhadap gram (+) terbatas, aktifitas dipengaruhi pH (alkali lebih tinggi),
aerobik-anarobik, keadaan hiperkapnik. Berdifusi lewat kanal air yang dibentuk porin
protein pada membran luar bakteri gram (-) masuk ke ruang periplasmik. Setelah masuk
sel terikat pada ribosom 30 s dan hambat sintesis protein → kerusakan membran sitosol
→ mati. Bersifat bakterisid.
2. Farmako kinetik : sangat polar, sukar di absorbsi di saluran cerna, per oral hanya untuk
efek lokal di saluran cerna. Untuk kadar sistemik → parenteral, ikatan protein rendah
kecuali streptomisin ± 30-50%. Distribusi ke dalam cairan otak sangat terbatas, ekskresi
di ginjal, kadar dalam urin capai 50-200 mg/ml, gangguan ginjal hambat ekskresi.
3. Efek samping : alergi, reaksi iritasi (rasa nyeri di tempat suntik), toksik (gangguan
pendengaran dan keseimbangan), ototoksik pada N. VII, nefrotoksik.
a. Kanamisin : untuk E.coli, enterobacter, klebsiella, proteus dll (untuk ISK)
b. Gentamisin, tobramisin, dan netilmisin Indikasi : infeksi karena proteus,
pseudomanas, klebsiella, E.colli, enterobacter
c. Amikasin : untuk E.coli, P.aeruginosa, proteus, enterobacter

ANTISEPTIK

1. Metenamin
a. Indikasi : Untuk Profilaksis terhadap ISK berulang khususnya bila ada residu
kemih.Tidak diindikasikan untuk infeksi akut saluran kemih.
b. Untuk berbagai jenis mikroba, kecuali proteus
c. E.S : iritasi lambung (>500 g ), 4-8 gram/sehari >> 3 mg, iritasi saluran kemih,
proteinuria, hematuria, erupsi kulit.
d. KI : dengan gangguan hati, tidak untuk gagal ginjal, tidak diberikan bersama
sulfonamid.
e. Interaksi obat : susu, antasid tidak diberikan → meningkatkan pH
f. Oral 4 x 1 gram/hari

2. Nitrofrantoin
a. Indikasi : Mengobati bakteriuria yang disebabkan oleh ISK bagian bawah
penggunanya terbatas untuk tujuan profilaksis atau pengobatan supresif ISK
menahun yaitu setelah kuman penyebabnya dibasmi atau dikurangi dalam
antimikroba lain dengan yang lebih sensitive.
b. Unruk E.coli, proteus, klebsiella, enterobacter, enterokokus

25
c. FK : lengkap dan cepat absorbsi di saluran cerna, dengan makanan dapat
menurunkan inhalasi kambung dan menigkatkan bioavailibitasnya, terikat protein
plasma, ekskresi di ginjal, T1/2 20 menit, urin agak cokelat
d. KI : Untuk gagal ginjal dengan klirens kreatinin < 40 ml/menit, hamil, bayi < 3 bulan
→ anemia hemolitik
e. ES : mual, muntah dan siare ; sakit kepala vertigo, nyeri otot.

3. Asam nalidiksat
a. Indikasi : ISK bawah tanpa penyulit contohnya : Sistitis akut tidak efektif untuk ISK
bagian atas contohnya : Pielonefritis.
b. FD : hambat enzim DNA grase bakteri, bakterisid terhadap kuman penyebab ISK,
E.coli, proteus, klebsiella, pseudomonas resisten.
c. FK : per oral, 95% terikat protein plasma, sehingga diubah jadi asam
hidroksinalidiksat, masa penuh 11/2 – 2 jam
d. ES : mual, muntah, urtikaria ; diare demam fosfosensitivitas : sakit kepala, ngantuk,
vertigo, meningkat pada pasien epilepsi, parkinson.
e. KI : bayi < 3 bulan, trisemester p1 hamil : hati-hati untuk gangguan hati atau ginjal :
pembesaran dengan nitrofurantonin
f. Dosis : 4 x 500 mg/hr

4. Fosfomisin trometamin
a. Indikasi : ISK tanpa komplikasi ( Sistitis akut ) pada wanita yang disebabkan oleh
E.Coli dan E.Faeccalis
b. Efek samping : Diare , Mual , Sakit kepala , Vaginitis
c. FD : hambat tahap awal sintesis dinding sel kuman
d. FK : Biovailibilitas oral hanya 37%, dengan makanan menurunkan penyerapan, tidak
terikat protein plasma, ekskresi renal 38%, ekskresi di urin dan tinja
e. ES : mual, muntah, diare, sakit kepala, bisa untuk wanita hamil,
f. Sediaan ; bubuk 3 gram dicampur air ± 100 ml tidak boleh dengan air panas

Perlu di perhatikan bahwa ada beberapa antibiotik tidak boleh dipergunakan selama masa
kehamilan karena dapat menyebabkan toksik pada janin, seperti nitrofurantion, asam nalidik,
dan tetrasiklin.

ISK bawah

Meliputi intake cairan yang banyak,antibiotik yang adekuat dan bila perlu terapi simtomatik
untuk alkalinisasi urin

Antibiotik

a. Dosis tunggal : ampisilin 3gr dan trimetoprim 200mg


b. Memberikan respon setelah 48 jam
c. Bila infeksi menetap (leukosuria),diperlukan terapi konvensional selama 5-10 hari
d. Bila terjadi reinfeksi

26
a) Disertai faktor predisposisi : terapi antibiotik intensif
b) Tanpa faktor predisposisi : meningkatkan asupan cairan dan cuci tangan sebelum
senggama diikuti terapi antimikroba single dose (trimetoprim)

ISK ATAS

Terapi awal pemberian Antibiotik IV selama 48-72 jam

a) Fluoroquinolon
b) Aminoglikosida dengan atau tanpa ampisilin
c) Sefalosporin spektrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida

LO 3.9 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih yang tidak diobati dapat menyebabkan infeksi ginjal akut atau
kronis (pielonefritis), yang secara permanen dapat merusak ginjal.Infeksi saluran kemih dapat
diabaikan atau salah untuk kondisi lain pada orang dewasa yang lebih tua. Anak-anak kecil
juga memiliki peningkatan risiko infeksi ginjal. Ibu hamil yang mengalami infeksi saluran
kemih mungkin memiliki peningkatan risiko memberikan berat lahir rendah atau bayi
prematur.

Wanita yang mengalami tiga atau lebih infeksi saluran kemih cenderung terus
mengalaminya.

LO 3.10 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Infeksi Saluran Kemih

1. Minum banyak cairan, terutama air putih. Minum air membantu mengencerkan urin Anda
dan memastikan bahwa pasien akan buang air kecil lebih sering . Memungkinkan bakteri
akan diekskresikan dari saluran kemih pasien sebelum infeksi dapat dimulai.
2. Bersihkan organ intim dari depan ke belakang. Melakukan hal setelah buang air kecil dan
setelah buang air besar membantu mencegah bakteri di daerah anus dari menyebar ke
vagina dan uretra.
3. Kosongkan kandung kemih segera setelah berhubungan. Juga, minum segelas penuh air
untuk membantu ekskresi bakteri .
4. Hindari produk feminin berpotensi mengiritasi. Menggunakan semprotan deodoran atau
produk feminin lain, seperti douche dan bubuk, di daerah kelamin dapat mengiritasi
uretra.

LO 3.11 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Infeksi Saluran Kemih

Meskipun sederhana rendah ISK (sistitis) dapat menghilang secara spontan,


pengobatan yang efektif mengurangi durasi gejala dan mengurangi kejadian pengembangan
menjadi ISK bagian atas. Bahkan dengan pengobatan yang efektif, bagaimanapun, sekitar
25% wanita dengan cystitis akan mengalami kekambuhan.Pasien yang lebih muda memiliki
tingkat terendah dari morbiditas dan mortalitas.

27
LI 4. Memahami dan Menjelaskan tentang salasil baul

PENGERTIAN SALISUL-BAUL

Menurut mazhab Hanafi salisul-baul adalah penyakit yang menyebabkan keluarnya air
kencing secara kontinyu, atau keluar angin(kentut) secara kontinyu, darah istihadhah,mencret
yang kontinyu, dan penyakit lainnya yang serupa.

Menurut mazhab Hanbali salisul-baul adalah hadas yang kontinyu, baik itu berupa air
kencing, air madzi, kentut, atau yang lainnya yang serupa.

Menurut mazhab Maliki salisul-baul adalah sesuatu yang keluar dikarenakan penyakit seperti
keluar air kencing secara kontinyu.

Menurut mazhab Syafi'i, salisul-baul adalah sesuatu yang keluar secara kontinyu yang
diwajibkan kepada orang yang mengalaminya untuk menjaga dan memakaikan kain atau
sesuatu yang lain seperti pembalut pada tempat keluarnya yang bisa menjaga agar air kencing
tersebut tidak jatuh ke tempat shalat

SYARAT-SYARAT DIBOLEHKAN IBADAH DALAM KEADAAN SALISUL-BAUL

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar ibadah tertentu diperbolehkan dalam keadaan
salisul-baul:

1. Sebelum melakukan wudhu harus didahului dengan istinja'


2. Ada kontinyuitas antara istinja' dengan memakaikan kain atau pembalut dan
semacamnya, dan adanya kontinyuitas antara memakaikan kain pada tempat keluar hadas
tersebut dengan wudhu.
3. Ada kontinyuitas antara amalan-amalan dalam wudhu (rukun dan sunnahnya)
4. Ada kontinyuitas antara wudhu dan shalat, yaitu segera melaksanakan shalat seusai
wudhu dan tidak melakukan pekerjaan lain selain shalat. Adapun jika seseorang
berwudhu di rumah maka perginya ke mesjid tidak menjadi masalah dan tidak
menggugurkan syarat keempat.
5. Keempat syarat diatas dipenuhi ketika memasuki waktu shalat. Maka, jika melakukannya
sebelum masuk waktu shalat maka batal, dan harus mengulang lagi di waktu shalat.
6. Apabila telah terpenuhi kelima syarat ini maka jika seseorang berwudhu kemudian keluar
air kencing atau kentut dan lainnya aka dia tidak mempunyai kewajiban untuk melakukan
istinja' dan berwudhu lagi. Namun cukup dengan wudhu yang telah ia lakukan di awal.

Orang yang terkena penyakit Salisul Baul hukumnya sama dengan wanita istihadhah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada wanita yang terkena istihadhah:

“Sesungguhnya itu darah yang keluar dari urat, bukan darah haid. Jika tiba masa haid,
hendaklah ia meninggalkan shalat. Jika masa haid telah selesai, cucilah darahnya darimu
lalu shalatlah.”

Hukum bagi orang yang memiliki udzur untuk meringankan kesulitannya. Syariat telah
datang untuk menghilangkan kesulitan dari umat ini, sebagaimana firman Allah Subhaanahu
wa Ta’ala:

28
ْ ‫سرُ بِكمُ ي ِريدُ ولُ ْالي‬
ُ َ ُ‫سرُ بِكم‬
ُ‫ّللا يد‬ ْ ‫ْالع‬

“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.”


(Al-Baqarah: 185)

ُ َ ‫م ما‬
‫ّللا فاتَقوا‬ ُْ ‫استط ْعت‬
ْ

“Maka bertakwalah kepada Allah semampu kalian” [At-Taghabun : 16]

Cara bersuci dan mandi bagi penderita salisul baul (tidak dapat menahan kencing), atau
terlalu sering buang angin.

1. Hendaklah berwudhu setiap kali tiba waktu shalat lalu mengerjakan shalat dengan wudhu
tersebut hingga tiba waktu shalat berikutnya.
2. Wudhu tidak batal karena kencing atau angin yang keluar, meskipun keluar pada waktu
shalat, sebab ia tidak mampu menahannya dan tidak ada jalan untuk menghentikannya.

Umar bin Khathab Radhiyallahu anhu terus mengerjakan shalat sementara darah mengalir
dari lukanya. Sebab darah itu terus mengucur dalam jangka waktu yang tidak bisa ditentukan.
Demikian juga kencing tersebut barangkali terus menerus keluar.

Imam Al-Bukhari meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam


memerintahkan wanita yang mengalami istihadhah agar berwudhu setiap kali hendak shalat.
Demikian pula hukumnya atas orang yang hadasnya terus menerus keluar. Misalnya nanah,
salisul baul, buang angin terus menerus dan lain sebagainya.

29
DAFTAR PUSTAKA

Ganda Soebrata,(2008). Penuntun Laboratorium Klinik.Dian Rakyat, Jakarta

Ganiswarna, S. G. 2003. Famakologi dan Terapi. Jakarta: Bagian Farmakologi FK-UI.

Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 20. Jakarta: EGC

Idrus, Alwi dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat
Penerbitan IPD FKUI

Leeson, C. Roland. 1996. Buku Ajar Histologi, Edisi V. Jakarta: EGC

Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. 1995. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses


penyakit. Ed. 4. Jakarta : EGC.

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia : dari sel ke sistem. Ed. 2. Jakarta : EGC.

Suharti, C. 2009. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed. 5. Jilid 2. Jakarta : Interna Publishing.
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/12/Pustaka_Unpad_ISK_
Kompleks.pdf.pdf (Diakses pada tanggal 2 April 2014; pukul 21.30 WIB).

http://www.academia.edu/4728754/Infeksi_saluran_kemih (Diakses pada tanggal 2 April


2014; pukul 21.10 WIB).

http://mutafaqqih.blogspot.com/2010/02/keluar-air-kencing-secara-kontinyu.html
(Diakses pada tanggal 3 April 2014; pukul 20.00 WIB).

30

Anda mungkin juga menyukai