PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Undang-undang RI no. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit dijelaskan
bahwa penyelenggaraan rumah sakit bertujuan memberikan perlindungan terhadap
keselamatan pasien (patient safety), masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber
daya manusia di rumah sakit. Oleh sebab itu, rumah sakit berkewajiban memberikan
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
Pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang penting dalam pelayanan
kesehatan. Tindakan pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang bertujuan
untuk menyelamatkan nyawa, mencegah kecacatan dan komplikasi. Namun demikian,
pembedahan yang dilakukan juga dapat menimbulkan komplikasi yang dapat
membahayakan nyawa.
Kesalahan-kesalahan selama operasi, antara lain kesalahan insisi pada posisi yang
akan dilakukan operasi, kesalahan dalam pemberian label pada spesimen patologi,
kesalahan tranfusi dan obat-obatan, sehingga pasien sangat rentan terhadap bahaya yang
disebabkan oleh kesalahan-kesalahan tersebut saat menjalani operasi. Standarisasi
Prosedur Pembedahan yang aman dapat mencegah terjadinya cidera dan kesalahan dalam
prosedur pembedahan.
Program Keselamatan Rumah Sakit dan Keselamatan Pasien (KRS-KP) mulai
diterapkan pada pelayanan Kamar Bedah mulai tahun 2014. Sesuai dengan Sasaran
Keselamatan pasien (SKP), Instalasi kamar Bedah berperan aktif dalam kegiatan
keselamatan pasien, yakni Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien
operasi. Dalam pelaksanaannya Instalasi Kamar Bedah telah menggunakan Ceklist
Keselamatan Operasi dengan mengikuti panduan surgical safety checklist WHO dan
penandaan area operasi (Marking site).
Instalasi kamar bedah adalah salah satu instalasi yang ada di RSU Nurhayati
Garut yang keberadaannya di bawah Pelayanan Medik dan Bidang Keperawatan.
Sebagai salah satu instalasi yang memberikan pelayanan pembedahan, selayaknya
memiliki sebuah pedoman yang dapat memandu atau sebagai acuan dalam seluruh
kegiatan pelayanan yang semestinya dilakukan/ dijalankan di kamar bedah yang
memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta keselamatan dan kesehatan kerja untuk
C. Landasan Hukum
1. Kode Etik Kedokteran Indonesia
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Thun 2004 tentang Praktek
Kedokteran.
5. Undang-undang No. 1 Th 1970 tentang Keselamatan Kerja
C. Pengaturan Jaga.
Adapun jumlah jam kerja yaitu :
1. Dinas pagi di mulai pukul 07.00 WIB – 15.00 WIB
2. Dinas sore di mulai pukul 15.00 WIB – 21.00 WIB
3. Dinas malam, apabila ada operasi tanggung jawabnya dines sore dengan
kedatangan sesuai jam operasi
Sehubungan dengan ketenagaan yang ada belum mencukupi, agar pelayanan
kamar bedah tetap optimal dan berjalan dengan lancar, maka diberlakukan sistem
Perpanjangan Dinas sore dari jam 15.00 WIB – 21.00 WIB, apabila ada operasi
malam tanggung jawab yang dinas sore.
A. Denah Ruang
Kamar Bedah di bagi beberapa area terdiri dari :
1. Area Bebas (Unrestricted Area)
a. Ruang tunggu pasien
b. Ruang ganti baju
c. Ruang istirahat
d. Kamar mandi / WC
2. Area Semi Ketat (Semi Resterected Area)
a. Ruang persiapan / Premedikasi
b. Ruang pemulihan (RR)
c. Ruang penyimpanan alat steril
d. Ruang penyimpanan alat On steril
e. Ruang pencucian alat bekas pakai
f. Ruang sterilisasi
g. Ruang depo farmasi
h. Ruang pembuangan limbah operasi /spoelhok
3. Area Ketat / Terbatas ( Restrected Area )
a. Ruang cuci tangan
b. Ruang induksi
c. Ruang tindakan pembedahan
medik
Ganti Baju
RUANG GANTI
- Drapping
- Monitoring
RUANG ICU RUMAH
RAWAT - Aseptik insisi op
- Dressing
- Buka Drapping
- Memindahkan pasien
Pedoman Pelayanan
intraBedah
ke post |op17
2. Alur petugas
PINTU UTAMA
- Cuci tangan
RUANG GANTI
- Ganti baju
- Menggunakan tutup
kepala
RUANG TRANSIT / INDUKSI -- Menyiapkan pasien
Menggunakan Masker
- Menyiapkan alkes
- TTV
- Pasang infus
RUANG BEDAH / OK - Menyiapkan operasi
- Menyiapkan alat
- Menyiapkan obat +
- Pulang - Mendokumentasikan
Askep
- Menyiapkan
PINTU UTAMA
pemeriksaan lab (PA +
VC)
PINTU DEPAN OK
- Penghitungan
sebelum, selagi dan
RUANG BEDAH / OK sesudah op
- Dekontaminasi
- Pencucian Instrumen
RUANG PENCUCIAN
(cleaning)
- Pengeringan (drying)
- Pengesetan (setting)
- Pengepakan (packing)
- Memberi Label
(Lableing)
RUANG PENCUCIAN
RUANG PACKING
RUANG CSSD
RUANG BEDAH / OK
PINTU BELAKANG OK
RUANG PENCUCIAN
PINTU PACKING
RUANG CSSD
PINTU DEPAN OK
RUANG CSSD
RUANG BEDAH/OK
PINTU BELAKANG OK
RUANG SPOELHOCK
RUANG PENCUCIAN
KORIDOR SAMPING
RUANG GANTI
RUANG GANTI
KORIDOR SAMPING
RUANG BEDAH/OK
PINTU BELAKANG OK
RUANG SPOELHOCK
RUANG INSENERATOR
- Stok Opnam
PETUGAS DEPO FARMASI
- Pembuatan
Permintaan
- Menandatangani dokumen
4. Benar Cara
5. Benar Waktu
6. Benar Edukasi
7. Benar Dokumentasi
- Pembuatan
Perencanaan kebutuhan
Ka IBS / WAKA
TANDA TANGAN
- Memberikan kebutuhan
- Menandatangani
IBS
- Pengecekan ulang
- Penyimpanan
Warna
A. Pink, perlu O2, saturasi O2>92% 2
B. Pucat/ kehitaman, perlu O2, saturasi O2>90% 1
C. Sianosis, dengan O2, saturasi O2<90% 0
Aktivitas
A. 4 eksremitas bergerak 2
B. 2 ekstremitas bergerak 1
C. Tidak ada gerakan 0
Respirasi
A. Dapat nafas dalam dan batuk 2
B. Nafas dangkal, sesak 1
C. Apnea, obstruksi 0
Kardiovaskuler
A. Tensi berubah < 20% 2
B. Tensi berubah 20%-30% 1
C. Tensi berubah 50% 0
Skor
F. Pelayanan Bedah
1. Pemeriksaan pra bedah dan perencanaan pra bedah yang terdokumentasi.
Dokter operator harus melakukan evaluasi pra bedah untuk menentukan
kemungkinan pemeriksaan tambahan dan konsultasi lain untuk membuat suatu
asesmen pra bedah. Semua informasi yang diberikan pada pasien, mengenai
kondisi pasien, diagnosis penyakit (indikasi operasi/tindakan), Alasan mengapa
harus dilakukan operasi/tindakan, hal yang akan terjadi bila tidak dilakukan
operasi atau tindakan, apa yang dilakukan saat operasi atau tindakan, rencana
tindakan, alternatif tindakan, tingkat keberhasilan, komplikasi operasi atau
tindakan yang mungkin terjadi, alternatif terapi atau tindakan lain (bila ada),
prognosis/kemungkinan-kemungkinan gambaran ke depan yang terjadi dan
rencana pengelolaan pasca bedah, perkiraan biaya (hanya biaya operasi, tidak
5. Laporan Operasi
Dokter operator harus mendokumentasikan semua tindakan bedah dan kejadian-
kejadian yang terjadi selama pembedahan. Dokter bedah mencatat laporan operasi
yang harus memuat minimal :
a. Tanggal dan jam waktu operasi dimulai dan selesai.
b. Diagnosa pre dan pasca bedah.
c. Dokter operator dan asisten.
d. Nama prosedur bedah.
A. Latar Belakang
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di RSU Nur Hayati Garut
melalui program sasaran keselamatan pasien rumah sakit, maka 6 goals keselamatan
pasien diupayakan terlaksana secara optimal dan berkesinambungan.
Maksud dari sasaran keselamatan pasien adalah mendorong peningkatan
keselamatan pasien dengan harapan pelayanan kesehatan di RSU Nur Hayati dapat
berjalan dengan lebih baik dan aman dan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat
luas.
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assessmen
risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut
diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya
dilakukan.
Pada Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Sentral ini, keselamatan pasien terdiri
dari keselamatan pasien yang dilakukan operasi. Maka setiap tindakan dan pelayanan
yang diberikan harus mempertimbangkan terhadap kesejahteraan pasien tersebut.
B. Tujuan
1. Tercapainya kesejahteraan dan keamanan pada pasien selama dalam proses
pemberian pelayanan di Instalasi Bedah Sentral dengan program keselamatan
pasien yang terdapat di pelayanan Instalasi Bedah Sentral
2. Mengurangi terjadinya KTD di rumah sakit.
C. Tatalaksana Keselamatan Pasien
Untuk mengimplementasikan kegiatan keselamatan pasien maka RS mengadopsi pada
International Patient Safety Goals (IPSG) / Sasaran Keselamatan Pasien , yaitu :
a. Mengidentifikasi pasien dengan benar
b. Meningkatkan komunikasI yang efektif
c. Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai
Dalam rangka Pelaksanaan sasaran SKP IV, yakni Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur,
dan tepat Pasien Operasi, Instalasi Bedah Sental telah menggunakan Ceklist Keselamatan
Operasi dengan mengikuti panduan Surgical Safety Checlist WHO.
NAMA PASIEN : NO. REKAM MEDIK : DIAGNOSA MEDIS : TANGAL TIME OUT :
TANGGAL LAHIR : JENIS KELAMIN : TINDAKAN OPERASI : JAM TIME OUT :
SIGN IN (Dibaca dengan suara keras) TIME OUT (Dibaca dengan suara keras) SIGN OUT (Dibacakan dengan suara keras)
Sebelum induksi anestesi dipimpin oleh dr Sebelum insisi area operasi dipimpin dr operator (dihadiri tim bedah) Sebelum meninggalkan kamar operasi, dilakukan sebelum
anestesi (minimal dihadiri dr anestesi dan Perawat Sirkuler mengkonfirmasi (secara verbal) : tindakan penutupan luka operasi dipimpin oleh dr
perawat) Mengkonfirmasi semua anggota tim bedah telah memperkenalkan diri dengan operator (dihadiri tim bedah)
Apakah pasien sudah dikonfirmasi mengenai menyebut nama dan tugas/peran masing-masing Perawat sirkuler (secara verbal) mengkonfirmasi:
identitasnya, bagian tubuh yang akan dioperasi,
□ Ya □ Nama/jenis prosedur
prosedurnya, dan persetujuan tindakan operasi?
Mengkonfirmasi nama pasien, prosedur/tindakan operasi, dan di mana insisi □ Kelengkapan jumlah instrumen, kassa, dan benda tajam
□ Ya
Apakah bagian tubuh yang akan dioperasi telah akan dilakukan (atau tidak memungkinkan)
ditandai? □ Ya □ Label spesimen (membaca lantang label spesimennya,
□ Ya Apakah antibiotik profilaksis telah diberikan dalam kurun waktu 60 menit? termasuk nama pasien)
□ Tidak memungkinkan untuk ditandai □ Ya □ Ada tidaknya masalah peralatan yang perlu disebutkan
Apakah mesin anestesi dan obat-obatan sudah
□ Tidak memungkinkan untuk dilakukan Untuk dokter bedah kepada dokter anestesi dan perawat:
dicek lengkap?
□ Ya Mengantisipasi Situasi Kritis □ Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan untuk
Apakah Pulse Oxymetri (oksimeter denyut )sudah Untuk dokter bedah: pemulihan (recovery) dan penatalaksanaan pasien ini?
terpasang pada pasien dan berfungsi dengan baik? a) Apa saja langkah-langkah non-rutin atau untuk situasi kritis? (TTV, Perdarahan)
□ Ya b) Berapa lama kasus ini akan tertangani?
Apakah pasien diketahui memiliki alergi? c) Berapa perdarahan yang diperkirakan akan terjadi?persiapan darah?
□ Tidak Untuk penata/dokter anestesi:
□ Ya
a) Apakah ada perhatian khusus yang spesifik untuk pasien ini?
Adakah resiko kesulitan jalan nafas atau aspirasi?
Untuk tim perawat:
□ Tidak
□ Ya, dan perlengkapan penunjang untuk b) Apakah sterilitas (termasuk hasil indikator) telah dikonfirmasi?
mengatasi sudah tersedia c) Apakah ada hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai peralatan
Resiko perdarahan >500 ml (> 7ml/kg untuk atau hal lainnya?
pasien anak) Apakah hasil radiologi ditampilkan/ditayangkan?
□ Tidak o Ya
□ Ya, dan 2 akses intravena atau akses
o Tidak memungkinkan untuk dilakukan
sentral dan cairan sudah terencana Perawat Sirkuler : Dokter Bedah Dokter Anestesi : Perawat Sirkuler :
Dokter Anestesi
A. Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan rumah sakit yang begitu pesat, didorong oleh
perkembangan penyakit yang beraneka ragam, serta semakin tingginya bahaya penularan
penyakit yang dapat ditimbulkannya. Mendorong rumah sakit untuk menggunakan
peralatan kerja disertai penerapan teknik dan teknologi dari berbagai tingkatan di segenap
sektor kegiatan, khususnya di kamar bedah yang merupakan jantungnya sebuah rumah
sakit.
Kemajuan ilmu dan teknologi tersebut disatu pihak akan memberikan kemudahan
dalam operasional tetapi dilain pihak cenderung menimbulkan resiko kecelakaan akibat
kerja yang dapat ditimbulkan oleh alat-alat yang berteknologi tinggi tersebut, terutama
bila petugas yang bekerja di kamar bedah kurang mendapatkan pendidikan dan pelatihan
keterampilan, khususnya pelatihan yang berhubungan dengan penggunaan alat-alat serta
penanganan bahaya infeksi nosokomial yang dapat ditimbulkannya dikamar bedah.
Salah satu cara mencegah terjadinya penyakit akibat kerja yang tidak terduga
tersebut, yaitu dengan jalan menurunkan dan mengendalikan sumber bahaya tersebut,
melalui penyediaan dan penggunaan APD. Akan tetapi walaupun telah disediakan pihak
rumah sakit, namun efektivitas penggunaan APD tergantung pada faktor pemakainya.
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu di tingkatkan upaya dan program
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) antara lain, peningkatan kesadaran, kedisiplinan
K3 terutama lingkungan kamar bedah di rumah sakit. Dan melakukan upaya pencegahan
terjadinya kecelakaan dengan menutupi sumber bahaya bila memungkinkan, akan tetapi
sering keadaan bahaya tersebut belum sepenuhnya dapat dikendalikan. Untuk itu perlu
dilakukan usaha pencegahan dengan cara menggunakan alat pelindung diri (Personal
Protective Devices) yang umum sering disingkat dengan APD (Kusuma,S.P, 1986).
Resiko infeksi nosokomial dapat terjadi antar pasien, dari pasien ke petugas, dari
petugas ke pasien dan antar petugas. Berbagai prosedur penanganan pasien
memungkinkan petugas terpajan dengan kuman yang berasal dari pasien. Infeksi petugas
juga berpengaruh pada mutu pelayanan karena para petugas menjadi sakit sehingga tidak
dapat melayani pasien, dengan demikian penggunaan alat pelindung diri sangat tepat agar
dapat membatasi penyebaran infeksi nosokomial tersebut. Salah satu langkah dari
Untuk tatalaksana dan alur kesehatan dan keselamatan kerja dapat dilihat pada buku
pedoman K3RS Rumah Sakit Umum Nur Hayati
Mutu pelayanan harus memiliki standar mutu yang jelas, artinya setiap jenis
pelayanan haruslah mempunyai indikator dan standarnya. Dengan demikian pengguna jasa
dapat membedakan pelayanan yang baik dan tidak baik melalui indikator dan standarnya.
Mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia/tenaga
kerja, proses dan tugas serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan
atau konsumen.
Pengendalian mutu pelayanan bedah di Instalasi Bedah Sentral disusun berdasarkan
Kepmenkes No.126 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, meliputi
:
1. Waktu tunggu Operasi elektif ≤ 2 hari
2. Kejadian Kematian di meja operasi ≤ 1 %
3. Tidak adanya kejadian operasi salah sisi Salah insisi 100%
4. Tidak adanya kejadian operasi salah orang 100%
5. Tidak adanya kejadian salah tindakan pada operasi 100%
6. Tidak adanya kejadian tertinggalnya benda asing/lain pada tubuh pasien setelah operasi
100%
7. Komplikasi anastesi karena overdosis, reaksi anastesi, dan salah penempatan
endotracheal tube ≤ 6 %
Pelaksanaan Pengendalian Mutu di Instalasi Bedah Sentral setiap bulan dilaporkan ke
Bidang Pelayanan Medik RSU Nur Hayati
.
1. LATAR BELAKANG
Kemajuan tehnologi saat ini, menuntut para pemberi pelayanan kesehatan agar
memberikan pelayanan yang bermutu. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat peningkatan mutu kualitas layanan merupakan salah satu aspek yang
sangat penting bagi rumah sakit sebagai penyedia layanan kesehatan. Begitu juga bagi
pelayanan bedah dan anestesi merupakan proses yang umum dan komplek di rumah sakit,
tindakan ini membutuhkan asessmen pasien yang lengkap dan komprehensif, perencanaan
asuhan yang terintegrasi, monitoring pasien yang berkesinambungan dan kriteria transfer
untuk pelayanan yang berkelanjutan, rehabilitasi, akhirnya transfer dan pemulangan pasien.
Standar bedah dan anestesi dipakai dalam tata anestesi apapun dan atau sedasi ringan,
moderat (sedang) dan berat, serta prosedur invasif lainnya yang membutuhkan persetujuan
atau informed consent di lingkungan rumah sakit seperti pelayanan rawat jalan, pelayanan di
IGD, pelayanan di Radiologi, pelayanan intensif dan pelayanan lainnya.
2. TUJUAN
Sebagai acuan untuk perawatan dan pengobatan berkelanjutan dan riwayat kesehatan pasien
terdahulu.
3. PENGERTIAN
Laporan operasi adalah tindakan penulisan pada lembar rekam medik pasien yang wajib
dilakukan oleh dokter operator bedah setelah melakukan tindakan operasi yang berupa
rincian spesifik tindakan pembedahan yang dilakukan sampai dari temuan yang didapatkan
selama tindakan pembedahan, komplikasi atau tidak adanya komplikasi, perdarahan dan alat
kesehatan yang dipakai ( implant, drain dlsb ).
Laporan operasi ini harus dibuat dan ditandatangani oleh dokter operator bedah yang
melakukan tindakan pembedahan serta diberi waktu dan tanggal tindakan pembedahan yang
dilakukan.
2. Tata cara pembuatan laporan operasi oleh Dokter Spesialis atau Dokter Spesialis
bedah Umum :
Suatu tindakan penulisan pada lembar status rekam medik pasien yang wajib
dilakukan oleh dokter yang melakukan tindakan pembedahan berupa rincian spesifik
tindakan pembedahan sampai dari temuan yang didapatkan selama tindakan
pembedahan, komplikasi atau tidak adanya komplikasi, perdarahan dan alat kesehatan
yang dipakai ( implant, drain dlsb ).
Prosedur :
1. Rumah sakit dalam hal ini melalui rekam medik menyediakan lembar laporan operasi
sesuai dengan penomoran dari rekam medik.
2. Perawat instalasi kamar operasi menyediakan lembar laporan operasi Setelah Dokter
melakukan tindakan pembedahan,
3. Dokter menulis rincian spesifik tindakan pembedahan yang dilakukan pada lembar
laporan operasi yang telah disediakan oleh perawat.
4. Lembar laporan operasi berisi sebagai berikut :
a. Identitas pasien : nama pasien, umur, ruang, no register dan no rekam medik,
tanggal operasi.
b. Diagnosa pra bedah.
c. Diagnosa pasca bedah.
d. Jaringan/cairan yang diambil, jaringan dikirim untuk PA atau tidak, tindakan
operasi.
e. Jam mulai dan selesai operasi, lama operasi, jam mulai dan selesai pembiusan,
lama pembiusan.
f. Macam operasi : bersih, bersih terkontaminasi, terkontaminasi, kotor.
5.DOKUMENTASI
1. Setelah dokter spesialis bedah menulis laporan operasi, lembar laporan operasi ini
disertakan dalam status pasien.
2. Sebelum dokter spesialis bedah meninggalkan kamar operasi, laporan operasi harus
sudah ditulis dan di tandatangani.