Anda di halaman 1dari 289

1

ANALISIS SISTEM PEMBAGIAN AIR IRIGASI


UNTUK KEBUTUHAN LAHAN PERTANIAN PADA
BENDUNG BERINGIN SILA
DI KECAMATAN UTAN KABUPATEN SUMBAWA
Oleh : Didin Najimudin.

ABSTRAK

Air dalam pertanian merupakan kebutuhan pokok, terutama


dalam budidaya tanaman padi atau persawahan. Yang didukung
oleh irigasi sebagai penyedia air yang akan disalurkan melalui
saluran –saluran sebanyak keperluan untuk tumbuh dan
berkembang bagi tanaman. Dalam memenuhi kebutuhan air luas
tanah dalam pengairan akan di bagi –bagi dengan jumlah,
waktu , dan mutu yang tepat sehingga dapat memudahkan
dalam pembagian airnya.

Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan air irigasi pada


Daerah Irigasi Bringin Sila Kecamatan Utan terutama di Desa
Motong dan Desa Sekokok diperoleh kebutuhan air sebesar 0.41
Ltr/Dtk/Ha dan debit saluran sebesar 0.374 Ltr/Dtk/Ha dimana
kebutuhan air lebih besar dari debit saluran yang menyebabkan
kekurangan air yang disebabkan oleh sistem pembagian air yang
kurang merata.Sehingga pembagian air menggunakan sistem
bergiliran.

Berdasarkan dari hasil perhitungan untuk penjadwalan


pembagian air yang efektif dibagi menjadi tiga golongan dengan
luas lahan masing –masing,dan dari tiga golongan tersebut
pembagian air dijadikan tiga periode yang pembagian air irigasi
setiap dua minggu perotasi dimana dua golongan di buka dan
satu golongan di tutup agar petugas pintu air lebih leluasa dalam
melaksanakan pembagian air yang lebih optimal.

Kata Kunci: Irigasi, Kebutuhan Air, Debit Saluran, Sistem


Pembagian Air.
2

PENDAHULUAN
Air dalam pertanian merupakan kebutuhan pokok,
terutama dalam budidaya tanaman padi atau persawahan.
Seringkali terdengar berita mengenai konfik air antar petani
atau bahkan antara petani dengan pengguna air lainnya,
seperti perusahaan air minum, petani kolam atau perikanan,
dan sebagainya. Hal ini karena air semakin hari semakin
memiliki nilai ekonomi yang mahal baik dari segi kuantitas
maupun kualitas.
Irigasi adalah upaya pemberian air dalam bentuk
lengas (kelembaban) tanah sebanyak keperluan untuk
tumbuh dan berkembang bagi tanaman. Pengertian lain dari
irigasi adalah penambahan kekurangan kadar air tanah
secara buatan yakni dengan memberikan air secara
sistematis pada tanah yang diolah.
Irigasi bagi tanaman padi berfungsi sebagai penyedia
air yang cukup dan stabil untuk produksi padi. Luas tanah
atau sawah di dalam daerah pengairan di bagi–bagi
sedemikian rupa sehingga memudahkan pembagian airnya.
Adapun cara pembagiannya tergantung pada tujuan
pengairan itu dan kebutuhan air untuk pertanian. Air yang
disalurkan ke sawah melalui sistem jaringan irigasi yang
terdiri atas saluran –saluran dengan bangunan pengendali.
Kapasitas irigasi dalam kaitannya dengan
ketersediaan air untuk tanaman padi dapat dikaji melalui
permasalahan irigasi, dan faktor - faktor yang
mempengaruhi terhadap pengelolahan air irigasi.
3

Ketersedian air irigasi untuk tanaman padi banyak


dipengaruhi oleh beberapa faktor kondisi tanah, jenis
tanaman, iklim, tofograf, sosial, ekonomi dan budaya
masyarakat.
Tanaman padi merupakan tanaman yang banyak
membutuhkan air, khususnya pada saat tumbuh mereka
harus selalu tergenangi air. Agar produktivitas padi dapat
efektif dalam satu satuan luas lahan, maka dibutuhkan
suplay air yang cukup melalui irigasi. Irigasi merupakan
prasarana untuk meningkatkan intensitas panen per tahun.
Tersedianya air irigasi yang cukup terkontrol merupakan
input untuk meningkatkan produksi padi.
Bendung Beringin Sila merupakan salah satu
pemasok air irigasi yang berada di wilayah Kecamatan Utan
Kabupaten Sumbawa. Bendung ini direncanakan bisa
memenuhi kebutuhan irigasi di daerah sekitarnya seluas ±
2400 Ha.
Dengan melihat kondisi yang ada di daerah irigasi
Beringin Sila banyak masyarakat yang kekurangan air untuk
lahan pertanian mereka. Pada awalnya kebutuhan air pada
Daerah Irigasi Beringin Sila bisa mencukupi, tetapi pada
beberapa tahun ini ada sikitar 40% lahan pertanian yang
kekeringan atau tidak mendapat air irigasi, sehingga
masyarakat banyak yang gagal panen, terutama di Desa
Motong dan Desa Sekokok Kecamatan Utan. Dari 582,91 Ha
luas lahan, sekitar 230 Ha yang tidak kebagian air irigasi,
sementara sebagian besar masyarakat yang ada di Desa
Motong dan Desa Sekokok yang berprofesi sebagai petani.
Maka dari permasalahan tersebut penulis ingin
melakukan penelitian pada Daerah Irigasi Beringin Sila
Kecamatan Utan tentang sistem pembagian air irigasi.
4

Adapun sistem yang ada pada saat ini menggunakan sistem


terus-menerus. Untuk menindaklanjuti hal tersebut, dengan
memperhatikan kondisi yang ada dan rencana
pengembangan di masa yang akan datang maka menjadi
acuan bagi penulis untuk mengajukan skripsi dengan judul
“Analisis Sistem Pembagian Air Irigasi Untuk
Kebutuhan Lahan Pertanian Pada Bendung Beringin
Sila Di Kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa ”.

METODELOGI PENELITIAN
Daerah penelitian yang menjadi tinjauan, mengambil
lokasi Daerah Irigasi Bendung Beringin Sila yaitu di Desa
Motong dan Desa Sekokok Kecamatan Utan Kabupaten
Sumbawa, sedangkan waktu penelitian di laksanakan
selama 3 bulan yaitu dari bulan Juni sampai dengan bulan
Agustus 2012.

Jenis Dan Sumber Data


1 Data Primer
3.00

MA
1
1 1.20
0.90

0.60

Gambar 1 :Dimensi Saluran Sekunder


5

Dimensi saluran pada saluran sekunder di lokasi


penelitian dengan tinggi air 0,90 m, lebar atas saluran 3,00
m lebar bawah saluran 0,60 m dan tinggi jagaan 0,30 m.
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat dari pihak
lain yang telah dipublikasikan antara lain buku – buku
referensi artikel dan praturan yang berkaitan dengan topik
studi.
Data sekunder terdiri dari :
 Data Curah Hujan
 Data Klimatologi
 Gambar Skema Jaringan Irigasi
 Gambar Topograf daerah Penelitian
 Foto Jaringan Irigasi

Teknik Pengumpulan Data


1 Pekerjaan Persiapan
Survey lokasi dilakukan bertujuan untuk peninjauan
secara langsung dalam mengidentifkasi permasalahan
yang ada di lokasi studi penelitian.
2 Kunjungan Ke Lokasi
Kunjungan ke lokasi dilakukan ke kantor Instansi
terkait seperti Dinas Pekerjaan Umum Sumbawa Besar,
Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Badan Meteorologi
Klimatologi Dan Geofsika (BMKG) Sumbawa Besar, kantor
UPT Pengairan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Sumbawa, yang bertempat di kecamatan Utan, serta
tinjauan langsung ke lokasi penelitian.
Analisis Data
Langkah-langkah dalam menganalisis data penelitian
ini adalah sebagai berikut :
6

 Analisis curah hujan efektif dihitung dengan


menggunakan persamaan ( 2.1 )
 Perhitungan evaporasi potensial dihitung dengan
menggunakan persamaan (2.10 )
 Perhitungan kebutuhan air irigasi dengan mengunakan
persamaan (2.11)
 Perhitungan kebutuhan air selama penyiapan lahan
dengan mengunakan persamaan (2.12)
 Perhitungan kebutuhan air untuk konsumtif tanaman
dengan mengunakan persamaam (2.16)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Bendung Beringin Sila adalah salah satu bendung
yang berada di kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa. Sistem
pembagian air yang dilaksanakan sekarang adalah sistem
terus-menerus, dengan kondisi daerah irigasinya terdapat
kekurangan air, terutama di Desa Motong dan Desa Sekokok
dari 582,91 Ha sekitar 230 Ha yang tidak kebagian air irigasi.
Menghitung Curah hujan Efektif
Hujan Rata-Rata 15 Hari
Nilai 51 diambil dari data curah hujan tertinggi yang terjadi
pada per15 hari dari 30 hari dapat dilihat pada lampiran
Tabel 1 Curah Hujan rata-rata 15 harian (mm)
Bulan Periode Curah Hujan Mak. Peringkat ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Januari 1 51 36 24 - 13 41 22 57 23 29
2 41.5 12 14 - 5 28 7 29 14 28
Februari 1 71.5 77 100 - 48 65 20 20 38 24
2 57.5 44 65 - 41 44 20 16 31 21
Maret 1 24 55 87 17 39 70 31 24 31 90
7

2 16.5 38 48 15 39 66 3 14 22 78
Apr 1 9 43 14 49 13 40 8 41 97 36
2 4.5 20 10 31 10 26 4 27 42 21
Mei 1 9 18 10 36 30 3 26 15 36 4
2 6 14 - 31 15 2 7 15 19 2
Juni 1 8 5 20 - 3 45 - 17 - -
2 - - 5 - 1 5 - 11 - -
Juli 1 - - - - - 4 - 98 - -
2 - - - - - - - 13 - -
Agustus 1 - - 5 - - - - 38 - -
2 - - 3 - - - - 1 - -
September 1 9 - 2 - - - - 25 - -
2 4 - - - - - - 23 - -
Oktober 1 25 15 44 - 15 20 9 49 12 -
2 15 9 21 - 7 17 1 37 3 -
November 1 64.5 25 41 7 16 40 6 14 22 -
2 41 19 34 - 15 28 1 8 10 -
Desember 1 58 85 65 89 56 - 33 46 28 -
2 35 63 47 30 39 - 25 29 24 -
Sumber :perhitungan

Re80 = (10/5)+1 = 3
Dari tabel 1 didapat Re80 berada pada tahun
kesepuluh dan urutan ke 3 dari data curah hujan yang
terkecil
4.2.2 Perhitungan Curah hujan Efektif Tanaman
Tabel 2 Perhitungan Curah Hujan Efektif padi dan palawija
Reff (mm/ hari)
Bulan Periode Re80
Padi Palawija
Jan 1 28.50 1.33 0.94
2 28.00 1.31 0.94
Feb 1 24.00 1.12 0.79
2 20.50 0.96 0.79
Mar 1 89.50 4.18 2.70
2 78.00 3.64 2.70
Apr 1 36.00 1.68 0.91
2 20.50 0.96 0.00
Mei 1 4.00 0.19 0.10
2 2.00 0.09 0.10
Jun 1 0.00 0.00 0.00
2 0.00 0.00 0.00
Jul 1 0.00 0.00 0.00
2 0.00 0.00 0.00
8

Agt 1 0.00 0.00 0.00


2 0.00 0.00 0.00
Sept 1 0.00 0.00 0.00
2 0.00 0.00 0.00
Okt 1 0.00 0.00 0.00
2 0.00 0.00 0.00
Nov 1 0.00 0.00 0.00
2 0.00 0.00 0.00
Des 1 0.00 0.00 0.00
2 0.00 0.00 0.00
Sumber : Hasil Hitungan

Dari tabel 4.1 Hujan efektif untuk padi di ambil yang


maksimum adalah 4,18 mm/hari dan untuk palawija adalah
2,70 mm/hari.
Perhitungan Evaporasi Potensial

1. Perhitungan Evaporasi Potensial pada Bulan Januari


Step 1 = Mencari Harga Tekanan Uap Air Jenuh
(ea) (mbar)
Data = Temperatur (T) : 26.8
Di dapat (ea) : 33.74 mbar (Terdapat pada tabel
2.1.)
Step 2 = Mencari Tekanan Uap Air Nyata (ed)
(mbar)
ed = ea x RH
= 33.74 x 87 %
= 29.35 mbar
Step 3 = Mencari Harga Perbedaan Tekanan Uap
Air
= ea - ed
= 4.39 mbar
Step 4 = Mencari harga fungsi Angin f(U)

f(U) = 0.27 x (1 +U/100)


= 0.27 x 1 + U/100
9

= 0.32 Km/hari
Step 5 = Mencari harga faktor (W) dan (1-W)
Data = 26.8 O
C dan ketinggian rat-
rata air laut 0 maka W didapat
W = 0.24 dan (1-W)
= 0.76
Step 6 = Mencari harga radiasi ektra teressial

Ra = Lokasi berada di 08.25 o


Ls
Ra = 16.7 mm/hari
Step 7 = Mencari harga radiasi gelombang Pendek
(Rs)
Rs = { 0.25 + 0.5 x (n/N)} x Ra

= 6.16 mm/ hari


Step 8 = Mencari harga f(T) koreksi terhadap
akibat Temperatur
f(T) = 26.8 O
C
Maka f(T) = 15.19
Step 9 = Mencari harga f(ed) koreksi akibat
tekanan uap nyata
f(ed) = 0.34 - 0.044 √29.41
= 0.10
Step 10= Mencari harga f(n/N)
= (0.1 + 0.9 (n/N)
= 0.65
Step 11= Mencari harga radiasi Netto gel. Panjang (Rn1)

Rn1 = f(T) x f(ed) x f(n/N)

= 0.99 mm/ hari


Step 12= Mencari harga neeto gelombang pendek (Rns)
10

Rns = Rs x (1 -a )
a = 0.25 Koefsien Pemantulan

Rns = 4.62 mm/ hari


Step 13= Mencari harga radiasi netto (Rn)

Rn = Rns - Rn1
= 3.63
Step 14= Mencari harga faktor koreksi ( c )

= 1.04
Perhitungan Evaporasi (Eto)

Eto = c { W. Rn + (1-W). f (u). (ea - ed)

= 2.03
2. Perhitungan Evporasi Untuk Bulan Februari

Step 1 = Mencari Harga Tekanan Uap Air Jenuh


(ea) (mbar)
Data = Temperatur (T) : 27.3
Di dapat (ea) : 35.7 mbar (Terdapat pada
tabel 2.1.)
Step 2 = Mencari Tekanan Uap Air Nyata (ed)
(mbar)
ed = ea x RH
= 35.7 x 85 %
= 30.30 mbar

Step 3 = Mencari Harga Perbedaan Tekanan Uap


Air
= ea - ed
= 5.35 mbar
11

Step 4 = Mencari harga fungsi Angin f(U)

f(U) = 0.27 x (1 +U/100)

= 0.27 x 1 + U/100
= 0.33 Km/hari
Step 5 = Mencari harga faktor (W) dan (1-W)

Data = 27.3 O
C dan ketinggian rat-rata air laut 0 maka
W didapat
W = 0.24 dan (1-W)
= 0.76
Step 6 = Mencari harga radiasi ektra teressial

Ra = Lokasi berada di 08.25 o


Ls

Ra = 16.7 mm/hari
Step 7 = Mencari harga radiasi gelombang Pendek
(Rs)
Rs = { 0.25 + 0.5 x (n/N)} x Ra

= 7.01 mm/ hari


Step 8 = Mencari harga f(T) koreksi terhadap
akibat Temperatur
f(T) = 27.3 O
C
Data = 27.3 O
C
Maka f(T) = 16.80
Step 9 = Mencari harga f(ed) koreksi akibat
tekanan uap nyata
f(ed) = 0.34 - 0.044 √30.3
= 0.09
Step 10= Mencari harga f(n/N)
= (0.1 + 0.9 (n/N)
12

= 0.82
Step 11= Mencari harga radiasi Netto gel. Panjang (Rn1)

Rn1 = f(T) x f(ed) x f(n/N)

= 1.24 mm/ hari


Step 12= Mencari harga neeto gelombang pendek (Rns)

Rns = Rs x (1 -a )
a = 0.25 Koefsien Pemantulan

= 5.26 mm/ hari


Step 13= Mencari harga radiasi netto (Rn)

Rn = Rns - Rn1
= 4.02
Step 14= Mencari harga faktor koreksi ( c )

= 1.04
Perhitungan Evaporasi (Eto)

Eto = c { W. Rn + (1-W). f (u). (ea - ed)

= 2.40
3. Perhitungan Evaporasi Untuk Bulan Maret
Step 1 = Mencari Harga Tekanan Uap Air Jenuh
(ea) (mbar)
Data = Temperatur (T) : 27.4
Di dapat (ea) : 35.7 mbar (Terdapat pada
tabel 2.1.)
Step 2 = Mencari Tekanan Uap Air Nyata (ed)
(mbar)
ed = ea x RH
= 35.7 x 81 %
13

= 28.9 mbar
Step 3 = Mencari Harga Perbedaan Tekanan Uap
Air
= ea - ed
= 6.77 mbar
Step 4 = Mencari harga fungsi Angin f(U)

f(U) = 0.27 x (1 +U/100)

= 0.27 x 1 + U/100
= 0.32 Km/hari
Step 5 = Mencari harga faktor (W) dan (1-W)

Data = 27.4 O
C dan ketinggian rat-rata air laut 0 maka
W didapat
W = 0.24 dan (1-W)
= 0.76
Step 6 Mencari harga radiasi ektra teressial

Ra = Lokasi berada di 08.25 o


Ls

Ra = 16.7 mm/hari
Step 7 = Mencari harga radiasi gelombang Pendek
(Rs)
Rs = { 0.25 + 0.5 x (n/N)} x Ra

= 7.71 mm/ hari


Step 8 = Mencari harga f(T) koreksi terhadap
akibat Temperatur
f(T)
Data = 27.4 O
C
Maka f(T) = 16.80
14

Step 9 = Mencari harga f(ed) koreksi akibat


tekanan uap nyata
f(ed) = 0.34 - 0.044 √28.9
= 0.08
Step 10= Mencari harga f(n/N)

= (0.1 + 0.9 (n/N)


= 0.87
Step 11= Mencari harga radiasi Netto gel. Panjang (Rn1)

Rn1 = f(T) x f(ed) x f(n/N)

= 1.17 mm/ hari


Step 12= Mencari harga neeto gelombang pendek (Rns)

Rns = Rs x (1 -a )
a = 0.25 Koefsien Pemantulan

= 5.78 mm/ hari


Step 13= Mencari harga radiasi netto (Rn)

Rn = Rns - Rn1
= 4.61
Step 14 Mencari harga faktor koreksi ( c )

= 1.04
Perhitungan Evaporasi (Eto)

Eto = c { W. Rn + (1-W). f (u). (ea - ed)

= 2.85
4. Perhitungan Evaporasi Untuk Bulan April
Step 1 = Mencari Harga Tekanan Uap Air Jenuh (ea) (mbar)
Data = Temperatur (T) : 27.6
15

Di dapat (ea) : 35.7 mbar (Terdapat pada tabel 2.1.)


Step 2 = Mencari Tekanan Uap Air Nyata (ed) (mbar)
ed = ea x RH
= 35.7 x 84 %
= 29.9 mbar
Step 3 = Mencari Harga Perbedaan Tekanan Uap Air
= ea - ed
= 5.70 mbar
Step 4 = Mencari harga fungsi Angin f(U)
f(U) = 0.27 x (1 +U/100)
= 0.27 x 1 + U/100
= 0.31 Km/hari
Step 5 = Mencari harga faktor (W) dan (1-W)
O
Data = 27.6 C dan ketinggian rat-rata air laut 0 maka W didapat
W = 0.24 dan (1-W)
= 0.76
Step 6 = Mencari harga radiasi ektra teressial
Ra = Lokasi berada di 08.25 o Ls
Ra = 16.7 mm/hari
Step 7 = Mencari harga radiasi gelombang Pendek (Rs)
Rs = { 0.25 + 0.5 x (n/N)} x Ra
= 6.68 mm/ hari

Step 8 = Mencari harga f(T) koreksi terhadap akibat Temperatur


f(T)
O
Data = 27.6 C
Maka f(T) = 16.80
Step 9 = Mencari harga f(ed) koreksi akibat tekanan uap nyata
f(ed) = 0.34 - 0.044 √29.9
= 0.10
Step 10= Mencari harga f(n/N)
= (0.1 + 0.9 (n/N)
16

= 0.79
Step 11= Mencari harga radiasi Netto gel. Panjang (Rn1)
Rn1 = f(T) x f(ed) x f(n/N)
= 1.33 mm/ hari
Step 12= Mencari harga neeto gelombang pendek (Rns)
Rns = Rs x (1 -a )
a = 0.25 Koefisien Pemantulan
= 5.01 mm/ hari
Step 13= Mencari harga radiasi netto (Rn)
Rn = Rns - Rn1
= 3.68
Step 14= Mencari harga faktor koreksi ( c )
= 1.04
Perhitungan Evaporasi (Eto)
Eto = c { W. Rn + (1-W). f (u). (ea - ed)
= 2.34

5. Perhitungan Evaporasi Untuk Bulan Mei

Step 1 = Mencari Harga Tekanan Uap Air Jenuh


(ea) (mbar)
Data = Temperatur (T) : 27.2
Di dapat (ea) : 35.7 mbar (Terdapat pada
tabel 2.1.)
Step 2 = Mencari Tekanan Uap Air Nyata (ed)
(mbar)
17

ed = ea x RH
= 35.7 x 85 %
= 30.3 mbar
Step 3 = Mencari Harga Perbedaan Tekanan Uap
Air
= ea - ed
= 5.35 mbar
Step 4 = Mencari harga fungsi Angin f(U)

f(U) = 0.27 x (1 +U/100)

= 0.27 x 1 + U/100
= 0.31 Km/hari

Step 5 = Mencari harga faktor (W) dan (1-W)

Data = 27.2 O
C dan ketinggian rat-rata air laut 0 maka
W didapat
W = 0.24 dan (1-W)
= 0.76
Step 6 = Mencari harga radiasi ektra teressial

Ra = Lokasi berada di 08.25 o


Ls

Ra = 16.7 mm/hari
Step 7 = Mencari harga radiasi gelombang Pendek
(Rs)
Rs = { 0.25 + 0.5 x (n/N)} x Ra
= 5.18 mm/ hari

Step 8 = Mencari harga f(T) koreksi terhadap


akibat Temperatur
Data = 27.2 O
C
18

Maka f(T) = 16.80


Step 9 = Mencari harga f(ed) koreksi akibat
tekanan uap nyata
f(ed) = 0.34 - 0.044 √30.3
= 0.08
Step 10= Mencari harga f(n/N)

= (0.1 + 0.9 (n/N)


= 0.63
Step 11= Mencari harga radiasi Netto gel. Panjang (Rn1)

Rn1 = f(T) x f(ed) x f(n/N)


= 0.85 mm/ hari
Step 12= Mencari harga neeto gelombang pendek (Rns)

Rns = Rs x (1 -a )
a = 0.25 Koefsien Pemantulan

= 3.88 mm/ hari


Step 13= Mencari harga radiasi netto (Rn)

Rn = Rns - Rn1
= 3.03
Step 14= Mencari harga faktor koreksi ( c )

= 1.04
Perhitungan Evaporasi (Eto)

Eto = c { W. Rn + (1-W). f (u). (ea - ed)

= 2.05
6. Perhitungan Evaporasi Untuk Bulan Juni
19

Step 1 = Mencari Harga Tekanan Uap Air Jenuh


(ea) (mbar)
Data = Temperatur (T) : 26.2
Di dapat (ea) : 33.74 mbar (Terdapat pada
tabel 2.1.)
Step 2 = Mencari Tekanan Uap Air Nyata (ed)
(mbar)
ed = ea x RH
= 33.7 x 76 %
= 25.6 mbar

Step 3 = Mencari Harga Perbedaan Tekanan Uap


Air
= ea - ed
= 8.10 mbar
Step 4 = Mencari harga fungsi Angin f(U)

f(U) = 0.27 x (1 +U/100)

= 0.27 x 1 + U/100
= 0.31 Km/hari
Step 5 = Mencari harga faktor (W) dan (1-W)

Data = 26.2 O
C dan ketinggian rat-rata air laut 0 maka
W didapat
W = 0.24 dan (1-W)
= 0.76
Step 6 = Mencari harga radiasi ektra teressial

Ra = Lokasi berada di 08.25 o


Ls

Ra = 16.7 mm/hari
20

Step 7 = Mencari harga radiasi gelombang Pendek


(Rs)
Rs = { 0.25 + 0.5 x (n/N)} x Ra

= 7.68 mm/ hari


Step 8 = Mencari harga f(T) koreksi terhadap
akibat Temperatur
Data = 26.2 O
C
Maka f(T) = 15.19
Step 9 = Mencari harga f(ed) koreksi akibat
tekanan uap nyata
f(ed) = 0.34 - 0.044 √25.6
= 0.12
Step 10= Mencari harga f(n/N)

= (0.1 + 0.9 (n/N)


= 0.90
Step 11= Mencari harga radiasi Netto gel. Panjang (Rn1)

Rn1 = f(T) x f(ed) x f(n/N)

= 1.61 mm/ hari


Step 12= Mencari harga neeto gelombang pendek (Rns)

Rns = Rs x (1 -a )
a = 0.25 Koefsien Pemantulan

= 5.76 mm/ hari


Step 13= Mencari harga radiasi netto (Rn)

Rn = Rns - Rn1
= 4.15
Step 14= Mencari harga faktor koreksi ( c )
21

= 1.04
Perhitungan Evaporasi (Eto)

Eto = c { W. Rn + (1-W). f (u). (ea - ed)

= 3.03
7. Perhitungan Evaporasi Untuk Bulan Juli

Step 1 = Mencari Harga Tekanan Uap Air Jenuh


(ea) (mbar)
Data = Temperatur (T) : 26.1
Di dapat (ea) : 33.74 mbar (Terdapat pada
tabel 2.1.)
Step 2 = Mencari Tekanan Uap Air Nyata (ed)
(mbar)
ed = ea x RH
= 33.7 x 78 %
= 26.3 mbar
Step 3 = Mencari Harga Perbedaan Tekanan Uap
Air
= ea - ed
= 7.42 mbar
Step 4 = Mencari harga fungsi Angin f(U)

f(U) = 0.27 x (1 +U/100)

= 0.27 x 1 + U/100
= 0.33 Km/hari
Step 5 = Mencari harga faktor (W) dan (1-W)

Data = 26.1 O
C dan ketinggian rat-rata air laut 0 maka
W didapat
W = 0.24 dan (1-W)
22

= 0.76
Step 6 = Mencari harga radiasi ektra teressial

Ra Lokasi berada di 08.25 o


Ls

Ra = 16.7 mm/hari
Step 7 = Mencari harga radiasi gelombang Pendek
(Rs)
Rs = { 0.25 + 0.5 x (n/N)} x Ra

= 7.26 mm/ hari


Step 8 = Mencari harga f(T) koreksi terhadap
akibat Temperatur
Data = 26.1 O
C
Maka f(T) = 15.19
Step 9 = Mencari harga f(ed) koreksi akibat
tekanan uap nyata
f(ed) = 0.34 - 0.044 √26.3
= 0.12
Step 10= Mencari harga f(n/N)

= (0.1 + 0.9 (n/N)


= 0.86
Step 11= Mencari harga radiasi Netto gel. Panjang (Rn1)

Rn1 = f(T) x f(ed) x f(n/N)

= 1.53 mm/ hari


Step 12= Mencari harga neeto gelombang pendek (Rns)

Rns = Rs x (1 -a )
a = 0.25 Koefsien Pemantulan

= 5.45 mm/ hari


23

Step 13= Mencari harga radiasi netto (Rn)

Rn = Rns - Rn1
= 3.92
Step 14= Mencari harga faktor koreksi ( c )

= 1.04
Perhitungan Evaporasi (Eto)

Eto = c { W. Rn + (1-W). f (u). (ea - ed)

= 2.93
8. Perhitungan Evaporasi Untuk Bulan Agustus

Step 1 = Mencari Harga Tekanan Uap Air Jenuh


(ea) (mbar)
Data = Temperatur (T) : 26.2
Di dapat (ea) : 33.74 mbar (Terdapat pada
tabel 2.1.)
Step 2 = Mencari Tekanan Uap Air Nyata (ed)
(mbar)
ed = ea x RH
= 33.7 x 72 %
= 24.3 mbar
Step 3 = Mencari Harga Perbedaan Tekanan Uap
Air
= ea - ed
= 9.45 mbar
Step 4 = Mencari harga fungsi Angin f(U)

f(U) = 0.27 x (1 +U/100)

= 0.27 x 1 + U/100
= 0.32 Km/hari
24

Step 5 = Mencari harga faktor (W) dan (1-W)

Data = 26.2 O
C dan ketinggian rat-rata air laut 0 maka
W didapat
W = 0.24 dan (1-W)
= 0.76
Step 6 = Mencari harga radiasi ektra teressial

Ra = Lokasi berada di 08.25 o


Ls

Ra = 16.7 mm/hari
Step 7 = Mencari harga radiasi gelombang Pendek
(Rs)
Rs = { 0.25 + 0.5 x (n/N)} x Ra
= 8.02 mm/ hari
Step 8 = Mencari harga f(T) koreksi terhadap
akibat Temperatur
Data = 26.2 O
C
Maka f(T) = 15.19
Step 9 = Mencari harga f(ed) koreksi akibat
tekanan uap nyata
f(ed) = 0.34 - 0.044 √24.3
= 0.12
Step 10= Mencari harga f(n/N)

= (0.1 + 0.9 (n/N)


= 0.94
Step 11= Mencari harga radiasi Netto gel. Panjang (Rn1)

Rn1 = f(T) x f(ed) x f(n/N)

= 1.75 mm/ hari


Step 12= Mencari harga neeto gelombang pendek (Rns)
25

Rns = Rs x (1 -a )
a = 0.25 Koefsien Pemantulan
= 6.01 mm/ hari

Step 13= Mencari harga radiasi netto (Rn)

Rn = Rns - Rn1
= 4.26
Step 14= Mencari harga faktor koreksi ( c )

= 1.04
Perhitungan Evaporasi (Eto)

Eto = c { W. Rn + (1-W). f (u). (ea - ed)

= 3.48
9. Perhitungan Evaporasi Untuk Bulan September

Step 1 = Mencari Harga Tekanan Uap Air Jenuh


(ea) (mbar)
Data = Temperatur (T) : 27.9
Di dapat (ea) : 35.65 mbar (Terdapat pada
tabel 2.1.)
Step 2 = Mencari Tekanan Uap Air Nyata (ed)
(mbar)
ed = ea x RH
= 35.7 x 77 %
= 27.5 mbar
Step 3 = Mencari Harga Perbedaan Tekanan Uap
Air
= ea - ed
= 8.20 mbar
Step 4 = Mencari harga fungsi Angin f(U)
26

f(U) = 0.27 x (1 +U/100)

= 0.27 x 1 + U/100
= 0.34 Km/hari
Step 5 = Mencari harga faktor (W) dan (1-W)

Data = 27.9 O
C dan ketinggian rat-rata air laut 0 maka
W didapat
W = 0.24 dan (1-W)
= 0.76
Step 6 = Mencari harga radiasi ektra teressial

Ra = Lokasi berada di 08.25 o Ls

Ra = 16.7 mm/hari
Step 7 = Mencari harga radiasi gelombang Pendek
(Rs)
Rs = { 0.25 + 0.5 x (n/N)} x Ra

= 7.26 mm/ hari


Step 8 = Mencari harga f(T) koreksi terhadap
akibat Temperatur
Data = 27.9 O
C
Maka f(T) = 16.80
Step 9 = Mencari harga f(ed) koreksi akibat
tekanan uap nyata
f(ed) = 0.34 - 0.044 √27.5
= 0.11
Step 10= Mencari harga f(n/N)
= (0.1 + 0.9 (n/N)
= 0.86
Step 11= Mencari harga radiasi Netto gel. Panjang (Rn1)
27

Rn1 = f(T) x f(ed) x f(n/N)

= 1.57 mm/ hari


Step 12= Mencari harga neeto gelombang pendek (Rns)

Rns = Rs x (1 -a )
a = 0.25 Koefsien Pemantulan
= 5.45 mm/ hari
Step 13= Mencari harga radiasi netto (Rn)

Rn = Rns - Rn1
= 3.88
Step 14= Mencari harga faktor koreksi ( c )

= 1.04
Perhitungan Evaporasi (Eto)

Eto = c { W. Rn + (1-W). f (u). (ea - ed)

= 3.15
10. Perhitungan Evaporasi Untuk Bulan Oktober

Step 1 = Mencari Harga Tekanan Uap Air Jenuh


(ea) (mbar)
Data = Temperatur (T) : 28.3
Di dapat (ea) : 37.76 mbar (Terdapat pada
tabel 2.1.)
Step 2 = Mencari Tekanan Uap Air Nyata (ed)
(mbar)
ed = ea x RH
= 37.76 x 80 %
= 30.2 mbar
Step 3 = Mencari Harga Perbedaan Tekanan Uap
Air
28

= ea - ed
= 7.55 mbar
Step 4 = Mencari harga fungsi Angin f(U)

f(U) = 0.27 x (1 +U/100)

= 0.27 x 1 + U/100
= 0.33 Km/hari
Step 5 = Mencari harga faktor (W) dan (1-W)

Data = 28.3 O
C dan ketinggian rat-rata air laut 0 maka
W didapat
W = 0.24 dan (1-W)
= 0.76
Step 6 = Mencari harga radiasi ektra teressial

Ra = Lokasi berada di 08.25 o


Ls

Ra = 16.7 mm/hari
Step 7 = Mencari harga radiasi gelombang Pendek
(Rs)
Rs = { 0.25 + 0.5 x (n/N)} x Ra
= 6.68 mm/ hari
Step 8 = Mencari harga f(T) koreksi terhadap
akibat Temperatur
Data = 28.3 O
C
Maka f(T) = 17.20
Step 9 = Mencari harga f(ed) koreksi akibat
tekanan uap nyata
f(ed) = 0.34 - 0.044 √30.2
= 0.10
Step 10= Mencari harga f(n/N)
29

= (0.1 + 0.9 (n/N)


= 0.79
Step 11= Mencari harga radiasi Netto gel. Panjang (Rn1)

Rn1 = f(T) x f(ed) x f(n/N)

= 1.34 mm/ hari


Step 12= Mencari harga neeto gelombang pendek (Rns)

Rns = Rs x (1 -a )
a = 0.25 Koefsien Pemantulan

= 5.01 mm/ hari


Step 13= Mencari harga radiasi netto (Rn)

Rn = Rns - Rn1
= 3.67
Step 14= Mencari harga faktor koreksi ( c )

= 1.04

Perhitungan Evaporasi (Eto)

Eto = c { W. Rn + (1-W). f (u). (ea - ed)


= 2.91
11. Perhitungan Evaporasi Untuk Bulan November

Step 1 = Mencari Harga Tekanan Uap Air Jenuh


(ea) (mbar)
Data = Temperatur (T) : 28.7
Di dapat (ea) : 37.76 mbar (Terdapat pada
tabel 2.1.)
Step 2 = Mencari Tekanan Uap Air Nyata (ed)
(mbar)
30

ed = ea x RH
= 37.76 x 81 %
= 30.6 mbar
Step 3 = Mencari Harga Perbedaan Tekanan Uap
Air
= ea - ed
= 7.17 mbar
Step 4 = Mencari harga fungsi Angin f(U)

f(U) = 0.27 x (1 +U/100)

= 0.27 x 1 + U/100
= 0.33 Km/hari
Step 5 = Mencari harga faktor (W) dan (1-W)

Data = 28.7 O
C dan ketinggian rat-rata air laut 0 maka
W didapat
W = 0.24 dan (1-W)
= 0.76
Step 6 = Mencari harga radiasi ektra teressial

Ra = Lokasi berada di 08.25 o Ls

Ra = 16.7 mm/hari
Step 7 = Mencari harga radiasi gelombang Pendek
(Rs)
Rs = { 0.25 + 0.5 x (n/N)} x Ra

= 6.93 mm/ hari


Step 8 = Mencari harga f(T) koreksi terhadap
akibat Temperatur
Data = 28.7 O
C
Maka f(T) = 17.20
31

Step 9 = Mencari harga f(ed) koreksi akibat


tekanan uap nyata
f(ed) = 0.34 - 0.044 √30.6
= 0.10
Step 10= Mencari harga f(n/N)

= (0.1 + 0.9 (n/N)


= 0.82
Step 11= Mencari harga radiasi Netto gel. Panjang (Rn1)

Rn1 = f(T) x f(ed) x f(n/N)

= 1.36 mm/ hari


Step 12= Mencari harga neeto gelombang pendek (Rns)

Rns = Rs x (1 -a )
a = 0.25 Koefsien Pemantulan

= 5.20 mm/ hari


Step 13= Mencari harga radiasi netto (Rn)

Rn = Rns - Rn1
= 3.83
Step 14= Mencari harga faktor koreksi ( c )
= 1.04
Perhitungan Evaporasi (Eto)

Eto = c { W. Rn + (1-W). f (u). (ea - ed)

= 2.81
12. Perhitungan Evaporasi Untuk Bulan Desember

Step 1 = Mencari Harga Tekanan Uap Air Jenuh


(ea) (mbar)
32

Data = Temperatur (T) : 27.4


Di dapat (ea) : 35.65 mbar (Terdapat pada
tabel 2.1.)
Step 2 = Mencari Tekanan Uap Air Nyata (ed)
(mbar)
ed = ea x RH
= 35.65 x 87 %
= 31.02 mbar
Step 3 = Mencari Harga Perbedaan Tekanan Uap
Air
= ea - ed
= 4.63 mbar
Step 4 = Mencari harga fungsi Angin f(U)

f(U) = 0.27 x (1 +U/100)

= 0.27 x 1 + U/100
= 0.32 Km/hari
Step 5 = Mencari harga faktor (W) dan (1-W)

Data = 27.4 O
C dan ketinggian rat-rata air laut 0 maka
W didapat
W = 0.24 dan (1-W)
= 0.76
Step 6 = Mencari harga radiasi ektra teressial

Ra = Lokasi berada di 08.25 o


Ls

Ra = 16.7 mm/hari
Step 7 = Mencari harga radiasi gelombang Pendek
(Rs)
Rs = { 0.25 + 0.5 x (n/N)} x Ra
33

= 3.51 mm/ hari


Step 8 = Mencari harga f(T) koreksi terhadap
akibat Temperatur
Data = 27.4 O
C
Maka f(T) = 16.80
Step 9 = Mencari harga f(ed) koreksi akibat
tekanan uap nyata
f(ed) = 0.34 - 0.044 √31.02
= 0.09
Step 10= Mencari harga f(n/N)

= (0.1 + 0.9 (n/N)


= 0.45
Step 11= Mencari harga radiasi Netto gel. Panjang (Rn1)

Rn1 = f(T) x f(ed) x f(n/N)

= 0.72 mm/ hari


Step 12= Mencari harga neeto gelombang pendek (Rns)

Rns = Rs x (1 -a )
a = 0.25 Koefsien Pemantulan

= 2.63 mm/ hari


Step 13= Mencari harga radiasi netto (Rn)

Rn = Rns - Rn1
= 1.91
Step 14= Mencari harga faktor koreksi ( c )

= 1.04
Perhitungan Evaporasi (Eto)
34

Eto = c { W. Rn + (1-W). f (u). (ea - ed)

= 1.65
35
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Tabel 3 Hasil Perhitungan Evaporasi Potensial Per Hari


Bulan
Perhitungn Satuan
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nov Des
Tek. Uap Air Jenuh mmbar 33.7 35.6 35.6 35.6 35.6 33.7 33.7 33.7 35.6 37.7 37.7 35.6
4 5 5 5 5 4 4 4 5 6 6 5
Tek. Uap Air Nyata mmbar 29.3 30.3 28.8 29.9 30.3 25.6 26.3 24.2 27.4 30.2 30.5 31.0
5 0 7 4 0 4 1 9 5 0 8 2
Per. Tekanan Uap (ea mmbar 4.39 5.35 6.77 5.70 5.35 8.10 7.42 9.45 8.20 7.55 7.17 31.0
- ed) 2
Fungsi Angin Km/ 0.32 0.33 0.32 0.31 0.24 0.31 0.33 0.32 0.34 0.33 0.33 0.32
Hari
Faktor pembobot (1 - 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.00
W)
Rad. Ekstra Terresial mm/ 16.7 16.7 16.7 16.7 16.7 16.7 16.7 16.7 16.7 16.7 16.7 16.7
(Ra) hari 0 0
Rad. Gel. Pendek (Rs) mm/ 6.16 7.01 7.71 6.68 5.18 7.68 7.26 8.02 7.26 6.68 6.93 3.51
hari
Radiasi Netto Gel. mm/ 4.62 5.26 5.78 5.01 3.88 5.76 5.45 6.01 5.45 5.01 5.20 2.63
Pendek (Rns) hari
Fungsi Tekanan Uap 0.10 0.09 0.08 0.10 0.08 0.12 0.12 0.12 0.11 0.10 0.10 0.09
Nyata f(ed)
Fungsi Penyinaran f(n/ 0.65 0.82 0.87 0.79 0.63 0.90 0.86 0.94 0.86 0.79 0.82 0.45
N)
Fungsi Suhu f(t) 15.1 16.8 16.8 16.8 16.8 15.1 15.1 15.1 16.8 17.2 17.2 16.8
9 0 0 0 0 9 9 9 0 0 0 0
Radiasi Netto
mm/
gelombang Panjang 0.99 1.24 1.17 1.33 0.85 1.61 1.53 1.75 1.57 1.34 1.36 0.72
hari
(Rn1)
Radiasi Netto (Rn) mm/ 3.63 4.02 4.61 3.68 3.03 4.15 3.92 4.26 3.88 3.67 3.83 1.91
36
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

hari
Faktor pembobot Rn 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24
(W)
Faktor Koreksi 1.04 1.04 1.04 1.04 1.04 1.04 1.04 1.04 1.04 1.04 1.04 1.04
Evaporasi Potensial mm/ 2.03 2.40 2.85 2.34 2.05 3.03 2.93 3.48 3.15 2.91 2.81 1.65
(Eto) hari
Sumber :Hasil Perhitungan

Tabel 4 Perhitungan Evaporasi Per Bulan


Perhitungan Satuan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
Evaporasi mm/
2.03 2.40 2.85 2.34 2.05 3.03 2.93 3.48 3.15 2.91 2.81 1.65
Potensial hari
Hasil mm/ 62.9 67.1 85.5 70.1 61.6 91.0 87.8 104. 94.3 87.3 84.2 49.6
Bulan 8 8 6 6 4 4 4 4 7 2 4 0
Sumber :Hasil Perhitungan
Dari tabel 4 didapat nilai Evaporasi potensial pada bulan januari didapat 2,03 mm/hari, pada
bulan februari didapat 2,40 mm/hari, pada bulan maret didapat 2,85 mm/hari, pada bulan April
didapat 2,34 mm/hari, pada bulan Mei didapat 2,05 mm/hari, pada bulan Juni didapat 3,03 mm/hari,
pada bulan Juli didapat 2,93 mm/hari, pada bulan Agustus didapat 3,48 mm/hari, pada bulan
37
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

September didapat 3,15 mm/hari, pada bulan Oktober didapat 2,91 mm/hari, pada bulan Nopember
didapat 2,81 mm/hari dan bulan Desember di dapat 1, 65 mm/hari.

Grafk Simulasi Eto (mm/ hari)

No Perhitungan
1 Tek. Uap Air Jenuh
Grafk Simulasi Eto (mm/ bulan)

No Perhitungan
1 Tek. Uap Air Jenuh
38
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

KESIMPULAN
1. Dengan perkiraan kapasitas AC yang pengaturan udaranya sangat baik dapat diperoleh AC yang
dibutuhkan sebesar 20000 BTU/hr atau AC yang berkapasitas 2,5 PK.
2. Dengan perkiraan kapasitas AC yang pengaturan udaranya sedang dapat diperoleh AC yang
dibutuhkan sebesar 27000 BTU/hr atau AC yang berkapasitas 3 PK.
3. Dengan perkiraan kapasitas AC yang pengaturan udaranya buruk dapat diperoleh AC yang dibutuhkan
sebesar 34000 BTU/hr atau AC yang berkapasitas 4 PK.
39
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Dari pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik kesimpulan yakni, ruangan tersebut
tergolong pengaturan udara buruk, sebab suhu panas ruangan yang disebabkan oleh pancaran sinar
matahari langsung masuk keruangan serta pintu, jendela, dan kaca-kaca yang tidak tertutup rapat. Maka
dapat dipilih AC dengan kapasitas sebesar 34000 BTU/hr. atau AC sebesar 4 PK.

SARAN
1. Pada dasarnya ruangan yang pengaturan udaranya sangat baik lebih sedikit pemakaian listrik daripada
ruangan yang pengaturan udaranya buruk. Dilihat dari ruangan yang dianalisa, ruangan tersebut
apabila tergolong pengaturan udara sangat baik maka ruang tersebut memerlukan AC berkapasitas
20000 BTU/hr atau AC berkapasitas 2,5 PK, tetapi ruangan tersebut tergolong ruangan yang
pengaturan udaranya buruk, maka dapat diketahui AC yang dibutuhkan sebesar 34000 BTU/hr atau AC
yang berkapasitas 4 PK.
2. Lebih besar kapasitas AC yang dibutuhkan maka pemakaiyan listriknya lebih besar pula.
3. Untuk lebih menambah wawasan dan pengetahuan diharapkan peneliti selanjutnya dapat
menyempurnakan hasil penelitian ini guna untuk menambah bahan pembelajaran teknik mesin
khususnya dibidang pendingin.

DAFTAR PUSTAKA
40
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Andrew D. Althouse, 1982, “Modern Refrigeration andAir Conditioning”, lllinois-south Holand: The
Goodhart-Wilcox Company, lnc.
Edward.G. Pita., Air Conditioning Principle And System, Edisi ke Dua, Jakarta: PT. Ictiar Baru.
Gorre. J.,1927, Mineapolis, Minnesota, New York: Willis Haviland Carrier.
Handoko. K, 1981,” Teknik Lemari Es”, Edisi ke Dua, Jakarta: PT. Ictiar Baru.
Harris. N.C., 1985, “Modern Air Conditioning Practice”, Third Edition, Mc Graw HiII International Book Co.
Soedradjat. S.A., Analisa Anggaran Biaya Pelaksana’’, http:Refrigeration And Air Conditioning.com.
Stroecker.W.F, Refrigeration And air Conditioning’’, http:Refrigeration And Air Conditioning.com .
41
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Analisa Potensi Air Hujan Sebagai Alternatif Sumber Air Pertamanan


Menggunakan Cistern Pada Kampus
Universitas Samawa Sumbawa Besar
Oleh : Burhanuddin

ABSTRAK

Semakin besarnya kebutuhan air pada saat ini yang dipengaruhi oleh peningkatan jumlah
penduduk dan perubahan funsi lahan berdampak kepada berkurangnya penyerapan air tanah sehingga
beralih menjadi air limpasan. Metode panen air hujan dengan menggunakan cistern merupakan salah
satu upaya konservsi sumber air untuk memanfaatkan air limpasan yang begitu besar. Sehingga
pemakaian sumber air dari PDAM dapat berkurang khusunya air untuk menyiram tanaman.
Penelitian yang dilakukan dengan memanfaatkan potensi air hujan yang direncanakan ditampung
menggunakan cistern melalui atap-atap gedung Universitas Samawa Sumbawa Besar dapat menjadi
alternatif sumber air untuk penyiraman tanaman.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa potensi air hujan yang dapat dipanen dari atap gedung
Universitas Samawa Sumbawa Besar adalah sebesar 124,929.03 m3/tahun, kapasitas cistern untuk
menampung air hujan 9,552.00 liter yang desainnya bervariasi karena penempatannya dibagi menjadi 6
(enam) area, disamping itu penghematan yang terjadi adalah sebesar Rp. 15,073,312.50 pertahun.

Kata kunci : Potensi Air Hujan, Panen Air Hujan, Ketersediaan air, Kebutuhan Air, Cistern, Alternatif
Sumber Air Pertamanan.

PENDAHULUAN
42
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Masalah sumber daya air saat ini sudah menjadi suatu yang sangat penting di Indonesia, khususnya
pulau Sumbawa. Seiring pesatnya pembangunan gedung-gedung bertingkat dan perumahan, kebutuhan
air bersih akan selalu meningkat sementara air bersih tersebut semakin langka dan harus dibayar mahal.
Sedangkan krisis sumber daya air disebabkan oleh kebutuhan air yang semakin besar akibat dari
peningkatan jumlah penduduk dan perubahan fungsi lahan akan berdampak pada perubahan siklus
hidrologi.
Pada akhirnya hal ini akan menimbulkan krisis air bagi manusia yang akan berdampak buruk bagi
kehidupan manusia yang sangat bergantung akan keberadaan air. Oleh karena itu perlu segera dilakukan
konservasi sumber daya air untuk menjaga kelestarian sumber daya air. Peningkatan dan pengembangan
sumber daya air secara berkelanjutan diantaranya melalui optimalisasi pemanfaatan sumber daya air,
baik dari sisi penggunaannya maupun penyediaannya sangat diperlukan.
Pada gedung kampus lama pemanfaatan sumber daya air masih berasal dari Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM), sedangkan pada gedung kampus baru Universitas Samawa Sumbawa Besar, air yang
digunakan untuk keperluan sehari-sehari yang berasal dari sumur bor. Dengan semakin meningkatnya
aktivitas keperluan air pada akhirnya akan bertambah dan sumber air yang berasal dari sumur bor tidak
akan mampu mencukupi kebutuhan akan air, sehingga kebijkan yang akan diambil nantinya yaitu
pemanfaatan sumber daya air melalui PDAM.
Panen Air Hujan (Rainwater Harvesting). Panen air hujan adalah metode kuno yang
dipopulerkan kembali dengan menampung air hujan untuk kemudian dapat dimanfaatkan kembali.
43
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Pertimbangan untuk menggunakan air hujan adalah karena air hujan memiliki pH yang mendekati netral
dan relatif bebas dari bahan pencemar.
Metode Cistern. Metode cistern merupakan metode penampungan air hujan yang sederhana.
Pada dasarnya metode cistern memiliki konsep dasar yang sama dengan metode panen air hujan pada
umumnya, yaitu menampung langsung air hujan yang jatuh di atap dengan melalui komponen-komponen
sistem panen air hujan seperti talang (gutter), pipa downpout, saluran pengelontor air hujan pertama
(frst fush diverters), dan unit penampungan air.
1. Perhitugan Volume Cistern
Ukuran kapasitas cistern harus dapat memenuhi permintaan kebutuhan air sepanjang tahun
atau minimal sepanjang musim hujan. Untuk itu sebelum melaksankan pembuatan cistern perlu
dilakukan perhitungan volume air hujan yang dapat tertampung oleh atap dengan memperhitungkan
terjadinya kebocoran dan limpasan dengan asumsi efesiensi air yang tertampung sebesar 75 – 90 %
dari volume keseluruhan air yang dapat tertampung.
Penentuan ukuran penampung/cistern dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu ;
1. Metode 1. Pendekatan dari segi kebutuhan air.
Metode ini merupakan metode perhitungan paling sederhana dimana hanya menghitung volume air
yang dibutuhkan yang langsung dianggap sebagai volume cistern yang harus disediakan. Adapun
persamaan yang berlaku adalah ;
V demand = V cistern..........................................……(1)
44
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Metode ini mengambil asumsi bahwa curah hujan dan daerah tangkapan memadai secara konsisten
seperti kondisi di atas. Untuk itu dilakukan pengembangan permodelan perhitungan yaitu metode
pendekatan dari segi ketersediaan air.
2. Metode 2. Pendekatan dari segi ketersediaan air.
Metode ini hanya memperhitungkan jumlah air yang bisa ditangkap oleh suatu daerah tangkapan
dengan mengetahui jumlah kebutuhan air sebagai pedoman bahwa volume ketersediaan air harus
lebih besar dari pada kebutuhan air yang dianggap sama setiap hari sepanjang tahun.
V Suply = V cistern..............................................……(2)
3. Metode 3. Perhitungan neraca air.
Pada metode ini perhitungan volume cistern ditentukan dengan mempertimbangkan keseimbangan
antara ketersediaan air dan kebutuhan yang terjadi. Ketersediaan air berasal dari atap sedangkan
kebutuhan air merupakan volume air yang dibutuhkan.
4. Kebutuhan air dapat diperhitungkan dengan cara mencari data penggunaan air yang ada atau
dengan melakukan proyeksi berdasarkan asumsi volume volume penggunaan air yang ada. Untuk
menentukan volume air yang tertampung atap terdapat dua metode yatiu metode rata-rata dan
metode nilai tengah. Secara umum volume air yang tertampung di atap didapatkan dari persamaan
:
V = R . A . k.........................................................……(3)
Dimana ;
45
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

V = Volume air tetampung (m3)


R = Curah hujan (m)
A = Luas daerah tangkapan (m2)
K = Koefsien limpasan atap

2. Perhitungan Efsiensi Cistern


Efsiensi yang dihasilkan oleh cistern diperhitungkan berdasarkan biaya pengeluaran dari dua
kondisi yaitu biaya pengeluaran yang dibayar sebelum adanya cistern dibandingkan dengan biaya
pengadaan cistern dan biaya yang dikeluarkan pada saat cistern telah dapat dioperasikan.
Biaya pengeluran pada saat belum terdapat cistern adalah biaya penggunaan air oleh gedung
Kampus Universitas Samawa Sumbawa Besar, berupa air PDAM.

METODE PENELITIAN
Dalam pelaksanaan penelitian ini, secara garis besar tahapan yang akan dilakukan digambarkan
pada diagram di bawah ini.
46
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Mulai

Rumusan Masalah

Studi Literatur Metode Cistern

Pengumpulan Data

Perhitungan Hidrologi, Curah Hujan, Dan Luas Atap


Kebutuhan Air

Neraca Air

Ketersediaan Air Kebutuhan Air

Perhitungan Volume Penampung

Perhitungan Biaya Pengadaan Cistern

Analisa

Kesimpulan Dan Rekomendasi

Selesaii
47
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 1. Diagram Alir Metodelogi Penelitian

HASIL PENELITIAN
Kompleks Gedung Baru Universitas Samawa beralamatkan di Jalan Raya Semongkat. Dimana pada
lokasi tersebut berada pada sebelah selatan Kota Sumbawa tepatnya di Bukit Bileng Monte Desa Jorok
Kecamatan Unter Iwis. Dalam penelitian ini yang menjadi pembahasan yaitu Kompleks Universitas
Samawa terdiri dari 11 gedung yaitu sebagai berikut :
1. Gedung Rektorat
2. Auditorium (Gedung Ruang Serba Guna)
3. Gedung Perpustakaan
4. Mesjid
5. Gedung Fakultas
a. Fakultas FISIP d. Fakultas Teknik
b. Fakultas Pertanian e. Fakultas Hukum
c. Fakultas FKIP f. Fakultas Ekonomi
6. Green House
48
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Data Curah Hujan di Kompleks Gedung Universitas Samawa Sumbawa Besar. Data curah
hujan yang tersedia di kompleks gedung Universitas Samawa Sumbawa Besar merupakan data curah
hujan bulanan yang di ambil dari data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofsika Kabupaten Sumbawa
yang terdiri dari data curah hujan sejak tahun 2005 hingga 2014.
Tabel 1. Data Curah Hujan Stasiun Pencatatan Brang Biji Sumbawa Besar.

Bulan (mm)
N Tahu
Fe Ma Ap Me Ag Sep Ok No De
o n Jan Jun Jul
b r r i t t t v s
27 22 22 11 19
1 2005 91 - 45 - 12 4 85
0 6 1 0 9
16 63 20 19 33
2 2006 56 0 - - - - 12
7 4 9 0 6
18 44 10 15 23
3 2007 43 9 14 - 0 - 1
1 3 3 2 2
28 29 11 11 10 18
4 2008 5 8 1 - 1 86
9 5 3 1 8 3
15 30 10 11 1 18
5 2009 36 - - 17 2 59
0 1 4 5 7 7
49 16 10 13 9 23 38
6 2010 62 1 4 157 94
2 8 0 2 1 3 8
24 31 17 25 23 22 17
7 2011 - - - 0 15
9 7 2 0 2 8 6
34 15 46 17
8 2012 31 69 0 - - - 11 47
5 8 6 8
44 33 19 10 13 23
9 2013 99 3 - - 5 66
6 5 0 0 9 7
10 2014 25 89 97 10 13 1 1 - - -
49
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

5 9 9
Sumber, BMKG Sumbawa
Ket.
- = Tidak ada hujan
- = Hujan tapi tidak terukur dengan alat penakar hujan

Perhitungan hujan andalan dilakukan melalui pengolahan data curah hujan bulanan yang ada
dengan mengurutkan peringkat data curah hujan berdasarkan besar curah hujan rata-rata bulanan.
Kemudian diperhitungkan peluang masin-masing dengan rumus :

P (%) = (m/(n+1)) x 100%..............................................................(4)


Tabel 2. Peluang Hujan

No Tahun Tahunan Rangking (m) Peluang (%)


1 2006 1604 7 43.61
2 2010 1922 10 52.00
3 2011 1639 9 54.88
4 2012 1305 6 45.94
5 2013 1620 8 49.35

Setelah menentukan peluang, maka diambil lima buah data dengan tingkat peluang yang terdekat
dengan 80 %. Sehingga data yang dianggap dapat mewakili adalah data hujan tahun 2006, 2010, 2011,
2012, 2013 dan akhirnya dari kelima data tersebut diambil data hujan rata-rata dan hujan andalan.
Tabel 3. Curah Hujan Rata-rata dan Curah Hujan Andalan.
50
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

CH
CH Rata-
No Bulan 2006 2010 2011 2012 2013 Andala
rata
n
1 Jan 167 492 249 345 446 339.8 492
2 Feb 634 168 317 158 335 322.4 634
3 Mar 209 100 172 466 190 227.4 466
4 Apr 190 62 250 31 100 126.6 250
5 Mei 56 132 232 69 99 117.6 232
6 Jun 0 1 - 0 139 35 139
7 Jul - 91 - - 3 47 91
8 Agus - 4 - - - 4 4
9 Sept - 157 0 - - 78.5 157
10 Okt - 94 15 11 5 31.25 94
11 Nov 12 233 228 47 66 117.2 233
12 Des 336 388 176 178 237 263 388
Dari pengolahan data tersebut diperoleh hujan andalan yang akan digunakan sebagai data hujan
bulanan yang baru. Secara grafk maka dapat dilihat sebagai berikut :
51
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Curah Hujan Andalan


700
600
2006
500
2010
400

Curah Hujan (mm)


2011
300 2012
2013
200
CH Rata-rata
100 CH Andalan
0

Juli
Mei

Juni
April
Maret

Oktober
Januari

Agustus
Februari

Nopember

Desember
September
Gambar 2. Curah Hujan Andalan

Daerah tangkapan Hujan. Luasan daerah tangkapan yang berupa atap gedung Universitas
Samawa dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini :
Tabel 4. Luas Atap dan Jenis Atap Gedung Universitas Samawa Sumbawa Besar

No
Nama Gedung Luas Atap Jenis Atap
.
1. Gedung Rektorat 2788.43 Spandek
2. Auditorium 6706.08 Spandek
52
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

3. Mesjid 5152 Plat Beton


Gedung Spandek + Plat
4. 3042
Perpustakaan Beton
Gedung Fakultas
 Fakultas
Ekonomi
 Fakultas FISIP 5408 x 6 =
Spandek + Plat
5.  Fakultas 32448
beton
Pertanian
 Fakultas FKIP
 Fakultas Teknik
 Fakultas Hukum
6. Green House 1214,24 Atap Metal
Volume Ketersediaan Air. Volume ketersediaan air adalah volume air hujan yang tertangkap oleh
atap gedung-gedung pada kompleks Universitas Samawa. Untuk menghitung besarnya volume ini dapat
digunakan rumus :
V = R x A x k…………………………………………………………..………………………………(5)
Dimana : V = Volume air yang tertampung (m3)
R = Curah hujan (m)
A = Luas daerah tangkapan (m2)
K = Koefsien limpasan air.
Dengan demikian nilai koefsien yang digunakan setelah dilakukan penyesuaian koefsien dari
refernsi adalah untuk atap genting,multiroof, spandek 0.75 dan atap dak beton, keramik, kaca, 0.9.
53
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Dengan menggunakan persamaan (5) maka didapatkan volume air hujan yang terkumpul di atap
gedung Kampus Universitas Samawa Sumbawa Besar sepanjang tahun berdasarkan data curah hujan
bulanan yang dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini :
Tabel 5. Volume Air Hujan Yang Terkumpul (m3)

No Nama Gedung R A K V (m3) Ket


3.1 2,788.4 0.7 6,650.4
Gedung Rektorat
8 3 5 1
Area 3.1 6,706.0 0.7 15,994.
Auditorium
1 8 8 5 00
Gedung 3.1 3,042.0 0.7 7,255.1
Perpustakaan 8 0 5 7
29,899.
Total M3
57
3.1 5,408.0 0.7 12,898.
Fakultas FKIP
Area 8 0 5 08
2 3.1 5,408.0 0.7 12,898.
Fakultas FISIP
8 0 5 08
25,796.
Total M3
16
3.1 1,214.2 0.7 2,895.9
Green Hoes
Area 8 4 5 5
3 3.1 5,408.0 0.7 12,898.
Fakultas Pertanian
8 0 5 08
39,729.
Total M3
33
54
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

3.1 5,408.0 0.7 12,898.


Fakultas Hukum
Area 8 0 5 08
4 3.1 5,408.0 0.7 12,898.
Fakultas Teknik
8 0 5 08
25,796.
Total M3
16
Area 3.1 5,152.0 0.7 14,745.
Masjid
5 8 0 5 02

14,745.
Total M3
02
3.1 5,408.0 0.7 12,898.
Area Fakultas Ekonomi
8 0 5 08
6
12,898.
Total M3
08
Dari perhitungan maka hasil air yang didapatkan/terpanen sebesar 124,929.03 m3/tahun akan
dibandingkan dengan kebutuhan air yang terjadi di gedung-gedung pada Kampus Universitas Samawa
Sumbawa Besar. Jadi untuk itu perlu diketahui terlebih dahulu jumlah kebutuhan air di gedung Kampus
Universitas Samawa Sumbawa Besar.

Jenis Kebutuhan Pemakaian Air


Tabel 6. Luas Area Taman Pada Kompleks Kampus Universitas Samawa
Sumbawa Besar
55
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

No Nama Gedung Luas Ket


2,750.0
Gedung Rektorat
0
Area 2,750.0
Auditorium
1 0
2,750.0
Gedung Perpustakaan
0
8,250.0
Total M2
0
2,500.0
Fakultas FKIP
Area 0
2 2,500.0
Fakultas FISIP
0
5,000.0
Total M2
0
Green Hoes 625.00
Area
3 2,500.0
Fakultas Pertanian
0
3,125.0
Total M2
0
2,500.0
Fakultas Hukum
Area 0
4 2,500.0
Fakultas Teknik
0
Total 5,000.0 M2
56
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

0
Area 2,500.0
Masjid
5 0
2,500.0
Total M2
0
Area 2,500.0
Fakultas Ekonomi
6 0
2,500.0 M2
Total
0
Total Luas Taman 26,375. M2
00
Total Luas Pemakaian Air Untuk Taman (Total 7,912.5 M3
Luas Taman x 0,3 Ltr/m2) 0
Dari data di lapangan, air yang digunakan untuk aktivitas pembangunan dan penyiraman adalah air
sumur bor dan pada akhirnya akan menggunakan air PDAM untuk mencukupi kebutuhan akan sumber air
seiring besarnya aktivitas pada tahun mendatang, yang diperkirakan setiap harinya dibutuhkan air untuk
menyiram tanaman sebesar 0.3 s/d 0.4 liter/m 2/hari (Mekanisme. Litbang. Deptan.go.id). Penyiraman
tanaman selain dibagi menjadi enam tahap area penyiraman, penyiraman juga direncanakan dilakukan
sebanyak dua kali pada jam 5 pagi dan 3. Dengan demikian total kebutuhan air untuk suluruh area taman
seluas 26,375.00 m2 adalah 21.98 m3/hari.
Volume Cistern. Volume cistern ditentukan dengan cara keseimbangan antara ketersediaan air
dan kebutuhan air (neraca air) pada gedung Universitas Samawa Sumbawa Besar. Cistern akan dibuat
berdasarkan volume kebutuhan air bulanan untuk memenuhi kebutuhan air di area taman.
57
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

1. Biaya Awal Investasi


Biaya pengadaan instalasi panen air hujan ini terdiri dari biaya pengadaan cistern dan sistem
instalasinya. Lokasi penempatan cistern direncanakan pada enam lokasi dengan pertimbangan lokasi
gedung yang sangat jauh dan diambil gedung-gedung yang yang terdekat sehingga penempatan
lokasi masing-masing cistern menggunakan sistem komunal.
Tabel 7. Desain Rencana Cistern dan Biaya Pembuatan Cistern
N Harga
Produk Dimensi Vol (m3) Jml Harga
o Sat
Water Tank 1. 1,500,00 127,800,0
1. 10 5.86 85.2
Beton 852 Ltr 5 0 00
Water Tank
1. 1,500,00 207,000,0
2. Beton 1,380 10 9.2 138
5 0 00
Ltr
Water Tank
1. 1,500,00 207,000,0
3. Beton 1,380 10 9,2 138
5 0 00
Ltr
Water Tank
1. 1,500,00 207,000,0
4. Beton 1,380 10 9.2 138
5 0 00
Ltr
Water Tank
1. 1,500,00 342,500,0
5. Beton 2,280 10 15.2 228
5 0 00
Ltr
Water Tank
1. 1,500,00 342,500,0
6. Beton 2,280 10 15.2 228
5 0 00
Ltr
Total Harga 1,432,800,000.00
58
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Tabel 8. Biaya Total Pemasangan Talang

Biaya Total harga


Panjan
No Nama Gedung Pasang Pasang Ket
g (m’)
(Rp) Talang (Rp)
Gedung 2,062,768.
1 206,28
Rektorat 78
2,324,689. 5,947,458. Area
2 Auditorium 232,47
59 37 1
1,560,000.
3 Perpustakaan 156,00
00
2,080,000.
4 Fakultas FKIP 208,00
00 4,160,000. Area
2,080.000. 00 2
5 Fakultas FISIP 208,00
00
6 Green Houes 43,32 433,205.08
2,513,205. Area
Fakultas 2,080.000.
7 208,00 08 3
Pertanian 00
Fakultas 2,080.000.
8 208,00
Hukum 00 4,160,000. Area
Fakultas 2,080.000. 00 4
9 208,00
Teknik 00
2,040.000. 2,040,000. Area
10 Masjid 204,00
00 00 5
Fakultas 2,080.000. 2,080,000. Area
11 208,00
Ekonomi 00 00 6
Total Harga 20,900,663.45
59
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Tabel 9. Biaya Total Pemasangan Pipa

Biaya Total harga


Panjan
No Nama Gedung Pasang Pasang Ket
g (m’)
(Rp) Talang (Rp)
1 Gedung 30 300.000.0
Rektorat 0
2 50 500.000.0 5,947,458.
Auditorium Area 1
0 37
3 50 500,000.0
Perpustakaan
0
4 45 450,000.0
Fakultas FKIP
0 4,160,000.
Area 2
5 45 450,000.0 00
Fakultas FISIP
0
6 45 450,000.0
Green Hoes
0 2,513,205.
Area 3
7 Fakultas 45 450,000.0 08
Pertanian 0
8 Fakultas 45 450,000.0
Hukum 0 4,160,000.
Area 4
9 Fakultas 45 450,000.0 00
Teknik 0
10 25 250,000.0 2,040,000.
Masjid Area 5
0 00
11 Fakultas 45 450,000.0 2,080,000. Area 6
60
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Ekonomi 0 00
Total Harga 4,700.000.00

Tabel 10. Rekapitulasi Harga Pengadaan Cistern dan Pemasangan Talang dan Pipa

Jml Harga
Biaya Biaya
N Ciste Harga (masing-
Pemasang Pemasang
o rn Cistern masing
an Talang an Pipa
cistern)
Area 127,800,00 5,947,458 1,300,000 135,047,453.
1
1 0.00 .37 .00 37
Area 207,000,00 4,160,000 900,000.0 212,060,000.
2
2 0.00 .00 0 00
Area 207,000,00 2,513,205 900,000.0 210,413,205.
3
3 0.00 .08 0 08
Area 207,000,00 4,160,000 900,000.0 212,060,000.
4
4 0.00 .00 0 00
Area 342,000,00 2,040,000 250,000.0 344,290,000.
5
5 0.00 .00 0 00
Area 342,000,00 2,040,000 450,000.0 344,530,000.
6
6 0.00 .00 0 00
1,458,664,58
Total Harga pengadaan cistern
6.50
61
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Jadi, total biaya yang dikeluarkan dalam pengadaan cistern di Universitas Samawa Sumbawa Besar
adalah sebesar Rp. 1,458,664,586.50, dibulatkan menjadi Rp. 1,458,665,000,00 (Satu Milyar Empat Ratus
Lima Puluh Delapan Juta Enam Ratus Enam Puluh Lima Ribu Rupiah).

2. Penghematan Biaya
Penghematan yang terjadi adalah jumlah air yang berasal dari cistern yang dapat mengurangi
pemakaian air PDAM dalam memenuhi kebutuhan air pertamanan di Universitas Samawa Sumbawa
Besar. Besar volume air tersebut merupakan jumlah total permintaan ketersediaan air yang ada yaitu
sebesar 791,25 m3/bulan. Dimana harga air PDAM per m 3 sebesar Rp. 1.587,50 (Sesuai tagihan rumah
tangga November 2014), jadi penghematan yang terjadi dihitung dengan mengalikan jumlah total
ketersediaan air dalam satu bulan dengan harga air PDAM per m 3 sebesar Rp. 1,256,109.38 perbulan
atau sebesar Rp. 15,073,312.50 pertahun.

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa potensi air hujan yang ada di Universitas Samawa
Sumbawa Besar adalah sebagai berikut ;
1. Potensi volume air hujan yang dapat dipanen dari atap gedung Universitas Samawa Sumbawa Besar
adalah sebesar 124,929.03 m3/tahun.
2. Kapasitas cistern untuk menampung air hujan adalah sebesar 9,552.00 liter. Desain cistern dibagi
menjadi 6 (enam) area dengan dimensi masing-masing;
62
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

 Area 1 menggunakan Water Tank Beton dengan kapasitas 852,00 liter,


 Area 2,3 dan 4 menggunakan Water Tank Beton dengan kapasitas 1,380.00 liter,
 Area 5 dan 6 menggunakan Water Tank Beton dengan kapasitas 2,280.00 liter.
3. Penghematan air yang terjadi jika menggunakan air PDAM dalam memenuhi konsumsi air pertamanan
di Kampus Baru Universitas Samawa Sumbawa Besar adalah jika penggunaan air bulanan sebanyak
791,25 m3 dengan harga Rp. 1,256,109.38 perbulan atau sebesar Rp. 15,073,312.50 pertahun.

SARAN
Dari penelitian ini penulis menyarankan masih diperlukan beberapa perbaikan untuk masa yang
akan datang guna memperoleh hasil yang lebih baik. Perbaikan itu antara lain ;
1. Dalam perhitungan volume air hujan yang dipanen dalam pemanfaatan sebagai sumber air
pertamanan kiranya diperlukan data curah hujan yang mendekati wilayah studi sehingga data yang
disajikan betul-betul akurat. Dan diharapkan dalam perhitungan debit air hujan sangat diperlukan
untuk menghitung lamanya pengisian cistern, dimensi instalasi sebagai penyalur air hujan.
2. Efesiensi cistern dapat dibuat sebesar-besarnya tergantung dengan jumlah curah hujan, Dengan
kondisi pembangunan yang sedang berlangsung di Kampus Baru Universitas Samawa Sumbawa Besar
memungkinkan untuk dilakukan perencanaan yang baik dan matang terhadap pemanfaatan sumber
daya air.
63
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

3. Dalam kondisi yang akan datang dengan semakin tingginya aktivitas di Kampus Baru Universitas
Samawa Sumbawa Besar, tentu memerlukan ruang hijau sebagai tempat taman, kondisi ini tentu
akan memerlukan efesiensi dalam pengelolaan air, yang kemudian diharapkan dalam konservasi air
ini tingkat penghematan yang terjadi diharapkan semakin efesien karena semakin besar volume
cistern semakin besar pula nilai efesiensi yang akan diperoleh.

DAFTAR PUSTAKA
Chow, Ven Te, et al.: Applied Hydrology, McGraw Hill International Edition
Civil Engineering Series, 1988.
Mekanisasi.litbang.deptan.go.id, Estimasi kebutuhan air tanaman daerah tropis.
Harto BR., Sri. (2000). Hidrologi. Nafri Offset, Yogyakarta.
Direktorat Cipta Karya Departemen Pekerjaa Umum, Tata Cara Penyusunan
Rencana Induk Air Bersih Perkotaan, Jakarta, 1998.
Direktorat Cipta Karya Departemen Pekerjaa Umum, Tata Cara Survey dan
Pengkajian Kebutuhan Dan Pelayanan Air Minum, Jakarta, 1998.
Henry. J. Glynn and Gary W. Heinke. Enviromental Science and Engineering, New Jersey : Pretince-
Hall, Inc., 1996
64
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

PERENCANAAN SUMUR RESAPAN PADA PERUMAHAN


GRIYA IDOLAH SUMBAWA BESAR
Oleh : Rian Hidayat

ABSTRAK

Pembuatan Sumur Resapan merupakan solusi yang tepat untuk pencegahan banjir di daerah yang
resapan air sedikit khususnya di Perumahan Griya Idola karena pemulihan lahan kritis memerlukan waktu
yang relatif lama untuk daerah tangkapan air. Akan tetapi partisipasi masyarakat terhadap pembuatan
Sumur Resapan dirumah sendiri belum antusias walaupun manfaat dari Sumur Resapan efektif untuk
65
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

pencegahan banjir dan membantu ketersediaan air pada musim kemarau. Sehingga aplikasinya terhadap
pemukiman di Sumbawa Besar, hal ini menjadi menarik bagi penulis untuk melakukan penelitian
mengenai Perencanaan Sumur Resapan Pada Perumahan Griya Idola dengan kegiatan ini masyarakat
dapat merasakan secara langsung manfaat dari sumur resapan dan menjadikan sumur resapan sebagai
budaya keluarga Indonesia terhadap sistem hidrologi sebagai upaya pelestarian sumber daya air.
Hasil Penelitian dengan menghitung Besar Dedit Rancangan sebesar 0.278 m 3/dtk.sehingga debit
yang terjadi sudah tidak bisa menahan laju air yang mengalir dan Volume pekerjaan untuk Sumur
Resapan dengan diameter 1 m dan kedalaman 1.5 m jadi jumlah sumur resapan yang di butuhkan adalah
=428 buah dengan jarak antar sumur(s) : 6 meter.

Kata kunci : Sumur Resapan, Air.

PENDAHULUAN
Sumur resapan adalah sumur atau lubang yang dibuat untuk menampung air hujan atau aliran air
permukaan agar mengalir ke tanah yang dapat mempertahankan bahkan meningkatkan tinggi muka air
tanah dan mengurangi laju air permukaan (surface runof) karena air langsung terserap.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui debit rencana desain sumur resapan di perumahan
griya idola Sumbawa dan membuat perencanaan desain sumur resapan untuk mengurangi limpasan air
hujan di perumahan Griya Idola.

METODOLOGI PENELITIAN
Penentuan lokasi penelitian. Penentuan drainase jalan yang digunakan dalam penelitian
ditentukan melalui survey wilayah, dengan ketentuan sebagai berikut:
66
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

1. Lokasi drainase jalan harus berada di sekitar rumah warga, hal ini agar fungsi dari sumur resapan pada
drainase jalan dapat langsung dirasakan oleh masyarakat.
2. Lokasi drainase harus merupakan titik kumpul aliran, sehingga sumur resapan pada drainase jalan
dapat berfungsi secara maksimal.
3. Lokasi drainase jalan memiliki kondisi struktur yang baik, sehingga mampu meminimalis dana yang
digunakan.
4. Lokasi drainase dipilih berdasarkan jalan dari rumah warga, hal ini dikarnakan agar tidak mengganggu
kebersihan dari air tanah.
Analisis data. Setelah pengolahan data selesai maka dilakukan analisis perbandingan antara
volume air limpasan pada saat hujan sebelum dan sesudah pembuatan sumur resapan pada drainase
jalan, serta analisis pengaruh adanya sumur resapan terhadap keadaan air tanah yang dilihat pada
sumur-sumur dangkal.

PEMBAHASAN

Pengumpulan Data

Peta pos penangkar hujan. Peta lokasi pos penakar hujan Sumbawa digunakan untuk
mengetahui letak stasiun curah hujan. Dalam hal ini data hujan yang digunakan adalah data hujan jam-
jaman yang berasal dari stasiun otomatis. Sehingga dalam penelitian ini stasiun hujan yang digunakan
67
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

adalah stasiun Brang Biji karena stasiun ini termasuk alat pengukur hujan otomatis dan terdapat data
hujan jam-jaman.
Data hujan. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data hujan dengan lama waktu
pengamatan 6 tahun yaitu dari tahun 2008 sampai dengan tahun 20014. Untuk uji kepangggahan data
digunakan data hujan tahunan, sedangkan untuk analisis IDF digunakan data hujan jam-jaman. Data
hujan ini diperoleh dari Balai Hidrologi Dinas Badan Meteorologi dan Geofsika sumbawa Besar.
Analisis Hidrologi. Penetapan seri data yang akan digunakan dalam analisis ini adalah maxsimum
annual series. Dimana setiap tahunnya diambil satu data maksimumnya, yang berarti jumlah data akan
sama dengan jumlah tahun data.
Penentuan Jenis Agihan. Dari data curah hujan rata-rata maksimum jam-jaman, selanjutnya
dihitung parameter statistik untuk memilih sebaran yang cocok dimulai dari jam ke-1 sampai jam ke-24.
Analisis parameter statistik curah hujan Gunung Sari dimulai dari hujan dengan durasi 1 jam seperti
terlihat pada tabel dibawah ini.

n
∑ Xi
i =1 38 . 1
Xr = = =6 . 35
n 6

Standar deviasi
68
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016


n
∑ ( Xi − Xr )2
S=
i=1
n−1
=
√ 96 .175
6−1
=4 .386

Koefsien variasi

S 4 .386 S
Cv= = =0 .691 Cv=
Xr 6 . 35 Xr

Koefsien kepencengan

n ∑ ( X −Xr )3 6 ∗ (−27 .180 )


Cs= = =−0 .097
(n−1)(n−2 )S3 (6−1 )(6−2 ) 4 . 3863

Koefsien kurtosis

n
n 2 ∑ ( X −Xr )4
i=1
Ck=
( n−1 )( n−2 )( n−3 ) S 4
6 2∗ 2589 . 486
=
( 6−1 )( 6−2)( 6−3)∗4 . 386 4
= 4 . 199
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai Cv = 0.691, Cs = -0.097 dan Ck = 4.199. maka jenis
sebaran dipilih berdasarkan syarat-syarat seperti tercantum dalam tabel dibawah ini.
69
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Tabel 1. Persyaratan Jenis Agihan Hujan pada jam ke-1


Agihan Syarat Perhitungan
Normal Cs ≈ 0 Cs = - 0.097
Ck = 3 Ck = 4.199
Log Normal Cs/Cv ≈ 3 Cs/Cv = -
Gumbel Cs = 1,14 0.14
Ck = 5,4 Cs = -0.097
Log Pearson Tipe III Selain syarat Ck = 4.199
diatas

Agihan yang dipilih adalah Log Pearson tipe II


Sumber: hasil perhitungan

Hasil analisis pemilihan jenis agihan hujan pada tabel di atas menunjukkan bahwa jenis agihan yang
dipilih mendekati persyaratan Log Pearson tipe III. Dengan cara yang sama hasil perhitungan parameter
statistik dan analisis pemilihan jenis agihan untuk hujan dengan durasi 2 jam sampai 24 jam dapat dilihat
pada lampiran tabel IV-1 dan tabel IV-2. Dari hasil analisis diatas menunjukkan bahwa hujan dengan
durasi 8 jam mengikuti agihan log normal dan durasi 14 jam mengikuti agihan normal sedangkan hujan
dengan durasi yang lain mengikuti agihan Log Pearson Tipe III.
70
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Distribusi Curah Hujan Rancangan. Kedalaman hujan untuk sebaran normal, log normal dan Log
Pearson tipe III dianalisis dengan kala ulang 2, 5, dan 10 tahun. Berikut ini contoh perhitungan curah
hujan rancangan untuk tiap agihan Log Person Type III Untuk hasilnya disajikan pada tabel dibawah ini:

Nilai rata-rata

n
1
Log X= ∑ Log X i
n i=1

3. 799
LogX= =0 . 633
6

Standar deviasi


n
∑ ( Log X i −Log X ) 2
i=1
S=
n−1

S=
√ 1. 333
6−1
=0 , 516

Koefsien kepencengan
71
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

n
n ∑ ( Log X i−Log X )3
i =1
Cs=
(n−1 )(n−2 )(S Log x )3

6∗(−0. 675 )
Cs= =−1 , 47
(6−1 )(6−2 )(0. 516 )3

Dari nilai koefsien kepencengan Cs = -1,47 diperoleh besarnya faktor penyimpangan (k) berdasarkan
kala ulangnya yaitu :
Kala Ulang 2 tahun
(0 . 254−0. 225 )((−1. 47 )−(−1 . 4 ))
k 2 = 0 . 225+ =0 . 235
((−1 .6 )−(−1 . 4 ))

(0. 817−0 . 832)((−1 . 47 )−(−1 . 4 ))


k 5 = 0. 832+ =0 . 827
((−1. 6 )−(−1 . 4 ))
Kala Ulang 10 tahun

(0 . 994−1 . 041)((−1 . 47 )−(−1. 4 ))


k 10= 1. 041+ =1. 025
((−1. 6 )−(−1. 4 ))

Sehingga dapat dihitung besarnya hujan rancangan untuk kala ulang 2, 5, dan 10 tahun sebesar:
72
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Log x 2 =LogX +k . S
=0 .633+0 .235 x 0 .516
=0. 754
x 2 =5 .675 mm

Log x5 =0. 633+0. 827 x 0 .516


=1. 060
x 5 =11. 482 mm

Log x10 =0.633+1.025 x 0.516


=1.162
x 10 =14.521 mm

Uji Kecocokan. Pengujian kecocokan sebelum dilakukan pengujian data diurutkan dari yang
terbesar sampai yang terkecil kemudian digambarkan pada kertas probabilias dengan cara Weibull.
Langkah selanjutnya memploting data pada kertas kementakan dengan peluang empiris (Pe) sebagai
sumbu X dan curah hujan sebagai sumbu Y. Kemudian mencari peluang teoritis (Pt) dengan cara menarik
garis horisontal untuk nilai peluang empiris (Pe) terhadap garis ekstrapolasi.

Intensitas Hujan. Perhitungan intensitas curah hujan jam-jaman dengan kala ulang 2, 5, dan 10 tahun digunakan rumus
Talbot, Sherman dan Ishiguro. Berikut ini contoh perhitungan intensitas hujan masing-masing rumus.
73
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Luas daerah Layanan. Tata nama dan luas daerah layanan perumahan griya idolah dapat dilihat
pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Luas Daerah layanan


Nama Luas Areal yang
No
wilayah dilayani (Ha)
1 RT 1 0.1256
2 RT2 0.1271
3 RT3 0.1135
4 RT4 0.1141
5 RT5 0.1121
6 RT6 0.1391
7 RT7 0.1973
8 RT8 0.1327
9 RT9 0.1114
10 RT10 0.1207
74
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Sumber : Data Diolah,2014


Harga Koefsien Pengaliran. Ada beberapa tipe daerah pengaliran adalah sebagai berikut:
 Perumahan (R) : 0.7
 Sawah (S) : 0.2
 Jalan Aspal (A) : 0.9
 Lapangan olah raga (LOR) : 0.25
Untuk tipe daerah pengaliran yang beragam, koefsien pengaliran dicari dengan persamaan. Berikut ini
contoh perhitungan pada wilayah RT4.
 Luas jalan aspal : 0.3024 Ha
 Luas rumah : 0,1141 Ha
 Luas lapangan olah raga : 0.04 Ha
A 1⋅C1 + A 2⋅C 2 +⋯+ A n +C n
=
Koefsien pengaliran (C) ∑A
(0 . 9 x 0 . 3024 )+(0 .7 x 0,. 395 )+(0 .25 x 1. 764 )
=
0 ,1141
= 0.644
75
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Waktu Konsentrasi. Lamanya waktu konsentrasi (Tc) untuk drainase perkotaan terdiri atas waktu
yang diperlukan air untuk mengalir dari bagian terjauh melalui permukaan tanah ke saluran terdekat (to)
dan waktu mengalir didalam saluran ketempat yang diukur (td). Berikut contoh perhitungan pada RT1
 lintasan aliran diatas permukaan lahan (L) :3m
 kemiringan lahan (S) : 0.0035
 jarak terjauh dari tempat yang diukur (Ls) : 714 m
 kecepatan aliran didalam saluran (v) : 0.565 m/dtk
Waktu konsentrasi dihitung menggunakan persamaan 2.29 adalah
tc = to + td
L 0. 77
to = (0 .0078 ) 0. 385
S
30 .77
= (0 .0078 )
0 . 00350 . 385
= 0.160 menit
L
t d=
60 v
714
=
60 x 0.565
= 21.052 menit
76
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Jadi, tc = 0.160 + 21.052


= 21.212 menit.

Perhitungan Debit Rancangan. Debit banjir rancangan dihitung dengan menggunakan Metode
Rasional. Besarnya debit dihitung dengan persamaan 2.42. Berikut contoh perhitungan pada RT 1.
 Koefsien Pengaliran (C) : 0.9
 Intensitas Hujan (I) : 95.926 mm/jam
 Luas wilayah (A) : 1.101 m2

Sehingga diperoleh debit (Q) = 0.278 C x I x A


= 0.278 x 0.9 x 95.926 x 1.101
= 26.425 m3/det.

Kehilangan Air Akibat Konstruksi Rumah Tinggal

20 m
77
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

10 m

Gambar 1. Denah bangunan rumah tinggal


Dari gambar diatas diketahui Panjang : 10 m dan lebar 20 m.
Luas Bangunan : 10 m x20 m –> A = 200 m2
Jika Tanah seluas 200 m2 dibebani hujan dengan intensitas (I) : 95.926 mm/hr , maka jumlah air hujan
yang hilang akibat lahan yang tertutup bangunan adalah sebesar:
I =95.926 mm/hr
I = 95.926/(24 x 60)
I = 0.0666 m/jam
Jumlah (Volume) air hujan yang hilang sebesar:
V = 0.0666 x 200
V = 13.32 m3
Jika dalam 1 kawasan huni terdapat 347 rumah, maka Volume air yang berpotensi untuk hilang akibat
lahan yang tertutup oleh bangunan adalah sebesar :
V lost = 13.32 m3 x 347
V lost = 4622.04 m3
Kalau diasumsikan hujan terjadi selama 5 jam, maka volume air yang hilang adalah sebesar :
78
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

V lost = 4622.04 liter x 5 jam


V lost = 23110.2 liter
Sekarang coba kita asumsikan jika hujan tersebut terjadi diaerah (yang seharusnya menjadi daerah )
imbuhan air hujan seperti misalnya perumahan griya idolah Dari data didapatkan luas wilayah perumahan
griya idolah sebesar : 1.101 km2 = 1101 m2 . Kita asumsikan 80% wilayah perumahan griya idolah telah
dimanfaatkan untuk bangunan dan fasilitas publik, maka volume air yang hilang akibat bangunan dan
fasilitas publik adalah sebesar :
V lost = 1101 x 0.0666 m
V lost = 73,3266 x 80%
V lost =58.6613 liter
Jika Hujan terjadi selama 5 jam, maka volume air yang hilang adalah sebesar :
V lost =58.6613 liter/jam x 5 jam
V lost = 293.3064 liter

Kehilangan Air Akibat Konstruksi Jalan

3.00 m

Saluran Drainse Saluran Drainse


kiri kanan

1.50 m 1.50 m
79
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 2. Potongan melintang Konstruksi Jalan dan Tampak Atas)

Diasumsikan Type jalan adalah : Arteri ; 2 arah


Lebar Jalan = 3,00 m

Panjang Badan Jalan ( Griya idolah) = 2.5 km –> 2500 m


Luas Badan Jalan = 2500 m x 3 m
A = 7500 m2 x 0,0666 = 499.5 m3 = 499500

Direncanakan penggunaan sumur resapan untuk mengimbuhkan air hujan kedalam tanah, diasumsikan
dimensi sumur resapan yang akan dipergunakan adalah : diamater (d) : 1 m dan tinggi (h) : 1.5 m

Volume Sumur Resapan = (1/4 x phi x d^2) x h


80
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Volume Sumur Resapan = (1/4 3,14 x 1^2) x 1.5


Vol’ Sumur = 1.1775 m3
Vol’ Sumur = 1177.5 liter

Jumlah Sumur Resapan yang dibutuhkan sepanjang 2.5 km :


n = (504122.04 liter /1177.5)
n = 428.13= 428 buah

Jadi jumlah sumur resapan yang di butuhkan di perumahan griya idolah sebanyak 428 buah

jarak antar sumur resapan (s) 2500 m / 428 buah


(s) = 5.84 meter = 6 m
–> Jadi sumur resapan dipasang dengan jarak antar sumur (s) : 6 meter.

KESIMPULAN
1. Besar debit rancangan sebesar 26,425 m3/dtk sehingga debit yang terjadi sudah tidak bisa menahan
laju air yang mengalir
2. Volume pekerjaan untuk sumur resapan dengan Diameter 1 m dan kedalaman 1,5 m dengan jumlah
pekerjaan sumur resapan diperumahan griya idolah Sumbawa sebanyak 428 buah dengan jarak sumur
resapan 6 meter.
81
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

SARAN
Dari analisis data yang telah dilakukan dan dari kesimpulan yang diperoleh maka berikut
merupakan saran untuk pihak yang terkait dengan studi yang dilakukan:
1. Membangun sumur resapan pada setiap perumahan untuk mengurangi pelimpasan dan meninggikan
muka air tanah (ground water recharge).
2. Untuk mengetahui kemempuan optimal sumur untuk penurunan hidrograf, dapat dilakukan penelitian
lanjutan terhadap variasi tinggi muka air tanah sehingga dapat diketahui pengaruhnya terhadap
efektivitas pembuatan sumur resapan.

DAFTAR PUSTAKA
Mulyana, Rachmat. 1998. Penentuan Tipe Konstruksi Sumur Resapan Air Berdasarkan Sifat-sifat Fisik
Tanah dan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Kawasan Puncak. Tesis S2 IPB, Bogor.
Saragih, John F.B. 1997. “Merenovasi Rumah Tipe 21 dan Tipe 36”. PT.Gramedia Pustaka Utama,Jakarta.
Suharsimi Arikunto. 2006. “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek”. Jakarta: PT. Rhineka Cipta.
Suripin, 2004. “Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan”. Andi Offset: Yogyakarta.
82
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Kajian Sisitem Penyediaan Air Bersih PDAM Di Kecamatan Unter Iwes Kabupaten
Sumbawa

Oleh : Ruslan

ABSTRAK

Air merupakan unsur yang vital dalam kehidupan manusia. Seseorang tidak dapat bertahan hidup
tanpa air, karena itulah air merupakan salah satu penopang hidup bagi manusia. Tubuh manusia sangat
membutuhkan air untuk dikonsumsi agar mampu menjaga fungsi ginjal. Air juga menjadi kebutuhan
dalam setiap rumah tangga, kegiatan pertanian, ekonomi, dan industri. Air perlu ditata penggunaannya
agar memberikan manfaat bagi masyarakat. Air merupakan bagian dari pembangunan berkelanjutan,
termasuk didalamnya air dan sanitasi, kesehatan, dan pertanian. Hal terpenting dalam setiap kebijakan
pembangunan mengenai pengelolaan air adalah bahwa air berhubungan dengan aspek sosial, ekonomi,
dan lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan sumber daya air yang dimulai dari kebijakan
pemerintah tentang air, seperti bagaimana menyediakan air bersih bagi masyarakat dan pembangunan
sistem irigasi yang memiliki asas adil dan merata.
Hasil Penelitian dengan menghitung besar arah aliran pada masing-masing pipa distribusi air bersih
PDAM kewilayah Kecamatan Unter Iwes diperoleh kebutuhan air pada jam puncak sebesar 805464
liter/hari. sedangkan Perhitungan besar tekanan aliran dalam pipa bahwa di pipa 14 inc HDPE dapat
disimpulkan bahwa tekanan pada titik PA = 408164.67 k Pa.

Kata kunci : PDAM, Perpipaan, Air.


83
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

PENDAHULUAN
Air merupakan unsur yang vital dalam kehidupan manusia. Seseorang tidak dapat bertahan hidup
tanpa air, karena itulah air merupakan salah satu penopang hidup bagi manusia. Tubuh manusia sangat
membutuhkan air untuk dikonsumsi agar mampu menjaga fungsi ginjal. Air juga menjadi kebutuhan
dalam setiap rumah tangga, kegiatan pertanian, ekonomi, dan industri. Oleh karena itu, air perlu ditata
penggunaannya agar memberikan manfaat bagi masyarakat. Air merupakan bagian dari pembangunan
berkelanjutan, termasuk didalamnya air dan sanitasi, kesehatan, dan pertanian. Hal terpenting dalam
setiap kebijakan pembangunan mengenai pengelolaan air adalah bahwa air berhubungan dengan aspek
sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan sumber daya air yang dimulai dari kebijakan pemerintah
tentang air, seperti bagaimana menyediakan air bersih bagi masyarakat dan pembangunan sistem irigasi
yang memiliki asas adil dan merata. Secara yuridis dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal
33 ayat 3 yaitu :“Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Dalam pasal tersebut jelas bahwa air harus
dikelola dengan sebaik-baiknya oleh pemerintah sehingga manfaat air dapat dirasakan oleh seluruh
masyarakat Indonesia. Sumber daya air merupakan kebutuhan mutlak setiap individu yang harus
dipenuhi untuk kelangsungan hidupnya. Apabila terjadi pengurangan kuantitas maupun kualitas sumber
daya air maka akan mempengaruhi kehidupan manusia secara bermakna. Kecenderungan saat musim
kemarau tiba dibeberapa daerah di Indonesia mengalami krisis air bersih.
84
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Fenomena kekurangan air bersih ini melanda Kota Sumbawa Besar, tepatnya di Kec.Unter Iwes.
Setiap tahun saat musim kemarau tiba debit air di sumur dan sumber mata air diwilayah Sumbawa Besar
mulai berkurang. Warga yang mengalami kekurangan air bersih ialah warga di Kec.Unter Iwes, Kota
Sumbawa Besar. Mereka bertempat tinggal didaerah dataran tinggi ini mengalami kekurangan air bersih
untuk kebutuhan sehari-hari seperti: mandi, makan, masak, minum, mencuci, serta kebutuhan warga
setempat lainnya. Oleh karena itu, para wargapun harus rela menempuh perjalanan sejauh dua kilometer
untuk mendapatkan air bersih.
Beberapa daerah di Kec.Unter Iwes juga mengalami kekurangan air bersih saat musim kemarau
tiba. Bahkan jumlah kecamatan yang mengalami kekurangan air bersih kini bertambah banyak. Mereka
yang selama ini selalu mengandalkan jaringan air melalui pipa PDAM, mulai kesulitan. Sebab, sudah
sebulan ini air pipa PDAM macet. Akibatnya warga untuk memperoleh air untuk kebutuhan sehari-hari
terpaksa memanfaatkan air sungai. Kendati kondisinya kotor dan keruh”. Para warga di desa tersebut
terpaksa mengangkut air yang berasal dari sungai tersebut untuk mereka bawa ke rumah meskipun
kondisinya tidak dapat dikatakan bersih bila digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Masalah
kekurangan air bersih yang dialami pada beberapa daerah di Kec.Unter Iwes saat musim kemarau tiba
harus segera ditanggapi oleh Pemerintah Daerah Kec.Unter Iwes Seperti kita ketahui bahwa kebutuhan
dalam hal air merupakan kebutuhan vital bagi masyarakat dalam kehidupan. Untuk melindungi segala
bentuk pemanfaatan sumber daya air maka pemerintah membuat undang-undang yang mengatur
mengenai prioritas pemanfaatan sumber daya air. Sebagai acuan di dalam pemanfaatan sumber daya air
85
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

ini adalah Undang-Undang No. 22 Tahun 1982 tentang Tata Guna Air. Di dalam Undang-Undang No. 22
Tahun 1982 tentang Tata Guna Air ini menyatakan urutan prioritas penggunaan air, yaitu : Air untuk
minum, air untuk keperluan rumah tangga, air untuk kepentingan pertahanan dan keamanan, air untuk
kepentingan peribadatan dan air untuk kepentingan irigasi.
Seperti yang telah disebutkan di atas maka penggunaan air yang paling prioritas adalah untuk
kebutuhan minum bagi masyarakat. PDAM Kec.Unter Iwes, Sumbawa Besar sebagai salah satu instansi
pemerintah berbentuk BUMD yang menyelenggarakan pelayanan umum/jasa dalam hal pemenuhan
kebutuhan air bersih dalam hal ini air untuk kebutuhan minum, memasak, mencuci, mandi bagi
masyarakat. Sebagian besar kebutuhan air bersih untuk masyarakat Kec.Unter Iwes dilayani oleh PDAM .
Data yang diperoleh mengenai cakupan pelayanan PDAM Tahun 2009 adalah 60,06% dari jumlah
penduduk khususnya di Kec.Unter Iwes yaitu 18.021 jiwa (Data Bagian Langganan). PDAM Kabupaten
Sumbawa Besar menggunakan mata air dan air tanah sebagai sumber air baku dalam sistem penyediaan
air minum bagi masyarakat. Data yang diperoleh dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(PJMD) Tahun 2009-2014 Kec.Unter Iwes menyebutkan ketersediaan air di bumi seperti air permukaan
dan air tanah tersebut keberadaannya dipengaruhi oleh iklim, jenis/sifat batuan dan kondisi permukaan
tanah, dan tata guna lahan. Kondisi hidrologi Kec.Unter Iwes dipengaruhi oleh sifat iklim regional,
disamping sifat-sifat fsis wilayah/tanah, hutan, dan lingkungan. Kec.Unter Iwes dengan luas wilayah
sebesar 688,85 km² setidaknya memiliki sumber mata air sebanyak 197 titik dengan debit sekitar 3.517
liter per detik pada Tahun 2004 dan mengalami penurunan menjadi 2.555,8 liter per detik pada Tahun
86
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

2007 (RPJMD Tahun 2009-2014 Kec.Unter Iwes). Penurunan debit mata air ini perlu mendapat perhatian
lebih mengingat kebutuhan akan air bersih akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah
penduduk di Kec.Unter Iwes. Hal ini menggambarkan kondisi yang kurang mendukung bagi Kec.Unter
Iwes dalam usaha pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat. Salah satu penyebab menurunnya
debit mata air ini dapat terjadi akibat adanya kerusakan lingkungan di wilayah tangkapan air di sekitar
sumber mata air dan terjadi alih fungsi lahan hutan kayu menjadi lahan pertanian tanaman pangan,
permukiman dan aktivitas guna lahan lainnya.
Berdasarkan kondisi lingkungan yang dihadapi PDAM Kec.Unter Iwes maka dibutuhkan suatu
perencanaan strategis. Penyusunan rencanaan strategis oleh PDAM Kec.Unter Iwes diharapkan mampu
merespon segala kondisi lingkungan yang ada terutama dalam permasalahan penyediaan kebutuhan air
bersih di Kec.Unter Iwes.
Maka dari itu untuk merespon semua ini maka PDAM Kec.Unter Iwes dituntut untuk dapat
melakukan perencanaan strategis yang tepat sehingga dapat memenangkan persaingan. Dengan
memahami perubahan lingkungan perusahaan yang terus beradaptasi dengan perubahan lingkungan
yang terjadi akan dapat tumbuh dan berkembang. Sebaliknya perusahaan yang tidak beradaptasi dengan
perubahan lingkungan akan mengalami kemunduran. Berangkat dari situlah yang mendorong peneliti
ingin mengetahui perencanaan strategis dan strategi-strategi yang digunakan pada PDAM Kec.Unter Iwes
dalam hal pemenuhan kebutuhan air bersih.
87
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

METODE PENELITIAN
Subyek penelitian adalah jaringan pipa Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) diwilayah Kecamatan
Unter Iwes yang mengalami kekurangan air bersih. Adapun Obyek penelitian ini adalah di wilayah
Kecamatan Unter Iwes Kabupaten Sumbawa.
Alat. Alat yang diperlukan dalam melakukan penelitian ini antara lain adalah :
a) Untuk mengukur tekanan air menggunakan Manometer.
b) Alat-alat tulis
c) Meter.
Metode Pengumpulan data. Tahap pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data-data
yang akan digunakan dalam simulasi jaringan pipa distribusi. Dalam hal ini peranan instansi terkait
sangat penting, terutama Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) tirta Batu Lanteh Kecamatan Unter Iwes.
Data dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1. Data Primer
a) Data dimensi, jenis dan panjang pipa
b) Data debit air
c) Data elevasi pipa
d) Data tekanan aliran air dalam pipa.
2. Data Sekunder
a) Data jumlah Pelanggan
88
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Jumlah pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Wilayah Kecamatan Unter Iwes
berfungsi untuk mengetahui banyaknya air yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam penelitian ini
data jumlah pelanggan yang digunakan adalah data pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) di wilayah Kecamatan Unter Iwes (bulan September 2013) dimana jumlah pelanggan
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) diwilayah Kecamatan Unter Iwes sampai september tahun
2013 mencapai 1952 sambungan rumah, ini berarti kebutuhan air bersih akan semakin meningkat
pada tahun-tahun berikutnya.

b) Data ketersediaan air


Data ketersediaan air yaitu jumlah ketersediaan sumber air yang ada. Untuk wilayah pelayanan
Kecamatan Unter Iwes sumber air yang dipakai berasal dari di sungai Berang Semongkat yang
mempunyai kapasitas 469 liter/s. Untuk saat ini sumber air ini baru diambil untuk suplai air bersih
sebesar 453 liter/s secara gravitasi, jarak sumber air baku ke instalasi pengolahan air 2,4 Km.

Metode Analisis Data. Metode analisis data yang dilakukan berdasarkan sistematika tujuan dan
aspek penelitian yaitu perhitungan kapasitas aliran fuida dan perhitungan tekanan aliran .

HASIL PENELITIAN
Umum. Menurut data curah hujan yang dikumpulkan dari stasiun pengamatan di Kecamatan Unter
Iwes kondisi curah hujan tinggi biasanya terjadi pada bulan Nopember sampai April dengan tertinggi pada
89
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

pulan Januari dan curah hujan rendah pada bulan Mei sampai Oktober dengan terendah pada bulan
Agustus.

Analisis dan Pengolahan Data.


1. Perhitungan proyeksi jumlah penduduk ( Domestik )
Daerah layanan pada penelitian ini terbatas pada 3 desa yaitu desa nijang, uma baringin dan
kerato sehingga jumlah penduduk yang akan di proyeksi mencakup jumlah penduduk dusun tersebut.
Tabel 1. Jumlah penduduk daerah layanan
Sumber : Data diolah
N Jumlah penduduk (Orang)
Desa
o L P Jumlah
Dalam 1 Kerato 1832 1767 3599 perhitungan proyeksi
jumlah penduduk 2 Uma Beringin 1207 1169 2376 digunakan metode
3 Nijang 865 770 1635
eksponensial, karena metode ini sering
Jumlah Penduduk 7610
dipakai dalam perhitungan proyeksi penduduk dan mempunyai hasil proyeksi yang lebih besar dibanding
metode lain yaitu P = Po (1 + I ) n Untuk perhitungan proyeksi selama 5 tahun seperti pada tabel.2.
90
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Tabel. 4.2 Proyeksi jumlah penduduk selama 5 tahun

Jumlah Penduduk Luas Wilayah


Tahun
( Jiwa ) ( M2 )

2014 19403 8238


(Sumber : Hasil Perhitungan)

2. Estimasi Kebutuhan Air bersih


Dalam perhitungan kebutuhan air domestik didasarkan pada jumlah penduduk proyeksi tahun ke
5 dengan kebutuhan air untuk daerah pedesaan yaitu 60 ltr/ org. Jumlah sambungan rumah
didasarkan pada jumlah KK yang ada didaerah layanan. Untuk kebutuhan non domestik di dasarkan
pada proyeksi fasilitas umum atau 15 % - 30 % dari pengguna Domestik untuk daerah pedesaan.
91
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Karena perkembangan fasiltas umum berdasarkan perhitungan relatif kecil maka untuk kebutuhan
non domestik digunakan 15% dari kebutuhan Domesitik.
Contoh perhitungan kebutuhan air.
Data sebagai berikut :
Desa uma beringin Kecamatan Unter Iwes
Jumlah sambungan rumah : 249 bh
Populasi 5 tahun proyeksi : 2376 orang
Kebutuhan air per orang : 60 liter/hari
Diperoleh Kebutuhan domistik desa uma beringin yaitu:
= 2376 orang x 60 liter/hari
= 142560 liter/ hari
Untuk kebutuhan non Domestik digunakan 15% dari kebutuhan domestik. Sehingga diperoleh
kebutuhan non domestik sebagai berikut :
= 15 % x 142560 liter/ hari
= 21384 liter/hari
Kehilangan air digunakan 30% dari kebutuhan non domestik:
= 30 % x 21384 liter/hari
= 641520 liter/hari
Kebutuhan air perhari yaitu jumlah kebutuhan domestik, non domestik dan kehilangan air:
92
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

= 142560 + 21384 + 641520


= 805464 liter/hari
Kebutuhan air jam puncak (peakhour) yaitu 100% dari kebutuhan air perhari:
= 100% x 805464
= 805464 liter/hari
Jadi, dapat di simpulkan bahwa kebutuhan air bersih pada jam puncak sebesar:
= 805464 liter/hari, dengan kebutuhan air perorang 60 liter/hari.

Perhitungan Tekanan aliran air dalam pipa. Jenis-jenis pipa yang digunakan pada jaringan pipa
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) diwilayah kecamatan Unter Iwes sumbawa:
1. Pipa 12 inc (PVC), S = 12,5 pipa ini didistribusiikan dari pengolahan sepanjang 2800 M.
2. Pipa 10 inc (PVC), S = 12,5 pipa ini dipasang sepasang sepanjang 2600 M
3. Pipa 6 inc (PVC), S = 12,5 dengan Panjang 2500 M
4. Pipa 2 inc (PVC), S= 12,5 dengan panjang 2500 M

Tabel 3. Data Eksisting Jaringan Pipa


Diameter Pipa Debit Panjang Tekanan Sumber : Hasil survey di instalasi
Titi Eleva jaringan pipa Perusahaan Daerah Air
(D) (l/d) (m) (Hasil
k si Minum (PDAM) ke wilayah kecamatan
Manometer)
0 104 14 inc 0.025 2600 0,4 bar Unter Iwes 2014.
1 34 6 inc 0.024 1600 0,2 bar
2 30 6 inc 0.022 1200 0,1 bar
3 26 6 inc 0.020 800 0,1 bar
93
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

1. Perhitungan Untuk Pipa HDPE 14 Inc sepanjang 2600 m

zA= 34m zB = 104 m

Dik : diameter pipa : D = 140 mm = 0.14 m


Panjang pipa : L = 2,6 km = 2600 m
Rapat Relatif : S = 0,9 => p = 900 kg/mᶟ
Debit Aliran : Q = 0,025 mᶟ/d
Kekentalan kinematik : v = 2,1 x 10⁻⁴
Tekanan dipipa B Zb = 0.4 bar = 40000 N/mᶟ
Koefsien gesekan : f = 0,02
Percepatan graftasi : g = 9,81 m/s²
Ditanyakan tekanan dititik zA ......?
Kapasitas Aliran :
94
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

0,025
Q
V= = π = 1.625 m/d
A . 0,14 ²
4

Angka Reynold :
V.D 1,625 x 0,14
Re = = = 1083.34
v 2,1 x 10 ⁻ ⁴

Karena Angka Reynold Re < 2000 berarti aliran adalah laminear. Kehilangan tenaga karena gesekan :
L V2 2600 1,6252
hf = f . . = 0,02 . . =¿ 39,70 m/d
D 2g 0,14 2 ( 9,81 )
Selisih Elevasi Kedua Ujung Pipa :
70
z= x 2600 = 70 m
2600
Persamaan Bernouli untuk Kedua ujung :
PA V ²A PB V ²B
zA + + = zB + + hf
ᵧ 2g ᵧ 2g

PA + 40000
0+ =2 + 39.70
ᵧ 900 x 9,81
PA
=¿ 46.23 m

95
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

PA = 46.23 x 900 x 9.81 = 408164.67 N/m²


Jadi dapat disimpulkan bahwa tekanan pada titik PA = 408164.67 N/m² < P (standar tekanan pipa
HDPE untuk S -12.5 4 inc = 420000 N/m²) dan dalam hal ini dapat di simpulkan bahwa tekanan air
yang mengalir tidak dapat menyalurkan air secara maksimal.

2. Perhitungan Untuk Pipa PVC 6 Inc sepanjang 1600 m

zB = 34 m
zA= 30 m

Dik : diameter pipa : D = 600 mm = 0.60 m


Panjang pipa : L = 1,6 km = 1600 m
Rapat Relatif : S = 0,9 => p = 900 kg/mᶟ
Debit Aliran : Q = 0,024 mᶟ/d
Kekentalan kinematik : v = 2,1 x 10⁻⁴
Tekanan dipipa B Zb = 1.4 bar = 14000 N/ m²
Koefsien gesekan : f = 0,02
Percepatan graftasi : g = 9,81 m/s²
Ditanyakan tekanan di titik zA ......?
96
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Kapasitas Aliran :
0,024
Q
V= = π = 0.085 m/d
A . 0,60 ²
4

Angka Reynold :
V.D 0,085 x 0,60
Re = = = 647.62
v 2,1 x 10 ⁻ ⁴

Karena Angka Reynold Re < 2000 berarti aliran adalah laminear. Kehilangan tenaga karena gesekan :
L V² 1600 0,085 ²
hf = f . . = 0,02 . . =¿ 11.353 m/d
D 2g 0,60 2( 9,81)
Selisih Elevasi Kedua Ujung Pipa :
4
z= x 1600 = 4 m
1600
Persamaan Bernouli untuk Kedua ujung :
PA V ²A PB V ²B
zA + + = zB + + hf
ᵧ 2g ᵧ 2g

PA +14000
0+ =4 + 11.353
ᵧ 900 x 9 , 81
PA
=¿ 35.973 m

97
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

PA = 35.973 x 900 x 9.81 = 317605.617 N/m² = 317605.617 k Pa


Jadi dapat disimpulkan bahwa tekanan pada titik PA = 317605.617 k Pa < P (standar tekanan pipa
PVC untuk 6 inc 620000 N/m²).
3. Perhitungan Untuk Pipa ACP 6 Inc sepanjang 1200 m
zA= 30
zB = 26 m

Dik : diameter pipa : D = 600 mm = 0.60 m


Panjang pipa : L = 1,2 km = 1200 m
Rapat Relatif : S = 0,9 => p = 900 kg/mᶟ
Debit Aliran : Q = 0,023 mᶟ/d
Kekentalan kinematik : v = 2,1 x 10⁻⁴
Tekanan dipipa B Zb = 0,1 bar = 10000 N/ mᶟ
Koefsien gesekan : f = 0,02
Percepatan graftasi : g = 9,81 m/s²
Ditanyakan tekanan di titik zA ......?
Kapasitas Aliran :
98
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

0,023
Q
V= = π = 0.814 m/d
A . 0,60 ²
4

Angka Reynold :
V.D 0,814 x 0,60
Re = = = 2325.72
v 2,1 x 10 ⁻ ⁴

Karena Angka Reynold Re < 2000 berarti aliran adalah laminear. Kehilangan tenaga karena gesekan :
L V² 1200 0,814 ²
hf = f . . = 0,02 . . =¿ 3.101 m/d
D 2g 0,6 2( 9,81)
Selisih Elevasi Kedua Ujung Pipa :
4
z= x 1200 = 4 m
1200
Persamaan Bernouli untuk Kedua ujung :
PA V ²A PB V ²B
zA + + = zB + + hf
ᵧ 2g ᵧ 2g

PA +10000
0+ =4 + 3.101
ᵧ 900 x 9,81
PA
=¿ 53.451 m

PA = 53.451 x 900 x 9.81 = 471918.879 N/m² = 471918.879 k Pa
99
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Jadi dapat disimpulkan bahwa tekanan pada titik PA = 471918.879 k Pa < P (standar tekanan pipa
PVC untuk 8 inc 770000 N/m²)

Tabel 4. Perbandingan Tekenan Pipa Dengan Standar


No Perbandingan Standa
Dimensi Pipa tekanan Keterangan
. r
1 Pipa HDPE 14 408164.67 N/M2 < Tidak Memenuhi
inc 420000 Standar
2 Pipa PVC 6 inc 317605.617N/M2 < Tidak Memenuhi
620000 Standar
3 Pipa ACP 6 inc 471918.879N/M2 < Tidak Memenuhi
770000 Standar

KESIMPULAN
Perhitungan besar tekanan aliran dalam pipa HDPE 14 inc pada titik PA adalah = 408164.67 N/m2
< P (standar pipa HDPE untuk S 12.5 - 14 inc = 420000 N/m²). Dengan demikian tekanan pada jaringan
distribusi air bersih PDAM di Kecamatan Unter Iwes tidak mampu mendistribusikan air bersih secara
maksimal di Kecamatan Unter Iwes .

SARAN
100
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

1. Untuk mengatasi salah satu penyebab menurunnya debit mata air akibat adanya kerusakan
lingkungan di wilayah tangkapan air, PDAM Kec.Unter Iwes disarankan adanya suatu Penyusunan
perencanaan, yang diharapkan mampu untuk merespon segala kondisi lingkungan yang ada terutama
dalam permasalahan penyediaan kebutuhan air bersih. Penurunan debit mata air ini perlu mendapat
perhatian lebih mengingat kebutuhan akan air bersih semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk di Kec. Unter Iwes.
2. Untuk mengatur tekanan air dalam pipa maka Kepada pihak Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di
wilayah Kecamatan Unter Iwes, Perlu adanya petugas yang mengatur aliran air untuk memutar valve
sesuai kebutuhan air.
3. Karena jaringan pipa yang ada saat ini masih baik, Perusahaan daerah air minum (PDAM) di wilayah
Kecamatan Unter Iwes disarankan untuk mengantisipasi tingkat kebocoran pada jaringan pipa, perlu
dilakukan perawatan atau pengecekan secara berkala pada diameter pipa, dari S-12,5 - S-14 pipa
HDPE 6 inc.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Data Curah Hujan Tahun 2002 – 2011. Dinas Pertanian Kabupaten Sumbawa
Damanhuri, Enri, 1989, Pendekatan Sistem Dalam Pengendalian dan Pengoperasian Sistem Jaringan
Distribusi Air Minum, Bandung, Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITB.
Harto, Sri. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
101
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Soewarno. 1995. Hidrologi Aplikasi Metode Statistika Untuk Analisa Data. Bandung : Nova
Sutrisno, Totok dkk, 2004, Teknologi Penyediaan Air Bersih, Jakarta, Rineka
Cipta.
Subarkah, Imam. 1998. Hidrologi Untuk Perencanaan Bangunan Air. Bandung : Adhea Dharma.
Sutopo. 2002. Metode Penelitian Kualitatif (Dasar Teoti dan Terapannya Dalam Penelitian). Surakarta:
Sebelas Maret University Press.

RANCANGAN ALAT PENCETAK PERMEN SUSU SAPI


102
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Oleh : Sussanto Wainigha

ABSTRAK

Merancang alat sederhana yang mudah digunakan yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas
produksi permen susu sapi yang lebih baik. Dengan ukuran alat pencetak 60x60x20 mm. Dan
kemampuan alat dalam sekali cetak bisa menghasilkan 608 biji permen susu sapi dalam waktu 3 menit,
dimana dengan menggunaka alat pencetak ini maka ukuran permen hasil cetakan lebih presisi dengan
dimensi 20x20x10 mm, dibandingkan dengan yang masih manual dimana dalam sekali cetak hanya
menghasilkan 200 biji permen susu sapi dalam waktu 30 menit dan tentunya ukuran permen susu kurang
presisi.
Dengan adanya alat ini maka dapat meningkatkan efektiftas produksi permen susu sapi yang
dihasilkan dimana dalam proses produksi permen susu sapi dengan menggunakan alat cetakan ini maka
dapat menghasilkan 12.160 biji/jam, dibandingkan dengan yang masih manual dimana dalam proses
produksi hanya menghasilkan permen susu 400 biji/jam.
Prinsip kerja Alat Pencetak Permen Susu Sapi ini adalah suatu prinsip kerja dimana dalam proses
pengepresan adonan diakibatkan oleh tarikan kedua tuas yang bekerja melalui proses pedal dengan cara
diinjak sehingga kedua tuas menarik plat atas sampai pisau cetakan menekan adonan diatas plat bawah
sampai adonan berbentuk menjadi permen susu sesuai ukuran yang telah ditentukan.

Kata Kunci : Alat Pencetak Permen Susu, Efektiftas.

PENDAHULUAN
Seiring perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, maka diperlukan upaya yang dapat
memudahkan masyarakat dalam meningkatkan efsiensi peralatan dan efektiftas waktu produksi guna
103
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

meningkatkan kinerja usaha. Salah satu upaya tersebut ialah dengan pemanfaatan Teknologi Tepat Guna
(TTG). Teknologi tepat guna merupakan wujud dari pemanfaatan ilmu pengetahuan guna memudahkan
kinerja manusia dalam rangka peningkatan kesejahteraanya, teknologi tepat guna tidak hanya sebuah
upaya perwujudan dari proses tranformasi ilmu-ilmu teoritis menjadi sesuatu yang berwujud, melainkan
teknologi yang memiliki ketepatgunaan dan sesuai dengan tujuan-tujuan spesifk yang ingin dipenuhi
dimana teknologi tersebut akan digunakan.
Pembangunan di Kabupaten Sumbawa menunjukkan perkembangan yang cukup baik di segala
sektor, hal ini ditunjukkan oleh meningkatnya kegiatan perekonomian skala kecil dan menengah.
Peningkatan kegiatan perekonomian tersebut diantaranya ditunjang oleh peranan warga masyarakat
dalam mengeksplorasi berbagai potensi yang ada di Kabupaten Sumbawa, pemanfaatan hasil turunan
dari kegiatan peternakan misalnya susu adalah salah satu contohnya, warga masyarakat khususnya yang
berada didesa penyaring telah mengolah susu kerbau dan sapi menjadi komoditi yang cukup bernilai
ekonomis yaitu permen susu.
Permen Susu adalah sejenis permen yang dibuat dengan menggunakan bahan dasar susu yang
pada prinsipnya, pembuatan permen ini berdasarkan reaksi karamelisasi yaitu reaksi kompleks yang
menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dari gula menjadi bentuk amorf yang berwarna coklat. Desa
Penyaring merupakan salah satu sentral penghasil susu dan olahannya, saat ini penduduk desa Penyaring
mulai berprofesi sebagai pengrajin permen susu dalam skala kecil. Pengolahan permen susu diolah
dengan menggunakan system dan teknik produksi yang masih manual. Kusnandar, fery. 2014.
104
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan efektiftas dan efsiensi peralatan yang digunakan
dalam proses produksi permen susu tersebut diatas serta sebagai sebuah upaya penterjemahan ilmu
pengetahuan yang kontekstual, penulis berupaya untuk memberikan sebuah solusi dengan merancang
alat pencetakan permen susu yang nantinya diharapakan dapat memberikan kemudahan bagi
masyarakat. Alat ini nantinya dapat memberikan beragam manfaat yang dapat mensubstitusi beberapa
proses dalam proses produksi permen susu yang masih manual selama ini. Oleh sebab itu penulis
bermaksud mengajukan penelitian yang berjudul “Rancangan Alat Pencetak Permen Susu Sapi“.
Prinsip Kerja Alat. Prinsip kerja Alat Pencetak Permen Susu ini adalah suatu prinsip kerja dimana
dalam proses pengepresan adonan diakibatkan oleh tarikan kedua tuas yang bekerja melelui proses pedal
dengan cara diinjak sehinnga kedua tuas menarik plat atas sampai pisau cetakan menekan adonan diatas
plat bawah sampai adonan berbentuk menjadi permen susu sesuai ukuran yang telah ditentukan.
Sebelum melakukan proses pengepresan terlebih dahulu meletakkan loyang adonan diatas plat bawah
guna proses pencetakan. Bahan kontruksi loyang adonan terbauat dari bahan plat almunium yang tahan
terhadap korosi dengan dimensi loyang adonan 45x45x5 mm.
Plat atas sebagai rangka pisau cetakan fungsinya untuk mencetak atau membentuk adonan sampai
berbentuk menjadi permen susu sesuai dengan bentuk dan ukuran yang telah ditentukan dalam
rancangan pisau cetakan dengan jumlah permen susu yang ingin dihasilkan dalam sekali cetak adalah
(608 biji/jam). Bahan konstruksi pisau cetakan dibuat dari bahan plat almunium dengan dimensi pisau
cetakan 20x20x10x3.5 mm. Dan plat bawah sebagai wadah yang digunakan untuk meletakkan loyang
105
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

adonan permen susu yang sudah digilis untuk proses pencetakan. Bahan kontruksi plat bawah dibuat dari
bahan plat almunium yang tahan terhadap karat dengan dimensi 600x600x20 mm.
Dalam proses pengepresan ini komponen penggerak atau penarik plat cetakan adalah Pedal injak
merupakan salah satu komponen alat pencetak adonan yang berhubungan langsung dengan kedua tuas
guna proses pengepresan dengan cara diinjak sehingga plat cetakan dapat menekan adonan diatas
loyang yang sudah diletakkan diatas plat bawah sampai adonan berbentuk menjadi permen susu. Dari
hasil pengepresan ini disebut permen susu. Kemudian permen susu didinginkan sampai mengeras untuk
proses pembungkusan dengan kemasan kertas permen.

METODOLOGI PENELITIAN
Desain Pengujian. Metode yang digunakan pada pengerjaan penelitian ini adalah gabungan
antara perancangan dan eksperimental. Pengujian dilaksanakan apa bila perencanaan dan pembuatan
“Alat Pencetak Permen Susu” ini yang telah diselesaikan.
Metode Pengumpulan Data. Dalam rancang bangun Alat Pencetak Permen Susu ini ditetapkan
suatu variabel, sebab suatu variabel merancang alat pencetak merupakan parameter utama yang
106
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

mempengaruhi hasil pencetak permen susu yang akan dicapai. Hal ini ditetapkan (2) variabel yaitu
sebagai berikut:
1. Variabel bebas sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dicapai.
a. Alat ini dapat meningkatkan efektiftas waktu dan efsiensi sumberdaya dalam proses produksi
permen susu.
b. Merancang alat sederhana yang mudah digunakan yang diharapakan dapat meningkatkan kualitas
produksi permen susu.
c. Dapat memberikan pemahaman tentang penggunaan alat pencetak permen susu.
2. Variabel Terikat.
Variabel terikat yaitu variabel yang menjadi perhatian utama perancang. Tujuan utama dari
rancangan adalah menjelaskan variabel terikat. Dengan menganalisa variabel terikat, diharapkan
dapat ditemukan jawaban dan penyelesaian permasalahan, Yang menjadi variabel terikat pada
perancangan ini adalah merancang “Rancangan Alat pencetak Permen Susu” sederhana yang dapat
meningkatkan efektiftas dan efsiensi proses produksi permen susu serta mudah digunakan oleh
masyarakat.
107
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Tabel 1. Bahan.
N
Bahan Satuan Harga
o.
600x600x20
1. Plat Atas Rp. 50.000
mm.
600x600x20
4. Plat Bawah Rp. 50.000
mm.
Pisau 20x20x10.3,5
5. Rp. 50.000
Cetakan mm.
100x20x10x2
6. Pegas Rp. 150.000
mm.
125x20&10x7
7. Baut & Mur Rp. 24.000
mm.
730x40x40x1.6
8. Besi Siku Rp. 48.000
mm.
9. Besi Kotak 560x20x20 mm. Rp. 78.000
10 Pipa 510x10x1/2 mm. Rp. 79.000
11 Poros 30x19 mm. Rp. 25.000
Rp.
12 Biaya Pembuatan Alat
1.0460.000
Rp.2.000.00
13 Jumlah Total
0
108
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Menentukan Spesifkasi Alat


Menentukan Spesifkasi Cetakan. Spesifkasi Alat Pencetak Permen Susu. Plat cetakan fungsinya
untuk mencetak atau membentuk adonan sampai berbentuk menjadi permen susu sesuai dengan bentuk
dan ukuran yang telah ditentukan dalam rancangan pisau cetakan dengan jumlah permen yang ingi
dihasilkan dalam sekali cetak adalah (608 biji/jam). Bahan konstruksi pisau cetakan dibuat dari bahan plat
almunium dengan dimensi pisau cetakan 20x20x10x3.5 mm.
Menentukan Spesifkasi Plat Bawah. Spesifkasi Plat bawah fungsinya untuk tempat meletakkan
loyang adonan permen susu yang sudah digilis sebelum dalam tahap proses pencetakan. Bahan
konstruksi plat bawah terbuat dari bahan plat almunium dengan ukuran 60x60x20 mm. Loyang fungsinya
sebagai wadah adonan untuk proses penggilisan dan hasil pengepresan disebut permen susu. Bahan
kontruksi loyang adonan terbuat dari plat almunium dengan ukuran 45x45x5 mm.

PERANCANGAN, PEMBUATAN, PERAKITAN


Proses Perancangan. Tahap pertama yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini ialah
tahap perancangan, dimana dalam tahap perancangan ini dimulai dengan mendesain gambar “Alat
Pencetak Permen Susu Sapi” yang akan digunakan, tahap ini ditunjukkan untuk mempermudah dalam
proses pembuatan atau perakitan alat nantinya. Pada tahap ini peneliti menggunakan software AutoCad
2008.
109
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Perhitungan Pegas. Tekanan adalah besarnya gaya yang diberikan pada setiap daerah seluas 1
m2. Satuan untuk mendefnisikan besaran tekanan adalah N/m2 atau dengan satuan lain yakni Pascal.
 Merencanakan Luas Diameter Pegas
F = m.a = 3 kg.10.m/s2 = 30 kg.m/s2
a. Mencari tegangan geser.
τ d = - 0,51 x Dw3 + 14,038 x Dw2 – 133,44 x Dw + 1193,7
b. Mencari diameter lilitan kawat.

Dw¿

3 8 . K . F . Dm
π.τd
c. Diameter luar.
D0 = Dm + Dw
d. Diameter dalam.
Dl= Dm-Dw
Keterangan:
Dm= Diameter rata-rata.
DW= Diameter kawat.
D1= Diameter dalam.
D0= Diameter luar.
F = Gaya.
110
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

K = Konstanta.
τd = Tegangan geser.
 Mencari tegangan geser.
Diketahui : K = 1,5 mm.
Dm = 100 mm.
Dw = 2 mm.
F = 3 kg.
τ d = - 0,51 x Dw3 + 14,038 x Dw2 – 133,44 x Dw + 1193,7
= - 0,51 x 23 + 14,038 x 22 – 133,44 x 2 + 1193,7
= 978,89 mm
 Mencari diameter lilitan kawat.

Dw¿

3 8 . K . F . Dm
π.τd


Dw¿ 3 8 . 1,5 .30 . 100
3,14 . 978,89


Dw¿ 3 3600
3073,71
Dw = 3,24 mm
τ d = - 0,51 x 3,243 + 14,038 x 3,242 – 133,44 x 3,24 + 1193,7
111
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

= 891,37 mm

Dw¿

3 8 . K . F . Dm
π.τd


Dw¿ 3 8 . 1,5 .30 . 100
3,14 . 891,98


Dw¿ 3 3600
2798,98
Dw = 3,40 mm
τ d = - 0,51 x 3,403 + 14,038 x 3,402 – 133,44 x 3,40 + 1193,7
= 882,24 mm

Dw¿

3 8 . K . F . Dm
π.τd


Dw¿ 3 8 . 1,5 .30 . 100
3,14 . 882,24


Dw¿ 3 3600
2770,23
Dw = 3,41 mm
τ d = - 0,51 x 3,413 + 14,038 x 3,412 – 133,44 x 3,41 + 1193,7
= 17030,60mm
112
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Dw¿

3 8 . K . F . Dm
π.τd


Dw¿ 3 8 . 1,5 .30 . 100
3,14 . 881,56


Dw¿ 3 3600
2768,09
Dw = 3,42 mm
Dm = 10 cm= 100 mm.
 Diameter luar.
D0 = Dm + Dw
D0 = 100 + 0,97
D0 = 100,97 mm
 Diameter dalam.
Dl= Dm-Dw
Dl = 100-0,97
Dl = 9,03 mm

Proses Pembuatan
113
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Alat. Adapun alat-alat yang akan dipersiapkan sebelum melakukan perakitan alat cetakan permen
susu ini adalah sebagai berikut :
1. Mesin Las Listrik. 7. Gerinda Tangan 11. Jangka Sorong
2. Elektroda Las. 8. Gerinda Potong 12. Mesin Bor
3. Kunci Combinasi 19. 9. Gerinda Brush 13. Meteran
4. Palu. 10. Penggaris Siku
5. Tang. 11. Obeng (Min-Plus)
Bahan. Adapun bahan yang akan digunakan dalam proses perakitan alat pencetak permen susu ini
adalah sebagai berikut:
1. Plat almunium 600x600x3,5 mm.
2. Besi Kotak 830x20x20x1,6 mm.
3. Besi Siku 730x40x40x1,6 mm.
4. Pipa 600x15x1,2 mm.
5. Besi Pejal 630x50x10 mm.
6. Besi Plat 20x10x5 m.
Adapun tahap-tahap dalam proses pembuatan alat ini adalah sebagai berikut:
a. Bentuk rangka cetakan yang akan digunakan.
114
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 1. Bentuk kerangka alat.


b. Bentuk pisau cetakan yang akan digunakan.

Gambar 2. Bentuk pisau cetakan.


c. Bentuk plat atas atau cetakan yang akan digunakan.

Gambar 3. Bentuk Plat atas.


d. Bentuk plat bawah atau wadah loyang adonan yang akan digunakan.
115
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 4. Bentuk Plat bawah.


e. Bentuk tuas yang akan digunakan.

Gambar 5. Bentuk Tus.


f. Bentuk pedal injak yang akan digunaka.
116
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 6. Bentuk Pedal Injak.

Langkah-Langkah Pembuatan. Proses pembuatan Alat Pencetak Permen Susu ini dikerjakan
dibengkel las. Proses pembuatannya sendiri memerlukan waktu kurang lebih satu bulan dimana dimulai
dari tanggal 17 April 2014 sampai tanggal 31 mei 2014. Proses pembuatan tersebut dimulai dari
menyiapkan bahan-bahan yang akan digunakan, misalnya bahan untuk rangka berupa besi siku, besi
kotak, poros utama yaitu terbuat dari pipa besi serta bahan-bahan material lainnya.
Adapun langkah-langkah dalam proses pembuatan Alat Pencetak Permen Susu ini adalah sebagai
berikut :
1. Pengukuran bahan material sesuai ukuran alat yang telah ditentukan.
2. Pemotongan bahan material.
3. Proses perakitan plat atas dan plat bawah.
4. Proses perakitan plat cetakan.
5. Proses pengelasan kerangka alat.
6. Proses perakitan tuas penarik plat cetakan.
7. Proses pengelasan pedal injak.
Proses Perakitan. Adapun langkah-langkah proses perakitan alat ini adalah sebagai berikut:
117
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Alat Bantu Yang Digunakan


Adapun alat bantu yang digunakan dalam proses perakitan alat ini adalah sebagai berikut :
 Klem.
 Penggaris siku.

Proses Perakitan Alat


Pada tahap ini peneliti merealisasikan bentuk perancangan yang telah dibuat sebelumnya ke dalam
bentuk nyata atau bentuk sebenarnya.
Adapun proses-proses perakitan alat ini adalah sebagai berikut :
a. Proses pengukuran material.

Gambar 7. Proses pengukuran material.

b. Proses pemotongan material.


118
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 8. Proses pemotongan material.

c. Proses pengelasan material.

Gambar 9. Proses pengelsan alat.

Biaya Pembuatan Alat


Besarnya biaya pembuatan alat pencetak permen susu adalah : Total Rp : 2.000.000,00.

Berat Kosong Alat Pencetak Permen Susu Sapi


Adapun berat kosong alat pencetak permen susu adalah: Total Berat Kosong Alat : 15 kg.

Tabel 2. Analisa Data Hasil Produksi Permen Susu Sapi


Keterangan Manual Alat Cetak
Kapasitas produksi. 400 biji/jam. 12160 biji/jam.
Ukurannya lebih presisi
Hasil produksi. Ukurannya kurang presisi.
dengan ukuran
119
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

20x10x10mm.
Produk yang rusak. 10 0/0. 5 0/0.
Waktu siklus. 30 menit. 3 menit.
400 x Rp 750,00 = 12160 x Rp 750,00 =
Omzet.
300.000,00 9.0120.000,00

Analisa (BEP) Break Eren Point


Adapun analisa BEP (Break Eren Point) alat ini adalah sebagai berikut:
Dalam perhitungan ini penulis hanya menjelaskan perhitungan BEP Unit.
Diketahui:
1. Biaya variabel/unit
 Susu sapi murni = 150,00/unit.
 Fanily = 10,00/unit.
 Gula = 25,00/unit.
2. Biaya tetap
 Alat press = 2.000.000,00
3. Harga jual :
¿
= t 0 tal ¿ cost h arga jual/ unit−variabel cost

2.000.000,00 2000.000,00
= = = 3508,7719/unit.
750,00−45,00 105
120
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Artinya pengusaha harus menjual 3508,7719/unit agar dapat mencapai Break Event Point.

KESIMPULAN
Dari rangkaian penelitian yang telah dilakukan bisa ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Dengan adanya alat ini maka dapat meningkatkan efektiftas produksi permen susu yang dihasilkan
dimana dalam proses produksi permen dengan menggunakan alat cetakan ini maka dapat
menghasilkan 12160 biji/jam, dibandingkan dengan yang masih manual dalam sekali produksi hanya
menghasilkan permen susu 400 biji/jam.
2. Dengan adanya alat pencetak ini maka dapat meningkatkan kualitas produksi permen susu yang
dihasilkan dimana dengan menggunakan alat pencetak ini maka ukuran permen hasil cetakan lebih
presisi dengan ukuran 20x10x10 mm. Dibandingan dengan yang yang masih manual tentunya ukaran
permen kurang presisi.
3. Dengan adanya alat ini untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi permen susu yang lebih
baik dimana dengan menggunakan alat cetakan ini dalam sekali cetak hanya membutukan waktu 3
menit. Dibandingkan dengan yang masih manual diaman dalam sekali cetak membutuhkan waktu
kurang lebih 30 menit.

SARAN
1. Perlu penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan alat pencetak permen susu yang lebih efsien.
121
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk penyempurnaan alat produksi permen susu ini.
3. Perlu penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan alat produksi permen susu sapi yang lebih efsien dan
mudah digunakan oleh para pengrajin permen susu.

DAFTAR PUSTAKA
Gere Jemes, M., 1878, Mekanika Teknik, Edisi 4. Jakarta: Erlangga.
Jogaswara, E., 1999, Menggambar Teknik Dasar, Mesin SMK 1. Bandung: Armico.
Kusnandar, fery., 2014, Reaksi Karamelisasi. http://itp.fateta.ipb.ac.id/id/index. Diakses tanggal 14-02-
2014.
Kersani, 2011, Permen Susu, http://posluhdesdesacijambu.blogspot.com. Diakses pada tanggal 08-03-
2014.
Simat, R., 2011. Pengertian-Pegas, http://artikata.com/2013/01/pengertian-pegas. Diakses tanggal 11-02-
2014.
Timoshenko S. P., 1972, Mekanika Teknik, Edisi 4, Jakarta: Erlangga.

RANCANG BANGUN ALAT CETAK BRIKET


Oleh : Alif Fahmi
122
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

ABSTRAK

Briket merupakan salah satu energi alternatif pengganti arang konvensional yang berasal dari kayu,
karena briket ini terbuat dari bahan-bahan lunak yang di padatkan, contoh serbuk kayu, daun, ampas
kelapa, ampas tebu dan lain-lain. Di Sumbawa banyak sekali terdapat bahan-bahan yang disebutkan di
atas untuk dapat dijadikan briket.
Tingginya kebutuhan masyarakat Indonesia terutama masyarakat Sumbawa akan bahan bakar dan
langkanya memperoleh bahan bakar, maka sangat perlu masyarakat kita untuk dapat memikirkan bahan
bakar lain sebagai alternatif, salah satunya briket. Masih sedikit masyarakat Sumbawa yang membuat
atau memproduksi briket, pembuatannya pun masih menggunakan sistem dan teknik produksi yang
masih manual.
Dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan efektiftas dan efsiensi peralatan yang digunakan
dalam proses produksi briket serta sebagai sebuah upaya penterjemahan ilmu pengetahuan yang
kontekstual, penulis berupaya untuk memberikan sebuah solusi dengan merancang alat pencetakan
briket yang nantinya diharapakan dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat. Alat ini nantinya
dapat memberikan beragam manfaat yang dapat mensubstitusi beberapa proses dalam proses produksi
briket yang masih manual selama ini.
Dengan adanya alat ini maka dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produk briket yang
dihasilkan, memudahkan para pembuat/pengrajin briket untuk meningkatkan produksi briket serta
memberikan kemudahan bagi pembuat/pengrajin briket skala kecil dalam memproduksi briket yang lebih
baik.

Kata Kunci: Rancang bangun alat pencetak briket.

PENDAHULUAN
123
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Di Negara kita Indonesia sedang mengalami masa sulit mengenai pasang surut harga kebutuhan
minyak bumi, pemerintah sendiri sedang mengkonversikan dari minyak tanah ke gas, namun itu dirasa
kurang efektif oleh masyarakat dengan maraknya tabung gas yang bocor dan pasokan gas yang kurang
memadai oleh sebab itu banyak usaha yang di lakukan oleh para ahli untuk mencari alternatif yang
ramah lingkungan, salah satunya adalah membuat briket.
Briket merupakan salah satu energi alternatif pengganti arang konvensional yang berasal dari
kayu, karena briket ini terbuat dari bahan-bahan lunak yang di padatkan, contoh serbuk kayu, daun,
ampas kelapa, ampas tebu, dan lain-lain. Dimana seperti yang kita ketahui serbuk kayu sangat mudah
untuk kita dapatkan umumnya di Indonesia dan khususnya di Kota Sumbawa, di mana serbuk kayu
bahkan merupakan sampah yang dibuang oleh masyarakat. Sekarang dengan kemajuan teknologi, serbuk
kayu tersebut tidak lagi menjadi sampah melainkan sebuah sumber energi yang kita olah kembali
menjadi briket yang bisa digunakan masyarakat untuk memasak. Untuk memadatkan serbuk kayu yang
sudah dihancurkan kita perlu menciptakan suatu alat yang disebut “Alat Pencetak Briket Arang”. Disini
serbuk kayu tersebut dipadatkan kembali dengan campuran bahan perekat tepung kanji dan dibentuk
menjadi satu bentuk seperti hexagonal, cylindrical, square/cube, diak/tablet, dan lain-lain.
Prinsip Kerja Alat. Dasar alat pencetak briket dimana alat ini menggunakan teknik pressure atau
tekanan. Pressure atau tekanan ini sendiri dihasilkan oleh dongkrak yang menggunakan sistem
pengungkit,dan dengan 2 pegas dikedua sisi pipa penekan bertujuan untuk mengembalikan pipa penekan
pada posisi semula. Sedangkan pada pipa penekan itu sendiri terdiri dari 5 (lima) buah dan begitu juga
124
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

dengan pipa penampung bertujuan untuk meningkatkan hasil produksi dan efsiensi waktu yang lebih
singkat. Setelah proses pengepresan selesai maka plat terbawah dari alat ditarik melalui celah yang
telah disiapkan.

METODE PENELITIAN
Desain Pengujian. Metode yang digunakan pada pengerjaan Tugas Akhir ini adalah gabungan
antara perancangan dan eksperimental. Pengujian dilaksanakan apabila perencanaan dan
pembuatan alat pencetak briket ini yang telah diselesaikan.
Metode Pengumpulan Data. Dalam rancang bangun Alat Pencetak briket ini ditetapkan suatu
variabel , sebab suatu variabel merancang alat pencetak merupakan parameter utama yang
mempengaruhi hasil pencetak briket yang akan dicapai. Hal ini ditetapkan 2 variabel yaitu sebagai
berikut :
1. Variabel Bebas, sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dicapai, yaitu :
a. Alat ini dapat meningkatkan efektiftas waktu dan efsiensi sumberdaya dalam proses produksi
briket ;
b. Merancang alat sederhana yang mudah digunakan yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas
produksi briket ;
c. Dapat memberikan pemahaman tentang penggunaan alat pencetak briket.
2. Variabel Terikat
125
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Variabel terikat yaitu variabel yang menjadi perhatian utama perancang. Tujuan utama dari
rancangan adalah menjelaskan variabel terikat. Dengan menganalisa variabel terikat, diharapkan
dapat ditemukan jawaban dan penyelesaian permasalahan. Yang menjadi variabel terikat pada
perancangan ini adalah bagaimana merancang alat pencetak briket sederhana yang dapat
meningkatkan efektiftas dan efsiensi proses produksi briket serta mudah digunakan oleh
masyarakat.

Tabel 1. Harga Bahan


N Bahan Satuan Harga
o.
1. Kanal U 500 x 100 x 3 mm Rp 500.000,-
2. Dongkrak 1 Ton Rp 250.000,-
3. Pegas - Rp 75.000
4. Pipa Penekan 150 x 28 x 3 mm Rp 100.000,-
5. Pipa 120 x 31 x 3 mm Rp 100.000,-
6. Penampung 600 x 94 x 3 mm Rp 150.000,-
7. Plat (Plat 3 mm) Orang Rp 300.000,-
Biaya Produksi
Alat
TOTAL Rp
1.475.000,-

Menentukan Spesifkasi Alat


126
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

1. Menentukan Spesifkasi Pipa Cetakan / Pipa Penampung


Spesifkasi Alat Pencetak Briket. Pipa/besi cetakan fungsinya untuk mencetak atau membentuk
serbuk arang sampai berbentuk menjadi briket sesuai dengan bentuk dan ukuran yang telah ditentukan
dalam rancangan alat cetakan dengan target produksi briket yang ingin dihasilkan dalam sekali cetak
(300 Pcs/Jam). Bahan konstruksi pipa cetakan dibuat dari bahan besi tabung dengan ukuran 150 x 28 x 3
mm sebanyak 12 buah.
2. Menentukan Spesifkasi Pipa Penekan
Spesifkasi pipa penekan fungsinya sebagai besi penekan dan pemadat serbuk arang yang sudah
ditumbuk sebelum dalam tahap proses pencetakan. Bahan konstruksi pipa penekan terbuat dari bahan
yang sama dengan pipa cetakan/pipa penampung namun dengan ukuran sedikit berbeda yaitu 120 x 31 x
3 mm sebanyak 12 buah juga. Pipa penekan adalah bahan logam yang kuat terhadap tekanan yang
diberikan oleh dongkrak. Penggunaan logam besi dipilih karena efektif dalam penggunaannya, serta
bahannya mudah didapat dengan kata lain ringan, kekuatan yang cukup baik, mudah diproduksi dan
cukup ekonomis.

PERANCANGAN, PEMBUATAN, PERAKITAN


Proses Perancangan. Tahap pertama yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini ialah
tahap perancangan, dimana dalam tahap perancangan ini dimulai dengan mendesain gambar “Alat Cetak
Briket” yang akan digunakan, tahap ini ditunjukkan untuk mempermudah dalam proses pembuatan atau
127
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

perakitan alat nantinya. Pada tahap ini peneliti menggunakan software dan AutoCad 2008, untuk
software AutoCad digunakan untuk menggambar dalam bentuk dua Dimensi (2D).
Perhitungan Komponen Utama Alat :
F = m.a = 4 kg x 10 m/s2
= 40 N

Diketahui :
K = 1,5 mm
Dw = 3 mm
Dm = 250 mm
F = 40 N
Mencari Tegangan Geser
td = -0,51 x Dw3 + 14,038 x Dw2 - 133,44 x Dw + 1193,7
= -0,51 x 33 + 14,038 x 32 - 133,44 x 3 + 1193,7
= 905,95 kg/mm

Dw =

3 8. 1,5 . 40 . 250
3,15 . 905,95
128
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016


= 3 120.000
2844,68
= 19,48 kg/mm

td = -0,51 x Dw3 + 14,038 x Dw2 - 133,44 x Dw + 1193,7

= -0,51 x 19,483 + 14,038 x 19,482 - 133,44 x 19,48 + 1193,7

= 151.33 kg/mm

Dw

= 3 8. 1,5 . 40 . 250
3,15 . 151,33


= 3 120.000
792,96
= 36,90 kg/mm

A. Diameter Rata-rata :
Dm = 25 cm  250 mm
B. Diameter Luar :
D0 = Dm + Dw = 250 + 36,90 = 286,90 mm
C. Diameter Dalam :
D1 = Dm – Dw = 250 – 36,90 = 213,10 mm
Proses Pembuatan. Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan alat ini
adalah sebagai berikut:
1. Alat Yang Digunakan
129
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Adapun alat-alat yang akan dipersiapkan sebelum melakukan perakitan alat cetak briket ini
adalah sebagai berikut :
a) Alat las d) Palu
b) Gerinda (potong & tangan) e) Obeng (min-plus)
c) Tang
2. Bahan Yang Dikerjakan
Adapun bahan yang akandikerjakan dalam perakitan alat pencetak permen susu ini adalah
sebagai berikut:
a) Kanal U d) Pipa Penekan
b) Dongkrak e) Pipa Penampung
c) Pegas f) Plat Alas

Adapun tahap-tahap dalam proses pembuatan alat ini adalah sebagai berikut:
1. Bentuk rangka cetakan yang akan digunakan
130
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 1. Bentuk Kerangka Alat

2. Bentuk Pipa Penekan yang akan digunakan

Gambar 2. Bentuk Pipa Penekan

3. Bentuk Pipa Penampung yang akan digunakan


131
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 3. Bentuk Pipa Penampung


4. Bentuk Pegas yang akan digunakan

Gambar 4. Bentuk Pegas

5. Besi Alas/Penyangga Rangka yang digunakan


132
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 5. Bentuk Besi Alas/Penyangga

6. Dongkrak yang digunakan

Gambar 6. Dongkrak
133
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Langkah-Langkah Pembuatan. Proses pembuatan Alat Cetak Briket ini dikerjakan di bengkel las.
Proses pembuatannya sendiri memerlukan waktu kurang lebih satu bulan dimana dimulai dari tanggal 17
April 2014 sampai tanggal 17 Mei 2014. Proses pembuatan tersebut dimulai dari menyiapkan bahan-
bahan yang akan digunakan, misalnya bahan untuk rangka berupa kanal U dan juga mempersiapkan
bahan-bahan serta alat-alat lainnya.
Proses pembuatan dilakukan dalam dua tahap, dimana tahap pertama yaitu pembuatan atau
perakitan rangka Alat Cetak Briket, dan tahap kedua yaitu pembuatan atau perakitan pipa cetakan briket.
Tahap pertama dimulai dengan mengukur bahan-bahan material dan memotong bagian-bagian material
tersebut sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan sebelumnya. Untuk bagian rangka (kiri dan kanan)
menggunakan besi kanal U dengan dimensi 1500 x 100 x 3 mm, sedangkan untuk rangka bagian atas
menggunakan besi kanal U dengan dimensi 500 x 100 x 3 mm, dan rangka bagian bawah (besi alas)
menggunakan plat dengan dimensi 700 x 120 x 3 mm.
Setelah proses pemotongan selesai kemudian dilanjutkan dengan proses pengelasan pada setiap
rangka. Proses selanjutnya pemasangan atau perakitan bagian-bagian dari Alat Cetak Briket tersebut.
Untuk tahap kedua, yaitu dilanjutkan dengan pembuatan atau perakitan pipa cetakan yang terdiri dari
pipa penekan dan pipa penampung, dimana pipa cetakan sendiri terbuat dari pipa besi, pipa penekan
berdiameter 28 mm dengan tinggi 150 mm, dan pipa penampung berdiameter 31 mm dengan tinggi 150
mm.
Adapun langkah-langkah dalam proses pembuatan Alat Cetak Briket ini adalah sebagai berikut :
134
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

a) Pengukuran bahan material sesuai ukuran alat yang telah ditentukan.


b) Pemotongan bahan material.
c) Proses perakitan komponen alat.
d) Proses perakitan pipa cetakan dan pipa penampung.
e) Proses pengelasan kerangka alat.

Proses Perakitan
1)Alat Bantu Yang Digunakan
Adapun alat bantu yang digunakan sebagai berikut :
a. Meteran b. Klem c. Penggaris / Penggaris Siku
2)Proses Perakitan Alat
Pada tahap ini peneliti merealisasikan bentuk perancangan yang telah dibuat sebelumnya ke
dalam bentuk nyata atau bentuk sebenarnya.

1. Proses Pengukuran Material


135
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 7. Proses Pengukuran Material


2. Proses Pemotongan material

Gambar 8. Proses Pemotongan Material

3. Proses Pengelasan Alat


136
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 9. Proses Pengelasan Alat


3)Biaya Bahan
Tabel 2. Harga Bahan
N Bahan Satuan Harga
o.
1. Kanal U 500 x 100 x 3 mm Rp 500.000,-
2. Dongkrak 1 Ton Rp 250.000,-
3. Pegas - Rp 75.000
4. Pipa Penekan 150 x 28 x 3 mm Rp 100.000,-
5. Pipa 120 x 31 x 3 mm Rp 100.000,-
6. Penampung 600 x 94 x 3 mm Rp 150.000,-
7. Plat (Plat 3 mm) Orang Rp 300.000,-
Biaya Produksi
Alat
TOTAL Rp
1.475.000,-
137
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

a) Biaya Pembuatan Dan Perakitan


Adapun biaya pembuatan dan perakitan alat sebagai berikut :
Total Rp 300.000,-
b) Berat Kosong Alat Cetak Briket
Adapun total berat kosong alat cetak briket tersebut adalah 25 kg.
c) Prosedur Pengoperasian Dan Uji Coba Alat (Testing)
Adapun tahap-tahap pengoperasian alat ini terdiri dari beberapa kegiatan sebagai berikut :
1. Menyiapkan bahan-bahan untuk membuat briket
2. Mencampur bahan untuk membuat briket.
3. Isi cetakan dengan bahan-bahan yang sudah tercampur
4. lakukan pengepresan dengan menggunakan dongkrak yang berkapasitas 2 ton.
d) Tabel Perbandingan Hasil Produksi Briket
Tabel 3. Perbandingan Hasil Produksi Briket
Ketarangan Manual Alat cetak
Kapasitas 60 biji/jam 240 biji/jam
produksi
Hasil produksi Tekanan tidak Tekanan sama rata (15
sama kg)
Produk yang 20 % 5%
rusak
Omzet 60 x 150,00 = 240 x 150,00 =
9000,00 36000,00
138
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

e) Analisa (BEP) Break Eren Point


Adapun analisa BEP (Break Eren Point) alat ini adalah sebagai berikut: Dalam perhitungan ini
penulis hanya menjelaskan perhitungan BEP Unit.
Diketahui:
1. Biaya variabel/unit
 Kanji = 20,00/unit.
 Serbuk = 25,00/unit.
2. Biaya tetap
 Alat press = 1.0475.000
3. Harga jual :
¿
= t 0 tal ¿ cost h arga jual/ unit−variabel cost

1.0475.000,00 1.0475.000,00
= = = 99761,90 /unit.
150,00−45,00 105,00
Artinya pengusaha harus menjual 99761,90/unit agar dapat mencapai Break Event Point.

KESIMPULAN
139
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Dari rangkaian penelitian yang telah dilakukan bisa ditarik kesimpulan bahwa dari hasil pengujian
didapat hasil penelitian yang terbaik karena alat cetak dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produk
briket yang dihasilkan dibandingkan dengan manual.

SARAN
1. Perlu penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan produktivitas briket yang dihasilkan.
2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk penyempurnaan alat cetak briket perlu penelitian lebih lanjut untuk
meningkatkan alat cetak briket yang lebih efsien dan mudah digunakan oleh warga masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Fristiar, Ficky. 2012. “Mesin Pengupas Serabut Kelapa Semiotomatis”. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Gere, Jemes M.1878. “Mekanika Teknik, Edisi 4”. Jakarta: Erlangga.
Jogaswara, E. 1999. “Menggambar Teknik Dasar, Mesin SMK 1”. Bandung: Armico.
Ramdhani, Dadan M., dkk. 2008. “Mesin Press Papan Partikel sekam Padi Untuk Chieling Dengan Daya 10
Ton”. Yogyakarta: Institut Sains Dan Teknologi Akprind.
Rita. 2009. Briket Sampah. http://bandarsampah.blogdetik.com. Diakses pada hari Rabu, 30 November
2011 pukul 14.00 WIB.
Timoshenko, S. P. 1972. “Mekanika Teknik, Edisi 4”. Jakarta: Erlangga.
140
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Wahyu, Arozi. 2011. “Pembuatan Briket Arang”. Jakarta : Madanitec.

PERENCANAAN MESIN PEMARUT SEKALIGUS PEMERAS KELAPA


141
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Oleh : Abdul Muis

ABSTRAK

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka diperlukan upaya yang dapat
memudahkan masyarakat dalam meningkatkan efsiensi peralatan dan efektiftas waktu guna
meningkatkan kinerja usaha. Prinsip kerja Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras kelapa ini adalah suatu
prinsip kerja dimana dalam proses pemerasan parutan kelapa diakibatkan oleh putaran ulir yang bekerja
melalui proses putaran pulley yang di putar oleh vanbelt sehinga ulir berputar menekan parutan kelapa
didalam tabung pipa paralon sampai parutan kelapa menghasilkan santan. Dalam merancang Mesin
Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa ini ditetapkan suatu variabel, sebab suatu variabel merancang Mesin
Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa merupakan parameter utama yang mempengaruhi hasil parutan
kelapa dan santan yang akan dicapai. Adapun langkah-langkah yang perlu di perhatikan pada Alat
pemarut dan pemeras kelapa, terutama dalam perawatan agar alat tetap awet, harus selalu di bersihkan
setelah selesai melakukan proses, selalu memperhatikan segala komponen alat pemarut sekaligus
pemeras kelapa ini, dan selalu simpan pada tempat yang aman. Alat ini nantinya dapat bermanfaat di
kalangan masyarakat, memudahkan dalam proses produksi kelapa dapat menghasilkan santan yang
berkualitas, higienis, dan memberi solusi pada masyarakat tanpa menggunakan proses manual dalam
proses pemarutan dan pemerasan kelapa.

Kata Kunci : Perencanaan Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa

PENDAHULUAN
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka diperlukan upaya yang dapat
memudahkan masyarakat dalam meningkatkan efsiensi peralatan dan efektiftas waktu guna
142
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

meningkatkan kinerja usaha. Salah satu upaya tersebut ialah dengan pemanfaatan Teknologi Tepat Guna
(TTG). Teknologi Tepat Guna merupakan wujud dari pemanfaatan ilmu pengetahuan guna memudahkan
kerja manusia dalam rangka peningkatan kesejahteraannya, Teknologi Tepat Guna tidak hanya sebuah
upaya perwujudan dari proses tranformasi ilmu-ilmu teoritis menjadi sesuatu yang berwujud, melainkan
teknologi yang memiliki ketepat gunaan dan sesuai dengan tujuan-tujuan spesifk yang ingin dipenuhi
dimana teknologi tersebut akan digunakan.
Pembangunan di Kabupaten Sumbawa menunjukkan perkembangan yang cukup baik di segala
sektor, hal ini ditunjukkan oleh diantaranya peranan warga masyarakat dalam mengeksplorasi berbagai
potensi, pemanfaatan hasil dari pertanian misalnya kelapa adalah salah satu contohnya, warga
masyarakat khususnya yang mengolah bisnis rumah tangga atau produk skala kecil dan menengah, yang
cukup bernilai ekonomis yaitu dengan memanfaatkan santan kelapa.
Santan kelapa adalah jenis olahan yang di olah dengan menggunakan bahan dasar kelapa yang
pada prinsipnya olahan yang menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dari kelapa menjadi santan,
sedangkan pengolahan santan kelapa diolah dengan menggunakan system dan teknik produksi, saat ini
banyak kita temukan pengolahan kelapa masih manual terutama pada rumah tangga atau industri-
industri kecil dan menengah, Kusnandar, fery. 2014.
Dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan efektiftas dan efsiensi peralatan yang digunakan
dalam proses produksi santan kelapa tersebut serta sebuah upaya pengembangan ilmu pengetahuan
143
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

yang kontekstual. Alat ini nantinya dapat memberikan beragam manfaat yang dapat mensubstitusi
beberapa proses dalam proses produksi santan yang masih manual selama ini. Oleh sebab itu penulis
bermaksud mengajukan penelitian yang berjudul “Perencanaan Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras
Kelapa’’
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah Meningkatkan kualitas dan kuantitas produk
santan yang dihasilkan, memberikan kemudahan bagi masyarakat skala kecil dalam memproduksi santan
yang lebih baik dan dapat memberikan kontribusi pengembangan Teknologi Tepat Guna (TTG) dalam
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Metode Pengumpulan Data. Dalam merancang Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa ini
ditetapkan suatu variabel, sebab suatu variabel merancang Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa
merupakan parameter utama yang mempengaruhi hasil parutan kelapa dan santan yang akan dicapai.
Hal ini ditetapkan 3 variabel yaitu sebagai berikut:
1. Variabel bebas sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dicapai.
a. Meningkatkan efektiftas waktu dan efsiensi tenaga apabila menggunakan mesin pada proses
pemarut sekaligus pemerasan kelapa
b. Dapat memberikan pemahaman tentang perencanaan mesin pemarut sekaligus pemeras kelapa.
2. Variabel Terikat.
144
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Variabel terikat yaitu variabel yang menjadi perhatian utama perancang. Tujuan utama dari rancangan
adalah menjelaskan variabel terikat, terhadap “perencanaan mesin pemarut sekaligus pemeras
kelapa” yaitu kelapa dan air.
3. Variabel terkontrol.
Variabel terkontrol yaitu variabel yang menjadi perhatian utama hasil proses pengoperasian alat yaitu
santan.

Alat. Adapun alat-alat yang akan dipersiapkan sebelum melakukan perakitan Mesin Pemarut
Sekaligus Pemeras Kelapa ini sebagai berikut :
1. Mesin Las. 5. Mesin Gerinda
2. Kunci Combinasi 12. 6. Meteran
3. Tang . 7. Mesin Bor
4. Palu. 8. Penggaris Siku.
Bahan. Adapun bahan yang perlu di persiapkan :
1. Kelapa 7. Baut & Mur
2. Besi siku 8. Plat almunium
3. Parutan kelapa 9. Pipa paralon 3’’/ dop
4. Bearing 10. Sabuk
5. Pulley 11. Besi
145
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

6. Motor listrik 12. Krant

Menentukan Spesifkasi Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa. Alat pemarut dan
pememeras kelapa fungsinya mengiris kelapa membentuk kelapa sampai berbentuk irisan kecil-kecil
sesuai dengan bentuk dan ukuran yang telah ditentukan dalam rancangan pisau irisan.

Menentukan Spesifkasi Alat Pemeras Kelapa. Spesifkasi alat pemeras kelapa fungsinya untuk
proses pengolahan kelapa parut yang tercampur dengan air dengan system ulir agar menghasilkan
santan yang optimal sesuai kapasitas yang telah di tentukan.

PERANCANGAN, PEMBUATAN, PERAKITAN


Proses Perancangan. Tahap pertama yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini ialah
tahap perancangan, dimana dalam tahap perancangan ini dimulai dengan mendesain gambar “Mesin
Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa” yang akan digunakan, tahap ini ditunjukkan untuk mempermudah
dalam proses pembuatan atau perakitan alat nantinya. Pada tahap ini peneliti menggunakan software
AutoCad 2008.

Proses Pembuatan. Adapun tahap-tahap dalam proses pembuatan alat ini sebagai berikut:
a. Bentuk rangka mesin pemarut sekaligus pemeras kelapa yang akan digunakan.
146
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 1. Bentuk kerangka alat.

b. Bentuk pisau parutan kelapa yang akan digunakan.

Gambar 2. Bentuk pisau parutan kelapa.


c. Mesin penggerak utama yank digunakan
147
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 3. mesin penggerak.


d. Tabung air yang akan di gunakan

Gambar 4. botol air mineral

e. Sabuk dan pulley yang di gunakan


148
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 5. Sabuk dan pulley


f. Bentuk rumah parutan kelapa yang akan digunakan.

Gambar 6. Bentuk books parutan kelapa


g. Bentuk corong atau output parutan kelapa dan input alat pemeras yang digunakan.
149
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 7. Corong alat pemeras kelapa.


h. Bentuk tabung alat pemeras parutan kelapa yang akan digunakan terbuat dari pipa paralon.

Gambar 8. Tabung alat pemeras parutan kelapa


i. Bentuk alat pemeras parutan kelapa yang akan digunakan.
150
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 9. Alat pemeras parutan kelapa.

Langkah-Langkah Pembuatan. Pembuatan Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa ini


dikerjakan dibengkel las ‘’RANGGA PUTRA’’. Proses pembuatannya sendiri memerlukan waktu yang cukup
lama, dimulai dari pemilihan bahan yang cocok sesuai dengan kebutuhan, proses perakitan, dan
pemasangan segala komponen Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa ini.
Adapun langkah-langkah dalam proses pembuatan Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa ini
adalah sebagai berikut :
1. Pengukuran bahan material sesuai ukuran yang telah ditentukan.
2. Pemotongan bahan material.
3. Proses perakitan kerangka
4. Proses perakitan books parutan kelapa.
5. Proses pengelasan alat pemeras
6. Proses perakitan tabung pemeras parutan kelapa
7. Proses pemasangan komponen mesin pemarut sekaligus pemeras kelapa.
Proses Perakitan Alat. Pada tahap ini peneliti merealisasikan bentuk perancangan yang telah
dibuat sebelumnya ke dalam bentuk nyata atau bentuk sebenarnya. Adapun proses-proses perakitan alat
ini adalah sebagai berikut :
151
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

a. Proses pengukuran material.

Gambar 10. Proses pengukuran material.


b. Proses pemotongan material.

Gambar 11. Proses pemotongan material.


c. Proses pengelasan material.
152
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 12. Proses pengelasan alat.

Tabel 1. Biaya Pembuatan Dan Perakitan


N
Bahan Satuan Harga
o.
1. Besi siku 4 Rp. 58.000
4. Parutan kelapa 1 Rp. 110.000
5. Bearing 2 Rp. 45.000
6. Puli 3 Rp. 45.000
7. Motor listrik 1 Rp. 250.000
8. Baut & Mur 50 Rp. 50.000
9. Plat almunium 1meter Rp. 27.000
Pipa paralon 3’’/
10 1,5m / 2 Rp. 30.000
dop
1 Sabuk 1 Rp. 24.000
153
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

12 Besi 1 Rp.11.000
13 Krant 1 Rp.15.000
Biaya Pembuatan Alat Rp. 100.000
Jumlah Total Rp.765.000
Adapun biaya pembuatan dan perakitan mesin pemarut sekaligus pemeras kelapa adalah : Total
Rp : Rp.765.000
Berat Kosong mesin pemarut sekaligus pemeras kelapa. Adapun berat kosong mesin
pemarut sekaligus pemeras kelapa adalah : Total Berat Kosong Alat : 25 kg.

HASIL PENGUJIAN
Tahap terakhir dalam penelitian ini adalah tahap pengujian “Perencanaan Mesin Pemarut Sekaligus
Pemeras Kelapa”. Dalam tahap pengujian alat ini peneliti melaksanakan pengujian atau uji coba alat
dengan menggunakan kelapa sebagai bahan untuk mendapatkan hasil, dengan kemampuan alat dalam
sekali operasi bisa menghasilkan santan. Kemudian membandingkan manakah yang lebih baik antara
proses manual dan menggunakan mesin pemarut sekaligus pemeras kelapa ini.
Pada tahap ini, data-data yang didapatkan pada tahap pengujian dimana dari hasil santan dan
koefsien waktu menggunakan mesin pemarut sekaligus pemeras kelapa, dibandingkan dengan proses
manual tentunya hasil produksinya tidak sama dan juga waktu yang berbeda.
Tabel 2. Hasil Pengujian Produksi Santan Kelapa
154
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

N
Uraian Manual Mesin
o.
1. Kelapa 1 biji 1 biji
2. Air 1000 ml 1000 ml
3. Proses pemarutan 14:08 10:34

4. Proses pemerasan 04:40 02:10


5. Total waktu 18:48 menit 12:45 menit
6. Hasil Putih Putih

Perawatan Alat Adapun langkah - langkah dalam perawatan Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras
Kelapa ini sebagai berikut:
1. Alat pemarut dan pemeras kelapa harus selalu di bersihkan setelah selesai melakukan proses.
2. Memperhatikan segala komponen pada saat memulai proses produksi.
3. Simpan selalu pada tempat yang aman.

KESIMPULAN
Dari rangkaian penelitian yang telah dilakukan bisa ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Dengan adanya alat ini maka dapat meningkatkan produk santan yang dihasilkan berkualitas dan
higienis.
155
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

2. Dengan adanya mesin pemarut sekaligus pemeras kelapa ini dapat memudahkan kinerja masyarakat,
efsiensi waktu dan tenaga dalam memproduksi santan kelapa.

SARAN
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, maka peneliti menyarankan
untuk kesempurnaan Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa ini, perlu penelitian lebih lanjut untuk
meningkatkan kinerja Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa yang mudah digunakan oleh warga
masyarakat, terutama pada mesin penggerak utama. Dianjurkan menggunakan mesin di atas 2.850
R.P.M, dan alat pemeras lebih di perkecil diameter ulir.

DAFTAR PUSTAKA
Febrianto,Putra, 2014,’’Almunium’’,http://www.platalmunium.com. Diakses tanggal 11-02-2014.
Hemawan, 2012,’’motor-listrik’’, http:// motor-listrik.blogspot.com.html. Diakses pada 12-2012.
Ismanto, Edi, 2013,’’pengertian besi’’, http://artikata1.blogspot.com.pengertian-besi.html. diakses
tanggal 11-02-2014.
156
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Kusnandar, fery., 2014, Reaksi Karamelisasi. http://itp.fateta.ipb.ac.id/id/index. Diakses tanggal 14-02-


2014.
Maryanto, budi, 2012,’’ Pengertian dan macam-macam baut’’,
http://zulkifi.mywapblog.com/pengertian-dan-macam-macam-baut. diakses tanggal 11-02-2014.

ANALISIS PENGGUNAAN MATERIAL ALUMINIUM DAN KAYU PADA KONSTRUKSI


BANGUNAN GEDUNG
Oleh : Dede Satria

ABSTRAK
157
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Penggunaan bahan material merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil optimal dalam
suatu proyek pembangunan. Adanya produk kusen Aluminium sebagai alternatif lain yang digunakan
sebagai bahan pembuatan kusen bangunan. Pada studi ini dilakukan perbandingan penggunaan kusen
aluminium dan kusen kayu pada bangunan ditinjau dari segi biaya, waktu pelaksanaan dan tata laksana
dengan menggunakan bahan aluminium dan kayu jati. Data yang digunakan pada analisis ini merupakan
data harga satuan pekerjaan sebagai acuan dalam perhitungan yang sah.
Dari hasil perbandingan dengan data yang ada, diperoleh jika ditinjau dari segi biaya adalah
sebagai berikut, yaitu : kusen aluminium Rp. 98.251.531,- dan dari kusen Kayu sebesar Rp. Rp
91.753.381,- . Maka diperoleh kesimpulan dari segi biaya yang paling murah untuk bahan penggunaan
kusen bangunan adalah kusen kayu sedangkan dari segi waktu pelaksanaan kusen aluminium adalah
yang paling cepat. Untuk tata laksana secara menyeluruh hampir sama akan tetapi ada sedikit perbedaan
tata laksana pemasangannya yaitu dari kusen aluminium dikerjakan sesudah tembok berdiri dan sudah
diplester dan dicat, sedangkan untuk kusen kayu pengerjaannya dilakukan bersamaan saat pemasangan
bata merah.

Kata kunci : Analisis, material, gedung.

PENDAHULUAN
Indonesia telah terkenal sejak lama menjadi penghasil kayu tropis terbesar di dunia. Saat ini kondisi
hutan dan keberadaan material kayu sudah sangat memprihatinkan karena pembalakan hutan secara liar
dan besar-besaran dipastikan akan membuat material kayu menjadi sulit dicari dan harganya pun
nantinya akan melonjak naik. Oleh karena itu pencarian material alternatif dari kayu dilakukan sebagai
solusi untuk melestarikan hutan dan diharapkan dapat membuat bangunan lebih awet. Kayu biasanya
dimanfaatkan sebagai material seperti kusen, pintu, jendela, plafond, fnishing, lisplank, lantai dan
158
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

lainnya. Material kayu dengan tekstur dan guratannya yang indah sudah digemari para penggunanya.
Namun penanganannya yang kurang tepat kayu akan berakibat pada daya tahan terhadap cuaca kurang
baik, rentan rayap dan mudah lapuk, yang akhirnya cepat merusak bangunan dan elemennya.
Perkembangan konstruksi di Indonesia saat ini sedang maju dengan pesat, hal ini ditandai dengan
banyaknya proyek yang dikerjakan dalam skala besar, melihat perkembangan jasa konstruksi yang
bergitu pesat, maka perusahaan-perusahaan industri bahan konstruksi pun berlomba-lomba untuk
menciptakan inovasi-inovasi baru yang dapat meningkatkan efsiensi kerja dalam bidang konstruksi salah
satunya bahan konstruksi yang mulai dilirik penggunaannya adalah pembuatan kusen, daun pintu dan
daun jendela. Dalam dunia industri saat ini sebenarnya bahan pembuatan kusen ada banyak jenis
bahannya yang ditawarkan oleh perusahaan yaitu kusen dari bahan beton, baja, PVC, aluminium dan
kayu. Kusen kayu sudah digunakan jauh sebelum adanya bahan-bahan ini.
Beberapa proyek pembangunan rumah, gedung dan perkantoran di kota-kota besar telah
menggunakan bahan-bahan ini sebagai material bangunannya akan tetapi di kabupaten sumbawa bahan-
bahan material yang sering digunakan adalah bahan kayu dan aluminium. Dan masyarakat Sumbawa
masih cenderung memilih kayu daripada mateial pengganti lainnya dalam bangunan. Tetapi semakin
susahnya dan juga sulit mendapatkan kualitas kayu yang baik, membuat orang berinisiatif untuk
menggunakan material pengganti kayu. Itu tentu saja material pengganti tersebut tidak lebih murah dari
bahan kayu itu sendiri, bahkan cenderung lebih mahal.
159
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Akan tetapi dengan keunggulan yang dimiliki kusen aluminium sebagai bahan material bangunan
alternatif yang persisi, praktis dan tahan lama. Dan waktu pengerjaannya yang lebih ringkas serta
perawatan atau pemeliharaannya yang mudah memuat biaya keseluruhannya lebih murah. Terlebih jika
digunakan dalam skala bangunan yang besar, penggunaan material ini dapat sangat menekan biaya.
Sehingga diharapkan dalam waktu dekat kondisi hutan akan berangsur membaik dan mengurangnya
pemanasan global warning yang dikarenakan pengurangan penggunaan material kayu sebagai bahan
bangunan
Oleh karena itu perlu kiranya dilakukan penelitian secara analitis untuk mengetahui efsiensi
penggunaan material aluminium dengan material kayu pada pekerjaan kusen, jika dibandingkan baik dari
segi umur pakai yang nantinya akan berdampak pada biaya.

METODE PENELITIAN
Metodologi Penelitian. Metodologi penelitian yang digunakan didalam penelitian ini adalah
dengan metode pengumpulan data primer (Pengukuran secara langsung dilapangan) dan analisis data
sekunder (Perhitungan AHS 2014 dan Uji control HS Pasaran).
Prosedur Penelitian. Adapun tahapan-tahapan prosedur penelitian yang dilakukan didalam
penelitian ini adalah :
1. Tahap Pendahuluan
160
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Mengidentifkasi data penelitian, yang mana dalam penelitian ini ada beberapa data yang dibutuhkan
yaitu,
a. Data harga satuan pekerjaan di Sumbawa besar, meliputi:
 Daftar harga satuan bahan.
 Daftar harga satuan alat.
 Daftar harga satuan upah tenaga.
b. Data jenis dan umur pakai bahan
 Umur pakai kayu
 Umur pakai alumunium
2. Pengambilan Data
Mengumpulkan data primer dan data sekunder meliputi:
a. data primer berupa pengamatan langsung yang dimana akan dilakukan pada proses kerja di
Lapangan.
b. Data sekunder merupakan data yang diambil dari dokumen dan literatur-literatur pada dinas terkait
yang berhubungan dalam penelitian ini sebagai informasi yang menunjang penelitian.

Bagan Alur Penelitian

Mulai
161
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Identifikasi Masalah

Perumusan Masalah

Study Pustaka

Pegumpulan Data

Data Primer Data Sekunder

1. Pengamatan langsung 1. Perhitungan AHS 2014


pengerjaan di lapangan 2. Uji kontrol HS pasaran

Analisis dan Pembahasan


162
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Kesimpulan

Selesai

HASIL PENELITIAN
Analisis Dan Pengolahan Data. Perhitungan biaya pekerjaan material kusen aluminium dan kayu
dapat dilihat gambar denah kusen bisa dilihat pada lampiran.
Tabel 1. Jumlah kusen aluminium dan kayu pada denah kusen
banyak
No Tipe Aluminiu
kayu
m
1 P1 1 buah 1 buah
2 P2 2 buah 2 buah
3 P3 1 buah 1 buah
4 P4 4 buah 4 buah
5 J1 1 buah 1 buah
6 J2 2 buah 2 buah
7 J3a 10 buah 10 buah
8 J3b 4 buah 4 buah
9 J4 1 buah 1 buah
Sumber : Data Diolah
163
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Penggunaan material aluminium dan kayu dalam pekerjaan kusen pada konstruksi bangunan
gedung saat ini banyaknya menjadi pilihan material kusen masyarakat akan tetapi dalam pemilihan
material perlu diperhitungkan seberapa besar biaya dan waktu yang dihabiskan untuk penggunaan
material tersebut dalam pengerjaannya nanti, maka perlulah diperhitungkan atau di analisa ke efsien
material tersebut untuk mengetahui dan mendapat gambaran akan penggunaan material aluminium dan
kayu dalam pekerjaan kusen.
Pada lembaran lampiran terdapat gambar denah kusen yang dimana pada gambar penempatan
kusen-kusen sesuai ruangan. Dalam menganalisis penggunaan material ini analis melakukan analisa data
berupa harga satuan pekerjaan (biaya), pemeliharaan material, tata pelaksanaan, dan waktu
pelaksanaan. Dari menganalisa data tersebut maka akan diketahui berupa selisih dan perbandingan biaya
serta ke efsien penggunaan material tersebut.

Rencana Anggaran Biaya


Tabel 2. RAB Pekerjaan Bahan Aluminium
N Pekerjaan Volu Satua Harga Jumlah
o me n Satuan Harga
1. Pek. 1 m² 14.83 m² Rp Rp13.380.
pasang 8 901.772.10 494
164
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

kusen pintu
aluminium
2. pek. 1 m² Rp Rp12.902.
pasang pintu 13.47 970.122.26 626

kaca rangka 2
aluminium
3. Pek. 1 m² Rp Rp41.609.
pasang 970.122.26 513
42.89
pintu /jendela m²
1
rangka
aluminium
4. Pek. 1 m² Rp Rp36.381.
pasang 37.50 970.122.26 524

jendela rangka 2
aluminium
Rp91.371.
Total
531
(sumber: Hasil Perhitugan)

Dalam perhitungan biaya pekerjaan kusen aluminium di dasarkan pada analisa harga satuan pekerjaan
2014 untuk kabupaten sumbawa.
165
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Tabel 3. Perhitungan kusen bahan Kayu


N Volum Satu Harga Jumlah
Pekerjaan
o e an Satuan Harga
1 Pek. 1 m³ Rp Rp
pasang 7.798.462.40 1.614.281
kusen pintu / 0.207 m³
jendela kayu
jati
2 pek. 1 m³ Rp Rp
pasang 7.798.462.40 35.724.756
4.581 m³
pintu / jendela
kayu jati
3 Pek. Rp Rp 104.802
1m³ 585.487.10 .
mengerjakan 0.179 m³
daun pintu
panil kayu jati
4 Pek. 104,9 m¹ Rp Rp
1 m
2 424.998.32 62.406.753
mengerjakan
166
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

daun jendela
kaca kayu jati
Rp
Total 80.420.381
Dari hasil perhitungan analisa harga satuan pekerjaan kusen aluminium dan kayu memiliki
perbedaan biaya yang sangat jauh yaitu kusen pintu/jendela, daun pintu dan daun jendela sebesar : Rp
91.371.531 dan dari kusen kayu jati hanya sebesar : Rp 80.420.381.
Untuk membuktikan bahwa RAB kusen aluminium lebih mahal daripada RAB kusen kayu
berdasarkan analisa harga satuan, maka saya melakukan kontrol atau chekking dengan menggunakan
harga satuan untuk perhitungan biaya kusen aluminium dan biaya kusen kayu, yaitu dengan melakukan
praktek langsung di lapangan dalam pembuatan J1 dan P1, dimana harga bahan yang diambil dari harga
pasaran (toko), dan ongkos pembuatan dari biaya yang dibayarkan langsung kepada tukang kayu dan
tukang aluminium adalah:
1. Pekerjaan kusen J1 dan P2 dari bahan kayu
167
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

10

5
25
5
52 51 51 52

25
10

4
5
1
168

158
158

160
5

4
37

4 60
52
3 60
230
3 60 3 60 4

37

10
5 58 5 58 5 58 5 58 5

Gambar 1. Type Jendela J1 (Bahan kayu)


1 m³ = Rp 5000.000
Dalam 1 m³ isi (batang) 34 batang
Perhitungannya sebagai berikut:
Ukuran standar pada pasaran kayu adalah
6 x 12 x 300 = 0.06 x 0.12 x 3 = 0.0216 m³
Kebutuhan kayu = 0.0216 m³
Biaya = 0.0216 x 5000.000
= Rp 108.000
Jadi, harga 1 batang kayu ukuran 6 x 12 x 300 = Rp 108.000
kebutuhan kayu pada pembuatan kusen type J1 adalah 7 buah batang
168
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Sehingga biaya yang dikeluarkan untuk membeli 7 batang kayu adalah :


= 108.000 x 7 = Rp 756.000
Ongkos/ jasa bikin kusen kayu perlubang dengan ukuran 168 x 230 =
Rp 70.000
Pada gambar diatas terdapat 4 lubang kusen sehingga hasil dari ongkos tukang kayu adalah : 75.000
x 4 = Rp 300.000
Jadi, total biaya = 756.000 + 300.000 = Rp 1.056.000
9

23 5 23 5
128
10

10 4
214
209

210
10 10
60 37
5 5
118
10

37
60 60
4 4
120
169
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 2. Type Pintu P1 (Bahan kayu)


1 m³ = Rp 5000.000
Dalam 1 m³ isi (batang) 34 batang
Perhitungannya sebagai berikut:
Ukuran standar pada pasaran kayu adalah
6 x 12 x 300 = 0.06 x 0.12 x 3 = 0.0216 m³
Kebutuhan kayu = 0.0216 m³
Biaya = 0.0216 x 5000.000
= Rp 108.000
Jadi, harga 1 batang kayu ukuran 6 x 12 x 300 = Rp 108.000
kebutuhan kayu pada pembuatan kusen Type P1 adalah 3 buah batang Sehingga biaya yang
dikeluarkan untuk membeli 3 batang kayu adalah :
= 108.000 x 3 = Rp 324.000
Ongkos/ jasa bikin kusen kayu perlubang dengan ukuran 214 x 128 =
Rp 75.000
Pada gambar diatas terdapat 1 lubang kusen sehingga hasil dari ongkos tukang kayu adalah : 75.000
Jadi, total biaya = 324.000 + 75.000 = Rp 399.000

2. Pekerjaan kusen J1 dan P2 dari bahan aluminium


170
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

10

5
25
5
10

25
52 51 51 52

4
5
1
168

158

158

160
5

4
37
230
52
4 60 3 60 3 60 3 60 4

37

10
5 58 5 58 58 5 58 5
5

Gambar 3. Type Jendela J1 (Bahan aluminium)


1 lonjor aluminium 6 meter
Harga 1 lonjor aluminium = Rp 260.000
Perhitungannya sebagai berikut:
Kebutuhan aluminium = 3.864 m²
Biaya = 3.864 x 260.000
= Rp 1.004.640
Jadi, biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan/bikin kusen aluminium type J1 adalah Rp 1.004.640
Ongkos/ jasa bikin kusen aluminium type J1 perlubang dengan ukuran 168 x 230 = Rp 80.000
171
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Pada gambar diatas terdapat 4 lubang kusen sehingga hasil dari ongkos tukang aluminium adalah :
80.000 x 4 = Rp 320.000
Jadi, total biaya = 1.004.640 + 320.000 = Rp 1.324.640
10

5
25
5
128

25
10

10 4
214
209

210
10 10
60 37
5 5
118

37
10

60 60
4 4
120

Gambar 4. Type Pintu P1 (Bahan aluminium)


1 lonjor aluminium 6 meter
172
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Harga 1 lonjor aluminium = Rp 260.000


Perhitungannya sebagai berikut:
Kebutuhan aluminium = 2.52 m²
Biaya = 2.52 x 260.000
= Rp 655.200
Jadi, biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan/bikin kusen aluminium type P1 adalah Rp 655.200
Ongkos/ jasa bikin kusen aluminium type P1 perlubang dengan ukuran 214 x 128 = Rp 80.000
Pada gambar diatas terdapat 1 lubang kusen sehingga hasil dari ongkos tukang aluminium adalah :
80.000
Jadi, total biaya = 655.200 + 80.000 = Rp 735.200
Dari praktek langsung di lapangan dengan menggunakan harga satuan di lapangan didapat hasil-hasil
sebegai berikut:
1) Pembuatan jendela type J1 ukuran 168 x 230 dengan kusen kayu menghasilkan harga sebesar Rp
1.056.000, dan P1 ukuran 214 x 128 dengan kusen kayu sebesar Rp 399.000
2) Pembuatan J1 ukuran 168 x 230 dengan kusen aluminium menghasilkan biaya sebesar Rp
1.324.640, dan P1 ukuran 214 x 128 dengan kusen bahan aluminium sebesar Rp 735.200

Horizon Perencanaan. Dari perhitungan yang telah dilakukan dalam perhitungan harga dan biaya
pemeliharaan yang telah dilakukan diatas, maka perlu dilakukannya perhitungan nilai biaya yang akan
173
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

dikeluarkan di masa datang pada kedua material yang digunakan untuk bangunan gedung. Perbedaan
umur aset (material) antara kayu dan aluminium sebagai kusen adalah:
1. kusen kayu = 30-90 tahun
2. kusen aluminium = 25-85 tahun

Berikut gambar
Material Aluminium
umur material Aluminium sebagai kusen 25-85 tahun

5 15 25 35 45 55 65 75 85 95
150
Tahun

0 10 20 100 150

25 50 75 100 150
Tahun

5 10 15 20 30 35 40 45 55 60 65 70 80 85 90 95

0 100 150
174
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 5. Perbedaan umur aset (material) antara kayu dan aluminium


sebagai kusen

Perencanaan menurut mondy, sharfn dan preumeux (1991) planning is process of determining in
advance what should be accomplished and how it should berealized. Sependapat dengan bartal dan
martin (1999) berpendapat bahwa perencanaan adalah peroses penentuan tujuan tujuan dan
menetapkan cara caraterbaik untuk mencapainya. (planning is the proces of setting goals and
decidinghow best to achieve them). Begitupula akkof (1970) berpendapat bahwa perencanaan adalah
sesuatu yang kita lakukan terlebih dahulu, dalam pengambilan tindakan. (planning is some think we do in
advance of takingaction). Lalu plunkett dan attner (1997) mengatakan perencanaan adalah merupakan
persiapan segala sesuatu hari ini, untuk keperluan hari esok, ( planningis preparing tomorrow,today).
Sedangkan menurut g.r terry (1997) mendefnisikan perencanaan adalah tindakan memilih dan
menghubungkan fakta fakta dan membuat serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa yang
akan dating dalam hal menvisualisasikan dan merumuskan aktivitas–ativitas yang di anggap perlu
untukmencapaihasilyang di inginkan. (planning is making and usingof assumption regarding the future in
the visualization of prepared activities believenecessary to achive the desire goals).
Tujuan perencanaan adalah meminimalkan pemborosan yang belebihan, dan menentukan untuk
mengendalikan perencanaan membuat usaha lebih terkoordinasi dimasa mendatang.
175
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Dari bahan pendukung yang membantu pengawetan yaitu bahan kain dan busa sebagai perawatan
dan pemeliharaan. setiap 6 bulan sekali umumnya kusen aluminium dilakukan pemeliharaan yang
dimana membutuhkan:
1. Tenaga (orang) : 43.000 rupiah
2. Bahan lap (kain atau busa) : 15.000 rupiah

Berdasarkan umur aluminium


Keterangan:
 Umur material aluminium sebagai kusen/pintu aluminium mencapai 25-85 tahun.
 Untuk umur pakai pintu kerai aluminium mencapai antara 10-20 tahun.

Perhitungan perencanaan dilakukan berdasarkan umur terendah kusen yaitu 25 tahun dan umur
terpanjang kusen aluminium yaitu 85 tahun untuk menyamai berapa jumlah pengeluaran perawatan
kedual material nanti.
Ongkos tukang = Rp 43.000 .
Harga material seluruh (kusen aluminium) = Rp 91.371.531
= Rp 43.000 x 2 = 86. 000 rupiah
= 86.000 (1tahun) x 85 (umur teknis disesuaikan) = Rp 7.310.000
Maka total = Rp 7.310.000 + Rp 91.371.531= Rp 98.681.531,
176
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Sedangkan untuk perencanaan kusen kayu berdasarkan umur terendah adalah 30 tahun dan umur
terpanjang adalah 90 tahun sehingga untuk menyesuaikan umur dengan material aluminium diambil
umur dari terpanjang aluminium yaitu 85 tahun untuk mendapatkan berapa besar biaya yang dikeluarkan
dengan umur yang disesuaikan.

Perencanaan kayu

Material Kayu
umur material Kayu sebagai kusen 30-90 tahun

150
5 15
Tahun

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 150

100 150
Tahun

5 10 15 20 25 35 40 45 50 55 65 70 45 80 90 95

30 60 85
0 100 150

Gambar 6. Perencanaan umur material


kayu sebagai kusen
177
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Membutuhkan:
 Ongkos pekerja = Rp 43.000
 Cat kayu mutu tinggi = 57.700
 Meni kayu = 43.600
 Harga material kayu keseluruhan (kusen kayu) =Rp 80.420.381
Dalam hal ini diperhitungkan biaya:
Tenaga + cat kayu mutu tinggi + meni kayu = + 43.000 + 57.700 + 43.600
= Rp 144300 ( 1tahun) Perbandingan biaya keseluruhan pemeliharaan material aluminium dan kayu
dalam periode umur pakai yang dihitung adalah 85 tahun yaitu:
Harga material seluruh (kusen Kayu) = 80.420.381
= 144.300 (1tahun) x 85 (umur teknis disesuaikan) = Rp 12.265.500
Maka total = Rp 12.265.500 + Rp 80.420.381= Rp 92.685.881
material aluminium sebagai kusen yaitu 25-85 tahun
akan tetapi apabila bangunan terjadi gempa atau bencana tak terduga dalam waktu 25-85 tahun maka
biaya pengeluaran yang dikeluarkan kusen aluminium akan melonjak naik.
Waktu Pelaksanaan. Waktu pelaksanaan atau produktiftas merupakan rasio kegiatan (output)
dan masukan (input), dalam penelitian ini yang disebut sebagai output adalah luasan kusen yang
178
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

terpasang sedangkan input dalam hal ini adalah durasi / waktu total pengerjaan dari masing-masing
kusen.
Produktiftas waktu pengerjaan nilainya didapatkan melalui lapangan yang dimana saat terjadi
pengerjaan kusen-kusen tersebut yaitu kusen dari bahan aluminium dan kayu.
Luas Kusen
Produktivitas =
Durasi

Tabel 4. Produktivitas Pelaksanaan Pekerjaan kusen Aluminium

Produktivita
Dimensi Kusen Waktu Pasang
s
No Luas jam :
t L deti
Type (m2) menit : jam m2 / jam
(m) (m) k
detik
2.1 2.568 0 : 13 : 0,1
P1 (1 buah) 1.20 800
1 4 20 5 0.385
2.1 4.194 0 : 18 : 109 0,1
P2 (2buah) 0.98
2 4 15 5 7 0.712
2.1 1.883 0 : 10 : 0,1
P3 (1 buah) 0.80 637
3 4 37 3 0.244
2.0 6.364 0 : 24 : 147 0,3
P4 (4 buah) 0.78
4 4 35 5 6 2.291
1.6 3.864 0 : 16 : 0,1
J1 (1 buah) 2.30 960
5 8 02 6 0.168
1.1 3.008 0 : 14 : 0,1
J2 ( 2 buah) 1.32 852
6 4 12 5 0.451
7 J3a (10 1.1 1.94 22.11 1 : 20 : 480 1,3 29.406
179
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

buah) 4 06 0 3
J3b (4
1.6 12.41 0 : 27 : 164 0,4
1.94
8 buah) 0 6 29 9 0 4.966
1.1 1.493 0 : 05 : 0,0
J4 (1 buah) 1.31 356
9 4 56 9 0.134
Total 150 38.757
Sumber : hasil analisa (2014)

Dimensi Produktivita
Waktu Pasang
N Kusen s
o jam : menit : Deti
Type Luas (m2) jam m2 / jam
detik k
145 Tabel 5. Produktivitas Pelaksanaan
1 P1 (1 buah) 2.568 0 : 24 : 13 0.36 2.836 Pekerjaan kusen kayu
3
193
Sumber : Hasil analisa (2014)
2 P2 (2buah) 4.194 0 : 32 : 18 0.54 2.883
8
121 Berdasarkan Tabel 4 dan 5 dapat
3 P3 (1 buah) 1.883 0 : 20 : 10 0.33 1.663
0 kita peroleh perbandingan untuk tiap
452
4 P4 (4 buah) 6.364 1 : 15 : 24 1.27 6.273 besaran produktivitas pemasangan
4
163 kusen aluminium dan kayu yaitu
5 J1 (1 buah) 3.864 0 : 27 : 16 0.37 0.439
6
193
6 J2 ( 2 buah) 3.008 0 : 32 : 14 0.48 5.733
4
J3a (10 242
7 22.11 1 : 40 : 20 1.66 23.7
buah) 0
238
8 J3b (4 buah) 12.416 0 : 39 : 40 0.31 3.848
0
9 J4 (1 buah) 1.493 0 : 15 : 34 940 0,16 0.238
Total 435 47.398
180
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

memilki perbedaan sebesar 0.18 %. Dengan masing-masing produktiftas pekerjaan kusen aluminium dan
kayu adalah :
 Aluminium =38.757 m²/jam atau lama waktu pengerjaan 150 menit untuk seluruh item pekerjaan.
 Kayu = 47.398 m²/jam atau lama waktu pengerjaan selama 435 menit untuk seluruh item pekerjaan
kusen.
Dapat kita lihat bahwa untuk pekerjaan kusen dari bahan aluminium lebih cepat selesainya yaitu 285
menit dari pekerjaan kusen berbahan kayu.

KESIMPULAN
1. Penggunaan material kayu lebih efsien daripada penggunaan material aluminium pada konstruksi
bangunan gedung di Kabupaten sumbawa. Berikut uraiannya :
a. Untuk pekerjaan pasangan kusen aluminium didapat harga satuan material pemasangan kusen
aluminium keseluruhan sebesar Rp 98.251.531
b. Sedangkan untuk pengerjaan pasangan kusen kayu (kelas 1), didapat harga satuan material
pemasangan kusen kayu keseluruhan sebesar Rp. 91.753.381
c. Secara produktivitas, untuk pekerjaan pemasangan kusen aluminium, 1 orang tukang dapat
menyelesaikan pemasangan kusen Pintu dan jendela yaitu selama 150 menit atau 2 jam 30
menit.
181
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

d. sedangkan untuk pekerjaan pasangan kusen kayu, seorang tukang dapat mengerjakan atau
menyelesaikan pemasangan selama 435 menit atau 7 jam 25 menit.
2. Keuntungan dan kerugian material aluminium dan kayu
a. Aluminium : keuntungan dalam pengerjaan hanya memerlukan waktu yang relatif lebih cepat
sedangkan kerugian dari material aluminium ini terlihat hanya dari pengeluran biaya pembelian
bahan yang mahal.
b. Kayu : keuntungan menggunakan kusen yang terbuat dari bahan kayu adalah harga yang
terjangkau dan memiliki umur lebih lama dibandingkan umur pakai kusen aluminium. sedangkan
dalam kerugiannya material kayu ini hanya mudah terbakar dan lapuk apabila material ini tidak
dilakukan perawatan rutin.

SARAN
1. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk menganalisa produktivitas pekerja, tukang, kepala
tukang, dan mandor untuk pekerjaan pemasangan kusen aluminium dan kusen kayu, mulai dari
pekerjaan pemasangan kusen alumnium, pekerjaan pemasangan kusen jendela, hingga pekerjaan
fhinising. Dari data tersebut dapat diperoleh koefsen produktivitas tenaga kerja, sehingga dapat
dibandingkan analisa harga satuannya dengan pekerjaan pemasangan kusen aluminium dan kayu
secara keseluruhan.
182
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

2. Perbandingan lebih lanjut dapat dilakukan dengan melakukan analisa perhitungan pada Bangunan
bertingkat tinggi (High-rise building). Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penggunaan material
aluminium dan kayu berdasarkan biaya, waktu dan tata pelaksanaannya.

DAFTAR PUSTAKA
Dinas pekerjaan Departemen PU, Analisa Harga Satuan Pekerjaan Dengan Pendekatan Harga Satuan
Pekerjaan Teori Dan Lapangan” Sumbawa Besar, 2014.
Felix Hidayat, 2010. Studi Perbandingan Biaya Material, Media Teknik Sipil, Vol. X, No. 1, Hal 36 – 41.
Frick, Heinz Ir. 1996. Ilmu Konstruksi Bangunan Kayu. Yogyakarta, Kansius, 1996. H. 17.
(http://kusenkayu.com/artikel/detail/6) diakses senin, 15/11/2014. Waktu diakses 10.20
http://rudiniaciel.blogspot.com/2012/05/pengertian-bangunan-gedung.html.: diakses rabu, 17/11/2014.
waktu : 12.20 wita
183
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

UJI KUALITAS AGREGAT KASAR DARI TIGA QUARRY


SEBAGAI BAHAN BANGUNAN DI KABUPATEN SUMBAWA
Oleh : Asraruddin

ABSTRAK

Agregat yang dijadikan sebagai objek penelitian yaitu agregat kasar yang dihasilkan dari industri-
industri pemecah batu yang menggunakan mesin (Crusher).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kualitas agregat kasar dari ketiga
tempat (quarry) yang berbeda. Adapun quarry yang dijadikan sebagai lokasi pengambilan sampel yaitu
1). Quarry PT. Lancar Sejati, 2). Quarry Kanar dan 3). Quarry Perung.Penelitian ini dilaksanakan di
laboratorium PT. Lancar Sejati pada bulan November 2013. Tahap uji yang dilakukan yaitu meliputi : a).
Pengujian besar butiran (gradasi), b). Pengujian kadar lumpur, c). Pengujian kadar air, d). Pengujian berat
isi, serta e). Pengujian berat jenis dan penyerapan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa,Terdapat perbedaan kualitas agregat kasar pada setiap
pengujian dari ketiga tempat (quarry). 1). Pengujian besar butiran agregat kasar dari quarry PT. Lancar
Sejati memiliki porsen tertahan untuk bukaan saringan 1” sebanyak 25,11%, saringan 3/4’’ sebanyak
43,48% dan saringan 1/2” sebanyak 24,31%. Quarry Kanar memiliki porsen tertahan untuk bukaan
saringan 1” sebanyak 15,47%, saringan 3/4’’ sebanyak 29,56% dan saringan 1/2” sebanyak 41,64%.
Sedangkan quarry Perung memiliki porsen tertahan untuk bukaan saringan 1” sebanyak 24,10%,
184
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

saringan 3/4’’ sebanyak 14,56% dan saringan 1/2” sebanyak 61,33%. Dapat dikatakan bahwa besar
butiran (gradasi) agregat kasar dari ketiga quarry menunjukkan gradasi yang baik. 2). Pengujian kadar
lumpur agregat kasar dari quarry PT. Lancar Sejati memiliki kadar lumpur rata-rata 0,91%, dan quarry
Kanar yang memiliki kadar lumpur rata-rata 3,10% sedangkan quarry Perung yang memiliki kadar lumpur
rata-rata 1,35%. 3).Pengujian kadar air dari ketiga quarry dapat dikatakan memenuhi standar. Dimana
syarat untuk kadar air agregat kasar yaitu 0-3%. Adapun perinciannya yaitu : quarry PT. Lancar Sejati
memiliki kadar air sebanyak 1,59%, quarry Kanar sebanyak 2,12% dan quarry Perung sebanyak 0,35%.4).
Pengujian berat isi agregat kasar quarry PT. Lancar Sejati terdapat 2,45 gr/cm3, quarry Kanar sebanyak
1,57 gr/cm3 dan quarry Perung sebanyak 1,60 gr/cm3. 5). Pengujian berat jenis dan penyerapan agregat
kasar quarry PT. Lancar Sejati memiliki berat jenis dan penyerapan yang memenuhi syarat, agregat kasar
quarry PT. Lancar Sejati memiliki penyerapan 2,79%. Sedangkan penyerapan pada quarry Kanar sebesar
5,82% dan quarry Perung memiliki daya serap 3,92%.

Kata Kunci : Kualitas Agregat Kasar dan Quarry yang Berbeda.


PENDAHULUAN
Agregat merupakan butir‐butir batu pecah, kerikil dan pasir, baik yang berasal dari alam maupun
buatan yang berbentuk mineral padat berupa ukuran besar maupun kecil (Sukirman, 2003).
Perbedaan karakteristik bagian luar agregat, terutama bentuk partikel dan tekstur permukaan
memegang peranan penting terhadap sifat beton segar dan yang sudah mengeras . Kualitas mutu beton
yang tinggi salah satunya dipengaruhi oleh kualitas agregat khususnya agregat kasar (krikil atau batu
pecah). Agregat kasar untuk beton berupa kerikil atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan
batu. Kualitas agregat akan berbeda tergantung proses dimana terbentuknya agregat tersebut.
185
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Agregat yang dijadikan sebagai objek penelitian yaitu agregat kasar untuk penggunaan pada beton,
yang berasal dari alam, yaitu agregat yang menggunakan bahan baku langsung dari batu alam berupa
kerikil atau penghancurannya yang dihasilkan dari industri-industri pemecah batu yang menggunakan
mesin (Crusher). Baik industri yang berskala besar atau berskala kecil. Agregat dengan mutu kurang baik
yang dihasilkan suatu industri pemecah batu dapat mengakibatkan kesulitan dalam perencanaan dan
pengendalian mutu campuran beton. Oleh karena itu sebagai kontrol kualitas bahan sebelum digunakan
sebagai campuran dalam pembuatan beton perlu dilakukannya penelitian mengenai agregat untuk
meningkatkan kualitas bahan bangunan dengan judul uji kualitas agregat kasar dari tiga quarry sebagai
bahan bangunan di Kabupaten Sumbawa.
Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui perbedaan kualitas agregat kasar dari quarry PT.
Lancar Sejati, Perung dan Kanar dan Untuk mengetahui penyebab terjadinya perbedaan kualitas pada
masing-masing agregat kasar dari tiga quarry yang berbeda.
186
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium PT. Lancar Sejati
yang bertempat di Desa Jompong Kecamatan Pelampang pada bulan Nopember 2013.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah agregat kasar yang menjadi objek
penelitian, air yang digunakan untuk kegiatan pencucian agregat dan spritus untuk membakar agregat
dalam proses pengeringan.
Alat. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Laboratorium PT. Lancar Sejati,
yang terdiri dari : 1) Timbangan, 2) Wadah untuk menimbang, 3) Saringan atau ayakan, 4) Wadah slinder
(Bricket), 5) Batang penumbuk, 6) Kain penyap, dan 7) Botol plastik.
Metode Penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalam metode eksperintal
dengan percobaan di lapangan. Menurut Susilowati dan Endar (2005), bahwa penelitian eksperimental
yaitu suatu usaha terencana untuk mengungkapkan fakta-fakta baru atau menguatkan teori dan bahkan
membantah hasil-hasil penelitian yang telah ada.
Pengumpulan Data. Penelitan ini dilakukan dalam beberapa tahapan metode penelitian yang
dimulai dari tahap persiapan, pengujian agregat kasar, analisa data sampai dengan penarikan
kesimpulan dan saran.
Tahap Persiapan. Sebelum kegiatan pelaksanaan dilakukan, terlebih dahulu dilakukan kegiatan
survei lokasi yang dijadikan sebagai lokasi penelitian, dan survei lokasi ke tiga tempat pengambilan
187
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

sampel serta mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan selama penelitian.
Pengujian Agregat Kasar
Pengujian agregat kasar dilakukan dalam beberapa tahap uji yang meliputi :
a. Pengujian besar butiran (gradasi)
Uji besar butiran (gradasi) agregat kasar dilakukan dengan menggunakan ayakan atau saringan.
Adapun cara melakukan kegiatan uji yaitu sebagai berikut :
1) Menimbang berat benda uji atau agregat kasar
2) Menyaring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar diletakkan di atas.
Kemudian saringan diguncang.
3) Dibiarkan selama 5 menit untuk memberi kesempataan debu-debu mengendap.
4) Menghitung berat agregat kasar yang bertahan pada masing-masing saringan.
5) Membersihkan semua saringan yang telah digunakan segera setelah selesai percobaan, dengan
menggunakan kuas.
b.Pengujian Kadar Lumpur
Tahap-tahap pengujian kadar lumpur yaitu :
1) Menyiapkan agregat kasar yang telah kering dalam 3 buah wadah.
2) Menimbang masing- masing wadah beserta isinya.
3) Mencuci agregat tersebut, kemudian mendiamkannya selama 5 menit lalu dibuang air cuciannya.
Pembersihan diulang sampai air rendaman kelihatan bening.
188
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

4) Mengeringkan agregat kasar yang telah direndam dengan cara membakar agregat.
5) Menimbang agregat kasar yang telah di bakar.
c. Pengujian Kadar Air
Langkah-langkah pengujian kadar air agregat kasar yaitu:
1) Menimbang wadah (W1)
2) Memasukkan agregat kasar atau benda uji ke dalam wadah dan menimbang beratnya (W 2)
3) Menghitung berat agregat kasar (tanpa wadah) (W3=W2-W1).
4) Mengeringkan benda uji dengan cara membakarnya.
5) Menimbang wadah dan banda uji kering (W4).
6) Menghitung berat benda uji kering (W5=W4-W1).
Adapun rumus perhitungan kadar air agregat adalah :
W3-W5
Kadar air agregat(%) 100%
W5
Dimana :
W3 : berat benda uji semula (gram)
W5 : berat benda uji kering (gram)
d.Pengujian Berat Isi
Prosedur pengujian berat isi agregat kasar yaitu :
1) Memasukkan agregat kasar kedalam wadah yang berbentuk silinder secara bertahap sebanyak 2
189
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

lapisan, setiap lapisan diketuk-ketuk sebanyak 25 kali.


2) Meratakan dengan sekop kecil sampai wadah ukur yang berbentuk selinder penuh.
3) Menuangkan agregat kasar yang ada di dalam wadah silinder ke dalam wadah kemudian
menimbangnya.
4) Mencatat hasil timbangan, kemudian membaginya dengan volume wadah ukur silinder, maka akan
diperoleh berat isi.
e. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan
Langkah-langkah pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar adalah sebagai berikut:
1) Mencuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan lain yang melekat pada permukaan
agregat.
2) Mengerigkan benda uji dengan cara membakarnya.
3) Mendinginkan benda uji, pada suhu kamar selama 1-3 jam, kemudian menimbang beratnya (BK).
4) Merendam benda uji dalam air selama 24 jam.
5) Mengeluarkan benda uji dari air, kemudian dilap dengan kain penyerap sampai selaput air pada
permukaan hilang, untuk butiran yang besar penngeringan harus satu persatu (SSD).
6) Menimbang berat benda uji dalam keadaan kering permukaan jenuh air (BJ).
7) Meletakkan benda uji di dalam keranjang dan goncangkan batunya untuk mengeluarkan udara yang
tersekap dan tentukan beratnya di air (Ba).
190
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

HASIL DAN PEMBAHASAN

Grafk Berat Tertahan


Pengujian Besar Butiran (Gradasi).
B e ra t A gre ga t K a s a r (gr)
2500 Analisa saringan adalah suatu kegiatan untuk
1149.7
2000 menentukan pembagian ukuran dan jumlah
Quarry Perung
1500 272.9
Quarry Kanar
butir agregat. Hasil pengujian besar butiran
451.8 263.3
1000
137.8
708.1 370.9 Quarry PT. (gradasi) disajikan pada Gambar 1 dan Gambar
Lancar Sejati
409 395.8
500
2.
0
1 ; 1/2 Gambar 1. Berat Tertahan
Nomor Saringan

Grafk Porsen Tertahan


140 61.33
P o rs e n T e rta h a n (% )

120
Quarry Perung
100 14.56
80 29.56 Quarry Kanar
24.1
41.64
60 Quarry PT. Lancar
15.47 43.48 Sejati
40
25.11 24.31
20

0
1 ; 1/2
Nomor Saringan

Gambar 2. Porsen Tertahan


191
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Pengujian Kadar Lumpur. Hasil pengujian kadar lumpur agregat kasar disajikan pada Gambar 3.

Grafk Pengujian Kadar Lumpur


3.500%

Porsentase Kadar Lumpur


3.110% 3.100% 3.100% 3.103%
3.000%

2.500% Quaryy PT.


Lancar Sejati
2.000%
1.530% 1.520% Quarry Kanar
1.500% 1.350%
1.000% Quarry Perung
1.000%
.900% .910% .910% .907%
.500%

.000%
-PI - P II - P III Rata-Rata
Percobaan

Gambar 3. Pengujian Kadar Lumpur

Berdasarkan SK SNI S -04-1989-F dalam Riyadi, (2005) hasil pengujian kadar lumpur agregat kasar
dari quarry PT. Lancar Sejati yang dilakukan pada tiap-tiap percobaan memenuhi persyaratan. Sedangkan
hasil pengujian kadar lumpur agregat kasar dari quarry Kanar dan quarry Perung, pada semua percobaan
menunjukkan hasil yang tidak memenuhi syarat. Dimana syarat untuk kadar lumpur agregat kasar yaitu
<1%.

Pengujian Kadar Air. Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam agregat, atau
dengan katalain kadar air adalah nilai banding antara berat air yang terkandung dalam agregat dengan
192
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

agregat dalam keadaan kering. Hasil pengujian kadar air agregat kasar disajikan pada Gambar 4.

Grafk Pengujian Kadar Air


2.500%

P o rsen t ase K ad ar A ir
2.120%
2.000%
1.590%
1.500% Kadar Air

1.000%

.500% .350%

.000%
Quarry PT. Lancar Sejati Quarry Kanar Quarry Perung
Lokasi Pengambilan Sampel

Gambar 4. Pengujian Kadar Air


Berdasarkan ASTM C-556 dalam Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah (2004), hasil
pengujian kadar air agregat kasar dari ketiga quarry memenuhi persyaratan. Dimana syarat untuk kadar
air agregat kasar yaitu 0-3%.

Pengujian Berat Isi. Berat isi agregat kasar adalah berat suatu volume dalam keadaan utuh,
dinyatakan dalam gram/cm3. Langkah penguijian berat isi adalah dengan mengisi tabung dengan agregat
kasar, kemudian menumbuk agregat kasar dengan tongkat baja. Berat isi diperoleh dengan membagi
berat agregat kasar dengan volume tabung. Hasil pengujian berat isi agregat kasar dari ketiga tempat
(quarry) yang berbeda disajikan pada Gambar 5.
Grafk Pengujian Berat Isi
N ila i B e ra t I s i ( g r/ c m ³ )

3
2.45
2.5

2
Berat
1.6 Isi
1.57
1.5

0.5

0
Quarry PT. Lancar Sejati Quarry Kanar Quarry Perung
Lokasi Pengambilan Sampel
193
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 5. Pengujian Berat Isi

Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Hasil pengujian berat jenis dan penyerapan disajikan
pada Gambar 6.

Grafik Pengujian Berat Jinis & Penyerapan


14.000 gr
3.920 gr
12.000 gr
Quarry
10.000 gr Perung
5.820 gr
Berat Jenis
2.710 gr
2.450 2.550 gr
8.000 gr gr
2.760 gr Quarry
6.000 gr gr
2.380 2.510 gr Kanar

4.000 gr 2.700 gr 2.790 gr


2.520 gr 2.590 gr
Quarry
2.000 gr PT. Lan-
car Sejati
.000 gr
-Berat jenis bulk -Berat jenis SSD -Berat jenis semu Penyerapan
Kriteria Uji

Gambar 6. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan

Berdasarkan SNI 1969-1989-F dalam Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah (2004),
hasil pengujian berat jenis dan penyerapan pada Gambar 6 menunjukkan bahwa quarry PT. Lancar
Sejati memiki berat jenis dan penyerapan yang memenuhi syarat, agregat kasar quarry PT. Lancar
194
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Sejati memiliki penyerapan 2,79%. Sedangkan penyerapan pada quarry Kanar memiliki penyerapan
5,82% dan quarry Perung memiliki penyerapan 3,92%, dengan demikian dapat dikatakan quarry
Kanar dan quarry Perung tidak memenuhi syarat. Dimana syarat untuk penyerapan agregat kasar
yaitu <3%.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat perbedaan kualitas agregat kasar pada setiap pengujian dari ketiga tempat
(quarry) yang dijadikan sampel, yaitu quarry PT. Lancar Sejati, quarry Kanar dan quarry Perung. 1).
Pengujian besar butiran agregat kasar dari quarry PT. Lancar Sejati memiliki porsen tertahan untuk
bukaan saringan 1” sebanyak 25,11%, saringan 3/4’’ sebanyak 43,48% dan saringan 1/2” sebanyak
24,31%. Quarry Kanar memiliki porsen tertahan untuk bukaan saringan 1” sebanyak 15,47%, saringan
3/4’’ sebanyak 29,56% dan saringan 1/2” sebanyak 41,64%. Sedangkan quarry Perung memiliki
porsen tertahan untuk bukaan saringan 1” sebanyak 24,10%, saringan 3/4’’ sebanyak 14,56% dan
saringan 1/2” sebanyak 61,33%. Dapat dikatakan bahwa besar butiran (gradasi) agregat kasar dari
ketiga quarry menunjukkan gradasi yang baik. 2). Pengujian kadar lumpur agregat kasar dari quarry
PT. Lancar Sejati memiliki kadar lumpur rata-rata 0,91% dapat dikatakan memiliki kualitas yang paling
baik dari quarry Kanar yang memiliki kadar lumpur rata-rata 3,10% dan quarry Perung yang memiliki
kadar lumpur rata-rata 1,35%. Dimana syarat untuk kadar lumpur agregat kasar yaitu <1%. 3).
195
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Pengujian kadar air dari ketiga quarry dapat dikatakan memenuhi standar. Dimana syarat untuk kadar
air agregat kasar yaitu 0-3%. Adapun perinciannya yaitu : quarry PT. Lancar Sejati memiliki kadar air
sebanyak 1,59%, quarry Kanar sebanyak 2,12% dan quarry Perung sebanyak 0,35%. 4). Pengujian
berat isi agregat kasar quarry PT. Lancar Sejati terdapat 2,45 gr/cm 3, quarry Kanar sebanyak 1,57
gr/cm3 dan quarry Perung sebanyak 1,60 gr/cm3. Dapat dikatakan bahwa quarry PT. Lancar Sejati
memiliki berat isi tertinggi sedangkan quarry Kanar memiliki berat isi terendah. 5). Pengujian berat
jenis dan penyerapan agregat kasar quarry PT. Lancar Sejati memiliki berat jenis dan penyerapan
yang memenuhi syarat, agregat kasar quarry PT. Lancar Sejati memiliki penyerapan 2,79%.
Sedangkan penyerapan pada quarry Kanar sebesar 5,82% dan quarry Perung memiliki daya serap
3,92%, dengan demikian dapat dikatakan quarry Kanar dan quarry Perung tidak memenuhi syarat.
Dimana syarat untuk penyerapan agregat kasar yaitu <3%.
2. Kualitas agregat kasar hasil dari quarry PT. Lancar Sejati secara umum dari semua
kegiatan uji memiliki kualitas agregat kasar yang baik, sedangkan agregat kasar hasil dari quarry
Kanar dan quarry Perung menunjukkan hasil yang tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan,
bukan berarti agregat kasar dari quarry Kanar dan quarry Perung tidak layak digunakan akan tetapi
perlu adanya perlakukan khusus dalam penggunaannya. Namun untuk pengujian kadar air agregat
kasar dari ketiga quarry menunjukkan hasil yang memenuhi standar. Terjadinya perbedaan kualitas
agregat kasar dari ketiga quarry yaitu disebabkan karena adanya perbedaan tekstur permukaan dan
bentuk partikel agregat.
196
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

SARAN
Berdasarkan hasil penelitian saran yang dapat diberikan dari penelitian ini yaitu :
1. Dalam perencanaan pembuatan beton, jika menggunakan agregat kasar hasil dari quarry PT. Lancar
Sejati tidak perlu dicuci karena porsentase kandungan lumpur rata-rata dari quarry PT. Lancar Sejati
memenuhi syarat yang telah ditetapkan, sedangkan agregat kasar hasil dari quarry Kanar dan quarry
Perung sebelum digunakan perlu dicuci terlebih dahulu karena kadar lumpur rata-rata dari kedua
quarry tersebut melebihi standar porsentase kadar lumpur yang telah ditetapkan. Dimana syarat
untuk kadar lumpur agregat kasar yaitu <1%.
2. Daya serap air agregat kasar hasil dari quarry PT. Lancar Sejati menunjukkan porsentase hasil uji yang
memenuhi standar, sedangkan daya serap air agregat kasar hasil dari quarry Kanar dan quarry Perung
menunjukkan porsentase hasil uji yang melebihi standar sehingga penggunaan pada campuran beton
perlu disesuaikan dengan jumlah air yang akan digunakan pada campuran beton sehingga campuran
beton tidak kekurangan air. Dimana syarat untuk penyerapan agregat kasar yaitu <3%.
3. Dianggap perlu untuk melakukan kegiatan penelitian lanjutan serta menambah kriteria pengujian
agregat kasar lainnya sebagai bahan pembanding hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA
197
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Riyadi, M., 2005, Teknologi Bahan I. Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Jakarta.
Sukirman, S., 2003. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Nova Bandung.
Toruan, A.L., 2013. Pengaruh Porositas Agregat Terhadap Berat Jenis Maksimum Campuran. Jurusan
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sam Ratulangi.
Wahyudi, 2005. Perubahan Gradasi Akibat Pemadatan Ditinjau Terhadap Kekerasan Agregat Bergradasi
Seragam. Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh.

ANALISIS KELAYAKAN DIMENSI DERMAGA


PELABUHAN BADAS KABUPATEN SUMBAWA
Oleh: Arga Satya Nugraha

ABSTRAK

Pelabuhan Badas merupakan salah satu pelabuhan Barang yang ada di Kabupaten Sumbawa.
Pelabuhan tersebut terletak pada posisi 08o-27’-47” LS dan 117o-22’-34” BT dengan luas lingkungan kerja
perairan yaitu 7.560.000 m2 dan daratan seluas 455.440 m2 dan merupakan pelabuhan yang diusahakan
(PP No.58 thn 1991 tgl 19 Oktober 1991), di kelola oleh PT (Persero) Pelabuhan Indonesia III, kantor
198
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

cabang berada di Jl. Pelabuhan Badas No. 11 Sumbawa Besar 84351. Pelabuhan Badas memiliki dua
dermaga yaitu dermaga Nusantara dan dermaga PELRA (Pelayaran Rakyat).
Dari hasil penelitian ini, berdasarkan perhitungan kapal dengan antrian terbanyak yaitu 2 kapal
pada dermaga. Panjang dermaga yang dibutukan untuk 4 kapal yang akan bersandar yaitu sepanjang
635 m, maka 635 m > 154 m (panjang dermaga yang dibutuhkan lebih besar dari Existing yang ada),
sehingga ukuran dimensi dermaga Nusantara tidak layak atau tidak dapat melayani 4 kapal sekaligus
dalam satu hari. Dan dari hasil perhitungan antrian kapal yang berdasarkan lama bertambat dengan
ukuran terbesar yaitu yang memiliki panjang 110 m. Dimensi dermaga yang dibutuhkan untuk 4 kapal
yang akan bersandar yaitu sepanjang 791 m, maka 791 m > 154 m (panjang dermaga yang dibutuhkan
lebih besar dari Existing yang ada), sehingga ukuran dimensi dermaga Nusantara tidak layak atau tidak
dapat melayani kapal secara bersamaan dengan ukuran yang lainnya.
Hasil perhitungan BOR (Berth Occupancy Ratio) pada dermaga Nusantara pada tahun 2008 tingkat
pemakaian dermaga Nusantara sebesar 58%, tahun 2009 sebesar 62%, tahun 2010 sebesar 67%, tahun
2011 sebesar 70% dan pada tahun 2012 sebesar 79%. Tingkat pemakain dermaga tersebut telah melibihi
nilai BOR (Berth Occupancy Ratio) seperti yang disyaratkan UNCTAD (United Nation Conference on Trade
and Develoment) untuk satu tambatan yaitu sebesar 40%.
Dari hasil prediksi arus kapal yang menggunakan analisis regresi, maka didapatkan hasil perkiraan
kunjungan kapal 5 tahun yang akan datang yaitu pada tahun 2017 sebanyak 596 unit kapal dengan nilai
BOR mencapai 101%.

Kata kunci: Pelabuhan Badas, Dimensi dermaga, BOR (Berth Occupancy Ratio).

PENDAHULUAN
199
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 13.000 pulau dan wilayah pantai
sepanjang 80.000 km (Triatmodjo,2010) atau dua kali keliling khatulistiwa. Kegiatan pelayaran sangat
diperlukan untuk menghubungkan antar pulau, pemberdayaan sumber daya kelautan, penjagaan wilayah
laut, penelitian kelautan dan sebagainya. Sehubungan dengan kegiatan pelayaran dan pelabuhan, maka
di dalam skripsi ini akan di bahas mengenai pelabuhan Badas, yaitu pelabuhan barang yang terletak di
kabupaten Sumbawa.
Sumbawa merupakan salah satu dari sepuluh kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat,
dengan luas wilayah keseluruhan mencapai 10.475,7 km 2, yang terdiri dari daratan seluas 6.643,98 km 2,
lautan seluas 3.831,72 km2 dan panjang pantai ± 982 km. Sebagai daerah kepulauan, kegiatan pelayaran
sangat diperlukan untuk menghubungkan antar pulau, penjagaan wilayah laut, penelitian kelautan, dan
sebagainya. Sehubungan dengan kegiatan pelayaran maka peranan pelabuhan sebagai prasarana
pelayaran sangat penting bagi kehidupan sosial, ekonomi, pemerintahan, pertahanan/keamanan, dan
sebagainya. Dengan berkembangnya kehidupan sosial dan ekonomi penduduk suatu daerah atau negara
maka kebutuhan akan sandang, pangan dan fasilitas hidup lainnya meningkat. Hasil produksi suatu
daerah baik yang berupa hasil bumi maupun hasil industri semakin banyak, sehingga diperlukan
pemindahan atau pemasaran barang ke daerah lain. Dengan demikian diperlukan sarana dan prasarana
pengangkutan yang lebih memadai.
Salah satu sarana transportasi yang digunakan adalah kapal karena mempunyai peran sangat
penting dalam sistem angkutan laut, hampir semua barang impor, ekspor dan muatan dalam jumlah
200
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

sangat besar diangkut dengan kapal laut, walaupun diantara tempat-tempat di mana pengangkutan
dilakukan terdapat fasilitas angkutan lain yang berupa angkutan darat dan udara. Hal ini mengingat kapal
mempunyai kapasitas yang jauh lebih besar daripada sarana angkutan lainnya. Sebagai contoh
pengangkutan minyak yang yang mencapai puluhan bahkan ratusan ribu ton, apabila harus diangkut
dengan truk tangki diperlukan ribuan kendaraan. Dengan demikian untuk muatan dalam jumlah besar
angkutan dengan kapal akan memerlukan waktu lebih singkat, tenaga kerja lebih sedikit, dan biaya lebih
murah. Selain itu untuk angkutan barang antar pulau atau negara, kapal merupakan sarana satu-satunya
sarana yang paling sesuai, untuk mendukung sarana angkutan laut tersebut diperlukan prasarana berupa
pelabuhan yang layak sesuai syarat aspek teknis pelabuhan.
Berkaitan dengan peranan pelabuhan laut maka pelabuhan Badas yang terletak di Kabupaten
Sumbawa Besar merupakan salah satu pelabuhan yang berfungsi sebagai gerbang (Gate way)
transportasi laut dan memiliki peran strategis sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai pelabuhan barang
dan tergolong dalam kegiatan pelayaran niaga yang dimana pelabuhan tersebut hanya melakukan
aktiftas bongkar muat barang. Seiring dengan perkembangan pembangunan dan perdagangan daerah
Kabupaten Sumbawa permintaan bahan-bahan pokok mengalami peningkatan dan berdampak juga pada
kenaikan jumlah kunjungan kapal yang sering mengakibatkan antrian. Hal tersebut juga diakibatkan oleh
keterbatasan kapasitas dermaga yang dimiliki oleh pelabuhan Badas sehingga terjadi kendala pada
angkutan laut yang kurang cepat dalam melakukan bongkar muat barang. Berdasarkan permasalahan
201
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

tersebut, penulis merasa perlu melakukan penelitian tentang “Analisis Kelayakan Dimensi Dermga
Pelabuhan Badas Kabupaten Sumbawa”.

METODOLOGI PENELITIAN
Umum . Metode penelitian adalah penyelidikan suatu masalah secara sistematis, kritis, ilmiah,
dan lebih formal dan umumnya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan, atau menguji kebenaran
suatu pengetahuan yang memiliki kemampuan deskripsi dan/atau prediksi (Suhardjono, 1993).

Lokasi Studi. Adapun lokasi penelitian Analisa Kelayakan Ukuran Panjang Dermaga Pelabuhan
Badas dilakukan di Pelabuhan Badas Kab. Sumbawa. Secara geografs terletak pada 08 o-27’-47” LS dan
117o-22’-34” BT. Pelabuhan Badas memiliki luas lingkungan kerja perairan (Ha) yaitu 756 Ha dan daratan
seluas 45.5544 Ha. Pelabuhan Badas ini merupakan pelabuhan yang diusahakan (PP 58th 1991 tgl 19
Oktober 1991).
202
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Pelabuhan Badas (Google earth, 2013)

Deskripsi Wilayah Studi. Adapun tata letak sarana yang terdapat pada pelabuhan Badas
Kabupaten Sumbawa dapat dilihat pada gambar berikut ini:

3
8 1
10c 2
4
5 9

10b 6 7
10a

12
11

Gambar 2. Layout Pelabuhan Badas (Google earth, 2013)

Keterangan:
203
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

1. Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Sumbawa Besar


2. PT (Persero) Pelabuhan Indonesia-III
3. Kantor Administrator Pelabuhan Badas
4. Kantin
5. Gudang
6. Gudang
7. Terminal Penumpang
8. Mushallah
9. PT. Wana Indah Asri
10. a,b,c Lapangan Penumpukan
11. Dermaga Nusantara
12. Dermaga PELRA

Gambar 3. Dermaga Nusantara (Dokumentasi, 29-10-2013)


204
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Proses Pengumpulan Data. Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pengumpulan data
adalah sebagai berikut:
a. Mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian yang terdiri dari, panjang dermaga saat
ini, karakteristik kapal yang beroperasi dan fasilitas bongkar muat barang yang terdapat pada
dermaga.
b. Mengumpulkan data-data sekunder dan primer dari Kantor Administrator pelabuhan Badas dan PT
(Persero) Pelabuhan Indonesia-III dan observasi di lapangan.
Data Sekunder dan Primer. Adapun data-data sekunder dan primer yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data Sekunder:
- Data kunjungan kapal dalam 3 tahun terakhir
- Kinerja operasional pelabuhan
- Komodity utama pelabuhan Badas
2. Data Primer:
- Ukuran dimensi dermaga
- Tipe dermaga
- Klasifkasi dermaga
205
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Kriteria Dermaga Yang Layak Di Gunakan. Dalam penelitian ini acuan yang digunakan untuk
mengukur layak tidaknya dermaga Nusantara untuk disandar yaitu dengan menggunakan:
1. Menentukan Dimensi dermaga
Apabila dermaga tersebut layak disandar maka:
Lp = n . Loa + (n – 1) . 15 + 50
= Loa + 15 + 50
= Lp hitungan < Existing yang ada
Apabila dermaga tersebut tidak layak disandar maka:
Lp = n . Loa + (n – 1) . 15 + 50
= Loa + 15 + 50
= Lp hitungan > Existing yang ada
Dimana:
Lp = panjang dermaga.
n = jumlah kapal yang di sandar perbulan.
Loa = panjang kapal rata-rata perbulan yang di sandar.
15 = ketetapan (jarak antara buritan ke haluan dari satu kapal ke kapal lain).
50 = ketetapan (jarak dari kedua ujung dermaga ke buritan dan haluan kapal).
2. Menggunakan metode BOR (Berth Occupancy Ratio)
206
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Karena dalam penelitian di fokuskan pada satu dermaga apabila dermaga tersebut layak disandar
maka BOR < 40%, dan jika tidak maka BOR > 40%. Nilai BOR yang disaran oleh UNCTAD (United Nation
Conference on Trade and Develoment).
Tabel 1. Nilai BOR
Jumlah Nilai BOR (%)
Dermaga
1 40
2 50
3 55
4 60
5 65
6-10 70
Sumber: Triatmodjo, 2010

Analisa Data. Dari hasil pengolahan data Sekunder diperoleh data panjang dermaga yang
digunakan untuk mengetahui dimensi dermaga yang kemudian dihubungkan dengan karakteristik kapal
yang bertambat pada dermaga pelabuhan Badas. Setelah itu dari hasil data kunjungan kapal pertahun,
kinerja operasional pelabuhan dan jumalh tambatan yang digunakan, akan di hitung persentase tingkat
pemakaian dermaga dengan menggunakan Metode BOR (Berth Occupation Ratio) atau tingkat pemakaian
tambatan yaitu untuk mengetahui persentase tingkat pemakaian dermaga dengan satuan waktu tertentu
sehingga memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemakaian dermaga. Kemudian menghitung
207
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

jumlah kunjungan kapal yang masuk, muatan kapal, rata-rata panjang dan muatan kapal yang beropersi
pada pelabuhan Badas, sehingga akan diperoleh kesimpulan dari hasil pengolahan data tersebut.
Menentukan Dimensi Dermaga.
Panjang dermaga:
Lp = n Loa + (n – 1) . 15 + 50
Dimana:
Lp = panjang kapal.
n = jumlah kapal yang di tambat.
Loa = panjang kapal yang di tambat.
15 = ketetapan (jarak antara buritan ke haluan dari satu kapal ke apal lain).
50 = ketetapan (jarak dari kedua ujung dermaga ke buritan dan haluan kapal).
Metode Berth Occupancy Ratio (BOR). Nilai BOR secara umum dapat dihitung dengan
persamaan berikut (Triatmodjo, 2010):
Vs . St
BOR= x 100 %
Waktu efektif . n
Keterangan:
BOR = Berth Occupancy Ratio
Vs = Jumlah kapal yang dilayani (unit/tahun)
St = Service time (jam/perhari)
208
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Waktu Efektif = Jumlah hari aktif dalam satu tahun


n = Jumlah tambatan

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dermaga Nusantara. Dermaga pada lokasi penelitian yaitu dermaga Nusantara yang melayani
kegiatan kapal bongkar muat barang dan kegiatan ekspor impor barang.
Kondisi Dermaga Nusantara. Dermaga Nusantara pelabuhan Badas memiliki panjang 154 m,
lebar 10 m dengan kapasitas 2 T/m. Dermaga ini melayani kapal yang melakukan kegiatan ekspor impor
barang curah.

Kapal
Tabel 2. Data kunjungan kapal dalam lima tahun terakhir
Tahun Jumlah kunjungan Jumlah bongkar
kapal muat
2008 346 236.367 GT
2009 368 278.223 GT
2010 395 355.056 GT
2011 413 368.565 GT
2012 462 471.513 GT
Sumber: Kantor Administrator Pelabuhan Badas
Dari data kunjungan kunjungan kapal diatas, yang mengalami peningkatan tertinggi yaitu pada
tahun 2012 dengan jumlah kapal mencapai 462 kapal dan jumlah bongkar muat 471.517 GT. Karena
209
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

peningkatan terjadi pada tahun 2012 maka data yang diolah untuk mendapatkan dimensi dermaga yang
dibutuhkan adalah data kunjungan kapal tahun 2012.

Perhitungan Dimensi Dermaga


1. Kapal dengan dua antrian pada dermaga
Tgl Tgl Lama Lo
Tiba Tolak Bertamb a
Nama Kapal Ket
at (m
)
KMN. LESTARI 03 02-04- 02-04- 12 jam 25
KLM. ULIN UTAMA 2012 2012 12 jam 22
KLM. HERO JAYA 02-04- 02-04- 1 hari Antria 48
KLM. PURNAMA 2012 2012 1 hari n 40
INDAH 02-04- 03-04- Antria
2012 2012 n
02-04- 03-04-
2012 2012
Sumber: Kantor Administrator Pelabuhan Badas
 Perhitungan kebutuhan dimensi panjang dermaga yang dibutuhkan:
Diketahui:
Lp dilapangan = 154 m
n = 4 kapal
Loa = 25 + 22 + 48 + 40
210
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

= 135 m
Perhitungan:
Lp = n . Loa + (n – 1) . 15 + 50
Lp = 4 . 135 + (4 – 1) . 15 + 50
Lp = 540 + 45 + 50
Lp = 635 m
Panjang dermaga yang dibutukan untuk 4 kapal yang akan bersandar yaitu sepanjang 635 m, maka
635 m > 154 m (panjang dermaga yang dibutuhkan lebih besar dari existing dermaga yang ada),
sehingga ukuran dimensi dermaga Nusantara tidak layak atau tidak dapat melayani 4 kapal sekaligus
dalam satu hari.

2. Kapal dengan antrian yang berdasarkan lama bertambat dengan ukuran terbesar.
Tabel 3. Antrian kapal dengan ukuran terbesar.
Tgl Tgl Lama Lo
Nama Kapal Tiba Tolak Tambat Ket a(
m)
KLM. MALIK JAYA 15-05- 17-05- 2 hari 22
KM. MAKMUR 2012 2012 2 hari 20
MADANI 15-05- 17-05- 3 hari Antria 22
211
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

KLM. KARTIKA 2012 2012 4 hari n 11


EXPRESS 15-05- 18-05- Antria 0
MV. AMTRHA VII 2012 2012 n
15-05- 19-05-
2012 2012
Sumber: Kantor Administrator Pelabuhan Badas
 Perhitungan kebutuhan dimensi panjang dermaga yang dibutuhkan:
Diketahui:
Lp dilapangan = 154 m
n = 4 kapal
Loa = 22 + 20 + 22 + 110
= 174 m
Perhitungan:
Lp = n . Loa + (n – 1) . 15 + 50
Lp = 4 . 174 + (4 – 1) . 15 + 50
Lp = 696 + 45 + 50
Lp = 791 m
Panjang dermaga yang dibutukan untuk 4 kapal yang akan bersandar yaitu sepanjang 791 m, maka
791 m > 154 m (panjang dermaga yang dibutuhkan lebih besar dari existing dermaga yang ada),
212
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

sehingga ukuran dimensi dermaga Nusantara tidak layak atau tidak dapat melayani kapal secara
bersamaan dengan ukuran yang lainnya.

Simulasi Perhitungan Berth Occupancy Ratio (BOR)


Nilai BOR secara umum dapat dihitung dengan persamaan berikut (Triatmodjo, 2010):
Vs . St
BOR = x 100%
Waktu efektif . n
Keterangan:
BOR = Berth Occupancy Ratio
Vs = Jumlah kapal yang dilayani (unit/tahun)
St = Service time (jam/perhari)
Waktu Efektif = Jumlah hari aktif dalam satu tahun
n = Jumlah dermaga

1. Nilai BOR tahun 2008


Diketahui:
Vs = 346 kapal
St = 6 jam
Waktu efektif = 354
n =1
Analisa perhitungan:
213
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Vs . St
BOR = x 100%
Waktu efektif . n
346 . 6
BOR = x 100%
354 . 1
= 58%
2. Nilai BOR tahun 2009
Diketahui:
Vs = 368 kapal
St = 6 jam
Waktu efektif = 354
n =1
Analisa perhitungan:
Vs . St
BOR = x 100%
Waktu efektif . n
368 . 6
BOR = x 100%
354 . 1
= 62%

3. Nilai BOR tahun 2010


Diketahui:
214
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Vs = 395 kapal
St = 6 jam
Waktu efektif = 354
n =1
Analisa perhitungan:
Vs . St
BOR = x 100%
Waktu efektif . n
395 . 6
BOR = x 100%
354 . 1
= 67%
4. Nilai BOR tahun 2011
Diketahui:
Vs = 413 kapal
St = 6 jam
Waktu efektif = 354
n = 1 dermaga
Analisa perhitungan:
Vs . St
BOR = x 100%
Waktu efektif . n
215
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

413 . 6
BOR = x 100%
354 . 1
= 70%
5. Nilai BOR tahun 2012
Diketahui:
Vs = 465 kapal
St = 6 jam
Waktu efektif = 354
n = 1 dermaga

Analisa perhitungan:
Vs . St
BOR = x 100%
Waktu efektif . n
465 . 6
BOR = x 100%
354 . 1
= 79%
Prediksi Arus Kapal. Perkiraan dilakukan dengan menggunakan analisis regresi yaitu untuk
melihat pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya yang nantinya akan digunakan untuk
216
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

memprediksi suatu peningkatan arus kapal, yang dalam hal ini menggunakan software Exel (Triatmodjo,
2010).
Persamaan arus kapal (Triatmodjo, 2010):
y1 = 320,6 x0,269
Keterangan:
y1 = arus kapal pada suatu tahun yang diperkirakan
x = tahun ke 1, 2, 3,... dihitung sejak tahun 2008 (tahun 2008 adalah tahun ke 1).
Pertumbuhan arus kapal/tahun dan BOR dalam 5 tahun terakhir.
Tahun Arus kapal BOR
Tahun
ke Unit (%)
2008 1 346 58%
2009 2 368 62%
2010 3 395 67%
2011 4 413 70%
2012 5 462 78%
500 Sumber: Kantor Administrator Pelabuhan
450

400
Badas dan hasil olah data
350

300

250
462
200 395 413
346 368
150

100

50

0
2008 2009 2010 2011 2012
217
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 4. Arus kunjungan kapal dalam 5 tahun terakhir

Analisis Regresi
500
450
f(x) = 320.67 exp( 0.07 x )
400 R² = 0.98
350
300
250
200
150
100
50
0
1 2 3 4 5

Gambar 5. Hasil prediksi arus kapal dengan menggunakan analisis regresi.

Berdasarkan hitungan persamaan yang terdapat pada Gambar di atas dapat diperkirakan arus
kapal untuk 5 tahun kedepan.
Tabel 4. Hasil analisa prediksi arus kapal, pertumbuhan arus kapal/tahun dan BOR dengan menggunakan
analisis regresi.
Tahun Arus kapal BOR
Tahun
ke Unit (%)
218
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

2013 6 519 88%


2014 7 541 92%
2015 8 561 95%
2016 9 579 98%
2017 10 596 101%

620

600

580

560

540 596
579
520 561
541
500 519

480
2013 2014 2015 2016 2017

Gambar 6. Hasil prediksi arus kapal


dengan menggunakan analisis regresi.

620
f(x) = 506.12 exp( 0.03 x )
600 R² = 0.99

580

560

540

520

500

480

460
6 7 8 9 10
219
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Regresi arus kapal

Gambar 7. Hasil analisa prediksi arus kapal, pertumbuhan arus kapal/tahun


dan BOR

Tabel 5. Arus Kapal (BOR)


Tahun Arus kapal BOR
Tahun
ke Unit (%)
2008 1 346 58%
2009 2 368 62%
2010 3 395 67%
2011 4 413 70%
2012 5 462 78%
2013 6 519 88%
2014 7 541 92%
2015 8 561 95%
2016 9 579 98%
2017 10 596 101%
220
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Sumber: Olahan Data

KESIMPULAN
Setelah melakukan pengolahan data dari dermaga Nusantara pelabuhan Badas, hasil survey dari
dari data sekunder dan primer yang diperoleh, maka diambil beberapa kesimpulan:
1. Dari hasil perhitungan kapal dengan antrian terbanyak yaitu 2 kapal pada dermaga. Panjang dermaga
yang dibutukan untuk 4 kapal yang akan bersandar yaitu sepanjang 635 m, maka 635 m > 154 m
(panjang dermaga yang dibutuhkan lebih besar dari panjang dermaga di lapangan), sehingga ukuran
dimensi dermaga Nusantara tidak layak atau tidak dapat melayani 4 kapal sekaligus dalam satu hari.
Dari hasil perhitungan antrian kapal ukuran terbesar yaitu kapal yang memiliki panjang 110 m.
Dimensi dermaga yang dibutukan untuk 4 kapal yang akan bersandar yaitu sepanjang 791 m, maka
791 m > 154 m (panjang dermaga yang dibutuhkan lebih besar dari panjang dermaga di lapangan),
sehingga ukuran dimensi dermaga Nusantara tidak layak atau tidak dapat melayani kapal secara
bersamaan dengan ukuran yang lainnya.
2. Dari hasil perhitungan BOR tahun 2008, yaitu dengan jumlah kapal 346, nilai BOR mencapai 58%, hasil
perhitungan BOR tahun 2009, yaitu dengan jumlah kapal 368 , nilai BOR mencapai 62%, hasil
perhitungan BOR tahun 2010, yaitu dengan jumlah kapal 395, nilai BOR mencapai 67%, hasil
perhitungan BOR tahun 2011, yaitu dengan jumlah kapal 413, nilai BOR mencapai 70%, dan dari hasil
perhitungan BOR tahun 2012, yaitu dengan jumlah kapal 465, nilai BOR mencapai 79%. Nilai BOR dari
221
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

tahun 2008 hingga 2012 telah melibihi kapasitas dermaga seperti yang disarankan oleh UNCTAD nilai
BOR untuk 1 tambatan tidak boleh melebihi 40%. Sehingga dermaga Nusantara tidak layak
menampung jumlah kapal yang melakukan sandar di dermaga Nusantara.
3. Dari hasil prediksi arus kapal yang menggunakan analisis regresi, maka didapatkan hasil perkiraan
kunjungan kapal 5 tahun yang akan datang yaitu pada tahun 2017 sebanyak 596 unit kapal dengan
nilai BOR mencapai 101%.

SARAN
1. Perlu adanya penambahan panjang dermaga yang semula hanya dapat melayani dua kapal menjadi
empat kapal dalam waktu yang bersamaan, agar dapat mengatasi antrian yang terjadi pada
pelabuhan Badas dan peningkatan kapal yang akan terjadi pada tahun berikutnya.
2. Perlu adanya alat mekanis bongkar muat yaitu crane agar proses bongkar muat barang dapat berjalan
dengan cepat.
3. Perlu diperhatikan kepada pemerintah Kabupaten Sumbawa agar dapat memperhatikan pelabuhan
Badas untuk perkembangan yang akan datang karena melihat peran pelabuhan Badas sebagai satu-
satunya pelabuhan barang yang terdapat pada Kabupaten Sumbawa, karena sesuai dengan salah-satu
peran pelabuhan sebagai perputaran roda ekonomi suatu daerah maupun negara.
4. Perlu diperhatikan kepada Departemen Perhubungan Laut, Kantor Otoritas Pelabuhan Badas dan PT
(Persero) Pelabuhan Indonesia-III mengenai sarana dan prasarana yang ada pada pelabuhan Badas
222
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

agar mendapat perhatian lebih seperti, lapangan penumpukan agar lebih diatur lagi sehingga diwaktu
penumpukan barang berjalan dengan baik dan teratur dan plat lantai (Apron) dermaga perlu adanya
perbaikan agar aktiftas di dermaga dapat berjalan dengan baik dan sarana jalan di kawasan
pelabuhan Badas perlu adanya perbaikan.
5. Diperlukan studi penelitan lebih lanjut untuk mendapatkan Analisa kelayakan pengembangan dermaga
di pelabuhan Badas yang lebih baik dan maju.

DAFTAR PUSTAKA
Abdulmutalip Danuningrat, Pelabuhan bagian I dan II, Penerbit Seksi Publikasi Teknik Departemen Teknik
Sipil ITB, Bandung, 1977.
Suhardjono, Pengantar Penelitian Ilmiah, Penerbit UPT Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang,
1993.
Triatmodjo Bambang, Perencanaan Pelabuhan, Penerbit Beta Offset, Yogyakarta, 2010.
223
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

PERBANDINGAN ESTIMASI ANGGARAN BIAYA ANTARA


METODE BOW, SNI DAN KOMBINASI
Oleh : Jamaluddin

ABSTRAK

Analisa biaya konstruksi adalah suatu cara perhitungan harga satuan pekerjaan konstruksi, yang
dijabarkan dalam perkalian indeks bahan bangunan dan upah kerja dengan harga bahan bangunan dan
standar pengupahan kerja, untuk menyelesaikan per-aitem pekerjaan konstruksi. Analisa biaya konstruksi
yang selama ini digunakan adalah Analisa BOW (Burgerlijke Open bare Warken) yang ditetapkan pada
tanggal 28 Februari 1921 pada zaman pemerintahan Belanda. Analisa BOW ini hanya dapat dipergunakan
padapekerjaan yang memakai peralatan konvemsial saja, sedangkan bagi pekerjaan yang menggunakan
peralatan modern Analsa BOW tidak dapat dipergunakan lagi. Kemudian pada tahun 1991-1992 produk
Analisa Biaya Konstruksi yang telah dukukuhkan sebagai badan Standa Nasional Indonesia (SNI) namun
hanya untuk pekerjaan padat karya saja. Pada tahun 2002 SNI dikaji kembali dan disempurnakan dengan
sasaran yang lebih luas yaitu bangunan gedung dan perumahan, dan peneliti mencoba
mengkombinasikan kedua analisa yang dimana nilai koefsien/kuantitas yang digunakan adalah nilai
koefsien/kuantitas dari Analisa BOW dan untuk harga satuan yang digunakan adalah harga satuan dari
Analisa SNI.
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada pekerjaan galian tanah, urugan kembali, urugan pasir,
pasangan batu kosong dan pasangan pondasi menunjukkan bahwa hasil dari perhitungan harga satuan
pekerjaan antara Metode BOW, SNI dan Kombinasi memiliki perbedaan masing jumlah harga satun
pekerjaan yang berfariasi jumlahnya. Perbedaan jumlah harga satuan pekrjaan antara Analisa BOW dan
SNI pada semua item pekerjaan pada pekerjaan pondasi dipengaruhi oleh harga satuan yang digunakan
pada analisa BOW, Analisa BOW memiliki jumlah harga satuan yang nominalnya lebih kecil bila
224
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

dibandingkan dengan harga satuan pada Analisa SNI. Untuk nilai Koefsien Analisa pada BOW masih
dipergunakan sebagai bahan pembelajaran kedepannya.
Perbedaan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa SNI dan Kombinasi terlihat pada jumlah
harga satuan pekerjaan pada pekerjaan urugan kembali, pasangan batu kosong dan pasangan pondasi.
Selain memiliki perbedaan jumlah harga satuan pekerjaan Analisa SNI dan Kombinasi juga memiliki
persamaan jumlah harga satuan pekerjaan yaitu pada pekerjaan galian tanah dan urugan pasir.

Kata Kunci : Metode BOW, SNI, Dan Kombinasi.

PENDAHULUAN

Dalam sebuah proyek konstruksi terdapat berbagai tahapan pengerjaan yang berkaitan dengan
manajemen konstruksi. Perkiraan biaya memegang peranan penting dalam penyelenggaraan proyek.
Pada tahap pertama dipergunakan untuk mengetahui berapa besarnya biaya yang diperlukan untuk
membangun proyek atau investasi, selanjutnya memiliki fungsi dengan spektrum yang amat luas yaitu
merencanakan dan mengendalikan sumber daya seperti material, tenaga kerja, dan waktu. Untuk
meningkatkan efsiensi dan efektiftas kegiatan pembangunan gedung dan bangunan dibidang konstruksi,
diperlukan suatu sarana dasar perhitungan harga satuan yaitu Analisa Biaya Konstruksi (ABK).
Analisa biaya konstruksi yang selama ini digunakan adalah Analisa BOW (burgerlijke open bare
warken) yang kemudian diganti dengan Analisa SNI, dan peneliti mencoba mengkombinasikan kedua
analisa tersebut sebagai bahan acuan kedepannya. Analisa BOW adalah suatu ketentuan yang ditetapkan
pada tanggal 28 Februari 1921 pada zaman pemerintahan Belanda. Analisa BOW merupakan suatu
rumusan penentuan harga satuan item jenis pekerjaan. Satuannnya ialah Rp. …/m3, Rp. …/m2, Rp. …/m1.
225
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Ada beberapa analisa BOW yang tidak relevan lagi dengan kebutuhan pembangunan, baik bahan maupun
upah tenaga kerja. Namun demikian Analisa BOW masih dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam
menyusun anggaran biaya banguanan. Maka pada tahun 1991-1992 produk analisa biaya konstruksi yang
telah dikukuhkan sebagai Standar Nasional Indonesia (SNI) oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN),
Analisa metode SNI yaitu perhitungan harga satuan pekerjaan yang berlaku untuk seluruh Indonesia,
berdasarkan harga satuan bahan, harga satuan upah tenaga kerja, dan harga satuan alat. Pelaksanaan
pembangunan yang dimaksud adalah pihak-pihak yang terkait dalam pembangunan gedung dan
perumahan yaitu para perencana, konsultan, kontraktor maupun perseorangan dalam memperkirakan
biaya pembangunan. Kedua Analisa tersebut memiliki persamaan dan perbedaan pada nilai
indeks/koefsien, maka peneliti mencoba mengkombinasikan kedua analisa tersebut. Kombinasi
merupakan gabungan antara Analisa BOW dan Analisa SNI, dimana Kombinasi ini menggunakan nilai
indeks/koefsien dari analisa BOW dan harga satuan yang digunakan adalah harga satuan dari Analisa
SNI.

METODE PENELITIAN
Subjek Penelitian. Subjek penelitian ini adalah proyek pembangunan Ruko lantai satu Jalan A.
Yani Kec.Sumbawa.Kab.Sumbawa.
226
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Objek Penelitian. Objek penelitian ini adalah menganalisa harga dengan menggunakan metode
BOW, SNI, dan Kombinasi

Data Yang Diperlukan. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
1) Gambar rencana arsitek dan struktur (gambar bestek),
2) Peraturan dan syarat-syarat yang berlaku (RKS)
3) Daftar harga satuan bahan yang digunakan didaerah setempat,
4) Daftar harga satuan upah untuk daerah setempat,
5) Rencana Anggaran Biaya penawaran proyek pembangunan Ruko lantai satu Jalan A. yani kec.
Sumbawa Kab. Sumbawa
6) Daftar pedoman analisa BOW dan SNI.

Cara Pengumpulan Data. Cara pengumpulan data penelitian berdasarkan gambar rencana,
peraturan dan syarat-syarat yang berlaku (RKS), dan RAB dari proyek.

Pengelolaan Data Pengelolaan data melewati tahapan-tahapan sebagai berikut:


1) Studi pustaka dari berbagai buku-buku literature.
2) Merangkum teori yang saling berhubungan antara manajemen konstruksi dan hal-hal terkait.
3) Mengumpulkan data dan penjelasan yang didapat dari konsultan perencana proyek pembangunan
Ruko lantai satu Jalan A. yani kec. Sumbawa Kab.Sumbawa.
227
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

4) Mengumpulkan data yang didapat dari buku pedoman analisa.


5) Menghitung harga satuan bahan, upah dan pekerja menggunakan rumus sebagai berikut:

∑tenaga kerja = Volume pekerjaan x Koefisien anaisa tenaga kerja

6) Menghitung harga satuan pekerja tiap jenis pekerjaan yang diteliti menggunakan rumus sebagai
berikut:

RAB = ∑ (Volume) x Harga satuan


pekerjaan
7) Mendapatkan perbandingan harga satuan pekerjaan tiap jenis pekerjaan yang diteliti.

PEMBAHASAN
Hasil Penelitian. Pada bab ini akan dibahas harga satuan bahan, upah dan pekerjaan galian tanah,
urugan tanah, urugan pasir, pasangan batu kosong dan pondasi batu kali.
a. Pekerjaan Galian Dan Urugan
1) Galian Tanah Untuk Pondasi Menerus
 Panjang galian pondasi menerus (P) = 77,12 m
 Tinggi galian (h) = 0,80 m
 Lebar galian (l)= 1,20 m
228
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

 Luas penampang = 0,80 x 1,20 = 0,96 m2


 Volume = 0,96 x 77,12 = 74,04 m3
2) Galian Tanah Untuk Pondasi Tapak
 Jumlah pondasi tapak = 12 buah
 Tinggi (h) = 1,80 m
 Lebar atas (a) = 1,20 m
 Lebar bawah (b) =1,2 m
 Volume = 1,80 x 1,20 x 1.2 = 2,59 x 12 = 31,10 m3
Jadi jumlah seluruh galian = 74,04 + 31,10 = 105,14 m3
3) Urugan Tanah Kembali
 Volume galian tanah = 105,14 m3
 Urugan kembali = ¼ galian
 Volume = ¼ x 99,96 = 26,28 m3
4) Urugan Pasir
 Panjang urugan = panjang galian = 77,12 m
 Tinggi (h) = 0,5 m
 Lebar (l) = 1,20 m
 Luas penampang = 0,5 x 1,20 = 0,6 m2
229
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

 Volume = 0,6 x 77,12 = 46,27 m3

b) Pekerjaan Pasangan
1) Pasangan Batu Kosong
 Panjang pasangan batu kosong = Urugan pasir = Galian tanah = 77,12 m
 Tinggi (h) = 0,20 m
 Lebar (l) = 1,20 m
 Luas penampang = 0,20 x 1,20 = 0,24 m2
 Volume = 0,24 x 77,12 = 18,50 m3
2) Pasangan Pondasi Batu Kali 1 Pc : 5 Ps
 Panjang pondasi = 77,12 m
 Tinggi (h) = 0,62 m
 Lebar atas pondasi (a) = 0,30 m
 Lebar bawah pondasi (b) = 1,00 m
 Luas penampang = 0,65 x 0,62 = 0,403 m2
 Volume = 0,403 x 77,12 = 34,08 m3

Volume pondasi menerus setelah dikurang volume 6 buah pondasi tapak :


= luas pondasi menerus – luas pondasi tapak
230
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

= 34,08 – 1,18
= 32,90 m3

3) Pondasi Tapak
 Bidang 1
 Banyak = 12 buah
 Tinggi (h) = 1,52 m
 Lebar atas (a) = 0,30 m
 Lebar bawah (b) = 0,30 m
 Volume = 1,52 x 0,30 x 0,30 = 0,14 x 12 = 1,68 m3
 Bidang 2
 Banyak = 12 buah
 Tinggi (h) = 0,25 m
 Lebar atas (a) = 0,30 m
 Lebar bawah (b)= 1,20 m
 Volume = 0,25 x 1,20 x 0,30 = 0,09 x 12 = 1,08 m3
 Bidang 3
 Banyak = 12 buah
231
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

 Tinggi (h) = 0,25 m


 Lebar atas (a) = 1,20 m
 Lebar bawah (b)= 1,20 m
 Volume = 0,25 x 1,20 x 1,20 = 0,36 x 12 = 4,32 m3

v = bidang 1 + bidang 2 + bidang 3

= 1,68 + 1,08 + 4,32

= 7,08 m3

c) Perhtungan Jumlah Harga Satuan Pekerjaan


Dengan menggunakan rumus ∑tenaga kerja = Volume pekerjaan x Koefsien anaisa tenaga
kerja maka akan didapat jumlah volume harga pekerjaan pada tiap item pekerjaan, dan dengan
menggunakan rumus :
RAB = ∑ (Volume) x Harga satuan pekerjaan.
Contoh: ∑tenaga kerja = 74,04 m3 x 0,75 = 55,53 m3
RAB = 55,53 x 40,233 = Rp2234,13849

d) Persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan Antara Analisa BOW, SNI dan
Kombinasi
232
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Untuk mendapat jumlah persentase harga satuan pekerjaan maka dapat dihitung menggunakan

jumlah harga tertinggi− jumlah harga terendah


rumus: x 100
jumlah harga tertinggi
3.172.537,22−195.937,50
contoh: x100 = 93,82 %
3.172 .573,22

Pembahasan. Dari hasil perhitungan yang dilakukan maka dapat dibuat suatu grafk perbandingan
jumlah harga satuan pekerjaan upah (upah pekerja, mandor, kepala tukang, dan tukang batu) dan jumlah
harga satuan bahan (tanah, pasir, batu, dan semen) per-item pekerjaan.
a)Perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan
1) Perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Metode BOW, SNI dan Kombinasi pekerjaan
galian tanah
Biaya (Rp)
3,500,000
3,172,573 3,172,573

3,000,000

2,500,000
Pekerja
2,000,000
Mandor
Linear (Mandor)
1,500,000

1,000,000

500,000
195,938 167,698 167,698
9,144
000
BOW SNI KOMBINASI
233
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

2) Perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa BOW, SNI dan Kombinasi pekerjaan
urugan kembali
Biaya (Rp)
900,000
792,992
800,000

700,000

600,000

500,000 Pekerja
Mandor
400,000

300,000 264,331

200,000

100,000
49,275 41,917
2,300 13,413
000
BOW SNI KOMBINASI

3) Perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa BOW, SNI dan Kombinasi peerjaan
urugan pasir
a. Perbandingan harga satuan perkerjaan (upah pekerja)
234
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Biaya (Rp)
600,000 558,474 558,474

500,000

400,000
Pekerja
300,000 Mandor

200,000

100,000
34,703 29,520 29,520
1,619
000
BOW SNI KOMBINASI

b. Perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan untuk bahan pasir


Biaya (Rp)
6,000,000

4,830,588 4,830,588
5,000,000

4,000,000

Bahan (pasir)
3,000,000

2,000,000

1,000,000

222,096
000
BOW SNI KOMBINASI

4) Perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa BOW, SNI dan Kombinasi peerjaan
pasangan batu kosong
235
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

a. Perbandngan harga satuan perkerjaan (upah pekerja)


Biaya (Rp)
1,200,000
1,116,466
1,000,000

800,000
Pekerja
600,000 Mandor
580,562

400,000

200,000
69,375 88,523
46,032
4,856
000
BOW SNI KOMBINASI

b. Perbandngan harga satuan perkerjaan (bahan(batu dan pasir))


Biaya (Rp)
2,500,000
2,220,000
2,035,000
2,000,000

1,500,000 Batu
pasir

1,000,000
695,304 804,750

500,000
122,100

000 37,000
BOW SNI KOMBINASI

5) Perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa BOW, SNI dan Kombinasi peerjaan
pasangan pondasi
236
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

a. Perbandngan harga satuan perkerjaan (upah pekerja)


Biaya (Rp)
6,000,000

5,000,000 4,765,197

4,000,000 Pekerja
Mandor
3,000,000 Kep. Tukang
T. batu
1,985,499 2,100,336
2,000,000
1,312,710

1,000,000
296,100 377,824
138,150 157,427
143,115 228,984
20,727
15,792
000
BOW SNI KOMBINASI

b. Perbandngan harga satuan perkerjaan (bahan(batu,pasir dan Pc))

Biaya (Rp)
7,000,000

5,816,720
6,000,000

5,000,000
3,948,000 3,948,000 Batu
4,000,000
Semen
Pasir
3,000,000

2,000,000 1,700,272 1,631,511

1,000,000
602,786
236,880
103,043
000 174,138
BOW SNI KOMBINASI
237
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

b) Persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara metode BOW dan SNI
Dari hasil perhitungan persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa
BOW dan SNI, maka dapat dibuat suatu grafk perbadingan.
1) Persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa BOW dan SNI pada
pekerjaan galian tanah
Porsentase %
94.800%

94.600% 94.550%

94.400%

94.200% Pekerja
Mandor
94.000%
93.820%
93.800%

93.600%

93.400%
BOW dan SNI

2) Persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa BOW dan SNI pada
pekerjaan urgan kembali.
238
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Porsentase %
83.000% 82.860%

82.500%

82.000% Pekerja
Mandor

81.500% 81.360%

81.000%

80.500%
BOW dan SNI

3) Persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa BOW dan SNI pada
pekerjaan urgan pasir
a. Persentase Perbandngan harga satuan perkerjaan (upah pekerja)
Porsentase %
94.600%
94.510%

94.400%

94.200%
Pekerja
94.000% Mandor

93.790%
93.800%

93.600%

93.400%
BOW dan SNI
239
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

b. Persentase Perbandngan harga satuan perkerjaan (bahan (pasir))


Porsentase %
100.000% 94.990%
90.000%
80.000%
70.000%
60.000%
Pasir
50.000%
40.000%
30.000%
20.000%
10.000%
.000%
BOW dan SNI

4) Persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa BOW dan SNI pada
pekerjaan Pas. Batu kosong

a. Persentase Perbandngan harga satuan perkerjaan (upah pekerja)


240
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

persentase %
90.000%

89.450%
89.500%

89.000%
Pekerja
88.500% Mandor

88.050%
88.000%

87.500%

87.000%
BOW dan SNI

b. Persentase Perbandngan harga satuan perkerjaan (bahan(pasir dan batu))


persentase %
94.700% 94.680%

94.650%

94.600%

Batu
94.550% Pasir

94.500%
94.500%

94.450%

94.400%
BOW dan SNI

5) Persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa BOW dan SNI pada
pekerjaan Pas. Pondasi
241
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

a. Persentase Perbandngan harga satuan perkerjaan (upah pekerja)


Porsentase %
120.000%

98.790%
100.000%
85.080% 86.830%
80.000% Pekerja
Mandor
60.000% Kep. Tuang
T. batu

40.000%

20.000%
3.470%
.000%
BOW dan SNI

b. Persentase Perbandngan harga satuan perkerjaan (bahan (batu, pasir dan semen))
Porsentase %
250%

2
200%

150% Batu
Semen (PC)
Pasir
100% 94% 090%

50%

0%
BOW dan SNI

c. Persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara metode SNI dan
Kombinasi
242
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

a) Persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa SNI dan Kombinasi pada
pekerjaan galian tanah
Porsentase %
100%

90%
80%

70%
60% Pekerja
50% Mandor

40%

30%

20%
10%

0%
SNI dan KOMBINASI

b) Persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa SNI dan Kombinasi pada
pekerjaan urugan kembali
Porsentase %
68.500%

68%
68.000%

67.500% Pekerja
Mandor

67.000%
66.670%

66.500%

66.000%
SNI dan KOMBINASI
243
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

c) Persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa SNI dan Kombinasi pada
pekerjaan urugan pasir

1. Persentase Perbandngan harga satuan perkerjaan (upah pekerja)

100%

90%

80%

70%

60%

50% Pekerja
Mandor
40%

30%

20%

10%

0%
SNI dan KOMBINASI

2. Persentase Perbandngan harga satuan perkerjaan (bahan(pasir))


Porsentase %
100%
90%
80%
70%
60%
Pasir
50%
40%
30%
20%
10%
0%
SNI dan KOMBINASI

d) Persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa SNI dan Kombinasi pada
pekerjaan Pas. Batu kosong
244
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

1. Persentase Perbandngan harga satuan perkerjaan (upah pekerja)

Porsentase %
60.000%

50.000% 48.000% 48.000%

40.000%
Pekerja
30.000% Mandor

20.000%

10.000%

.000%
SNI dan KOMBINASI

2. Persentase Perbandngan harga satuan perkerjaan (bahan (batu dan pasir))


245
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Porsentase %
16.000%

14.000% 13.600%

12.000%

10.000%
8.330% Batu
8.000% Pasir

6.000%

4.000%

2.000%

.000%
SNI dan KOMBINASI

e) Persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa SNI dan Kombinasi pada
pekerjaan Pas. Pondasi
1. Persentase Perbandngan harga satuan perkerjaan (upah pekerja)
Porsentase %
100.000%
93.190%
90.000%
82.560%
80.000%

70.000%
Pekerja
58.330% 58.330%
60.000% Mandor
50.000% Kep. Tukang
t. batu
40.000%
30.000%

20.000%
10.000%
.000%
SNI dan KOMBINASI
246
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

2. Persentase Perbandngan harga satuan perkerjaan (bahan (batu, pasir dan semen))
Porsentase %
120.000%

100.000% 97.000%

80.000%
Batu
semen (PC)
60.000%
Pasir

40.000%

20.000%
4.040%
.000%
SNI dan KOMBINASI

KESIMPULAN
Setelah melakukan analisa data dan melakukan perbandingan antara metode BOW, SNI , dan
Kombinasi pada proyek pembangunan Ruko lantai satu Jalan A. Yani Kec.Sumbawa.Kab.Sumbawa, maka
dapat diambil kesimpulan:
Perbedaan jumlah harga satuan pekerjaan pada pekerjaan galian tanah, urugan kembali, urugan pasir,
pasangan batu kosong dan pasangan pondasi adalah Perbedaan jumlah harga satuan pekrjaan antara
Analisa BOW dan SNI pada semua item pekerjaan pada pekerjaan pondasi dipengaruhi oleh harga satuan
yang digunakan pada analisa BOW memiliki jumlah harga satuan yang nominalnya lebih sedikit bila
247
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

dibandingkan dengan harga satuan pada Analisa SNI. Perbedaan jumlah harga satuan pekerjaan antara
Analisa SNI dan Kombinasi terlihat pada jumlah harga satuan pada pekerjaan urugan kembali, pasangan
batu kosong dan pasangan pondasi. Maka disimpulkan :
1) Ada perbedaan jumlah harga satuan antara Analisa BOW, SNI dan Kombinasi
2) Perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara analisa BOW, SNI, dan Kombinasi BOW dan SNI
pada pekejaan galian tanah, urugan kembali, urugan pasir, pasangan batu kosong dan pasangan
pondasi batu kali adalah:
 BOW =harga satuan pekerjaan (upah pekerja =Rp195.937,50, dan upah mandor =Rp9.143,75), SNI
=harga satuan pekerjaan (upah pekerja =Rp3.172.573,22, dan upah mandor =167.698,30) , dan
Kombinasi =harga satuan pekerjaan (upah pekerja =Rp3.172.573,22, dan upah mandor
=Rp167.698,30).
 BOW =harga satuan pekerjaan (upah pekerja =Rp49.275,00, dan upah mandor =Rp2.299,50), SNI
=harga satuan pekerjaan (upah pekerja =Rp264.330,81, dan upah mandor =13.413,31) , dan
Kombinasi =harga satuan pekerjaan (upah pekerja =Rp792.992,43, dan upah mandor
=Rp41.916,60).
 BOW =harga satuan pekerjaan (upah pekerja =Rp34.702,50, upah mandor =Rp1.619,45, dan bahan
(pasir) =Rp222.096,00), SNI =harga satuan pekerjaan (upah pekerja =Rp558.474,27, upah mandor
248
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

=Rp29.520,26, dan bahan (pasir) =Rp4.830.558,53) , dan Kombinasi =harga satuan pekerjaan (upah
pekerja =Rp558.474,27, upah mandor =Rp29.520,26, dan bahan (pasir) = Rp4.830.558,53).
 BOW =harga sauan pekerjaan (upah pekerja =Rp69.375,00, upah mandor =Rp4.856,25, dan bahan
(batu kali =Rp122.100,00, pasir =Rp37.000,00)), SNI =harga satuan pekerjaan (upah pekerja
=Rp580.562,19, upah mandor =Rp46.031,70, dan bahan (batu kali =Rp2.220.000,00, pasir
=Rp695.304,00)) dan Kombinasi =harga satuan pekerjaan (upah pekerja =Rp1.116.465,75, upah
mandor =Rp88.522,50, dan bahan (batu kali =Rp2.035.000,00, pasir =Rp804.750,00)).
 BOW =harga satuan pekerjaan (upah pekerja =Rp296.100,00, upah mandor =Rp20.727,00, upah
kepala tukang =Rp15.792,00, upah tukang batu =Rp138.150,00,dan bahan (batu kali
=Rp236.880,00, semen (PC) =Rp602.785,56, pasir =Rp103.042,80)).

SARAN
1. Analisa harga satuan SNI perlu ditinjau lagi demi mendukung pembangunan yang akan dilakukan
selanjutnya, karena bila ditinjau lagi dari Analisa Kombinasi (BOW dan SNI) masih ada harga satuan
pekerjaan yang masih memiliki jumlah harga satuan pekerjaan yang sedikit bila dibandingkan dengan
Analisa SNI.
249
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

2. Nilai koefsien/kuantitas pada Analisa SNI harus lebih diperhatikan lagi meski harga setiap bahan dan
upah terus meningkat, mengingat hasil dari Analisa Kombinasi (BOW dan SNI) masih ada nilai koefsien
dari Analisa BOW yang jika digunakan pada masa sekarang masih lebih efsien.

DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim Bachtiar, 2003, Rencana Dan Estimate Real Of Cost, Penerbit Bumi Aksaara. Jakarta.
Khalid Muhammad HM,2008, Studi analisa harga satuan pekerjaan pada konstruksi gedung dengan
metode BOW, SNI, dan LAPANGAN, Penerbit Seksi Publikasi Teknik Departemen Teknik Sipil UI.
Indonesi.
Soeharto Imam, 1995, Manajemen proyek dari konseptual sampai operasional, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Susanta Gatut, 2008, Cara cepat menghitung biaya membangun rumah, Penerbit Griya Kreasi, Bandung.
Yuwono Imam, 1995, Pondasi sederhana untuk rumah tinggal, Penerbit Balai Pustaka, Jakarta.
250
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR KERUSAKAN JALAN DIATAS


TANAH EKSPANSIF
(Studi Kasus : Jalan Lintas Sumbawa – Bima, PAL IV – KM 12 di Kabupaten
Sumbawa Besar)
Oleh: Andi Supandi
251
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

ABSTRAK

Tanah ekspansif merupakan bahaya utama dibidang geoteknik yang dapat menimbulkan kerusakan
parah terhadap kinerja dan umur layan infrastruktur. Masalah utama yang ditimbulkan tanah ekspansif
adalah : perubahan volume karena mengembang dan menyusutnya tanah, yang dapat mengakibatkan
penurunan tidak seragam penurunan daya dukung. Faktor – faktor penyebab kerusakan jalan pada ruas
jalan pal IV – Km 12 di Kabupaten Sumbawa Besar disebabkan tanah dasar disebabkan oleh kondisi tanah
dasar mengalami pengembangan ketika kadar airnya bertambah dan mengalami penyusutan disebabkan
kadar airnya berkurang.
Sifat – sifat fsik tanah ekspansif pada ruas jalan pal IV – Km 12 di Kabupaten Sumbawa Besar Pemadatan
dengan metode Standard Proctor lebih tepat untuk pemadatan tanah lempung karena akan menghasilkan nilai
CBR Soaked yang lebih besar dibandingkan dengan metode Modifed Proctor untuk satu komposisi campuran
yang sama. Hasil analisis pengembangan menunjukan hasil yaitu dengan adanya campuran pasir maka
pengembangan akan menurun, namun dalam kenyataannya pengembangan justru naik dari semula 13,5%
menjadi 17,40%. Hasil ini mengindikasikan adanya gejala over compacted, sehingga perlu dicoba dengan
menurunkan daya pemadatan dari Modifed Proctor menjadi Standard Proctor.

Kata kunci: CBR Soaked, Modied froktor, Standar Froctor.

PENDAHULUAN
Jalan lintas Sumbawa – Bima, pal IV - km 12 di Kabupaten Sumbawa Besar merupakan jalur
transportasi lintas tengah yang menghubung Kabupaten Bima dan Kabupaten Sumbawa Besar sehingga
mengakibatkan tingkat akses dan mobilitas yang cukup tinggi. Hal ini memberikan keuntungan yang
252
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

besar bagi Kabupaten Bima dan Kabupaten Sumbawa Besar sebagai modal dasar pengembangan
wilayahnya sehingga perlu didukung dengan ketersediaan sarana dan prasarana transportasi yang baik,
agar dapat memperlancar perkembangan wilayah khususnya perkembangan perekonomian ada di
Kec.moyo hilir. Salah satu jalur transportasi lintas tengah yang berada di antara Ruas jalan ini sering
mengalami kerusakan struktural jalan cukup parah yang dicurigai karena sifat ekspansif tanah lempung
dari lapisan tanah dasar.
Tanah ekspansif merupakan bahaya utama dibidang geoteknik yang dapat menimbulkan kerusakan
parah terhadap kinerja dan umur layan infrastruktur. Masalah utama yang ditimbulkan tanah ekspansif
adalah : perubahan volume karena mengembang dan menyusutnya tanah, yang dapat mengakibatkan
penurunan tidak seragam penurunan daya dukung tanah; rawan terhadap erosi sangat tinggi ketika
dilakukan penggalian dan kondisi pengerjaan yang sulit. Banyak kasus kerusakan perkerasan jalan terjadi
pada jalan yang melewati daerah yang memiliki tanah ekspansif seperti kejadian ini dicurigai karena
perilaku tanah ekspansif yang berada di bawah perkerasan jalan mempunyai sifat mengembang dan
menyusut yang besar. Sifat kembang - susut ini merupakan faktor penyebab yang dominan terhadap
kejadian kerusakan perkerasan jalan karena dapat mendorong perkerasan jalan ke arah vertikal dan
dapat menarik secara lateral. Masalah kembang - susut ini terjadi pada tanah kelempungan dengan
perubahan kadar air yang tinggi, sehingga feksibilitas perkerasan tidak mampu mengikuti perubahan
sifat tanah ekspansif, maka kerusakanpun tak dapat dihindari. Tanah dasar (Subgrade) yang ekspansif
menimbulkan banyak masalah kerusakan pada perkerasan jalan raya, sehingga perkerasan yang terletak
253
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

pada tanah dasar ekspansif ini sering membutuhkan biaya pemeliharaan dan rehabilitasi yang besar
sebelum perkerasan mencapai umur layannya.
Dari uraian latar belakang diatats maka peneliti mengajukan judul tentang “Analisis Faktor – Faktor
Kerusakan Jalan di Atas Tanah Ekspansif (Studi Kasus : Jalan Lintas Sumbawa – Bima, PAL IV – KM 12 Di
Kabupaten Sumbawa Besar) ”.

METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Penelitian. Lokasi penelitian yang dijadikan objek penelitian ini adalah ruas jalan PAL IV –
KM 12 Kabupaten Sumbawa Besar dengan lebar jalan 7 m yang terletak di antara Kabupaten Sumbawa
Besar. Lokasi ruas jalan yang ditinjau ditunjukkan dalam Gambar 1.1 Peta Lokasi Penelitian.
Pengambilan Contoh Uji. Contoh tanah ekspansif diambil dari satu lokasi di tepi Jalan lintas
Sumbawa – Bima, pal IV - km 12 di Kabupaten Sumbawa Besar pada Km Smg. 15+000. pada kedalaman
0,50 – 1,00 meter dengan cara mencangkul (Disturbed Sample) sebanyak 750 kg. Pada saat penggalian
contoh, diamati secara visual dan dicatat jenis tanah, warna tanah, dan tinggi muka air tanah bila pada
kedalaman galian sudah terlihat. Contoh tanah kemudian dijemur sampai kering udara, gumpalan-
gumpalan tanah dipecah dengan palu karet kemudian disaring dengan saringan no. 4. Contoh yang
dipergunakan adalah yang lolos saringan no.4, dimaksudkan agar pengujian dibebaskan dari gumpalan
tanah yang lebih besar saringan no.4.
254
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Pengujian contoh tanah. Contoh tanah yang telah di proses dilakukan pengujian sebagai
berikut :
1) Sifat – sifat fsik meliputi ; analisa distribusi butir, plastic limit, liquit limit, spesipic gravity.
2) Sifat – sipat teknis, yaitu ; pemadatan dengan metode modifed proctor sehngga diperoleh harga
Optimum Moisture Content (OMC) dan kepadatan kering maksimum.
Test California Bearing Ratio (CBR), swelling, dan Unconfned Compressive Strength (UCS) dilakukan pad
kodisi kadar air optimum (OMC).
Pengujian Sifat – Sifat Fisik. Untuk mengetahui sifat – sfat fsik dan pemadatan akibat adanya
campuran pasir pada tanah lempung, maka pada campuran dilakukan pengujian sifat –sifat fsik
Pengujian California Bearing Ratio (CBR), Swelling, dan Unconfned Compressive Strength (UCS) tanah
yang didapatkan dengan metode Mdifed proctor.
PEMBAHASAN DAN HASIL
Sample tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah yang diambil ditepi Jalan lintas
Sumbawa – Bima, pal IV - km 12 di Kabupaten Sumbawa Besar. Hasil penelitian secara detail dapat dilihat
pada tabel dibawah dan uraian secara garis besar adalah sebagai berikut :
Tanah. Hasil penelitian laboratorium mengenai karakteristik tanah asli seperti pada tabel berikut.
hasil pengujian analisa saringan tanah asli diketahui berat material : 50 gr

Saring Berat Jumlah Persentase Persentase


255
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

lewat
berat
tertah Tertah terhadap
an tertaha Lewat
an an seluruh
n
contoh

10 100.00 100.00

20 0.92 0.92 1.84 98.16 98.16

40 0.54 1.46 2.92 97.08 97.08

80 0.49 1.95 3.90 96.10 96.10

100 0.23 2.18 4.36 95.64 95.64

200 0.42 2.60 5.20 94.80 94.80

Adapun cara atau rumus untuk menghitung jumlah persen tertahan dan jumlah persen terlewati
adalah sebagai beikut :
 Jumlah tertahan x 100 = Persentase tertahan
Berat material
 100 – jumlah persen tertahan = Persentase lewat
256
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

a) Pehitungan jumlah persen tetahan :

No saringan Tertahan Persentase tertahan


0.92
20 . x 100 1.84
50
1.46
40 .
b) Perhitungan jumlah persen terlewati :
x 100 2.92
257
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

No saringan Tertahan Persentase lewat


20 . 100 - 1.84 98.16

40 . 100 - 2.92 97.08


Hasil pengujian analisa saringan tanah campuran :

Sumber : Analisa lapangan


258
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

a) Perhitungan jumlah tertahan tanah asli

No saringn Tertahan Persentase tertahan


0.92
20 . x 100 1.84
50
1.46
40 . x 100 2.92
b) Perhitungan persen lolos saringan tanah asli
259
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

No saringn Tertahan Persentase lewat


4 100 - 0.00 100.00

10 100 - 0.00 100.00


Pengujian sifat mekanik campuran tanah dengan bahan stabilisasi. Pengujian dari sifat
mekanik tanah meliputi pengujian pemadatan CBR, Swelling, dan UCS (Unconfned Comprensive Stregth)
seperti pada tabel berikut :
Hasil pengujian kepadatan CBR, swelling, dan UCS test tanah asli dengan persentase tanah campuran
bahan.
260
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Sumber : analisa lapangan


Adapun rumus yang digunakan antara lain adalah :
1) Berat air x 100 = % kadar Air
Berat tanah kering
261
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

No percobaan Tanah Asli


A. Berat Cawan 31,4
B. Berat tanah basah + cawan 36,90
C. Berat tanah kering + cawan 35,8
D. Berat air (B -C) 1,1
E. Berat tanah kering (C -A) 4,4
F. Kadar Air Optimum (OMC) (D/E )x 100) 25,5

G. Kepadatan kering (B/F) 1,45


I. CBR Unsoaked (D + B) 38,00
J. CBR soaked (I -J)/F) 1,43

a) Hatga CBR unsoaked naik dengan pertambahan campuran pasir yaitu dari semula 31,50% menjadi
49,50% pada prosentase campuran pasir 50%. Dan harga CBR soaked juga mengalami penaikan
dari 1,30% menjadi 2,50% pada pesentase campuran.
b) Swelling potential bertambah terus dengan naiknya persentase pasir dan naiknya kepadatan
kering dari dari semula 12,50% menjadi 17,50%.
c) Harga UCS juga mengalami kenaikan baik pada kondisi soaked maupun unsoaked dengan
persentasi kenaikan yang sebanding.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis didapatkan disimpulkan :
262
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

1. Faktor – faktor penyebab kerusakan jalan pada ruas jalan pal IV – Km 12 di Kabupaten Sumbawa Besar
disebabkan tanah dasar disebabkan oleh kondisi tanah dasar mengalami pengembangan ketika kadar
airnya bertambah dan mengalami penyusutan disebabkan kadar airnya berkurang.
2. Sifat – sifat fsik tanah ekspansif pada ruas jalan pal IV – Km 12 di Kabupaten Sumbawa Besar :
a. Pemadatan dengan metode Standard Proctor lebih tepat untuk pemadatan tanah lempung karena akan
menghasilkan nilai CBR Soaked yang lebih besar dibandingkan dengan metode Modifed Proctor untuk
satu komposisi campuran yang sama.
b. Hasil analisis pengembangan menunjukan hasil yaitu dengan adanya campuran pasir maka
pengembangan akan menurun, namun dalam kenyataannya pengembangan justru naik dari semula
13,5% menjadi 17,40%. Hasil ini mengindikasikan adanya gejala over compacted, sehingga perlu dicoba
dengan menurunkan daya pemadatan dari Modifed Proctor menjadi Standard Proctor.

SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka perlu kiranya peneliti memberikan saran
sebagai bahan masukan kapada peneliti – peneliti selanjutnya sebagai berikut :
1) Untuk tanah ekspansif, pemadatan dengan metode standar proctor lebih dianjurkan dibandingkan
dengan metode modifed proctor, hal ini untuk mencegah terjadinya over compacted.
2) Dengan komposisi 50%, pasir dan metode pemadatan Standard Proctor dapat menghasilkan nilai CBR
yang memenuhi syarat sebagai Subgrade jalan dan dengan pengembangan yang kecil.
263
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

DATAR PUSTAKA
ASTM (1992), ASTM Standards on Soil Stabilization with Admixture, American Society Testing and
Materials, Second Edition.
Bowles, J.E. (1979), Physical and Geotechnical Properties of Soils, McGrawhill Book Company, New York.
Hermin Tjahyati, Ir. MSc ( 1994 ), Pengaruh Kadar Air pada Kestabilan Tanah, Konferensi Tahunan Teknik
Jalan Ke 2, Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia, Jakarta, Indonesia.
Kerbs, R.D., and Walker, R.D. ( 1971 ), Highway Materials, Mc Grawhill Book Company, New York.
Pedoman Teknis Clean Set( 1994 ), Teknologi Stabilisasi Tanah Lunak, PT. Utraindah Tricahaya, Jakarta,
Indonesia.
Tahunan Teknik Jalan Ke - 2, Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia, Jakarta, Indonesia.
264
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

PENGARUH PENGHALUSAN INTAKE MANIFOLD TERHADAP PERFORMANCE MOTOR


BENSIN 4 TAK 1 SELINDER SUPRA X 125 TAHUN 2006
Oleh : Komang Metty Trisna Negara, As’arif, Sukmawan

ABSTRAK

Lubang intake manifold dan karburator didalam motor bensin berfungsi sebagai penyiapan
campuran bahan bakar dan udara sebelum masuk ruang bakar. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana Pengaruh Penghalusan Lubang Intake Manifold Terhadap Performance Motor
Bensin 4 Tak 1 Selinder Supra X 125 Tahun 2006. Penghalusan lubang intake manifold diharapkan dapat
memperbaiki dan penambahan volume campuran bahan bakar dan udara yang masuk ke dalam ruang
bakar sehingga dapat meningkatkan daya dan torsi serta konsumsi bahan bakar (FC) pada motor bensin
4 tak 1 selinder.
Dari Hasil penelitian penggunaan intake manifold standart pada putaran 1500 rpm, jumlah
konsumsi bahan bakarnya 1,53 ml, pada putaran 2000 dan 2500 rpm sebesar 1,83 ml. Sedangkan
penggunaan intake manifold yang telah dihaluskan 0,5 mm sebesar 2,16 ml pada putaran 1500 rpm, 2,5
ml pada putaran 2000 rpm dan 4 ml pada putaran 2500 rpm. Untuk penghalusan intake manifold 1 mm
besar konsumsi bahan bakarnya 3 ml pada putaran 1500 dan 2000 rpm, 3,67 ml pada putaran 2500 rpm.
Dan penggunaan penghalusan intake manifold 1,5 mm sebesar 2,83 ml pada putaran 1500 rpm, 3,1 ml
pada putaran 2000 rpm dan 4 ml pada putaran 2500 rpm. Dari penelitian yang terbaik adalah
265
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

penggunaan intake manifold yang standard karena untuk menghasilkan daya mesin yang sama
dibutuhkan konsumsi bahan bakar paling rendah dibandingkan dengan yang lainnya yaitu lubang intake
manifold dengan penghalusan 0,5 mm, 1 mm dan 1,5 mm.

Kata Kunci: Penghalusan Lubang Intake manifold.

PENDAHULUAN
Berbagai modifkasi dilakukan orang khususnya dibengkel untuk meningkatkan performance motor
bakar bensin. Modifkasi tersebut antara lain adalah mengurangi berat, mengurangi ketinggian silinder
head dan menghaluskan lubang intake manifold. Dengan mengurangi berat, maka putaran motor akan
lebih cepat dengan demikian dihasilkan peningkatan. Sedangkan dengan mengurangi ketinggian silinder
head akan didapat rasio kompresi yang lebih besar yang tentunya menghasilkan peningkatan daya motor
bakar.
Dengan menghaluskan permukaan dalam, maka aliran campuran udara dan bahan bakar
mengalami aliran lebih kecil akan membuat aliran masuk ruang bakar pada tekanan lebih tinggi
dibandingkan dengan yang dialami aliran lebih besar. Campuran udara dan bahan bakar yang masuk
pada tekanan lebih tinggi akan menghasilkan daya yang lebih besar saat langkah kerja.(Heisler, H.,
1995).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana Pengaruh Penghalusan Lubang
Intake Manifold Terhadap Performance Motor Bensin 4 Tak 1Selinder Supra X 125 Tahun 2006. Sehingga
266
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

harapannya dapat memberikan informasi mengenai pengaruh penghalusan lubang intake manifold
terhadap performance motor bensin 4 tak 1 selinder.
Sukses pertama kali manusia mengubah energi panas menjadi energi mekanis dilakukan oleh James
Watt 200 tahun yang lalu dengan mesin uapnya. Pada tahun 1986 Nicholas August Otto mulai dengan
motor pembakarannya yang di kenal sampai sekarang. Motor pembakaran ini kemudian berkembang dan
diadakan perbaikan sehingga bentuknya menjadi lebih kecil sedangkan tenaganya menjadi besar. Siklus
kerja motor bensin empat langkah adalah:
a. Langkah Penghisapan
Katup masuk terbuka dan torak bergerak dari titik mati atas (TMA) menuju ketitik mati bawah (TMB)
maka campuran udara dan bahan bakar mengalir masuk kedalam silinder.

Gambar 1. Proses Langkah Pengisapan


(Arismunandar, W., 1988).

b. Langkah Kompresi
267
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Katup masuk tertutup dan torak bergerak menekan campuran udara dan bahan bakar yang
menimbulkan tekanan, sewaktu torak mendekat pada (TMA), ditimbulkan percikan api listrik yang
dihasilkan oleh busi dengan dua ujung elektrodanya. Percikan api listrik ini membakar campuran bahan
bakar dan udara sehingga mulai terjadi pembakaran.

Gambar 2. proses Langkah Kompresi


(Arismunandar, W., 1988).

c. Langkah Ekspansi / Kerja


Campuran udara dan bahan bakar yang terbakar menimbulkan tekanan, dan tekanan ini yang
mendorong torak bergerak kebawah.Gaya gerak yang ditimbulkan oleh torak diteruskan keporos engkol
melalui lengan torak.
268
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 3. proses Langkah Ekspansi/Kerja


(Arismunandar, W., 1988).

d. Langkah Pembuangan
Katup buang terbuka, gas sisa pembakaran ditekan keluar oleh torak yang bergerak keatas dan
selanjutnya dimulai lagi langkah pemasukan untuk siklus berikutnya.
269
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 4. Proses Langkah Buang


(Arismunandar, W., 1988).

Gambar 5. Diagram siklus volume konstan


(Arismunandar, W., 1988).

Keterangan:
P = Tekanan fuida kerja (kg/cm2)
V = Volume spesifk (m3/kg)
270
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

qm = Jumlah kalor yang dimasukkan (kcal/Kg)


qK = Jumlah kalor yang dikeluarkan (kcal/kg)
VL = Volume langkah torak (m3, cm3)
VS = Volume sisa (m3, cm3)
TMA = Titik mati atas
TMB = Titik mati bawah

Keterangan mengenai proses siklusnya adalah:


1. Fluida kerja dianggap sebagai gas ideal dengan kalor spesifk yang konstan.
2. Langkah Isap (0-1) merupakan proses tekanan konstan atau isobarik
3. Langkah kompresi (1-2) merupakan proses isentropik.
4. Proses pembakaran volume konstan (2-3) dianggap sebagai proses pemasukan kalor volume konstan.
5. Langkah kerja (3-4) merupakan proses isentropik
6. Proses pembuangan (4-1) dianggap sebagai proses pengeluaran kalor pada volume konstan.
7. Langkah buang (1-0) merupakan proses tekanan konstan.
8. Siklus dianggap tertutup, artinya siklusini berlangsung dengan fuida kerja yang sama atau gas yang
berada di dalam silinder pada titik 1 dapat dikeluarkan dari dalam silinder pada waktu langkah buang,
tetapi pada langkah isap berikutnya akan dimasukkan sejumlah fuida kerja yang sama.(Arismunandar,
W., 1977).
271
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Daya. Secara umum daya akan meningkat seiring dengan meningkatnya putaran motor, sampai
pada berhentinya kenaikan putaran akibat terbatasnya kemampuan penyuplai campuran udara-bahan
bakar (carburator atau injector).
Pada putaran 2000 sampai 2500 rpm terlihat perbedaan daya yang dihasilkan cukup besar.
Daya
T x2 x π xn
N= ( HP) ……………………………………………………………………………..……………. 1
75 x 60
Dimana:
N = Daya (kg.m/s).
T = Torsi (N).
n = putaran mesin (Rpm).
Torsi. Pada semua putaran motor dapat dilihat ada kenaikan torsi meskipun relatif kecil pada
penggunaan lubang intake manifold yang dihaluskan. Hal ini menunjukkan bahwa penghalusan dapat
menaikkan torsi yang dihasilkan motor. Rumus torsi sebagai berikut:
T = P. R …………………………………………………………………………………………..……….……….. 2
Dimana :
T = Torsi(kg.m).
P = Beban(kg).
R = Panjanglengan(m).
272
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini dilakukan eksperimental dengan penghalusan lubang intake manifold
standard. Setiap penghalusan lubang intake manifold di uji dengan kondisi putaran mesin 1500, 2000,
2500, rpm dengan kecepatan (speed 4). Dari hasil penelitian tersebut terlihat bahwa aliran yang
terbentuk pada lubang intake manifold mempengaruhi nilai Torsi, Daya dan komsumsi bahan bakar(FC).
Metodelogi penelitian yang digunakan variabel-variabel sebagai berikut :
1. Metode eksperimental yaitu metode yang dilakukan dengan cara menghaluskan lubang intake
manifold yang standar dan modefkasi untuk diperlukan memperoleh data-data yang diinginkan.
2. Studi literature (library research) yaitu metode yang dalam penelitian dilakukan pada pengujian yang
dihasilkan tiap variasi lubang intake manifold.

Variabel penelitian. Variabel penelitian adalah sebagai obyek penelitian, atau apa yang menjadi
titik perhatian suatu penelitian lubang intake manifold terhadap motor bebek 4 tak 1 selinder supra X 125
tahun 2006.

Variabel terikat. Variabel terikat adalah sejumlah gejala yang memiliki aspek atau unsur yang
didalamnya berfungsi menerima atau menyesuaikan diri dengan kondisi lubang intakemanifold, yang
disebut sebagai variabel terikat.
273
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Variabel bebas. Variabel bebas adalah sejumlah gejala yang memiliki berbagai aspek atau unsur
yang berfungsi mempengaruhi atau menentukan munculnya variabel lain yang disebut dengan variabel
bebas yaitu :
1. Besar penghalusan lubang intake manifold diameter 0,5 mm; 1 mm; 1,5 mm.
2. Putaran mesin 1500, 2000, 2500 rpm.
3. Beban pengeraman 5 kg dengan menggunakan pengukuran neraca pegas.

Prosedur Penelitian
Persiapan:
a. Penghalusan lubang intake manifold.
b. Menyediakan alat dan bahan.

Pengujian :
a. Memanaskan mesin sampai mencapai suhu kerja selama± 5 menit.
b. Melakukan pengujian tanpa melakukan penghalusan lubang intake manifold pada setiap variasi
putaran.
c. Melakukan pengujiandengan menggunakan lubang intake manifold yang telah dihaluskan sebesar
0,5, 1 dan 1,5 mm. pada variasi putaran mesin sebesar1500, 2000, 2500 rpm dan beban
pengereman sebesar 5kg dengan menggunakan pengukuran neraca pegas, Mencatat hasil
pengujian berupa konsumsi bahan bakar selama dalam 1 menit.
274
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

d. Menghitung seberapa besar daya efektif, dan torsi yang dihasilkan pada saat pengujian.
e. Setiap pengujian dilakukan penghalusan lubang intake manifold sebanyak tiga kali.

Bahan Penelitian
a. Sepeda Motor Supra X 125 Tahun 2006.
b. Intake Manifold
c. Bensin

Alat Penelitian
a. Gelas Ukur
b. Neraca Pegas
c. Stopwatch
d. Amplas
e. Grinda Bor.

HASIL DAN PEMBAHASAN


275
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Akan disajikan hasil perhitungan yang telah didapatkan pada saat penelitian untuk mengetahui
pengaruh penghalusan lubang intake manifold terhadap unjuk kerja motor bensin 4 tak 1 silinder Supra X
125 Tahun 2006 dan hasil perhitungan tersebut akan dibahas dalam bentuk tabel dan grafk.

Data Hasil Perhitungan


Hasil Perhitungan Kondisi Standar
a. Perhitungan torsi dan daya pada kondisi intek manifold standar dengan beban pengereman 5 kg, speed
4 dan putaran mesin 1500 rpm.
1. Hasil Perhitungan Torsi ( T )

P = Beban Pengereman 5 Kg
R = Panjang Lengan = 65 mm =0,65 m
T=PxR
= 5 Kg x 0,65 mm
= 3,25 kg.m
2. Hasil perhitungan daya (HP)
T x2 x π xn
N=
75 x 60
3,25 x 2 x 3,14 x 1500
=
75.60
276
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

20,41 x 1500
=
75 x 60
30619
=
4500
= 6,8 HP
b. Perhitungan torsi dan daya pada kondisi intekmanifold standart dengan beban pengereman 5 kg, speed
4 dan putaran mesin 2000 rpm.
1. Hasil Perhitungan Torsi ( T )
P = Beban Pengereman 5 Kg
R = Panjang Lengan = 65 mm = 0,65 m
T=PxR
= 5 Kg x0,65m
= 3,25kg.m
2. Hasil perhitungan daya (HP)
T x2 x π xn
N=
75 x 60
3,25 x 2 x 3,14 x 2000
=
75.60
20,41 x 2000
=
75 x 60
277
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

40280
=
4500
= 8,9 HP
Perhitungan torsi dan daya pada kondisi intekmanifold standart dengan beban pengereman 5 kg, speed 4
dan putaran mesin 2500 rpm.
1. Hasil Perhitungan Torsi ( T )
P = Beban Pengereman 5 Kg
R = Panjang Lengan = 65 mm = 0,65 m
T=PxR
= 5 Kg x 0,65 m
= 3,25 kg.m
2. Hasil perhitungan daya (HP)
T x2 x π xn
N=
75 x 60
3,25 x 2 x 3,14 x 2500
=
75.60
20,41 x 2500
=
75 x 60
51025
=
4500
278
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

= 11,3 HP
Hasil perhitungan selanjutnya disajikan dalam bentuk table di bawah ini.

Table 1. Hasil perhitungan data pada intake manifold 21 mm, 0,5 mm, 1 mm, 1,5mm dengan beban
pengereman 5 kg.

Da Tors FC (ml)
Putara
Pengulan ya i
n
gan (HP (Kg. Sebel Konsu
mesin
) m) um Sesudah msi
1500 1 6,8 3,25 250 248,2 1,8
2 6,8 3,25 250 248,2 1,8
3 6,8 3,25 250 249 1
rata- 248,4666 1,5333
6,8 3,25
rata 250 667 333
2000 1 8,9 3,25 250 247,5 2,5
2 8,9 3,25 250 248 2
3 8,9 3,25 250 249 1
rata- 248,1666 1,8333
8,9 3,25
rata 250 667 333
11,
1 3,25 250 248
2500 3 2
11,
2 3,25 250 248
3 2
11,
3 3,25 250 248,5
3 1,5
279
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Rata- 11, 248,1666 1,8333


3,25
rata 3 250 667 333

Hubungan Antara FC (ml)Dan Daya Mesin (HP)


Berikut adalah grafk hubungan antara FC dan Daya mesin yang dihasilkan, baik pada pengujian
standart dan penghalusan intake manifold 0,5; 1; 1,5 mm. Semakin besar konsumsi bahan bakar maka
daya mesin akan semakin besar.

Grafk hubungan antara FC dan Daya Mesin


4.5
Konsumsi Bahan Bakar (ml) (FC)
4
3.5
3
Standart
2.5 Peng. 0,5 mm
2 peng. 1mm
1.5 peng. 1,5 mm

1
0.5
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Daya Mesin (HP)

Gambar 6. Grafk hubungan antara FC (ml) dan Daya mesin (HP)


280
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Dari grafk gambar 6 di atas terlihat bahwa semakin tinggi konsumsi bahan bakar maka dayanya
semakin besar. Pada penggunan intake manifold standart dapat dilihat peningkatan konsumsi bahan
bakar sebesar 1,53 ml pada putaran 1500 Rpm dengan besar daya yang dihasilkan yaitu 6,8 HP.
Sedangkan pada putaran 2000 dan 2500 Rpm konsumsi bahan bakar cendrung konstan (tetap) sebesar
1,83 ml tetapi daya yang dihasilkan tetap mengalami peningkatan sebesar 8,9 HP menjadi 11,3 HP.
Peningkatan juga di alami pada penggunaan intake manifold yang telah dihaluskan sebesar 0,5 mm yaitu
besar konsumsi bahan bakar pada putaran 1500 Rpm sebesar 2,16 ml dengan daya yang dihasilkan 6,8
HP, putaran 2000 Rpm sebesar 2,5 ml dengan daya mesin yang dihasilkan 8,9 HP dan putaran 2500
sebesar 2 ml dengan besaran daya 11,3 HP.
Berbeda dengan penggunaan intake manifold dengan penghalusan 1 mm, terlihat bahwa konsumsi
bahan bakar cendrung konstan pada putaran 1500 dan 2000 Rpm sebesar 3 ml dengan peningkatan daya
sebesar 6,8 dan 8,9 HP, dan terjadi peningkatan konsumsi bahan bakar sebesar 3,67 ml dengan besaran
daya 11,3 HP pada putaran 2500 Rpm.Untuk penggunaan penghalusan intake manifold 1,5 ml terjadi
peningkatan konsumsi bahan bakar dan daya yang dihasilkan sebesar 2,83 ml pada putaran 1500 Rpm
dengan daya 6,8 HP, 3,1 ml pada putaran 2000 Rpm dengan daya 8,9 HP dan 2 ml pada putaran 2500
Rpm dengan daya 11,3 HP.

Hubungan Antara FC (ml) Dan Torsi (Kg.mm)


281
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Grafk Hubungan Antara FC dan Torsi


4.5
4

Fuel Consumstion (FC) 3.5


3
Standart
2.5
Peng. 0,5 mm
2 peng. 1mm
1.5 peng. 1,5 mm
1
0.5
0
3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5

Torsi Mesin

Gambar 7. Grafk Hubungan Antara FC (ml)Dan Torsi (Kg.mm)

Dari grafk pada gambar 7 diatas dapat dilihat bahwa untuk bahan bakar nilai fuel consumstion
akan meningkat seiring dengan bertambahnya torsi mesin. Pada kenyataanya semakin tinggi fuel
consumstion(FC), torsi mesin yang dihasilkan cendrung tetap (konstan) hal ini disebabkan karna pada
saat pengujian tidak dilakukan variasi beban pengereman 5 kg.m Beban pengereman yang digunakan 5
kg dengan besar torsi yang dihasilkan sebesar 3,25 kg.m. Besar torsi yang dihasilkan pada putaran mesin
1500 sama dengan besar torsi pada putaran 2000 dan 2500 rpm. Sedangkan konsumsi bahan bakar
dengan besaran torsi mesin yang dihasilkan dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan pada keadaan
282
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

standart sebesar 1,53 ml pada putaran 1500 dan 2000 Rpm, dan 1,83 ml pada putaran 2500 Rpm,
sedangkan penggunaan intake manifold yang dihaluskan 0,5 mm terjadi peningkatan konsumsi bahan
bakar yaitu 2,16 ml pada putaran 1500 Rpm, 2,5 ml pada putaran 2000 Rpm dan 4 ml pada putaran 2500
Rpm. Penggunaan intek manifold dengan penghalusan 1 mm terlihat bahwa konsumsi bahan bakarnya
pada putaran 1500 dan 2000 Rpm sebesar 3 ml dan 3,67 ml untuk putaran mesin 2500 rpm. Sedangkan
untuk penghalusan 1,5 mm pada putaran 1500 Rpm sebesar 1,83 ml, putaran 2000 rpm sebesar 3,2
mldan putaran 2500 Rpm sebesar 4 ml.

Hubungan Antara Fc (ml) Dan Putaran Mesin (Rpm)

Grafk Hubungan Antara FC dan Putaran Mesin


3000

2500
Putaran Mesin (Rpm)

2000
Standart
1500 Penghalusan 0,5 mm
peng. 1mm
1000 peng. 1,5 mm

500

0
1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5

Konsumsi Bahan Bakar FC (ml)


283
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 8. Grafk Hubungan Antara FC(ml) dan Putaran Mesin (Rpm)

Dari grafk diatas dapat dilihat bahwa peningkatan putaran mesin dengan penggunaan intake
manifold dengan beda perlakuan mempunyai pengaruh terhadap konsumsi bahan bakar, ini diketahui
bahwa semakin tinggi putaran mesin maka semakin besar bahan bakar yang dikonsumsi, begitu juga
pada penggunaan lubang intake manifold yang standart dan lubang intake manifold yang dihaluskan.
Padaputaran mesin 1500 rpm penggunaan intake manifold standartjumlah konsumsi bahan bakarnya
1,53 ml, putaran 2000 Rpm dan 2500 Rpm sebesar 1,83 ml.

Proses Penelitian
Adapun proses penelitian ini adalah sebagai berikut:
284
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 9. Lubang Intake Manifold Standart.

a. Persiapan alat dan bahan. b. Proses pengukuran torsi


285
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 10. Alat dan bahan penelitian. Gambar 11. proses pengukuran torsi.

c. Penentuan beban 5 kg d. Proses penentuan 1500 Rpm

Gambar 12.Posisi beban pengereman 5kg. Gambar 13.Proses Kecepatan 1500Rpm.

e. Proses penentuan 2000 Rpm f. Proses penentuan 2500 Rpm


286
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 14.Proses Kecepatan 2000Rpm. Gambar 15.Proses Kecepatan 2500Rpm.

g. Proses pengukuran lengan torsi h. Proses penentuan beban pengereman 5kg

Gambar 16. Ukur Panjang Lengan Torsi. Gambar 17. Proses Penentuan Beban Pengereman 5
Kg.

Proses pengukuran lubang intake manifold 21 mm, 0,5 mm, 1 mm, 1,5 mm.
287
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 18. Pengukuran Lubang Intake Manifold

KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut:
1. Torsi pada penggunaan intake manifold standart dan penggunaan penghalusan intake manifold yang
telah dihaluskan sebesar 0,5, 1, 1,5 ml sebesar 3,25 Kg.m.
2. Daya mesin yang dihasilkan pada penggunaan intake manifold standar dan intake manifold yang
telah dihaluskan sebesar 0,5, 1 dan 1,5 mm sebesar 6,8 HP pada putaran 1500 rpm, 8,9 HP pada
putaran 2000 rpm dan 11,3 HP pada putaran 2500 Rpm
3. Dari penelitian yang terbaik adalah penggunaan intake manifold yang standar karena untuk
menghasilkan daya mesin yang sama dibutuhkan konsumsi bahan bakar paling rendah dibandingkan
dengan yang lainnya yaitu lubang intake manifold dengan penghalusan 0,5 mm 1 mm dan 1,5 mm.

SARAN
288
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Untuk lebih menyempurnakan dan mendukung hasil penelitian ini diharapkan untuk peneliti selanjutnya
dapat memvariasikan besar beban pengereman 5 kg yang digunakan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2001, “Potrfolio Bahan Bakar Cair”, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok. Ranto. 1988.
“Penggerak Mula Motor Bakar Torak”. Bandung: ITB.
Arends, dan Berenschot. H. 1980, “Motor Bensin.” BPM Jakarta: Erlangga.
Arismunandar W., 1992, “Motor Bakar", ITB Press, Bandung.
Arismunandar, W., 2007, “Kajian Dampak Penggunaan LPG Sebagai Bahan Bakar Alternatif Terhadap
Mesin Kendaraan Bermotor Dan Lingkungan”, Edisi 4, Jakarta, Departemen Perhubungan Direktorat
Jenderal Perhubungan Darat.
Heinz H., 1995, “Advanced Engine Technology”. London: Edward Arnold Ltd.
Indrawati, S., 2005, “Pengaruh penambahan kawat kasa pada intake manifold dan variasi penambahan
naphthalene dalam premium terhadap emisi gas karbon monoksida CO sepeda motor Suzuki
shogun 2002”.
289
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Anda mungkin juga menyukai