Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Petrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang batuan, baik mengenai

keterdapatannya maupun cara terbentuknya dipermukaan bumi. Dalam ilmu

geologi batuan dibagi menjadi 4 berdasarkan proses terbentuknya yaitu batuan

beku, batuan sedimen batuan metamorf dan batuan piroklastik. Pada praktikum ini

akan dilakukan pendeskripsian batuan sedimen.

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk akibat dari pelapukan dan erosi

dari batuan asal beku,metamorf ataupun batuan sedimen itu sendiri. Batuan

sedimen terbentuk dimulai dari proses pelapukan dan erosi pada batuan beku,

metamorf, ataupun batuan sedimen itu sendiri kemudian mengalami proses

transportasi ke daerah yang lebih rendah. Setelah itu terakumulasi di sebuah

cekungan kemudian mengalami proses kompaksi akibat dari tekanan atau

tumpukan material yang bertambah, lama kelamaan akan tersementasi dan

terlitifikasi menjadi batuan sedimen.

Batuan sedimen sangat penting dalam ilmu geologi dan sangat berguna dalam

proses pencarian cadangan minyak maka inilah yang melatar belakangi kami

melakukan praktikum ini agar mampu mendeskripsi batuan-batuan sedimen.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dalam melakukan praktikum pengenalan sedimen 2 agar praktikan

dapat mendeskripsi batuan-batuan sedimen.

Adapun tujuan praktikum ini yaitu :


1. praktikan dapat membedakan batuan sedimen klastik dan non klastik

berdasarkan struktur sedimennya.

2. praktikan dapat menentukan nama batuan berdasarkan unsur-unsur

pendeskripsian

1.3 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah :

1. Sampel Batuan

2. Lup

3. Lembar Kerja Praktikum

4. Alat Tulis Menulis

5. HCL

6. Referensi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Batuan Sedimen

Kata sedimen berasal dari bahasa latin sedimentum, yang berarti

“penenggelaman” atau secara sederhana dapat diartikan dengan “endapan”, yang

digunakan untuk material padat yang diendapkan oleh fluida.Batuan sedimen

adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil dari rombakan batuanlainnya (batuan

beku, batuan metamorf, atau batuan sedimen itu sendiri) melalui prosespelapukan

(weathering), erosi, pengangkutan (transport), dan pengendapan, yang pada

akhirnya mengalami proses litifikasi atau pembatuan. Mekanisme lain yang dapat

membentuk batuan sedimen adalah proses penguapan (evaporasi), longsoran,

erupsigunungapi.

Batuan sedimen hanya menyusun sekitar 5% dari total volume kerak bumi.

Tetapikarena batuan sedimen terbentuk pada permukaan bumi, maka meskipun

jumlahnya relatif sedikit akan tetapi dalam hal penyebaran batuan sedimen hampir

menutupi batuanbeku dan metamorf. Batuan sedimen menutupi sekitar 75% dari

permukaan bumi.

2.2. Proses Pembentukan Sedimen

Prose pembentukan batuan sedimen yaitu :

2.2.1. Pelapukan

Pelapukan Pelapukan atau weathering (weather) merupakan perusakan

batuan pada kulit bumi karena pengaruh cuaca (suhu, curah hujan, kelembaban,

atau angin). Karena itu pelapukan adalah penghancuran batuan dari bentuk
gumpalan menjadi butiran yang lebih kecil bahkan menjadi hancur atau larut

dalam air.

Pelapukan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:

1. Pelapukan fisika, adalah proses dimana batuan hancur menjadi bentuk

yanglebih kecil oleh berbagai sebab, tetapi tanpa adanya perubahan

komposisi kimia dan kandungan mineral batuan tersebut yang signifikan.

2. Pelapukan kimia, adalah proses dimana adanya perubahan komposisi kimia

dan mineral dari batuan.

3. Pelapukan biologi, Penyebabnya adalah proses organisme yaitu binatang

tumbuhan dan manusia, binatang yang dapat melakukan pelapukan antara lain

3. cacing tanah, serangga.

2.2.2. Erosi

Erosi adalah suatu pengikisan dan perubahan bentuk batuan, tanah atau

lumpuryang disebabkan oleh kekuatan air, angin, es, pengaruh gaya berat dan

organisme hidup.Erosi tidak sama dengan pelapukan, yang mana merupakan

proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau

gabungan keduanya.

2.2.3. Transportasi

Transportasi adalah pengangkutan suatu material (partikel) dari suatu

tempat ke tempat lain oleh suatu gerakan media (aliran arus) hingga media dan

material terhenti (terendapkan). Media transportasi (fluida) antara lain gravitasi,

air, es, dan udara.


2.2.4. Sedimentasi

Sedimentasi adalah proses pengendapan sedimen oleh media air, angin, atau

es pada suatu cekungan pengendapan pada kondisi P dan T tertentu. Pettijohn

(1975) mendefinisikan sedimentasi sebagai proses pembentukan sedimen atau

batuan sedimen yang diakibatkan oleh pengendapan dari material pembentuk atau

asalnya pada suatu tempat yang disebut dengan lingkungan pengendapan berupa

sungai, muara, danau, delta,estuaria, laut dangkal sampai laut dalam.

2.2.5 Litifikasi

Proses perubahan sedimen lepas menjadi batuan disebut litifikasi. Salah satu

proseslitifikasi adalah kompaksi atau pemadatan. Pada waktu material sedimen

diendapkan terus – menerus pada suatu cekungan. Berat endapan yang berada di

atas akan membebaniendapan yang ada di bawahnya. Akibatnya, butiran sedimen

akan semakin rapat dan rongga antara butiran akan semakin kecil.

Proses lain yang merubah sedimen lepas menjadi batuan sedimen adalah

sementasi.Material yang menjadi semen diangkut sebagai larutan oleh air yang

meresap melaluirongga antar butiran, kemudia larutan tersebut akan mengalami

presipitasi di dalam rongga antar butir dan mengikat butiran – butiran sedimen.

Material yang umum menjadi semen adalah kalsit, silika dan oksida besi.

2.3. Jenis-Jenis Batuan Sedimen

Jenis batuan sedimen didasarkan pada ukuran butir dan genesa

pembentukannya.
2.3.1. Batuan Sedimen Klastik

Batuan sedimen klastik di kelompokkan berdasarkan ukuran dab bentuk

butirnya. Batuan sedimen klastik dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis

batuan atas dasar ukuran butirnya. Batulempung adalah batuan sedimen klastik

yang ukuran butirnya ukuran lempung; batulanau adalah batuan sedimen klastik

yang berukuran lanau; batupasir adalah batuan sedimen klastik yang ukuran

butirnya pasir, sedangkan konglomerat dan breksi adalah batuan sedimen klastik

yang ukuran butirnya mulai dari lempung hingga bongkah. Konglomerat dan

breksi dibedakan berdasarkan perbedaan bentuk butirnya, dimana bentuk butir

konglomerat membundar sedangkan breksi memiliki bentuk butir yang menyudut.

2.3.2. Batuan Sedimen Non Klastik

Batuan sedimen non-klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari

proses kimiawi, seperti batu halit yang berasal dari hasil evaporasi dan batuan

rijang sebagai proses kimiawi.

Batuan sedimen non-klastik dapat juga terbentuk sebagai hasil proses

organik, seperti batugamping terumbu yang berasal dari organisme yang telah

mati atau batubara yang berasal dari sisa tumbuhan yang terubah. Batuan ini

terbentuk sebagai proses kimiawi, yaitu material kimiawi yang larut dalam air

(terutamanya air laut). Material ini terendapkan karena proses kimiawi seperti

proses penguapan membentuk kristal garam, atau dengan bantuan proses biologi

(seperti membesarnya cangkang oleh organisme yang mengambil bahan kimia

yang ada dalam air).


Dalam keadaan tertentu, proses yang terlibat sangat kompleks, dan sukar

untuk dibedakan antara bahan yang terbentuk hasil proses kimia, atau proses

biologi (yang juga melibatkan proses kimia secara tak langsung). Jadi lebih sesuai

dari kedua-dua jenis sedimen ini dimasukan dalam satu kelas yang sama, yaitu

sedimen endapan kimiawi / biokimia. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah

sedimen evaporit ( evaporites ), karbonat ( carbonates ), batugamping dan

dolomit ( limestones and dolos tone ), serta batuan bersilika ( siliceous rocks ),

rijang ( chert ).

2.4. Tekstur Sedimen

Pada batuan sedimen memiliki tekstur Pada hakekatnya tekstur adalah

hubungan antar butir / mineral yang terdapat di dalam batuan. Sebagaimana

diketahui bahwa tekstur yang terdapat dalam batuan sedimen terdiri dari fragmen

batuan / mineral dan matrik (masa dasar).

Adapun yang termasuk dalam tekstur pada batuan sedimen klastik terdiri

dari : Besar Butir, Bentuk Butir, Kemas (Fabric), Pemilahan (Sorting), Sementasi,

Porositas (kesarangan), dan Permeabilitas (Kelulusan).

1. Besar Butir adalah ukuran butir dari material penyusun batuan sedimen

diukur berdasarkan klasifikasi Wentword.

2. Bentuk butir pada sedimen klastik dibagi menjadi : Rounded (Membundar ),

Sub-rounded (Membundar tanggung), Sub-angular (Menyudut tanggung),

dan angular (Menyudut).

3. Kemas (Fabric) adalah hubungan antara masa dasar dengan fragmen batuan

/ mineralnya. Kemas pada batuan sedimen ada 2, yaitu : Kemas Terbuka,


yaitu hubungan antara masa dasar dan fragmen butiran yang kontras

sehingga terlihat fragmen butiran mengambang diatas masa dasar batuan.

Kemas tertutup, yaitu hubungan antar fragmen butiran yang relatif seragam,

sehingga menyebabkan masa dasar tidak terlihat).

4. Pemilahan (Sorting) adalah keseragaman ukuran butir dari fragmen

penyusun batuan.

5. Sementasi (Cement) adalah bahan pengikat antar butir dari fragmen

penyusun batuan. Macam dari bahan semen pada batuan sedimen klastik

adalah : karbonat, silika, dan oksida besi.

6. Porositas (Kesarangan) adalah ruang yang terdapat diantara fragmen butiran

yang ada pada batuan. Jenis porositas pada batuan sedimen adalah Porositas

Baik, Porositas Sedang, Porositas Buruk.

7. Permeabilitas (Kelulusan) adalah sifat yang dimiliki oleh batuan untuk dapat

meloloskan air. Jenis permeabilitas pada batuan sedimen adalah

permeabilitas baik, permeabilitas sedang, permeabilitas buruk.

2.5. Struktur Sedimen

struktur sedimen dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu struktur sedimen

primer dan struktur sedimen sekunder, namun demikan berdasarkan proses

pembentukan batuan sedimen, maka struktur sedimen dapat dibagi menjadi tiga

jenis, yaitu :

1. Struktur Sedimen Yang Terbentuk Sebelum Proses Pembatuan

Struktur sedimen yang terbentuk sebelum proses pembatuan dapat terjadi di

bagian atas lapisan, sebelum lapisan atau endapan yang lebih muda atau endapan
baru di endapkan. Struktur sedimen ini merupakan hasil kikisan, 'scour marks',

'flutes', 'grooves', 'tool marking' dan sebagainya. Struktur-struktur ini sangat

penting untuk menentukan arah aliran atau arah sedimentasi.

Gambar 2.1. Struktur Sedimen Yang Terbentuk Sebelum Proses Pembatuan

2. Struktur Sedimen Yang Terbentuk Pada Proses Sedimentasi (Struktur

Primer)

Struktur yang terbentuk semasa proses pengendapan, antara lain adalah

perlapisan mendatar (flat bedding), perlapisan silang-siur (cross bedding),

laminasi sejajar (paralel lamination), dan laminasi ripple mark.


BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Sampel 1

Foto. 3.1 Sampel 1

Sampel dengan nomor urut 1 dan nomor peraga BS2 (012) merupakan

batuan sedimen dalam keadaan segar berwarna coklat putih - abu-abu dan dalam

keadaan lapuk berwarna coklat susu – coklat. Sampel ini merupakan batuan

sedimen nonklastik dengan permeabilitas baik dimana kemampuan batuan untuk

meloloskan air buruk, porositas buruk yaitu pori-pori batuan menyerap air baik,

komposisi kimia batuan ini karbonatan. Berdasarkan deskripsi diatas dapat di

interpretasikan nama batuan ini adalah Batugamping

Batugamping dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik,

mekanik, dan kimia. Sebagian besar batugamping di alam terjadi secara organik.

Jenis ini berasal dari kumpulan endapan cangkang kerang, siput, foraminifera,

ganggang, atau berasal dari kerangka binatang yang telah mati.

Kegunaan batu gamping dapat di jadikan sebagai sumber keterdapatan fosil

dan sebagai bahan industri seperti pembuatan semen dan bahan bangunan.
3.2. Sampel 2

Foto. 3.2 Sampel 2

Sampel dengan nomor urut 2 dan nomor peraga BS 61 merupakan batuan

sedimen dalam keadaan segar berwarna coklat putih - abu-abu dan dalam keadaan

lapuk berwarna coklat – hitam. Sampel ini merupakan batuan sedimen nonklastik

dengan permeabilitas bueuk dimana kemampuan batuan untuk meloloskan air

buruk, porositas baik yaitu pori-pori batuan menyerap air baik, struktur tiak

berlapis komposisi kimia batuan ini karbonatan. Berdasarkan deskripsi diatas

dapat di interpretasikan nama batuan ini adalah Batugamping

Batugamping dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik,

mekanik, dan kimia. Sebagian besar batugamping di alam terjadi secara organik.

Jenis ini berasal dari kumpulan endapan cangkang kerang, siput, foraminifera,

ganggang, atau berasal dari kerangka binatang yang telah mati.

Kegunaan batu gamping dapat di jadikan sebagai sumber keterdapatan fosil

dan sebagai bahan industri seperti pembuatan semen dan bahan bangunan.
3.3. Sampel 3

Foto. 3.3 Sampel 3

Sampel dengan nomor urut 3 dan nomor peraga BS (07) merupakan batuan

sedimen dalam keadaan segar berwarna coklat putih - abu-abu dan dalam keadaan

lapuk berwarna coklat – kehitaman. Sampel ini merupakan batuan sedimen

nonklastik dengan permeabilitas baik dimana kemampuan batuan untuk

meloloskan air buruk, porositas baik yaitu pori-pori batuan menyerap air baik,

struktur tiak berlapis komposisi kimia batuan ini karbonatan. Berdasarkan

deskripsi diatas dapat di interpretasikan nama batuan ini adalah Batugamping

Batugamping dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik,

mekanik, dan kimia. Sebagian besar batugamping di alam terjadi secara organik.

Jenis ini berasal dari kumpulan endapan cangkang kerang, siput, foraminifera,

ganggang, atau berasal dari kerangka binatang yang telah mati.

Kegunaan batu gamping dapat di jadikan sebagai sumber keterdapatan fosil

dan sebagai bahan industri seperti pembuatan semen dan bahan bangunan.
3.4. Sampel 4

Foto. 3.4 Sampel 4

Sampel dengan nomor urut 4 dan nomor peraga BS (014) merupakan batuan

sedimen dalam keadaan segar berwarna coklat - kemerhan dan dalam keadaan

lapuk berwarna coklat – kehitaman. Sampel ini merupakan batuan sedimen

nonklastik dengan permeabilitas buruk dimana kemampuan batuan untuk

meloloskan air buruk, porositas baik yaitu pori-pori batuan menyerap air baik,

struktur tiak berlapis komposisi kimia batuan ini nonkarbonatan. Berdasarkan

deskripsi diatas dapat di interpretasikan nama batuan ini adalah Rijang

Rijang dapat terbentuk ketika mikrokristal silikon dioksida (SiO2) tumbuh

dalam sedimen lunak yang akan menjadi batu kapur. Dalam sedimen tersebut,

jumlah yang sangat besar dari mikrokristal silikon dioksida akan tumbuh menjadi

nodul yang berbentuk tidak teratur atau konkresi silika terlarut terangkut oleh air

ke sebuah lingkungan pengendapan. Jika nodul-nodul atau konkresi tersebut

bergabung dalam jumlah yang besar maka akan membentuk lapisan rijang dalam

suatu massa sedimen

Rijang saat ini digunakan dimana serpihannya yang berbentuk konkoidal

dapat membentuk benda yang sangat tajam seperti pisau tombak dan lain-lain.
3.5. Sampel 5

Foto. 3.5 Sampel 5

Sampel dengan nomor urut 5 dan nomor peraga BS2 15 merupakan batuan

sedimen dalam keadaan segar berwarna putih – abu-abu dan dalam keadaan lapuk

berwarna abu-abu – coklat kehitaman. Sampel ini merupakan batuan sedimen

klastik dengan permeabilitas buruk dimana kemampuan batuan untuk meloloskan

air buruk, porositas baik yaitu pori-pori batuan menyerap air baik, kemas tertutup

dan sortasi baik dimana keseragaman ukuran butirnya buruk. Ukuran butir batuan

ini pasir sangat halus 1/8 – 1/16 mm ( skala Wentworth, 1922 ), struktur batuan

brlapis dimana memperlihatkan perlapisan, komposisi kimia batuan ini

Nonkarbonatan. Berdasarkan deskripsi diatasdapat di interpretasikan nama batuan

ini Tufa

Tufa merupakan batuan piroklastik yang terbentuk dari material vulkanik

klastik yang dihasilkan dari serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan

gunung api. Yang memiliki ukuran butir Debu halus – kasar ( < 0,04 mm ).

Biasanya dapat dijumpai efek bakar yang merupakan cirri dari batuan piroklastik.
Tufa dapat dipergunakan untuk bangunan-bangunan sebagai semen alam

(hidraulic cement), lebih mudah kontak dengan air, setelah itu mengeras yang tak

tembus air (pembuatan batako).


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari acara praktikum pengenalan mineral ini adalah:

1. Batuan sedimen klastik memperlihatkan struktus sedimen yaitu pada

sampel tufa bedding sedangkan pada batuan sedimen non klastik tidak

memperlihatkan struktur sedimen sepertu batugamping dan rijang.

2. Dari hasil praktikum dapat di interpretasikan nama batuan yang

dideskripsi yaitu batuan sedimen klastik yaitu tufa dan batuan sedimen non

klastik yait batu gamping dan rijang.

4.2 Saran

Adapun saran untuk praktikum petrologi adalah :

1. Tetap menjaga kebersihan serta ketertiban dalam pelaksanaan praktikum.

2. Fasilitas lab ditata dengan baik lagi termasuk sampel batuan

3. Tetap semangat baik praktikum dan pengerjaan laporan


DAFTAR PUSTAKA

Anonim http://petrolab-upn.tripod.com/Tuff.htm ( diakses pada pukul 20.00


WITA hari Senin, 27 Oktober 2018).

Anonim https://www.geologinesia.com/2016/02/batu-rijang-dan-proses-pem
bentuk annya.html(diakses pada pukul 20.00 WITA hari Senin, 27
Oktober 2018).

Anonim https://www.geologinesia.com/2016/12/batu-gamping-batu-kapur-
genesa-ciri-ciri-dan-sifat-fisik.html (diakses pada pukul 20.00 WITA hari
Senin, 27 Oktober 2018)

Noor, Djauhari. 2009. Pengantar Geologi. Bogor : Universitas Pakuan (Senin, 22


Oktober 2018)

Subroto, Eddy A,H.L Ong dkk. 1984. Mineralogi. Bandung:Institut Teknologi


Bandung (Senin, 22 Oktober 2018).

Rusman, Muh. Khairil.2006. Geologi Dasar. Kendari: E-Book (Senin, 22 Oktober


2018).

Penuntun Praktikum Petrologi. Tim Asisten. UNHAS (Senin, 22 Oktober 2018).


L
A
M
P
I
R
A
N

Anda mungkin juga menyukai