Anda di halaman 1dari 10

Obesitas dan Konstipasi Fungsional Pada Anak

Natasha Yuwanita, Atan Baas Sinuhaji, Tiangsa Sembiring, Supriatmo,

Ade Rachmat Yudiyanto

ABSTRAK

Latar Belakang

Konstipasi fungsional adalah masalah pediatrik yang umum di negara

maju dan berkembang. Dalam dua dekade terakhir, prevalensi obesitas telah

meningkat di seluruh dunia. Kegemukan sendiri menyebabkan banyak masalah

kesehatan, termasuk sembelit fungsional. Studi yang menghubungkan obesitas

dengan konstipasi fungsional sejauh ini kebanyakan berasal dari negara maju.

Tujuan

Untuk menilai kemungkinan korelasi antara obesitas dan konstipasi

fungsional pada anak-anak di negara berkembang.

Metode Penelitian

Penelitian cross-sectional ini dilakukan di Pondok Pesantren Al-Mukhlisin,

Kabupaten Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia, antara bulan Juli

sampai Agustus 2015. Subyek penelitian ini sebanyak 150 siswa berusia 12

hingga 17 tahun. Kuesioner digunakan untuk menentukan konstipasi fungsional

dan diisi dengan wawancara langsung. Obesitas ditentukan oleh indeks massa

tubuh. Data dianalisis menggunakan uji Chi-square.


Hasil

Dari 150 anak, 49 mengalami konstipasi fungsional; dan 18 dari 49 anak

tersebut mengalami obesitas. Usia rata-rata anak dengan konstipasi adalah 14,7

tahun (SD 1,07) (95% CI 14,1 hingga 14,7) dan rata-rata berat badan mereka

adalah 53,8 kg (SD 15.10) (95% CI 49,4 hingga 58,1). Sedangkan prevalensi

untuk konstipasi fungsional pada anak-anak obesitas adalah 58%. Ada korelasi

yang signifikan secara statistik antara obesitas dan konstipasi fungsional (rasio

prevalensi = 4; 95% CI 1,72 hingga 8,94; P = 0,001), yang menunjukkan bahwa

anak-anak obesitas memiliki risiko 4 kali lebih tinggi mengalami konstipasi

fungsional.

Kesimpulan

Ada korelasi yang signifikan antara obesitas dan konstipasi fungsional

pada anak-anak.

Kata kunci: obesitas; konstipasi fungsional; prevalensi; anak-anak; negara

berkembang

Konstipasi fungsional adalah salah satu masalah gastrointestinal yang

paling umum pada anak-anak, dengan jumlah kurang lebih 3% dari semua kasus

pediatrik. Dalam dua dekade, prevalensi obesitas juga telah meningkat. 1 Sebagian

besar studi tentang korelasi antara obesitas dan konstipasi fungsional telah

dilakukan di negara-negara maju.2 Anak-anak obesitas biasanya mengkonsumsi

diet rendah serat dan memiliki kebiasaan aktivitas fisik yang kurang dibandingkan
dengan anak-anak dengan berat normal. Kedua faktor ini mengakibatkan

perubahan dalam pola buang air besar.3

Sebuah studi pediatrik baru-baru ini melaporkan secara signifikan

prevalensi obesitas lebih tinggi pada anak dengan konstipasi fungsional (23%)

dibandingkan dengan kelompok kontrol.4 Dalam upaya meningkatkan kualitas

hidup anak-anak, kami bertujuan untuk menilai kemungkinan korelasi antara

obesitas dan konstipasi fungsional.

METODE

Penelitian cross-sectional ini dilakukan untuk menguji korelasi potensial

antara obesitas dan konstipasi fungsional pada anak usia 12 hingga 17 tahun.

Peserta didapatkan dengan teknik konsekutif sampling di Pondok Pesantren Al-

Mukhlisin di Kabupaten Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara dari bulan Juli

hingga Agustus 2015.

Subyek umumnya sehat pada saat penelitian dilakukan dan tidak memiliki

penyakit kronis atau akut. Anak-anak dieksklusi jika mereka kekurangan gizi atau

kelebihan berat badan, memiliki gangguan gastrointestinal atau endokrin, diare,

muntah, demam, gagal tumbuh, buang air besar berdarah, atau kelainan organik.

Penelitian ini disetujui oleh Komite Etika Penelitian, Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara. Subyek diikutsertakan setelah mendapatkan informed

consent dari orang tua atau wali mereka.

Subyek disurvei menggunakan kuesioner dan wawancara langsung untuk

menilai kejadian konstipasi fungsional, dengan berdasarkan kriteria ROME III.


Kriteria ini terdiri dari: frekuensi buang air besar sebanyak dua kali atau kurang

dalam seminggu, setidaknya satu episode inkontinensia alvi dalam seminggu,

riwayat posisi menahan atau buang air besar tertahan, riwayat nyeri saat buang air

besar atau sfese yang keras, terdapatnya massa feses yang besar di rektum, dan

riwayat feses berdiameter besar yang dapat menyumbat toilet. Diagnosis

konstipasi fungsional dibuat ketika kriteria ini dipenuhi setidaknya dua dari

kriteria tersebut, sekali dalam seminggu, untuk setidaknya 2 bulan sebelum

diagnosis.

Semua peserta menjalani pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter.

Tinggi badan (Body Height) diukur hingga 0,5 cm terdekat menggunakan

stadiometer portabel (Microtoa 2 M). Berat badan (Body Weight) diukur pada

Skala Camry dengan presisi 0,5 kg. Anak-anak ditimbang tanpa sepatu dan

memakai pakaian yang ringan. Semua pengukuran dilakukan dua kali dan diulang

untuk ketiga kalinya jika dua pengukuran pertama berbeda lebih dari 0,5 cm untuk

tinggi badan (BH) atau 0,5 kg untuk berat badan (BW). Indeks massa tubuh

(BMI) dihitung sebagai berat badan (BW) dalam kilogram dibagi tinggi badan

(BH) dalam meter kuadrat. Pengukuran ini kemudian dibandingkan terhadap

“2000 Pusat untuk Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC)” grafik

pertumbuhan BMI untuk anak-anak berusia 2 hingga 20 tahun. 2 Subjek dengan

persentil BMI ≥ 95 diklasifikasikan sebagai obesitas; mereka dengan BMI antara

persentil 5 dan persentil <85 diklasifikasikan sebagai anak-anak normoweight.

Data diolah dan dianalisis menggunakan perangkat lunak SPSS versi 17.0,

dan disajikan dalam bentuk teks dan tabel. Korelasi antara obesitas dan konstipasi
fungsional dianalisis menggunakan uji Chi-square. Nilai P <0,05 dianggap

signifikan secara statistik, dengan interval kepercayaan 95% (95% CI).

HASIL

Dari total 200 siswa di sekolah, 45 orang tua anak menolak untuk

memberikan informed consent, menyisakan 155 anak yang menjalani pengukuran

berat badan dan tinggi badan. Dari jumlah tersebut, 5 anak dieksklusi karena

mereka kelebihan berat badan (BMI antara persentil ke-85 dan ke-95). Sehingga

sisanya sebanyak 150 subjek memiliki berat badan normal atau obesitas. Kami

membagi subjek menjadi dua kelompok, dengan dan tanpa konstipasi fungsional.

Karakteristik subjek ditunjukkan pada Tabel 1.

Kami menilai hubungan antara jenis kelamin dan konstipasi fungsional

dalam penelitian ini. Uji Chi-square menunjukkan tidak ada hubungan yang

signifikan antara jenis kelamin dan konstipasi fungsional (P> 0,05) (Tabel 2).
Namun, uji Chi-square menunjukkan hubungan yang signifikan antara obesitas

dan konstipasi fungsional (P = 0,0001) (Tabel 3).

DISKUSI

Dalam penelitian ini, prevalensi konstipasi fungsional adalah 32,6%.

Subyek dengan konstipasi fungsional memiliki usia rata-rata 14,7 tahun.

Prevalensi anak obesitas dengan konstipasi adalah 58%. Prevalensi konstipasi

fungsional di seluruh dunia dilaporkan berkisar 0,7 hingga 29,6%.5 Loening-

Baucke menemukan bahwa 22,6% dari 482 anak memiliki konstipasi fungsional,

dan berkisar antara usia 4 hingga 17 tahun. Anak-anak di bawah usia 1 tahun

dieksklusi karena kemungkinan penyebab organik pada mereka lebih besar.

Pada subjek dengan konstipasi fungsional, berat badan dan tinggi badan

rata-rata masing-masing adalah 53,8 kg dan 144,3 cm. Rata-rata BMI pada anak

dengan dan tanpa konstipasi masing-masing adalah 23,5 kg / m2 (di atas 75


persentil) dan 20,7 kg / m2 (di bawah persentil ke-50). Hasil ini menunjukkan

bahwa anak-anak dengan konstipasi fungsional memiliki BMI yang lebih tinggi.

Meskipun BMI tergantung pada ras dan jenis kelamin, hubungan antara berat

badan dan tinggi badan tetap menjadi alat terbaik untuk menilai persentase

lemak.6,7 American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan pemantauan

BMI untuk mencegah obesitas pada anak-anak dan remaja.8

Kami tidak menemukan hubungan yang signifikan antara jenis kelamin

dan konstipasi fungsional. Namun sebaliknya, dengan menggunakan Skala

Penilaian Risiko Konstipasi, skor sebanyak 2 yang diberikan untuk anak

perempuan menunjukkan bahwa menjadi perempuan adalah sebuah faktor risiko

untuk konstipasi fungsional.9 Hal yang juga berbeda dengan hasil penelitian kami,

yaitu pada sebuah penelitian di AS menemukan bahwa anak perempuan memiliki

risiko konstipasi fungsional 3 kali lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki.10

Namun, penelitian AS lainnya menyimpulkan bahwa jenis kelamin bukanlah

faktor risiko untuk konstipasi fungsional pada anak-anak.11

Dalam penelitian kami, kami menemukan korelasi yang signifikan antara

obesitas dan konstipasi fungsional, dengan rasio prevalensi 4, menunjukkan

bahwa anak-anak obesitas memiliki risiko empat kali lebih tinggi terkena

konstipasi fungsional dibandingkan anak-anak dengan berat badan normal. Hasil

ini mirip dengan penelitian retrospektif di AS pada tahun 2006 yang menunjukkan

41% anak-anak obesitas memiliki konstipasi fungsional. Selanjutnya, penelitian

lain pada tahun 2004 menjelaskan bahwa perubahan hormon atau hiperglikemia

mungkin memiliki peran penting dalam konstipasi fungsional pada anak-anak

obesitas.4
Untuk menilai semua faktor risiko konstipasi fungsional, diperlukan

analisis univariat dan multivariat. Kami hanya menggunakan tes Chi-square dalam

penelitian cross-sectional ini. Dengan demikian, data awal kami dapat digunakan

sebagai dasar untuk studi lebih lanjut untuk mengevaluasi faktor risiko lain untuk

konstipasi fungsional. Keterbatasan lain dari penelitian ini adalah tidak

menggunakan sampling acak untuk memilih subjek, oleh karena itu, mungkin ada

beberapa bias.

Kesimpulannya, anak-anak obesitas memiliki risiko empat kali lebih tinggi

dari konstipasi fungsional daripada anak-anak dengan berat badan normal.

Prevalensi untuk konstipasi fungsional pada anak-anak obesitas dalam penelitian

kami adalah 58%. Kami juga mengamati tidak ada hubungan antara jenis kelamin

dan konstipasi fungsional pada anak-anak. Studi tambahan diperlukan untuk

mengidentifikasi faktor risiko lain, seperti pola makan, untuk meningkatkan

pemahaman kita tentang mekanisme yang terlibat dalam konstipasi fungsional.

KONFLIK KEPENTINGAN

Tidak ada pernyataan.

REFERENSI

1. Bongers ME, van Wijk MP, Reitsma JB, Benninga MA. Long-term prognosis

for childhood constipation: clinical outcomes in adulthood. Pediatrics.

2010;126:156-62.
2. Costa ML, Oliviera JN, Tahan S, Morais MB. Overweight and constipation in

adolescent. BMC Gastroenterol. 2011;11:40-5.

3. Biggs WS, Dery WH. Evaluation and treatment of constipation in infants and

children. Am Fam Physician. 2006;73:469-77.

4. Fishman L, Lenders C, Fortunato C, Noonan C, Nurko S. Increased prevalence

of constipation and fecal soiling in a population of obese children. J Pediatr.

2004;145:253-4

5. Loening-Baucke V. Prevalence rates for constipation and faecal and urinary

incontinence. Arch Dis Child. 2007;92:486-9.

6. Ellis KJ, Abrams SA, Wong WW. Monitoring childhood obesity: Assessment of

the weight/height index. Am J Epidemiol. 1999;150:939-46.

7. Franklin MF. Comparison of weight and height relations in boys from 4

countries. Am J Clin Nutr. 1999;70:157-62.

8. Krebs NF, Jacobson MS, American Academy of Pediatrics Committee on

Nutrition. Prevention of pediatric overweight and obesity. Pediatrics.

2003;112:424-30.

9. Richmond JP, Wright ME. Development of a constipation risk assessment scale.

Clinical Effectiveness in Nursing. 2005;9::37-4.

10. Johanson J, Sonnenberg A, Koch TR. Clinical epidemiology of chronic

constipation. J Clin Gastroenterol. 1989;11:525-36.

11. van der Berg M, Benninga M, Di Lorenzo C. Epidemiology of childhood

constipation: a systematic review. Am J Gastroenterol. 2006:101:2401-9.


12. Pashankar DS, Loening-Baucke V. Increased prevalence of obesity in children

with functional constipation evaluated in an academic medical center. Pediatrics.

2005;116:377-80.

Anda mungkin juga menyukai